Anda di halaman 1dari 14

CT pada anak-anak dengan Pneumonia Komunitas yang Didapat

Savvas Andronikon1,2  Pierre Goussard3  Erich Sorantin4

Abstrak: Gambaran diagnostik memaikan peran signifikan untuk diagnosis dan terapi
komplikasi pneumonia pada anak-anak dan radiografi thorax adalah pilihan modalitasnya.
Disisi lain, Computed tomography (CT) tidak menjadi alat/cara utama untuk anak-anak
dengan pneumonia komunitas yang didapat dan sebagian besar dipesan ketika komplikasi
pneumonia dicurigai atau sulit dalam membedakan pneumonia dari patologi yang lain. Jurnal
ini menguraikan tentang dimana CT perlu dipertimbangkan pada anak-anak dengan
pneumonia, menggambarkan gambaran klinis dari parenkim dan komplikasi pleura dari
pneumonia, mendiskusikan bagaimana CT mungkin memainkan peran lebih luas di Negara
berkembang dengan HIV dan tuberkulosis banyak terjadi, membuat catatan peran CT-scan
dalam mengidentifikasi gagalnya aspirasi benda asing dan terakhir, mengatasi masalah
radiasi.
Kata kunci: Anak-anak. Computed tomography. Emfiema. Paru. Abses paru. Pneumonia
nekrotikans. Pneumonia.

Pendahuluan
Telah terjadi peningkatan yang signifikan di rumah sakit untuk terjadinya komplikasi
dari pneumonia komunitas yang didapat di Negara maju maupun Negara berkembang. Dalam
hal ini berkontribusi besar pada penyakit infeksi HIV dan tuberkulosis di Negara
berkembang, yang berakibat pada meningkatnya angka kejadian, kegagalan terapi dan
sulitnya membuat diagnose klinis. Anak-anak dengan pneumonia yang tidak merespon baik
terhadap pengobatan harus diteliti lebih lanjut untuk komplikasi parenkimal supuratif yang
mungkin terjadi. Berdasarkan Panduan British Thoracic Society, jika anak-anak mengeluh
tetap demam atau tidak membaik dalam 48 jam setelah pengobatan, anak tersebut harus
dievaluasi kembali untuk kemungkinan komplikasi. Terdapat spectrum dari parenkimal
supuratif pada komplikasi pneumonia. Pediatric Infectious Disease Society dan Infectious
Disease Society of Amerika mendata komplikasi dibawah ini yang berhubungan dengan
community-acquired pneumonia pada anak-anak: efusi pleura atau emfiema, pneumothorax,
abses paru, fistula bronkopleural dan necrotizing pneumonia. Beberapa komplikasi telah
dilaporkan menyebabkan hingga 53% anak-anak dirawat dengan pneumonia. Harris dkk.,
mengindikasikan bahwa anak-anak beresiko terkena infeksi paru yang lebih berat yang
mengakibatkan nanah dan abses paru. Diantara faktor predisposisi yang mendasari kelainan

1
congenital tersebut seperti kista dan sekuestrasi, bronkiektasis, kelainan neurologic dan
defisiensi imun. Juga dicatat organism yang merespon terhadap terjadinya necrotiing
pneumonia dan abses paru lebih sering adalah kelompok pneumokokus dan S. aureus. Hal ini
disebabkan karena sebagian “pergeseran spectral strain pneumokokus setelah pengenalan
vaksis pneumokokus dan munculnya resistensi metisilin S. aureus”. Sebagai tambahan, peran
lain adalah HIV dan tuberculosis sebagai agen penyebab dari necrotizing pneumonia pada
anak-anak yang tinggal di daerah pendapatan rendah sampai sedang masih perlu dijelaskan.
Identifikasi pasien dengan parenkimal supuratif dan komplikasi pleural dari pneumonia
penting karena terapi antibiotic IV jangka panjang diperlukan dan bedah drainase dan
dekortikasi perlu dipertimbangkan.
Gambaran diagnostic penting dalam menegakkan diagnosis dan terapi dari komplikasi
pneumonia pada anak-anak. Radiografi thorax polos mewakili modalitas pilihan pencitraan
untuk beberapa penyakit paru, termasuk community-acquired pneumonia. Disisi lain,
Computed tomography (CT) tidak menjadi alat/cara utama untuk anak-anak dengan
pneumonia community-acquired dan sebagian besar dipesan ketika komplikasi pneumonia
dicurigai atau sulit dalam membedakan pneumonia dari patologi yang lain. Jurnal ini
menguraikan tentang dimana CT perlu dipertimbangkan pada anak-anak dengan pneumonia,
menggambarkan gambaran klinis dari parenkimal dan komplikasi pleura dari pneumonia,
mendiskusikan bagaimana CT mungkin memainkan peran lebih luas di Negara berkembang
dengan HIV dan tuberkulosis banyak terjadi, membuat catatan peran CT-scan dalam
mengidentifikasi gagalnya aspirasi benda asing dan terakhir, mengatasi masalah radiasi.

Diagnosis CT parenkimal supuratif komplikasi pneumonia


Pneumonia ekspansil mengacu pada peningkatan volume lobus atau segmen yang
terlibat, dengan gambaran konsolidasi radiografi dada yang disebabkan karena fisura yang
menonjol. Walaupun pneumonia ekspansil tidak sering terjadi pada anak-anak. Klebsiella
pneumonia dan Staphylococcus aureus diketahui menjadi penyababnya, dengan Kleb.
Pneumonia sering menyerang lobus atas. Aspergillus fumigates pada immunokmpromise dan
anak-anak neutropenia juga M. tuberculosis bisa menyebabkan pneumonia ekspansil. Ketika
terjadi pneumonia ekspansil tetapi tidak terlihat kavitasi udara atau air-fluid level, varietas
yang medasari perubahan parenkim tidak bisa dibedakan dari yang lainnya pada gambarahan
radiografi thorax. Ini bisa dinilai dari konsolidasi eksudatif dengan fluid bronkogram untuk
necrotizing pneumonia dan akhirnya abses paru dapat diserti efusi pleura atau emfiema.

2
Perubahan patologi ini bisa dibedakan pada CT, memungkinkan untuk pertimbahan pilihan
manajemen yang berbeda. Tambahan, CT bisa menyarankan TB sebagai penyebab yang
mungkin dengan memperlihatkan limfadenopati yang khas atau adanya benda asing.
Pneumonia necrotizing merupakan komplikasi yang berat dari pneumonia community-
acquired yang mengakibatkan likuefasi dan kavitasi jaringan paru. Kepastian insidensi dari
komplikasi ini pada anak-anak dengan pneumonia community-acquired tidak diketahui,

Gambar 1. Gambaan rontgen thorax pada anak laki-laki usia 3 tahun yang gagal merespon terapi
antibiotic dan membentuk pneumonia eskpansi. Rontgen thorak AP (a) dan thorax lateral (b)
memperlihatkan warna opaque pada lobus kanan atas, sebuah bagian yang menonjol pada bagian
inferior (panah putih) dan massa pada medistinal (panah hitam di a). Ini didiagnosis sebagai
pnemunia ekspnasil, tetapi rontgen tidak dapat membedakan penyebabnya apakah konginetal atau
mengalami nekrosis atau perubahan supuratif. Organisme yang terlibat yaitu Klebsiella pneumonia.

namun peningkatan kasusnya telah dilaporkan, kemungkinan karena deteksi dini dari
peningkatan penggunakan CT thorax. Lai dkk. melaporkan tingginya frekuensi penggunaan
CT thorax hingga 34%. Nekrosis paru dapat dilihat dari rontgen thorax, namun diagnosis
pasti hanya bisa dinilai dari CT. Radiologist menghasilnya informasi yang lebih rinci tentang
anatomi dan patologi menggunakan CT disbanding rontgen thorax. Dalam konteks
mendiagnosis pneumonia necrotizing atau komplikasi lainnya untuk pneumonia community-
acquired pada anak-anak, CT lebih sensitive dan akurat, menggambarkan patologi sebelum
menjadi jelas pada radiografi thorax. Deteksi dan membedakan komplikasi parenkim paru
memerlukan peningkatan kontras CT. Penelitian Donnelly dkk., semua pemeriksaan CT
dilakukan pada anak-anak yang tidak merepon terapi pada pneumonia acquired-community
(ketika radiografi thorax tidak memberikan kontribusi) menunjukkan minimal satu temuan
yang signifikan. Kompliaksi parenkim supuratif terlihat pada CT dapat dianggap sebagai
evolusi kejadian eksudasi, diikuti nekrosis paru, hingga kavitasi atau abses dan kemungkinan
berkembang menjadi fistula bronkopleural, tetapi sejak CT tidak dilakukan secara berurutan,

3
secara temporal pada anak-anak (satu CT scan hanya mewakili momen dalam waktu) dan
karena intervensi dapat mengganggu proses, masing-masing dari komplikasi ini dapat
dipertimbangkan secara individual.

Temuan CT pada komplikasi pneumonia

Gambar 2. Mewakili kotas CT axial dari thorax anak laki-laki berusia 3 tahun dengan pneumonia,
yang tidak merespon terapi antibiotic. a Pneumonia nekrotikans pada lobus tengah kanan
menunjukkan densitas yang rendah, area likuefasi paru (panah putih). Selain itu, terdapat efusi pleura
kanan yang mengandung kantung udara (panah hitam) dihasilkan dari drainase. b berlawanan dengan
proses kavitasi di bagian tengah dari nekrosis paru (panah putih), konsolidasi lobus kanan bawah
menunjukkan peningkatan (panah hitam).

Pneumonia nekrotikans didiagnosis dari CT ketika secara signifikan bagian paru yang
terkonsolidasi menunjukan difus atau rendaman rendah merata dan penurunan atau
peningkatan setelah pemberian media kontras IV (Gambar 2). Nekrosis kavitas diidentifikasi
sebagai area dominan nekrosis dengan kombinasi hilangnya arsitektur parenkim paru normal,
menurunnya perbaikan parenkim dan berkembangnya rongga berdinding tipis multiple yang
terisi dengan cairan atau udara dan tidak memiliki batas tegas (Gambar 3). Abses paru
didiagnosis dengan CT ketika adanya kavitas paru dikelilingi peningkatan dinding berbatas
tegas yang terisi udara atau cairan (Gambar 4). Perbedaan antara pneumonia nekrotikans dan
abses paru didasarkan pada visualisasi kontras dinding abses dan penting ketika memulai
terapi intervensi agresif karena ini bisa menjadi terapi untuk abses paru dan berbahaya untuk
pneumonia nekrotikans. Fistula bronkopleura hanya bisa didiagnosis dengan CT ketika
hubungan antara paru dan rongga pleura di visualisasikan secara langsung (Gambar 5).

4
Gambar 3. CT axial pada anak perempuan usia 2 tahun dengan sisi nekrosis pneumonia sebelah kiri
dan tumpukan pericardial (panah putih) pada proses drainase. terdapat peningktan yang buruk dari
paru kiri dan kavitas berdinding tipis dengan udara tanpa memperlihatkan nekrosis kavitas (panah
hitam).

Donnelly dkk. melaporakan 56 CT menunjukkan kegagalan terapi pada anak-anak dengan


pneumonia community-acquired, dimana 40nya dengan komplikasi parenkimal (28 dengan
penurunan perbaikan parenkim atau nekrosis kavitas, 5 dengan abses dan 5 dengan fistula
bronkopleura), 37 dengan komplikasi pleura dan 13 dengan efusi pericardial.

Komplikasi pleura pada pneumonia


Pneumonia juga bisa dipersulit oleh efusi pleura yang tidak tuntas dengan terapi
antibiotic dan mungkin memerlukan bedah drainase atau torakoskopi. Diperkirakan 1% anak-
anak dengan pneumonia community-acquired membentuk efusi pleura, efusi terlihat lebih
banyak pada anak-anak yang dirawat (sampai 40%). Berdasarkan panduan British Thoracic
Society, bila ada demam walaupun sudah pengobatan yang adekuat, dokter harus
memperkirakan terbentuknya emfiema. Lai dkk. juga melaporkan insidensi 12-60% fistula
bronkopleura terbentuk sebagai komplikasi dari pneumonia nekrotikans.
Walaupun efusi pleura terlihat pada radiografi thorax, ultrasound (US)
direkomendasikan untuk memperkirakan jumlah cairan (Gambar 6). Ukuran efusi signifikan
ketika diputuskan untuk manajemen. US thorax juga dianggap lebih unggul dari CT thorax
dalam menentukan komponen internal dari efusi seperti lokasi dan untaian fibrin (Gambar 7).
Panduan British Thoracic Society merekomendasikan US thorax untuk mendeteksi efusi
pleura dan lokasi drainase, tetapi CT menunjukkan bahwa dengan kontras IV ‘‘berguna untuk

5
Gambar 4. Abses paru pada anak laki-laki usia 2 tahun yang gagal merespon terhadap terapi
antibiotik pada pneumonia. a Rontgen thorax menunjukkan sebiah densitas opaque ekspansil pada
paru kanan dengan bentuk konveks pada bagian superior (panah putih) dan massa medistinum (panah
hitam). b CT axial menunjukkan abses besar (panah hitam) pada paru kanan dengan batas tegas,
dinding tebal yang menunjukkan beberapa peningkatan (panah hitam) dan pergeseran mediastinum ke
kiri.

evaluasi lanjutan penyakit parenkim” terkait dengan efusi (Gambar 8 dan 9). Pediatric
Infectious Disease Society dan Infectious Disease Society of America mencatat bahwa
meskipun riwayat dan pemeriksaan fisik dapat menyarankan kemungkinan keterlibatan efusi
pada anak dengan pneumonia komunitas yang didapat, rontgen dada harus digunakan untuk
konfirmasi sedangkan US thorax atau CT sebaiknya dilakukan ketika radiografi dada tidak
dapat disimpulkan (Gambar 10). Identifikasi komplikasi parenkim seperti pneumonia
nekrotikans atau abses bersamaan dengan efusi penting karena temuan ini akan memastikan
pengobatan dengan antibiotik jangka panjang.
CT thorax sering dilakukan untuk menggambarkan anatomi, dan untuk merencakan
jenis perawatan bedah termasuk “drainase tabung dada (dengan atau tanpa trombolitik),
torakoskopi, atau torakotomi terbuka dan dekortikasi”.
Fistula bronkopleura terbentuk sebagai komplikasi dari pneumonia jika nekrosis paru meluas
melalui pleura. Fistula bronkopleura dikaitkan dengan morbiditas yang tinggi (Gambar 5).

HIV yang menginfeksi anak-anak


CT dada berguna pada anak-anak yang terinfeksi HIV dengan akut pneumonia,
banyak dari mereka didasari dari penyakit paru kronis, termasuk bronkiektasis, atau karena
terinfeksi lebih dari satu organism. Kebanyakan dari anak-anak ini tinggal di daerah dengan
insidensi TB yang tinggi dan mungkin beberapa dengan TB atau kombinasi pneumonia akut

6
Gambar 5. Seorang anak perempuan 3 tahun yang tidak mereposn antibiotik dianggap terkena
pneumonia, napas pendek dan diwajibkan intubasi. a Rontgen dada menunjukkan paru kanan kolaps
dengan curiga kavitasi (panah putih), gas terlokalisasi di rongga pleura (panah hitam), curiga fistula
bronkopleura. b CT axial dada menunjukkan are yang tidak meningkat dari paru kanan menunjukkan
pneumonia nekrotikans (panah hitam), dan kavitas perifer dari lobus tengah kanan berhubungan
dengan pneumothorax (panah putih).

dan TB. Gejala TB pada anak-anak dengan HIV mungkin tumpang tindih dengan tanda dan
gejala dari infeksi lainnya seperti HIV sendiri dan TB sulit dibedakan dengan pneumonia
akut. Anak-anak dengan HIV yang lebih dewasa kwmungkinan juga terbentuk pneumonitis
limfoid interstisial, yang mana membuat mereka lebih rentan terkena infeksi paru akut. CT-
scan dada, diindikasikan untuk mendiagnosa pneumonitis limfoid interstisial dan gejala TB
jika dipertimbangkan dalam diagnosis banding (Gambar 11). Limfadenopati berhubungan
dengan pneumonitis limfoid interstisial tidak memiliki lingkarang klasik atau “seperti
cincing” layaknya TB. Infeksi polimikroba yang penting pada pneumonia akut diakui dengan
baik dan angka signifikan dari pathogen ini telah dilaporkan sebagai penyebab dari
pneumonia pada anak-anak dengan HIV, termasuk kombinasi dari bakteri, virus,
Pneumocystis jirovicii dan infeksi mikobkterial. Penyebab tersering dari pneumonia bacterial
akut pada HIV adalah kelompok Strep. pneumonia dan Staph. aureus; merupakan bakteri
gram negative. E. coli dan spesies Salmonella Pseudominaspenting dan Mikoplasma juga
ditemukan. Angka mortalitas meningkat signifikan dengan angka peningkatan dari pathogen
– anak dengan pneumonia polimikroba 10x berisiko lebih sekarat. Karena anak yang
terinfeksi HIV dengan pneumonia lebih memiliki penyakit yang berat dan karena angka
komplikasi tiggi pada anak dengan HIV, ambang batas untuk melakukan CT (jika tersedia)

7
Gambar 6. USG dada kanan longitudinal Gambar 7. USG dada kanan longitudinal
pada anak perempuan usia 6 tahun pada anak laki-laki berusia 5 tahun
menunjukkan efusi yang besar (panah menunjukkan suspek klinis emfiema dengan
putih) berupa konsolidasi dibawah paru adanya efusi kompleks yang terlokalisasi
(panah hitam) dan sinus costophrenicus dan benang fibrin (panah putih). Tidak ada
yang terisi, bagian depan dan belakang. pergeseran posisi paru dan pasien
Pasien disarankan drainase karena ukuran disarankan untuk operasi intervensi.
efusi dan gejalanya.

Gambar 10. CT axial dari anak perempuan


Gambar 8. CT axial pada anak laki-laki
usia 9 tahun menunjukkan penebalan rim
usia 5 tahun menunjukan efusi (panah
dan penumpakan cairan pleura (panah
hitam) yang berhubungan dengan air-space
putih), diindikasikan sebagai emfiema,
proses. Densitas rendah dengan peningkatan
tetapi tidak ada abnormalitas parenkim yang
yang kurang pada konsolidasi paru
mendasari.
berhubungan dengan pneumonia
nekrotikans (panah putih) dan pasien
disarankan untuk terapi antibiotic jangka
panjang.

harus lebih rendah dari anak dengan pneumonia komunitas yang didapat yang tidak
imunokompromise.

8
Tuberkulosis – komplikasi parenkimal
Pneumonia ekspansil disebebkan oleh M. tuberculosis sulit dibedakan dari penyebab
lainnya dari pneumonia ekspansil karena karakteristik hilus tuberkulos limfadenopati sering
tertutupi penyakit parenkim pada rontgen dada. Lobus atas terlibat dalam 75% kasus. CT
dada mungkin menjadi diagnostic dari TB ketika terdapat satu dari tiga kemungkinan pola:
(1) densitas opaque homogen dengan tidak adanya bukti likuefasi dari lobus yang terkena dan

Gambar 9. Seorang anak perempuan 6 tahun dengan emfiema, memiliki drainage pada dada kanan.
CT axial pada jaringan lunak (a) dan jendela paru (b) menunjukkan emfiema paru (panah hitam)
dengan area yang menurun densitas rendah (panah putih di a) mengindikasikan pneumonia nekrotikan
tanpa kavitasi.

Gambar 11. Anak laki-laki usia 5 tahun dengan HIV dan pneumonia episodic akut. a Rontgen thorax
AP menunjukkan area konsolidasi air-space pada lobus kanan atas paru (tanda panah) dan
menunjukkan penyebaran nodul-nodul kecil di kedua lapang paru. b CT axial mengkonfirmasi proses
air-space di paru kanan bawah (tanda panah) dan penyebaran nodul-nodul mempengaruhi komponen
interstisial parenkim paru dan menghasilkan fine lacework pattern, tipikal HIV yang berhubungan
dengan pneumonitis limfoid interstisial.

saluran udara paten terlihat sebagai bronkogram udara, (2) opaque homogeny dengan area
nekrosis likuefasi dengan obstruksi glandular yang terlihat pada saluran napas dan tidak
adanya udara bronkogram atau (3) kombinasi (1) dan (2) (Gambar 12).

9
Gambar 12. Seorang anak perempuan usia 2 tahun dengan TB, menunjukkan perkembangan nekrosis
paru. a CT axial pada cabang utama aorta menunjukkan densitas rendah pratrakeal dextra dan
limfadenopati mediatinal anterior (panah putih), berhubungan dengan TB yaitu adanya kavitas udara
(*) dan air fluid level pad alobus kiri atas menunjukkan nekrosis paru. Beberapa konsolidasi paru
terlihat meningkat pada bagian posterior (panah hitam). Terdapat fusi bilateral. b CT axial pada aliran
keluar utama paru menunjukkan densitas rendah posisi medial dan posterior yang tidak meningkat
area nekrosis dari kiri konsolidasi paru (panah putih) terlihat kavitas medial sangat tertutup
berhubungan dengan rongga pleura (panah hitam yang panjang). Terapat juga kantung kecil uda pada
rongga pleura posterior (panah hitam yang pendek). c CT axial diagfragma anterior menunjukkan
kavitasi dan lobus kiri bawah dengan air-flui level (panah hitam) seperti formasi abses yang terlihat
jelas penebalan dindingnya, terlihat tumpukan cairan (panah putih).

Gambar 13. Seorang anak laki-laki usia 9 tahun dengan batuk 6 bulan, gambaran CT menunjukkan
lobus kanan bawah persisten opasifikasi air-space pada radiografi thorax menunjukkan densitas benda
asing (panah putih) pada potongan axial (a) rekonstruksi koronal (b) lobus kanan bawah posterior
segmen atelektasis.
Anak dengan TB rentan terkena abses mediastium. Lesi ini tidak bisa didiagnosis dengan
radiografi dada, tetapi CT mungkin menunjukkan massa perifer dengan kerusakan limfadenopati yang
terpusat dan terbentuk gambaran abses. Anak ini menunjukkan demam naik-turun, tidak merespon
terhadap antibiotic rutin, dan kadang merespon lama terhadap terapi TB.

10
Aspirasi benda asing
Aspirasi benda asing sering menunjukkan tanda dan gejala sistem pernapasan yang tidak
spesifik, yang berakibat pada terlambatnya diagnostic dan menyebabkan penyakit saluran napas yang
kronis. Walaupun hal ini jarang terjadi pada orang dewasa, obstruksi bronchial (sebagai contoh dari
aspirasi benda asing) perlu dipertimgkan sebagai penyebab pneumonia persisten pada anak-anak.
Diagnosis perlu dipertimbangkan pada pasien dengan pneumonia akut, terutama jika terdapat
kurangnya ventilasi secara signifikan pada area yang terlibat yang terlihat pada radiografi dada.
Diagnostic definitif dari aspirasi benda asaing adalah dengan bronkoskopi, namun pada Negara
berkemabng yang sulit mendapatkan pelayanan bronkoskopi bisa menggunakan CT-scan sebagai
modalitas diagnostic yang utama, terutama sejak benda asing organic tidak tampak pada radiografi
dada (Gambar 13). Jarang terjadi anak dengan aspirasi beda asing mungkin menunjukkan emfiema
dan fistula bronkopleura. Pada kasus ini, CT-scan mendekati dalam menentukan jenis dan kerangka
waktu dalam intervensi yang dibutuhkan.

Masalah radiasi dan CT


CT menyedikan analisis detail dari anatomi tetapi menanggung radisi yang tinggi
dibandingkan rontgen dada. Karena itu, keuntungan diagnostic dan menajemen dampak pada
pasien harus dipertimbangkan untuk segala risiko yang terjadi. Karena informasi diagnostik
yang tinggi disediakan, CT telah dimanfaatkan selama beberapa decade ini – menyebabkan
menjadi sumber dosis radiasi. Penggunaan CT secara berlebihan memicu dosis yang
diberikan. Karena sensitivitas radiasi yang lebih tinggi dilaporkan untuk anak-anak dibanding
dewasa, kanker terkait radiasi menjadi perhatian. Karena itu, saat ini ada kecenderungan
untuk menahan memakai CT dari anak-anak meskipun angka diagnostiknya tinggi dan
kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, hanya sedikit rekomendasi/indikasi untuk
dilakukannya CT, terutama konteks pneumonia pada anak-anak. Penggunaan CT dengan cara
yang masuk akal sesuai kebutuhan pada anak-anak dilakukan dengan hati-hati. Pada paragraf
tersebut, faktor penting yang mempengaruhi penggunaan CT akan di didata dan didiskusikan
sesederhana mungkin untuk mengurangi efek radiasi. Gambaran yang lebih luas tentang topik
ini disajikan pada publikasi oleh Sorantin dkk. Selanjutnyam dosis kasar perbandingan atara
radiografi dada dan CT juga disediakan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dosis CT. Pemilihan ketebalan irisan yang
sesuai adalah cara sederhana dalam mengurangi dosis. Hal ini berarti dalam memberikan
kualitas gambar, menggandakan ketebalan irisan akan menghasilkan 50% dosis. Di hamper
semua rentang usia, ketebalan irisan 5mm merupakan pilihan yang baik. Pilihan pengaturan
11
tegangan tabung yang tepat merupakan tantangan lain. Sistem CT modern menawaran range
voltase dari 70-140 kV. Dosis dan kV dihubungkan oleh kuadrat, sehingga mengurangi
tegangan tabung dari 120 kV menjadi 80 kV pada anak kecil, menawarkan pengurangan dosis
lebih dari 50%. Selain itu, karena diubah redaman (radiasi kurang keras), kontras jaringan
yang melekat ditingkatkan. Awalan yang baik adalah 70-80 kV untuk anak-anak sampai usia
2 tahun, naik sampai 100 kV pada remaja dan meningkat sampai 120 kV pada orang dewasa.
Hari ini karena teknik "kontrol eksposur otomatis", arus tabung diperbaiki oleh memilih
kembali kualitas gambar secara eksplisit – contohnya di beberapa sistem diterima dengan
referensi mA dan lainnya oleh nilai suara. Selanjutnya, teknik rekonstruksi citra iterative
menawarkan kemungkinan lain untuk menghemat sekitar 50% dari dosis dibandingkan
dengan proyeksi kembali yang difilter. Dada adalah daerah kontras tinggi (paru-paru berisi
udara, jaringan lunak mediastinum, tulang) dibandingkan dengan perut. Karena itu, sebagai
aturan, dosis di CT dada harus hanya 66% dari CT abdomen.
Dosis radiasi CT telah dirangkum dalam beberapa studi termasuk yang terbaru dari
Italia oleh Granata et al. Menerapkan faktor konversi dirilis oleh ICRP 103, untuk produk
panjang dosis (DLP), nilai-nilai dari penelitian oleh Granata et al. memungkinkan dosis
efektif untuk diperkirakan. Data-data ini disajikan pada Tabel 1 bersama data dari survei
2016 di institusi dari salah satu penulis (E.S.). Karena beberapa informasi dari koran Italia
tidak tersedia, yang efektif dosis dihitung menggunakan faktor konversi untuk tiga
pengaturan kV (80-120 kV). Radiografi dada adalah satu dari studi pencitraan yang paling
sering dilakukan dan oleh karena itu perbandingan dosis antara radiografi dada dan CT tepat.
Perkiraan dosis yang masuk akal dan efektif untuk radiografi dada anteroposterior (AP)
adalah 0,01 mSv. Pada Tabel 1, CT dada bisa dilakukan pada anak-anak hingga remaja
dengan efektif dosis 1,0 mSv dan karenanya sesuai dengan sekitar 100 Radiografi dada AP.
Dosis untuk lateral kira-kira dua kali dosis dada anteroposterior radiografi, yang berarti
kombinasi AP dan lateral adalah 0,03 mSv. Potensi penuh untuk dosis penghematan dalam
CT belum ditentukan dan beberapa peneliti sedang bereksperimen dengan pemeriksaan CT
dada pada dosis tersebut radiografi.
Muncul pertanyaan tentang bagaimana dosis optimal dapat ditentukan. Pendekatan
yang sangat sederhana disebut setengah irisan pendekatan ketebalan telah dirancang dan
digunakan oleh Departemen Radiologi, Universitas Kedokteran Graz, Austria. Pendekatan ini
tidak memerlukan investasi apa pun di Indonesia hantu atau alat pengukur. Dimulai dengan
standar pengaturan, pasien dipindai dan gambar direkonstruksi cara biasa. Setelah ini, gambar
harus direkonstruksi dengan hanya setengah dari ketebalan irisan yang dipilih. Karena
12
Tabel 1. Perkiraan dosis efektif untuk CT dada. Nilai dosis
diterbitkan sebagai data dari salah satu penulis.

hubungan antara kebisingan yang disebutkan di atas dan ketebalan irisan, gambar-gambar ini
akan muncul lebih ribut. Jika ahli radiologi masih menemukan gambar-gambar ini diagnostic
kelebihan dosis adalah 100%. Pada pemeriksaan selanjutnya, dosis diturunkan 20% (mis.,
pengaturan referensi mA) dan prosedur ini diulang. Setelah beberapa pemeriksaan, Ahli
radiologi akan menolak untuk menurunkan dosis dan itu pada titik ini bahwa dosis optimal
untuk protokol CT adalah mapan. Kemungkinan lebih lanjut untuk menghemat radiasi adalah
untuk menargetkan pemeriksaan ke pertanyaan klinis. Di pemeriksaan tindak lanjut dari
komunitas rumit yang diperoleh pneumonia (mis., untuk abses, empiema), arus tabung dapat
dikurangi lebih lanjut (mis., diskon 30-50%), karena proses yang mendasarinya sudah
diketahui dan itu mungkin CT scan tindak lanjut hanya diperlukan untuk itu resolusi
dokumen atau penyakit residual. CT baru teknologi memungkinkan pemindaian lebih cepat
pada dosis yang jauh lebih rendah, dengan demikian juga menghindari perlunya anestesi dan
memungkinkan pemindaian tindak lanjut dilakukan dengan aman, dalam beberapa kasus.

Kesimpulan
CT perlu dilakukan pada dosis radiasi yang dapat diterima oleh anak-anak dan
diindikasikan untuk mendiagnosis komplikasi yang terkait dengan pneumonia, ketika pasien
gagal merespon terapi, ketika rontgen thorax ragu, ketika emfiema didiagnosa dengan USG
dan ketika di Negara tersebut banyak kasus HIV dan TB. Walaupun USG pasti untuk

13
menunjukkan dan mengevaluasi efusi, CT penting untuk menunjukkan dasar paru dalam
mencari hubungan nekrosis atau formasi abses. CT lebih baik dari rontgen dan resiko kanker
perlu dipertimbangkan karena banyak keuntungan yang didapatkan, agar tidak menolak
keuntungan dari ketepatan dan kecepatan diagnosis.

14

Anda mungkin juga menyukai