Anda di halaman 1dari 12

PERANCANGAN TAPAK

“RESUME LANDASAN TEORI PERUMAHAN”

Kelas 2TB03
Nama Anggota:
AJENG SYLVA INDRA PUTRI (20316442)
DANDI PUTRA NUGRAHA WINARDI (21316686)
FARREL MARIO GALISTAN (22316681)
MUHAMMAD FARRAS NAUFAL P (24316829)
NENSI JUSTIKA (25316385)
RAYHAN BRAHMESTA (28316123)
SULTHAN BASIL (27316183)
TIRTA MAHENDRA (27316401)
YOLA SAFITRI (27316791)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
RESUME PERUMAHAN (RUMAH, RUSUN)
1. PENGERTIAN

Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama.
Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa, adalah
bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi
dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan
secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.
Satuan Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut sarusunawa,
adalah unit hunian pada rusunawa yang dapat digunakan secara perorangan
berdasarkan ketentuan persewaan dan mempunyai sarana penghubung ke jalan
umum.

Dasar hukum: UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG


PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN, UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN, dan SNI 03-
1733-2004.

2. LANDASAN TEORI

Menurut kuswahyono (2004) ditinjau dari sudut penggunaanya, rumah susun


dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Rumah susun hunian yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai
tempat tinggal,
2. Rumah susun bukan hunian yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi
sebagai tempat usaha atau kegiatan social,
3. Rumah susun campuran yaitu rumah susun sebagian berfungsi sebagai
tempat tinggal dan sebagian berfungsi sebagai tempat usaha.

3. STANDAR RUMAH
a) Macam-Macam Rumah Menurut Jenis dan Bentuk (UU no. 1 tahun 2011 pasal
21 tentang jenis dan bentuk rumah):
1. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
2. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.
3. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
5. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.

Rumah khusus dan rumah negara dibiayai melalui anggaran pendapatan


dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah yang
lalu menjadi barang milik negara/daerah dikelola sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (pasal 39)

b) Macam-Macam Rumah Menurut Hubungan Atau Keterikatan Bangunan (UU


no. 1 tahun 2011 pasal 22 tentang hubungan atau keterikatan bangunan):
1. Bentuk rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) dibedakan
berdasarkan hubungan atau keterikatan antarbangunan.
2. Bentuk rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. rumah tunggal;
b. rumah deret; dan
c. rumah susun.
3. Lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga
puluh enam) meter persegi.

c) Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Rumah, Perumahan, dan


Kawasan Permukiman Dapat Dilakukan Melalui:
1. Pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai
negara diserahkan melalui pemberian hak atas tanah kepada setiap
orang yang melakukan pembangunan rumah, perumahan, dan
kawasan permukiman;
2. Konsolidasi tanah oleh pemilik tanah dapat dilakukan di atas tanah
milik pemegang hak atas tanah dan/atau di atas tanah negara yang
digarap oleh masyarakat;
3. Peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah;
4. Pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau
milik daerah sesuai;
5. Dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar; dan/atau;
7. Pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d) Kawasan Perumahan Meliputi:


Tabel Kawasan Perumahan
Kawasan Perumahan Kota Depok Kelurahan
(1) Kelurahan Beji;
(2) Kelurahan Beji Timur;
Perumahan dengan kepadatan tinggi (3) Kelurahan Depok;
dikembangkan dengan luas kurang lebih (4) Kelurahan Depok Jaya;
591,40 (lima ratus sembilan puluh satu (5) Kelurahan Kemiri Muka;
koma empat nol) hektar atau 2,95 (dua (6) Kelurahan Kukusan;
koma sembilan lima) persen. (7) Kelurahan Pancoran
Mas;
(8) Kelurahan Ratu Jaya;
Perumahan dengan kepadatan sedang (1) Kelurahan Abadijaya;
dikembangkan dengan luas kurang lebih (2) Kelurahan Baktijaya;
7.691,68 (tujuh ribu enam ratus sembilan (3) Kelurahan Beji;
puluh satu koma enam delapan) hektar (4) Kelurahan Bojong
atau 38,40 (tiga puluh delapan koma Pondok Terong;
empat nol) persen. (5) Kelurahan Cilangkap;
(6) Kelurahan Cilodong;
(7) Kelurahan Cimpaeun;
(8) Kelurahan Cinere;
(9) Kelurahan Cipayung;
(10) Kelurahan Cisalak;
(11) Kelurahan Cisalak Pasar;
(12) Kelurahan Curug;
(13) Kelurahan Depok;
(14) Kelurahan Gandul;
(15) Kelurahan Grogol;
(16) Kelurahan Harjamukti;
(17) Kelurahan Jatijajar;
(18) Kelurahan Kalibaru;
(19) Kelurahan Kemirimuka;
(20) Kelurahan Krukut;
(21) Kelurahan Kukusan;
(22) Kelurahan Limo;
(23) Kelurahan Mampang;
(24) Kelurahan Mekarjaya;
(25) Kelurahan Mekarsari;
(26) Kelurahan Meruyung;
(27) Kelurahan Pancoranmas
(28) Kelurahan
Pangkalanjati;
(29) Kelurahan Pangkalanjati
Baru;
(30) Kelurahan Pasirgunung
Selatan;
(31) Kelurahan Pondok Cina;
(32) Kelurahan
Rangkapajaya;
(33) Kelurahan
Rangkapanjaya Baru;
(34) Kelurahan Ratu Jaya;
(35) Kelurahan Sukamaju;
(36) Kelurahan Sukamaju
Baru;
(37) Kelurahan Sukatani;
(38) Kelurahan Sukmajaya;
(39) Kelurahan Tanah Baru;
(40) Kelurahan Tapos;
(41) Kelurahan Tirtajaya; dan
(42) Kelurahan Tugu.
Perumahan dengan kepadatan rendah (1) Kelurahan Abadijaya;
dikembangkan dengan luas kurang lebih (2) Kelurahan Baktijaya;
6.533,81 (enam ribu lima ratus tiga puluh (3) Kelurahan Bedahan;
tiga koma delapan satu) hektar atau (4) Kelurahan Beji;
32,62 (tiga puluh dua koma enam dua) (5) Kelurahan Bojong
persen. Pondok Terong;
(6) Kelurahan Bojongsari;
(7) Kelurahan Bojongsari
Baru;
(8) Kelurahan Cilangkap;
(9) Kelurahan Cilodong;
(10) Kelurahan Cimpaeun;
(11) Kelurahan Cinangka;
(12) Kelurahan Cipayung;
(13) Kelurahan Cipayung
Jaya;
(14) Kelurahan Cisalak;
(15) Kelurahan Cisalak Pasar;
(16) Kelurahan Curug;
(17) Kelurahan Depok;
(18) Kelurahan Depokjaya;
(19) Kelurahan Duren Mekar;
(20) Kelurahan Duren Seribu;
(21) Kelurahan Grogol;
(22) Kelurahan Harjamukti;
(23) Kelurahan Jatijajar;
(24) Kelurahan Jatimulya;
(25) Kelurahan Kalibaru;
(26) Kelurahan Kalimulya;
(27) Kelurahan Kedaung;
(28) Kelurahan Kemirimuka;
(29) Kelurahan Kukusan;
(30) Kelurahan
Leuwinanggung;
(31) Kelurahan Mampang;
(32) Kelurahan Mekarjaya;
(33) Kelurahan Mekarsari;
(34) Kelurahan Meruyung;
(35) Kelurahan Pancoranmas;
(36) Kelurahan Pangkalanjati
Baru;
(37) Kelurahan Pasir Putih;
(38) Kelurahan Pasirgunung
Selatan;
(39) Kelurahan Pengasinan;
(40) Kelurahan Pondok Cina;
(41) Kelurahan Pondok Jaya;
(42) Kelurahan Pondokpetir;
(43) Kelurahan
Rangkapanjaya;
(44) Kelurahan
Rangkapanjaya Baru;
(45) Kelurahan Ratu Jaya;
(46) Kelurahan Sawangan;
(47) Kelurahan Sawangan
Baru;
(48) Kelurahan Serua;
(49) Kelurahan Sukamaju
Baru;
(50) Kelurahan Sukatani;
(51) Kelurahan Sukmajaya;
(52) Kelurahan Tapos;
(53) Kelurahan Tirtajaya;dan
(54) Kelurahan Tugu.
Sumber: Perda Kota Depok No. 1 Tahun 2015 Tentang RTRW Tahun 2012-2032

e) Persyaratan Pemilihan Lokasi Rumah


Berdasarkan petunjuk Rencana Kawasan Perumahan Kota yang disusun
oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1997, suatu kawasan
perumahan selayaknya memenuhi persyaratan dasar untuk
pengembangan kota, yakni:
a. Aksesibilitas, yakni kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan
perumahan dalam bentuk jalan dan transportasi.
b. Kompatibilitas, yakni keserasian dan keterpaduan antara kawasan
yang menjadi lingkungannya.
c. Fleksibilitas, yakni kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran
kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan
keterpaduan prasarana.
d. Ekologi, yakni keterpaduan antara tata kegiatan alam yang
mewadahinya.

Tabel Prasarana dan Sarana Yang Perlu Disediakan


Prasana Sarana
- Pendidikan, mulai dari TK,
SD, SMP dan SMA
- Kesehatan, seperti : Balai
pengobatan, RS Bersalin
- Air bersih dan listrik.
(BKIA), Puskesmas, praktek
- Pembuangan air hujan dan
dokter dan apotik.
air kotor (limbah)
- Perniaagaan dan industri.
- Jalan lingkungan.
- Pemerintahan dan
- Pembuangan sampah
pelayanan umum
- Kebudayaan dan rekreasi.
- Peribadatan
- Olahraga dan taman
Sumber: Dep. PU: Standar-standar
4. STANDAR RUMAH SUSUN

a. Lokasi Pembangunan Rumah Susun


1. Tersedianya sarana dan prasarana berupa:
a. Aks paling sedikit 12 meter dan lebar badan jalan eksisting paling
sedikit 8 meter;
b. Saluran air dengan system drainase yang baik;
c. Jalur angkutan umum menuju lokasi; dan
d. Terjangkau pelayanan jaringan utilitas kota
2. Berada pada kawasan peremajaan lingkungan dan pembangunan baru;
3. Terhadap pembangunan rusuna pada kawasan peremajaan, maka
masyarakat yang tinggal pada kawasan tersebut mendapat prioritas untuk
menempati rusuna yang akan dibangun dan dikembangkan;
4. Pola pembangunan dan pembangunan rusuna dibatasi sampai dengan luas
lahan 3 hektar;
5. Pada daerah yang memiliki potensi strategis dapat diberikan insentif
berupa pengembangan dan pembangunan rusuna lebih dari 3 hektar
dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan Gubernur dan dikenakan
kewajiban tambahan berupa sarana dan prasarana kota sebagai bentuk
kontribusi terhadap kota yang besarnya ditetapkan kemudian;
6. Perencanaan rusuna diwajibkan menyediakan fasum/ fasos paling sedikit
50% dari standar sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 1999, atau mempertimbangkan ketersediaan fasum/fasos pada
lingkungan sekitarnya, kecuali perbelanjaan niaga untuk melayani
kebutuhan lingkungannya diberikan tambahan luas sampai dengan 100%
dari standar yang ditetapkan;
7. Menyediakan ruang terbuka yang besarannya 2 m² per jiwa (sebagai ruang
gerak pribadi atau personal space atau tempat bermain) yang berada pada
halaman dan/ atau bangunan, dan gerak pribadi tidak boleh difungsikan
untuk kegiatan lain, halaman yang digunakan untuk ruang gerak pribadi
sekaligus berfungsi sebagai ruangan terbuka evakuasi bencana;
8. Menyediakan sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;
9. Perencaan pada lantai dasar bangunan hanya untuk fungsi sarana
penunjang dan fasum/ fasos dengan luas paling banyak 50% dan sisanya
sebagai ruang terbuka tanpa dinding;
10. Setiap 10 unit hunian menyediakan lokasi parkir satu mobil dan 5 motor
dalam halaman bangunan;
11. Perhitungan jumlah penghuni berdasarkan luas lantai, setiap luas lantai
hunian 45 m² gross adalah 4 jiwa
12. Permukaan atap bangunan dibangun sebagai taman (roof garden) dan
difungsikan sebagai ruang publik.
13. Pada lokasi yang termasuk dalam Kawasan Keselamatan Operasional
Penerbangan (KKOP) diperlukan rekomendasi dari instansi berwenang.

b. Fasilitas Lingkungan Rumah Susun

N
Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas Yang Tersedia
o
- Warung
1 Fasilitas niaga - Toko-toko perusahaan dan dagang
- Pusat perbelanjaan
- Ruang belajar untuk pra belajar
- Ruang belajar untuk sekolah dasar
- Ruang belajar untuk sekolah
2 Fasilitas pendidikan
lanjutan tingkat pertama
- Ruang belajar untuk sekolah
menengah umum
- Posyandu
- Balai pengobatan
- BKIA dan rumah bersalin
3 Fasilitas kesehatan
- Puskesmas
- Praktek dokter
- Apotek
- Musola
4 Fasilitas peribadatan
- Masjid kecil
- Kantor RT
- Kantor/balai RW
- Post hansip/siskamling
- Pos polisi
5 Fasilitas pelayanan umum
- Telepon umum
- Gedung serba guna
- Ruang duka
- Kotak Surat
- Taman
- Tempat bermain
- Lapangan olah raga
6 Ruang terbuka
- Peralatan usaha
- Sirkulasi
- - Parkir
c. Macam-Macam Rumah Susun
a) Jenis Rumah Susun:

1. Rumah Susun Umum


Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.Rumah Susun Umum
inilah yang kemudian berkembang menjadi Rusunami dan
Rusunawa. Rusunami adalah akronim dari Rumah Susun Umum
Milik, sedangkan Rusunawa adalah akronim dari Rumah Susun
Umum Sewa.

2. Rumah Susun Khusus


Rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus.

3. Rumah Susun Negara


Rumah susun yang dimiliki oleh Negara yang menjadi tempat
tinggal, sarana pembinaan dan penunjang pelaksanaan tugas pejabat
dan pegawai negeri.

4. Rumah Susun Komersial


Rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan
keuntungan. Rumah Susun Komersial oleh pengembang sering
disebut apartemen, flat atau kondominium.

b) Berdasarkan Penggunaannya, Rumah Susun Dapat Dikelompokkan


Menjadi:
1. Rumah susun hunian yaitu rumah susun yang seluruhnya berfungsi
sebagai tempat tinggal,
2. Rumah susun bukan hunian yaitu rumah susun yang seluruhnya
berfungsi sebagai tempat usaha atau kegiatan social,
3. Rumah susun campuran yaitu rumah susun sebagian berfungsi
sebagai tempat tinggal dan sebagian berfungsi sebagai tempat usaha.

c) Terdapat 3 Macam Rumah Susun (Neufert, 1986) Yaitu:


a) Rumah susun bertingkat rendah (low rise apartment) atau bertingkat
tinggi (high rise apartment), merupakan rumah susun yang dimana
pencapaian vertikalnya mempunyai lebih dari 1 tangga atau lift.
Untuk rumah susun bertingkat rendah, jumlah lantai maksimal
adalah 4, sedangkan jika lebih dari 8 lantai disebut rumah susun
bertingkat tinggi.
b) Rumah susun memusat (point block), yaitu rumah susun dengan
pencapaian vertikal hanya menggunakan 1 (satu) tangga atau lift
(single vertical acess system). Dalam perkembangannya rumah susun
memusat berkembang pula menjadi rumah susun memusat panjang
atau disebut dengan tipe cluster (cluster type), yang mempunyai
keuntungan privasi yang tinggi.
Maisonet (maisonette) merupakan hunian 22 lantai dan memanjang
dan mempunyai potensi memanfaatakan pemandangan. Tipe ini juga
disebut rumah susun tipe memanjang (row type).

5. KRITERIA RUMAH SUSUN

a) Indonesia memiliki ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11):

Tabel Standar Rumah Susun Indonesia


Tipe Unit Fasilitas
Tipe 18 m2
Tipe 21 m2 - 1 kamar tidur
Tipe 24 m2 - ruang tamu
Tipe ini biasanya untuk - kamar mandi
keluarga muda atau seseorang yang - - dapur/pantry
belum memiliki keluarga
Tipe 30 m2
- 2 kamar tidur
Tipe 36 m2
- ruang tamu / keluarga
Tipe 42 m2
- kamar mandi / WC
Tipe 50 m2
- dapur / pantry
Tipe ini untuk keluarga yang
- ruang makan
sudah memiliki anak
Sumber: Teddy, 2010 : 11
DAFTAR PUSTAKA

 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah
Susun
 Peraturan Pemerintah (PP) No.14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman
 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 14 /Permen/M/2007
Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
 SNI 03-1733-2004
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
Dan Kawasan Permukiman

Anda mungkin juga menyukai