Anda di halaman 1dari 20

ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

I. ANATOMI GINJAL

Dua Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum. Setiap
ginjal pada orang dwasa kira – kira 150 gram dan kira – kira seukuran kepelan tangan.
11cmx6cmx3cm. Ukuran ginjal Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut
hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang
membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, dimana urin disimpan hingga dikosongkan. 

Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true
kapsul) ginjal dan di luar terdapat jaringan lemak parirenal. Disebelah cranial ginjal terdapat
kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal
bersama-sama ginjal dan jaringan lemak parirenal dibungkus oleh fasia gerota. Fasia ini
berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta
mencegah ekstra vasasi urine pada saat terjadinya trauma ginjal. Selain itu fasia gerota berfungsi
sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastase tumor ginjal
ke organ di sekitarnya. Disebelah posterior ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal
serta tulang iga ke IX dan XII.
Sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ intra peritoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh
hati, kolon dan duodenum sehingga letaknya lebih rendah dari yang kiri. Sedangkan ginjal kiri
dikelilingi oleh lien, lambung, pancreas, jejunum dan kolon.
 
Jika ginjal di bagi dua dari atas kebawah, dua daerah utama yang dapat digambarkan yaitu
korteks dibagian luar dan medula dibagian dalam. Medula ginjal terbagi menjadi beberapa masa
jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai pada
perbatasan antara korteks dan medula serta di akhiri pada papila, yang menonjol ke dalam ruang
pelvis ginjal yaitu sambungan berbentuk cerobong dari ujung akhir ureter. 

Perbatasan pelvis sebelah luar terbagi menjadi kantong dengan ujung terbuka yang disebut
kalises mayor, yamg meluas kebawah dan terbagi menjadi kalise minor, yang mengumpulkan
urin dari tubulus setiap papila. Dinding kalises, pelvis, dan ureter terdiri dari elemen – elemen
kontraktil yang mendorong urin menuju kandung kemih, dimana urin disimpan sampai
dikeluarkan melalui mikturitis. Dalam setiap pyramid ginjal terdapat berjuta- juta nefron. 
Nefron merupakan satuan fungsional ginjal mengandung kira-kira 1,3 juta nefron dan tiap nefron
dapat membentuk urina sendiri. Selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah.
  
Bagian - Bagian Nefron

Pada dasarnya nefron terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :  


a. Glomerulus
Bagian ini yang mengandung anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsul bowman dan
menerima darah dari arteriola aferen dan meneruskan darah ke system vena melalui arteriol
aferen. Glomerulus berdiameter 200mm, di bentuk oleh invagiansi suatu anyaman kapiler yang
menempati kapsula bowman dimana cairan di filtrasikan.
b. Tubulus
Filtrasi glomerulus yang memasuki tubulus nefron mengalir melalui :
1) Tubulus proksimal

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus di
medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan
batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan
satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang menghadap
ke lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen
dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein
seperti bikarbonat, akan diresorpsi.

2) Ansa hense

Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya
12 mm, total panjangnya ansa henle 2-14 mm. Klorida secara aktif diserap kembali pada cabang
asendens gelung Henle dan natrium bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan
listrik.

Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kambali karena darah nefron termeable terhadap air.
Reabsorbsi klorida dan natrium di pars esendens penting untuk pemekatan urine karena
membantu mempertahankan integritas gradiens konsentrasi medulla. Kalium terfiltrasi 20-25%
diabsorpsi pada pars esendens lengkung Henle. Proses pasif terjadi karena gradient elektrokimia
yang timbul sebagai akibat dari reabsorpsi aktif klorida pada segmen nefron ini.

3) Tubulus distalis

Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letak jauh dari kapsula
Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus
koligentis yang panjangnya 20 mm.
Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal bersatu membentuk
suatu duktus yang berjalan lurus dan bermuara pada duktus belini, seterusnya menuju kaliks
minor, ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada apeks
masing-masing pyramid medulla ginjal. 

Panjang nefron keseluruhan di tambah dengan duktus koligentis adalah 45-46 mm. Nefron yang
berasal dari glomerulus korteks mempunyai Ansa Henle yang memanjang ke dalam pyramid
medulla.

4) Duktus koligentes, kedalam pelvis ginjal.

Saluran yang secara metabolic tidak aktif. Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine
terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorbsi natrium. Duktus ini
memiliki kemampuan mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium dilakukan
pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh aldosteron. Reabsorbsiaktif kalium murni
terjadi dalam duktus kolige medulla.
 Sepanjang perjalanan ini zat di reabsorbsi dan di sekresi secara selektif oleh epitel tubulus, dan
cairan yang dihasilkan memasuki pelvis ginjal sebagai urine.Reabsorbsi memegang peranan
lebih penting daripada sekresi pembentukan urin. Tetapi sekresi sangat penting dalam
menentukan ion kalium, hydrogen dan beberapa zat lain di dalam urine.

II. FISIOLOGIS GINJAL

Fungsi ginjal terdiri dari :

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin atau racun

2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3. Mempertahankan keseimbangan asam dan basa dari cairan tubuh

4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat di dalam tubuh

5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

Fisiologi ginjal normal

Filtrasi glomerular

Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable terhadap protein plasma yang lebih besar
dan cukup permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino,
glukosa dan sisa nitrogen. Kapiler glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah (90 mmHg vs
10-30 mmHg). Kenaikan ini terjadi karena arteriole aferen yang mengarah ke kapiler glomerulus
mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan daripada kapiler yang
lain. Secara proporsional arteriole aferen lebih besar diameternya dari arteriole eferen. Berliter-
liter darah didorong keruang yang lebih kecil , mendorong air dan partikel kecil terlarut dari
plasma masuk kedalam kapsula Bowman’s. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini
disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuk kedalam kapsula Bowman’s disebut filtrasi
glomerulus dan materi yang masuk kedalam kapsula Bowman’s disebut filtrat . Tiga faktor lain
yang ikut serta dalam filtrasi : TH dan tekanan osmotik (TO) dari filtrat dalam kapsula
Bowman’s dan TO plasma. Tekanan osmotik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh air (pelarut
lain) pada membran semipermeable sebagai usaha untuk menembus membran kedalam area yang
mengandung lebih banyak molekul yang tidak dapat melewati membran semipermeable.

Proses pembentukan urin

Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada kapsula bowmens berfungsi untuk menampung
hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat-zat
yang sudah disaring pada glomelurus, sisa cairan akan diteruskan ke ginjal kemudian ke ureter.

Terdapat 3 tahap pembentukan urin :

1. Proses filtrasi : terjadi diglomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar
dari permukaan aferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi penyerapan darah,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang
tersaring ditampung oleh kapsula bowmen’s yang terdiri dari glukosa, air, sodium,klorida, sulfat,
bikarbonat dll kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.

2. Proses reabsorpsi : terjadi penyerpan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat dan beberapa ion bikarbonat, prosesnya terjadi di tubulus proximal. Penyerapan terjadi
secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif

3. Proses sekresi : sisa penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus diteruskan ke ginjal
kemudian dialirkan keluar
4. Proses ekskresi

PENURUNAN FUNGSI GINJAL 

Menurut penulis yang dikutip dari pemberi materi dalam pelatihan seorang Sp.PD KGH,
mengatakan bahwa GGK mulai ada keluhan apabila serum creatinin dalam darah lebih dari 6-8.
Untuk itu jika tidak ada screaning secara dini,, jika sudah kadar creatinin dalam darah 6 – 8
susah untuk di lakukan penyembuhan, dan akan terus mengarah kekerusakan fungsi ginjal lebih
lanjut.

Klasifikasi GG menurut KONSENSUS HEMODIALISIS :

Acute Kidney Injury AKI adalah penurunan mendadak fungsi ginjal, tidak terbatas pada
gagal ginjal acute. kondisi ini dapat disebabkan oleh factor pre renal, renal maupun post renal.
AKI didefinisikan sebagai salah satu dari pernyataan berikut :

- Peningkatan kreatinin serum ≤ 0,3 mg/dl (≥26,5 µmol/L) dalam 48 jam atau

- Peningkatan kreatinin serum ≥ 1,5 kali dari kreatinin serum awal (baseline) yang
diketahui/ diperkirakan terjadi dalam waktu kurang dari 7 hari, atau

- Volume urine ˂ 0,5 ml/kgBB/jam dalam waktu 6 jam.

DEFINISI DAN KLASIFIKASI PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK

Penyakit Ginjal Kronik (PGK ) adalah kelainan struktur atau gangguan fungsi ginjal,
berlangsung selama ˃ 3 bulan, yang dapat berdampak pada kesehatan.

Tanda – tanda kerusakan ginjal :

1. Albuminuria (AER ≥ 30 mg/24 jam; ACR ≥ 20 mg/g (≥3mg/mmol)

2. Kelainan sedimen urin

3. Gangguan elektrolit dan kelainan lainnya akibat kerusakan di tubulus


4. Kelainan gambaran histologist

5. Kerusakan struktur dari pemeriksaan radiologis

6. Riwayat transplanntasi ginjal

PGK dikalsifikasikan berdasarkan LFG

 G1 : ≥ 90 ( Normal atau tinggi)

 G2 : 60-89 ( Penurunan Ringan )

 G3a : 45 – 59 ( Penurunan rinngann sampai sedang )

 G3b : 30 – 44 ( Penurunan sedang berat)

 G4 : 15-29 ( Penurunan Berat)

 G5 : ˂ 15 ( Gagal ginjal )

Apabila sudah di G5, yaitu gagal ginjal maka harus dicari terapi pengganti ginjal untuk
hemoestatik tubuh yaitu :

1. Transplantasi ginjal

2. Dialisis

a. Hemodialisis/ Filtrasi :

b. Peritonial dialysis :

A) Continous Ambulatory Peritonial Dialisis

B) Automated peritoneal dialisis


III HAEMODIALISA
Pengertian

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis
digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang
membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006). Haemodialysis adalah
pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan
darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui
membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada
keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001). Hemodialisa
adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah
mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena
(fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (www.medicastore.com). Prinsip kerja haemodialisa
yaitu terjadi pertukaran zat zat antara darah dan cairan dialisat ( bicarbonate) melalui membrane
semi permiabel dengan ketebalan 5nm. Haemodialisa juga mampu mengatasi kegawatan gagal
jantung kongestif, hiperkalemia, dan asidosis metabolic. Dan dari pengalaman penulis saat
pelatihan HD juga bias digunakan pada pasien kelbihan cairan yg sudah odema dibeberapa
tempat dibagian tubuh dengan menggunakan tindakan sekwensial ultrafiltrasi.

Indikasi 

1. Indikasi Segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna,
over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.

2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan perkembangan
seks dan perubahan kulitas hidup.

b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %,
TKK : 5 ml/menit.

3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi
sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.

Program dialisa dikatakan berhasil jika:


§ penderita kembali menjalani hidup normal
§ penderita kembali menjalani diet yang normal
§ jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
§ tekanan darah normal
§ tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

Tujuan

1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

D. Peralatan Haemodialisa

1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)


AVBL terdiri dari :
a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh
pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular
menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara
100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan
kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing
arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port
darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)


Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
Ø Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
Ø Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
 Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk
keluar masuk dialisat.

3. Air Water Treatment


Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu
dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.

4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar
dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut
komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-
lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air
murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

5. Mesin Haemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama
yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood
circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen
tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,
kateter vena, blood volume monitor.
Proses Haemodialisa

Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan
(dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata – rata
manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar
0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses
agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh.
Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central venous catheter.
AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih aman
dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan
memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien layak untuk menjalani
Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan
didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan
pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses
vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk
darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai.
Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya
melalui selang darah dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan
pompa, dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah,
tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital
lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut
membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi
untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.

Komplikasi Haemodialisa

1. Kram otot Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa
sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada
ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan
berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah,
yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini.
Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan
oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani
hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan
karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2012. Ginjal. Adam

Pro-Health. 2009. Fisiologi Ginjal. http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/12/fisiologi-


ginjal. Diakses tanggal 3 September 2012

Proses persiapan haemodialisa

1.priming ( pengisian NACl kedalam avbl dan kompartemen darah)

Pasang dialyzer/halofiber/artificial kidney, kemudian sambungkan abl dengan dialyzer,


pasang segmen blood pump,pasang buble trap,dan sangkutkan port yang ke AV vistula. Buka
VBL sambungkan ke dialyzer pasangkan buble trap dan port outlet ke dalam gelas ukur. Jangan
nyalakan dlu blood pump,buka klem infuse set dan buka klem ABL yg mengarah ke port inlet
sampai penuh dengan NaCl, jika sudah penuh klem lagi. Kemudian nyalakan Blood Pump, Saat
air mau masuk ke buble trap tekuk slang dibawah buble trap lalu buka klem dikonektor arteri
pressure stela buble trap terisi ¾ klem lagi konektor arteri pressure,hal demikian lakukan juga
ketika NaCL sampai pada buble trap di VBL. Arah dialyzer,merah dibawah biru diatas..
Tampung air yg di port out let kedalam gelas ukur sebanyak 500cc,setelah 500 cc lakukan
sirkulation,

2.sirkulating

Sirkulation dilakukan untuk membilas ulang semua line yg mau dilewati darah, dan
proses memasukan heparin. Setelah digelas ukur sudah 500cc, matikan blood Pump klem port
inlet dan out let,sambungkan port in let dan out let kemudian nyalakan blood pump
lagi….setelah dipastikan tidak ada udara …lanjut ke proses SOAKING
3. Soaking ( Pengisian cairan dialisat ke dalam kompartemen dialisat )

Setelah dipastikan tidak ada udara, pencet bypass ,kemudian sambungkan port
dialisat,stelah tersambung warna biru dibawah warna merah diatas, kemudian pencet bypass

Anda mungkin juga menyukai