Anda di halaman 1dari 4

STUDI LITERATUR : PENINGKATAN KINERJA PERAWAT DAN

PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR (INSIDENT REPORT PATIENT


SAFETY) RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT

Stase Manajemen Keperawatan


Dosen Koordinator : Ns. Abdul Rohman.,S.Kep.,M.Kep

OLEH :
KELOMPOK 2

Nama Nim

Hayatunissa Nadiya Putri P1908090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI


KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA

2020
Menurut kesimpulan yang saya pahami dari tugas manajemen yaitu, telaah jurnal
yang saya baca, dalam meningkatkan kinerja perawat dan Penerapan komunikasi
SBAR (Insident Report Patient) Ruang perawatan rumah sakit. Diperlukan
adanya penerapan berbagai program yaitu :
1. Program Pendidikan
Menurut saya melalui pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin
kritis pula pengetahuan perawat, dengan cara pemikiran maupun tindakan-
tindakan yang akan diberikan kepada kliennya. Dan perawat mampu
mengatasi masalah dan lebih tanggap untuk mengambil sebuah keputusan.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Hajjar (2016)
menjelaskan bahwa pendidikan tinggi keperawatan sebagai sarana pencapaian
profesionalisme keperawatan harus terus ditingkatkan. Keberhasilan
pengembangan keperawatan sangat bergantung pada penataan dan
pengembangan pendidikan tinggi. Kinerja perawat kurang baik disebabkan
tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pengalaman kerja serta
kurangnya pelatihan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehataan.
Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien mendorong perawat
untuk melaksanakan tindakan sesuai SOP keselamatan pasien sehingga
berdampak pada kinerja implementasi keselamatan pasien. Hal ini
berpengaruh terhadap kemampuan organisasi untuk meningkatkan mutu
melalui aspek keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor individu.
Optimalisasi perkembangan individu perawat memerlukan upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam lingkup keselamatan pasien
(Ghosh & Scott, 2017).

2. Program Pelatihan
Menurut saya melalui program pelatihan dapat membantu perawat
untuk meningkatkan keterampilannya di ruangan yang ia ambil, agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
Menurut Gusti (2018), menjelaskan pendidikan dan pelatihan
merupakan hal penting bagi profesi Perawat. Pelatihan yang diminati Perawat
berdasarkan kebutuhan pekerjaannya sehari-hari atau berdasarkan kebutuhan
ruang rawatan tempat mereka bekerja. Berikut adalah pelatihan yang bisa
diikuti oleh perawat sebagai berikut:
a. Pelatihan pertolongan basic perawat kamar bedah
b. Pelatihan pertolongan pertama penderita gawat darurat (PPGD)
c. Pelatihan BTCLS (Basic trauma cardiac life support)
d. Pelatihan intensive care unit (ICU)
e. Pelatihan neonatal intensive care unit (NICU)
f. Pelatihan hemodialisa, perawatan luka, hipnotherapy, dll.

3. Program Pemberian Penghargaan


Menurut saya melalui program pemberian penghargaan dapat
membangun semangat kerja yang lebih giat lagi, maupun menggunakan
pujian atau penghargaan.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Notoadmojo (2016),
yang menjelaskan kebutuhan akan penghargaan merupakan kebutuhan semua
orang terlepas dari kedudukan dan jabatannya. Oleh karenanya, pimpinan
perlu memberikan penghargaan dalam bentuk apapun terhadap perawat
terlepas dari jabatan ataupun kedudukannya, terlebih lagi pujian ataupun
perhatian serta dukungan dalam melaksanakan tugas dan kerjanya sebagai
perawat.
Pemberian reward non financial seperti pujian atas kinerja yang baik
maupun ide untuk upaya meningkatkan keselamatan pasien dapat
meningkatkan kebanggaan perawat akan kinerja sehingga berusaha
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya dalam implementasi
keselamatan pasien.

4. Program Timbang Terima Pasien melalui Metode Komunikasi SBAR


Menurut saya kegiataan timbang terima pasien adalah kegiatan yang
wajib dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien, sehingga perawat di
shift selanjutnya sudah mengetahui asuhan keperawatan apa yang harus ia
berikan kepada kliennya.
Komunikasi yang tidak efektif dalam timbang terima pasien dapat
meningkatkan kejadian medication error, membahayakan pasien,
memperpanjang hari rawat pasien dan berakhir terhadap berkurangnya mutu
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.
Hal ini didukung oleh penelitian Dian (2019), menyatakan bahwa
selama ini perawat dirumah sakit masih banyak yang belum terpapar
informasi tentang komunikasi SBAR, pelaksanaan timbang terima belum
menggunakan alur yang jelas, walaupun SPO timbang terima tersedia.
Oleh karena itu program timbang terima pasien ini sangat penting
dilakukan, upaya pengetahuan dan kemampuan perawat dalam timbang
terima pasien dengan komunikasi SBAR, yaitu dengan mengembangkan
pendidikan berkelanjutan baik formal maupun non formal, motivasi,
mentoring dan supervisi yang berkelanjutan.Manfaatdari proses timbang
terima pasien ini dapat meminimalkan kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai