Anda di halaman 1dari 16

PENINGKATAN KINERJA PERAWAT DAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR (INCIDENT

REPORT PATIENT SAFETY) RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT

DiSUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 
Nama Nim
 
Ahmad Hidayatullah P1908067
Fegi Tamaran P1908087
Hayatunnisa Nadya Putri P1908090
Norlinda P1908112
Widya Ashariana P1908131
Zahra Ratna Sari P1908134
KONSEP KINERJA PERAWAT

DEFINISI : Faktor-faktor yang


Indikator Kinerja, menurut
Kinerja merupakan hasil mempengaruhi kinerja :
(Wibow, 2017) :
pekerjaan yang mempunyai
1. Kompetensi
hubungan kuat dengan tujuan  Tujuan
 Standart
sumber daya
strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan  Umpan balik manusia
kontribusi pada ekonomi.  Alat dan sarana 2. Budaya organisasi
Dengan demikian, kinerja Kompetensi

3. Sistem
adalah tentang melakukan
 Motif
pekerjaan dan hasil yang penghargaan
 Peluang
dicapai dari pekerjaan (rewardsystem)
tersebut (Wibowo, 2017).
KONSEP PETIENT SAFETY

Definisi Patient Safety :


Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalisir
timbulnya risiko. Mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
juga merupakan salah satu konsep patient safety (Kemenkes, 2016).
Langkah Penerapan Program Patient Safety :
Tujuan Patient Safety :
Program patient safety memiliki beberapa langkah
Patient safet memiliki tujuan sebagai dalam penerapannya, yaitu: (Gunibala, 2015).
berikut : (Gunibala, 2015).
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien.
1. Terciptanya budaya keselamatan 2. Membangun komitmen dan fokus yang jelas
pasien di rumah sakit tentang keselamatan pasien.
3. Membangun sistem dan proses managemen resiko
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah serta melakukan identifikasi dan assessmen
sakit terhadap pasien dan masyarakat terhadap potensial masalah.
3. Menurunnya kejadian tidak 4. Membangun sistim pelaporan.
diharapkan (KTD) di rumah sakit. 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang
4. Terlaksananya program-program keselamatan pasien dengan melakukan analisis
pencegahan sehingga tidak terjadi akar masalah.
pengulangan kejadian tidak 7. Mencegah cedera melalui implementasi sistim
diharapkan keselamatan pasien dengan menggunakan
informasi yang ada.
KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN
METODE SBAR

DEFINISI : Tujuan Komunikasi Efektif SBAR :


Komunikasi S-BAR adalah Dengan berkomunikasi secara efektif dapat
komunikasi dengan menggunakan menjalin saling pengertian dengan teman
alat yang logis untuk mengatur sejawat perawat atau perawat dengan dokter
informasi sehingga dapat karena komunikasi memiliki manfaat,
antara lain adalah :
ditransfer kepada orang lain secara Tersampaikannya gagasan atau pemikiran
akurat dan efisien. Komunikasi kepada orang lain dengan jelas sesuai
dengan menggunakan alat dengan yang dimaksudkan.
terstruktur S-BAR (Situation, Adanya saling kesefahaman dalam suatu
permasalahan, sehingga terhindar dari salah
Background, Assesment, persepsi.
Recomendation) untuk mencapai Memberikan sesuatu pesan kepada pihak
ketrampilan berfikir kritis, dan tertentu, dengan maksud agar pihak yang
menghemat waktu. (NHS, 2012). diberi informasi dapat memahaminya
(Rofii, 2015).
Keuntungan Komunikasi Efektif S-BAR : Pengaplikasian Komunikasi Metode S-BAR :

1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu

Situation, Background, Assessment,


efektif
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR
2. Dokter percaya pada analisa perawat
dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,
karena menunjukkan perawat paham
sehingga dokumentasi tidak terpecah sendiri-
akan kondisi pasien
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan
3. Memperbaiki komunikasi = memperbaiki perkembangan pasien terintegrasi dengan baik.

keamanan pasien (Rofii, 2015). sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui

perkembangan pasien (Rofii, 2015).


ANALISIS JURNAL
1. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Analisis Faktor yang berhubungan dengan Kinerja Perawat Melaksanakan
Keselamatan Pasien“ didapatkan desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan crosss sectional. Jumlah sampel 23
responden dengan teknik total sampling.

2. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Analisis Deskriptif Penerapan Komunikasi Efektif dengan Teknik SBAR (Situation,
Background, Assessment, Recommendation) untuk Patient Safety pada Perawat Pelaksana Rumah Sakit di Kabupaten Pati”
didapatkan desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain penelitian cross sectional study melalui kuesioner yang
dibagikan menggunakan google form dengan linkhttp://bit.ly/KuesSantSBAR yang di sebarkan melalui Watshapp Group Perawat Pati.
Jumlah sampel 85 orang.

3 Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Optimalisasi Ketepatan Pemberian Obat dengan Penerapan Prosedur dan
Komunikasi SBAR dalam Pelaksanaan Clinical Handover Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Depok Periode Juli
2019” didapatkan desain penelitian adalah analitik observasional menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 40 orang
dengan teknik nonprobability sampling, yaitu total sampling.

4. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”. Didapatkan desain penelitian adalah survey kuantitatif (non-eksperimental) dengan
pendekatan Cross Sectional. pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Jumlah responden sebanyak 96 dengan tehnik Purposive
Sampling.

5. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Analisis Penyebab Insiden Pasien Jatuh di Bangsal Penyakit Dalam dan Instalasi
Paviliun Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang”. Didapatkan desain penelitian adalahPenelitian kualitatif dengan Framework
Analysis. Peneliti melakukan wawancara semi terstuktur kepada 21 informan, telaah dokumen, serta observasi.

6. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Analisis Penyebab Insiden Pasien Jatuh di Bangsal Penyakit Dalam dan Instalasi
Paviliun Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang”. Didapatkan desain penelitian adalahPenelitian kualitatif dengan Framework
Analysis. Peneliti melakukan wawancara semi terstuktur kepada 21 informan, telaah dokumen, serta observasi.

7. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Hubungan Quality Of Work Life (QWL) dengan Kinerja Perawat di UPDT
Puskesmas Lakessi Kota Parepare” didapatkan desain penelitian ini adalah cross sectional study, jumlah sampel 32 orang, dan teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling.
8. Pada jurnal yang sudah di telaah dengan judul “Hubungan Antara Pendidikan dan Pelatihan serta Penghargaan dengan Kinerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih Kota Manado”. didapatkan desain penelitian ini adalahsurvei
analitik dengan rancangan Cross Sectional Study, dan jumlah sampel 61 orang.
PEMBAHASAN
Perawat merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit dan tenaga
yang paling lama berhubungan dengan pasien, serta kualitas pelayanan
yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai salah satu
indikator baik atau buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit (Makta
dkk, 2013).

Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien mendorong


perawat untuk melaksanakan tindakan sesuai SOP keselamatan pasien
sehingga berdampak pada kinerja implementasi keselamatan pasien.
Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan organisasi untuk
meningkatkan mutu melalui aspek keselamatan pasien dipengaruhi
oleh faktor individu. Optimalisasi perkembangan individu perawat
memerlukan upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan khusus
dalam lingkup keselamatan pasien (Ghosh & Scott, 2017).
Meningkatkan pengetahuan perawat untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu dengan sosialisasi, pelatihan berkelanjutan, dan belajar ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan

bertambah kepercayaan dirinya dan berani mengambil sikap terhadap sesuatu yang

akhirnya akan mempengaruhi perilaku. Penelitian lain menunjukkan perawat yang

dituntut mempunyai jiwa caring dalam memberikan asuhan keperawatan, dimana tahap

pertama pada caring adalah knowing yang artinya berusaha memahami arti suatu

kejadian dalam kehidupan klien, berfokus pada perawatan untuk klien, melakukan

pengkajian secara cermat dan melibatkan diri dengan klien.


Supervisi dalam ilmu manajemen keperawatan digunakan untuk menguji
kemungkinan apakah terjadi deviasi antara pelaksanaan kegiatan dengan
rencana awal yang telah ditetapkan. Pengawasan adalah fungsi organik
manajer, sehingga tidak bisa dilepas dari kebutuhan suatu organisasi. Bila tidak
ada maka kemungkinan kegagalan akan terjadi (Kurniadi, 2013). Penelitian
sebelumnya tentang supervisi berhubungan dengan kinerja perawat dalam
keselamatan pasien.

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, supervisi mempunyai hubungan negatif


dengan kinerja perawat dalam implementasi patient safety. Hal ini bisa
disebabkan karena supervisi tidak dilaksanakan dengan efektif sehingga tidak
berdampak terhadap kinerja perawat. Supervisi yang efektif membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat (Sitorus &
Panjaitan, 2011).
Pelaksanaan kinerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang baik bersumber dari individu
atau pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Untuk faktor individu sangat
dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensi. Sementara itu, dari segi organisasi dipengaruhi
oleh bagaimana cara organisasi memberdayakan pekerjanya, dengan memberikan penghargaan pada
pekerja dan bagaimana membantu meningkatkan kemampuan rumah sakit, Aktifitas pengembangan
atau proses pembelajaran ini dibuat untuk keuntungan individu perawat serta untuk peningkatan
produktivitas dan pelayanan pada pasien (Aulia dan Sasmita, 2014). Salah satu cara rumah sakit
meningkatkan kinerja perawat yaitu dengan mengadakan atau memberikan pelatihan keterampilan
dan pendidikan kelanjutan yang berhubungan dengan kompetensi dari perawat itu sendiri.

Pendidikan dan pelatihan merupakan unsur yang sangat penting dilakukan dalam suatu pekerjaan,
karena dapat membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka
yang sekarang atau yang akan datang. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu cara yang
dilakukan pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut, dan dalam
mencapai tujuannya tenaga kerja dituntut untuk memiliki semangat dan gairah kerja yang tinggi
agar keluaran kerjanya (produktivitas kerjanya) akan tinggi pula (Sastrohadiwiryo, 2015).
Kebutuhan akan penghargaan merupakan kebutuhan semua orang terlepas
dari kedudukan dan jabatannya (Notoadmojo, 2016) . Oleh karenanya,
pimpinan perlu memberikan penghargaan dalam bentuk apapun terhadap
perawat terlepas dari jabatan ataupun kedudukannya, terlebih lagi pujian
ataupun perhatian serta dukungan dalam melaksanakan tugas dan kerjanya
sebagai perawat.

Pemberian reward non financial seperti pujian atas kinerja yang baik maupun
ide untuk upaya meningkatkan keselamatan pasien dapat meningkatkan
kebanggaan perawat akan kinerja sehingga berusaha mempertahankan dan
meningkatkan kinerjanya dalam implementasi keselamatan pasien. Upaya
membangun keselamatan pasien memerlukan komitmen yang di pengaruhi oleh
pengetahuan perawat. Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien
menjamin mereka memiliki tanggung jawab untuk perbaikan proses.
Sistem komunikasi SBAR digunakan untuk mengkomunikasikan pasien dan
pengelolaannya, terutama komunikasi verbal baik langsung maupun melalui
sambungan telepon antar tenaga kesehatan yaitu antara:

1. Perawat dengan dokter


2. Konsultasi antardokter
3. Antarbagian layanan kesehatan
4. Pergantian petugas jaga (shift)
KESIMPULAN

Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien merupakan


kunci utama dalam memastikan perawatan yang aman.
Faktor pengetahuan perawat dan komitmen organisasi
memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap
kinerja perawat dalam implementasi patient safety.
Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien dapat
ditingkatkan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
secara berkelanjutan. Supervisi efektif sebagai fungsi
controlling dalam manajemen keperawatan perlu
ditingkatkan untuk mengembangkan perawat sehingga
berdampak perbaikan kualitas pelayanan.
SARAN

1. Lebih meningkatkan lagi upaya-upaya yang dapat meningkatkan kinerja


perawat salah satunya dengan mengikutsertakan perawat dalam pelatihan, baik
yang dilakukan di rumah sakit maupun di luar rumah sakit dan adanyaprogram
pendidikan yang berkesinambungan.
2. Lebih memperhatikan perlakuan atau tindakan-tindakan yang dapat
meningkatkan kinerja perawat salah satunya dengan memberikan penghargaan
berupa pengakuan dalam bentuk pujian ataupun perhatian dan dukungan
kepada setiap perawat dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Mengadakan pelatihan komunikasi SBAR sesering mungkin, agar kualitas
pelayanan dapat menjadi lebih baik lagi.
4. Lebih meningkatkan lagi fungsi supervisi manajemen ruangan berupa untuk
mengembangkan perawat sehingga berdampak perbaikan kualitas pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai