Anda di halaman 1dari 19

Tugas Keperawatan Lanjut Usia “Delirium”

Di susun oleh :

Romana Pebritia Nugraha

432051440116017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

BANDUNG

2019
A.Definisi Delirium

Delirium juga dikenal sebagai status konfusi akut,enselofati akut, dan perubahan
status mental, delirium bukanlah penyakit tetapi suatu gejala dari masalah yang mendasari.
Gejala ini dapat terjadi karena infeksi, ketidakseimbangan glukosa darah,nyeri,atau cedera
kepala,setelah prosedur pembedahan,anestesi,atau perubahan mendadak pada lingkungan
sekitar,atau akibat interaksi obat atau putus obat

Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau


hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika faktor
penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi masing-masing ciri karakteristik
tersebut dapat bervariasi pada pasien individual.Delirium dapat terjadi pada berbagai
tingkat usia namuntersering pada usia diatas 60 tahun. Menggigau merupakan gejala
sementara dan dapat berfluktuasi intensitasnya, kebanyakan kasus dapat sembuh
dalam waktu 4 minggu atau kurang. Akan tetapi jika delirium dengan fluktuasi
yang menetap lebih dari 6 bulan sangat jarang dan dapat menjadi progresif kearah
dementia.

B.Faktor Resiko

Delirium merupakan fenomena kompleks, multifaktorial, dan mempengaruhi


berbagai bagian sistem saraf pusat. Hipotesis terbaru menunjukkan defisiensi jalur
kolinergik dapat merupakan salah satu faktor penyebab delirium. Delirium yang
diakibatkan oleh penghentian substansi seperti alkohol, benzodiazepin, atau nikotin
dapat dibedakan dengan delirium karena penyebab lain. Pada delirium akibat
penghentian alkohol terjadi ketidakseimbangan mekanisme inhibisi dan eksitasi pada
system neurotransmiter. Konsumsi alkohol secara reguler dapat menyebabkan inhibisi
reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate) dan aktivasi reseptor GABA-A
(gammaaminobutyricacid-A).Disinhibisi serebral berhubungan dengan perubahan
neurotransmitter yang memperkuat transmisi dopaminergik dan noradrenergik, adapun
perubahan ini memberikan manifestasi karakteristik delirium, termasuk aktivasi
simpatis dan kecenderungan kejang epileptik. Pada kondisi lain, penghentian
benzodiazepine menyebabkan delirium melalui jalur penurunantransmisi GABA-ergik
dan dapat timbul kejang epileptik. Delirium yang tidak diakibatkan karena
penghentian substansi timbul melalui berbagai mekanisme, jalur akhir biasanya
melibatkan deficit kolinergik dikombinasikan dengan hiperaktivitasdopaminergik.
Perubahan transmisi neuronal yang dijumpai pada delirium melibatkan
berbagaimekanisme, yang melibatkan tiga hipotesis utama, yaitu:

1. Efek Langsung

Beberapa substansi memiliki efek langsung pada sistem neurotransmiter,


khususnya agen antikolinergik dan dopaminergik. Lebih lanjut, gangguan metabolic seperti
hipoglikemia, hipoksia,atau iskemia dapat langsung mengganggu fungsi neuronal dan
mengurangi pembentukan atau pelepasan neurotransmiter. Kondisi hiperkalsemia pada
wanita dengan kanker payudara merupakan penyebab utama delirium.

2.Inflamasi

Delirium dapat terjadi akibat gangguan primer dari luar otak, seperti penyakit
infl amasi, trauma, atau prosedur bedah. Padabeberapa kasus, respons infl amasi
sistemik menyebabkan peningkatan produksi sitokin, yang dapat mengaktivasi
mikroglia untuk memproduksi reaksi inflamasi pada otak. Sejalan dengan efeknya
yang merusak neuron, sitokin juga mengganggu pembentukan dan pelepasan
neurotransmiter. Proses infl amasiberperan menyebabkan delirium pada pasien
dengan penyakit utama di otak (terutama penyakit neurodegeneratif ).

3.Stres

Faktor stres menginduksi sistem saraf simpatis untuk melepaskan lebih


banyak noradrenalin, dan aksis hipotalamuspituitari-adrenokortikal untuk melepaskan
lebih banyak glukokortikoid, yang juga dapat mengaktivasi glia dan menyebab kan
kerusakan neuron.

C.Etiologi

Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola


gejala serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien.
Penyebab utama adalah berasal dari penyakit susunan saraf pusat (seperti epilepsy),
penyakit sistemik (seperti gagal jantung), dan intoksikasi atau reaksi putus obat
maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf
pusat,misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah
asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang terutama terkena adalah formasio
retikularis.

Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain:

•Usia

•Kerusakan otak

•Riwayat delirium

•Ketergantungan alcohol

•Diabetes

•Kanker

•Gangguan panca indera

•Malnutrisi

•Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun

•Efek toksik dari pengobatan

•Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau


magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit
tertentu

•Infeksi Akut disertai demam

•Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan yang


membantali otak tidak diserap sebagaimana mestinya dan menekan otak

•Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah tengkorak yang dapat


menekan otak.

•Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang otak)

•Kekurangan tiamin dan vitamin B12

•Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme

•Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang


•Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan rendahnya
kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah

•Stroke

D.Tanda Dan Gejala

Gejala delirium dapat menyerupai gejala depresi dan psikosis, seperti penurunan
rentang perhatian, penurunan kewaspadaan, dan perubahan pola tidur (namun delirium
mempunyai awitan mendadak sebaliknya depresi dan psikosis ditandai dengan awitan yang
lebih lambat). Gejala yang mudah diamati namun justru terlewatkan adalah bila terdapat
komunikasi yang tidak relevan, atau autonamnesis yang sulit dipahami; kadang-
kadang pasien terlihat seperti mengomel terus atu terdapat ide-ide pembicaraan yang
melompat-lompat.

E.Dampak

a. Individu

1) Perilaku, klien mungkin mengbaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan


kegiatas sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau
menyisir atau mengganti pakaian.
2) Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri
rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu
diisolasi.
3) Kemadirian klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada
keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres
fisik.
4) Pola persepsi dalam pemeliharaan kesehatan, klien secara tidak sadar bahwa
dirinya mengaami gangguan jiwa
5) Pola nutrisi dan metabolime, penurunan berat bdan dan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan
6) Pola aktivitas, perilkua yang hiperkinesia, agitasi dan gelisah
7) Pola eliminasi, bak masih ngompol (kadang-kadang), 2 hari belum BAB setelah
MRS
8) Pola istirahat dan tidur, kien sulit tidur dan gelisah
9) Pola kognitif, klien tidak bisa konsentrasi dan lambat berbicara dan mengambil
keputusan
10) Pola persepsi diri, halusinasi dengar dan penglihatan
11) Pola peran, harga diri rendah, putus asa, kegagalan
12) Pola penyesuai diri, isolasi diri
13) Pola hubungan sosial, keursakan interkasi sosial
14) Pola kepercayaan dan agama, gangguan dalam beribadah

b. Keluarga :

1) klien mungkin mengabaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan


kegiatan sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak
mau menyisir atau mengganti pakaian.
2) Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri
rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu
diisolasi.
3) Kemadirian ,klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada
keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres
fisik.
4) Ketegangan tingkat konflik, mengganggu satu atau lebih anggota keluarga
berperan dengann baik .

F. Pengkajian Fisik

1. Identitas

Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat (menurut klien
dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.

3. Faktor predisposisi
Gangguan kongnitif pada umumnya disebabkan oleh karena gangguan fungsi biologis dan
system saraf pusat. System saraf pusat memerlukan nutrisi untuk dapat berfungsi dan
setiap adanya gangguan pengiriman nutrisi dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi ini.

Factor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan kognif adalah :

a. Degenerasi yang berhubungan dengan proses menua.

b. Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat makan yang penting untuk fungsi
otak:

1) Artheroschelerotic vascular

2) Serangan iskemik singkat

3) Pendarahan otak

4) Gangguan infark pada otak

c. Penumpukan racun pada jaringan otak

d. Penyakt hati kronic.

e. Penyakit ginjal kronik

f. Kekurangan vitamin (B10 atau tiamin)

g. Malnutrisi

h. Abnormalitas genetic

i. Penyakit HIV

4. Faktor presipitasi

Selain kelainan atau gangguan pada otak dapat menjadi factor presipitasi pada
gangguan kognitif. Kelainan tersebut antara lain ;

a. Hipoksia

b. Gangguan metabolisme( hipotiroid, hipertiroid, penyakit adrenal, hipoglikemia)

c. Racun pada otak


d. Adanya perubahan struktur otak

e. Stimulus lingkungan yang kurang atau berlebihan yang mengakibatkan gangguan


sensorik

f. Respon perlawana terhadap pengobatan

5. Meknisme koping

Ketika mengalami gangguan kognitif, individu yang menggunankan berbagai macam


koping untuk mengatasinya individu yang telah mempunai pengalaman menggunakan
koping yang kontruktif pada masa lalu akan lebh mampu mengatasi masalah tersebut
daripada individu yang sebelumnya telah memiliki kesulitan dalam menyelesaikan
masalah. Ketidakmampuan mengatasi masalah tersebut daripada individu yang
sebelumnya telah memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan
mengatasi masalah tersebut secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku
patologis.

Perawat perlu melindungi klien dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan


menggantikan mekanisme koping yang dimiliki individu dengan cara mengorientasikan
klien pda realita secara terus menerus. Mekanisme pertahanan yang dipkai pada gangguan
kongnitif yaitu regresi, denial, dan kompensasi.

6. Prilaku

Pada klien dengan delirium perlikau yang mungkin muncul adalah gelisah,hiperaktifitas,
tremor, depresi dan perliku merusak diri ( Townsend, 1993 )

Menurut David A Tomb (2003) perilaku delirium ditandai dengan :

a. Kesadaran berkabut

Pasien tidak waspada seperti biasanya dan Nampak bingung. Klien dapat terjadi
penurunan kesadaran ( bertahap sampai stupor ) atau hiper-alerp ( aspada berlebihan )

b. Atensi kurang
Biasanya pasien mudah teralih perhatiannya dan tidak dapat memusatkan perhatian
dengan baik atau cukup lama untuk mengikuti rangkaian piker atau mengerti apa yang
sedsng terjadi disekitarnya.

c. Gangguan persepsi

Pasien biasanya salah interprestasi terhadap suatu kejadian atau mengalami ilusi
( missal ada bayangan pohon pisang yang melambai”, klien yakin ada hantu atau orang
yang mengganggunya ). Ia bisa atau mungkin tidak menyadari kesalahan persepsinya.

d. Perubahan pola tidur-bangun

Insomnia hamper selalu ada ( semua gejala biasanya memburuk diwaktu malam
hari pada keadaan gelap ) dan kantuk berat juga dapat terjadi.

e. Dis orientasi

Pasien mengalami disorientasi terhadap waktu, tempat, orang, dan situasi.

f. Ganguan memori

Pasien mengalami deficit recent memori dan biasanya menyangkal ( dapat


berkonfaulasi dan cenderung ingin menceritakan masalalu ).

g. Inkoherens

Pasien dalam berbicara kacau dan tidak dapat dimengerti.

h. Aktifitas psikomotor yang berubah

Sebagian besar pasien mengalami agitasi, gelisah dan menunjukkan pengulangan


gerakan.

7. Pemeriksaan fisik

Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun,


takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau
makan.

8. Psikososial
a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh
lebih tinggi dari kembar dizigot .

b. Konsep diri

c. Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena


proses patologik penyakit.

d. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

e. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran
dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan
jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan
sumber yang cukup.

f. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang
ada.

g.Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga
dirinya rendah karena kegagalannya.

9. Hubungan sosial

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting
dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan
internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan
individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien
cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri
yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi
sosial, hubungan dangkal dan tergantung.

10. Spiritual

Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

11. Status mental

a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

c. Aktivitas motorik

Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah,


impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.

d. Alam perasaan

e. Afek dan emosi.

Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu
karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini
menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek
yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang
menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar
dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek
adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.

f. Interaksi selama wawancara

Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.

g. Persepsi

Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan,
sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan
adalah halusinasi.

h. Proses berpikir

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung


berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian
yang umum diterima.

Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang
dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis,
delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak
sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi
dan neologisme.

i. Tingkat kesadaran

Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.

G. Pengkajian Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 12,5 gr%

LED : 45 mg/L

Leukosit : 5,0 x 109 /dl

b) Pemeriksaan Widal

S. Thyphi O : Negative

S. Thyphi H : Negative

S. Para A : Negative

S. Para B : Negative

H. Analisa Data

N DATA MASALAH
O
1 Data Subyektif : Perilaku Kekerasan
-       Keluarga mengatakan bahwa klien kadang
mendengar suara yang membisikan dirinya disetiap ada
rangsangan (berupa suara atau bunyian yang keras) .
-       Keluarga kadang-kadang memegangi klien dikala
sedang gelisah dan tidak enak duduk dan tidur serta
berkeinginan untuk melepaskan jarum infus yang
terpasang ditangan kirinya.
-       Klien minta agar tali pengikatnya dilepas .
Data Obyektif :
-       Klien ketika didekati perawat mengatakan bahwa di
tempat terpasangnya infus ada 4 pasang sapi yang sedang
berkejar-kejaran (berbunyi tak-tuk-tak-tuk)
-       Terdapat luka lecet pada daerah dahi (daerah tengah
antara dua lais) dan pelipis bekas garukan.
-       Klien nampak gelisah , berontak, ngomel-ngomel,
tidak enak duduk dan tidak enak tidur, mata merah.

2 Data Subyektif : Isolasi Sosial


-       Keluarga mengatakan klien kadang-kdang berbicara
sendiri dengan nada yang agak keras.

Data Obyektif :
-       Klien nampak Kurang percaya pada orang lain,
sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang
tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang
sesuatu menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang
dangkal.
-       Klien bila diajak kenalan dengan klien liannya
seperti (sdr. JS dan Sdr. S) masih belum bersahabat dan
masih salah dalam mengulang nama yang baru saja
dikenalkan
-       Klien terlihat Kesadarannya berkabut, Psikomotor
meningkat, bentuk pikir non realistik, arus (asosiasi
longgar) dan isi (pemikiran tak memadai), Afek emosi
yang dangkal

I. Diagnosa

1. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.

2. Isolasi Sosial berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adekuat.


J.Intervensi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


O
1 Perilaku Setelah dilakukan 1. Pertahankan agar 1. Tingkat ansietas
Kekerasan tindakan lingkungan klien pada atau gelisah akan
berhubungan keperawatan tingkat stimulaus yang meningkat dalam
dengan berespon selama 3 x 24 rendah (penyinaran lingkungan yang
pada pikiran jam, diharapkan rendah, sedikit orang, penuh stimulus.
delusi dan klien dapat dekorasi yang sederhana
halusinasi. mengontrol dan tingakat kebisingan
perilakunya yang rendah)
,dengan kriteria
hasil : 2. Ciptakan lingkungan 2. Lingkungan
Tupen : psikososial sikap perawat psikososial yang
Dalam 2 minggu yang bersahabat, penuh terapeutik akan
klien dapat perhatian, lembuh dan menstimulasi
mengenal tanda- hangat) kemampuan perasaan
tanda peningkatan·   - Bina hubungan saling kenyataan
kegelisahan dan percaya (menyapa klien
melaprkan pada dengan rama memanggil
perwat agasr nama klien, jujur , tepat
dapat diberikan janji, empati dan
intervensi sesuai menghargai.Tunjukkan
kebutuhan. perawat yang  bertanggung
Tupan: jawab
Klien tidak akan
membahayakan 3. Observasi secara ketat 3.Observasi ketat
diri, orang lain perilaku klien (setiap 15 merupakan hal yang
dan lingkungan menit) penting, karena
selama di rumah dengan demikian
sakit. intervensi yang tepat
dapat diberikan segera
dan untuk selalu
memastikan bahwa
kien berada dalam
keadaan aman

4. Kembangkan orientasi 4.Klien perlu


kenyataan : dikembangkan
·   -Bantu kien untuk kemampuannya untuk
mengenal persepsinya menilai realita secara
·    -Beri umpan balik tentang adequat agar klien
perilaku klien tanpa dapat beradaptasi
menyokong atau dengan
membantah kondisinya lingkungan.Klien
·   -Beri kesempatan untuk yang berada dalam
mengungkapkan persepsi keadaan gelisah,
an daya orientasi bingung, klien tidak
menggunakan benda-
benda tersebut untuk
membahayakan diri
sendiri maupun orang
lain

5. Tingkatkan peran serta 5.Klien yang sudah


keluarga pada tiap tahap dapat mengontrol
perawatan dan jelaskan halusinasinya perlu
prinsip-prinsip tindakan sokongan keluarga
pada halusinasi. untuk
mempertahankannya.

6. Berikan obat-obatan 6.Obat neroleptika ini


antipsikotik sesuai dengan dipakai untuk
program terapi mengendalikan
Haloporidol (2 x 2 mg) psikosis dan
dan (pantau keefektifan mengurangi tanda-
dan efek samping obat). tanda agitasi.
2 Isolasi Sosial Setelah dilakukan 1. Ciptakan lingkungan 1. Lingkungan fisik
berhubungan tindakan terapeutik : dan psikososial yang
dengan sistem keperawatan - bina hubungan saling terapeutik akan
pendukung yang selama 3 x 24 percaya ((menyapa klien menstimulasi
tidak adekuat. jam, diharapkan dengan rama memanggil kemmapuan klien
kemampuan nama klien, jujur , tepat terhadap kenyataan.
interaksi klien janji, empati dan
meningkat,dengan menghargai).
kriteria hasil : - tunjukkan perawat yang
Tupen bertanggung jawab
1.klien mampu - tingkatkan kontak klien
membina dengan lingkungan sosial
hubungan saling secara bertahap
percaya
2.klien mampu 2. Perlihatkan penguatan 2. hal ini akan
mengenal positif pada klien. membuat klien merasa
masalah isolasi Temani klien untuk menjadi orang yang
sosial memperlihatkan dukungan berguna.
3.Klien mampu selama aktivitas kelompok
berkenalan yang mungkin merupakan
dengan perawat hal yang sukar bagi klien.
- Tupan
1.Klien mampu 3. Orientasikan klien pada 3. kesadaran diri yang
bercakap-cakap waktu, tempat dan orang. meningkat dalam
dalam melakukan hubungannya dengan
kegiatan harian lingkungan waktu,
dan dapat tempat dan orang.
bersosialisasi
dengan orang lain
untuk kedepannya 4. Bantu klien 4. Untuk mengetahui
mengidentifikasi masalah- kendala yang dihadapi
masalah interpersonal oleh klien dalam
yang menyebabkan melakukan interaksi
kurangnya berinteraksi
dengan orang lain

5. Obat ini dipakai


5. Berikan obat anti untuk mengendalikan
psikotik sesuai dengan psikosis dan
program terapi mengurangi tanda-
(Haloperidol 2x 2 mg) tanda agitasi

6.dengan keterlibatan
6. Jelaskan pentingnya keluarga dapat
keterlibatan keluarga membuat klien
dalam perawatan klien merasakan adanya
kedekatan yang dapat
meningkatkan
kepercayaan dirinya

DAFTAR PUSTAKA

Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/84f792be708bd93a0e18dde1c592c
a79.pdf (diakses pada tanggal 18 Maret pukul 19.55)

https://edoc.site/askep-delirium-lansia-pdf-free.html (diakses pada tanggal 19 Maret pukul


20.39)

Anda mungkin juga menyukai