Anda di halaman 1dari 170

GELANGGANG OLAHRAGA KHUSUS MUSLIMAT

DI KOTA KENDARI
DENGAN PENDEKATAN SYARIAT ISLAM

Acuan Perancangan

TUGAS AKHIR
Program Studi S-1 Arsitektur
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Arsitektur

Diajukan Oleh :
YUDISTHESSAR
211 020 77

Dosen Pembimbing :
1. ASRI ANDRIAS HB., ST., MT
2. ELVINA SARI TAUFIQ, ST., M.P.W

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2020
GELANGGANG OLAHRAGA KHUSUS MUSLIMAT
DI KOTA KENDARI
DENGAN PENDEKATAN SYARIAT ISLAM

Acuan Perancangan

TUGAS AKHIR
Program Studi S-1 Arsitektur
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Arsitektur

Diajukan Oleh :
YUDISTHESSAR
211 020 77

Dosen Pembimbing :
1. ASRI ANDRIAS HB., ST., MT
2. ELVINA SARI TAUFIQ, ST., M.P.W

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.

Segala puji syukur hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena atas
limpahan petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penulisan Hasil Tugas Akhir dengan judul "Gelanggang Olahraga
Khusus Muslimat" di Kota Kendari dengan pendekatan "Syariat Islam". Tak lupa
shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad
shallallahu 'alaihi wasalam, dikarenakan petunjuk beliau Penulis mendapatkan
inspirasi untuk mengangkat judul yang lebih bermanfaat.

Dalam proses penulisan Hasil ini Penulis menyadari banyak menemukan


kesulitan dan masalah, namun berkat motivasi yang kuat, arahan dan bimbingan
sehingga Penulis dapat menyelesaikan Hasil ini.

Dengan menyebut Nama Allah yang berhak atas segala pujian, izinkan
penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Amir Mahmud, S.Pi., M.P. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Kendari.
2. Bapak Dr. Ilham, ST., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Kendari.
3. Bapak Yudhi Dwi Hartono, ST., M.Sc., selaku Ketua Program Studi S-1
Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Kendari.
4. Bapak Asri Andrias HB., ST., MT. selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Elvina Sari Taufiq, ST., M.P.W. selaku dosen pembimbing II, karena
tuntunan dan dukungan materi keilmuan serta dukungan semangat beliau
berdua sehingga Penulis dapat menyelesaikan Hasil ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap Staf Akademik Fakultas Teknik,
dikarenakan kesabaran dalam mendidik dan kelancaran dalam pengurusan
berkas-berkas akademik.

ii
6. Ayah terbaik Ir. Edwar Effendy, MM. dan Ibu tercinta Wa Ode Andri Bone
atas kesabaran beliau berdualah yang membuat Penuils dapat terus mengecap
pendidikan. Terimakasih atas dukungan doa dan materi, karena tanpa semua
itu Penulis akan merasakan kesulitan dan hambatan yang banyak.
7. Adik terbaik Fans Randli Dwi Nanda, ST. yang memberi dukungan dengan
berperilaku baik dan materi sehingga meringankan sedikit beban Penulis.
8. Pak Revi, Pak Munichy dan Pak Uut, yang telah menjadi inspirasi dan
penyemangat penulis.
9. Saudara tak sedarah Sanoysuke Sagara, Ronni Daburta, Isram Ozi Teka,
Wawad Dufatlas, Fitriadin Daano, Ocek Hambalang, Achiel Mart, dan Rizal
Masu atas dukungan material dan semangat yang diberikan.
10. Saudari tak sedarah Sekertaris Desi Rahmawati dan Bendahara Sumiatin
Kelompok 9 KKA-UMK yang bekerja keras menangani laporan KKA.
11. Saudara saudari Teknik Arsitektur dan Saudara saudari Tugas Akhir
seperjuangan yang memberikan dukungan dan semangat serta bahu untuk
bersandar.

Penulis menyadari kesempurnaan hanya milik Allah sehingga tulisan ini


masih jauh dari mendekati kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis membutuhkan
masukan, saran dan kritikan agar supaya bisa dijadikan bahan pembelajaran dan
motivasi untuk perbaikan dan penyempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga
tulisan ini dapat memberi manfaat bagi Pembaca. Aamiin.

Kendari, 21 April 2020

YUDISTHESSAR

iii
ABSTRAK

Yudisthessar (211 02 077), Gelanggang Olahraga di Kota Kendari


denan penekanan Arsitektur Islam. Dosen Pembimbing I Asri Andrias HB.,
ST., MT, Dosen Pembimbing II Elvina Sari Taufiq, ST., M.P.W, Program
Studi Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Kendari.

Kota Kendari kota bertaqwa merupakan salah satu daerah dengan


mayoritas penduduknya beragama Islam, yaitu sekitar 93,27% atau sekitar
345.778 jiwa penduduknya merupakan kaum Muslimin dan Muslimat. Umat
Islam dianjurkan untuk berolahraga agar mendapatkan manfaat yang baik seperti
fisik yang baik dan tubuh yang sehat. Pemerintah Kota Kendari telah
menyediakan sarana dan prasarana olahraga seperti Taman Kota, namun terkhusus
beberapa kaum muslimat terkendala dengan hukum dalam syriat Islam. Dalam
syariat Islam, Muslimin dan Muslimat dituntut untuk bertaqwa kepada Allah
subhanahu wataala. Kaum muslimat sangat ingin melaksanakan anjuran agama
untuk berolahraga namun juga sangat ingin melaksanakan anjuran agama untuk
tetap menjaga aurat, menundukan pandangan dan menghindari campur baur
dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Oleh karena permasalahan tersebut
sehingga muslimat Kota Kendari membutuhkan sarana dan prasarana khusus
untuk berolahraga. Metode yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan
Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat ini adalah dengan metode deskriptif,
observasi dan studi literatur dari berbagai sumber kepustakaan. Dari pendekatan
Syariat Islam yang dilakukan dalam perencanaan, maka dapat dihasilkan
rancangan gelanggang olahraga yang syar'i di Kota Kendari.

Kata Kunci: gelanggang olahraga, syariat islam.

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM..................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

ABSTRAK.............................................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................4

1.3 Tujuan dan Sasaran Penulisan..........................................................5

1.3.1 Tujuan................................................................................................5

1.3.2 Sasaran...............................................................................................5

1.4 Batas dan Lingkup Penulisan...........................................................5

1.4.1 Lingkup Penulisan..............................................................................5

1.4.2 Batasan Penulisan..............................................................................5

1.5 Metode dan Sistematika Penulisan...................................................5

1.5.1 Metode Penulisan...............................................................................5

1.5.2 Sistematika Penulisan........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

2.1 Pengertian Judul...............................................................................7

2.2 Tinjauan Umum Gelanggang Olahraga............................................8

2.2.1 Pengertian Gelanggang Olahraga.......................................................8

2.2.2 Pembagian Olahraga..........................................................................8

v
2.3 Tinjauan Umum Olahraga Rekreasi.................................................9

2.3.1 Pengertian Olahraga Rekreasi............................................................9

2.3.2 Tujuan dan Sasaran Olahraga Rekreasi.............................................9

2.3.3 Peranan Rekreasi dalam Kehidupan..................................................9

2.4 Tinjauan Umum Muslimat.............................................................12

2.4.1 Pengertian Muslimat........................................................................12

2.4.2 Ciri-ciri Muslimat............................................................................13

2.5 Tinjauan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat........................13

2.5.1 Pengertian Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat.......................13

2.5.2 Fungsi Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat.............................14

2.5.3 Tujuan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat.............................14

2.5.4 Fasilitas Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat...........................14

2.5.5 Pengunjung dan Usia Pengunjung...................................................16

2.6 Tinjauan Syariat Islam....................................................................16

2.6.1 Pengertian Syariat............................................................................16

2.6.2 Pengertian Syariat Islam..................................................................18

2.6.3 Syariat Islam dan Arsitektur............................................................21

2.6.4 Prinsip Arsitektur Berdasarkan Nilai-Nilai Islam............................23

2.6.5 Telaah Bangunan Arsitektur yang Islam..........................................26

2.7 Tinjauan Hijab................................................................................27

2.7.1 Pengertian Hijab...............................................................................27

2.7.2 Syarat-syarat Hijab...........................................................................28

2.8 Studi Literatur.................................................................................30

2.8.1 UC Riverside Recreation.................................................................30

2.8.2 Masjid Islamic Center Mu'adz bin Jabal..........................................34

vi
2.9 Ide Perancangan.............................................................................36

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN...........................................37

3.1 Kondisi Umum Kendari.................................................................37

3.1.1 Tinjauan Kondisi Fisik.....................................................................37

3.1.2 Rencana Tata Ruang Kota Kendari..................................................40

3.1.3 Arah Pembangunan Kota Kendari...................................................41

3.1.4 Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kota Kendari....................44

3.1.5 Rencana Pengembangan SWP.........................................................46

3.1.6 Topografi..........................................................................................49

3.1.7 Kependudukan.................................................................................50

3.1.8 Geologi.............................................................................................51

3.1.9 Hidrologi..........................................................................................51

3.2 Tinjauan Khusus Lokasi.................................................................51

3.3 Tinjauan Obyek Gelanggang Olahraga Di Kota Kendari..............53

3.3.1 GOR Bahteramas.............................................................................53

3.3.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH), Hutan Kota Kantor Walikota Kendari.
........................................................................................................54

3.4 Urgensi Pengadaan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat........55

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN...................................57

4.1 Titik Tolak Konsep Perancangan...................................................57

4.2 Pendekatan Konsep Makro.............................................................58

4.2.1 Pendekatan Penentuan Lokasi..........................................................58

4.2.2 Pendekatan Pemilihan Tapak...........................................................60

4.2.3 Pemilihan Tapak..............................................................................67

4.3 Pendekatan Konsep Mikro.............................................................69

vii
4.3.2 Pendekatan Kebutuhan Ruang.........................................................69

4.3.3 Pendekatan Pengelompokan Ruang.................................................70

4.3.4 Pendekatan Pola Hubungan Ruang..................................................71

4.3.5 Pendekatan Pola Organisasi Ruang..................................................72

4.3.6 Pendekatan Besaran Ruang..............................................................76

4.3.7 Pendekatan Sistem Struktur.............................................................76

4.3.8 Pendekatan Ruang Dalam................................................................80

4.3.9 Pendekatan Ruang Luar...................................................................80

4.3.10 Pendekatan Sistem Utilitas...............................................................81

4.3.11 Pendekatan Syariat Islam.................................................................93

BAB V ACUAN PERANCANGAN..................................................................102

5.1 Konsep Perancangan Makro.........................................................102

5.1.1 Analisis Lokasi...............................................................................102

5.1.2 Analisis Tapak................................................................................104

5.2 Konsep Perancangan Mikro.........................................................115

5.2.1 Pengelompokan Kegiatan dan Aktifitas Pengguna........................116

5.2.2 Konsep Hubungan Ruang..............................................................118

5.2.3 Konsep Besaran Ruang..................................................................123

5.2.4 Konsep Ruang Dalam....................................................................127

5.2.5 Konsep Tata Ruang Luar...............................................................130

5.2.6 Konsep Struktur.............................................................................137

5.2.7 Konsep Pengkondisian Ruang.......................................................139

5.2.8 Konsep Utilitas dan Kelengkapan Bangunan.................................143

5.2.9 Konsep Syariat Islam.....................................................................148

5.2.10 Konsep Gubahan Bentuk Dasar Bangunan....................................149

viii
BAB VI PENUTUP............................................................................................151

6.1 Kesimpulan...................................................................................151

6.2 Saran.............................................................................................151

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................152

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Five Stars in Architecture Design...........................................23


Gambar 2.2 Aplikasi Hijab Berupa Kain Pembatas.......................................... 29
Gambar 2.3 UC Riverside Sport and Recreation Center....................................30
Gambar 2.4 UC Riverside SRC Siteplan............................................................31
Gambar 2.5 UC Riverside SRC Second Floorplan............................................32
Gambar 2.6 UC Riverside SRC Second Floor...................................................33
Gambar 2.7 Kolam Renang UC Riverside SRC.................................................33
Gambar 2.8 Kawasan Masjid Mu'adz bin Jabal Kendari...................................34
Gambar 2.9 Pembagian Area Jamaah.................................................................34
Gambar 2.10 Interior Masjid................................................................................35
Gambar 2.11 Interior Shaff Wanita......................................................................35
Gambar 3.1 Peta Kota Kendari...........................................................................37
Gambar 3.2 Presentase Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan
2017................................................................................................38
Gambar 3.3 Pengembangan Pola Ruang Kota Kendari.....................................40
Gambar 3.4 Peta Rencana Penetapan Kawasan Strategis..................................52
Gambar 3.5 Wilayah Kampus UHO Kec. Kambu.............................................52
Gambar 3.6 Tampak Depan GOR Bahteramas..................................................53
Gambar 3.7 RTH, Hutan Kantor Walikota Kendari...........................................54
Gambar 4.1 Existing Site Condition...................................................................61
Gambar 4.2 Boundaries and Size Area..............................................................62
Gambar 4.3 Major Land Features.......................................................................62
Gambar 4.4 Solar Altitude and Azimuth............................................................63
Gambar 4.5 View Into The Site / From The Site...............................................64
Gambar 4.6 Noise...............................................................................................64
Gambar 4.7 Vehincular and Pedestrian Pattern..................................................65

x
Gambar 4.8 Public - Private (Zoning)................................................................66
Gambar 4.9 Vehincular and Pedestrian Circulation...........................................66
Gambar 4.10 Alternatif Tapak..............................................................................67
Gambar 4.11 Public + Private Zones....................................................................70
Gambar 4.12 Melewati Ruang..............................................................................71
Gambar 4.13 Lewat Menembusi Ruang...............................................................71
Gambar 4.14 Menghilang Di Dalam Ruang.........................................................72
Gambar 4.15 Organisasi Terpusat........................................................................72
Gambar 4.16 Organisasi Linier............................................................................73
Gambar 4.17 Organisasi Radial............................................................................74
Gambar 4.18 Organisasi Terklaster......................................................................75
Gambar 4.19 Organisasi Grid...............................................................................76
Gambar 4.20 Jenis Pondasi..................................................................................77
Gambar 4.21 Pelat Satu Arah...............................................................................78
Gambar 4.22 Pelat Dua Arah...............................................................................78
Gambar 4.23 Pelat Datar Dua Arah......................................................................79
Gambar 4.24 Upper Structure Jenis Rangka........................................................79
Gambar 4.25 Elemen dan Prinsip Desain.............................................................80
Gambar 4.26 Konsep Dalam Desain Lansekap....................................................81
Gambar 4.27 Sistem Air Bersih Horizontal Untuk Perumahan...........................83
Gambar 4.28 Sistem Air Bersih Vertikal.............................................................84
Gambar 4.29 Pengaplikasian Hijab Pada Masjid.................................................97
Gambar 4.30 Dome Of The Darb-i-Imam Mauseoleum......................................98
Gambar 4.31 The Mirador Of Lindaraja..............................................................99
Gambar 4.32 Muqarnas........................................................................................99
Gambar 4.33 Stone Window Grille....................................................................100
Gambar 4.34 Inscription In The Masjid-i-Jami' In Isfahn, Persia......................100

xi
Gambar 4.35 Minbar Of The Mousoleum Of Qaytbay, Cairo..........................101
Gambar 5.1 Analisis Lokasi dan Tapak...........................................................103
Gambar 5.2 Existing Site Condition.................................................................104
Gambar 5.3 Ukuran Dan Luas Tapak...............................................................105
Gambar 5.4 Topografi Tapak...........................................................................105
Gambar 5.5 Arah Datang Sinar Matahari.........................................................106
Gambar 5.6 Tanggapan Orientasi Matahari.....................................................107
Gambar 5.7 Iklim Kota Kendari.......................................................................108
Gambar 5.8 Tanggapan Terhadap Iklim...........................................................109
Gambar 5.9 View Keluar Tapak.......................................................................110
Gambar 5.10 Tanggapan Terhadap View...........................................................111
Gambar 5.11 Sumber Kebisingan Pada Tapak...................................................111
Gambar 5.12 Tanggapan Terhadap Kebisingan.................................................112
Gambar 5.13 Jalur Pencapaian Tapak................................................................112
Gambar 5.14 Tanggapan Sirkulasi Tapak..........................................................113
Gambar 5.15 Kondisi Dan Rencana Sirkulasi Tapak.........................................113
Gambar 5.16 Tanggapan Penzoningan...............................................................114
Gambar 5.17 Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan.........................................119
Gambar 5.18 Hubungan Ruang Group Pengantar..............................................120
Gambar 5.19 Hubungan Ruang Group Pengunjung...........................................121
Gambar 5.20 Hubungan Ruang Group Pengelola..............................................122
Gambar 5.21 Material Dinding Ruang Dalam...................................................127
Gambar 5.22 Penggunaan Material Moderen.....................................................128
Gambar 5.23 Pembagian Tapak.........................................................................129
Gambar 5.24 Rumput Jepang.............................................................................130
Gambar 5.25 Pohon ...........................................................................................131
Gambar 5.26 Kolam Hias Dengan Teratai.........................................................131

xii
Gambar 5.27 Paving Block dan Grass Block Parkiran......................................132
Gambar 5.28 Pedestrian Paving Block...............................................................132
Gambar 5.29 Jogging Track...............................................................................133
Gambar 5.30 Gazebo..........................................................................................134
Gambar 5.31 Tempat Sampah............................................................................134
Gambar 5.32 Modul Struktur.............................................................................135
Gambar 5.33 Pondasi Foot Plat..........................................................................135
Gambar 5.34 Struktur Rangaka Baja..................................................................136
Gambar 5.35 Rangka Baja..................................................................................136
Gambar 5.36 Distribusi Pencahayaan Alami.....................................................137
Gambar 5.37 Jenis Pencahayaan Buatan Untuk Fasilitas Olahraga...................138
Gambar 5.38 Sistem Penghawaan Alami...........................................................139
Gambar 5.40 Jarak dan Tanaman Sebagai Peredam Kebisingan.......................140
Gambar 5.41 Skema Distribusi Air Bersih.........................................................141
Gambar 5.42 Skema Pembuangan Air Kotor.....................................................141
Gambar 5.43 Skema Pembuangan Kotoran Padat..............................................142
Gambar 5.44 Skema Pembuangan Sampah........................................................142
Gambar 5.45 CCTV...........................................................................................143
Gambar 5.46 Fire Alarm System........................................................................144
Gambar 5.47 Hydrant And Sprinkler System....................................................144
Gambar 5.48 Tangga..........................................................................................145
Gambar 5.49 Lift/ Elevator................................................................................145
Gambar 5.50 Konsep Ruang Tertutup Hijau......................................................146
Gambar 5.51 Konsep Bentuk Dasar Bangunan..................................................147
Gambar 5.52 Konsep Tata Massa Bangunan.....................................................147

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Arahan Struktur Ruang Kota Kendari Tahun 2030.............................45
Tabel 3.2 Rencana Pengembangan SWP............................................................48
Tabel 3.3 Distribusi Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2017........50
Tabel 4.1 Analisis Pembobotan Pemilihan Tapak...............................................68
Tabel 5.1 Pengelompokan Dan Zona Kegiatan Pelaku Pengguna Bangunan...116
Tabel 5.2 Besaran Ruang Area Pengantar.........................................................123
Tabel 5.3 Besaran Ruang Area Pengunjung......................................................124
Tabel 5.4 Besaran Ruang Area Pengelola.........................................................125
Tabel 5.5 Besaran Ruang Area Servis...............................................................126
Tabel 5.6 Rekapitulasi Keseluruhan..................................................................126

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di


dunia. Menurut data Sensus Penduduk pada tahun 2010 menunjukan
sebanyak 207 juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 261 juta jiwa
berdasarkan data Statistik Indonesia tahun 2017, sekitar 79,31% dari
penduduk Indonesia beragama Islam. Meskipun mayoritas penduduk
Indonesia adalah muslim namun Indonesia bukanlah negara dengan sistem
pemerintahan Khilafah atau sistem pemerintahan yang biasanya di terapkan
pada negara-negara Islam. Sebagian besar umat Islam di Indonesia berada di
wilayah Indonesia bagian Barat, misalnya di pulau Sumatera, Jawa, Madura
dan Kalimantan. Wilayah Indonesia bagian Timur, penduduk Muslim
banyak yang menetap di daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Maluku
Utara. Penyebab utama bertambahnya jumlah penduduk Muslim di wilayah
Indonesia Timur dikarenakan adanya transmigrasi dari Jawa dan Madura
secara besar-besaran pada masa tiga dekade pemerintahan Presiden
Soeharto. (Wikipedia Indonesia, 2019)
Sulawesi Tenggara adalah provinsi dengan penduduk mayoritas
Muslim, yaitu sekitar 95,12% atau 2.475.392 jiwa penduduknya beragama
Islam dari 2.602.389 jiwa total jumlah penduduknya berdasarkan data BPS
2017. Letak strategis Sulawesi Tenggara yang menyebabkannya menjadi
tempat persinggahan para pedagang dari berbagai penjuru Nusantara dan
Mancanegara. Hal tersebut berdampak pada mudah masuknya pengaruh dari
luar termasuk para penyebar agama Islam. (Provinsi Sulawesi Tenggara
Dalam Angka 2018)
Kendari merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan
jumlah penduduk pada tahun 2017 sekitar 370.728 jiwa yang dihuni oleh
masyarakat dari berbagai Suku, mulai dari penduduk asli Kota Kendari yaitu

1
Suku Tolaki, kemudian Suku pendatang yaitu Suku Jawa, Suku Madura,
Suku Muna, Suku Buton dan Suku Bugis. Mayoritas penduduk Kota
Kendari memeluk agama Islam sekitar 93,27% atau sekitar 345.778 jiwa.
(Kota Kendari Dalam Angka 2018)
Kendari memiliki semboyan Kota Bertaqwa, sebagian besar penduduk
Muslimatnya khususnya para pemudi saat ini mulai menggunakan gamis
panjang atau jubah longgar yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan
kedua telapak tangan, bahkan ada juga yang sampai menggunakan cadar.
Fenomena ini banyak kita jumpai di lingkungan kampus baik kampus Islam
seperti Universitas Muhammadiyah Kendari maupun kampus umum negeri
seperti Universitas Haluoleo. Hal tersebut adalah dampak dari perhatian
kaum Muslimat terhadap adab-adab yang diatur dalam Al-Quran surat An-
Nuur ayat 31, dimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya:
"katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan
hendaklah mereka menutup kain kudung (khimar) kedadanya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung." (Al-Quran Terjemahan surah An-Nuur
ayat 31)
Selain diatur oleh ketentuan didalam Al-Quran, sebagian Muslimat
memperhatikan adab-adab yang diatur dalam hadits dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa

2
sallam bersabda yang artinya: "Ada dua golongan dari umatku yang belum
pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi
yang digunakan untuk memukul orang-orang dan (2) para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring (seperti benjolan). Mereka itu tidak masuk
surga dan tidak akan mencium wanginya, padahal wanginya surga tercium
sejauh jarak perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim no.2128 dalam
muslim.or.id, 2019)
Agama Islam tidak hanya mengatur urusan rohani tapi juga jasmani
sebagaimana hadit Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , beliau berkata,
Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang
lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk
mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada
Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa
lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata,
seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi
katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia
kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan
syaitan." (HR. Muslim no.2664 dalam AlManhaj.or.id, 2019)
Umat Islam dianjurkan untuk berolahraga baik itu laki-laki maupun
perempuan agar mendapatkan manfaat yang banyak seperti fisik yang baik.
Salah satu manfaat berolahraga yaitu dapat membantu pembakaran lemak
dalam tubuh sehingga dapat terhindar dari kegemukan atau obesitas yang
sering dialami oleh kaum Muslimat dikarenakan seringnya mengkonsumsi
makanan berkalori tinggi namun tidak diimbangi dengan berolah raga.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang sangat tinggi di dalam tubuh
sehingga membuat berat badan di luar batas ideal. Obesitas dapat
menimbulkan sejumlah komplikasi seperti stroke, jantung koroner, diabetes,
kanker usus dan kanker payudara. Obesitas juga dapat menyebabkan
masalah prikologis seperti stres dan depresi. Dari data riset kesehatan

3
(riskesdes) tahun 2007 ditemukan kurang dari 15% obesitas. Pada tahun
2017 menjadi 30,7% untuk di perkotaan dan 221,5% untuk di pedesaan serta
lebih banyak terjadi pada perempuan. (republika.co.id, 2018)
Pemerintah Kota Kendari telah menyediakan tempat yang bisa
digunakan untuk berolaraga bagi masyarakat Kota Kendari seperti Taman
Kota dan halaman Kantor Gubernur, namun sebagian kaum Muslimat tidak
dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dikarenakan terikat hukum syar'i yang
berbeda dengan kaum Muslimin. Seperti yang dilakukan oleh salah satu
kelompok Muslimat di Kota Kendari, mereka sampai menggunakan
halaman salah satu Sekolah Dasar pada hari libur sekolah dan membuat
hijab pembatas dari kain yang digantungkan pada tali untuk menghalangi
pandangan dari jalan raya saat melakukan kegiatan olahraga. Hal itu
dilakukan agar mereka bisa tetap berolah raga walau pun satu pekan sekali
dan dapat tetap menjalankan perintah agama dalam menjaga aurat.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belum adanya
fasilitas bangunan olahraga khusus Muslimat yang menjadi masalah
tersendiri bagi kaum Muslimat di Kota Kendari yang membuat mereka sulit
untuk berolahraga sesuai dengan syariat agama Islam. Untuk itu, dalam
menghadapi permasalah diatas maka perlu adanya suatu "Gelanggang
Olahraga Khusus Muslimat" di Kota Kendari yang berfungsi sebagai suatu
wadah bagi kaum Muslimat untuk dapat berolah raga dengan teratur dengan
tetap bertaqwa diatas ketaatan kepada perintah agama.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas sehingga masalah dapat dirumuskan


sebagai berikut:

1. Bagaimana menentukan lokasi yang tepat untuk pembangunan gedung


"Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari"?
2. Bagaimana merancang "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di
Kota Kendari" yang nyaman bagi Muslimat dengan menerapkan konsep
Syariat Islam?

4
I.3 Tujuan dan Sasaran Penulisan

I.3.1 Tujuan
1. Menentukan site yang tepat sebagai lokasi pembangunan gedung
"Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari".
2. Merancang gedung "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota
Kendari" dengan pendekatan Syariat Islam.

I.3.2 Sasaran
1. Mewujudkan masyarakat Muslimah yang sehat jasmani dan rohani.
2. Menjadikan "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" di Kota
Kendari sebagai destinasi baru olahraga rekreasi sunnah sesuai
Syariat Islam.

I.4 Batas dan Lingkup Penulisan

I.4.1 Lingkup Penulisan


Lingkup pembahasan meliputi perencanaan dan perancangan
arsitektural gedung "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" di Kota
Kendari sehingga dapat mamfasilitasi dan menunjang kegiatan
pengunjung, yang mengerucut pada Syariat Islam.

I.4.2 Batasan Penulisan


Agar dalam proses analisis dan pembahasan data nanti lebih terarah
serta dalam rangka penggunaan waktu yang lebih efisien, penulis
membatasi pembahasan pada kajian arsitektural "Gelanggang Olahraga
Khusus Muslimat" dengan pendekatan Syariat Islam.

I.5 Metode dan Sistematika Penulisan

I.5.1 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif.
Adapun teknik pengambilan data dengan cara observasi lapangan,
wawancara dan studi literatur baik website, buku maupun ebook.

5
I.5.2 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup dan batasan masalah, dan
sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi penjelasan tentang "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat
di Kota Kendari" dan teori - teori yang berkaitan dengan Syariat Islam.

BAB III : TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN


Bab ini berisi tentang tinjauan umum Kota Kendari yang merupakan lokasi
perencanaan dan tinjauan secara khusus "Gelanggang Olahraga Khusus
Muslimat".

BAB IV : PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN


Bab ini membahas tentang konsep perancangan yang meliputi konsep
makro dan mikro sebagai acuan perancangan "Gelanggang Olahraga
Khusus Muslimat".

BAB V : ACUAN PERANCANGAN


Bab ini membahas tentang konsep dasar perencanaan dan perancangan
yang merupkan inti sari dari pembahasan konsep makro dan mikro sebagai
dasar untuk perancangan desain fisik.

BAB VI : PENUTUP
Bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran dari penyusunan penulisan
ini.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Judul

Pengertian judul "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" di Kota


Kendari dengan pendekatan Arsitektur Perilaku dapat diuraikan sebagai
berikut:
Gelanggang : Ruang atau lapangan tempat menyabung ayam, berpacu
(kuda), berolahraga, dan sebagainya. (kbbi.web.id,
2019)
Olahraga : Gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan
tubuh. (kbbi.web.id, 2019)
Khusus : Khas; istimewa; tidak umum. (kbbi.web.id, 2019)
Muslimat : Perempuan muslim. (kbbi.web.id, 2019)
Kota Kendari : Kendari adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
(kbbi.web.id, 2019)
Pendekatan : Proses, cara, perbuatan mendekati, antara usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
(kbbi.web.id, 2019)
Syariat Islam : Menaati Allah, menaati Rasul-Nya, dan para pemimpin
dari kalangan kita (orang-orang beriman). (Ibnu
Taimiyah dalam Shodiq, 2018)
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
"Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari" dengan
pendekatan Syariat Islam adalah sebuah bangunan dengaan sarana
prasarana olahraga yang diperuntukan hanya untuk wanita beragama Islam
dengan konsep rancangan yang dibangun dari ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya serta ketaatan kepada pemimpin kaum Muslimin yang hukum-
hukumnya bersumber dari Al Quran dan Hadits.

7
II.2 Tinjauan Umum Gelanggang Olahraga

II.2.1 Pengertian Gelanggang Olahraga


Gelanggang artinya ruang atau lapangan tempat menyabung ayam,
berpacu (kuda), berolahraga, dan sebagainya. Olahraga artinya Gerak
badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Sehingga arti
Gelanggang Olahraga adalah ruang tertutup atau ruang terbuka yang
merupakan arena untuk melakukan kegiatan-kegiatan gerak badan dan
pertandingan untuk menyehatkan tubuh.

II.2.2 Pembagian Olahraga


Olahraga terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan Undang-
Undang RI Nomor 3 Tahun 2005.

1. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang


dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian,
keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani.
2. Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan masyarakat
dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk
kesehatan, kebugaran dan kegembiraan.
3. Olahraga prestasi adalah yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
4. Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan
atau kegemaran berolahraga.
5. Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk
memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang
didasarkan atas kemahiran berolahraga.
6. Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan
sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan mental seseorang.

8
II.3 Tinjauan Umum Olahraga Rekreasi

II.3.1 Pengertian Olahraga Rekreasi


Beberapa pengertian tentang olahraga rekreasi menurut para ahli
dalam Kusumaningrum (2015:) yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Kusumaningrum (2015:5) olahraga rekreasi adalah jenis


kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang dan waktu-
waktu luang.
2. Menurut Nurlan Kusmaedi (2002:4) olahraga rekreasi adalah
kegiatan olahraga yang ditujukan untuk tujuan rekreasi atau wisata.
3. Menurut Haryono (1997:10) olahraga rekreasi adalah kegiatan fisik
yang dilakukan pada waktu senggang berdasarkan keinginan atau
kehendak yang timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan.

II.3.2 Tujuan dan Sasaran Olahraga Rekreasi


Menurut Kusumaningrum (2015:6), tujuan olahraga rekreasi adalah:

a. Pengisi waktu luang,


b. Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan,
c. Sebagai imbangan subsisten activity (kegiatan pengganti/pelengkap),
contoh pendidikan dan pekerjaan/bekerja,
d. Sebagai pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk
kegiatan berkelompok serta rekreasi aktif),
e. Untuk memperoleh kesegaran jasmani dengan berolahraga yang
menyenangkan,
f. Memperoleh kesenangan dengan cara berolahraga,
g. Memperkenalkan bahwa olahraga itu menyenangkan.

Sasaran olahraga rekreasi menurut Kusumaningrum (2015:6) yaitu


seluruh kalangan masyarakat, dengan olahraga yang sesuai dengan usia.

II.3.3 Peranan Rekreasi dalam Kehidupan


Menurut Krippendrof (1994) Kusumaningrum (2015:4), kegiatan
rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap

9
manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan
perjalanan ke suatu tempat. Secara psikologi banyak orang di lapangan
yang merasa jenuh dengan adanya beberapa kesibukan dan masalah,
sehingga mereka membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan
nyaman, bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan
pendapatan, mempunyai teman bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup
bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di
atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan,
diantaranya untuk kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental
yang dapat memulihkan kekuatan baik fisik maupun mental. Banyak nilai
yang dapat diperoleh dari rekreasi dengan menggunakan dasar
persekutuan. Ketegangan dapat dilepaskan dan energi yang ada dapat
digunakan dengan cara-cara yang berguna. Anak-anak dapat diajari
bagaimana berolahraga dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan
individu dapat dibangun dan ditingkatkan melalui rekreasi. Anak-anak
perlu belajar berelasi dengan orang lain di arena bermain sebagaimana di
dalam kelas atau rumah. Kreativitas dapat ditingkatkan dan dibangun, dan
cara-cara baru untuk melakukannya dapat diperkenalkan. Salah satu
manfaat penting dari rekreasi adalah dalam pembentukan karakter/sifat.
Telah dikatakan bahwa “anak-anak belajar melalui bermain”.

Melalui suatu program rekreasi yang telah disusun dan direncanakan


dengan baik, anak-anak dapat belajar untuk menikmati penggunaan waktu
sebaik-baiknya. Tantangan pada pengajaran yang efektif dengan
menggunakan latar alami amat tidak terbatas bagi para pemimpin dan para
guru. Secara lebih spesifik peranan rekreasi dalam kehidupan sosial dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Mengembangkan rasa menghargai dan mencintai lingkungan serta


melestarikannya.

10
2. Mengembangkan pengertian dan kemampuan serta pemahaman
akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dan
menggunakannya secara bijaksana.
3. Menggugah kesadaran manusia akan pentingnya membina
hubungan timbal balikantara manusia dan lingkungannya serta agar
semakin mengenal sifat ataupun karakternya.
4. Membantu mengembangkan secara positif tingkah laku serta
hubungan sosial kepada individu.
5. Membantu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang praktek
lingkungan yang sehat.
6. Membantu membuat pelajaran di kelas agar menjadi lebih berarti
melalui pengalaman langsung di lapangan.
7. Membuka peluang membangun kerjasama antar masyarakat
sekolah dengan organisasi pelayanan rekreasi pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
8. Menumbuhkan dan atau memperkuat rasa percaya diri dan harga
diri yang merupakan pondasi yang kuat untuk menumbuhkan “self
concept”.
9. Mempererat persaudaraan dan tumbuhnya saling mendukung
diantara anggota kelompok .
10. Menambah atau meningkatkan keterampilan dan koordinasi.
11. Menambah kesenangan pribadi serta rasa kebersamaan antara
anggota kelompok.
12. Mendidik seseorang untuk dapat mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan positif dalam arti, tidak merugikan dirinya sendiri, orang
lain, atau lingkungan/alam dan sebaliknya mencegah munculnya
kegiatan negatif, seperti penggunaan narkoba, vandalisme kegiatan
destruktif, dan kegiatan negatif lain yang sejenis.
13. Mengembangkan budaya hidup sehat, baik untuk pribadi maupun
untuk orang lain dan atau lingkungan alamnya.

11
II.4 Tinjauan Umum Muslimat

II.4.1 Pengertian Muslimat


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Muslimat adalah
perempuan muslim. Perempuan muslim adalah perempuan yang berserah
diri kepada Allah dengan terikat oleh hukum-hukum yang diatur oleh Al
Quran dan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjadikan
keduanya sebagai pedoman hidup.

Di Kota Kendari, potret muslimat berbeda-beda dari segi


penampilan, hal tersebut dikarenakan perbedaan pemahaman agama.
Muslimat yang biasa bebas berolahraga di prasarana umum seperti taman
kota mungkin belum sampai kepadanya pembelajaran yang mendalam
tentang fiqih wanita, bagaimana keistimewaan wanita dalam pandangan
syariat agama Islam sehingga masih belum mengetahui dengan rinci
batasan-batasan seorang muslimat saat berada di luar rumah.

Pemandangan berbeda jika kita melihat potret Muslimat di wilayah


seputaran kampus UHO, disana terlihat muslimat yang mengenakan
pakaian gamis dan kerudung panjang yang sesuai tuntunan Al Quran dan
Sunnah. Hal tersebut dikarenakan di wilayah tersebut banyak terdapat
majelis - majelis ilmu salah satunya Islamic Center Muadz bin Jabal (ICM)
yang merupakan salah satu pusat kegiatan agama Islam. Pengetahuan yang
didapat dari belajar ilmu agama di sana, mereka terapkan pada kehidupan
sehari - hari seperti cara berpakaian dan cara bermuamalah dengan lawan
jenis yang bukan mahrom.

Survey yang dilakukan Penulis menemukan sekurangnya dua


perkumpulan muslimat yang beraktivitas diseputaran kampus UHO.

1. Komunitas Muslimah Hijrah Kendari (KMHK)


KMHK merupakan suatu kelompok keagamaan yang memiliki
kegiatan - kegiatan seperti pelajaran tentang wanita muslimah,
pembelajaran pengurusan jenazah, pembelajaran mebaca Al Quran

12
dan lain sebagainya. Menurut Nelly seorang anggota KMHK, jumlah
anggota tidak tetap KMHK adalah 325 orang. Dikatakan anggota
tidak tetap karena KMHK merupakan sebuah komunitas biasa bukan
sebuah organisasi, sehingga anggota yang ikut bebas dari mana saja.
2. Wahdah Islamiyah (WI)
Wahdah Islamiah merupakan salah satu organisasi Islam
terbesar di Indonesia dengan program - program yang telah diatur
oleh organisasi. Menurut Intan salah satu anggota WI, muslimat WI
kota kendari berjumlah 906 orang anggota tetap. Data tersebut
diambil langsung kepada ketua Muslimat WI Kendari Gita Nirmala.

II.4.2 Ciri-ciri Muslimat


Perempuan Muslim atau Muslimat memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakan dengan perempuan selainnya. Dari segi pemahaman,
muslimat menjadikan Al Quran dan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam sebagai pedoman hidup. Dari segi penampilan, muslimat pada
umumnya mengenakan penutup kepala saat keluar rumah atau bertemu
yang bukan mahromnya baik itu menggunakan kerudung atau pun
menggunakan jilbab.

II.5 Tinjauan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat

II.5.1 Pengertian Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat


"Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" adalah sebuah kawasan
berolahraga yang dapat menyatukan antara kebutuhan jasmani yaitu
berolahraga dan kebutuhan rohani yaitu beribadah yang dikhususkan untuk
Muslimat. Jenis sarana olahraga yang ada bukan jenis sarana olahraga
pendidikan, bukan pula olahraga prestasi, melainkan lebih ke olahraga
rekreasi seperti fitness, senam, joging, bulutangkis, volly, renang, dan
panahan.

13
II.5.2 Fungsi Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat
Fungsi utama "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" adalah
sebagai sarana dan prasarana berolahraga yang aman bagi Muslimat.
Dengan berolahraga secara teratur diharapkan Muslimat dapat
mendapatkan manfaat berupa tubuh yang sehat dan berenergi. Selain
fungsi utama olahraga, "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat"
memiliki beberpa fungsi penunjang untuk menunjang kegiatan berolahraga
para Muslimat dikarenakan kaum Muslimat memiliki status yang berbeda,
ada yang sudah menikah dan ada yang belum menikah, sehingga memiliki
kebutuhan penunjang yang berbeda. Contohnya Muslimat yang sudah
menikah memiliki suami yang mengantarnya untuk berolahraga, karena
bangunan ini dikhususkan untuk Muslimat maka perlu diberi fasilitas
seperti ruang tunggu yang nyaman khusus pria pada area pintu masuk
dengan fasilitas kafetaria.

II.5.3 Tujuan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat


"Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" bertujuan untuk
membentuk Muslimat yang gemar berolahraga agar tercipta Muslimat
yang sehat jasmani, penuh semangat dan berenergi tanpa melupakan
kaidah - kaidah yang diatur oleh Agama Islam sehingga terwujud
Muslimah yang sehat jasmani dan rohani. "Gelanggang Olahraga Khusus
Muslimat" juga bertujuan sebagai media dakwah untuk memberi informasi
seputar manfaat berolahraga dan menjadi sarana bersilaturahim antar
sesama Muslimat lewat kegiatan berolahraga yang merupakan perintah
dalam Agama Islam.

II.5.4 Fasilitas Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat


Fasilitas utama yaitu sarana dan prasarana olahraga yang
dikhususkan bagi Muslimat, sehingga jenis olahraga yang disediakan harus
sesuai dengan syariat Islam yang merupakan pedoman hidup kaum
Muslimat. Ada tiga olahraga yang disyariatkan yaitu memanah, berkuda,
dan berenang, seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah shalallahu

14
alaihi wasalam yang artinya: "Setiap hal yang tidak ada dzikir kepada
Allah adalah lahwun (kesia-siaan) dan permainan belaka, kecuali empat:
candaan suami kepada istrinya, seorang lelaki yang melatih kudanya,
latihan memanah, dan mengajarkan renang." (HR. An-Nasa'i dalam
muslim.or.id)

Selain menyediakan fasilitas - fasilitas utama yaitu sarana dan


prasarana berolahraga, "Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat" juga
menyediakan sarana - sarana pendukung demi kenyamanan pengguna.
Fasilitas - fasilitas yang terdapat pada "Gelanggang Olahraga Khusus
Muslimat" adalah sebagai berikut :

a. Fasilitas Publik :
1. RTH
2. Parkir
3. Lobby
4. Ruang penitipan anak
5. Ruang tunggu laki-laki
6. Jalur pemeliharaan
b. Fasilitas Semi Publik :
1. Ruang fitness
2. Ruang senam
3. Lintasan jogging
4. Lapangan bulutangkis
5. Area bermain anak
6. Lapangan panahan
7. Kolam renang
8. Area latihan berkuda
9. Mushalla
10. Ruang ganti
11. Ruang bilas
12. Ruang locker

15
c. Fasilitas Privat :
1. Ruang pengelola

II.5.5 Pengunjung dan Usia Pengunjung


Apabila dilihat dari namanya "Gelanggang Olahraga Khusus
Muslimat" adalah sebuah sarana prasarana yang diperuntukan khusus
untuk Muslimat yaitu wanita yang beragama Islam. Namun demikian,
status pengunjung Muslimat berbeda-beda, ada yang masih anak-anak,
remaja, dewasa belum menikah dan dewasa sudah berkeluarga. Dari status
tersebut memberikan gambaran bahwa pengunjung bisa saja datang
bersama nenek, ayah, ibu, suami, anak dan bayi sehingga perlu beberapa
fasilitas penunjang agar dapat menerapkan konsep Syariat Islam pada
bangunan, sehingga bangunan dapat berfungsi dengan baik. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pengunjung "Gelanggang Olahraga
Khusus Muslimat" perempuan dan tidak menutup kemungkinan juga laki-
laki, serta dari berbagai usia.

II.6 Tinjauan Syariat Islam

II.6.1 Pengertian Syariat


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id,2019), Syariat
berarti hukum agama. Sebagai sebuah khas agama, istilah syariat selalu
identik dengan teologi Islam. Seperti kalimat "Al Quran adalah sumber
pertama dari syariat Islam". Meskipun sebenarnya istilah ini sudah ada
dari sejak sebelum Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, namun
dilingkungan masyarakat Indonesia istilah syariat lebih populer identik
dengan Islam. (Shodiq, 2018)

Berikut beberapa pengertian syariat atau syariah menurut para ahli


dalam Ibrahim (2018):

 Menurut Fyzee (1965), pengertian syariah sama dengan yang


diambil dalam istilah bahasa Inggris yang disebut sebagai Canon of

16
Law yang memiliki makna keseluruhan perintah Tuhan sehingga
setiap perintah-perintah tersebut dinamakan dengan hukum.
 Menurut Agnides, sesuatu yang tidak akan diketahui keberadaannya
jika seandainya tidak ada wahyu Tuhan itulah yang disebut sebagai
syariah.
 Menurut Rosyada, arti syariah yaitu menetapkan norma hukum
dengan tujuan untuk menata kehidupan manusia dengan Tuhannya,
maupun dengan manusia lainnya.
 Menurut Hanafi (1984), syariah adalah hukum-hukum yang
diadakan oleh Tuhan untuk para hamba-Nya melalui salah seorang
Nabi-Nya, baik hukum tersebut berkaitan dengan cara mengadakan
perbuatan yang disebut hukum cabang dan amalan.
 Menurut Zuhdi (1987), syariah yaitu hukum-hukum yang ditetapkan
Allah melalui Rasul-Nya bagi para hamba-Nya dengan tujuan agar
mereka mentaati hukum-hukum tersebut.
 Menurut Ashshiddieqy, syariah merupakan nama untuk hukum-
hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah. Hukum-hukum tersebut
disampaikan melalui perantara Rasul Allah yang diperuntukan bagi
hamba-Nya.

Menurut Shodiq (2018), untuk mendapatkan definisi lebih jelas


tentang makna syariat dalam Islam, maka kita perlu merujuk pada kamus
literatur bahasa Arab. Syariat berasal dari kata dasar sya-ra-'a (‫ ﺸﺮﻉ‬S- S‫)ﯿﺸﺮﻉ‬
yang artinya memulai, mengawali, memasuki, memahami. Atau diartikan
juga dengan membuat peraturan, undang-undang, syariat. Syar'un (‫)ﺸﺮﻉ‬
dan syir'atan (‫ )ﺸﺮﻋﻪ‬memiliki arti yang sama: ajaran, undang-undang,
hukum, piagam. Ibnu Manzur berkata: "Syari'at, syara', dan musyarra'ah
adalah tempat-tempat dimana air mengalir turun ke dalamnya. Syir'ah dan
syari'ah dalam percakapan bangsa Arab memiliki pengertian syir'atul ma',
yaitu sumber air, tempat berkumpulnya air, yang didatangi manusia lalu
mereka meminum airnya dan mengambil airnya untuk diminum.... Bangsa

17
Arab tidak menamakan tempat-tempat berkumpulnya air tersebut syari'at
sampai air tersebut banyak, terus mengalir tiada putusnya, jelas dan
bening, dan airnya diambil tanpa perlu menggunakan tali." (Lisanul 'Arab
8/174)

Masih dalam tinjauan etimologi, syariat juga diartikan dengan


mazhab atau ath-Thariqah al-Mustaqimah: metode yang lurus. (Al-
Mukhtar min Shihhatil Lughah, 265; Al-Madkhali li Dirasati asy-Syari'ah,
Abdul Karim Zaidan, 38)

II.6.2 Pengertian Syariat Islam


Syariat Islam terdiri dari kata Syariat dan Islam, dimana dengan
menggabungkan keduanya memiliki arti yang lebih spesifik. Dalam
khazanah ilmiah Islam, para Ulama mendefinisikan istilah Syariat Islam
dengan kalimat yang cukup beragam. Berikut beberapa pendapat Ulama
tentang definisi Syariat Islam dalam Shodiq (2018) :

 Imam Al-Qurthubi mendefinisikan Syariat Islam sebagai agama


yang Allah syariatkan kepada hamba-hamba-Nya.” (Al-Jami’ li-
Ahkamil Qur’an, 19/154)
 Ibnu Taimiyah mendefinisikan syariat Islam sebagai menaati Allah,
menaati Rasul-Nya, dan para pemimpin dari kalangan kita (orang-
orang beriman). Pada hakekatnya syariat adalah menaati para rasul
dan berada di bawah ketaatan kepada mereka. (Majmu’ Fatawa, Ibnu
Taimiyah, 19/309)
 Imam Ibnu Atsir Al-Jazari menitikberatkan definisi Syara’ dan
syariat kepada agama yang Allah syariatkan atas hamba-hamba-Nya,
yaitu agama yang Allah tetapkan bagi mereka dan Allah wajibkan
atas diri mereka. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, 2/460)
 Sementara Dr. Umar bin Sulaiman Al-Asyqar mengungkapkan
definisi yang lebih rinci bahwa syariat adalah hukum-hukum yang
Allah tetapkan di dalam kitab-Nya atau datang kepada kita melalui
jalan Rasul-Nya di dalam sunnah beliau, tidak ada bedanya apakah

18
hukum-hukum tersebut dalam bidang akidah, amal, ataupun akhlak.”
(Al-Madkhal ila Asy-Syari’ah wa Al-Fiqh Al-Islami, 14)

Doktor Athiyah Fayyadh dalam tulisannya yang berjudul "Kaidah


dan Neraca dalam Memahami Syariat dan Filsafatnya" dalam Shodiq
(2018) membagi terminologi syariat ke dalam dua definisi:

1. Syariat dalam makna umum


Menurut Athiyah Fayyadh, dari segi makna umum, syariat
adalah seluruh hukum-hukum yang dibebankan Allah ‘azza wajalla
kepada hamba-Nya yang telah dijelaskan kepada mereka dalam
wahyu-Nya dan oleh lisan Rasul-Nya. Definisi ini beliau simpulkan
melalui hasil penelitian (Istiqra’) terhadap beberapa definisi yang
telah dijelaskan oleh para Ulama seperti Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah,
Manna’ Qathan, dan Abdul Karim Zaidan. Keluasan cakupan
definisi syariat yang menjangkau seluruh aktivitas manusia (akidah,
moral, ibadah, pekerjaan, politik, hukum, kekuasaan, dan warisan
atau pemberian) ini mengindikasikan bahwa syariat itu adalah
sempurna dan dengan sumber yang sudah jelas-jelas valid yaitu
firman Allah ‘azza wajalla dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Oleh sebab itu, Syaikh Abdul Karim Zaidan menyebut
syariat sebagai padanan dari kata al-Millah dan kata ad-Diin.
Hukum-hukum yang disyariatkan Allah ‘azza wajalla adalah sebagai
syariat dari segi sumber, deskripsi, dan kelurusannya, dan disebut
ad-Diin dari segi kepada siapa ketundukan dan peribadatan
ditujukan, dan disebut al-Millah dari segi perintah pelaksanaannya
bagi manusia.
2. Syariat dalam makna khusus
Sebagian ulama menggunakan istilah syariat secara lebih
khusus yang hanya mencakup makna sebagian saja dari hukum-
hukum syar’i karena sebab dan kebutuhan tertentu. Ada ulama yang
menggunakan istilah syariat untuk dihadapkan dengan istilah akidah

19
(al-Aqidah) sehingga dalam konteks tersebut definisi syariat bergeser
sedikit menjadi hukum-hukum fisik (al-Ahkam al-‘Amaliyah) dan
definisi akidah menjadi persoalan-persoalan keyakinan (al-I’tiqad)
dan iman (al-Iman). Contoh penggunaan definisi ini adalah nama
kitab yang ditulis oleh syaikh Syaltut, “Al-Islam ‘Aqidatan wa
syari’atan”. Dalam buku tersebut, Syaikh Syaltut mendefinisikan
syariat sebagai aturan (nidzam) yang disyariatkan oleh Allah ‘azza
wajalla sebagai sebuah aturan untuk dirinya dalam merawat
hubungan antara diri manusia dengan Rabbnya, hubungan manusia
dengan saudara sesama muslim, hubungan manusia dengan sesama
manusia (non-muslim), hubungan manusia dengan alam, dan
hubungan manusia dengan kehidupan. Selain itu, ada pula yang
menggunakan istilah syariat untuk dihadapkan dengan istilah fikih
(Al-Fiqh) sehingga dalam konteks ini syariat didefinisikan dengan
hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah ‘azza wajalla, sementara
fikih bermakna hukum hasil ijtihad para mujtahid. Definisi seperti
ini digunakan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah (Asy-Syar’u al-
Mu’awwalu). Istilah syariat juga digunakan oleh sebagian ulama
dalam definisi sebagai hukum-hukum yang sumbernya adalah
wahyu, ketika istilah syariat ini dihadapkan dengan istilah Qanun
dimana dalam konteks ini Qanun didefinisikan sebagai hukum-
hukum yang dibuat oleh manusia dan diterapkan untuk diri mereka
pula. Syaikh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa (19/309)
menjabarkan dengan kalimat yang cukup menarik tentang hakikat
syariat, “Manusia tidak lepas dari syariat dalam urusan apapun
sepanjang kehidupannya, bahkan setiap hal yang mengantarkannya
kepada kebaikan semua ada dalam syariat. Mulai dari perkara ushul,
perkara furu’, persoalan kehidupan, pekerjaan, politik, muamalah,
dan lainnya.”

20
II.6.3 Syariat Islam dan Arsitektur
Seorang Muslim akan terikat oleh Syariat Islam dalam aktifitas
apapun di sepanjang kehidupannya, sampai dengan aktifitas berarsitektur
pun Islam mengaturnya. Menurut Munichy (2010) dalam "Konsep
Arsitektur Islami Sebagai Solusi Dalam Perancangan Arsitektur", maksud
diturunkannya agama ialah agar umat manusia mendapat pedoman dan
penuntun untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia serta
kebahagiaan di akhirat kelak. Kebahagiaan di akhirat hanya bisa diperoleh
jika seseorang dipersilahkan Allah masuk ke surga Jannatul Khulud.
Dengan demikian, agama itu mengatur semua aktivitas manusia di dunia,
tidak terbatas hanya mengatur persoalan ibadah maghdhah (sholat, puasa,
zakat dan haji) saja, tetapi juga persoalan-persoalan ibadah yang sifatnya
ghairu maghdhah (muamalah), termasuk dalam berarsitektur. Hal tersebut
sesuai dengan firman Allah subhanahu wataala yang artinya: "Dan Aku
tidak Menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku." (Al-Quran Terjemahan surah Adz Dzariyaat ayat 56)

Dengan demikian, apapun yang dilakukan oleh manusia di muka


bumi ini hanyalah beribadah kepada Allah subhanahu wataala. Termasuk
di dalamnya adalah berarsitektur yang merupakan salah satu aktivitas
manusia yang juga dibingkai dalam ruang lingkup ibadah kepada Allah
subhanahu wataala, sehingga dalam berarsitektur mestinya kita selalu
berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunnah (Syariat Islam). Salah
satunya adalah pemahaman bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil
'alamin, artinya memberikan rahmat, berkah, maslahat, dan manfaat bagi
alam semesta. Karena itu, di dalam berarsitektur mestinya juga kita
mampu menjadikan hasil rancangan sebagai arsitektur yang rahmatan lil
alamin bagi lingkungan dimana bangunan itu berdiri dan tidak
menimbulkan dampak negatif (mudharat) terhadap lingkungan yang
mengakibatkan rusaknya ekosistem di lingkungan tersebut.

21
Hal ini menunjukan bahwa Islam bukan semata-mata mengurusi
akhirat, melainkan merupakan sebuah way of life, artinya apapun yang
dilakukan oleh manusia di muka bumi ini diatur di dalam Islam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda di dalam salah satu
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya: "Aku tinggali
kamu sekalian dua perkara, kalau kamu berpegang kepada kedua perkara
itu, kamu akan selamat di dunia dan di akhirat, dan dua perkara itu adalah
Qur'an dan Sunnah." (HR. Muslim dalam Munichy, 2010)

Terdapat cukup banyak teori yang membahas tentang arsitektur, baik


yang menganggap bahwa arsitektur hanya sekedar terdiri atas ruang,
bentuk dan struktur saja, maupun yang mengatakan bahwa sebuah ruang
merupakan unsur paling penting di dalam arsitektur, sehingga untuk
memahami arsitektur diperlukan pemahaman atas ruang. Ada juga yang
mempunyai pendapat bahwa arsitektur adalah permainan massa dan
cahaya yang luar biasa. Mata kita memang diciptakan untuk melihat
bentuk-bentuk yang diterangi cahaya. Cahaya dan bayangan
mengungkapkan bentuk-bentuk tertentu seperti kubus, kerucut silinder,
dan sebagainya. Karenanya, timbulah anggapan bahwa arsitektur selalu
berhubungan dengan bentuk-bentuk yang indah. Pengertian-pengertian
tersebut bisa jadi berkaitan dengan apa yang disabdakan oleh Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya: "Sesungguhnya
Allah itu indah dan mencintai keindahan." (HR. Muslim dalam Munichy,
2010).

Membangun tak lain adalah pengaturan sosial, teknik, ekonomi, dan


pengaturan psikologis. Arsitektur yang kita alami dan kita huni
mempunyai banyak peran, yang kesemuanya merupakan manifestasi dari
perilaku hidup kita sehari-hari, cermin dari kebudayaan kita. Hal ini juga
sangat dipengaruhi oleh tingkat perasaan akan keindahan (taste) kita,
sehingga mampu manggambarkan tingkat kemajuan teknologi yang kita
miliki, tingkat kemakmuran, juga dapat bercerita tentang struktur sosial

22
masyarakat. Kita juga dapat mengharapkan bahwa dengan terjadinya
perubahan-perubahan besar dalam hubungan antara masyarakat dengan
lingkungan, pernyataan tujuan arsitektur harus diubah menjadi sebuah
keselarasan di antara keduanya.

Menurut Munichy (2010), hakekatnya semua arsitektur didesain


dengan tujuan tepat guna. Akan tetapi dengan kemungkinan adanya
beberapa faktor hasil akhirnya belum tentu memberi "guna" maksimal
seperti yang diharapkan. Keberhasilan arsitektur semestinya dinilai bukan
hanya pada bentuk akhir perwujudan dan desainnya, melainkan apakah ia
mampu dan berhasil memberikan pengaruh yang baik terhadap penghuni
dan lingkungan dimana arsitektur itu berada. Oleh karena itu, seperti telah
diungkapkan di atas, desain/ rancangan harus selalu berorientasi tepat guna
dan "well-tasted", yaitu sesuai atau cocok bagi penghuninya dan
mempunyai pengaruh yang positif pada lingkungannya.

II.6.4 Prinsip Arsitektur Berdasarkan Nilai-Nilai Islam


Seorang arsitek memiliki langkah-langkah dalam mendesain sebuah
bangunan yang dapat membuat bangunan tersebut nantinya dapat
berfungsi dengan sebaik-baiknya. Menurut Munichy (2010) dalam
"Konsep Arsitektur Islami Sebagai Solusi Dalam Perancangan Arsitektur",
dalam merancang sangat dianjurkan untuk mengikuti lima langkah
merancang arsitektur atau mengikuti prinsip-prinsip The Five Stars in
Architectural Design seperti yang terpetakan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 The Five Stars in Architecture Design


(Sumber : Munichy, 2010)

23
Di samping mengacu pada lima prinsip tersebut di atas dalam
merancang, arsitek muslim harus selalu berpegang kepada al-Qur'an dan
as-Sunnah (Syariat Islam) agar hasil rancangannya memberikan manfaat.
Kelima prinsip tersebut dapat ditemukan kesesuaiannya dengan nilai-nilai
Islam.

1. Fungsi (Function)
Karya arsitektur harus fungsional, artinya harus bisa dimanfaatkan
secara maksimal, menghindari "kemubadziran" yaitu tindakan berlebih-
lebihan yang merupakan salah satu tindakan yang dibenci Allah dan
Rasulullah, serta mengakibatkan banyak kerusakan di muka bumi. Hal ini
dinyatakan di dalam al-Qur'an Surat al-A'raaf Ayat 31 yang artinya: "Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."

2. Bentuk (Form)
Bangunan dapat mempunyai tampilan yang bagus namun tetap
fungsional dan tidak berlebih-lebihan, seperti yang dicontohkan oleh setiap
ciptaan Allah di muka bumi yang mengandung keindahan sekaligus
kemanfaatan, seperti dinyatakan di dalam Surat Shaad Ayat 27 yang
artinya: "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah...".

3. Teknik (Technics)
Bangunan harus mempunyai struktur dan konstruksi yang kokoh dan
kuat sehingga tidak membahayakan manusia yang menggunakannya. Allah
telah menjadikan benda-benda ciptaan-Nya sebagai potensi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam mendirikan bangunan yang kokoh,
misalnya bahan baja yan terdapat dalam al-Qur'an Surat Al-Hadiid Ayat 25
yang artinya: "Kami turunkan besi yang di dalamnya mempunyai tenaga
yang sangat dahsyat dan berbagai manfaat bagi manusia". Namun seiring
dengan kemajuan teknologi yang berarti juga kemajuan teknik dalam

24
bangunan dan struktur, arsitek harus mampu menggunakan material-
material ramah lingkungan dan yang mempunyai recycling life yang cepat
dan dapat diperbaharui, memanfaatkan bahan-bahan daur ulang, serta
mampu mengkombinasikan pengguna baja dengan bahan-bahan tersebut,
sehingga meminimalisasi material yang terbuang saat proses
pembangunan.

4. Keselamatan (Safety)
Kary arsitektur harus mampu menjamin keselamatan penghuninya
seandainya terjadi bencana/ musibah apapun sebagai salah satu wujud
ikhtiar, seperti pesan Nabi dalam Hadits Riwayat Abu Dawud yang
artinya: "Mintalah selalu keselamatan kepada Allah subhanahu wata
'aala."

5. Kenyamanan (Comfort)
Karya arsitektur harus mampu memberikan kenyamanan bagi
penghuninya, sehingga penghuni selalu bersyukur atas kenikmatan yang
diberikan Allah, seperti nikmat diberi udara dan pencahayaan alami,
seperti dinyatakan di dalam al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 7 yang artinya:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

6. Konteks (Context)
Karya arsitektur harus mampu menyatu dengan lingkungan dimana
arsitektur itu didirikan, artinya tidak merusak lingkungan alam maupun
lingkungan buatan. Hal ini dinyatakan di dalam al-Qur'an Surat al-Qashash
Ayat 77,"...dan janganlah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan".

7. Efisien (Efficient)
Karya arsitektur harus efisien, misalnya dengan prinsip "luxurious in
simplicity", artinya mewah dalam desain tapi murah dalam pendanaannya,

25
sehingga menghindari kemubadziran. Seperti yang dinyatakan di dalam al-
Qur'an Surat al-Isra Ayat 27 yang artinya: "Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya".

II.6.5 Telaah Bangunan Arsitektur yang Islam


Zamroni (2011) menjelaskan bahwa di dalam buku "The Grand
tradition of Islamic Architecture", bahwa arsitektur yang Islam adalah
arsitektur yang berlandaskan Qur'an dan Hadits Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. Bangunan arsitektur tersebut harus sesuai dengan nilai-
nilai (Rahman, 2002) :

 Pertama adalah tauhid dan risalah.Bangunan didirikan tidak ada di


dalamnya unsur syirik dalam pembuatannya, desain dan ornamen di
dalamnya (termasuk di dalamnya penggunaan patung). Bangunan itu
tidak dibuat dengan mengotori atau merusak alam, binatang dan
tumbuhan. Oleh karena itu, hiasan dan ornamen interior dalam
arsitektur Islam banyak menggunakan motif tumbuhan (arabesques),
kaligrafi dan geometri.
 Kedua, Qur'an memberikan kesadaran akan lingkungan dan realitas
lingkungan. Diantaranya adalah struktur matematika dalam Qur'an
yang menghubungkan intelektual dan spiritual Islam dan matematika
sebagaimana yang terkandung dalam struktur dari Qur'an sendiri dan
simbol-simbol numeric dari huruf dan kata. Oleh karena itu, seni
arsitektur Islam berkembang dalam konsep geometri, astronomi dan
metafisik. Konsep ini dapat dilihat di QS. 3:191.
 Ketiga, konsep desain berbasis geometri murni. Bangunan memiliki
"badan" yang didesain dengan konsep geometri. Apapun jiwanya
dapat didesain dengan memodifikasi pencahayaan, ventilasi, efek
suara, landsekap, warna, tekstur, dan interior dan eksterior. Konsep ini
bisa dilihat dari rumah-rumah, masjid, makam, atau tanaman.

26
 Empat, konsep surga di Bumi. Dalam QS. 2:28 dan 55:46-47, Allah
subhanahu wata aala mendeskripsikan taman-taman surga. Arsitektur
Islam sangat dipengaruhi dengan konsep taman dan courtyard
sehingga landsekap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
bangunan.
 Kelima, konsep cahaya. Cahaya sebagai simbol spiritualitas dikenal
dalam dunia sufi. Arsitektur Islam mendesain pencahayaan, bayang-
bayang panas dan dingin dari angin, air beserta efek pendinginnya,
dan tanah. Tujuannya adalah agar komponen insulating ini harmonis
dengan alam.

II.7 Tinjauan Hijab

Hijab merupakan perkara penting bagi Muslimat yang diatur dengan


sangat terperinci oleh syariat Islam. Dikarenakan agama Islam sangat
memuliakan kaum Muslimat. Bukan saja untuk melindungi kehormatan
kaum Muslimat yang lemah, namun juga untuk menyelamatkan kaum
Muslimin dari terjerumusnya kedalam fitnah (ujian) wanita. Seperti yang
disabdakan Nabi shalallahu alaihi wasalam yang artinya: “Aku tidak
meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain
fitnah wanita.” (HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740 dalam Pranowo,
2014). Hal tersebut dikarenakan kecintaan terhadap wanita adalah salah satu
fitrah manusia, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur'an yang artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14).

II.7.1 Pengertian Hijab


Menurut Kamus Bahasa Arab - Indonesia Hijab secara bahasa
artinya selubung, layar, penutup, pembatas. Sedangkan secara istilah,
makna hijab sebagaimana dijelaskan Al Munawi yang artinya: "hijab

27
adalah segala yang menutupi sesuatu yang dituntut untuk ditutupi atau
terlarang untuk menggapainya. Diantara penerapan maknanya, hijab
dimaknai dengan as sitr (penutup), yaitu yang menghalangi sesuatu agar
tidak bisa terlihat. Demikian juga al bawwab (pintu), disebut sebagai hijab
karena menghalangi orang untuk masuk. Asal maknanya, hijab adalah
entitas yang menjadi penghalang antara dua entitas lain." (At Taufiq 'ala
Muhimmat At Ta'rif, 1/136 dalam Purnama, 2015). Sedangkan menurut
Abul Baqa' Al Hanafi yang artinya: "setiap yang menutupi hal-hal yang
dituntut untuk ditutupi atau menghalangii hal-hal yang terlarang untuk
digapai maka itu adalah hijab." (Al Kulliyat, 1/130 dalam Purnama, 2015).

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hijab itu sesuatu
yang menutupi, bisa berupa penghalang atau pembatas, bisa juga
berbentuk pakaian yang menutupi bagian tubuh yang dituntut oleh syariat
untuk menutupnya.

II.7.2 Syarat-syarat Hijab


Hijab berupa sebuah benda pembatas atau penghalang dapat dengan
mudah dipenuhi syarat-syaratnya karena hijab jenis benda pembatas tidak
bergerak-gerak. Sedangkan hijab jenis pakaian yang dikenakan Muslimat
harus diperhatikan beberapa faktor agar hijab berupa pakaian tersebut
sempurna dalam menutup. Syarat-syarat hijab pakaian Muslimat yang
sesuai syariat Islam dijelaskan Imam al-Albani yaitu sebagai berikut:

1. Menutupi seluruh tubuh kecuali yang tidak wajib ditutupi;


2. Tidak berfungsi sebagai perhiasan;
3. Kainnya tebal tidak tipis;
4. Lebar tidak ketat sehingga menampakan bentuk tubuh;
5. Tidak diberi pewangi atau parfum;
6. Tidak menyerupai pakaian lelaki;
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir;
8. Bukan berupa libas syuhrah (pakaian yang menarik perhatian orang-
orang).

28
(Al Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah Lil Imam Al Albani, 394 dalam Purnama,
2015).
Dari syarat-syarat diatas maka tidak memungkinkan Muslimat
menjaga syarat-syarat tersebut saat berolahraga di prasarana umum,
sehingga akan lebih mudah jika menerapkan hijab berupa pembatas pada
area olahraga Muslimat. Berikut ini contoh hijab yang dibuat oleh
Organisasi Wahdah Islamiyah saat melakukan senam pagi menggunakan
halaman salah satu Sekolah Dasar pada hari Ahad, juga menggunakan
ruang yang tertutup pada sebuah balai, dikarenakan kebutuhan untuk
berolah raga dan tetap menjaga aurat dengan memasang hijab jenis
pembatas berupa kain disekeliling area senam.

Gambar 2.2 Aplikasi Hijab Berupa Kain Pembatas


(Sumber : Data Survey Penulis, 2018)

29
II.8 Studi Literatur

II.8.1 UC Riverside Recreation

Gambar 2.3 UC Riverside Sport and Recreation Center


(Sumber : Canon Design, 2016)

Pusat Rekreasi Mahasiswa UC Riverside atau lengkapnya Univercity


of California (UC) Riverside Sport and Recreation Center adalah fasilitas
canggih yang dibangun oleh Universitas California di Riverside California
Amerika Serikat sebagai pusat olahraga rekreasi bagi mahasiswa UCR.
Fungsi utama Student Recreation Center adalah untuk kesejahteraan
populasi siswa UC Riverside melalui kebugaran fisik dan olahraga
intramural. Dibangun di atas tanah seluas 155.000 kaki persegi (14.400
m2) dan dibuka pada tanggal 11 Januari 1994.
Arena Pusat Rekreasi Mahasiswa (SRC Arena) terletak di dalam
gedung. Dapat menampung hingga 3.168 orang dan merupakan rumah
bagi bola basket putra UC Riverside Highlanders, basket putri UC
Riverside Highlanders, dan tim voli wanita UC Riverside Highlanders.
Arena ini menawarkan ruang ganti penuh untuk tim.
Fasilitas Student Recreation Center menawarkan ruang ganti,
fasilitas latihan beban 6.000 kaki persegi (560 m2) dan area 3.000 kaki
persegi (280 m2) yang didedikasikan untuk mesin kebugaran-kardio.
Fasilitas ini juga mencakup kolam renang besar dan spa, lapangan tenis,

30
lintasan lari indoor, gym tambahan dengan beberapa lapangan, empat
lapangan badminton / wallyball, satu lapangan squash, dapur kelas,
dinding panjat dalam ruangan dan batu besar dan juga memiliki tiga ruang
serbaguna.

Gambar 2.4 UC Riverside SRC Siteplan


(Sumber : Canon Design, 2016)

31
Gambar 2.5 UC Riverside SRC Second Floorplan
(Sumber : Canon Design, 2016)

32
Gambar 2.6 UC Riverside SRC Second Floor
(Sumber : Canon Design, 2016)

Gambar 2.7 Kolam renang UC Riverside SRC


(Sumber : Canon Design, 2016)

33
II.8.2 Masjid Islamic Center Mu'adz bin Jabal

Gambar 2.8 Kawasan Masjid Mu'adz bin Jabal Kendari


(Sumber : muadzbinjabal, 2019)

Masjid Islamic Center Mu'adz bin Jabal Kendari merupakan masjid


berkonsep Islami dengan pemisahan jamaah yang baik, karena pemisahan
jamaah laki-laki dan perempuan dimulai saat turun dari kendaraaan.

3
2

6
4
5
1 7

(1)Gerbang Masuk, (2)Masjid, (3)Parkir Pria, (4)Parkir Wanita, (5)Pintu Masuk Pria,
(6)Pintu Masuk Wanita, (7)Gerbang Keluar

Gambar 2.9 Pembagian Area Jamaah


(Sumber : muadzbinjabal, 2019)

34
Lantai 2 Shaff Wanita

Lantai 1 Shaff Pria

Gambar 2.10 Interior Masjid


(Sumber : muadzbinjabal, 2019)

Gambar 2.11 Interior Shaff Wanita


(Sumber : muadzbinjabal, 2019)

Shaff wanita berada pada lantai 2 masjid Mu'adz bin Jabal dengan
void ditengah lantai untuk menghubungkan secara tidak langsung meja
ustad dan shaft wanita. Terdapat pagar pengaman disekeliling void dan
diberi hijab yang terpasang pada pagar pengaman untuk menghalangi
pandangan dari jamaah laki-laki ke jamaah wanita dan sebaliknya.

35
II.9 Ide Perancangan

Beberapa hal yang mempengaruhi ide perancangan "Gelanggang


Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari" adalah sebagai berikut:

 Wilayah yang menjadi sasaran perancangan adalah wilayah pusat-


pusat kegiatan kaum Muslimat Kota Kendari. Jika berdasarkan data
survey penulis, terdapat dua kelompok Muslimat yaitu KMHK dan
Wahdah Islamiyah, pusat kegiatan berada pada seputaran kampus
UHO yaitu wilayah SWP II yakni Kecamatan Kambu yang
merupakan wilayah dengan fungsi utama perguruan tinggi,
pemerintahan dan pemukiman, dan fungsi pendukung lainnya seperti
kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan terbatas.
 Lokasi perancangan mudah dijangkau dengan angkutan umum
sehingga memudahkan pencapaian lokasi.
 Massa bangunan yang terpisah secara visual dan pencapaian antara
fungsi utama yang tertutup dan fungsi penunjang terbuka sehingga
sesuai dengan syariat Islam.
 Merancang fisik bangunan yang memuat nilai-nilai Islam dari segi
pengaturan ruang, bentuk fasad, pemilihan warna dan tekstur,
pemilihan ornamen, sehingga bisa sejalan dengan tujuan hidup
Muslimat yaitu beribadah kepada Allah.
 Secara garis besar, bangunan memiliki fungsi utama olahraga seperti
ruang fitnes, ruang senam, lintasan joging, kolam renang, area
latihan berkuda, lapangan panahan dan area bermain anak. Karena
bangunan merupakan bangunan khusus Muslimat, sehingga perlu
dipertimbangkan fungsi penunjang seperti ruang serbaguna, ruang
tunggu pria dan ruang penitipan anak. Ruang olahraga tertutup
secara visual dari lingkungan luar dengan wilayah olahraga yang
tertutup atap dan wilayah taman olahraga terbuka yang tidak tertutup
atap.

36
BAB III
TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

III.1 Kondisi Umum Kendari

III.1.1 Tinjauan Kondisi Fisik


A. Letak Geografi Kota Kendari

Gambar 3.1 Peta Kota Kendari


(Sumber : RTRW Kota Kendari 2010-2030)

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia


yang terletak di bagian tenggara pulau Sulawesi dengan Ibu Kota
Kendari.Secara geografis Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di
bagian selatan garis Khatulistiwa di antara 02o45' Lintang Selatan dan
120 o45' - 124 o30' Bujur Timur dengan luas wilayah daratan 38.140
km2 (3.814.000 ha) dan luas wilayah perairan seluas 110.000 km 2
(11.000.000 ha). (wikipedia Indonesia, 2019)

Kota Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi


Tenggara, secara astronomis terletak di bagian selatan garis
khatulistiwa berada di antara 3o54’40’’ dan 4o5’05’’ Lintang Selatan
(LS) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122 o 26’33’’ dan
122o39’14’’ Bujur Timur (BT).

37
Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-
batas:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe,
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari,
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan,
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.

Berdasarkan letak geografisnya, wilayah kota Kendari terletak di


sebelah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di
daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari.
B. Wilayah Administratif Kota Kendari
Luas wilayah daratan Kota Kendari 271,76 Km2. Luas wilayah
menurut Kecamatan sangat beragam. Kecamatan Baruga merupakan
wilayah kecamatan yang paling luas (18,18%), selanjutnya Kecamatan
Abeli (5,12%), Kecamatan Puuwatu (16,01%), Kecamatan Poasia
(15,79%), Kecamatan Kambu (8,13%), Kecamatan Mandonga
(8,00%), Kecamatan Kendari Barat (7,77%), Kecamatan Kendari
(5,33%), Kecamatan Wua-Wua (3,97%), Kecamatan Kadia (2,38%)
dan Kecamatan Nambo (9,32%).

Gambar 3.2 Presentase Luas Wilayah Kota Kendari Menurut


Kecamatan 2017
(Sumber: BPS Kota Kendari, 2018)

38
C. Kondisi Iklim Kota Kendari
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari
hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di
atas wilayahnya.
Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kendari
tahun 2018 terjadi 165 hari hujan dengan curah hujan 3.030
mm3.Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan
ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir
mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing
tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota
Kendari merupakan daerah bersuhu tropis.
D. Keadaan Suhu
Menurut data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim
Kendari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, selama tahun
2017 rata-rata suhu udara maksimum 35oC dan rata-rata suhu udara
minimum 21oC. Tekanan udara rata-rata 1.011,2 mb dengan
kelembaban udara rata-rata 85,3%. Rata-rata Kecepatan angin tahun
2017 mencapai 2,4knot.
E. Musim
Kota Kendari memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan
Maret pada bulan berikutnya musim kemarau terjadi pada bulan Juni
sampai bulan September, sedangkan musim pancaroba (peralihan)
terjadi pada bulan awal dan akhir setiap musim hujan dan kemarau.
F. Keadaan Morfologis
Kota Kendari terletak mengelilingi Teluk Kendari dengan
berbagai potensi dan peluang untuk mengembangkan usaha dan lebih
dari itu daerah ini merupakan daerah khusus pengembangan kawasan
wisata di Kendari Beach ini merupakan bagian dari koridor wisata

39
pusat Kendari - Water Front Area (Teluk Kendari) - Pantai Mayaria -
Tanjung Tapulaga - Pulau Bokori.

III.1.2 Rencana Tata Ruang Kota Kendari


Rencana Pusat Layanan Kota Kendari, pengembangan struktur ruang
Kota Kendari pada 20 tahun mendatang didasarkan pada pengembangan
pusat-pusat kegiatan skala besar baik yang telah berkembang seperti pada
pusat kota, pusat pendidikan tinggi dan pemerintahan, maupun pusat-pusat
kegiatan primer baru yang akan dikembangkan yaitu kawasan pelabuhan,
kawasan industri dan kawasan CBD (Central Business District).
Pengembangan pusat primer yang akan menjadi magnet pertumbuhan kota
di Kota Kendari tersebar pada:
1. Pengembangan Pusat Kota dan CBD
Pusat Kota Kendari yang akan dikembangkan sebagai pusat
pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa akan menyatu
dengan kawasan CBD sehingga akan menjadi pusat kegiatan
perkotaan skala besar.
2. Perkembangan Kawasan Pendidikan Tinggi dan Pusat Pemerintahan
Provinsi.
Kawasan Pendidikan Tinggi dan Pemerintahan Provinsi akan
berfungsi sebagai simpul primer di selatan Kota Kendari dan
berkembang sebagai pusat permukiman perkotaan baru dalam skala
besar.
KL KL

PR PR PR
PR
KT
RTH PR Permukiman

PK CBD TELUK KENDARI PL RTH Ruang Terbuka Hijau


RTH
KL Kawasan Lindung

PK Pusat Pemerintahan
PR
IN CBD Central Business District
PR PR
PR KT Kota Lama

PL Pelabuhan
TR
KL KL
IN Industri

TR Terminal

Gambar 3.3 Pengembangan Pola Ruang Kota Kendari


(Sumber : RTRW Kota Kendari 2010-2030)

40
III.1.3 Arah Pembangunan Kota Kendari
1. Kawasan Mandonga
Sebagai kawasan pusat Kota Kendari, maka sebagian besar
wilayahnya sudah merupaka kawasan terbangun, terutama di
kelurahan Mandonga, Korumba, Bende dan Kadia dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata mencapai 50,5 jiwa/ha. Area
pengembangan yang potensial adalah pada area yang masih kosong
yang terdapat di bagian barat, yaitu kelurahan Kadia, Tobuha,
Punggolaka, dan Anggilowu. Adapun perkembangan yang ketat
terhadap perkembangan fisik, terutama perlu pada kawasan yang
terdapat di sebelah utara mencakup wilayah dari kelurahan
Punggolaka, Tobuha, Alolama, dan Anggilowu, karena pada kawasan
tersebutdi dalam RTRW telah ditentukan sebagai hutan kota.
2. Kawasan Kendari Beach
Area kosong yang mungkin bisa dibangun untuk pemukiman
penduduk pada kawasan ini sebenarnya dapat dikatakan sangat
sedikit, yaitu hanya pada lorong-lorong sempit sepanjang jalan Arteri
Primer dan sebagian kecil di area sepanjang jalan By-pass. Sehingga
perkembangan fisik pada kawasan ini perlu pengawasan ketat, yang
menyangkut:
a) Kemungkinan terjadinya perkembangan fisik ke kawasan
Tahura Murhum di bagian utara.
b) Perubahan fungsi kegiatan di sepanjang jalan Arteri sesuai
dengan arahan RTRW.
c) Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembangunan hotel dan
villa di sepanjang jalan inspeksi Tathura Murhum.
3. Kawasan Kota Lama
Area kosong yang mungkin dapat dibangun kawasan
pemukiman penduduk pada kawasan ini dapat dikatakan sudah tidak
ada, sehingga perlu ada pembatasan atau memepertahankan jumlah
penduduk sesuai dengan kondisi yang ada sekarang. Pengawasan yang

41
ketat terhadap perkembangan fisik yang perlu dilakukan antara lain
menyangkut;
a) Kemungkinan terjadinya perkembangan fisik ke kawasan
Tahura Murhum di bagian utara.
b) Persyaratan IPAL yang harus dipenuhi oleh kegiatan industri.
c) Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembangunan hotel dan
villa di sepanjang jalan inspeksi Tahura Murhum
4. Kawasan Poasia
Kawasan ini diarahkan sebagai perluasan daerah perkotaan yang
mempunyai area perkembangan paling luas. Area kosong yang dapat
dibangun sebagian besar terdapat di bagian selatan perbatasan dengan
pegunungan Nipa-Nipa. Oleh karena di kawasan ini direncanakan
sebagai fungsi kegiatan skala regional maupun kota Kendari, seperti
industri, pusat perdagangan/jasa dan lain-lain. Maka pengendalian
terhadap perkembangan masing-masing fungsi tersebut perlu
mendapat perhatian. Pengawasan yang ketat terhadap perkembangan
fisik kawasan diantaranya menyangkut:
a) Jalur hijau atau sempadan pantai sepanjang teluk Kendari dan
perairan lepas serta hutan bakau sebagai kawasan perlindungan
setempat.
b) Pembangunan perumahan pemukiman di kawasan-kawasan
yang dapat dibangun dengan faktor kemiringan lahan 9-15%.
c) Persyaratan IPAL yang harus dipenuhi oleh kegiatan industri.
d) Kemungkinan terjadinya perkembangan fisik ke kawasan
pegunungan Nipa-Nipa.
5. Kawasan Anduonohu
Sama halnya dengan kawasan Poasia, bahwa kawasan
Anduonohu ini diarahkan sebagai perluasan daerah perkotaan yang
mempunyai area pengembangan cukup luas. Area kosong dapat
dibangun sebagian besar terdapat di bagian selatan perbatasan dengan
pegunungan Nipa-Nipa. Oleh karena itu kawasan ini direncanakan

42
sebagai fungsi kegiatan skala regional maupun kota Kendari, seperti
pusat kesehatan (RSUP) pusat pendidikan pusat pemerintahan,
perdagangan/jasa, dan lain-lain. Maka pengendalian terhadap
perkembangan masing-masing fungsi tersebut perlu mendapat
perhatian. Pengawasan yang ketat terhadap perkembangan fisik
kawasan diantaranya menyangkut;
a) Jalur hijau atau sempadan pantai sepanjang teluk Kendari dan
perairan lepas serta hutan bakau sebagai kawasan perlindungan
setempat.
b) Pembangunan perumahan pemukiman di kawasan-kawasan yang
dapat dibangun dengan factor kemiringan lahan 9-15%.
c) Persyaratan IPAL yang harus dipenuhi oleh kegiatan industry.
d) Kemungkinan terjadinya perkembangan fisik ke kawasan
pegunungan Nipa-Nipa.
6. Kawasan Baruga
Area yang potensial untuk pembangunan fisik di kawasan ini
terutama pada bagian timur dan selatan meliputi area yang masih
kosong di keluraha Lepo-Lepo dan kelurahan Baruga, yaitu sepanjang
jalan lingkar luar yang direncanakan dan sepanjang jalan ruas jalan DI
Panjaitan-jalan Katamso yang pada saat ini telah banyak berkembang
kompleks-kompleks perumahan. Pengawasan ketat terhadap
pembangunan fisik, diantaranya menyangkut;
a) Kemungkinan terjadinya perkembangan fisik ke wilayah hutan
sekitar terminal tipe B di Abeli dalam. Karena kawasan itu dalam
RTRW kota Kendari merupakan kawasan yang dipertahankan
sebagai hutan kota.
b) Persyaratan IPAL yang harus dipenuhi oleh kegiatan industri
termasuk persyaratan bangunan, keran daerahnya berada pada
daerah yang dapat dibangun dengan pertimbangan (faktor
kemiringan lahan 9-15%)

43
c) Pengamanan terhadap jalur hijau atau sempadan sungai Wanggu
dan sungai-sungai lainnya.
7. Kawasan Puuwatu
Lahan yang masih kosong dan memungkinkan untuk dibangun
di kawasan ini sebagian besar terdapat di bagian tengah kelurahan
Punggolaka, Wawombalata, dan pada area sepanjang jaringan jalan
yang menuju ke kelurahan Labibia dan kelurahan Watulondo. Pada
area yang potensial bagi penegembangan pemukiman tersebut,
terdapat diantaranya area yang perlu dipertahankan untuk kegiatan
perkebunan dan usaha kolam air tawar. Karena areanya bergelombang
sedemikian rupa, maka pada kawasan ini relative baik untuk
pengembangan tempat peristirahatan dan villa. Pengawasan yang ketat
terhadap perkembangan fisik, diantaranya menyangkut:
a. Kemungkinan terjadinya perkembangan fisik ke kawasan hutan
sekkitar terminal tipe B di Abeli Dalam dan bagian selatan dan
ke kawasan Tahura Murhum bagian timur.
b. Persyaratan IPAL yang harus dipenuhi oleh kegiatan industri
termasuk persyaratan bangunan, keran daerahnya berada pada
daerah yang dapat dibangun dengan pertimbangan (faktor
kemiringan lahan 9-15%)
Demikian juga pembangunan pemukiman perumahan di
kelurahan Wawombalata, Alolama, dan Anggilowu.

III.1.4 Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kota Kendari


Berdasarkan tinjauan terhadap kebijakan yang mempengaruhi
penataan ruang di Kota Kendari yang salah satunya adalah Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa Kota Kendari
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Sebagai PKN Kota
Kendari, fungsi dan peran Kota Kendari merupakan Simpul Utama
Transportasi, Pusat Kegiatan Elektronik dalam skala nasional dan pusat
kegiatan ekspor-impor. Selain sebagai Pusat Pemerintahan bagi Provinsi
Sulawesi Tenggara, penetapan Kota Kendari sebagai PKN tersebut

44
merupakan salah satu aspek yang sangat berpengarut kuat didalam
merumuskan konsep pengembangan struktur ruang di Kota Kendari.
Berdasarkan Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kota Kendari diatas,
maka arahan pengembangan ruang Kota Kendari untuk 20 tahun
mendatang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Arahan Stuktur Ruang Kota Kendari Tahun 2030

No. Pusat-pusat kegiatan Fungsi


1. Pusat Umum
a. Kawasan Pusat Kota - Pusat Pemerintahan Kota
- Perdagangan dan Jasa
b. Kawasan Teluk - Perdagangan dan Jasa
- Kesehatan
- Pariwisata
c. Kawasan Pelabuhan - Transportasi
- Elektronik
d. Kawasan Pendidikan Tinggi & - Pendidikan Tinggi
Pusat Pemerintahan Provinsi - Pusat Pemerintahan Provinsi
e. Kawasan Terminal - Transportasi
- Perdagangan dan Jasa
- Kesehatan
- Elektronik
2. Pusat sekunder
Pusat kecamatan - Pusat Pemerintahan
Kecamatan
- Kesehatan
- Pendidikan Dasar -
Menengah

3. Pusat tersier
Pusat lingkungan - Pusat Pemerintahan
Kelurahan
- Pendidikan Pra Sekolah
- RTH Lingkungan
(Sumber: RTRW Kota Kendari 2010-2030)

III.1.5 Rencana Pengembangan SWP


Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penentuan SWP
(Sub Wilayah Pengembangan) adalah :

45
a. Kesatuan fungsional kawasan.
b. Terdapat unsur pengikat pada masing-masing SWP berupa pusat
primer maupun pusat sekunder.
c. Terdapatnya pembatas fisik yang tegas.
Tujuan Pengembangan SWP (Sub Wilayah Pengembangan) adalah
mempertegas pengembangan fungsi-fungsi kegiatan dalam satuan wilayah
pengelolaan dan mengoptimalkan pengembangan kawasan berdasarkan
fungsi yang akan dikembangkan pada masing-masing SWP, dan
mempermudah pengelolaan pembangunan mulai tahapan perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian.

a. SWP I : Pusat kota meliputi Kecamatan Kadia dan Wua-wua


SWP I merupakan kawasan pusat kota dan CBD memiliki luas
6.725 Ha. Pengembangan kawasan pusat kota dan CBD dalam satu
kesatuan SWP disebabkan karena lokasi yang berdekatan memerlukan
kesatuan konsep pengembangan kawasan sehingga pengembangan
kedua kawasan utama (CBD dan Pusat Kota) dapat dilakukan secara
terintegrasi. Fungsi utama yang dikembangkan di SWP I adalah
kegiatan permukiman perkotaan, perkantoran, perdagangan, jasa dan
pariwisata.
b. SWP II : Kawasan pemerintahan provinsi dan perguruan tinggi
meliputi Kecamatan Poasia dan Kambu.
SWP II memiliki luas 3.560 Ha dengan fungsi utama yang
dikembangkan adalah kegiatan pendidikan tinggi, pemerintahan dan
permukiman. Selain fungsi-fungsi utama tersebut, perlu
dikembangkan fungsi-fungsi pendukung lainnya yaitu kegiatan
perdagangan, dan jasa dengan skala pelayanan terbatas.
c. SWP III : Kawasan terminal meliputi Kecamatan Baruga.
SWP III memiliki luas 3.976, Ha dengan fungsi utama yang
akan dikembangkan adalah kegiatan jasa, perdagangan, transportasi
dan permukiman. Sebagai simpul transportasi darat utama selain

46
kawasan terminal, fungsi lainnya yang akan menjadi fungsi dominan
adalah kegiatan perdagangan dan jasa.
d. SWP IV : Kawasan elektronik dan pelabuhan meliputi Kecamatan
Abeli.
SWP IV memiliki luas 4.323 Ha dengan fungsi utama yang
dikembangkan adalah kawasan pelabuhan, kegiatan elektronik.
Kegiatan-kegiatan ikutan yang akan mendukung fungsi pelabuhan dan
elektronik adalah kegiatan jasa/perdagangan dan kegiatan
permukiman.
e. SWP V : Kota lama yang meliputi Kecamatan Kendari dan
Kecamatan Kendari Barat.
SWP V memiliki luas 4.110 Ha dengan fungsi utama yang
dikembangkan adalah kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa
dengan skala pelayanan sekunder.
f. SWP VI : Kawasan agrowisata meliputi Kecamatan Mandonga dan
Puwatu.
SWP VI memiliki luas 5.444 Ha, dengan fungsi utama yang
dikembangkan adalah kegiatan pertanian, kegiatan agrowisata dan
permukiman perdesaan.

Tabel 3. 2 Rencana Pengembangan SWP

SWP Unsur Pengikat Keterangan


Pusat Pemerintahan Kota & Fungsi yang dikembangkan : pusat
SWP I

47
Kawasan CBD6.725 Ha. pemerintahan kota, pusat fasilitas
umum skala kota, kawasan
permukiman perkotaan, kawasan
perdagangan dan jasa.
Kawasan Perguruan Tinggi & Fungsi yang dikembangkan : Pusat
SWP II Pemerintahan Provinsi 3.560 Pendidikan Tinggi, pemerintahan
Ha dan kawasan permukiman.
Terminal4.323 Ha Fungsi yang dikembangkan : Pusat
SWP III Transportasi darat, Elektronik
terbatas, komersial.
Kawasan Pelabuhan & Fungsi yang dikembangkan :
SWP IV Kawasan Elektronik 4.323 Ha Kawasan pelabuhan, kawasan
Elektronik, kawasan permukiman
Kawasan perdagangan & Kawasan Komersial, Permukiman.
SWP V
Pelabuhan 4.110 Ha
SWP VI Pusat Kecamatan Puwatu & Fungsi yang dikembangkan :
Mandonga 5.444 Ha permukiman pedesaan, agrowisata,
pertanian.
(Sumber : RTRW Kota Kendari 2010-2030)

Penetapan Pusat Kota dan Kawasan CBD menjadi satu kesatuan SWP
dimaksudkan agar terjadi kesatuan konsep pengembangan yang
terintegrasi antara pusat kota sebagai Kota Kendari dengan kawasan CBD
yang merupakan kawasan pertumbuhan baru dimana lokasi antara Pusat
Kota dan Kawasan CBD berdekatan.

Penetapan fungsi SWP pada Rencana Tata Ruang ini merupakan


penyempurnaan dari Rencana Pembagian SWP yang telah ditetapkan pada
Rencana Tata Ruang sebelumnya. Penyempurnaan pembagian SWP
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Terdapatnya isue-isue pembangunan baru yang perlu diakomodasi
yang akan merubah orientasi perkembangan kota kedepan yaitu
pengembangan kawasan Elektronik, pengembangan kawasan P.
Bungkutoko dan pengembangan CBD.

48
b. Optimalisasi pemanfaatan ruang berdasarkan fungsi-fungsi
pengembangan kawasan.

Pembagian fungsional pada masing-masing SWP didasarkan atas


permasalahan fungsional kawasan dengan tetap memperhatikan aspek-
aspek pembatas fisik yang akan menjadi pembatas alami antara satu SWP
dengan SWP lainnya. Dengan adanya pembagian fungsi SWP diharapkan
pembangunan Kota Kendari kedepan akan lebih terfokus dan terarah
sesuai dengan permasalahan spesifik pada masing-masing SWP yang
ditetapkan.

Selain itu pembagian fungsi SWP juga merupakan penjabaran


pengembangan kawasan strategis Kota Kendari dimana diharapkan
pembangunan Kota Kendari kedepan dapat selain bertujuan
pengembangan fungsi kawasan sesuai dengan kebutuhan pengembangan
juga dapat menangani kawasan-kawasan strategis kota.

III.1.6 Topografi
Kota kendari pada umumnya berombak sampai bergelombang dan
berbukit. Ketinggian kota 3 m, tertinggi 15 m, rata-rata ketinggian 7 m.
berdasarkan interpretasi pada pete topografi yang ada diperoleh gambaran
topografi kota kendari sebagai berikut:

1. Wilayah bagian timur didominasi oleh daerah bergelombang sampai


berbukit dengan kemiringan lerengan 15 – 45%. Daerahnya meliputi
kecamatan abeli, kacamatan poasia, dan kecamatan kendari.
2. Wilayah bagian tengah didominasi daerah datar dan bergelombang
dengan kemiringan lereng antara 0 – 20 % yang meliputi wilayah
kecamatan mandonga, kecamatan wua-wua, dan kecamatan puuwatu.
3. Wilayah bagian selatan didominasi daerah bergelomang yaitu
dikecamatan baruga.

49
III.1.7 Kependudukan
Penduduk Kota Kendari berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017
sebanyak 370.728 jiwa yang terdidri atas 187.233 jiwa penduduk laki-laki
dan 183.495 penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk di Kota Kendari tahun 2017 mencapai 1.364


jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 11 kecamatan cukup beragam dengan
kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Kadia dengan
kepadatan sebesar 7.743 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Nambo
sebesar 441 jiwa/km2.

Tabel 3.3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2017

No. KECAMATAN % PENDUDUK KEPADATAN /km2


1 2 3 4
1. Mandonga 12,47 2.127
2. Baruga 6,68 501
3. Puuwatu 9,57 815
4. Kadia 13,53 7.743
5. Wua-wua 8,42 2.892
6. Poasia 8,61 744
7. Abeli 4,73 1.261
8. Kambu 9,36 1.570
9. Kendari 8,81 2.257
10. Kendari Barat 14,80 2.559
11. Nambo 3,01 441
KOTA KENDARI 100 1.364
(Sumber: BPS Kota Kendari, 2018)

III.1.8 Geologi
Ditinjau dari segi geologi, kota kendari terletak pada pinggiran pantai
teluk kendari dan mempunyai 6 jenis tanah yang terdiri dari tanah
podzolik, tanah mediteran, tanah latosol, tanah organosol, tanah alluvial,
dan tanah grumosol serta mempunyai 3 jenis batuan yaitu batua sedimen,
batuan metamorphosis, dan batuan beku.

III.1.9 Hidrologi
Potensi hidrologi kota kendari memiliki beberapa sungai/anak sungai
yang tersebar dibeberapa kelurahan dan kecamatan. Sungai-sungai

50
tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai
sumber energy dan kebutuhan industry rumah tangga.Salah satu sunggai
besar adalah sungai wanggu yang terlatak di keluraham lepo-lepo, diantara
kecamatan baruga dan kecamatan wua-wua yang panjangnya 35 km yang
memiliki debit air sekitar 120m3/det.

III.2 Tinjauan Khusus Lokasi

Pada tinjauan khusus lokasi kita dapat meninjau lokasi yang tepat
untuk perencanaan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat dengan
pertimbangan RTRW Kota Kendari 2010-2030 dan pertimbangan lain
seputar wilayah kegiatan Muslimat Kota Kendari. Lokasi yang dipilih dalam
perencanaan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari ini
terletak pada Kecamatan Kambu yang berada pada SWP II dengan fungsi
utama yang dikembangakan adalah kegiatan pendidikan tinggi,
pemerintahan, dan pemukiman. Selain fungsi utama, dikembangkan juga
fungsi pendukung seperti perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
terbatas. Pemilihan SWP II dikarenakan selain pertimbangan RTRW di atas
juga dikarenakan SWP II merupakan lokasi kegiatan Muslimat Kota
Kendari. Jika meninjau Kecamatan Kambu, terdapat wilayah dakwah
sunnah seperti Islamic Center Muadz Bin Jabal, Markaz Dakwah Ar-
Risalah, As-Sunnah dan Wahdah Islamiyah, sehingga menjadi pusat
kegiatan sebagian besar kaum Muslimat Kota Kendari.

51
Gambar 3.4 Peta Rencana Penetapan Kawasan Strategis
(Sumber : RTRW Kota Kendari 2010-2030)

Gambar 3.5 Wilayah Kampus UHO, Kec. Kambu


(Sumber : Google Map, 2019)

III.3 Tinjauan Obyek Gelanggang Olahraga Di Kota Kendari

Pemerintah Kota Kendari telah membangun beberapa sarana dan


prasarana olahraga sebagai wadah yang menampung kegiatan olahraga
masyarakat Kota Kendari baik berupa gedung olahraga maupun taman
olahraga. Beberapa sarana dan prasarana yang telah dibangun seperti:

III.3.1 GOR Bahteramas


GOR Bahteramas merupakan prasarana olahraga di Kota Kendari
yang terletak di jalan Sao Sao tidak jauh dari kawasan Tugu Religi. Pada

52
bangunan tersebut biasa diselenggarakan event-event olahraga indoor
seperti pertandingan antar klub, juga menjadi tempat penyelenggaraan
lomba - lomba seperti lomba mewarnai, tempat test ujian masuk seperti
test CPNS, dan juga sebagai tempat pameran seperti pameran perumahan.

Permasalahan saat ini, kondisi fisik bangunan saat ini tidak terawat
dengan beberapa kaca yang pecah dan sebagian lantai kayu yang rusak dan
biasa menjadi tempat parkir mobil truck, sehingga jarang digunakan
sebagai tempat olahraga. Hal tersebut perlu di benahi agar GOR
Bahteramas bisa digunakan sebagai mana mestinya.

Gambar 3.6 Tampak Depan GOR Bahteramas


(Sumber : Data Survey Penulis, 2019)

III.3.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH), Hutan Kota Kantor Walikota Kendari.
RTH kantor Walikota Kendari yang biasa disebut taman kota, terletak
pada pusat kota dekat dengan Tugu Religi Kota Kendari. RTH memiliki
fungsi sebagai penyuplai oksigen dan biasa digunakan sebagai tempat
berolahraga, tempat latihan menari, atau kegiatan-kegiatan pentas
masyarakat Kota Kendari. Tempat tersebut ramai dikarenakan letaknya di
pusat kota dan adanya jalur angkutan umum yang memudahkan
pencapaian.

53
Permasalahan yang terjadi, muslimat kota kendari tidak bisa
memanfaat prasarana RTH tersebut dikarenakan prasarana tersebut
merupakan tempat umum dimana kaum muslimat terikat hukum-hukum
syariat tentang adab-adab ditempat umum seperti bercampur baur dan
interaksi dengan lawan jenis.

Gambar 3.7 RTH, Hutan Kantor Walikota Kendari


(Sumber : Data Survey Penulis, 2019)
III.4 Urgensi Pengadaan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat

Muslim Kota Kendari saat ini mulai sadar dengan pentingnya


menuntut ilmu agama dengan lebih mendalam. Berbagai perbedaan
pendapat diantara para ustad di tempat kajian yang berbeda membuat
perbedaan pemahaman penuntut ilmu tentang batasan laki-laki dan
perempuan dalam berinteraksi saat berolahraga. Sebahagian kaum
muslimat ada yang tidak terlalu memerhatikan adab-adab berinteraksi
dengan lawan jenis, masih menganggap masalah bercampur baur dengan

54
lawan jenis merupakan hal yang biasa. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengetahuan yang mendalam tentang hukum-hukum syar'i yang
biasanya butuh pengkajian yang lebih mendalam terhadap dalil-dalil sahih
adab-adab berinteraksi dengan lawan jenis. Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah seorang ulama masa kini memberikan tuntunan bagi wanita
yang ingin berolahraga, beliau mengatakan yang artinya: “Olah raga itu
banyak macamnya, dan ia kalimat yang umum. Maka olah raga untuk
anak-anak wanita dengan berbagai macam jenisnya, ini (asalnya) tidak
melanggar syariat yang suci ini. Misalnya para wanita jalan kaki bersama-
sama di tempat yang khusus bagi wanita, tidak bercampur-baur dengan
lelaki, dan tidak ada lelaki yang melihat mereka, atau olah raga renang
bagi wanita di rumah mereka atau sekolah renang khusus bagi wanita,
yang tidak terlihat oleh lelaki dan tidak ada lelaki. Ini tidak mengapa.
Adapun olah raga yang terdapat ikhtilat (campur-baur) antara lelaki dan
wanita, atau lelaki bisa melihat mereka, atau menyebabkan keburukan bagi
kaum Muslimin maka tidak boleh” (syaikh bin Baz dalam Anggrieta,
2012)

Muslimat memiliki peranan yang sangat penting bagi generasi penerus


bangsa yang merupakan elemen penting di masyarakat, karena Mulimat
merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dimana masa-masa
keemasan pembentukan karakter insan yang bertaqwa, sehingga Muslimat
dalam syariat Islam diperintah untuk berada dirumah seperti yang tertulis
di dalam al-Quran yang artinya: “Dan hendaklah kamu tetap tinggal di
rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33). Dalam
kesehariannya Muslimat juga membutuhkan olahraga agar tetap berpola
hidup sehat dan mengurangi resiko obesitas dan penyakit-penyakit
lainnya.Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan fasilitas sarana dan

55
prasrana yang sesuai dengan kebutuhan muslimat dan mendukung
keinginan para muslimat dalam menjaga adab-adab dari hukum-hukum
syar'i saat berolahraga.

Saat ini di Kota Kendari telah memiliki sarana dan prasarana olahraga
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum seperti
Taman Kota, halaman Kantor Gubernur, kolam renang umum Koni, dan
tempat-tempat umum lainnya yang biasa digunakan berolahraga. Namun
sampai saat ini belum tersedia sarana dan prasarana khusus diperuntukan
untuk muslimat Kota Kendari, sehingga sebagian kaum muslimat yang
menjaga adab-adab di tempat umum tidak bisa berolahraga di tempat-
tempat tersebut yang telah disediakan oleh pemerintah Kota Kendari.

Untuk memfasilitasi kaum muslimat maka dirasa sangat perlu untuk


membangun wadah khusus sarana dan prasarna untuk memberikan
kenyamanan dan kebebasan bergerak dalam berolahraga. Sehingga dapat
membuat kaum muslimat berpola hidup sehat tanpa harus melanggar
hukum-hukum syar'i yang diatur didalam Al Quran dan Sunnah.

56
BAB IV
PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN

IV.1 Titik Tolak Konsep Perancangan

Gagasan awal dari suatu perancangan adalah titik tolak konsep


perancangan, dimana konsep-konsep tersebut merupakan alat untuk
mengubah pernyataan masalah non-fisik menjadi produk arsitektur berupa
bangunan atau kawasan fisik. Konsep-konsep pada tahap perancangan
diarahkan pada pengembangan rancangan. Adapun kategori pendekatan
konsep berupa pendekatan konsep fisik makro dan pendekatan konsep
fisik mikro.

Pendekatan konsep fisik makro merupakan langkah penyelesaian


konsep dalam wadah fisik terhadap perkembangan kota. Perencanaan
Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat ini diharapkan mampu
memfasilitasi dengan baik kegiatan olahraga Muslimat Kota Kendari.
Melihat fungsinya sebagai bangunan olahraga khusus yang sesuai dengan
kebutuhan kaum Muslimat dan tempat pengenalan syariat Islam seputar
Muslimat, sehingga penentuan lokasinya pun harus strategis dan berada di
sekitar lingkungan kawasan pusat-pusat kegiatan kaum Muslimat dan
mendukung fungsi gelangang olahraga. Tidak lupa pula fisik bangunan
Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari hendaknya
memiliki bentuk yang mampu mencermikan bangunan olahraga dengan
nuasa Islami sebagai ciri khas bangunan tanpa mengabaikan nilai estetika
yang berlandaskan syariat Islam.

Pendekatan fisik mikro mencakup kebutuhan yang dapat mendukung


fungsi dalam bangunan. Di antaranya kapasitas serta fasilitas gelanggang
olahraga sebagai sarana dan prasarana olahraga rekreasi bagi Muslimat,
juga sebagai tempat berinteraksi. Mengingat itu semua maka rancangan
bangunan pun harus memperhatikan lima langkah-langkah desain yang
baik dan penerapan konsep-konsep arsitektur yang Islami sebagai penuh

57
kebutuhan kaum Muslimah dalam berolahraga. Tujuan dalam melakukan
pendekatan tersebut adalah agar bangunan yang direncanakan mampu ;

1. Menciptakan suatu wadah beloahraga yang mengekspresikan nilai-


nilai yang terkandung dalam syariat Islam secara menyeluruh,
berdasarkan fungsi dan kebutuhan pengguna.
2. Menciptakan bangunan sarana dan prasarana olahraga yang indah,
bermanfaat, kokoh, aman, nyaman, aman bagi lingkungan dan efisien.
3. Menciptakan desain gelanggang olahraga yang mempunyai gaya
arsietktural yang Islami.

IV.2 Pendekatan Konsep Makro

IV.2.1 Pendekatan Penentuan Lokasi


Penentuan lokasi perencanaan Gelanggang Olahraga Khusus
Muslimat dimulai dengan melakukan pendekatan terhadap wilayah
perencanaan yang harus memenuhi persyaratan untuk mendirikan sebuah
gedung gelanggang olahraga khusus untuk Muslimat. Dalam pendekatan
penentuan lokasi perlu diperhatikan beberapa hal agar dapat
memaksimalkan pendekatan seperti yang tertera pada Permenpora RI
No.0445 (2014) yaitu sebagai berikut:

1. Tata Ruang dan Infrastruktur


Lokasi gedung olahraga harus:
a) sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b) tersedia sistem infrastruktur yang memadai, antara lain transportasi,
listrik air bersih, saluran kota dan telekomunikasi; dan
c) tersedia fasilitas akomodasi (hotel) dan rumah sakit yang
memadai, terutama bila akan diselenggarakan pertandingan
internasional.
2. Luas Lahan Tersedia
a) Untuk menghasilkan suatu perencanaan yang baik (ideal) sesuai
dengan konsep Green Building, maka lahan yang disediakan harus
mempunyai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 20%,

58
sehingga masih tersedia lahan yang cukup memadai untuk arena
kegiatan olahraga di ruang terbuka (outdoor), untuk taman dan
penghijauan, jalur pedestrian, jalan dan parkir.
b) Apabila lahan sebagaimana dimaksud tidak tersedia maka lahan
yang disediakan luasnya minimum 3 kali luas lantai dasar gedung
olahraga karena selain dipakai untuk fasilitas parkir juga
dibutuhkan sebagai ruang terbuka hijau (landsekap) dan ruang
publik.
c) Dalam kasus tertentu karena keterbatasan penyediaan lahan maka
setelah melalui kajian khusus terhadap dampak lingkungan, masih
dimungkinkan apabila lahan yang tersedia luasnya minimum 2 kali
luas lantai dasar bangunan gedung olahraga.
3. Topografi dan Kondisi Lahan
a) Lahan yang disediakan dan direncanakan untuk pembangunan
gedung olahraga harus :
 merupakan sebidang tanah yang rata;
 tidak memiliki kemiringan yang ekstrem (geomorphology yang
aman);
 daya dukung tanah yang baik;
 tidak labil;
 bukan rawa; dan
 tidak rawan longsor.
b) Lahan yang berada pada jalur gempa harus memperhitungkan
kekuatan struktur bangunannya berdasarkan ketentuan tentang
bangunan tahan gempa yang berlaku.
c) Dalam kasus tertentu (khusus) karena keterbatasan penyediaan
lahan dan tidak sesuai dengan persyaratan tersebut di atas dapat
menyesuaikan dengan kompensasi ketersediaan teknologi dan
biaya.
4. Klimatologi

59
Pemilihan lokasi untuk pembangunan gedung olahraga disarankan
menghindari kondisi iklim yang ekstrem dan memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi, misalnya daerah yang:
a) memiliki curah hujan yang tinggi;
b) berangin kencang; dan/atau
c) memiliki frekuensi dan intensitas petir yang tinggi.
5. Kelestarian Lingkungan
a) Pembangunan gedung olahraga tidak boleh berdampak pada
kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan.
b) Pembangunan gedung olahraga termasuk lingkungannya harus
dapat menjadi area penghijauan dan berfungsi sebagai paru-paru
kota serta mampu memberikan kontribusi positif pada suatu
kawasan atau kota.

Selain persyaratan-persyaratan yang diatur oleh pemerintah, lokasi


perencanaan juga harus merupakan wilayah kegiatan kaum Muslimat
dimana wilayah tersebut merupakan wilayah dakwah Islam.

IV.2.2 Pendekatan Pemilihan Tapak


Pendekatan pemilihan tapak merupakan pendekatan yang didasari
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a) Terletak pada wilayah dengan fungsi utama pendidikan tinggi, dan


pemukiman. Serta fungsi pendukung seperti perdagangan dan jasa
dengan skala pelayanan terbatas.
b) Kemudahan dalam pencapaian tapak, tapak dapat dicapai dengan
transportasi angkutan umum kota.
c) Tapak memiliki sarana dan prasarana kota.

Dari beberapa dasar pertimbangan atas, maka didapat kriteria-kriteria


pemilihan tapak sebagai berikut:

a) Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota


b) Area pusat kegiatan kaum Muslimat

60
c) Kondisi lahan
d) Kelengkapan utilitas kota
e) Infrastruktur yang memadai
f) Pencapaian yang mudah
g) Tersedianya sarana transportasi angkutan umum kota.

Dalam pendekatan pemilihan tapak perlu didasari oleh analisis tapak


yaitu analisa terhadap potensi-potensi lingkungan dan memperhatikan
aspek-aspek lingkungan di sekitar tapak. Berikut pertimbangan dalam
analisis tapak:

1. Kondisi Awal Tapak / Existing Site Condition


Kondisi awal tapak merupakan data keadaan alami tapak yang apa
adanya. Dasar pertimbangan dalam menganalisa kondisi awal tapak:
a) Kondisi lingkungan di sekitar tapak
Analisa kondisi lingkungan di sekitar tapak dilakukan agar
diperoleh gambaran visual keadaan lingkungan di sekitar tapak,
sehingga bisa menjadi referensi pertimbangan dalam rancangan.

Gambar 4.1 Existing Site Condition


(Sumber : White, 1983)

61
b) Ukuran luas tapak
Analisa ukuran luas tapak dilakukan agar memperoleh jarak sisi
batas dan total luas tapak, yang dapat menjadi acuan luas lahan
terbangun dan tidak terbangun.

Gambar 4.2 Boundaries and Size Area


(Sumber : White, 1983)
c) Topografi
Analisa topografi tapak sangat dibutuhkan untuk menentukan
perlakuan pada desain bentuk bangunan sebagai tanggapan
terhadap data topografi.

Gambar 4.3 Major Land Features


(Sumber : White, 1983)

62
2. Orientasi Matahari / Sun Orientation
Analisis orientasi matahari dilakukan untuk mengetahui arah datang
sinar matahari menuju tapak sehingga menjadi pertimbangan orientasi
dan bentuk bangunan. Dengan mengetahui arah datang sinar matahari
setiap hari dalam setahun, kita mendapatkan data waktu-waktu
matahari panas dengan sudut kemiringan yang memungkinkan sinar
matahari jauh masuk kedalam bangunan. Hal tersebut berguna untuk
menentukan orientasi massa bangunan pada tapak untuk menghalangi
radiasi yang diakibatkan sinar matahari langsung dan memanfaatkan
sinar mata hari tidak langsung sebagai pencahayaan alami untuk
menghemat penggunaan energi pada bangunan.

Gambar 4.4 Solar Altitude and Azimuth


(Sumber : White, 1983)
3. Pandangan / Views
Pandangan merupakan salah satu sensorik manusia yang perlu
menjadi pertimbangan pada rancangan terkait bentuk tampilan
bangunan maupun bukaan pada bangunan terhadap lingkungan sekitar
tapak. Dasar pertimbangan pandangan adalah sebagai berikut:
a) Pandangan dari luar kedalam tapak;

63
b) Pandangan dari dalam keluar tapak;
c) Situasi dan kondisi lingkungan tapak.

Gambar 4.5 View Into The Site / From The Site


(Sumber : White, 1983)
4. Kebisingan / Noise
Analisis kebisingan terhadap tapak dilakukan agar dapat memberikan
tanggapan terhadap sumber kebisingan yang bersumber dari aktifitas
dalam tapak maupun kebisingan yang bersumber dari aktifitas luar
tapak. Dengan mengetahui sumber kebisingan, maka dapat ditentukan
jenis peredam kebisingan baik berupa soft material, hard
material,perbedaan ketinggian dalam tapak, memeberi jarak dari
sumber kebisisngan, dan penggunaan material yang mampu meredam
kebisingan.

Gambar 4.6 Noise


(Sumber : White, 1983)

64
5. Pencapaian Tapak / Accessibility
Pencapaian pada tapak merupakan akses untuk mencapai tapak
melalui jalan yang ada di sekitar tapak. Analisis pencapaian tapak
dilakukan agar dapat mengetahui akses-akses yang dapat dilalui untuk
mencapai tapak dan tipe-tipe transportasi yang mampu mencapai
tapak, baik dari tipe kendaraan seperti kendaraan umum dan
kendaraan pribadi, dari jenis kendaraan seperti kendaraan bermotor
roda empat dan kendaraan bermotor roda dua maupun sepeda. Dasar
pertimbangan pencapaian pada tapak adalah sebagai berikut:
a) Akses - akses pada sisi tapak;
b) Jalur transportasi angkutan kota.

Gambar 4.7 Vehicular and Pedestrian Pattern


(Sumber : White, 1983)
6. Penzoningan / Zoning
Penzoningan adalah pembagian zona pada tapak berdasarkan tingkat
privasi pada kelompok aktivitas. Zona pada tapak terbagi menjadi:
a) Zona Publik, yaitu zona untuk ruang-ruang yang bersifat umum dan
tidak memiliki syarat-syarat tertentu untuk mencapainya.
b) Zona Semi-Publik, yaitu zona dengan ruang-ruang yang bersifat
umum namun membutuhkan syarat tertentu untuk mencapainya.
c) Zona Privat, yaitu zona dengan ruang-ruang yang bersifat khusus
yang bisa diakses oleh pengelola dan atau dengan izin pengelola.

65
d) Zona Servis, yaitu zona dengan ruang-ruang yang bersifat khusus
yang dapat diakses dengan mudah dari zona publik namun dengan
izin pengelola untuk mencapainya.

Gambar 4.8 Public - Private (Zoning)


(Sumber : Dee, 2001)
7. Sirkulasi / Circulation
Sirkulasi merupakan peredaran suatu obyek dari suatu tempat ke
tempat lain dalam bentuk prasarana penghubung berbagai kegiatan
dalam tapak. Sistem sirkulasi terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Sistem sirkulasi manusia / Pedestrian
b) Sistem sirkulasi kendaraan / Vehicular

Gambar 4.9 Vehicular and Pedestrian Circulation


(Sumber : White, 1983)

66
IV.2.3 Pemilihan Tapak
Untuk menentuan tapak perencanaan Gelanggang Olahraga Khusus
Muslimat dibutuhkan analisa tapak dengan alternatif tapak supaya dapat
menghasilkan tapak yang paling baik pada lokasi tersebut.

ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2

Gambar 4.10 Alternatif Tapak


(Sumber : Google Map, 2019)

67
Tabel 4.1 Analisis Pembobotan Pemilihan Tapak

No
Kriteria Lokasi Alternatif 1 Alternatif 2
.
1 Aksesbilitas 3 3
2 Tersedia sarana dan prasarana 3 3
3 Kondisi lahan dan topografi 1 2
4 Kawasan dakwah sunnah 1 2
Total Bobot 8 10
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)

Berdasarkan analisis di atas, tapak terpilih berada pada Alternatif 2


yaitu Jalan HEA Mokodompit, Kecamatan Kambu, Kelurahan Lalolara,
dengan batas-batas tapak sebagai berikut:

1. Sebelah Utara = Lor. Kencana II

2. Sebelah Timur = Universitas Halu Oleo

3. Sebelah Selatan = Lor. Mata Air I

4. Sebelah Barat = Sungai Wanggu

Adapun potensi tapak pada lokasi terpilih Kecamatan Kadia,


Kelurahan Lalolara adalah sebagai berikut:

1. Letak tapak strategis bagi Muslimat;

2. Luas lahan +3.00 Ha dan kondisi lahan yang baik;

3. Tercapainya lahan dengan transportasi umum;

4. Fasilitas yang memadai;

5. Aksesbilitas yang mudah;

6. View yang mendukung penampilan bangunan.

68
IV.3 Pendekatan Konsep Mikro

Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat adalah sebuah bangunan


dengan sarana dan prasarana olahraga yang disewakan khusus kepada
Muslimat. Adapun pelaku kegiatan pada bangunan tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Pelaku yang dilayani yaitu pengunjung yang menggunakan fasilitas


olahraga dalam gedung. Kegiatan pengunjung dapat diuraikan sebagai
berikut:
a) Kegiatan olahraga;
b) Kegiatan rekreasi;
c) Kegiatan pendidikan dan pelatihan.
2. Pelaku yang melayani yaitu pihak pengelola gedung. Kegiatan
pengunjung dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Kegiatan administrasi;
b) Kegiatan pengawasan dan operasional;
c) Kegiatan pemeliharaan gedung;
d) Kegiatan pengamanan.

IV.3.2 Pendekatan Kebutuhan Ruang


Pendekatan kebutuhan ruang pada gelanggang olahraga berdasar pada
pendekatan pelaku kegiatan, sehingga perlu dilakukan pengelompokan
berdasarkan fungsi-fungsi dari kegiatan tersebut. Pembagian kelompok
kegiatan pada Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat adalah sebagai
berikut:

1. Kelompok kegiatan utama.


Kelompok kegiatan utama yaitu pihak pengunjung dengan kegiatan
berolahraga dan pengelola bangunan dengan kegiatan pelayanan
terhadap pengunjung serta pemeliharaan gedung olahraga.
2. Kelompok kegiatan penunjang.

69
Kelompok kegiatan penunjang yaitu kegiatan yang sifatnya
menunjang kegiatan utama dengan spesifikasi khusus yang mewadahi
bentuk aktivitas yang berbeda.
3. Kelompok kegiatan servis.
Kelompok kegiatan servis yaitu kegiatan yang sifatnya pengawasan
berkala, pemeliharaan, perbaikan, dan pengamanan terhadap kegiatan
utama, penunjang dan servis.

IV.3.3 Pendekatan Pengelompokan Ruang


Pengelompokan ruang dilakukan berdasarkan pertimbangan sifat dan
fungsi ruang yang ditentukan oleh bentuk aktivitas yang terjadi.
Pengelompokan ruang tersebut dikelompokan menjadi area-area sebagai
berikut:

1. Area Publik, merupakan area yang bersifat umum dimana di dalamnya


terdiri dari beberapa kegiatan yang bersifat publik;
2. Area Semi-Publik, Merupakan area publik dengan perlakuan khusus
yang lebih privat, sehingga untuk mengakses area tersebut butuh
persyaratan yang harus dipenuh;
3. Area Privat, merupakan area khusus yang hanya bisa diakses oleh
pengelola atau izin dari pengelola;
4. Area Servis, merupakan area khusus untuk pemeliharaan dan
perawatan bangunan, yang hanya bisa diakses dengan izin pengelola.

Gambar 4.11 Public + Private Zones


(Sumber : Alonso, 2015)

70
IV.3.4 Pendekatan Pola Hubungan Ruang
Ruang merupakan area kegiatan yang menunjang kegiatan umum
maupun kegiatan penunjang kaum Muslimat. Dalam setiap ruang
mewadahi masing-masing aktivitas pelaku kegiatan dengan bermacam-
macam kegiatan, sehingga menyebabkan adanya hubungan antara ruang
yang satu dengan ruang yang lain. Hubungan ruang dapat terlihat dari
kedekatan aktivitas atau kelompok aktivitas yang saling mendukung
sesuai dengan sifat dan karakteristik ruang-ruang tersebut. Berikut
beberapa pendekatan bentuk hubungan ruang dengan sirkulasi:

1. Melewati Ruang
a. Integritas setiap ruang dipertahankan;
b. Konfigurasi jalurnya fleksibel;
c. Ruang-ruang yang menjadi perantara dapat digunakan untuk
menghubungkan jalur dengan ruang-ruangnya.

Gambar 4.12 Melewati Ruang


(Sumber : Ching, 2008)
2. Lewat Menembusi Ruang
d. Jalur dapat lewat melalui sebuah ruang secara aksial, miring atau
sepanjang tepinya;
e. Ketika menembusi ruang, jalur menciptakan pola-pola
peristirahatan dan pergerakan di dalamnya.

Gambar 4.13 Lewat Menembusi Ruang


(Sumber : Ching, 2008)

71
3. Menghilang Di Dalam Ruang
f. Lokasi ruangnya menghasilkan jalurnya;
g. Hubungan jalur-ruang ini digunakan untuk mencapai dan
memasuki ruang-ruang penting baik secara fungsional maupun
simbolis.

Gambar 4.14 Menghilang Di Dalam Ruang


(Sumber : Ching, 2008)

IV.3.5 Pendekatan Pola Organisasi Ruang


Pembagian 5 organisasi ruang oleh D.K. Ching (2008) dalam
"Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanannya" yaitu sebagai berikut:

1. Organisasi Terpusat
Merupakan suatu komposisi yang stabil, terkonsentrasi, yang
terdiri dari sejumlah ruang sekunder yang dikelompokan mengelilingi
suatu ruang sentral yang besar dan dominan. Organisasi terpusat dapat
digunakan untuk:
h. Menciptakan titik atau tempat-tempat didalam ruang;
i. Menghilangkan kondisi-kondisi aksial;
j. Berfungsi sebagai sebuah bentuk-obyek di dalam sebuah area atau
volume ruang yang didefinisikan.

Gambar 4.15 Organisasi Terpusat


(Sumber : Ching, 2008)

72
2. Organisasi Linier
Merupakan sebuah organisasi ruang yang terdiri dari serangkaian
ruang. Ruang-ruang ini dapat secara langsung terkait secara satu sama
lain atau dihubungkan melalui sebuah ruang linier yang terpisah dan
jauh. Bentuk sebuah organisasi linier pada dasarnya adalah fleksibel
dan dengan sigap mampu merespon beragam kondisi tapak, sehingga
dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di dalam topografi,
bermanufer disekeliling sebuah kolam atau deretan pepohonan, atau
berputar menghadap ruang-ruang untuk menangkap cahaya matahari
dan pemandangan. Ia dapat lurus, terpotong-potong atau kurvalinier.
Ia dapat membentang secara horizontal melintasi tapaknya, secara
diagonal mengikuti alur kemiringan tanah, atau berdiri vertikal
sebagai sebuah menara. Bentuk organisasi linear dapat digunakan
untuk:
a. Menghubungkan bentuk-bentuk lain dengan menyambung dan
mengorganisir bentuk-bentuk lain tersebut disepanjang jalurnya.
b. Mengekspresikan suatu arah dan menekankan suatu pergerakan,
perpanjangan, dan pertumbuhan yang dapat dibatasi
pertumbuhannya dengan menghadirkan sebuah bentuk atau ruang
yang dominan.

Gambar 4.16 Organisasi Linier


(Sumber : Ching, 2008)

73
3. Organisasi Radial
Sebuah organisasi ruang yang mengombinasikan elemen-elemen
organisasi linier maupun terpusat. Organisasi ini terdiri dari sebuah
ruang pusat yang dominan yang darinya menjulurlah sejumlah
organisasi linier secara radial. Organisasi radial merupakan sebuah
denah terbuka yang menggapai keluar dari lingkungannya. Varian
khusus organisasi radial adalah pola kincir angin, dimana lengan-
lengan linier organisasi tersebut menjulur keluar dari sisi-sisi suatu
ruang pusat yang berbentuk bujursangkar ataupun persegi panjang
yang mehasilkan suatu pola dinamis yang secara visual memberikan
kesan pergerakan berputar mengelilingi ruang pusat tersebut. Bentuk
organisasi radial dapat digunakan untuk:
a. Membagi ruang-ruang sesuai kebutuhan dari pusat;
b. Membuat suatu ruang sebagai titik pertemuan ruang-ruang yang
ada;
c. Memberi kesan dinamis pada ruang.

Gambar 4.17 Organisasi Radial


(Sumber : Ching, 2008)

74
4. Organisasi Terklaster
Merupakan sebuah organisasi yang bergantung pada kedekatan
fisik untuk menghubungkan ruang-ruangnya satu sama lain. Karena
tidak adanya tempat hasil bentukan yang penting di dalam pola sebuah
organisasi terklaster, maka nilai kepentingan sebuah ruang harus
ditegaskan melalui ukuran, bentuk, atau orientasi di dalam pola
tersebut. Bentuk organisasi terklaster dapat digunakan untuk:
a. Tetap membuat terhubung ruang-ruang yang tidak serupa ukuran,
bentuk dan fungsinya dengan kedekatan atau melalui jenis alat
pengatur visual seperti simetri atau sebuah sumbu;
b. Membuat ruang-ruang yang fleksibel dan senantiasa siap menerima
pertumbuhan serta perubahan tanpa mempengaruhi karakternya.

Gambar 4.18 Organisasi Terklaster


(Sumber : Ching, 2008)
5. Organisasi Grid
Merupakan organisasi yang terdiri dari bentuk dan ruang yang
posisi-posisinya di dalam ruang serta hubungannya satu sama lain
diatur oleh sebuah pola atau area grid berbentuk tiga dimensi
kemudian ditransformasikan ke dalam seperangkat unit ruang moduler
yang berulang. Bentuk organisasi grid dapat digunakan untuk:
a. Menciptakan seperangkat atau searea titik dan garis referensi di
dalam ruang, tempat ruang-ruang suatu organisasi grid, meski pun
ukurannya tidak sama, dapat membagi suatu hubungan yang sama.
b. Adaptasi suatu bentuk grid ke tapak dengan manipulasi-manipulasi
bentuk unit-unit ruang yang moduler dan berulang.
c. Menciptakan seperangkat modul hirarkis.

75
Gambar 4.19 Organisasi Grid
(Sumber : Ching, 2008)

IV.3.6 Pendekatan Besaran Ruang


Pendekatan besaran ruang ditentukan dengan mempertimbangkan
data-data yang mendukung besaran ruang secara efektif terhadap
kebutuhan dimensi perabot dan kebutuhan dimensi gerak manusia. Hal
yang mendasari untuk mendapatkan besaran ruang yang tepat adalah
sebagai berikut:

1. Besaran Ruang
a. Macam dan fungsi ruang
b. Jumlah pelaku kegiatan
c. Pola gerak statis dan dinamis dari perilaku pengunjung
d. Standar besaran ruang yang menjadi persyaratan
2. Stadard Ruang
a. Standar ruang-ruang distributor perabot banguanan
b. Neufert Architects Data
c. Human Dimension and Interior Space
d. Pertimbangan-pertimbangan lain seputar sarana dan prasarana
olahraga rekreasi.

IV.3.7 Pendekatan Sistem Struktur


Pendekatan sistem struktur merupakan pendekatan terhadap struktur
bangunan yang berfungsi memikul beban pada bangunan. Dengan
pendekatan struktur, diharapkan akan ditemukan penggunaan sistem

76
struktur yang tepat dan efisien. Bagian struktur bangunan dibagi menjadi
tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1. Struktur bagian bawah bangunan (Sub Struktur)


Struktur yang biasa disebut dengan pondasi, merupakan struktur
yang paling banyak memikul beban. Jenis dan ukurannya disesuaikan
dengan struktur bangunan dan daya dukung tanah. Secara garis besar
ada dua jenis pondasi yaitu Pondasi Dalam dan Pondasi Dangkal.

Gambar 4.20 Jenis Pondasi


(Sumber : Barry, 1996)

77
2. Struktur bagian tengah bangunan (Super Struktur)
Struktur yang terdiri dari rangkaian kolom, balok dan plat lantai.
Tiga jenis struktur tengah yaitu sebagai berikut:
a) Pelat Satu Arah (One Way Spanning Slab)
a. Ekonomis dengan penopang kasau tebal dan tipis.
b. Cocok untuk beban ringan sampai sedang.
c. Bentangan mencapai 4 sampai 10 meter.
d. Dapat digabungkan dengan teknik pasca tarik.

Gambar 4.21 Pelat Satu Arah


(Sumber : Chudley dan Greeno, 2006)
b) Plat Dua Arah (Two Way Spanning Slab)
a. Ekonomis tanpa balok tengah.
b. Efisien untuk membentangi bidang bujur sangkar atau persegi
panjang.
c. Bentang mencapai 6 sampai 16 meter.
d. Dapat digabungkan dengan teknik paska tarik.

Gambar 4.22 Pelat Dua Arah


(Sumber : Chudley dan Greeno, 2006)

78
c) Plat Datar Dua Arah (Two Way Spanning Flat Slab)
a. Sistem konstruksi praktis.
b. Cocok untuk penempatan kolom dalam grid.
c. Bentangan mencapai 6 sampai 12 meter.
d. Dapat digabungkan dengan teknik paska tarik.

Gambar 4.23 Pelat Datar Dua Arah


(Sumber : Chudley dan Greeno, 2006)

3. Struktur bagian atas bangunan (Upper Struktur)


Merupakan struktur paling atas yang menutup bangunan yang
disebut atap. Pemilihan jenis Upper Struktur ditentukan oleh jenis Sub
dan Supper Struktur serta besarnya bentangan atap.

Gambar 4.24 Upper Structure Jenis Rangka


(Sumber : Hunt, 2003)

79
IV.3.8 Pendekatan Ruang Dalam
Pendekatan ruang dalam dilakukan dengan mendesain interior. Tujuan
desain interior yaitu memanipulasi elemen-elemen ruang dalam untuk
meningkatkan kualitas lingkungan binaan. Menurut Kilmer (2014), ada
dua fondasi yang sangat vital untuk menciptakan solusi kuat pada desain
ruang dalam yaitu Elemen Desain dan Prinsip Desain.

Gambar 4.25 Elemen dan Prinsip Desain


(Sumber : Kilmer, 2014)

IV.3.9 Pendekatan Ruang Luar


Pendekatan ruang luar dilakukan dengan merancang arsitektur
lansekap. Menurut Hakim (2014), pada hakikatnya Arsitektur Lansekap
adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan serta pengaturan dari
lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu
pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan
kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada
akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis.
Fungsi perencanaan lansekap adalah membantu pengelolaan kota dalam
hal antara lain:

a. Memenuhi persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam Undang-


Undang terkait lingkungan hidup dan tata ruang;
b. Mengimplementasi proyek-proyek ruang terbuka;
c. Mendukung program kesehatan dan kualitas hidup warga kota;

80
d. Meningkatkan peran serta warga untuk menjaga ruang terbuka sebagai
sebuah aset kota.

Komponen dalam desain lansekap terbagi atas tiga bagian seperti yang
terlihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.26 Konsep Dalam Desain Lansekap


(Sumber : Hakim, 2014)

IV.3.10 Pendekatan Sistem Utilitas


Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam
bangunan. (Tanggoro, 2006)

Perancangan utilitas tersebut terdiri dari:

1. Perancangan Plambing dan Sanitasi


Sistem peralatan plambing adalah suatu sistem penyediaan atau
pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada

81
gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya
dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air.
A. Jenis Peralatan Plambing
Peralatan plumbing meliputi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
dalam suatu kompleks perkotaan, perumahan dan bangunan.
Peralatan tersebut terdiri dari:
a. Peralatan untuk penyediaan air bersih,
b. Peralatan untuk penyediaan air panas,
c. Peralatan untuk pembuangan air kotor, dan
d. Peralatan-peralatan lain yang ada hubungannya terhadap
perencanaan pemipaan.
B. Syarat-syarat dan Mutu Bahan Plambing
Dalam perencanaan pelaksanaan pambing, harus diperhatikan
syarat-syarat dari bahan plambing, yaitu:
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan,
b. Tidak menimbulkan gangguan suara,
c. Tidak menimbulkan gangguan radiasi,
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan
e. Instalasi harus kuat dan bersih.
Selain syarat-syarat bahan diatas, instalasi plambing harus
menggunakan bahan-bahan yang mutu bahannya memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Daya tahan bahan harus lama, minimal 30 tahun,
b. Permukaan harus halus dan tahan air,
c. Tidak ada bagian-bagian yang tersembunyi/ menyimpan kotoran
pada bahan-bahan yang dimaksud.
d. Bebas dari kerusakan,
e. Mudah memeliharanya,
f. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku.
C. Sistem Air Bersih

82
Sistem air bersih merupakan cara untuk mengalirkan air bersih ke
tempat yang memerlukan. ada dua cara mengalirkan air bersih yaitu
sistem horizontal dan sistem vertikal.
a. Sistem Horizontal
Sistem distribusi horizontal merupakan sistem pemipaan yang
banyak digunakan untuk mengalirkan kebutuhan air pada suatu
kompleks perumahan atau rumah-rumah tinggal yang tidak bertingkat.
Sistem horizontal terbagi dua yaitu sistem pemipaan yang menuju ke
satu titik akhir dan sistem pemipaan yang melingkar/ membentuk ring.

Gambar 4.27 Sistem Air Bersih Horizontal Untuk Perumahan


(Sumber : Tangoro, 2006)
b. Sistem Vertikal
Sistem pengaliran/ distribusi air bersih dengan sistem vertikal
banyak digunakan pada bangunan bertingkat tinggi. Cara
pendistribusiannya adalah dengan menampung lebih dulu pada tangki
air (ground reservoir) yang terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai
dengan kebutuhan air pada bangunan tersebut. Kemudian air dialirkan
dengan menggunakan pompa untuk langsung ke titik-titik kran yang
diperlukan.
Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada
tangki di atas bangunan, kemudian dari tangki dialirkan ke tempat-
tempat yang memerlukan dengan menggunakan sistem gravitasi/

83
diturunkan secara langsung. Diatas radius 9 meter dari tangki
digunakan alat tambahan seperti pompa tekan untuk memperkuat
pancaran air.

Sistem Langsung Sistem Gravitasi

Gambar 4.28 Sistem Air Bersih Vertikal


(Sumber : Tangoro, 2006)
D. Sistem Air Kotor
Air buangan/ air kotor merupakan air bekas pakai yang dibuang.
Air kotor dapat dibagi menjadi empat jenis air kotor yaitu:
a. Air bekas buangan: Air yang digunakan untuk mencuci, mandi,
dan bermacam-macam lain penggunaannya.
b. Air limbah: Air untuk membersihkan limbah/ kotoran.
c. Air hujan: Air yang jatuh ke atas permukaan tanah atau bangunan.
d. Air limbah khusus: Air bekas cucian dari kotoran-kotoran dan alat-
alat tertentu seperti air bekas dari rumah sakit, laboratorium, dan
pabrik.

84
Dari keempat jenis air kotor di atas, ada yang dapat digabung
saluran pembuangannya dan ada yang harus terpisah.
a. Sistem pembuangan air kotor (grey water)
Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian,
kendaraan, cucian peralatan masakan, dan beberapa cucian lainnya.
Untuk saluran pembuangan dapat digunakan pipa PVC. Untuk pipa
vertikal, diusahakan hubungan menggunakan sambungan dengan
sudut lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air balik.Un tuk
sambungan pipa-pipa horizontal dapat digunakan sambungan bersudut
lebih dari 90 derajat, juga menggunakan bak-bak kontrol, kemudian
dapat langsung dialirkan ke saluran lingkungan atau saluran kota.
b. Air limbah (black water)
Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran
(tinja). Air tinja ini tidak boleh dibuang sembarangan/ dibuang
langsung ke saluran lingkungan, tetapi harus ditampung ke dalam bak
penampungan. Saluran air limbah yang terdapat di dalam tanah/ di
bawah bangunan di alirkan pada jarak sependek mungkin dan pipa
saluran harus lurus dan tidak boleh berkelok-kelok, dengan
kemiringan 0.5-1% menuju ke dalam bak penampungan yang disebut
septic tank. Setelah melalui proses pengolahan oleh bakteri didalam
septic tank, kemudian disalurkan ke sumur peresapan.
2. Perancangan Pencegahan Kebakaran
Pencegahan kebakaran terbagi dua yaitu pencegahan pasif dan
pencegahan aktif.
A. Pencegahan Pasif
Sistem pencegahan pasif merupakan sistem yang diterapkan pada
saat merancangan fisik bangunan, sistem ini berhubungan dengan:
a. Jenis kelas struktur, yaitu klasifikasi struktur utama bangunan
berdasarkan ketahanannya terhadap api.
 Kelas A, merupakan struktur utama yang tahan terhadap api
sekurang-kurangnya 3 jam. Biasanya diterapkan pada bangunan

85
umum seperti hotel, pertokoan dan pasar raya, perkantoran,
rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum dan
bangunan dengan fungsi ganda/ campuran.
 Kelas B, merupakan struktur utama yang tahan terhadap api
sekurang-kurangnnya 2 jam. Biasanya diterapkan pada
perumahan bertingkat, asrma, sekolah, dan tempat ibadah.
 Kelas C, merupakan struktur utama yang tahan terhadap api
sekurang-kurangnnya 1 jam. Biasanya pada bangunan sederhana
tidak bertingkat.
 Kelas D, merupakan struktur utama yang tidak biasa seperti
struktur kelas A, B dan C. Biasanya diterapkan pada bangunan
khusus seperti gudang-gudang senjata mesin dan bangunan
instalasi nuklir.
b. Tangga darurat kebakaran ditempatkan pada radius jarak
pencapaian maksimal 25 meter dengan lebar tangga minimum 1,2
meter dan tidak boleh menyempit kebawah. Bahan finishing tangga
terbuat dari bahan yang kuat dan tahan terhadap api dan model
tangga bukan tangga puntir/ melingkar.
c. Pintu darurat merupakan pintu tahan api dengan ketahanan minimal
2 jam.
d. Jalur evakuasi diberi arah dan tanda yang jelas walau dalam
keadaan gelap.
e. Tata ruang luar yang memudahkan evakuasi dan pencapaian mobil
pemadam kebakaran.
B. Pencegahan Aktif
Sistem pencegahan aktif merupakan alat pelengkap yang terpasang
pada bangunan dan sekitar bangunan untuk menanggulangi kebakaran.
a. Smoke detector and fire alarm
Smoke detector merupakan alat pendeteksi asap yang ketika asap
terdeteksi secara otomatis menghidupkan alaram kebakaran.
b. Sprinkler

86
Merupakan sistem untuk memancarkan air secara otomatis jika
kepala sprinkler/ sprinkler head mendeteksi perubahan suhu maka
sprinkler head akan pecah dan mengalirkan air. Sprinkler head
memiliki jenis yang berbeda yang ditandai oleh warna menurut
tingkat kepekaan terhadap suhu.
 Warna jingga, tabung pecah pada suhu 57˚C.
 Warna merah, tabung pecah pada suhu 68˚C.
 Warna kuning, tabung pecah pada suhu 79˚C.
 Warna hijau, tabung pecah pada suhu 93˚C.
 Warna biru, tabung pecah pada suhu 141˚C.
Untuk ruang-ruang kantor dan bangunan-bangunan umum biasanya
menggunakan sprinkler head warna jingga atau merah. Setiap
sprinkler dapat melayani area seluas 10-20m2 dengan ketinggian
ruangan 3m.
c. Hydrant
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran
yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Hidran
terbagi dua yaitu hidran dalam gedung dan hidran di halaman.
Jumlah pemakaian hidran ditentukan oleh kelas bangunan.
d. Fire damper
Merupakan alat yang bekerja secara otomatis untuk menutup pipa
ducting yang mengalirkan udara saat terjadi kebakaran supaya asap
dan api tidak menjalar ke mana-mana.
e. Smoke and heat ventilating
Alat yang dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan
udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat
mengalir ke luar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan
terhindar dari asap-asap tersebut.
f. Vent and exhaust
Alat ini dipasang pada tempat-tempat khusus seperti:

87
 Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi
menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang dibuka
pintunya.
 Dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi
memasukan udara untuk memberikan tekanan pada udara
didalam ruang tangga.
 Untuk bangunan dengan sistem atrium, dipakai alat exhaust
yang secara otomatis terbuka pada saat terjadi kebakaran
sehingga asap dapat keluar ke atas melewati alat tersebut.
3. Perancangan Pengudaraan/ Penghawaan
Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan dan kesegaran, khususnya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah beriklim tropis dengan
udara yang panas dan kelembapan udara yang tinggi, maka diperlukan
usaha untuk mendapatkan udara segar yang terbagi menjadi dua yaitu:
a. Penghawaan alami
Memberikan bukaan atau ventilasi yang menyilang agar udara di
dalam ruangan terus bergerak sehingga udara segar di luar
bangunan bergerak masuk dapat menggantikan udara panas di
dalam ruang, dan udara panas di dalam bangunan keluar terbawa
aliran udara.
b. Penghawaan buatan
Penghawaan buatan mengguanakan alat yaitu AC (air conditon)
untuk mendinginkan udara sehingga mencapai suhu dan
kelembapan yang diinginkan. AC terbagi empat jenis yaitu:
 AC window yaitu AC berukuran kecil dimana evaporator,
kompresor dan kondensornya menjadi satu dalam bentuk kotak
kecil dengan kapasitas 0,4 - 2,2 KW.
 AC split/ split-multi yaitu AC dimana kompresor dan kondensor
berada diluar ruangan (unit outdoor) sedangkan evaporatornya
terpisah di dalam kotak dan terletak di dalam ruangan (unit
indoor) dan keduanya dihubungkan oleh pipa berisi refrigerant.

88
Unit AC dapat dipasang di lantai (floor type), di dinding (wall
type), dan di langit-langit (ceilling type). AC ini berkapasitas
0,4-2,2 KW untuk mendinginkan ruangan berukuran kecil
seperti kamar tidur atau ruang tamu.
 AC sedang, unit indoor-nya untuk menyalurkan udara dingin ke
tempat yang jauh dibantu dengan pipa atau alat penyalur udara
yang sering disebut ducting. Mesin indoor dapat dipasang di
langit-langit dengan kapasitas 1,5-15 KW untuk mendinginkan
ruangan seluas restoran atau supermarket.
 AC sentral, suatu sistem penyegaran udara untuk mendinginkan
udara pada ruangan yang besar sehingga unit mesinnya
memerlukan ruangan sendiri. Unit-unit untuk mesin kompresor
dan kondensor diletakan jauh terpisah yang sering disebut
chiller dan dibantu oleh pompa. Untuk menyalurkan udara
dingin atau udara yang kembali, mesin tersebut menggunakan
pipa-pipa ducting yang berakhir pada lubang di langit-langit
yang disebut diffuser. Unit-unit pengolah udara ini berkapasitas
besar yang sering disebut pengolah udara (air handling unit).
Karena digunakan untuk mendinginkan ruanga yang besar
seperti hotel atau kantor yang besar, maka perlu dibantu dengan
alat menara pendingin (cooling tower).
4. Perancangan Penerangan/ Pencahayaan
Suatu bangunan membutuhkan perencanaan pencahayaan agar
bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Ada dua jenis
pencahayaan dalam perancangan bangunan yaitu:
a. Pencahayaan alami
Sistem pencahayaan alami memanfaatkan sinar langsung maupun
tidak langsung dari matahari dan cahaya terang langit, dengan
memberi bukaan pada bangunan agar cahaya dapat masuk sejauh
mungkin kedalam bangunan dan menghalangi radiasi sinar
matahari. Tujuan pemanfaatan pencahayaan alami adalah:

89
 Sebagai penerangan dalam bangunan;
 Menghemat energi dan biaya operasional bangunan;
 Menciptakan ruang yang sehat.
b. Pencahayaan buatan
Sistem pencahayaan buatan merupakan sistem pengganti
pencahayaan alami yang terbatas. Pencahayaan buatan berfungsi
sebagai penerangan dalam bangunan pada malam hari atau tempat-
tempat yang tidak bisa dijangkau oleh cahaya alami, juga berfungsi
sebagai penciptaan mood pada ruang. Untuk membuat sistem
pencahayaan buatan memerlukan energi listrik baik dari
pembangkit listrik negara maupun dari generator.
5. Perancangan CCTV dan Security System
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi
untuk memonitor suatu ruangan melalui layar televisi/ monitor yang
menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang
tersembunyi meupun terlihat di setiap sudut ruangan yang diinginkan
oleh bagian keamanan. Dengan CCTV sebagai salah satu sistem
keamanan bangunan, memudahkan petugas keamanan memantau
setiap ruang pada bangunan dari layar monitor.
6. Perancangan Penangkal Petir
Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya petir perlu dilakukan
dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan
tersebut. Ada tiga jenis sistem penangkal petir yaitu:
a. Sistem Franklin
Sebuah sistem dengan memasang batang runcing dari bahan
copper spit pada bagian paling atas bangunan dan dihubungkan
dengan batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan.
Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol untuk
memudahkan pemeriksaan dan pengetesan. Sistem ini cukup
praktis dan biayanya murah, tetapi jangkauannya terbatas.
b. Sistem Sangkar Faraday

90
Hampir sama dengan sistem Franklin, tetapi dapat dibuat
memanjang sehingga jankauannya luas. Biayanya sedikit mahal
dan mengganggu keindahan bangunan.
c. Sistem Radioaktif atau sistem Semi-Radioaktif/ sistem Thomas
Sistem ini sangat baik untuk bangunan tinggi dan besar.
Pemasangan tidak perlu dibuat tinggi karena sistem payung yang
digunakan dapat melindungi bangunan. Bentangan perlindungan
cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup meggunakan
satu tempat penangkal petir.
7. Perancangan Tata Suara
Tata suara dalam sebuah bangunan berfungsi sebagai music untuk
menghias keheningan, announcing system (public address) untuk
pengumuman-pengumuman, dan car call system untuk memanggil
kendaraan. Peralatan dari sistem tata suara dapat berupa: microphone,
cassette deck, mix amplifier, speaker, speaker selector switch, volume
control dan horn speaker (umtuk car call).
a. Speaker Sound Pressure
Peletakan speaker ini sangat mempengaruhi rencana langit-langit
dari ruangan umum atau kantor. Oleh karena itu, harus diperhatikan
letak speaker satu terhadap lainnya sehingga suara yang dihasilkan
dapat dinikmati dengan baik.
b. Horn Speaker
Horn speaker diletakan di tempat parkir terbuka atau di tempat
istirahat sopir sehingga suara yang dihasilkan dapat didengar oleh
sopir yang sedang menunggu mobilnya.
c. Microphone and Amplifier
ALat-alat tersebut sebaiknya diletakan pada suatu tempat yang
aman, strategis, dan gampang dijangkau serta tidak mengganggu
ruangan. Dalam perancangan interior sebaiknya alat-alat ini
diletakan di reception desk atau diletakan pada suatu ruang khusus

91
yang dekat dengan reception desk yang ditangani oleh operator
sebagai pengelola alat-alat tesebut.
8. Perancangan Transportasi Dalam Banguanan
Suatu bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat
angkut/ transportasi untuk memberikan suatu kenyamanan dalam
berlalu-lalang di dalam bangunan. Alat transportasi tersebut
mempunyai sifat sebagai alat angkut dalam bentuk yang berbeda
yaitu:
a. Vertikal, berupa elevator.
Elevator atau Lift adalah alat angkut untuk mengangkut orang atau
barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang
untuk bangunan-bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai karena
batas kemampuan kenyamanan orang untuk naik turun tangga
dalam bangunan hanya sampai 4 lantai. Untuk menentukan kriteria
parancangan lift penumpang perlu diperhatikan tipe dan fungsi
bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai dan intervalnya. Oleh
karena itu lift dibedakan berdasarkan kapasitas, jumlah muatan dan
kecepatan.
b. Horizontal berupa konveyor.
Konveyor adalah suatu alat angkut orang atau barang dalam arah
mendatar/ horizontal yang dipasang dalam keadaan datar atau
dengan kemiringan tertentu <10˚. Terbuat dari plat tempat injakan
yang terpotong-potong yang dihubungkan satu sama lain dengan
rantai dan pembatas sebagai alat berpegang. Lebar alat ini untuk
dua orang dan jangkauan alat ini tergantung dari kebutuhan. Karena
alat ini berfungsi untuk menghemat tenaga, sehingga biasanya alat
ini dipasang pada tempat-tempat umum seperti stasiun kereta, bus,
lapangan udara dan pabrik.
c. Miring, berupa tangga dan eskalator.
Tangga adalah alat angkut miring yang berupa pijakan-pijakan
dengan ketinggian tertentu untuk berpindah dari satu lantai ke

92
lantai lainnya. Ada 2 jenis tangga yaitu yanga untuk transportasi
didalam bangunan dan tangga darurat untuk evakuasi.
Selain tangga ada juga yang dinamakan Eskalator, yaitu konveyor
yang berfungsi seperti tangga untuk berpindah dari lantai satu ke
lantai lainnya.
9. Perancangan Pembuangan Sampah
Limbah sampah merupakan buangan dari bangunan khususnya
untuk bangunan dengan kegiatan tertentu seperti pabrik, hotel,
restoran dan supermarket. Limbah sampah pada umumnya terbagi
menjadi dua yaitu sampah basah dan sampah kering. Selain
penyediaan tempat-tempat sampah, diperlukan juga penyediaan saf-
saf sampah untuk bangunan bertingkat. Saf sampah merupakan
cerobong untuk membuang sampah dari lantai atas menuju
penampungan sampah sementara dilantai bawah. Saf dan bak
penampungan sampah sementara harus dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas:
a. Kran air untuk pembersihan,
b. Sprinkler untuk pencegahan kebakaran,
c. Lampu sebagai penerangan, dan
d. Alat pendingin untuk bak sampah basah supaya tidak terjadi
pembusukan.
Dari tempa-tempat sampah dan tempat penampungan sampah
sementara akan dibawa ke tempat penampungan sampah kota oleh
petugas kebersihan kota menggunakan mobil kebersihan sehingga
perlu disediakan jalur servis untuk kendaraan pengangkut sampah
yang terpisah dari kegiatan utama bangunan.

IV.3.11 Pendekatan Syariat Islam


Merujuk pada pendapat Ibnu Taimiah dalam Shodiq (2018), Ibnu
Taimiah mendefinisikan syariat islam sebagai menaati Allah, menaati
Rasul-Nya, dan para pemimpin dari kalangan kita (orang-orang beriman).
Dari definisi tersebut terdapat inti kalimat yaitu ketaatan. Ibnu Taimiah

93
juga mengatakan "Manusia tidak lepas dari syariat dalam urusan apapun
sepanjang kehidupannya, bahkan setiap hal yang mengantarkannya kepada
kebaikan semua ada dalam syariat. Mulai dari perkara ushul (pokok
agama), perkara furu' (cabang agama), persoalan kehidupan, pekerjaan,
politik, muamalah dan lainnya". Hukum-hukum yang diambil untuk ditaati
berasal dari Al Quran dan Hadits berdasarkan pemahaman para sahabat
yang turun temurun diajarkan sampai kepada para ulama saat ini.

Ada kaidah umum fiqih dalam syariat islam bahwa "segala hal
menyangkut urusan dunia hukum asalnya mubah (boleh) sampai ada dalil
syariat yang melarangnya". Hukum asal berolahraga itu boleh, Untuk
menerapkan syariat islam pada bangunan publik seperti gelanggang
olahraga khusus muslimat, harus memperhatikan hal-hal yang tidak boleh
terjadi atau tidak boleh diterapkan dalam kegiatan berolahraga seperti :

1. Bercampur-baur antara pria dan wanita yang bukan mahrom.


Islam melarang adanya campur baur antara laki-laki dan
perempuan atau disebut ikhtilath, dikarenakan bercampur baurnya
laki-laki dan perempuan bisa memungkinkan tersingkapnya aurat,
kesulitannya menundukan pandangan dan bahkan bisa menyebabkan
bersentuhan. Hal tersebut diatur oleh syariat dalam Al-Quran surat
An-Nuur ayat 31, dimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang
artinya: "katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung (khimar)
kedadanya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang

94
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (Al-Quran
Terjemahan surah An-Nuur ayat 31)
2. Adanya oranamen seperti lukisan dan patung makhluk bernyawa.
Dalam seni berarsitektur terkhusus desain interior, sering kita
jumpai penggunaan ornamen-ornamen bangunan seperti lukisan dan
patung. Syariat islam melarang menggambar semua yang memiliki
ruh secara mutlak. Hal tersebut diatur oleh syariat seperti pada hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma, beliau
berkata yang artinya: aku mendengar Rasulullah Shalallahu'alaihi
Wasallam bersabda "barang siapa yang di dunia pernah menggambar
gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada
gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya".
(HR. Buhari dan Muslim dalam Purnama, 2015)
Juga hadits lainnya dari Nabi Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda
yang artinya: "semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka,
setiap gambar yang ia buat akan diberikan jiwa dan akan
mengadzabnya di neraka Jahannam" (HR. Bukhari dan Muslim dalam
Purnama, 2015)
Adapun gambar yang tidak memiliki ruh seperti pohon, laut,
gunung, dan semisalnya boleh untuk digambar. Dan tidak diketahui
ada diantara para sahabat yang mengingkari pernyataan Ibnu Abbas
tersebut.
3. Kegiatan olahraga yang terlarang seperti olahraga yang tidak
bermanfaat dan olahraga yang berbahaya.
Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dianjurkan oleh
agama. Walaupun demikian, syariat membatasi jenis olahraga yang
dibolehkan dan memberikan beberapa keterangan tentang olahraga

95
yang dianjurkan. Ada pun olahraga yang dilarang oleh syariat yaitu
olahraga yang berbahaya. Hal tersebut dijelaskan oleh ulama seperti
Syaikh Ibnu Baz dengan menyebutkan fatwa Majma Fiqhil Islami
yang artinya: " Majelis Majma Fiqhil Islami secara sepakat
berpandangan bahwa pertandingan tinju yang disebutkan, yaitu yang
menjadi profesi dalam cabang-cabang olahraga dan pertandingan-
pertandingan di negeri kita sekarang ini, adalah profesi yang
diharamkan oleh syariat Islam. Karena pertandingan ini dilandasi oleh
semangat pembolehan saling memberikan bahaya kepada lawan
tanding dengan bahaya yang semaksimal mungkin pada tubuhnya.
Dan terkadang menyebabkan buta, gegar otak, dan patah tulang yang
parah atau bahkan kematian. Tanpa ada kewajiban orang yang
mengalahkannya untuk bertanggung jawab. Juga disertai kegembiraan
para supporter dari pemenangnya. Dan mereka gembira atas gangguan
yang terjadi pada pemain lawan. Dan ini adalah perbuatan yang wajib
diharamkan dalam hukum Islam, secara keseluruhan maupun secara
parsial. Berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya): “dan
janganlah jerumuskan dirimu pada kebinasaan” (QS. Al Baqarah:
195). Dan firman Allah Ta’ala (yang artinya): “dan janganlah kalian
membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah sangat penyayang
kepada kalian” (QS. An Nisa: 29). Dan sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam: “jangan membahayakan diri sendiri dan
orang lain” (HR. Ahmad). Atas hal ini, para fuqaha menyatakan
bahwa orang yang mengizinkan orang lain untuk menyakitinya
dengan mengatakan: “silakan bunuh saya”, maka tetap tidak boleh
membunuhnya. Dan andaikan tetap dilakukan maka pelakunya wajib
bertanggung jawab dan berhak mendapatkan hukuman. Atas
pertimbangan ini, Majma Fiqhil Islami menetapkan bahwa
pertandingan tinju ini tidak boleh disebut sebagai olahraga fisik dan
tidak boleh menjadikannya profesi. Karena tujuan dari olahraga
adalah untuk melatih tubuh bukan untuk menyakiti dan

96
membahayakan orang lain” (dinukil dari Fatawa Ibnu Baaz, 4/441-442
dalam Purnama, 2015)

Dari 3 point penting diatas, harus dilakukan beberapa adaptasi


dalam desain sehingga desain tersebut sejalan dengan syariat islam yang
merupakan prinsip kaum Muslimat. Pendekatan syariat islam pada desain
yaitu sebagai berikut:

1. Pengaplikasian Hijab pada bangunan.


Muslimat membutuhkan hijab agar dapat berolahraga dengan
nyaman. Kebutuhan dalam berolahraga dan aturan agama dalam
menutup aurat haruslah sejalan, sehingga Muslimat membutuhkan
sesuatu untuk menutupi dirinya saat berolahraga. Contoh
pengaplikasian hijab yang sempurna yaitu pada bangunan masjid.
Dengan berdasarkan ketentuan yang telah diatur oleh syariat,
pembagian wilayah muslimin dan muslimat dimulai dari area parkir,
pintu masuk, tempat wudhu, toilet sampai shaf sholat, merupakan
salah satu bentuk aplikasi hijab pada program ruang bangunan masjid.
Masjid pada umumnya memiliki dua pintu masuk khusus terpisah
antara pintu masuk muslimin dan pintu masuk muslimat.

Gambar 4.29 Pengaplikasian Hijab Pada Masjid


(Sumber : Suparwoko, 2016)

97
Pada denah Masjid di atas, terlihat hijab ditengah-tengah ruang.
Untuk bangunan yang memang khusus untuk muslimat, hijabnya
merupakan pembatas ruang yang membatasi ruang dan pandangan.
2. Desain yang islami dari bentuk, tampilan dan tema pada bangunan.
Pada dasarnya bentuk dan tampilan desain arsitektur dapat dibuat
seindah mungkin sesuai dengan keinginan tema arsitektur dalam
desain. Namun demikian, pendekatan syariat islam membuat batasan-
batasan yang tidak boleh dilanggar, dimana batasan tersebut
merupakan kebutuhan kaum Muslimin. Inti dari ajaran islam yaitu
meng-Esa-kan Allah subhanahu wataala, karena berbicara masalah
Tauhid sehingga pendekatan syariat islam membuat bentuk, tampilan
dan tema pada bangunan mempengaruhi penggunanya agar selalu
mengingat Allah subhanahu wataala. Beberapa prinsip tampilan yang
sudah dikenal mencirikan arsitektur islam yang sejalan dengan syariat
islam sebagai berikut:
a. Kubah
Kubah merupakan salah satu ciri islam yang dikenal kaum
muslimin saat ini. Kubah berbentuk bawang khas Timur Tengah
dengan hiasan pola geometris di bagian luar dan dalamnya
merupakan ciri bangunan islami saat ini.

Gambar 4.30 Dome of the Darb-i-Imam Mauseoleum


(Sumber : Hossein, 2009)

98
b. Portal lengkung
Pertemuan antara dua pilar mengakibatkan terbentuknya portal
lengkung yang terdapat pada hampir semua gaya arsitektur. Pada
arsitektur islam lebih ke bentuk lengkung lancip dan tapal kuda.

Gambar 4.31 The Mirador of Lindaraja


(Sumber : Hossein, 2009)
c. Muqarnas
Muqarnas merupakan bentuk dekorasi tiga dimensi yang tumpang
tindih dengan perulangan dan irama. Biasanya digunakan untuk
dekorasi sudut bagian atas ruang seperti pada portal pintu masuk,
mihrab, miaret dan bagian dalam kubah.

Gambar 4.32 Muqarnas


(Sumber : Hossein, 2009)

99
d. Mashrabiya
Mashrabiya merupakan dekorasi geometris yang menutupi lubang
udara dan cahaya bangunan seperti jendela. Luas bukaan untuk
memasukan udara dan cahaya diperkecil dengan mashrabiya, hal
tersebut juga berpengaruh terhadap bayangan yang dihasilkan.

Gambar 4.33 Stone Window Grille


(Sumber : Hossein, 2009)
e. Kaligrafi
Kaligrafi merupakan seni menghias huruf yang merupakan ciri
arsitektur islam. Kaligrafi berfungsi menambah keindahan
bangunan dan biasanya juga berisi ayat-ayat Al-Quran sehingga
menjadi pengingat dan pesan bagi orang-orang yang membacanya.

Gambar 4.34 Inscription in the Masjid-i-Jami' in Isfahn, Persia.


(Sumber : Hossein, 2009)

100
f. Arabesque
Arabesque merupakan seni dekorasi motif-motif geometris dan
floral (bukan makhluk benyawa) yang berasal dari Arab. Hal
tersebut dikarenakan adanya larangan membuat gambar atau
patung makhluk bernyawa dalam syariat Islam.

Gambar 4.35 Minbar of the Mousoleum of Qaytbay, Cairo.


(Sumber : Hossein, 2009)
3. Jenis olahraga yang tersedia.
Bentuk dan kapasitas bangunan ditentukan oleh fasilitas yang
disediakan dalam bangunan. Fasilitas olahraga pada bangunan dengan
pendekatan syariat Islam haruslah sejalan dengan syariat Islam yaitu
mengutamakan jenis olahraga sunnah dan tidak menyediakan jenis
olahraga yang terlarang. Adapun jenis olehraga sunnah yang syariat
menganjurkannya terdapat pada sabda Nabi shalallahu alaihi
wasalam yang artinya: " Segala sesuatu yang tidak mengandung
dzikirullah padanya maka itu adalah kesia-siaan dan main-main
kecuali empat perkara: yaitu senda gurau suami dengan istrinya,
melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang." (HR. An-
Nasai No.8890 dalam Bahraen, 2017)
Dari hadits di atas, terdapat panduan jenis olahraga utama yang
disyariatkan seperti olahraga memanah, berkuda dan berenang.

101
BAB V
ACUAN PERANCANGAN

V.1 Konsep Perancangan Makro

V.1.1 Analisis Lokasi


Pada tinjauan khusus lokasi kita telah meninjau lokasi yang tepat
untuk perencanaan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat dengan
pertimbangan RTRW Kota Kendari 2010-2030, Permenpora RI No.0445
Tahun 2014 dan pertimbangan lain seputar wilayah kegiatan Muslimat
Kota Kendari. Lokasi yang dipilih terletak pada SWP II dengan fungsi
utama yang dikembangakan adalah kegiatan pendidikan tinggi,
pemerintahan, dan pemukiman. Selain fungsi utama, dikembangkan juga
fungsi pendukung seperti perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
terbatas.

a) Lokasi Tapak
Berdasarkan hasil pembobotan kriteria pemilihan tapak, tapak
terpilih terletak pada Jalan HEA Mokodompit, Kelurahan Lalolara,
Kecamatan Kambu. Batas-batas tapak adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara = Lor. Kencana II

2. Sebelah Timur = Universitas Halu Oleo

3. Sebelah Selatan = Lor. Mata Air I

4. Sebelah Barat = Sungai Wanggu


b) Data Tapak
Tapak terletak di sekitar lingkungan UHO dengan kondisi tapak
sebagai berikut:
 Tapak dapat dicapai dengan kendaraan umum dan pribadi.
 Letak tapak dekat dengan pusat kegiatan dakwah Muslimat.
 Tersedianya jaringan utilitas kota.
 Luas tapak ± 3 Ha dengan kontur yang tidak ekstrim.

102
65m
220m

95m

TAPAK
75m
3Ha
160m

50m

120m

Gambar 5.1 Analisis Lokasi dan Tapak


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

103
V.1.2 Analisis Tapak
Analisis tapak dilakukan agar mendapatkan gubahan massa dan
kemampuan bangunan dalam menanggapi keadaan tapak.
1. Kondisi Awal Tapak / Existing Site Condition
a. Kondisi lingkungan sekitar
Rencana tapak Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat terletak di
jalan HEA Mokodompit, Kelurahan Lalolara, Kecamatan Kambu yang
berada pada SWP II dengan fungsi utama yang dikembangakan adalah
kegiatan pendidikan tinggi, pemerintahan, dan pemukiman. Selain fungsi
utama, dikembangkan juga fungsi pendukung seperti perdagangan dan jasa
dengan skala pelayanan terbatas.

4 1

3 SITE

2
Gambar 5.2 Existing Site Condition
(Sumber : Mobilerise, 2019)
Keterangan:
1. Jl. HEA Mokodompit
2. Lapangan Sepak Bola Warga
3&4. Lingkungan Pemukiman Warga dan Asrama

104
b. Luas lahan
Luas lahan 30000m2 dengan rincian jarak sebagai berikut:

65 220
m

95 TAPAK
75
m 3Ha
160
50

120

Gambar 5.3 m
Ukuran dan Luas Tapak
(Sumber : Mobilerise, 2019)
c. Topografi
Kondisi kontur pada tapak tidak terlalu curam dengan zona
ketinggian bagian depan tapak yaitu sebelah timur dan bagian terendah
tapak berad di sebelah barat.

10
20

Gambar 5.4 Topografi Tapak


(Sumber : Psyberia, 2019)

105
2. Orientasi Matahari / Sun Orientation

Matahari Siang
12:00

Matahari Pagi
09:00
Matahari Sore
16:00

Gambar 5.5 Arah Datang Sinar Matahari


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Sinar matahari yang tidak nyaman dimulai sekitar pukul 09:00
sampai pukul 16:00. Dengan menggunakan software yang memiliki sistem
peredaran matahari, dapat diketahui bahwa peredaran matahari tidak selalu
tepat berada diatas tapak. Dari letak geografis tapak yaitu 4˚00'51.3"S
122˚30'59.2"E, pada bulan Januari garis edar matahari (Azimuth) berada
pada selatan tapak. Pada bula Maret, April dan Oktober garis edar
matahari berada tepat diatas tapak. Pada bulan Juni dan Juli, garis edar
matahari berada pada utara tapak dengan sudut kemiringan (Altitude)
sekitar 36˚ sehingga sinar matahari dapat jauh masuk kedalam bangunan.
Dari data di atas dapat ditentukan orientasi massa bangunan,
perletakan ruang, letak bukaan, jenis bukaan dan penggunaan pembayang
(shading) untuk menanggapi orientasi matahari.
a. Orientasi massa bangunan memanjang kearah timur dan barat dengan
menghadapkan bidang permukaan terkecil menghadap arah timur dan
barat agar bangunan menerima terpaan sinar yang sekecil mungkin.

106
b. Perletakan ruang yang butuh kenyamanan dari sinar matahari
direncanakan sebisa mungkin berada pada bagian selatan tapak. Hal
tersebut dikarenakan azimuth terendah sinar matahari berasal dari
utara.
c. Letak bukaan untuk memasukan pencahayaan alami sebaiknya berada
di selatan tapak, hal tersebut dikarenakan azimut terendah berasal dari
utara sehingga jika diletakan di bagian utara dapat membuat sinar
matahari jauh masuk ke dalam ruangan.
d. Jenis bukaan untuk memasukan pencahayaan alami dan memberikan
pandangan keluar bangunan disesuaikan pada bagian yang aman
terhadap sinar matahari atau tidak. Bagian yang langsung
mendapatkan terpaan pada lintasan matahari seperti timur dan barat
bukaannya dibuat kecil-kecil atau bisa ditambahkan shading agar sinar
yang masuk merupakan indirect light. Dikarenakan bangunan
merupakan bangunan khusus muslimat yang memiliki hijab, sehingga
bukaan pada zona olahraga tidak pada sisi bangunan tapi dibuatkan
atrium.
e. Pembayang digunakan pada atrium untuk memberikan efek terbuka
namun teduh dan tertutup. Pembayang juga digunakan pada bukaan
yang terpaksa harus menghadap timur atau barat.

Matahari Sore Matahari Pagi

Gambar 5.6 Tanggapan Orientasi Matahari


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

107
3. Iklim / Climate

Gambar 5.7 Iklim Kota Kendari


(Sumber : BPS Kota Kendari, 2019)
Pada umumnya wilayah Sulawesi merupakan wilayah beriklim
tropis basah dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Biasanya musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan
Nopember sampai dengan bulan April dimana pada bulan tersebut angin
barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak
uap air.
Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Kendari tahun 2018
dalam Kota Kendari Dalam Angka 2018, pada tahun 2017 terjari 165 hari
hujan dengan curah hujan minimum 29 mm3 pada bulan September dan
curah hujan maksimum 840 mm3 pada bulan Mei sehingga total curah
hujan dalam setahun 3.030 mm3. Rata-rata tekanan udara 1.011,2 mb,
rata-rata kecepatan angin 2,4 knot. Suhu minimum 21˚C, sedangkan suhu
maksimum 35˚C dengan suhu rata-rata 27,3˚C. Kelembaban udara
minimum 65,8%, sedangkan kelembaban udara maksimum 97,4% dengan
kelembaban rata-rata 85,3%.

108
Gambar 5.8 Tanggapan Terhadap Iklim
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Dari analisis iklim di atas, respon yang diterapkan pada bangunan
adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan atap yang curam untuk merespon curah hujan tinggi
sehingga air dapat dengan cepat tersalurkan ke tanah dan ground
reservoir.
b. Pemanfaatan muqarnas sebagai portal yang menjauhkan bukaan dengan
ujung atap yang pendek agar bukaan aman dari air hujan yang tertiup
angin.
c. Penggunaan ventilasi silang agar sirkulasi udara lancar yang berfungsi
sebagai penghawaan alami.
d. Penggunaan atrium terbuka dengan mashrabiya sebagai pergola pada
area yang membutuhkan pembayang.
Konsep penghawaan dan pencahayaan alami sangatlah penting
dalam rangka menanggapi keadaan iklim setempat. Desain bukaan yang
berfungsi untuk mendistribusikan pencahayaan alami diletakan menghadap
atrium bagian tengah bangunan sehingga bukaan besar dapat
mendistribusikan cahaya matahari tanpa harus memberikan pandangan
dari luar ke dalam bangunan. Desain ventilasi silang bagian luar bangunan
dibuat kecil dan lubangnya tidak sejajar antara bagian luar dan bagian
dalam, agar pandangan dari luar dan air hujan tidak ikut masuk.

109
4. Pandangan / Views

3 1

SITE

4 2

Gambar 5.9 View Keluar Tapak


(Sumber : Data Survey Penulis, 2019)
Tapak yang terletak pada Jalan HEA Mokodompit Kecamatan
Kambu merupakan SWP II yaitu wilayah denga fungsi utama yang
dikembangkan adalah pemerintahan, pemukiman, pendidikan tinggi dan
juga wilayah perdagangan dan jasa dengan skala terbatas. Sehingga
pandangan keluar tapak yang terlihat adalah sebagai berikut:
a. Di bagian Timur terlihat pepohonan rindang dari tanah kampus UHO,
jalan HEA Mokodompit dan beberapa pedagang kakilima yang
berjualan menggunakan mobil.
b. Di bagian Selatan terlihat perumahan penduduk sekitar, kios-kios dan
lapangan bola.
c. Di bagian Barat terlihat perumahan penduduk sekitar, kebun dan
asrama mahasiswa.
d. Di bagian Utara terlihat perumahan penduduk sekitar dan kios-kios.

110
Tertutup

Transparan

Gambar 5.10 Tanggapan Terhadap View


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Desain transparansi pada bangunan terikat oleh syariat Islam,
gambar diatas membagi bangunan publik dengan sifat yang transparan
atau terbuka dari segi view dan bangunan semi privat yaitu area
berolahraga yang tertutup.
5. Kebisingan / Noise

Kebisingan Tinggi

Kebisingan Rendah

Gambar 5.11 Sumber Kebisingan Pada Tapak


(Sumber : Survey Penulis, 2019)

111
Kebisingan adalah suatu gangguan yang dapat mengurangi
kenyamanan yang berasal dari suara mesin dan suara manusia. Pada tapak,
kebisingan berasal dari jalan lingkungan sekitar tapak dan sumber
kebisingan terbesar berasal dari jalan raya sebelah timur tapak.

Gambar 5.12 Tanggapan Terhadap Kebisingan


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Berikut tanggapan untuk meminimalisir pengaruh kebisingan pada
lingkungan tapak diantaranya:
a. Penanaman vegetasi untuk menghalangi sumber kebisingan sehingga
mampu meminimalisir intensitas kebisingan.
b. Memberi jarak yang jauh antara bangunan dan sumber kebisingan
seperti menempatkan lahan parkir juga dapat mengurangi kebisingan.
c. Serta penggunaan material eksterior yang kasar dan penggunaan
material peredam bunyi pada lapisan dinding bangunan.
6. Pencapaian dan Sirkulasi Tapak / Accessibility and Circulation

Jalur kendaraan roda 2 dan roda 4

Jalur angkutan kota dan pribadi

Jalur pedestrian

Gambar 5.13 Jalur Pencapaian Tapak


(Sumber : Data Survey Penulis, 2019)

112
Secara umum letak tapak dapat dicapai oleh kendaraan roda 2 dan
kendaraan roda 4. Tapak juga merupakan jalur yang dilewati angkutan
kota. Dengan mengetahui jalur-jalur kendaraan dan pedestrian pada tapak,
sehingga ditentukan pintu masuk dan pola sirkulasi dalam tapak.

Massa bangunan

Sirkulasi kendaraan roda 2 dan roda 4

Sirkulasi kendaraan servis

Sirkulasi angkutan kota

Sirkulasi pedestrian

Gambar 5.14 Tanggapan Sirkulasi Tapak


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Untuk kelancaran sirkulasi pada tapak perlu dilakukan beberapa
penempatan yang tepat seperti:
a. Pemisahan jalur kendaraan dan pejalan kaki agar tidak terjadi
kemacetan akibat crossing.
b. Penempatan halte untuk drop penumpang angkot dibuat dekat dengan
jalur masuk pedestrian.
c. Jalur servis dibuat sendiri demi kelancaran servis.
7. Penzoningan / Zoning

Gambar 5.15 Kondisi dan Rencana Sirkulasi Tapak


(Sumber : Data Survey dan Analisa Penulis, 2019)

113
Salah satu faktor pertimbangan penzoningan adalah dengan
melihat fungsi bangunan, arah datang pengunjung tapak dan jenis jalur
sirkulasi dalam tapak.

Zona Publik

Zona Semi Publik

Zona Semi Privat

Zona Privat

Zona Servis
Gambar 5.16 Tanggapan Penzoningan
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Pembagian zona sesuai fungsi dan sifat ruang sangatlah penting,
terutama bangunan dengan tingkat privasi yang tinggi. Penzoningan dapat
memberikan kenyamanan, keamanan dan keteraturan pada setiap kegiatan
di dalam bangunan.
a. Zona Publik
Zona publik secara umum adalah zona yang dapat diakses bebas
baik pengguna, pengantar atau pengunjung fasilitas taman ruang luar
bangunan. Ruang pada zona publik yaitu Public Site Entrance, Public
Plaza,Taman Olahraga, Parkir Umum, Lobby dan Ruang Tunggu Pria.
b. Zona Semi-Publik
Zona semi-publik yaitu zona umum yang dapat diakses tetapi
dengan kontrol keamanan (security control). Ruang pada zona semi-
publik yaitu Lobby, Ruang Tunggu Wanita, Tempat Penitipan Anak
dan Bayi, dan Ruang serba guna.
c. Zona Semi-Privat
Zona semi-privat merupakan zona dengan tingkat privasi tinggi
yang dikhususkan dapat diakses oleh muslimat saja baik dari

114
pengunjung maupun pengelola. Ruang zona semi-privat yaitu seluruh
ruang olahraga khusus muslimat seperti ruang fitnes, ruang senam,
lintasan joging, kolam renang, area latihan berkuda, lapangan panahan,
taman indor dan area bermain anak.
d. Zona Privat
Zona privat merupakan zona yang memiliki tingkat privasi tinggi
yang dikhususkan dapat diakses leh pengelola bangunan saja. Ruang
zona privat yaitu ruang loker karyawan, ruang administrasi, ruang
kontrol keamanan dan ruang utilitas.
e. Zona Servis
Zona servis meruapakan zona yang memiliki kekhususan untuk
memberikan pelayanan terhadap zona lain. Ruang servis yaitu Toilet,
Mushalla, Ruang ganti, Locker, Pantry, dan Gudang.

V.2 Konsep Perancangan Mikro

Perancangan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di Kota


Kendari dengan pendekatan Syariat Islam merupakan bangunan yang
menerapkan konsep hijab yang diatur oleh syariat islam yaitu memisahkan
antara muslim laki-laki dan muslim perempuan. Bangunan terdiri dari dua
massa bangunan dengan penghubung yang melewati pemeriksaan
pengunjung agar lebih memaksimalkan konsep hijab tersebut.
Bangunan merupakan sarana dan prasarana olahraga khusus
muslimat sehingga perlu penyediaan ruang-ruang pendukung muslimat
dan non-muslimat. Pembagian ruang-ruang antara pengguna, pengantar
dan pengelola haruslah melalui perencanaan yang matang agar tidak
terjadi campur baur (ikhtilat) dan kondisi berdua-duaan (khalwat) antara
laki-laki dan perempuan. Ruang-ruang publik berada di bagian depan
massa bangunan untuk membatasi jangkauan non-pengunjung (pengantar)
dari area khusus pengunjung (muslimat), sedangkan ruang-ruang semi-
publik menjadi pembatas antara ruang publik dan ruang semi-privat.

115
V.2.1 Pengelompokan Kegiatan dan Aktifitas Pengguna
Tabel 5.1 Pengelompokan dan Zona Kegiatan Pelaku Pengguna Bangunan

Kelompok Aktivitas Kebutuhan


Jenis Pengguna
Kegiatan Pengguna Ruang
Drop and Pick-Up Carport
Parkir Kendaraan Parkiran Umum
Joging Lintasan Joging
Stretching Plaza
Menunggu R. Tunggu Umum
Pengantar Menerima dan
Receptionist
Memberi Info
Jajan Food Corner
Pengantar Sholat Mushalla
Buang Air WC's
(Zona Publik)
Tarik Uang Tunai ATM
Parkir Kendaraan Parkiran Umum
Joging Lintasan Joging
Stretching Plaza
Istirahat R. Tunggu Umum
Bukan Pengantar
Jajan Food Corner
Sholat Mushalla
Buang Air WC's
Tarik Uang Tunai ATM
HIJAB
Parkir Kendaraan Parkir Khusus
Menerima dan
Pengunjung Receptionist
Memberi Info
Pengunjung Umum Menunggu R. Tunggu Khusus
(Muslimat) (Yang Tarik Uang Tunai ATM
(Zona Semi- Berolahraga dan Jajan Food Corner
Publik) yang tidak Sholat Mushalla
berolahraga) Buang Air WC's
Pertemuan Aula
Menitip Anak R. Penitipan Anak
Registrasi Masuk Registration Pass
Locker
Pengunjung Pengunjung Ganti Pakaian
Pengunjung
(Muslimat) Khusus Mandi/ Bilas Lavatory
(Zona Semi- (Yang Joging Lintasan Joging
Privat) Berolahraga) Stretching Atrium
Duduk Istirahat Rest Bay
Fitnes R. Fitnes
Kelompok Jenis Pengguna Aktivitas Kebutuhan

116
Kegiatan Pengguna Ruang
Pengunjung Pengunjung Multi Purpose
Senam
(Muslimat) Khusus Room
Latihan Berenang Natatorium
(Zona Semi- (Yang
Latihan Memanah R. Panahan
Privat) Berolahraga) Latihan Berkuda Arena Berkuda
MEBUTUHKAN PERSETUJUAN AKSES
Rutinitas Kerja R. Direktur
Rapat R. Rapat
Terima Tamu R. Tamu
Direktur Sholat Mushalla
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's
Rutinitas Kerja R. Sekertaris
Rapat R. Rapat
Pengelola Dokumentasi R. Arsip
(Zona Privat) Sekertaris Sholat Mushalla
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's
Rutinitas Kerja R. Bendahara
Rapat R. Rapat
Sholat Mushalla
Bendahara
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's
Rutinitas Kerja Pos Keamanan
Rapat R. Rapat
Sholat Mushalla
Staf Keamanan
Makan dan
Pantri
Minum
Pelayanan Buang Air WC's
(Zona Publik) Rutinitas Kerja Receptionist
Rapat R. Rapat
Sholat Mushalla
Staf Informasi
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's
Pelayanan Staf Pelatih Ganti Pakaian Locker Pengelola
(Zona Privat) Seluruh R.
Rutinitas Kerja
Olahraga
Istirahat R. Pelatih
Sholat Mushalla

117
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's
Mandi Kamar Mandi
Kelompok Aktivitas Kebutuhan
Jenis Pengguna
Kegiatan Pengguna Ruang
Standby First Aid Station
Sholat Mushalla
Pelayanan
Makan dan
(Zona Semi- Staf P3K Pantri
Minum
Privat)
Buang Air WC's
Mandi Kamar Mandi
Menjual Kios/ Loket
Pelayanan Sholat Mushalla
(Zona Publik dan Staf Penjualan Makan dan
Pantri
Semi-Publik) Minum
Buang Air WC's
Pemeliharaan Standby R. Teknisi
(Zona Servis) Pump and
Mengatur,
Reservoir
Merawat dan
R. AHU
Memperbaiki
R. MEE
Utilitas Bangunan
R. Genset
Staf Teknis Ganti Pakaian Locker Pengelola
Menyimpan Alat Gudang Alat
Sholat Mushalla
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's
Mandi Kamar Mandi
Staf Pemeliharaan R. Staf
Standby
Bangunan Pemeliharaan
Mengatur dan Seluruh R.
Merawat Sarana Olahraga
dan Prasarana dan Kandang
Olahraga Kuda
Ganti Pakaian Locker Pengelola
Membuat
Dapur
Makanan
Sholat Mushalla
Makan dan
Pantri
Minum
Buang Air WC's

118
Mandi Kamar Mandi
Mencuci Kain Binatu
Kumpul Sampah TPS
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)

V.2.2 Konsep Hubungan Ruang


Hubungan ruang pada Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat
memerlukan pemisahan agar tidak terjadi ikhtilat yang merupakan konsep
bangunan namun tetap mendapat pelayanan maksimal dari pengelola.
Secara garis besar, ruang-ruang dalam bangunan dikelompokan
atas tiga kelompok yaitu kelompok pengantar, kelompok pengunjung dan
kelompok pengelola. Hubungan ruang antar kelompok ruang yaitu sebagai
berikut:

Kelompok
Pengelola
Bagian
Pemeliharaan

Kelompok
Kelompok Pengelola Kelompok
Pengantar Bagian Administrasi Pengunjung

Kelompok
Pengelola
Bagian Pelayanan

Parkir

Keterangan :
Sangat Erat
Cukup Erat
Kurang Erat
119
Gambar 5.17 Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Kelompok ruang pengantar merupakan ruang-ruang publik yang
dapat diakses oleh pengunjung yang diantar oleh kerabatnya. Pengantar
yang menunggu disediakan ruang tunggu khusus pengantar dengan
pelayanan seperti mushalla, wc dan food corner. Hubungan ruang
kelompok pengantar yaitu sebagai berikut:

WC R. Tunggu FoodCorner

Lobby
Receptionist

Palza
Jogging
ATM Track

Carport Parkir Mushalla

Keterangan :
Sangat Erat
Cukup Erat
Kurang Erat

120
Gambar 5.18 Hubungan Ruang Group Pengantar
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Kelompok ruang pengunjung merupakan ruang-ruang khusus
muslimat, baik muslimat yang ingin berolahraga, maupun muslimat yang
sekedar menggunakan fasilitas auditorium sebagai tempat pertemuan atau
acara-acara khusus muslimat. Arah datang muslmat dari parkir khusus
muslimat dan dari carport wilayah pengantar. Hubungan ruang kelompok
pengunjung yaitu sebagai berikut:

R. Panahan
Arena Berkuda
FoodCorner

Atrium

R. Fitnes
Natatorium

Lavatory Jogging Track

Area Basah
Multi Purpose Room
FoodCorner

Locker

R.Tunggu
Aula Reg. Pass

WC
Lobby
Carport Receptionist R.Peniyipan
Anak
First Aid
Station

ATM Parkir Mushalla

Keterangan :
Sangat Erat
Cukup Erat
121
Kurang Erat
Gambar 5.19 Hubungan Ruang Group Pengunjung
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Kelompok ruang pengelola merupakan ruang-ruang khusus
pengelola. Terbagi menjadi tiga bagian pengelola yaitu bagian
admisistrasi, bagian pelayanan dan bagian perawatan. Hubungan ruang
kelompok pengelola yaitu sebagai berikut:

TPS

R. Pompa dan R. Genset


Reservoir
Kandang Kuda

R. MEE

R. AHU
R. Staf Pemeliharaan

R. Teknisi

Dapur
R. Bendahara Binatu

Pantri

R. Direktur Locker

R. Rapat

R. Sekertaris Lavatory

R. Tamu

Kafetaria R. Pelatih
Lobby
Receptionist
Carport First Aid
Station

ATM Parkir Mushalla


122

Pos Satpam Keterangan :


Cukup Erat
Kurang Erat

Gambar 5.20 Hubungan Ruang Group Pengelola


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

V.2.3 Konsep Besaran Ruang


Konsep besaran ruang dengan pertimbangan hal-hal pendukung
terwujudnya suatu besaran ruang yang optimal dan efektif yaitu:
a. Kebutuhan ruang gerak (space) manusia pengguna Gelanggang
Olahraga khusus Muslimah,
b. Sirkulasi,
c. Standard luasan unit fungsi bangunan yang bersumber dari:
 NAD: Ernest Neufert (Data Arsitek)
 MH : Metric Handbook : Planning and Design Data
 HD: Human Dimension & Interior Space
 NIR: National Intramural-Recreational Sport Association
 SPW: Standar Perancangan Tempat Wudhu dan Tata Ruang Masjid
 SL: Studi Literatur
A. Pengantar

Tabel 5.2 Besaran Ruang Area Pengantar

Standar
Jumlah
Kebutuhan (Org+Prb Sirkulasi Luas
No Ruang Sumber
Ruang t) (%) (m2)
(Unit)
(m2)
A B C D E BxC+BxCxE

1 Carport 2 12,5 MH 10% 27,5


2 Parkiran Mobil 120 12,5 NAD 10% 1650

123
3 Parkiran Motor 180 1,91 NAD 10% 378.67
4 Parkiran Bus 2 29,8 NAD 10% 65,56
5 Lintasan Joging 1 3840 IRS 10% 4224
6 Plaza 1 100 SL 10% 130
7 R. Tunggu 1 29 HD 10% 31,9
8 Food Corner 1 14 NAD 10% 15,4
9 Mushalla 1 29 NAD 10% 31,9
10 R. Wudhu 1 9 SPW 10% 9,9
11 Lavatory 1 7 NAD 10% 7,7
Total 6572,53
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)
B. Pengunjung

Tabel 5.3 Besaran Ruang Area Pengunjung

Standar
Jumlah
(Org+Prb Sirkulasi Luas
No Kebutuhan Ruang Ruang Sumber
t) (%) (m2)
(Unit)
(m2)
A B C D E BxC+BxCxE

1 Parkiran Mobil 280 12,5 NAD 10% 3850

2 Parkiran Motor 420 1,91 NAD 10% 883,57

3 Atrium 1 750 SL 30% 975

4 R. Tunggu 1 15 HD 20% 18

5 Food Corner 1 14 NAD 20% 16,8

6 Mushalla 1 54 NAD 20% 64,8

7 R. Wudhu 1 24 SPW 10% 26,4

8 Lavatory 3 16 NAD 10% 52,8

9 R. Pejnitipan 1 31 SL 30% 40,3


Anak
10 Registration Pass 2 3 SL 30% 7,8

11 Locker 2 650 IRS 30% 1690

124
12 Lintasan Joging 1 7680 IRS 30% 9984

13 Aula 1 213 SL 30% 276,9

14 Rest Bay 4 4 MH 20% 19,2

15 Area Fitnes 1 315 SL 30% 409,5

16 Multi Purpose Room 1 157 SL 30% 204,1

17 Natatorium 1 319 MH 30% 414,7

18 R. Panahan 1 985 MH 30% 1280,5

19 Area Berkuda 1 1455 NAD 40% 2037

Total 22251,37
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)
C. Pengelola

Tabel 5.4 Besaran Ruang Area Pengelola

Standar
Jumlah
(Org+Prb Sirkulasi Luas
No Kebutuhan Ruang Ruang Sumber
t) (%) (m2)
(Unit)
(m2)
A B C D E BxC+BxCxE

1 Parkiran Mobil 20 12,5 NAD 10% 275


2 Parkiran Motor 30 1,91 NAD 10% 63,11
3 Carport 1 12,5 MH 30% 16,25
4 Carport 1 12,5 MH 30% 16,25
Ambulance
5 Pos Satpam 2 9 HD 10% 19,8
6 R. Tamu 1 9 HD 30% 11,7
7 R. Pimpinan 1 11 HD 20% 13,2
8 R. Sekertaris 1 6 HD 20% 7,2
9 R. Bendahara 1 6 HD 20% 7,2
10 R. Rapat 1 58 HD 20% 69,6
11 R. Pelatih 1 61 HD 20% 73,2
12 R. Staf Teknis 1 9 HD 20% 10,8
13 R. Staf Pemeliharaan 1 31 HD 20% 37,2

125
14 First Aid Station 1 13 HD 30% 16,9
15 Locker 1 33 IRS 30% 42,9
16 Dapur Kafetaria 2 15 NAD 30% 39
17 Registration Pass 1 2 NAD 30% 2,6
18 Receptionist 1 7 HD 20% 8,4
19 Lavatory Wanita 1 4 NAD 10% 4,4
20 Lavatory Pria 1 5 NAD 10% 5,5
21 Dapur 1 13,32 NAD 20% 15,98
22 Pantri 1 5 NAD 30% 6,5
23 Binatu 1 8 NAD 10% 8,8
Total 771,49
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)

D. Servis

Tabel 5.5 Besaran Ruang Area Servis

Standar
Jumlah
(Org+Prb Sirkulasi Luas
No Kebutuhan Ruang Ruang Sumber
t) (%) (m2)
(Unit)
(m2)
A B C D E BxC+BxCxE

1 Lobby 1 77 NAD 30% 100,1


2 R. AHU 1 15 NAD 10% 16,5
3 R. MEE 1 12 MH 10% 13,2
4 R. Genset 1 12 MH 10% 13,2
5 Reservoir 1 15 HD 10% 16,5
6 R. CCTV 1 9 HD 10% 9,9
7 TPS 1 36 HD 10% 39,6
8 Gudang 1 12,96 HD 10% 14,25
9 ATM 1 2 HD 30% 2,6
10 Lift 1 5 HD 10% 5,5
11 Tangga 3 30 HD 30% 117
12 Tangga Darurat 3 14 HD 10% 46,2
Total 394,55
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)
E. Rekapitulasi

126
Tabel 5.6 Rekapitulasi Keseluruhan

Luas Jumlah Luas


No Kelompok Ruang Ruang Ruang Total
(m2) (Unit) (m2)
A B E BxE
1 Area Pengantar 6572,5 1 100,1
2 Area Pengunjung 22251, 1 16,5
3 Area Pengelola 771,49 1 13,2
4 Area Servis 394,55 1 13,2
Total 29989,96
(Sumber: Analisis Penulis, 2019)
 Luas Lahan = 30000 m2
 Total Luas Kebutuhan Ruang = 29989,96 m2
 KDB Kota Kendari = 60%
 Luas Lantai Dasar Diijinkan = 30000 m2 x 60%
= 18000 m2
 Luas Lantai Dasar Dicapai = 17435,04 m2

V.2.4 Konsep Ruang Dalam


Konsep penataan dan pemilihan material ruang dalam yang tepat
dapat memberikan kenyamanan pengguna bangunan. Kriteria pemilihan
material dan penataan ruang dalam haruslah sesuai dengan fungsi, konsep
dan tema bangunan.
a. Material dinding
Dinding yang menutupi bangunan terdiri dari 2 jenis yaitu dinding
dengan pasangan bata ringan dan dinding panel baik aluminium atau
kalsiboard dengan rangka yang di pasang pada space frame.

Panel Aluminium
(eksterior)

127
Struktur
Rangka
Kalsiboard
Pas. Bata
(interior)
(interior)
Gambar 5.21 Material Dinding Ruang Dalam
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
b. Finishing dinding ruang dalam
Jenis finishing dinding ruang berbeda-beda sesuai jenis ruang dan
kesan yang ingin ditampilkan. Pada bagian-bagian formal seperti kantor
finishing dibuat simpel, yaitu dengan plesteran halus dan diberi sedikit
aksen-aksen islami dengan menggunakan kalsiboard. Pada bagian-
bagian tempat berolahraga, finishing dinding berupa kalsiboard dan
panel aluminium yang diberi pola kesan dinamis sesuai fungsi
bangunan olahraga dan kekinian sehingga sesuai dengan zaman
muslimat saat ini.
Untuk penggunaan warna pada bangunan diutamakan
menggunakan warna-warna yang lebih utama yang dibolehkan oleh
syriat islam. Warna-warna yang utama merupakan warna-warna yang
disukai Rasulullah shalallahu alaihi wasalam seperti:
 Putih
Dari Samurah bin Jundub, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda,
"Kenakanlah pakaian putih karena pakaian itu lebih bersih dan
paling baik. Kafanilah orang yang mati di antara kalian dengan
kain putih" (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi). Menggunakan pakaian
putih merupakan sunnah karena Rasulullah memerintahkan dan
merupakan pengingat kematian.
 Hijau
Ibnu hajar Al-Haitami dalam Tanbih Al-Akhbar menyebutkan;
"Pada hari raya kami disuruh memakai pakaian hijau karena warna
hijau lebih utama. Warna hijau adalah afdal dari pada warna
lainnya sesudah putih". Warna hijau juga merupakan pakaian
penduduk syurga seperti yang terdapat pada QS. Al Insan : 21 yang

128
artinya: "Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan
sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari
perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang
bersih."
c. Tema ruang dalam
Tema ruang dalam dibuat moderen mengkuti perkembangan
zaman, dengan bentuk yang dinamis sesuai fungsi bangunan namun
juga tetap islami dan sesuai syariat islam yaitu menghindari bentuk
makhluk hidup seperti patung dan gambar hewan dan manusia. Ruang
dalam menggunakan tampilan dan prinsip islami seperti penggunaan
kaligrafi, dan arabesque namun dikemas dengan teknologi bahan
interior yang lebih moderen seperti kalsiboard dan panel aluminium.
Untuk memperkaya nuansa moderen islami, pada ruang dalam
dihiasi dengan asmaul husna, penggalan ayat Al Quran dan Hadits
dalam bentuk kaligrafi jenis kufi agar memotivasi muslimat agar selalu
dzikrullah walau sedang berolahraga. Karena dzikir merupakan perintah
pada QS. Al-Ahzab : 35 yang artinya: "Laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar." Selain itu, Nabi shalallahu alaihi
wasalam telah bersabda: "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada
Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya seperti orang
hidup dan orang mati." (HR. Bukhari)

Muqanas Muqanas Material Moderen

129
Mashrabiya Material Moderen

Gambar 5.22 Penggunaan Material Moderen


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

130
V.2.5 Konsep Tata Ruang Luar
Allah subhanahu wataala telah berfirman tentang larangan berbuat
kerusakan: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)." (Al-Quran Terjemahan surah Ar-Ruum ayat 41).
Salah satu cara untuk melestarikan alam yaitu dengan penataan
ruang luar pada desain tapak yang dimaksudkan agar tanah tidak
tertutup sepenuhnya oleh bangunan sehingga air hujan masih bisa
terserap. Hal tersebut merupakan langkah pencegahan rusaknya
lingkungan yang disebabkan olah ulah manusia seperti terjadinya
banjir.
Penataan ruang luar juga berfungsi menambah keindahan dengan
penyediaan taman-taman yang teratur, indah dan teduh serta dapat
digunkan untuk prasarana olahraga outdoor seperti jogging.

Area Hijau

Area Sirkulasi dan Parkir

Area Badan Bangunan


Gambar 5.23 Pembagian Tapak
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

131
Penataan ruang luar mencakup beberapa fungsi ruang yaitu sebagai
berikut:
a. Jalur sirkulasi pejalan kaki
Pembuatan jalur-jalur trotoar pejalan kaki dan penyandang cacat.
b. Jalur sirkulasi kendaraan
Pembuatan jalur-jalur kendaraan pengantar, pengunjung, dan
servis.
c. Parkir Kendaraan
Penyediaan ruang-ruang tempat memarkir kendaraan pengantar,
pengunjung dan pengelola.
d. Ruang terbuka hijau
Ruang gerak yang sifatnya terbuka dengan taman dan dapat
difungsikan sebagai tempat berolahraga bagi pengantar.
e. Ruang tertutup hijau
Ruang gerak yang sifatnya tertutup dengan taman dan dapat
difungsikan sebagai tempat berolahraga bagi pengunjung.
Konsep tata ruang luar mengambil konsep taman syurga yang
tertulis di dalam AL Quran. Penataan ruang luar yang islami, material
ruang luar dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Material Lunak (Soft Materials)
a. Pada material lunak penutup tanah (groundcover) menggunakan
rumput untuk mengurangi pantulan sinar matahari dan
memberikan keindahan dengan warna hijau seperti warna syurga
QS. 55:64. Jenis rumput yang digunakan yaitu rumput jepang.

Gambar 5.24 Rumput Jepang


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

132
b. Pada material lunak pohon menggunakan pohon yang bersifat
peneduh seperti Kiara Payung dan pohon yang menghasilkan
buah yang dapat dinikmati seperti Mangga, seperti gambaran
kenikmatan syurgaQS. 76:14. Selain itu juga menggunakan
material lunak pohon sebagai pengarah seperti Palm Raja

Mangga

Palm Raja

Kiara Payung Palm Ekor Tupai


Gambar 5.25 Pohon
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
c. Pada material lunak air merupakan elemen yang banyak tertulis
dalam penggambaran syurga seperti penyebutan sungai pada
QS. 54:54 dan penyebutan mata air pada QS. 55:66. Untuk

133
menerapkannya, maka kolam dibentuk memanjang sebagai
representasi dari sifat sungai dan diberi elemen seperti air
muncrat yang merepresentasikan mata air. Selain bentuk kolam
dan mata air, juga Untuk lebih indahnya maka penggunaan
tanaman air seperti Teratai, Lotus dan Bambu Air sebagai
penghias elemen air pada tapak yang dapat mendinginkan udara
disekitarnya.

Gambar 5.26 Kolam Hias dengan Teratai


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
2. Material Keras (Hard Materials)
a. Material keras penutup tanah sebagai sirkulasi kendaraan dan
parkir kendaraan menggunakan paving block dan grass block.

134
Gambar 5.27 Paving Block dan Grass Block Parkiran
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
b. Material keras pedestrian menggunakan paving block yang
disusun membentuk jalur pedestrian dengan lebar 1,5 - 2m.

Gambar 5.28 Pedestrian Paving Block


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

c. Material keras berupa lintasan joging (jogging track) juga


disediakan pada ruang luar sekitar area parkir dan plaza yang
bisa digunakan pengantar untuk berolahraga saat menunggu
pengunjung yang diantarnya berolahraga di dalam bangunan.
Sehingga waktu pengantar bisa dimanfaatkan untuk berolahraga

135
pada lintasan lari atau melakukan gerakan-gerakan peregangan
pada area duduk plaza.

Gambar 5.29 Jogging Track


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
3. Furnitur Tapak (Site Furniture)
a. Untuk tempat beristirahat tidak menggunakan bangku taman
tetapi menggunakan gazebo yang merupakan representasi dipan-
dipan di syurga pada QS. 55:56.

136
Gambar 5.30 Gazebo
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

b. Tempat sampah merupakan furnitur tapak yang digunakan untuk


menampung sampah dalam skala kecil agar tapak tetap terjaga
kebersihannya.

Gambar 5.31 Tempat Sampah


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

137
V.2.6 Konsep Struktur
Konsep sistem struktur berdasar pada pertimbangan fungsi
bangunan yaitu prasarana olahraga.
a. Modul Struktur
Penggunaan modul struktur yang tepat dapat memudahkan
pembangunan dan menciptakan ruang-ruang yang efisien.
Penentuan modul struktur berdasar pada dimensi gerak manusia,
perabot dan fungsi bangunan. Modul struktur yang digunakan
adalah pola grid 7,2m x 7,2m.

Gambar 5.32 Modul Struktur


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
b. Sub Struktur
Sub struktur menggunakan pondasi dangkal beton bertulang
QS. 57:25 yang memiliki kedalaman 1-3 meter dengan
pertimbangan daya dukung tanah yang bagus dan bangunan hanya
2 lantai.

Gambar 5.33 Pondasi Foot Plat


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

138
c. Super Struktur
Super struktur menggunakan struktur rangka baja WF
dengan modul pola grid yang telah ditentukan. Pertimbangannya
adalah material yang kuat QS. 18:96, bentuk bangunan, kuat
terhadap gaya tarik, mudah dibentuk, lebih lentur dan ringan.

Gambar 5.34 Struktur Rangka Baja


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
d. Upper Struktur
Upper stuktur menggunakan rangka baja yang menyelimuti
bangunan mulai dinding bagian luar bangunan hingga atap.
Pertimbangannya adalah bentangan atap yang besar dan bertuk
tampilan bangunan.

Gambar 5.35 Rangka Baja


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

139
V.2.7 Konsep Pengkondisian Ruang
Konsep pengkondisian ruang meliputi konsep kenyamanan ruang
terhadap kebutuhan pencahayaan, akustik dan penghawaan.
a. Konsep Pencahayaan
Konsep pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Pencahayaan Alami
Bangunan merupakan bangunan khusus muslimat, sehingga untuk
memasukan pencahayaan alami tidak menggunakan jendela pada
sisi bangunan, tetapi menggunakan lubang pada tengah atap area
taman dalam bangunan (Atrium).

Gambar 5.36 Distribusi Pencahayaan Alami


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
2. Pencahayaan Buatan
Untuk pencahayaan buatan suatu ruang harus sesuai dengan
kegiatan yang terjadi di dalamnya. Pada bangunan ini terdapat
beberapa penggunaan pencahayaan buatan yang berbeda-beda.
Hal tersebut didasarai sifat cahaya yang dihasilkan oleh lampu.
Yang perlu diperhatikan adalah penempatan titik cahaya haruslah
memberi kenyamanan dan menghindari penempatan yang salah
atau menjadi penyebab ketidak nyamanan pengguna seperti
lampu yang menyorot ke mata. Selain jenis lampu yang harus
sesuai dengan kegiatan yang ada juga harus diperhatikan
permukaan yang disorot. General Light seperti downlight untuk
bagian kantor dan Special Light seperti spot light untuk bagian
fasilitas olahraga.

140
Gambar 5.37 Jenis Pencahayaan Buatan untuk Fasilitas Olahraga
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

141
b. Konsep Penghawaan
1. Penghawaan Alami
Sistem penghawaan alami diterapkan pada area publik dan
area olahraga, dengan membuat bukaan-bukaan berukuran kecil
pada dinding bagian bawah untuk memasukan udara dingin dan
pada dinding bagian atas untuk mengeluarkan udara panas
sehingga udara terus bergerak.
Udara Panas

Udara Sejuk

Gambar 5.38 Sistem Penghawaan Alami


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
2. Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan menggunakan AHU (Air
Handling Unit) yang disambung pada ducting untuk menyalurkan
udara dingin ke ruangan-ruangan administrasi dan ruang
serbaguna.

Gambar 5.39 Air Handling Unit


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

142
c. Konsep Akustik
Hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi dan menghindari
kebisingan yaitu dengan beberapa langkah sebagai berikut:
 Menempatkan taman dan parkir kendaraan antara jalan raya dan
bangunan.
 Mendisain dinding berongga dengan lapisan peredam bunyi.
 Pemisahan dan pengelompokan ruang-ruang sesuai tingkat
kebutuhan kenyamanan terhadap kebisingan.

Peredam kebisingan Sumber


kebisingan

Gambar 5.40 Jarak dan Tanaman Sebagai Peredam Kebisingan


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
Ruangan-ruangan yang membutuhkan kenyamanan terhadap
kebisingan seperti ruang-ruang pengelola gedung, mushalla, ruang
penitipan anak dan Auditorium, dapat menggunakan alternatif bahan
penyerap bunyi sebagai berikut:
 Bahan konstruksi panel atau selaput yang dapat dengan efisien
menyerap bunyi frekuensi rendah seperti panel kayu dan
hardboard, gypsum board, langit-langit plesterean yang
digantung dan plesteran berbulu.
 Bahan berpori seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut,
mineral woods, dan selimut isolasi, memiliki karakter dasar suatu
jaringan seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan.
 Resonator rongga (Helmholtz) merupakan penyerap bunyi yang
terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi dinding-dinding
tegar dan dihubungkan oleh celah sempit ke ruang sekitarnya
dimana gelombang bunyi merapat.

143
V.2.8 Konsep Utilitas dan Kelengkapan Bangunan
a. Sistem Distribusi Air Bersih
Tandon Air

Pompa
Meteran
Air

PDAM

Pompa Sumur Artesis


Ground Reservoir
Gambar 5.41 Skema Distribusi Air Bersih
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
b. Sistem Pembuangan Air Kotor

Floor Drain

Pipa Air Hujan

Washtafel

Saluran Kota Bak Kontrol


Gambar 5.42 Skema Pembuangan Air Kotor
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

144
c. Sistem Pembuangan Kotoran Padat

Kloset

Kloset

Resapan Septic Tank


Gambar 5.43 Skema Pembuangan Kotoran Padat
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
d. Sistem Pembuangan Sampah

Tempat
Sampah

Tempat
Penimbunan
Sampah Sampah
Dibawa ke Sementara
Tempat
Penimbunan
Sampah Kota

Mobil Tempat
Pengangkut Sampah
Sampah Kota

Gambar 5.44 Skema Pembuangan Sampah


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

145
e. Sistem Jaringan Listrik
Pada bangunan ini memiliki dua sumber sumber litrik yaitu
sumber listrik utama yang berasal dari PLN dan sumber listrik
cadangan yang berasal dari genset. Ruang genset perlu
diperhatikan penempatannya agar supaya tidak menimbulkan
kebisingan yang diakibatkan suara mesin genset. Ruang genset
dapat diletakan dibagian belakang bangunan agar tidak begitu
mengganggu saat mesin bekerja.
f. Sistem Keamanan dan Penanggulangan Kebakaran
1. CCTV
Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat merupakan bangunan
yang memiliki tingkat privasi yang tinggi. Untuk mengontrol
keamanan dapat dilakukan dengan pemantauan lewat monitor
cctv yang dipasang pada titik-titik pemantauan terutama jalur-
jalur servis.

Gambar 5.45 CCTV


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

146
2. Fire Alarm System
Bangunan juga memerlukan sistem pendeteksi kebakaran yang
berfungsi memberi tanda jika mendeteksi sebab-sebab
kebakaran, seperti mendeteksi titik api pada ruang.

Gambar 5.46 Fire Alarm System


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
3. Hydrant and Sprinkler System
Hydrant merupakan sistem pemadam kebakaran yang terhubung
dengan sumber air bertekanan. Sprinkler merupakan alat yang
otomatis bekerja ketika terjadi kebakaran. Pada suhu tertentu
tabung sprinkler akan pecah dan menyemburkan air.

Hydrant System Sprinkler System


Gambar 5.47 Hydrant and Sprinkler System
(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

147
g. Sistem Transportasi Dalam Gedung
1. Tangga
Tangga merupakan konstruksi yang berfungsi sebagai jalur
penghubung antar lantai.

Gambar 5.48 Tangga


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
2. Lift/ Elevator
Merupakan angkutan transportasi vertikal antar lantai untuk
mengangkut orang dan barang.

Gambar 5.49 Lift/ Elevator


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

148
V.2.9 Konsep Syariat Islam
Konsep syariat islam merupakan konsep yang berlandaskan Al
Quran dan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, seperti yang
tertera pada Al Quran surah An-Nuur ayat 31, bahwa ayat tersebut
memberi ketentuan pedoman kepada muslimat untuk menjaga auratnya.
Untuk mengaplikasikan perintah tersebut pada desain, maka akan
diterapkan beberapa hal sebagai berikut pada desain bangunan:
1. Bangunan merupakan ruang tertutup hijau, yaitu taman yang berada
ditengah dan tertutup masa bangunan pada setiap sisinya. Taman ini
berfungsi sebagai sarana dan prasarana olahraga rekreasi khusus
muslimat.

Massa bangunan Massa bangunan


Taman

Gambar 5.50 Konsep Ruang Tertutup Hijau


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)
2. Masa bangunan dan akses masuk bangunan dibuat terpisah antara
pusat kegiatan pengunjung dan pengantar.
3. Untuk ruang yang dapat digunakan bersama seperti pada mushalla,
dapat dipisah dengan pemisahan jalur masuk.
4. Membuat atrium pada tengah bangunan untuk memasukan air hujan,
sinar matahari dan penghawaan alami pada taman di dalam
bangunan atau disebut ruang tertutup hijau.
5. Menerapkan tema bangunan yang sudah dikenal mencirikan Islam
seperti kaligrafi, muqarnas, mashrabiya, arabesque dan portal
lengkung namun dengan bentuk yang lebih disederhanakan dan
material yang lebih moderen.

149
V.2.10 Konsep Gubahan Bentuk Dasar Bangunan
Konsep dasar bentuk bangunan mengembil bentuk geometris
heksagonal atau segi enam yang merupakan struktur yang Allah
wahyukan kepada lebah dalam QS. 16:68, sehingga tidak heran jika
bentuk hexagonal adalah bentuk yang paling efisien dan struktur yang
kokoh. Makna yang ingin dicapai dari bangunan heksagonal seperti arti
kata "Nahl" yang merupakan kata bentuk jamak yang digunakan Allah
untuk menyebut lebah bahwa lebah merupakan makhluk sosial.
Kemudian kata kerja pada QS. 16:68-69 merupakan kata kerja feminin
dimana Allah mengisyaratkan bahwa pelakunya adalah lebah-lebah
betina dan yang dihasilkannya adalah madu, sesuatu yang sangat
bermanfaat yang terlindungi dalam struktur hexagonal yang kokoh.

Gambar 5.51 Konsep Bentuk Dasar Bangunan


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

150
Untuk konsep tata masa bangunan diambil dari larangan bercampur
baurnya laki-laki dan perempuan, “Bahwa dia mendengar Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di saat beliau keluar dari masjid,
sedangkan orang-orang laki-laki ikhthilath (bercampur-baur) dengan
para wanita di jalan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada para wanita: “Minggirlah kamu, karena sesungguhnya kamu
tidak berhak berjalan di tengah jalan, kamu wajib berjalan di pinggir
jalan.” Maka para wanita merapat di tembok/dinding sampai bajunya
terkait di tembok/dinding karena rapatnya”. HR. Bukhari dan Abu
Dawud. Oleh karena itu massa bangunan terbagi menjadi dua untuk
mewujudkan konsep terpisah secara sempurna atau Total Separation.

Gambar 5.52 Konsep Tata Massa Bangunan


(Sumber : Analisa Penulis, 2019)

151
BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Hasil penulisan perancangan dan perencanaan Gelanggang


Olahraga Khusus Muslimat di Kota Kendari dengan pendekatan Syariat
Islam, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Letak lokasi perencanaan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat
berada di Jalan HEA Mokodompit, Kecamatan Kambu, Kelurahan
Lalolara, yang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari
merupakan kawasan pendidikan tinggi, wisata alam, perkantoran
dan kawasan perumahan kepadatan sedang.
b. Perancangan bangunan Gelanggang Olahraga Khusus Muslimat di
Kota Kendari dengan pendekatan Syariat Islam menerapkan konsep
Hijab dan Total Separation dengan tema Modern Islami.

VI.2 Saran

Melihat pertumbuhan kaum muslimat Kota Kendari saat ini,


terutama para pemudi dikalangan mahasiswa, perlu adanya fasiltas-
fasilitas umum yang syar'i yang mendukung kegiatan kaum muslimat
seperti sarana olahraga khusus muslimat atau tempat makan dengan
bilik khusus untuk muslimat bercadar. Karena kaum muslimat sangat
ingin melakukan banyak kegiatan di luar rumah yang bermanfaat,
namun sering kali fasilitas yang ada tidak sejalan dengan Syariat Islam.

152
DAFTAR PUSTAKA

Adler, David. 1999. Metric Handbook - Planning and Design Data. Architectural
Press, Oxford.
Adnan, Sobih. 2020, "Mengenal warna-warna kesukaan Nabi Muhammad",
<m.oase.id>, (29/04/2020).
Al Baihaqi, Abu Fathan. 2016, Al Fathan The Holy Qur'an, Al Fatih, Jakarta
Selatan
Alonso, Amy. 2015, "Site & Building Analyses", <amyalonso.com>,
(05/11/2019).
Anggrieta, Luniet. 2012, "Olahraga Muslimah", <muslimah.or.id>, (03/10/2019).
Bachroon, Munichy. "Konsep Arsitektur Islami Sebagai Solusi Dalam
Perancangan Arsitektur", Journal of Islamic Architecture, Vol.1, 2010.
Bahbaen, Raehanul. 2017, "Hukum Olahraga Memanah Dan Berkuda Bagi
Wanita", <muslim.or.id>, (11/12/2019).
Barry, R. 1996. The Construction Of Buildings Volume 4. Blackwell Science,
Boston.
BPS Kota Kendari, 2018. Kota Kendari Dalam Angka 2018. Metro Graphia
Kendari, Kota Kendari
Ching, Francis. 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanannya. Trans Sitti
Mariana, Erlangga, Jakarta.
Chudley, Roy. dan Greeno, Roger. 2006. Building Construction Handbook.
Elsevier, USA.
Dee, Catherine. 2001. Form & Fabric In Landscape Architecture. Spon Press,
London.
Design, Canon. 2016, "UC Riverside Student Recreation Center Expansion Canon
Design", <archdaily.com>, (24/07/2019).
Emrald, Ichsan. 2016, "Riskesdas: Makin Banyak Penderita Obesitas di
Indonesia", <republica.co.id>, (17/07/2019).
Ernst. dan Neufert, Peter. 2002. Data Arsitek: Jilid 2. Trans. Tjahjadi, Sunarto dan
Chaidir, Ferryanto. Erlangga, Jakarta.
Hakim, Rustam. 2014. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-
Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara, Jakarta.
Hossein, Sayyed. 2009. Art Of Islam, Language and Meaning. World Wisdom,
Indiana.

153
Hunt, Tony. 2003. Tony Hunt's Structure Notebook. Architectural Press, UK.
Ibrahim, Adzikra. 2018, "Pengertian Syariat Menurut Para Pakar",
<pengertiandefinisi.com>, (12/10/2019).
Jabal, Muadz. 2016, "Kompleks ICM Kendari", <icm.or.id>, (24/10/2019).
Kemenpora, 2018. Standar Prasarana Olahraga Berupa Bangunan Gedung
Olahraga.
Kilmer, Rosemary. dan Kilmer, Otie. 2014. Designing Interiors. John Willey &
Sons, New Jersey.
Kusumaningrum, Ayu. 2015, "Modul Manajemen Olahraga dan Rekreasi".
Mobilerise. 2018, "Maps Ruler 3.2.1".
NIRSA. 2019. Campus Recreational Sport Facilities. NIRSA, US.
Nurjayanti, Widyastuti. "Nilai-nilai Keislaman Dalam Rumah Tinggal : Studi
Kasus Kampung Kauman Kudus, Kampung Kauman Solo dan
Perumahan Muslim Darussalam 3", Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2014.
Panareo, Julius. dan Zelnik, Martin. 1979. Human Dimension & Interior Space.
Whitney Library of Design, New York.
Permenpora RI No.0445 Tahun 2014 "Standar Prasarana Olahraga Berupa
Bangunan Gedung Olahraga", Hal.8.
Pranowo, Agus. 2014, "Wanita Ujian Terbesar Kaum Laki-laki", <muslim.or.id>,
(22/10/2019).
Psiberia. 2019, "All - In - One Offline Maps 3.4".
Purnama, Yulian. 2015, "Derajat Hadits Anjuran Mengerjakan Renang",
<muslim.or.id>, (03/10/2019).
Purnama, Yulian. 2015, "Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa",
<muslim.or.id>, (11/12/2019).
Purnama, Yulian. 2015, "Hukum Olahraga Tinju", <muslim.or.id>, (11/12/2019).
Purnama, Yulian. 2015, "Makna Hijab, Khimar dan Jilbab", <muslim.or.id>,
(22/10/2019).
Ratodi, Muhamad. "Merintis Standar Perancangan Arsitektur Dalam Konteks
Ajaran Islam", 2016.
Shodiq. 2018, "Pengertian Syariat Islam Yang Perlu Anda Pahami Dengan Baik",
<dakwah.id>, (12/10/2019)

154
Suparwoko. 2016, "Standar Perancangan Tempat Wudhu dan Tata Ruang
Masjid", UI-Press, Jakarta.
Tangoro, Dwi. 2006. Utilitas Bangunan. UI-Press, Jakarta.
Undang-undang RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

White, Edward. 1983. Site Analysis: Diagram Information For Architectural


Design. Architectural Media Ltd., Florida.
Wikipedia. 2019, "Islam di Indonesia", <wikipedia.org>, (17/07/2019).
Zamroni, Hafidz. dan Kusumadewi, Tarranita. "Menata Rumah Yang Islami", El-
Harakah, Vol.13, No. 1, 2011, Hal. 4-5.

155

Anda mungkin juga menyukai