Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
barkat dan anugrahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku
Pedoman Pelayanan GiziRS Harapan Mulia dapat terselesaikan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan Pedoman.............................................................................................2
C. Ruang Lingkup Pelayanan..............................................................................2
D. Batasan Operasional.......................................................................................3
E. Landasan Hukum............................................................................................3
BAB IISTANDAR KETENAGAAN.............................................................................4
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.................................................................4
B. Distribusi Ketenagaan.....................................................................................4
C. Pengaturan Jaga..............................................................................................4
BAB IIISTANDAR FASILITAS....................................................................................6
A. Denah Ruang .................................................................................................6
B. Standar Fasilitas..............................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI...................................................12
BAB V LOGISTIK.....................................................................................................31
BAB VI KESELAMATAN KERJA...........................................................................35
BAB VII PENGENDALIAN MUTU..........................................................................39
BAB VIIIPENUTUP......................................................................................................40
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek diperlukan berbagai manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup
dan tingkat pendidikan.Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai
orang yang sehat dan berstatus gizi baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang
karena satu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya
rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai satu
sistem rujukan.Dalam rumah sakit terdapat berbagai upaya yang ditujukan guna
pemulihan penderita.Instalasi gizi merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan lainnya.Instalasi gizi di rumah sakit merupakan salah satu
peIayanan non medik rumah sakit yang berfungsi untuk mengolah dan
mengatur makanan dan minuman pasien setiap hari dan juga sebagai ruang
konsultasi gizi.
Oleh karena itu pelayanan gizi dirumah sakit yang merupakan hak setiap
orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan
yang bermutu. Pelayanan gizi yang bemutu di rumah sakit akan membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek
lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keunningan lain
jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali rnencari nafkah
untuk diri dan keluarga. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek dibidang
kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan
kesatuan dari asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gizi.
Pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan
di institusi kesehatan (Rumah Sakit), Puskesmas dan insitusi kesehatan lainnya
yang memenuhi kebutuhan gizi klien/pasien.Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka mingkatkan
kesehatan klien/pasien.
1
dipakai serta peralatan. Proses meliputi perencanaan anggaran belanja bahan
makanan, perencanaan menu, perhitungan kebutuhan bahan makanan,
pembelian bahan makanan, teknik persiapan bahan makanan, pengolahan
bahan makanan dan carapelayanan/distribusi makanannya. Sedangkan Output
meliputi kualitas makanan serta tingkat kepuasan pasien.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tujuan Khusus
2
D. Batasan Operasional
Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat
inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh,
peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam
rangka upaya preventive, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
E. Landasan Hukum
Rumah Sakit Harapan Mulia ini mengikuti pedoman peraturan kementrian
Kesehatan 2013
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan tenaga kerja diunit gizi RS. Harapan Mulia berdasarkan non
shift/shift. Tenaga kerja diunit gizi saat ini berjumlah 12 orang yang
memegang tanggung jawab sebagai :
1) Kepala bagian penunjang medis
2) Koordinator unit gizi
3) Pelaksana Dapur
4) Helper
C. Pengaturan Jaga
Hari kerja di perusahaan adalah 6 (enam) hari kerja dalam
seminggu dan jam kerja standar perusahaan 40 jam dalam satu minggu.
Rumah sakit Harapan Mulia merupakan rumah sakit yang
seroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum
dan disesuaikan dengan ketentuan jam kerja standar perusahaan.
Bagi karyawan yang bekerja secara shift, maka waktu kerja
akan diatur secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap
mengacu pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam salam satu
minggu dengan 6 hari kerja. Untuk karyawan yang waktu kerja
melebihi jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan
diperhitungkan dalam kebijakan lembur perusahaan.
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
4
a. Tidak ada batas toleransi keterlambatan karyawan
b. Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun
karyawan akan diberikan surat peringatan.
c. Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 1 jam dalam satu hari
kerja dengan persyaratan mengisi form izin meninggalkan dinas
(IMD) yang ditanda tangani oleh atasan langsung dan dapat
dipertanggung jawabkan urgensinya.
Peraturan tenaga kerja dii RS. Harapan Mulia berdasarkan system
shift dan non shift dapat dilihat dibawah ini :
a. Karyawan shift
Senin – Minggu
o Shift I : 06.00 – 14.00 WIB
o Shift II : 14.00 – 21.00 WIB
o Shift III : 21.00 – 06.00 WIB
o Midle : 10.00 – 19.00 WIB
b. Karyawan non shift
Senin – Jum’at : 08.00 – 17.00 WIB
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
2.5
2.4 3.2
TOILET
1.4 3.7
2.6 3.4
6
PENYIMPANAN ARSIP
Tata Arsip
Di unit gizi proses penyimpanan dilakukan 1 bulan sekali. Arsip ataupun
berkas-berkas yang perlu di simpan, seperti :
Laporan belanja harian : Bindex
Laporan bahan makanan kering : Bindex
Laporan rekap belanja keseluruhan : Bindex
Semua bindex yang digunakan tersusun dalam ruang koordinator unit gizi
RS. Harapan Mulia.
B. Standar Fasilitas
Standar Pelayanan Minimal Unit
Asuhan Gizi rawat jalan
Asuhan gizi rawat Inap
Penyelenggaraan makanan
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi
Standar Minimal Sarana dan Prasarana di Unit
Ruang konsultasi gizi :
Bangunan Ruang Konsultasi Gizi :
a) Tipe A dan B minimal 3 x 4 m²
b) Tipe C minimal 2 x 2½ m²
Sarana :
Peralatan Antropometri :
7
di RS Pengadaan
(bulan)
alat ukur tinggi Ada Perlu IGD
alat ukur berat Ada Perlu IGD
badan dewasa
alat ukur panjang Ada Perlu Ruang
badan bayi/anak VK
timbangan bayi Ada Perlu Ruang
VK
alat ukur lingkar Tidak Perlu -
lengan atas Ada
alat ukur lingkar Tidak Perlu -
kepala Ada
alat ukur tinggi lutut Tidak Perlu -
Ada
alat ukur skinfold Tidak Perlu -
thickness capiler Ada
formulir skrining Ada Perlu RANAP
Rawat Inap :
Bangunan :
Peralatan :
8
Kulkas Tidak Perlu -
Ada
Blender Tidak Perlu -
Ada
Tempat sampah Ada Perlu -
tertutup
Papan tulis Tidak Perlu -
Ada
Ruang perkantoran
9
(bulan)
Ruang Ada Perlu -
coordinator unit
gizi & staf
Ruang Tidak Perlu Pinjam ruang
administrasi Ada Koor Unit
penyelenggaraan Gizi
makanan
Ruang rapat dan Tidak Tidak Pinjam ruang
perpustakaan Ada Perlu Koor Unit
Gizi
Ruang Tidak Perlu Pinjam ruang
penyuluhan gizi Ada tunggu
pendaftaran
Locker Tidak Perlu -
Ada
Kamar mandi Tidak Perlu Kamar mandi
Ada karyawan
WC Tidak Perlu WC karyawan
Ada
10
tertutup
Bagian Ada Perlu
penyimpanan
kering (gudang)
Timbangan meja Ada Perlu
Rak bertingkat 4 Tidak Ada Perlu
Rak pendek Ada Perlu
Bak persegi empat Tidak Ada Perlu
berlubang
Lemari bahan Ada Perlu
kering
Litermat Ada Perlu
Pembuka botol Ada Perlu
&kaleng
Pisatu pisau dapur Ada Perlu
Penyimpanan Ada Perlu
dingin
Bak penyimpanan Tidak Ada Perlu
es / peti es
Bak cuci dua Tidak Ada Perlu
bergandeng
Meja kerja Ada Perlu
Mesin penggiling Tidak Ada Perlu
daging tangan
Mesin pemarut Tidak Ada Perlu
kelapa berdinamo
Penggiling dan Tidak Ada Perlu
ulekan bumbu
bulat
Oven Tidak Ada Perlu
Kompor gas Ada Perlu
Perlatan cuci alat Ada Perlu
BAB IV
11
4.1 PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN
1. Pendahuluan
Pelayanan gizi di rumah sakit meliputi seluruh upaya kesehatan
untuk mempertahankan dan untuk meningkatkan status gizi
pasien.Pelayanan gizi merupakan hak setiap pasien, memerlukan adanya
sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan
yang bermutu akan membantu proses penyembuhan pasien.
2. Latar Belakang
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi penentuan diagnosis gizi pasien, macam/jenis diet, cara
pemberian serta konseling gizi.
3. Pengertian
4. Tujuan
12
1) Merencanakan dan melakukan penyuluhan/konsultasi diet bagi pasien
rawat jalan
2) Merencanakan dan melakukan edukasi masal.
2. Latar Belakang
Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizinya.Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal
balik.Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat
gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu
akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Disamping itu, masalah gizi lebih dan obesitas yang erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner, darah tinggi dan penyakit kanker memerlukan
terapi gizi medis untuk membantu penyembuhannya.
3. Pengertian
13
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi dimulai dari
perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap.
4. Sasaran
Sasaran Pelayanan gizi di ruang rawat inap adalah pasien yang
rawat inap di RS. Harapan Mulia.
5. Tujuan
Umum
Mencapai pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit melalui
pelayanan dengan terapi gizi yang optimal kepada pasien untuk
menunjang fungsi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam
upaya peningkatan kualitas hidup pasien.
Khusus
Tercapainya pelayanan gizi yang optimal sebagai bagian terapi
dalam pelayanan paripurna kepada pasien sehingga dapat memperpendek
masa rawat.
14
7. TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
7.1 PASIEN YANG TIDAK MEMERLUKAN TERAPI NUTRISI
1) Setiap pasien baru rawat inap dilakukan skrinirig awal berupa
ananmesis riwayat nutrisi, perubahan berat badan dan asupan
makan beberapa hari sebelum masuk rumah sakit yang akan
digunakan untuk penilaian status gizi awal.
2) Skrining gizi dilakukan pada hari pertama pasien masuk rawat
inap atau paling lambat 24 jam setelah pasien masuk rawat inap.
3) Skrining gizi dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
lembar Assessment pasien sebagai assessment awal yang
selanjutnya lembaran tersebut dilampirkan dalam rekam medis.
4) Apabila setelah dilakukan skrining gizi oleh keperawatan bahwa
pasien tersebut tidak beresiko, maka diet dan dokter
penanggungjawab diteruskan dan dilakukan pemantauan.
4.1) Pasien diberikan edukasi sesuai dengan dietnya, terutama
untuk keluarga yang menyediakan makanan dari rumah
untuk pasien sehingga tidak terjadi kesalahan asupan
makanan pasien.
4.2) Diamati dan dievaluasi secara fisik, laboratonium, respon
pasien, pola makannya dan menilai nafsu makan serta
asupan makanannya hingga memerlukan penyesuaian diet
sampai pasien diperbolehkan pulang.
15
4.2) Menerjemahkan preskripsi diet dengan menyusun
kebutuhan gizi pasien dalam bahan makanan dan menu,
Menentukan kebutuhan energi pasien berdasarkan berat
badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin, aktivitas fisik,
SDA, perubahan fisiologis dan metabolisme tubuh.
Terjemahkan dalam menu, porsi dan frekuensi makan serta
bentuk makanan yang akan diberikan. Apabila ada
penyesuaian harus dikonsultasikan kepada dokter
penangungjawab.
4.3) Perencanaan dan pemberian diet khusus, apabila pasien
memerlukan diet bervariasi sesuai dengan penyakitnya.
(Apabila setelah dievaluasi pasien tidak dapat makan
melalui mulut, maka direncanakan pemberian makanan
enteral rumah sakit dan formula pabrik).
4.4) Berikan makanan sesuai dengan rancangan diet.
Melakukan penawaran permintaan makan dan mencatat
pemesanan makan pasien di Form Order Makan Pasien
sesuai dengan diet dan pola kebiasaan makannya,
khususnya bagi pasien dengan nafsu makan dan intake
makan kurang.
4.5) Distribusikan makanan sesuai dengan status gizi dan
kebutuhan pasien yang tertuang dalam etiket makan
masing-masing pasien yang berisi nama jelas, kamar, waktu
makan, diet serta permintaan khusus pasien sesuai dengan
diet, pesanan dan pola kebiasaan makannya,
4.6) Pasien diberikan edukasi/konsultasi sesuai dengan dietnya,
terutama untuk keluarga yang menyediakan makanan dari
rumah untuk pasien sehingga tidak terjadi kesalahan asupan
makanan pasien.
16
TUGAS DAN FUNGSI
17
9. Pencatatan pemesanan makan pasien.
2. LATAR BELAKANG
3. PENGERTIAN
18
4. TUJUAN
Umum
Khusus
5. SASARAN
19
Langkah-langkah Proses Penyelenggaraan Makanan Pasien Yaitu:
6.1 MENYUSUN PFRENCANAAN ANGGARAN BELANJA
6.1.1 Pengertian
Suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang akan diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan bagi pasien yang dilayani.
6.1.2 Tujuan
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan makan dan jumlah bahan makanan bagi pasien
yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
6.1.3 Pelaksanaan
Setiap akhir tahun dibuat rekapitulasi pengeluaran instalasi gizi dalam 1
tahun dan selanjutnya untuk dibuat rencana budget anggaran untuk
tahun berikutnya sesuai dengan kebutuhan gizi ditahun tersebut.
6.3.2 Tujuan
1) Mengetahui jumlah perkiraan pemakaian bahan makanan.
2) Mengetahui besarnya anggaran untuk pembelian bahan makanan.
3) Tercapainya siklus menu dan kebutuhan bahan makan pasien dalam 1
tahun anggaran.
6.3.3 Pelaksanaan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan pasien sesuai dengan menu harian
dan kebutuhan pada hari itu.
20
Penyusunan permintaan bahan makanan berdasarkan menu dan rata-rata
jumlah pasien.
6.4.2 Tujuan
6.5.2 Tujuan
6.6.1.2 Tujuan
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah sesuai dengan kualitas
dan kuantitas.
Bahan makanan basah maupun kering yang datang, diterima dan diperiksa
bon belanjaannya dari segi kualitas dan kuantitas barangnya apakah sesuai
dengan pesanan maupun spesifikasi bahan makanan yang telah ditentukan.
21
Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan
basah sesuai dengan kualitas rnaupun kuantitas.
6.7.2 Tujuan
Tersedianya bahan makanan yang siap pakai dengan kualitas dan kuantitas
yang tepat sesuai dengan perencanaan dan menghemat waktu dan biaya
pada saat pembelanjaan.
6.7.3 Syarat ruang penyimpanan bahan makanan kering :
1) Harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan ataupun
urutan pemakaian bahan makanan.
2) Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu (FIFO : First In First
Out), jadi bahan makanan yang baru datang diletakkan di barisan
belakang.
3) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta pembukuan termasuk
kartu stock setiap han diisi, diletakkan pada tempatnya, diperiksa dan
diteliti secara continue.
4) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlobang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup
kuat dan tidak menempel pada dinding.
5) Suhu ruangan harus kering, hendaknya berkisar antara 19-21 derajat
celcius.
6) Pembersihan tempat penyimpanan dilakukan setiap hari.
7) Pemusnahan serangga dilakukan 3 bulan sekali atau sesuai kebutuhan.
8) Semua lubang yang ada digudang dibuat berkasa dan bila terjadi
pengrusakan oleh binatang pengerat harus segera diperbaiki oleh
instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit.
6.7.4 Syarat ruang penyimpanan bahan makanan basah:
1) Suhu tempat penyimpanan harus sesuai dengan macam masing-masing
bahan makanan.
2) Pengecekkan suhu penyimpanan pendingin dilakukan 2 kali sehari.
(Lemari pendingin dengan suhu 5-10° C dan Frezeer dengan suhu
minus 2-4° C).
3) Pembersihan tempat penyimpanan pendingin dilakukan setiap hari.
4) Pencairan es dilakukan segera setelah terjadi pengerasan.
5) Semua bahan makanan yang akan disimpan ke lemari pendingin harus
dibungkus dengan plastic.
6) Khusus sayuran harus diperhatikan suhu penyimpanan.
7) Sedangkan buah-buahan disesuaikan dengan jenis buahnya sebelum
dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan pendingin.
22
6.8.2 Tujuan
Tersedianya nutrisi enteral sesuai dengan kebutuhan pasien.
6.8.3 Pelaksanaan
Sesuai dengan kebijakan pelayanan Unit gizi RS. Harapan Mulia, bahwa
setiap pasien HCU dengan diet cair dapat diberikan makanan dengan
formula komersil/produk nutrisi enteral maka :
1) Apabila ada pasien HCU dengan diet yang membutuhkan nutrisi enteral,
bagian perawat akan meminta keluarga menyediakan dan diberikan ke
unit Gizi, akan diberikan Unit gizi sesuai jadwal yang diberikan dokter.
2) Di Unit gizi tidak ada penyimpanan nutrisi enteral dalam jumlah banyak.
Penyimpanan nutrisi enteral hanya ada apabila sisa pasien pulang dan
disimpan sesuai dengan rekomendasi pabrik.
23
Suatu kegiatan mengubah atau memasak bahan makanan mentah
menjadi makanan siap dimakan berkualitas dan aman untuk
dikonsumsi.
6.11.2 Tujuan
1) Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi serta meningkatkan dan
mempertahankan warna, rasa, keempukkan dan penampilan
makanan.
2) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubhuh.
6.11.3 Pelaksanaan
1) Setelah bahan makanan disiapkan, kemudian makanan dimasak
sesuai dengan menu pada hari itu.
2) Dan untuk mengurangi resiko kontaminasi makanan dan
pembusukan, setelah makanan matang kemudian makanan disimpan
di tempat penyimpanan makanan tertutup dan stenlis steel sampai
tiba waktunya untuk penyajian makanan.
24
PRINSIP SANITASI DALAM PENYIMPANAN MAKANAN
6.14.2 Tujuan
25
6.14.3 Sistem penyaluran Makanan
1) Di RS. Harapan Mulia ini, pendistribusian makanan pasien
dilakukan secara SENTRALISASI yaitu system yang dipusatkan di
unit gizi, penyiapan makanan pasien langsung di tempat pengolahan
dan didistribusikan kepada pasien sesuai dengan etiket makan
masing-masing pasien dan jadwal yang telah ditentukan.
2) Pendistribusian makanan pasien menggunakan kereta dorong
khusus dari stenliss steel yang tertutup dan peralatan makan yang
dipakai selalu dinilai secara fisik dalam keadaan bersih.
3) Etiket makan pasien berisi narna, kamar, jam makan, diet serta
permintaan khusus sesuai dengan diet.
4) Disesuaikan dengan jadwal makan pasien yang telah ditentukan
sesuai dengan kebijakan pelayanan instalasi gizi RS. Harapan Mulia
6.14.4 Keuntungan cara sentralisasi
1) Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti.
2) Tenaga lebih hemat, sehingga lebih menghemat biaya dan
pengawasan.
3) Makanan dapat langsung disampaikan ke pasien dengan sedikit
kemungkinan kesalahan pemberian makan.
4) Ruangan pasien terhindar dari keributan pada waktu pembagian
makanan serta bau masakan.
5) Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.
6.14.5 Prinsip penyajian makanan.
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip sanitasi
makanan.Penyajian yang tidak baik bukan saja dapat mengurangi
selera makan pasien tetapi dapat sebagai penyebab terjadinya
kontaminasi terhadap bakteri.
Penyajian makanan di RS. Harapan Mulia
ini khususnya kepada pasien memperhatikan hal-hal yang sesuai
dengan ketentuan sanitasi makanan sebagai berikut :
1) PRINSIP WADAH
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
tertutup dengan tujuan:
1.1) Makanan tidak terkontaminasi silang, bila satu jenis makanan
tercemar yang lainnya dapat diamankan
1.2) Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan.
2) PRINSIP KADAR AIR
26
3) PRINSIP EDIBLE PART
4) PRINSIP PEMISAHAN
Makanan yang ditempatkan dalam wadah, harus dipisahkan
menurut jenis makanannya masing-masing tidak dicampur agar
tidak terjadi kontaminasi silang.
5) PRINSIP PANAS
5.1) Setiap penyajian yang disediakan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti sup.
5.2) Alat terbaik untuk mempertahankan penyajian adalah dengan
menggunakan Bean Merry (Penyaji Panas).
6) PRINSIP ALAT BERSIH
7) PRINSIP HANDLING
27
2) Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian dapur pada
hari itu.
3) Pencatatan sisa bahan makanan kering bulanan. (sisa bahan
makanan basah tidak ada karena pemesanan bahan makanan basah
hanya sesuai dengan kebutuhan pada hari itu)
4) Pencatatan pernesanan bahan makanan berdasarkan bon pernesanan
dan masing-masing unit kerja.
5) Buku laporan pergantian rotasi berisi pesan-pesan penting adanya
pasien baru (nama, kamar, dietnya), perubahan diet.
6) Pencatatan inventaris peralatan makan pasien.
7) Pencatatan daftar hadir karyawan gizi.
8) Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan dalam kartu
stock.
9) Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per bulan.
10) Buku intake makan pasien rawat inap.
11) Buku modilikasi diet, jumlah pasien sesuai dengan diet masing-
masing.
12) Pencatatan laporan tahunan instalasi gizi.
13) Pencatatan bulanan rekapitulasi makan pasien rawat inap.
14) Pencatatan rekapitulasi pengeluaran instalasi gizi tahunan.
15) Pencatatan rencana budget anggaran tahunan.
16) Pencatatan evaluasi kegiatan pelayanan gizi.
1. PENGERTLAN
Suatu kegiatan pengkajian, perencanaan, penerapan, panelitian dan
pengembangan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi di
rumah sakit yang dilaksanakan secara terencana dan terus menerus mulai
dan proposal penelitian hingga laporan dan dokumen hasil penelitian.
2. TUJUAN
Mengembangkan dan menerapkan standar dan tata laksana baru.
3. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Penelitian di Unit Gizi RS. Harapan Mulia :
1) Daya Terima Makanan Pasien Rawat Inap.
2) Asupan Makanan Pasien Rawat Inap.
4. LANGKAH-LANGKAII
Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan :
1) Membuat Proposal Penelilian
28
2) Melaksanakan Penelitian
3) Menganalisa data yang diperoleh.
4) Membuat Pelaporan Penelitian dan dokumen hasil penelitian.
5) Sosialisasi Penelitian.
Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3
kompenen mutu, yaitu :
1. Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk
yang dihasilkan aman.
2. Menjamin kepuasan konsumen
3. Assessment yang berkualitas
Di Rumah Sakit Harapan Mulia diet diberikan oleh dokter sesuai dengan
diagnosa yang ditandai dengan fisik, klinis dan laboratorium
Pasien
29
Rawat Jalan Rawat Inap
Monitoring
Status Gizi dan Pulang dengan
Evaluasi Gizi atau tanpa
konsultasi gizi
Tujuan Terapi
Gizi Berhasil
30
BAB V
LOGISTIK
31
6. Keamanan Makanan
1. Keamanan Makanan
33
4. Tepung dan biji-bijian 25 o C
3. Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu
dan keamanan hasil olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan
yang salah dapat menyebabkan kandungan gizi dalam makanan
hilang secara berlebihan.
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan makanan yang
mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi atau cara
produksi makanan yang baik yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi
persyaratan teknis hygiene sanitasi untuk mencegah resiko
pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya
lalat, kecoa, tikus, dan hewan lainnya.
b. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisahkan/membuang bagian
bahan yang rusak /afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan
makanan serta mengurangi resiko pencemaran makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan
prioritas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan
harus hygienis dan semua bahan yang siap dimasak harus dicuci
dengan air mengalir
34
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lenih aman. System tersebut meliputi: assesmen
pasien, assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi utuk meminimalkan
timbulnya risiko.
2. TUJUAN
a. Terciptanya budaya pelayanan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit
d. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan
3. INVESTIGASI SEDERHANA
Investigasi sederhana adalah proses identifikasi penyebab pada insiden
dengan grading biru atau hijau. Tujuan dari dilakukannya investigasi
sederhana adalah:
a. Mengidentifikasi factor factor yang dapat menyebabkan kejadian
yang tidak diinginkan
b. Diketahuinya penyebab langsung dan akar masalah kejadian yang
tidak diharapkan
c. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan pelayanan rumah
sakit agar dapat mencegah kejadian yang sama terulang lagi
d. Prosedur investigasi sederhana sesuai dengan SPO
35
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1.PENGERTIAN
36
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
2) Ruang dapur cukup luas, denah sasuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
3) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan
yang praktis.
4) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
5) Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai.
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya disesuaikan dengan jam
kerja yang telah ditetapkan, dan pegawai diberi waktu untuk istirahat
setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah
pegawai bekerja > 3 jam.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara kontiyu agar peralatan
tetap dalam kondisi yang layak pakai.
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.
g. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
37
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik,
misalnya gunakan pisau, golok, dan jangan bercakap-cakap saat
menggunakan alat tersebut.\
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan / mengolah bahan
makanan
3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya.
4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
6) Berhati-hatilah bila membuak dan menutup, menyalakan atau
mematikan mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya.
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembaliapakah semua alat
sudah dimatikan mesinnya.
9) Mengisi iete-panci menurut ukuran semestinya, dan janagan
melebehi porsi yang ditetapkan.
10) Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya.
11) Meletakkan alat menurut tempatnyadan diatur dengan rapi.
12) Bila ada alat pemanas perhatikan cara penggunaan dan
pengisiannya.
13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi
terlalu penuh.
14) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur.
15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi
kaleng.
c. Di Ruang Distribusi makanan di Unit Pelayanan Gizi
1) Tidak mengisi iete/piring terlalu penuh.
2) Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasits kereta makan.
3) Meletakkan alat dengan teratur dan rapi.
4) Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya.
5) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi
tempat tersebut sampai penuh.
d. Alat pelindung kerja
1) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas,
tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak
pegawai sewaktu kerja.
2) Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan
dapur (jangan menggunakan sepatu berhak tinggi)
3) Menggunakan cempal/serbat pada tempatnya.
4) Tersedia alat sanitasi yan sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
38
5) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat
yang mudah dijangkau
6) Tersedia alat/obat P3K yang sederhana.
39
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana,
instruksi, pedoman, standar, peraturan, dan hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan
arahan yang ditetapkan.
3. Evaluasi/Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen, evaluasi
ini bertujuan untuk menilai pelaksanaan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun.
40
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Harapan Mulia ini bermanfaat bagi
pengelola rumah sakit dalam mengevaluasi kemajuan dan perkembangan
pelayanan gizi. Dengan mengacu kepada buku PGRS tahun 2013, kami berharap
Penyelenggaraan Makan Pasien di RS. Harapan Mulia sudah sesuai dengan
standart yang ada di Pedoman Gizi Rumah Sakit.
41
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktur Jenderal
Bina Gizi; 2012.
42