DISKUSI KASUS
PEMBAHASAN
Masalah yang pertama kali dihadapi (primary survey) adalah (1) syok
hipovolemik kelas III, hematotoraks kanan dan kiri, (3) flail chest kanan dan kiri,
(4) kontusio paru dan (5) fraktur iga kanan dan kiri. Tindakan yang dilakukan
pada saat pertama kali pasien diterima di instalasi gawat darurat sudah cukup
memadai, terutama (1) collar brace yang telah terpasang sebelumnya dari rumah
sakit luar, (2) pemberian cairan dan transfusi darah untuk mengatasi syok dan
anemia, (3) tindakan intubasi untuk mempertahankan jalan napas dan mengurangi
beban otot pernapasan serta pemberian O2 untuk oksigenasi (4) pemasagan chest
tube untuk mengevakuasi cairan di rongga pleura sehingga masalah restriksi dapat
dikurangi dan pemberian morfin untuk mengatasi rasa nyeri. Setelah tindakan
resusitasi dilakukan maka masuk tahapan secondary survey guna menentukan
diagnosis pasti dengan melakukan pemeriksaan fisis yang menyeluruh diikuti
dengan pemeriksaan laboratorium dan radiologis. Seharusnya pemeriksaan foto
toraks dan USG dilakukan setelah seluruh pemeriksaan fisis dikerjakan. Pada
pasien ini kedua pemeriksaan itu dilakukan lebih awal kemungkinan untuk
menentukan masalah (diagnosis) sesungguhnya secepat mungkin sehingga
komplikasi yang mungkin terjadi dapat segera dicegah. Pemeriksaan laboratorium
memang dilakukan setelah secondary survey dikerjakan termasuk pemeriksaan
analisis gas darah. Analisis gas darah diperlukan untuk menetukan apakah pasien
dengan trauma toraks harus dilakukan intubasi atau tidak.
Iga segmental baik di dada kanan maiupun kiri. Hal ini dapat terjadi
karena waktu dilakukan palpasi pasien merasakan nyeri atau fraktur segmental
yang terjadi masih terfiksasi dengan baik oleh otot–otot. Karenanya pemeriksaan
tambahan seperti foto toraks sangat membantu memecahkan masalah ini.
Hasil pemeriksaan foto toraks pasien ini ditemukan pula ada fraktur iga
multipel, hemotoraks dan kontusio paru. Foto toraks diperlukan karena sebagian
besar pasien dengan trauma dada merupakan cedera multipel sehingga
pemeriksaan fisis kadangkala menjadi sulit dilakukan. Seringkali dijumpai kasus
trauma toraks dengan pneumotoraks atau hemotoraks yang tidak terdiagnosis pada
saat penilaian awal.11 Pemeriksaan foto toraks pada pasien dengan fraktur iga
diilakukan dalam 10 menit setelah pasien pertama kali datang tanpa menghambat
pertolongan pada pasien. Interpretasi yang cepat dan akurat hasil foto toraks
diperlukan untuk menghindari hilangnya petunjuk yang dapat menyelamatkan
nyawa pasien. Sensitifitas foto toraks dalam mendeteksi fraktur iga berkisar 20–
50%. Pemeriksaan foto toraks yang harus dilakukan adalah dari posisi lateral dan
frontal.2 Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan foto toraks lateral sehingga
diagnosis hanya fraktur iga multiple saja dan kemungkinan terjadinya fraktur iga
segmental masih belum dapat disingkirkan. Foto toraks lateral mungkin tidak
dilakukan karena fraktur iga terjadi bilateral sehingga pasien tidak mungkin
dimiringkan saat dilakukan pemeriksaan. Untuk menegakkan diagnosis fraktur iga
segmental maka pemeriksaan dengan CT–scan toraks merupakan pilihan pada
pasien ini.
Flail chest pada pasien ini tidak dapat disingkirkan karena pemeriksaan
fisis dan hasil foto toraks masih belum dapat menyingkirkan hal tersebut. Foto
toraks kurang memberikan hasil yang memuaskan karena fraktur iga yang banyak
dan posisi fraktur terletak di lateral dan posterior. Untuk menentukan apakah
terdapat fraktur iga segmental sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT–scan toraks
yang dapat menentukan jumlah, jenis dan letak fraktur iga.12,18 Flail chest terjadi
akibat lepasnya hubungan antar - tulang pada fraktur iga segmental yang dapat
menyebabkan pernapasan paradoksal. Pada saat inspirasi dada akan bergerak ke
arah dalam mengikuti tekanan negatif dan pada saat ekspirasi bagian fraktur
segmental akan terangkat. Pada tahap awal kematian yang terjadi akibat flail chest
kebanyakan disebabkan oleh hemotoraks massif dan kontusio paru, sedangkan
pada tahap lanjut disebabkan oleh acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Untuk itu penanganan secepatnya perlu dilakukan dengan memberikan analgetik
dan pemberian ventilasi yang adekuat.
Hasil pemeriksaan foto toraks juga didapatkan ada fraktur klavikula kanan.
Fraktur klavikula umumnya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas terutama para
pengguna kendaraan roda dua. Fraktur klavikula pada umumnya akan sembuh
sendiri dengan penanganan konservatif dengan pemasangan collar–and–cuff sling
dan hanya sedikit yang memerlukan tindakan bedah.14,15,16 Pasien ini tidak
dapat dilakukan pemasangan sling karena akan mengganggu pernapasan dan
meningkatkan komplikasi.
Selain pemasangan chest tube, mengatasi rasa nyeri yang terjadi akibat
fraktur iga merupakan hal yang penting pada pasien ini. Dengan mengatasi rasa
nyeri maka pola pernapasan pasien dapat diatur sehingga komplikasi yang akan
timbul seperti pneumonia, atelektasis dan gagal napas dapat dicegah. Pasien ini
diberikan morfin secara teratur karena selain menghilangkan rasa nyeri juga
mempunyai efek sedasi. Pemberian tramadol juga dimungkinkan karena obat ini
merupakan golongan analgesik opioid lemah dan bisa digunakan untuk mengatasi
rasa nyeri derajat sedang hingga berat
Fraktur iga yang terjadi pada pasien ini begitu banyak sehingga jika telah
masuk tahap penyembuhan kemungkinan akan terjadi deformiti, atelektasis dan
pengurangan volume paru. Tindakan yang dilakukan sedini mungkin diharapkan
akan memperbaiki bentuk dinding dada, mengurangi kecacatan dan
mempertahankan fungsi paru. Selain itu pemasangan fiksasi interna, ahli bedah
dapat sekalian membersihkan rongga pleura dari darah dan bekuan darah sehingga
terjadinya empyema dan fibrosis pleura dapat dicegah. Pasien yang dilakukan
pembedahan dirawat di ICU lebih singkat dibandingkan pasien yang hanya
dilakukan perawatan konservatif. Demikian pula dengan penggunaan ventilasi
mekanik lebih singkat dan proses penyapihan lebih cepat pada pasien yang
dilakukan pembedahan.27,28 Pasien ini telah dilakukan clipping iga ke–5 dan ke–
6 kiri dan iga ke–6 dan ke–7 kanan dan selanjutnya dirawat di ICU. Pasien
dirawat selama 5 hari di ICU dan diekstubasi pada hari ke–4 pasca bedah.
Gambar 3. Foto toraks pada saat masuk ke rumah
sakit. Tam-pak fraktur iga multipel kanan dan kiri,
emfisema subkutis