SUCI KRISTIYANI
1941313020
2. ETIOLOGI CA BRONKOGENIK
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma
bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi
karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
a. Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain :
polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat
menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih
tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
b. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah
asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali.
Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang
uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan
industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
c. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi
karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi -
karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya
jaringan parut tuberkulosis.
d. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh
keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini
membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan.
Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan
enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis
penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya
korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan
terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya
tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat
meninggal (Suryo, 2010).
Faktor Risiko Kanker Paru menurut Suryo (2010) yaitu sebagai
berikut:
1. Laki-laki
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok
pasif)
5. Radon dan asbes
6. Lingkungan industri tertentu
7. Zat kimia, seperti arsenic
8. Beberapa zat kimia organic
9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10. Polusi udara
11. Kekurangan vitamin A dan C
Menurut Sudoyo (2007), pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti
pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
Hemoptisis
Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Atelektasis
2. Invasi lokal:
Nyeri dada
Dispnea karena efusi pleura
Invasi ke perikardium —> terjadi tamponade atau aritmia
Sindrom vena cava superior
Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis.
3. Gejala Penyakit Metastasis :
Pada otak, tulang, hati, adrenal
Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
4. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan
gejala
Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi, hipertrofi
osteoartropati, Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati
perifer, neuromiopati
Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
Renal: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
Kelainan berupa nodul soliter
Menurut Alsagaff dan mukty (2002)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
d. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.
5. KOMPLIKASI
Paru - paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau
gangguan lain yang disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus
perbedaan antara gejala dan komplikasi dari penyakit ini tidak jelas.
Komplikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-
paaru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
1. Sesak napas
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika
kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
2. Batuk darah (hematotorak)
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang
dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis).
3. Nyeri
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain
dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
4. Cairan di dada (efusi pleura)
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang
mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
5. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya
berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar
adrenal. Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit
kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada organ
yang terkena.
1. T
a. T0 : tidak tampak tumor primer
b. T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
c. T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
d. T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau
sudah dekat karina dan atau disetai efusi pleura.
2. N
a. N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
b. N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
c. N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
d. N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M
a. M0 : tidak terdapat metastase jauh
b. M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.
6. Kematian
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini
sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
6. PENATALAKSANAAN
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk
klien kanker paru adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang
bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit.
4. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan
stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan
penyakit endobronkial yang signifikan
5. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan
dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan
memperbaiki selera makan.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
2. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan
informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang
dilakukan untuk
3. Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
7. WOC CA BRONKOGENIK
Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari :
Merokok, bahaya industri, dan populasi udara
Ketidakefe
14. Keluhan sistemis, Metastasis ke pleura,
ktifan pola napas mual, intake nutrisi sirkulasi arterial,
15. tidak adekuat, struktur
Gangguan
16.
pertukaran gas malaise, kelemahan mediastinum, dan
17. dan keletihan fisik, dapat menimbulkan
18. kecemasan, suara serak
ketidaktahuan akan
prognosis
Nyeri pleuritis, kerusakan
komunikasi verbal,
tindakan invasif :
Cemas kemotertapi dan radio
Gangguan terapi
pemenuhan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh Nyeri
Defisit akut
pengetahuan Resik
o infeksi
Gambar 2.9 Patofisiologi Kanker Paru
Sumber: Arif Muttaqin (2008: 204).
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada
jaringan paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor paru.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan dan dispneu.
DAFTAR PUSTAKA
Afif Muttaqin, (2008). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Alsagaf Hood dan Mukti Abdul H, (2002). Dasar-Dasar Ilmu Diagnostik Fisik
Paru. Surabaya: Airlangga.
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.
Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)
7. WOC CA BRONKOGENIK