Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

CA BRONKOGENIK DI RUANG PARU RSUP DR.DJAMIL


PADANG

SUCI KRISTIYANI

1941313020

PROGRAM PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
CA BRONKOGENIK

A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


1. DEFINISI CA BRONKOGENIK
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya
peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya
sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan
diagnosis yang lebih baik, namun karsinomabronkogenik memang lebih
sering terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis
atau lesi primer. Tumor ganas dapat ditemukan di bagian tubuh mana saja.
Metastasis pada kolon dan ginjal merupakan tumor ganas yang paling
sering ditemukan di klinik, keduanya dapat menyebabkan tumor paru.
Metastasis tumor paru sering ditemukan terlebih dahulu sebelum lesi
primernya diketahui. Hal yang berbahaya adalah pada keadaan klinis lokasi
lesi primer sering tidak diketahui selama hidup klien (Muttaqin, 2007).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010).

2. ETIOLOGI CA BRONKOGENIK
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma
bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi
jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi
karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
a. Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain :
polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat
menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih
tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
 1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
 20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
 40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.
b. Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah
asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali.
Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang
uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan
industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
c. Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi
karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi -
karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya
jaringan parut tuberkulosis.
d. Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh
keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini
membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan.
Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan
enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis
penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya
korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan
terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya
tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat
meninggal (Suryo, 2010).
Faktor Risiko Kanker Paru menurut Suryo (2010) yaitu sebagai
berikut:
1. Laki-laki
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok
pasif)
5. Radon dan asbes
6. Lingkungan industri tertentu
7. Zat kimia, seperti arsenic
8. Beberapa zat kimia organic
9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10. Polusi udara
11. Kekurangan vitamin A dan C

3. MANIFESTASI KLINIS CA BRONKOGENIK

Menurut Sudoyo (2007), pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti
pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
 Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
 Hemoptisis
 Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
 Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
 Atelektasis
2. Invasi lokal:
 Nyeri dada
 Dispnea karena efusi pleura
 Invasi ke perikardium —> terjadi tamponade atau aritmia
 Sindrom vena cava superior
 Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis) 
 Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent 
 Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis.
3. Gejala Penyakit Metastasis :
 Pada otak, tulang, hati, adrenal
 Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
4. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan
gejala
 Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam
 Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi, hipertrofi
osteoartropati, Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati
perifer, neuromiopati
 Endokrin: sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
 Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
 Renal: syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
Sering terdapat pada perokok  dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
 Kelainan berupa nodul soliter
 Menurut Alsagaff dan mukty (2002)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi
dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
d. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.

5.    KOMPLIKASI
Paru - paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau
gangguan lain yang disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus
perbedaan antara gejala dan komplikasi dari penyakit ini tidak jelas.
Komplikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-
paaru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
1. Sesak napas
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika
kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
2. Batuk darah (hematotorak)
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang
dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis).
3. Nyeri
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain
dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
4. Cairan di dada (efusi pleura)
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang
mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
5. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya
berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar
adrenal. Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit
kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada organ
yang terkena.

Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)

Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

1. T
a. T0 : tidak tampak tumor primer
b. T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
c. T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun  berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
d. T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau
sudah dekat karina dan atau disetai efusi pleura.

2. N
a. N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
b. N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
c. N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
d. N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

3. M
a. M0 : tidak terdapat metastase jauh
b. M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.
6. Kematian
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini
sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
6. PENATALAKSANAAN
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk
klien kanker paru adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang
bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit.
4. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan
stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan
penyakit endobronkial yang signifikan
5. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan
dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan
memperbaiki selera makan.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
2. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan
informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang
dilakukan untuk
3. Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
7. WOC CA BRONKOGENIK
Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari :
Merokok, bahaya industri, dan populasi udara

Perubahan epitel termasuk metaplasia


Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi

Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi bronkhus

8. lumen bronkhus pada


Kanker Peningkatan produksi sekret
9. distal dan proksimal
bagian dan penurunan kemampuan
batuk efektif

10. parsial atau total


Sumbatan
11.
 Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Wheezing unilateral
12.
bronkiektasis/Atelektasis
13.

 Ketidakefe
14. Keluhan sistemis, Metastasis ke pleura,
ktifan pola napas mual, intake nutrisi sirkulasi arterial,
15. tidak adekuat, struktur
 Gangguan
16.
pertukaran gas malaise, kelemahan mediastinum, dan
17. dan keletihan fisik, dapat menimbulkan
18. kecemasan, suara serak
ketidaktahuan akan
prognosis
Nyeri pleuritis, kerusakan
komunikasi verbal,
tindakan invasif :
 Cemas kemotertapi dan radio
 Gangguan terapi
pemenuhan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh  Nyeri
 Defisit akut
pengetahuan  Resik
o infeksi
Gambar 2.9 Patofisiologi Kanker Paru
Sumber: Arif Muttaqin (2008: 204).

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CA BRONKOGENIK


1. Pengkajian Primary Survey
 Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
 Breathing
Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan nafas, timbul pernafasan
yang sulit atau tidak teratur, suara nafas ronkhi, ada ekspansi dinding
dada
 Circulation
Takikardi, Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, akral dingin, sianosis
 Disability
Menilai tingkat kesadaran dengan cepat
 Exposure
Menilai adanya cedera atau jejas

2. Pengkajian Secondary Survey


a. Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan ca bronkogenik biasanya bervariasi seperti
keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lainnya dan
tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Seringkali karsinoma ini
menyerupai pneumonitis yang tidak ditanggulangi. Batuk merupakan
gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien dengan bronkhitis
kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya
keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara
signifikan.

d. Riwayat penyakit keluarga


Terdapat juga bukti bahawa anggota keluarga dari kliaen dengan kanker
paru beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih
belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor
herediter atau karena faktor-faktor familial
e. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
 Keadaan umum, kesadaran, pemeriksaan head to too (mata, hidung,
mulut, telinga, leher, dada, jantung, abdomen, ekstremitas atas,
ekstremitas bawah, alat genitalia, anus).
 Kepala
Pada pasien ca bronkogenik untuk kepala perlu dikaji bentuknya,
adanya lesi atau tidak, kerontokan pada rambutnya.
 Mata
Kaji adanya ikterik pada mata, anemis pada konjungtivanya.
Penglihatannya normal atau tidak.
 Hidung
Bentuk dari hidungnya, simetris atau tidak, adanya perdarahan atau
tidak.
 Telinga
Bentuk dari telinganya, simetris atau tidak, adanya perdarahan atau
tidak, serta normal atau tidaknya pendengaran pada pasien.
 Mulut
Pada pasien ca bronkogenik dikaji adanya kekeringan pada mukosa
bibir karena biasanya pasien mengalami penurunan nafsu makan.
 Leher
Dikaji adanya pembengkakan pada leher klien, kelenjar getah
bening yang teraba atau tidak.
 Dada
 Jantung
I : Ictus tidak terlihat
Pa : Ictus teraba 1 jari di RIC V
Pe : batas jantung yang dalam posisi normal atau tidak, dikaji
hasil dari pemeriksaan EKGnya.
A : mendengarkan irama jantung dan bising jantung
 Paru
I : lihat pergerakan dinding dada, simetris atau tidak
Pa : pemeriksaan taktil fremitus
Pe : mengetuk dinding dada untuk menentukan ada atau
tidaknya kelainan seperti kelebihan cairan atau
kelebihan udara pada rongga pleura.
A : mendengarkan suara nafas, adanya suara nafas tambahan
atau tidak
 Ekstremitas
Untuk pasien ca bronkogenik dikaji bagaimana kekuatan ototnya,
biasanya pasien akan mengalami kelemahan terutama untuk
beraktifitas.
 Genitalia
Kaji apakah pasien memiliki masalah dengan genitalianya, seperti
adanya rasa gatal ataupun perdarahan pada genitalianya.

3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada
jaringan paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor paru.
6. Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan dan dispneu.

4. Diagnosa Nanda Noc Nic


No NANDA NOC NIC
1. Ketidakefektifan pola NOC :  NIC :
nafas berhubungan v  Respiratory Airway Management
dengan penurunan status:  ventiolation · Buka jalan nafas
ekspansi paru v  Respiratory dengan teknik chin lift
status: Airway atau jaw thrust bila
Definisi : Inspirasi atau patency perlu
ekspirasi yang tidak v  Vital sign status · Posisikan pasien
memberi ventilasi untuk memaksimalkan
Indikator : ventilasi
Batasan Karakteristik: v  Mendemonstrasik · Identivikassi pasien
-Perubahan kedalaman an batuk efektif perlunya pemasangan
bernafas dengan suara nafas alat jalan nafas buatan
- Perubaham ekskursi dada yang besih, tidak · Pasang mayo bila
- Mengambil posisi  tiga ada sianosis dan perlu
titik dyspneu ( mamou · Lakukan fisioterapi
- Bradipneu mengeluarkan bila perlu
- Penurunan tekanan septum,mampu · Kluarkan sekret
ekspirasi bernafas dengan dengan batuk atau
- Penurunan ventilasi se mudah, tidak ada suction
menit pursed lips) · Auskultassi suara
- Penurunan kapsitas vital v  Menunjukkan nafas, catat adanya
- Dipneu jalan nafas yang suara tambahan
- Peningkatan diameter paten ( klien tidak · Lakulkan suction
anterior posterior merasa tercekik, pada mayo
- Pernapasan cuping hidung irama nafas, · Berikan brinkodilator
- Ortopneu frekuensi pernafasan bila perlu
- Fese ekspirassi dalam rentang · Berikan pelembab
memanjang normal, tidak ada udara kassa basah NaCl
- Pernapasan bibir suara abnormal) lembab
- Takipneu v  Tanda- tanda vital · Atur intake untuk
- Penggunaan otot dalam rentang cairan mengoptimalkan
eksesorius untuk bernapas normal(tekanan keseimbangan.
Faktor faktor yang darah, nadi, · Monitor respirasi dan
berhubungan : pernafasan) status O2
- Ansietas Oxygen Therapy
- Posisi tubuh · Bersihkan mulut,
- Defomitas tulang hidung dan sekret trakea
- Defomitas dinding dada · Pertahankan jalan
- Keletihan nafas yang paten
- Hiperventilasi · Atur peralatan
- Sindrom hipoventilasi oksigen
- Gangguan · Monitor aliran
muskuloskeletal oksigen
- Kerusakan neurologis · Pertahankan posisi
- Imaturitas neurologis pasien
- Disfungsi neuromuskular · Observasi adanya
- Obesitas tanda – tanda
- Nyeri hiperventilasi
- Keletihan otot pernafasan · Monitor adanya
cedera medula spinalis kecemasan pasien
terhadan oksigenasi
Vital Sign Monitoring
· Monitor
TD,nadi,suhu,dan RR
· Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
· Monitor Vs saat
pasien berbaring, duduk
n, atau berdiri
· Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
· Monitor TD, nadi,
RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitass
· Monitor kualitas dari
nadi
· Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola
pernafasan abnormal
· Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
· Monitor sianosis
perifer
· Monitor adanya
cushing triad(tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,peningkatan
sistolik)

2 Ketidakefektifan bersihan NOC: NIC:


jalan nafas berhubungan v  Respiratory Airway Suction
dengan obstruksi jalan Status: Ventilation · Pastikan kebutuhan
nafas. v  Respiratory oral / trakeal suctioning
status: Airway · Auskultassi suara
Definisi : Ketidakmampuan patency nafas sebelum dan
untuk membersihkan sesudah suctioning
sekresi atau obstruksi dari Kriteria Hasil: · Informasikan pada
saluran pernafasan untuk v  Mendemonstrasik klien dan kluarga
mempertahankan an batuk efektif dan tentang suctioning
kiebersihan jalan nafas. suara nafas yang · Minta pasien nafas
Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada dalam sebelum suction
- Tidak ada batuk sianosis dan dilakukan
- Suara napas tambahan dyspneu(mampu · Berikan O2 dengan
- Perubahan frekuensi napas mengelurkan menggunakan nasal
- Perubahan irama napas sputum,mampu untuk memfasilitassi
- Sianosis bernafas dengan suction nasotrakeal
- Kesulitan berbicara atau mudah,tidak ada · Gunakan alat yang
mengeluarakan suara suara nafas steril setiap melakukan
- Penurunan bunyi napas abnormal) tindakan
- Dipsneu v  Menunjukkan · Anjurkan passien
- Sputum dalam jumlah jalan nafas yang untuk istirahat dan
yang berlebihan paten ( klien tidak nafass dalam setelah
- Batuk yang tidak efektif merasa tercekik, kateter dikeluarkan dari
- Orthopneu irama nasotrakeal
- Gelisah nafas,frekuensi · Monitor status
- Mata terbuka lebar pernafasan dalam oksigen pasien 
Faktor Yang berhubungan: rentang normal,tidak · Ajarkan keluarga
ada suara nafas bagaimana cara
Lingkungan: abnormala) melakukan suction
- Perokok pasif v  Mampu · Hentikan suction dan
- Pengisap asap mengidentifikasikan berikan oksigen apabila
- Merokok dan mencegah faktor pasien menunjukkan
yang dapat bradikardi,peningkatan
Obstruksi jalan nafas: menghambat bjalan saturassi O2 ,dll.
- Spasme jalan nafas nafas
- Mokus dalam jumlah Airway Management
berlebihan · Buka jalan nafas,
- Eksudat dalam jalan gunakan teknik chin lift
alveoli atau jaw thrust bila
- Mareti asing dalam jalan perlu
nafas · Posisikan pasien
- Adanya jalan nafas buatan untuk memaksimalkan
- Sekresi bertahan/sisa ventilasi
sekresi · Identifikasi pasien
- Sekresi dalam bronki perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Fisiologis: · Pasang mayo bila
- Jalan nafas alergik perlu
- Asma · Lakukan fisioterapi
- Penyakit paru obstruktif dada jika perlu
kronik · Keluarkan sekret
- Hiperplasihiperplasi dengan batuk atau
dinding bronkial suction
- Infeksi · Auskultassi suara
- Disfungsi neuromuskular nafass , catat adanya
suara tambahan
· Lakukan suction pada
mayo
· Berikan bronkodilator
bila perlu
· Berikan pelembab
udara kassa basah NaCl
lembab
· Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
· Monitor rspirasi dan
status O2
3. Gangguan pertukaran gas NOC : NOC:
berhubungan dengan v  Respiratory Airway Management
hipoksia kronik pada Status:Gas · Buka jalan nafas,
jaringan paru. exchange gunakan teknik chin lift
v  Respiratory atau jaw thrust bila
Definisi : Kelebihan atau status: Ventilation perlu
defisit pada oksigenasi atau v  Vital Sign status · Posisikan passien
eleminassi karbon dioksida Kriteria Hasil : untuk mamaksimalkan
pada membran alveolar - v  Mendemonstrasik ventilasi
kapiler an peningkatan · Identifikasi pasien
Batasan karakteristik : ventilassi dan perlunya pemasangan
- PH darah arteri abnormal oksigenassi yang alat jalan nafas buatan
- PH arteri abnormal adekuat · Pasang mayo bila
- Pernafasan v  Memelihara perlu
abnormal(mis,pucat,kehita kebersihan paru – · Lakukan fisioterapi
man) paru dan bebas dari dada jika perlu
- Konfusi tanda – tanda · Keluarkan sekret
- Sianosis(pada neonatus distress pernafasan dengan batuk atau
saja) v  Mendemonstrasik suction
- Penurunan karbondioksida an batuk efektif dan · Auskultassi suara
- Diaforesis suara nafas yang nafass , catat adanya
- Dispneu bersih,tidak ada suara tambahan
- Sakit kepala saat bangun sianosis dan · Lakukan suction pada
- Hiperkapnia dyspneu ( mampu mayo
- Hipoksemia mengeluarkan · Berikan bronkodilator
- Hipoksia sputum, mampu bila perlu
- Iritabilitas  bernafas dengan · Berikan pelembab
- Nafas cuping hidung mudah,tidak ada udara kassa basah NaCl
- Gelisah pursed lips) lembab
- Samnolen v  Tanda – tanda · Atur intake untuk
- Takikardi vital dalam rentang cairan mengoptimalkan
gangguan penglihatan normal keseimbangan
Faktor-faktor yang · Monitor rspirasi dan
berhubungan : status O2
- Perubahan membran Respiratory
alveolar – kapiler Monitoring
- Ventilasi - perfusi · Monitor rata – rata
,kedalaman, irama, dan
usaha respirasi
· Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,pengguana
an otot
tambahan,retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
· Monitor suara
nafas,seperti dengkur
· Monitor pola
nafas:bradipneu,takipne
u, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
· Catat lokassi trakea
· Monitor kelelahan
otot diafragma(gerakan
paradoksis)
· Auskultassi suara
nafas ,catat area
penurunan/ tidak
adaventilasi dan suara
nafas tambahan
· Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan rocki pada jalan
nafs trauma
· Auskultassi suara
paru setelah tindakan
untuik mengetahui
hasilnya

DAFTAR PUSTAKA
Afif Muttaqin, (2008). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Alsagaf Hood dan Mukti Abdul H, (2002). Dasar-Dasar Ilmu Diagnostik Fisik
Paru. Surabaya: Airlangga.
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.
Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)

7. WOC CA BRONKOGENIK

Anda mungkin juga menyukai