Anda di halaman 1dari 88

REFERAT

PERAN DOKTER MUDA DALAM PHYSICAL DISTANCING YANG


EFEKTIF DAN PRODUKTIF SELAMA PANDEMI COVID-19

Disusun oleh:
Afifa Sausan Shadrina 130112180677
Amanda Widayanti 130112180705
Amany Khansa 130112180654
Ananda Hanifah Husna 130110160022
Anisah Febri 130110160063
Annisa Dewi Nugrahani 130110160011
Adit Faturohman 130112180521
Ahmad Zahid 130110160065
Ramadhan
130110160258
Akhmad Syaikhu Firizal
130112180738
Anthoni

Preseptor:
Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp. A(K)., MM

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat

dengan judul “Peran Dokter Muda dalam Physical Distancing yang Efektif dan

Produktif Selama Pandemi COVID-19”. Referat ini dibuat sebagai salah satu

tugas Program Studi Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Tema yang kami angkat dalam referat ini adalah tentang physical

distancing yang efektif dan produktif serta peran dokter muda pada kebijakan

tersebut. Pembuatan referat ini dilatar belakangi oleh kebijakan physical

distancing yang telah dilakukan oleh beberapa negara dengan hasil yang terbukti

efektif untuk menurunkan laju penularan di masyarakat. Meskipun telah berhasil

di negara lain, perlu dipertimbangkan berbagai faktor seperti tingkat pendidikan,

ekonomi, faktor demografi, budaya, sosial, fasilitas pelayanan kesehatan, apabila

diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk memaparkan

program physical distancing yang diterapkan di negara-negara lain dan

mengetahui program yang efektif dan produktif sesuai dengan kondisi negara

Indonesia, serta peran dokter muda di dalamnya.

ii
Referat ini tentu tidak dapat kami selesaikan tanpa dukungan, bantuan

dan masukan dari berbagai pihak. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak berikut:

1. Dr. Susi Susanah, dr., Sp.A(K), M.Kes., sebagai Kepala Departemen/KSM

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

2. Rd. Reni Ghrahani DM., dr., Sp. A(K)., M.Kes., sebagai Koordinator

Program Studi Profesi Dokter (PSPD) Departemen/KSM Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

3. Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp. A(K)., MM sebagai Preseptor

Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak.

4. Fiva Aprilia Kadi, dr., Sp. A(K)., M. Kes dan Ahmedz Widiasta., dr., Sp.

A(K)., M.Kes., sebagai Tim Program Studi Profesi Dokter (PSPD)

Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran.

5. Orang tua kami yang senantiasa memberikan doa dan dukungan moral.

6. Teman-teman PSPD Ilmu Kesehatan Anak periode 10 Februari s.d 24

April 2020 dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu

yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.

Akhir kata, kami berharap referat ini dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, khususnya Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Anak Universitas

iii
Padjadjaran. Tentunya laporan kami masih jauh dari sempurna, sehingga kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bandung, 3 April 2020

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2

1.1 Latar Belakang................................................................................................2

1.2 Tujuan.............................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................6

2.1. 2019 Coronavirus Disease (COVID-19)........................................................6

2.2. Physical Distancing......................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................16

3.1. Kondisi dan Kebijakan Beberapa Negara dalam Menghadapi Pandemi

COVID-19..............................................................................................................16

3.2. Faktor yang Memengaruhi Physical Distancing..........................................44

iv
3.3. Physical Distancing di Indonesia pada Masa Pandemi COVID-19.............45

BAB IV PENUTUP..............................................................................................49

4.1 Kesimpulan...................................................................................................49

4.2 Saran.............................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................vi

DAFTAR GAMBA

Gambar 1. Kronologi kasus COVID-19 di Tiongkok hingga 16 Februari 2020.....6

Gambar 2. Faktor yang memengaruhi pathogenesis COVID-19.............................8

Gambar 3. Manifestasi Klinis COVID-19...............................................................9

Gambar 4. Jenis physical distancing dan tolak ukurnya........................................15

Gambar 5. Efek dari physical distancing...............................................................20

Gambar 6. Jumlah kasus COVID-19 di Provinsi Bergano dan Lodi.....................23

Gambar 7. Perbandingan Kasus di Tennessee dan Kentucky................................34

Gambar 8. Kombinasi isolasi kasus dan physical distancing ...............................39

Gambar 9. Perbandingan dari strategi physical distancing dengan isolasi kasus di

berbagai tingkat kepatuhan ...............................................................................4039

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization (WHO) China Country Office pada 31

Desember 2019, melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di

Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.1,2 Dalam 3 hari, pasien dengan kasus

tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah dengan pesat.1 Pada tanggal 7

Januari 2020, Tiongkok mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus.1 Pada tanggal 11 Februari

2020, WHO memberi nama virus baru tersebut severe acute respiratory syndrome

coronavirus-2 (SARS-CoV2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease

2019 (COVID-19).3 Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO telah menetapkan

sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public

Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC).2,4 Penambahan

jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup pesat dan sudah terjadi penyebaran

antar negara, hingga pada tanggal 11 Maret 2020 WHO mengelompokan COVID-

19 sebagai sebuah pandemik.4

WHO melaporkan total kasus konfirmasi positif COVID-19 di seluruh

dunia sebanyak 697.244 kasus dengan jumlah kematian 33.257 sehingga

didapatkan persentase kematian/case fatality rate (CFR) global sebesar 4,76%

yang tersebar di 204 negara hingga 31 Maret 2020.5 Hingga saat ini, penambahan

kasus begitu pesat justru terjadi di luar negara asal penyebaran COVID-19. Ketiga

negara dengan kasus positif terbanyak yaitu Amerika, Italia, dan Tiongkok.5 Pada

2
tanggal 2 Maret 2020, Indonesia pertama kali melaporkan kasus konfirmasi

COVID-19 sebanyak 2 kasus.6 Hingga tanggal 31 Maret 2020, Indonesia sudah

melaporkan kasus terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 1.528 kasus yang tersebar

di 32 provinsi.6 Kasus positif terbanyak terdapat di DKI Jakarta (689 kasus), Jawa

Barat (180 kasus), dan Banten (128 kasus). 7 Jumlah ini menempatkan Indonesia

sebagai negara ke-8 dengan kasus positif COVID-19 terbanyak di dunia, 6 case

fatility rate (CFR) Indonesia pun lebih tinggi dibanding CFR global yaitu 8,9%,

sehingga menjadi negara dengan CFR tertinggi di antara negara ASEAN.5,6

Tingkat penularan yang begitu cepat dan luas dapat dipengaruhi oleh cara

transmisi virus tersebut. Berdasarkan bukti ilmiah, diketahui bahwa COVID-19

ditularkan dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet) dan

kontak dekat, tidak melalui udara.8,9 Usaha untuk menemukan obat dan vaksin

untuk mengatasi virus masih terus dilakukan, namun hingga kini masih dalam

pengembangan. Oleh karena itu, perlu mengutamakan tindakan pencegahan dan

mitigasi yang menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat sebagai upaya

untuk menurunkan tingkat penularan.10

Beberapa langkah pencegahan yang efektif di masyarakat meliputi

menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan, menghindari menyentuh

mata, hidung, dan mulut, menerapkan etika batuk dan bersin, serta memakai

masker jika memiliki gejala pernapasan.8 Namun tujuan utama dari upaya

kesehatan masyarakat ini adalah mencegah adanya penularan dari manusia ke

manusia dengan cara memisahkan manusia untuk menginterupsi transmisi.10 Hal

3
ini dapat dilakukan dengan menjaga jarak (physical distancing) dan pembatasan

social (social distancing) sesuai dengan anjuran WHO.8,11

Physical distancing sebagai upaya untuk meminimalisir kontak fisik

antara individu yang berpotensi terinfeksi dengan individu sehat, ataupun antara

kelompok dengan tingkat penularan yang tinggi dengan yang rendah, sehingga

transmisi melalui droplet batuk/bersin yang memerlukan jarak dekat (±1 meter)

antar manusia tidak terjadi.11,12 Physical distancing tidak hanya penting untuk

menurunkan tingkat penularan, namun juga sangat berperan untuk menghambat

puncak dari kurva epidemik, dan menurunkan puncak angka kejadian kasus agar

tidak melebihi kapasitas pelayanan kesehatan.12 Physical distancing mempunyai

berbagai bentuk, mulai dari yang hanya melibatkan individu dan terus bertahap

hingga melibatkan satu wilayah.12

Langkah physical distancing telah dilakukan oleh beberapa negara seperti

Tiongkok dan Australia dengan hasil yang terbukti efektif untuk menurunkan laju

penularan di masyarakat.13,14. Meskipun telah berhasil di negara lain, perlu

dipertimbangkan berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, ekonomi, faktor

demografi, budaya, sosial, fasilitas pelayanan kesehatan, apabila diterapkan di

Indonesia.12,15 Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk memaparkan program

physical distancing yang telah diterapkan di negara-negara lain dan mengetahui

program yang efektif dan produktif sesuai dengan kondisi negara Indonesia.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum

4
a. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di

Indonesia

b. Menurunkan laju penularan wabah COVID-19 di Indonesia

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui program physical distancing yang paling efektif dan

produktif untuk diterapkan di Indonesia

c. Meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai cara pencegahan

dan pengendalian COVID-19

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. 2019 Coronavirus Disease (COVID-19)


COVID-19 merupakan penyakit yang berkaitan dengan 2019 novel

coronavirus (2019-nCoV) atau dikenal juga sebagai severe acute respiratory

syndrome coronavirus 2 (SARS-COV2) yang pertama kali muncul pada awal

Desember 2019 di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok dengan pasiennya sebagian

besar dilaporkan mempunyai kontak dengan Huanan Seafood Wholesale Market

yang menjual berbagai spesies hewan hidup.2,9,16 COVID-19 menyebar secara

cepat secara domestik ke provinsi lain di Tiongkok dan secara global ke negara

lain di enam benua. Saat ini, WHO telah mendeklarasikan COVID-19 sebagai

public health emergency of international concern (PHEIC).2,9,16

Gambar 1. Kronologi kasus COVID-19 di Tiongkok hingga 16 Februari 2020

SARS-CoV2 merupakan salah satu virus yang termasuk dalam kelompok

coronavirus.2,9 Coronavirus merupakan virus RNA stran positif berukuran besar

dan berselubung, yang dibagi menjadi 4 genus yaitu alfa, beta, delta, dan gamma. 2

Hanya genus alfa dan beta yang diketahui menginfeksi manusia sehingga dikenal

6
sebagai human coronaviruses (HCoV).2,9 Pada awal abad ke-21, dua epidemik

skala besar yaitu severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) dan

Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) juga disebabkan

oleh coronavirus.2,9 SARS-CoV2 diduga berasal dari kelelawar, dan bertransmisi

ke manusia melalui hewan lain sebagai pejamu intermediet, sehingga

mengakibatkan rekombinasi dan mutasi pada virus tersebut.2,9

Transmisi manusia ke manusia merupakan mode transmisi yang paling

memungkinkan pada kasus penyebaran COVID-19.9,16 Hal ini didukung oleh

kasus penyebaran dalam keluarga dan terhadapa orang yang tidak terpapar pasar

hewan hidup di Wuhan.9,16 Transmisi manusia ke manusia terjadi utamanya

melalui kontak langsung atau melalui droplet dari batuk atau bersin orang

terinfeksi.9,16 Tahap pertama infeksi virus ini adalah ikatan dengan reseptor sel

penjamu yaitu reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), kemudian

diikuti dengan fusi virus dengan membran sel.9,16 Hal ini menjelaskan alasan sel

epitel paru menjadi target utama SARS-CoV2.9,16

7
Gambar 2. Faktor yang memengaruhi pathogenesis COVID-19

Gejala COVID-19 biasa muncul setelah masa inkubasi yang berkisar 5,2

hari dengan rentang 1-14 hari, bergantung dari usia pasien dan status imun

pasien.9,16 Gejala paling umum dari COVID-19 berupa demam (88,7%), batuk

(67,8%), dan fatigue (38,1%), dan gejala lain berupa nyeri kepala, batuk berdahak,

batuk darah, diare sesak napas, dan limfopenia.2,9,16 Pemeriksaan penunjang

dengan CT Scan thoraks akan tampak gambaran pneumonia.9,16

8
Gambar 3. Manifestasi Klinis COVID-19

Diagnosis kasus dilakukan dengan dasar manifestasi klinis dan riwayat

pajanan/kontak. Riwayat kontak yang dimaksud adalah kontak dalam 2 minggu

terakhir apakah terpapar kasus COVID-19 atau berdomisili di daerah endemik

atau daerah dengan kasus positif.2 Kasus suspek pada kontak risiko tinggi, apabila

memenuhi dua dari kriteria berikut2:

(1) Demam atau gejala respiratorik atau gejala pencernaan (mual, muntah,
atau diare) atau fatigue

(2) Tes laboratorium: leukosit normal atau menurun, atau dengan hitung
limfosit atau C-reactive protein (CRP) meningkat

(3) Hasil X-Ray thoraks tampak ada kelainan

Kasus suspek pada kontak risiko rendah dan sedang, mempunyai kriteria

seperti kasus suspek kontak risiko tinggi namun diagnosis influenza dan infeksi

respiratorik lain telah disingkirkan.2 Apabila kasus suspek memenuhi satu dari

kriteria berikut, akan disebut sebagai kasus terkonfirmasi2:

9
(1) Spesimen apus nasal dan faring atau sampel darah positif asam nukleat

2019-nCoV menggunakan real-time reverse-transcriptase polymerase

chain reaction (RT-PCR)

(2) Sekuensing genetik traktus respiratorik atau sampel darah homolog

dengan SARS-CoV2.

Tingkat keparahan COVID-19 berdasarkan manifestasi klinis, tes

laboratorium, dan X-Ray thoraks dibagi menjadi2:

Derajat Keparahan Keterangan


Asimptomatik Tidak ada manifestasi klinis

Pencitraan thoraks dalam batas normal

Pemeriksaan asam nukleat SARS-COV2 positif


Ringan Gejala infeksi saluran napas atas seperti demam, fatigue,

myalgia, batuk, nyeri tenggorokan, hidung berair, dan

bersin

Pemeriksaan fisik: kongesti faring, auskultasi paru dalam

batas normal

Gejala pencernaan: mual, muntah, diare, nyeri perut

(beberapa kasus tanpa demam, bisa hanya mempunyai

gejala pencernaan saja)


Sedang Gejala respiratorik: pneumonia, demam dan batuk sering

(seringkali batuk kering, bisa juga batuk produktif), bisa

terdapat wheezing, namun tidak ada sesak napas, auskultasi

paru bisa terdengar suara slem atau ronkhi kering/basah

Pencitraan Thoraks: Lesi paru pada CT Scan (beberapa

10
kasus bisa subklinis, tidak ada gejala dan tanda, namun

tampak lesi di paru)


Berat Gejala respiratorik diikuti gejala pencernaan. Penyakit

bertambah berat sekitar 1 minggu, kemudian muncul sesak

napas dengan sianosis sentral.

Saturasi oksigen <92% dengan manifestasi hipoksia lain


Kritis Acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau

kegagalan napas, bisa juga terjadi syok, ensefalopato, jejas

miokardium atau gagal jantung, gangguan koagulasi, dan

gagal ginjal akut. Keadaan disfungsi organ ini mengancam

jiwa

COVID-19 belum mempunyai pengobatan antiviral spesifik hingga saat

ini, sehingga pengobatan lebih bersifat simptomatik. 9,16 Pengobatan pilihan saat ini

adalah dengan menggunakan antiviral spektrum luas seperti analog Nucleosida

dan inhibitor protease HIV, regimen yang digunakan seperti pemberian 75 mg

oseltamivir, 500 mg lopinavir dan 500 mg ritonavir secara per oral ditambah

pemberian 0,25 gram ganciclovir sevara intravena dua kali sehari selama 3-14

hari.9,16 Studi lain menyatakan pemberian remdesivir dan chloroquine sangat

efektif untuk mengontrol infeksi 2019-nCoV secara in vitro.16

Pengurangan transmisi manusia ke manusia merupakan suatu langkah

yang harus dilakukan untuk mengendalikan wabah saat ini.16 Selain itu langkah-

langkah seperti rutin mencuci tangan, penggunakan masker dan etika batuk,

menghindari kontak dengan orang sakit, rajin olahraga, istirahat cukup, memasak

11
produk daging dan telur hingga matang, serta menghindari kontak dengan hewan

liar harus tetap dilakukan sebagai langkah pencegahan17.

2.2. Physical Distancing


Bentuk upaya pembatasan transmisi manusia ke manusia diantaranya

adalah isolasi, karantina, dan social distancing.10 Isolasi merupakan proses

pemisahan orang yang terjangkit dengan penyakit menular dari orang-orang yang

belum terinfeksi, dan biasanya dilakukan di Rumah Sakit.10 Isolasi pasien ini

sangat efektif dalam menghentikan transmisi jika terdeteksi dini. 10 Mempersingkat

waktu dari awitan gejala menjadi isolasi sangat penting karena dapat mengurangi

penularan dan cenderung memperlambat penyebaran virus berkelanjutan.18

Karantina merupakan salah satu metode efektif untuk mengontrol wabah

penyakit menular.10 Karantina merupakan pembatasan seseorang yang diduga

terpapar dengan penyakit menular tertentu, namun tidak sakit, antara karena

mereka memang tidak terinfeksi atau karena masih dalam masa inkubasi. 10

Karantina ini biasanya dilakukan secara individu atau berkelompok.10 Pada saat

karantina dilakukan, seseorang tetap harus dipantau.10 Apabila orang tersebut

menunjukkan gejala, maka harus segera diisolasi di fasilitas pelayanan kesehatan

terdekat.10

Social distancing merupakan salah satu upaya untuk mengurangi

interaksi antar orang dalam suatu komunitas, terutama untuk seseorang yang

infeksius namun belum teridentifikasi maupun diisolasi.10 Pada tanggal 20 Maret

2020, istilah social distancing digantikan menjadi physical distancing oleh World

12
Health Organization (WHO) dengan alasan istilah ini menggambarkan hal yang

paling penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini adalah dengan menjaga

jarak fisik antar seseorang sehingga tidak dapat menularkan virus tersebut ke

orang lain. Tapi hal tersebut bukan berarti secara sosial juga harus memutuskan

hubungan dengan orang-orang yang disayangi termasuk keluarga.

Physical distancing ini perlu dilakukan karena dapat memperlambat

penyebaran infeksi dan dapat membuat kurva epidemik menjadi lebih datar. 13

Penelitian di Amerika Serikat mengatakan, durasi yang efektif untuk physical

distancing ini adalah 20 minggu karena kurva epidemic tersebut akan mengalami

penurunan sebanyak 60% jika dibandingkan dengan durasi physical distancing

lainnya yang lebih singkat.13

Physical distancing memiliki berbagai tolak ukur. Secara garis besar,

tolak ukur physical distancing ini terdiri dari 2 hal, yaitu physical distancing

secara individu dan physical distancing yang mempengaruhi orang lain. Physical

distancing secara individu terdiri dari 3 cara, yaitu isolasi kasus, karantina orang

yang sudah kontak dengan suspek pasien atau pasien positif COVID-19 dan

rekomendasi untuk tetap dirumah. Lalu untuk physical distancing yang

mempengaruhi orang lain terdiri dari 5 cara, yaitu penutupan tempat kerja,

penutupan instalasi pendidikan, membatasi populasi tertentu, membatalkan

pengumpulan orang dalam jumlah banyak, dan karantina wilayah tertentu.17

Berikut gambar di bawah ini yang menjelaskan lebih lanjut mengenai

bermacam- macam tolak ukur physical distancing:

13
14
Gambar 4. Jenis physical distancing dan tolak ukurnya

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kondisi dan Kebijakan Beberapa Negara dalam Menghadapi Pandemi


COVID-19
Semenjak dicanangkan oleh WHO, seluruh warga dunia dari berbagai

negara dihimbau untuk melakukan physical distancing. Hal ini bertujuan untuk

memutus mata rantai virus corona yang hanya bisa hidup jika memiliki inang

yaitu manusia. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama program

physical distancing oleh beberapa negara di dunia yang diambil berdasarkan

pertimbangan epidemiologi, penanganan kasus, letak geografis, peran dokter

muda dan dokter umum, serta program sosial yang dijalankan sesuai dengan

kebijakan masing-masing negara.

3.1.1 Republik Rakyat Tiongkok

Republik Rakyat Tiongkok merupakan negara yang pertama kali

melaporkan adanya kasus infeksi COVID-19 pada pertengahan Desember 2019 di

Wuhan, Provinsi Hubei.2,19 Tidak lama dari kejadian tersebut, tepatnya pada

tanggal 23 Januari 2020, pemerintah setempat memberlakukan sistem “lockdown”

pada Kota Wuhan dan 15 kota lainnya di Provinsi Hubei hingga 25 Maret 2020

untuk menurunkan angka transmisi dan kasus COVID-19. 19,20 Masyarakat

Tiongkok diwajibkan untuk tetap berada di dalam rumah dan menutup akses

masuk dan keluar dari kota-kota tersebut.20

WHO menyatakan kebijakan lockdown di Wuhan sebagai sesuatu yang

belum pernah terjadi sebelumnya dan menunjukkan seberapa komitmen otoritas

16
untuk menghadapi wabah ini.21 Sejauh ini, WHO menyatakan bahwa kebijakan

lockdown bukan merupakan rekomendasi yang dirilis secara resmi olehnya dan

masih menunggu bukti ilmiah mengenai efektifitas dari kebijakan lockdown.21

Melalui kebijakan lockdown, pemerintah Republik Rakyat Tiongkok melaporkan

bahwa sudah tidak ada lagi kasus infeksi baru selama enam hari berturut-turut

sejak lockdown dicabut pada tanggal 22 Maret 2020 dengan total keseluruhan

mencapai 81.518 kasus terkonfirmasi dan 3.305 kematian akibat COVID-19 sejak

penyakit ini pertama kali ditemukan.22

Hal ini dapat terrcapai melalui kebijakan yang diinisiasi oleh Provinsi

Zheijang dalam menginisiasi manajemen risiko pada level tertinggi selama wabah

melalui:

a. petunjuk tatalaksana yang jelas mengenai derajat dan cakupan dari

kebijakan lockdown,

b. implementasi jejak pada setiap individu, apartemen, rumah-rumah

penduduk, komunitas, organisasi, fasilitas umum, dan manajemenkota,

c. menjaga suplai makanan dan barang-barang agar tetap tersedia melalui

kontrol dari pemerintah secara terorganisir,

d. membuat desain perawatan penyakit infeksi dan manajemen fasilitas

untuk isolasi, pemantauan, dan penanganan kasus positif COVID-19,

e. menjalankan penelurusan jejak melalui tim respon lokal untuk

menanganani identifikasi kasus selama 24 jam dalam 7 hari,

17
f. menjalankan laporan terpusat dan komunikasi agar penduduk tetap

mendapatkan informasi, serta

g. Big Data dan teknologi informasi untuk pencegahan dan kontrol COVID-

19 melalui database kesehatan pasien yang dapat diakses melalui QR

Code dan mengutamakan kesiapan fasilitas kesehatan.23

Kebijakan lockdown ini mendapat reaksi yang beragam dari masyarakat.

Awalnya, penduduk Wuhan cukup marah dan khawatir akan ketersediaan suplai
23
kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan medis selama kebijakan ini berlangsung.

Kebijakan lockdown menimbulkan dampak terhadap sektor-sektor lainnya. CSI

300 Index menunjukkan adanya penurunan 3% pada 300 bursa saham terbaik di

Shanghai dan Shenzen sehingga mengubah tatanan ekonomi dan investasi. Selain

ekonomi, kebijakan lockdown juga mempengaruhi aspek kehidupan lainnya

seperti terbatasnya akses dan transportasi hingga pendidikan, tidak terkecuali

pendidikan pada kalangan tenaga kesehatan khususnya para dokter muda dan

dokter umum yang sedang bertugas ataupun menjalani program residensi.24

Meskipun demikian, respon Tiongkok ini dianggap lamban oleh beberapa

ahli epidemiologi, walaupun telah diapresiasi oleh WHO. Tiongkok baru

merespon wabah COVID-19 ini di pertengahan bulan Januari 2020, sedangkan

kasus mulai muncul di bulan Desember, ini sangat mempenharuhi persebaran

kasus di negara lain. Model simulasi yang dibuat oleh Lai Shengjie and Andrew

Tatem menunjukkan jika respon dimulai 3 minggu lebih awal, akan menurunkan

5% kasus dan mencegah 67% terjadinya kasus pada waktu tersebut.20 Selain

18
respon yang harus dipercepat, sistem physical distancing juga tidak dapat

dihentikan secara cepat walaupun jumlah kasus COVID-19 sudah menurun. Hal

ini dibuktikan dengan model penelitian susceptible-exposed-infected removed

(SEIR) yang membandingkan efek physical distancing sesuai kelompok usia.

Pemberhentian sistem physical distancing di Tiongkok pada bulan Maret 2020,

akan memunculkan puncak epidemik ke dua pada bulan Agustus, jika Tiongkok

menunda pemberhentian hingga April 2020, puncak epidemik kedua akan lebih

lambat 2 bulan, serta akan menurunkan jumlah kasus baru sebanyak 24% seperti

yang ditunjukan pada Gambar 5 .25,26

19
Gambar 5. Efek dari physical distancing dengan pengukuran angka kejadian
kumulatif (A), dan kasus barunya per hari (B), dan angka kejadian sesuai usia per
hari (C-G) dari akhir 2019 hingga akhir 2020.25
Pada prinsipnya, dalam melawan COVID-19, semua berada dalam posisi

yang sama. Setiap orang memiliki kewajiban dan memiliki risiko yang sama.

COVID-19 sangat mudah menular dan dapat menimbulkan transmisi asimtomatik

sehingga hal ini menjadi penting untuk melibatkan seluruh pihak dalam

penuntasan COVID-19. Kegiatan bisnis, organisasi, dan pendidikan termasuk di

antaranya pendidikan untuk dokter muda di Republik Rakyat Tiongkok

menerapkan pembelajaran berbasis daring menggunakan teknologi seperti Zoom

meetings untuk meminimalisir aktivitas tatap muka dan kerumunan.23 Di sisi

lainnya, sejumlah 42.000 dokter dan perawat di Republik Rakyat Tiongkok

dikerahkan untuk berada pada garis depan dalam penanganan COVID-19.

Beberapa dokter juga melakukan diskusi ilmiah yang dilakukan secara daring

mengenai penggunaan obat-obat yang efektif dalam penanganan COVID-19 untuk

pengembangan penelitian dengan peneliti di luar Republik Rakyat Tiongkok.27

Selama krisis COVID-19, para dokter muda dan dokter umum tidak

hanya dapat membantu memberantas COVID-19 melalui bidang medis saja.

Dokter muda dan dokter umum secara relawan dapat mengedukasi masyarakat

mengenai COVID-19 secara daring melalui optimasi media sosial. Edukasi

dilakukan dengan menerjemahkan guideline dari lembaga terpercaya dan

disampaikan kepada masyarakat menggunakan bahasa seawam mungkin sehingga

lebih mudah dipahami oleh masyarakat.23 Selain itu, relawan dokter muda dan

dokter umum juga dapat memberikan dukungan mental secara daring ataupun

20
telepon terhadap penyintas COVID-19 dan masyarakat yang memiliki ansietas

terhadap kondisi ini yang dikoordinasi oleh lembaga non-profit. Dokter muda dan

dokter umum juga ikut berpartisipasi dalam lembaga non-profit sebagai relawan

untuk mengumpulkan donasi yang akan disalurkan untuk pembelian alat

perlindungan diri (APD) tenaga kesehatan di rumah sakit.28,29

3.1.2 Italia

COVID-19 pertama kali dipastikan telah menyebar di Italia sejak 31

Januari 2020, ketika dua orang wisatawan Cina di Roma dinyatakan positif

terkena virus. Menanggapi hal ini, sejak 31 Januari 2020 pemerintah Italia

menerapkan kebijakan untuk menangguhkan semua penerbangan ke dan dari

Republik Rakyat Tiongkok dan menyatakan keadaan darurat. Perdana Menteri

Giuseppe Conte memperluas karantina ke seluruh Italia hingga menempatkan

lebih dari 60 juta orang dalam proses karantina. Perdana Menteri Conte melarang

hampir semua kegiatan komersial kecuali untuk supermarket dan apotek serta

menutup semua bisnis dan industri yang tidak penting dengan pembatasan

tambahan untuk pergerakan orang.30

Provinsi Lodi merupakan daerah pertama yang menerapkan lockdown di

Italia mulai bulan Febuari 2020 lalu. Berbeda halnya dengan provinsi Bergamo

yang baru menerapkan lockdown 2 minggu setelahnya pada tanggal 8 Maret 2020.

Perbedaan tersebut menyebabkan bentuk kurva yang lebih landai pada daerah

Lodi dibandingkan Bergamo (Gambar 6), sehingga fasilitas kesehatan di daerah

21
Bergamo tidak dapat memberikan pelayanan yang maksimal untuk

penanggulangan kasus COVID-19.31

Gambar 6. Jumlah kasus COVID-19 di Provinsi Bergano (merah) dan Lodi


(hijau), hingga 13 Maret 2020.31

Pemerintah Italia melalui College of Anesthesia, Analgesia,

Resuscitation, and Intensive Care (SIAARTI) merilis protokol triase untuk

digunakan dalam penanganan medis. Pada awal maret, infeksi COVID-19 sudah

menyebar ke seluruh penjuru Italia. Berkaitan dengan kondisi tersebut, pemerintah

Italia memutuskan untuk mengambil kebijakan lockdown disertai physical

distancing sejak 12 Maret 2020. Hingga 30 Maret 2020 , Italia adalah salah satu

pusat kasus COVID-19 di dunia dengan 75.528 kasus aktif. Total kasus yang

terkonfirmasi adalah 101.739, dengan 11.591 kematian, dan 14.620 pemulihan.

Kondisi ini menjadikan Italia sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi

yang dikonfirmasi di dunia.22

22
Italia memiliki jumlah penduduk lansia (usia >65 tahun) yang banyak

sekitar 23,3% dibandingkan Tiongkok 12%, hal ini yang menyebabkan tingginya

angka mortalitas di Italia. Banyaknya penduduk usia muda yang tinggal bersama

lansia di Italia juga mempengaruhi tingginya mortalitas ini (karier atau penderita),

mengingat usia muda dapat menularkan virus dan lansia sangat rentan terhadap

COVID-19. Namun tingginya angka mortalitas ini dapat menjadi penaksiran yang

terlalu tinggi, mengingat banyak penderita COVID-19 yang tidak bergejala.31

Peningkatan jumlah kasus yang drastis di Italia yakni 9.172 kasus positif

COVID-19 dan 463 kematian sejak 21 Febuari 2020 hingga 9 Maret 2020,

menyebabkan pemerintah Italia menerapkan sistem lockdown bagi seluruh daerah

Italia hingga April 2020. Sistem lockdown yang diterapkan menyebabkan pasar

bursa Milan menjadi turun sekitar 17% sejak wabah terjadi di Italia Utara dan

bertambah 11% pada 9 Maret 2020, meningkatkan kemungkinan krisis ekonomi

kembali, dan meningkatkan jumlah pinjaman uang.32

Pemberlakuan physical distancing secara masif di Italia ini juga

menyebabkan masyarakat kebingungan dan mengalami gangguan mental. Hal ini

terjadi akibat peningkatan kasus COVID-19 yang melonjak drastis dan tanpa

diberikan informasi yang cukup mengenai physical distancing ini. Gangguan

mental umumnya berupa kebosanan, rasa terkekang, dan kecemasan yang semakin

parah setiap harinya. Penjelasan pentingnya physical distancing untuk mengurangi

puncak epidemik hanya akan membuat bosan dan efek negatif mental akan tetap

terjadi, sehingga diperlukan modifikasi penyampaian informasi agar

meningkatkan kepatuhan untuk physical distancing. Modifikasi penyampaian

23
informasi seperti menggiatkan olahraga secara daring, aktivitas membaca bersama

secara daring, cara-cara mendapatkan udara segar di luar dengan aman, kelas-

kelas daring, bahkan distribusi tablet dan laptop kepada masyarakat dilakukan

untuk mengurangi dampak negatif mental tersebut.33,34

Dalam menghadapi kondisi ini, beberapa kebijakan di bidang medis

khususnya untuk dokter muda dan dokter umum di Italia segera diambil oleh

pemerintah Italia meskipun kontroversial. Selain proses pembelajaran dan riset

secara daring, pemerintah Italia merencanakan untuk meluluskan 10.000

mahasiswa kedokteran dan dokter muda tanpa melalui ujian untuk membantu

dokter umum dan spesialis serta membantu perawatan para lansia di rumahnya

mengingat Italia adalah negara dengan penduduk lansia terbanyak di Eropa

(23%).35 Di sisi lainnya, dokter umum juga terlatih untuk menjadi bagian dari lini

terdepan dalam penanganan COVID-19. Hal ini diharapkan mempermudah dokter

spesialis untuk memberikan pelayanan di rumah sakit yang sudah melebihi

kapasitas sehinga dapat memenuhi kesenjangan akan kebutuhan medis di tengah

krisis yang sedang berlangsung. Para calon dokter yang akan diluluskan tersebut

akan difasilitasi dengan ketersediaan APD yang memadai.36,37

Selama krisis COVID-19, para dokter muda dan dokter umum tidak

hanya dapat membantu memberantas COVID-19 melalui bidang medis saja.

Sebagaimana di negara-negara Uni-Eropa lainnya, dokter muda dan dokter umum

tergabung dalam kegiatan relawan pemuda. Kegiatan relawan di Italia bernama

“Sparwasser” dan bertujuan untuk membantu penduduk khususnya lansia dalam

24
memenuhui kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan obat-obatan selama proses

isolasi. Kelompok lansia sebagai populasi yang berisiko paling tinggi untuk

terinfeksi COVID-19, harus memenuhi peraturan physical distancing dan isolasi

mandiri selama wabah ini berlangsung. Kendati demikian, mereka juga harus

memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan berbelanja dan hal tersebut tidak

mungkin dilakukan selama kebijakan lockdown dan physical distancing

diberlakukan. Maka dari itu, Sparwasser menjadi jawaban dari kondisi ini. Lansia

yang dibantu merupakan lansia terdekat dari kediaman relawan. Selain membantu

distribusi makanan dan obat-obatan, Sparwasser juga menjadi wadah konseling

bagi para lansia ataupun masyarakat yang mengalami perubahan kondisi psikis

akibat wabah COVID-19.38 Dengan demikian, mencontoh kegiatan para dokter

muda dan dokter umum di Uni-Eropa seperti di Italia, kegiatan relawan yang

dapat dilakukan agar dapat produktif selama physical distancing ini adalah dengan

menjadi relawan fisik baik secara langsung di garis depan ataupun membantu

memenuhi kebutuhan kaum marginal, relawan daring melalui edukasi dan

dukungan psikis, serta donasi yang disumbangkan untuk kebutuhan medis.38

3.1.3 Malaysia

Negara tetangga Indonesia, Malaysia mengumumkan kasus COVID-19

pertama pada 25 Januari 2020. Kasus yang dilaporkan tetap relatif rendah hingga

lonjakan besar kasus pada Maret 2020, kebanyakan dari kasus terkait dengan

acara keagamaan yang diadakan di Kuala Lumpur pada akhir Februari dan awal

Maret.39 Dalam beberapa minggu setelah kejadian, Malaysia telah menjadi negara

dengan jumlah infeksi COVID-19 terkonfirmasi kumulatif tertinggi di Asia

25
Tenggara. Pada 31 Maret 2020, ada 2.766 kasus yang dikonfirmasi di negara ini,

dengan 43 kematian dilaporkan.22

Menanggapi kejadian ini, pemerintah Malaysia menerapkan kebijakan

lockdown dan physical distancing. Kebijakan tersebut adalah:

a. masyarakat dilarang untuk berkumpul secara massal atau menghadiri

acara besar termasuk kegiatan keagamaan, olahraga, sosial dan budaya.

Semua lokasi ibadah dan tempat bisnis harus ditutup kecuali untuk

supermarket, pasar umum, toko kelontong dan toko serba ada yang

menjual kebutuhan sehari-hari. Bagi umat Islam, semua kegiatan

keagamaan di masjid-masjid termasuk shalat Jumat ditunda sejalan

dengan keputusan yang dibuat pada 15 Maret 2020 oleh Rapat Komite

Muzakarah Khusus Dewan Fatwa Nasional,

b. warga Malaysia yang kembali dari luar negeri harus menjalani

pemeriksaan kesehatan dan karantina sendiri selama 14 hari,

c. turis dan pengunjung asing dibatasi untuk memasuki negara ini,

d. penutupan semua taman kanak-kanak, sekolah negeri dan swasta,

termasuk sekolah harian, sekolah berasrama, sekolah internasional, pusat

tahfiz dan lembaga primer, sekunder dan pra-universitas lainnya,

e. penutupan semua lembaga pendidikan tinggi negeri dan swasta (IPT) dan

lembaga pelatihan keterampilan, serta

26
f. penutupan semua bangunan pemerintah dan swasta kecuali untuk layanan

penting (air, listrik, energi, telekomunikasi, pos, transportasi, irigasi,

minyak, gas, bahan bakar, pelumas, penyiaran, keuangan, perbankan,

kesehatan, farmasi, kebakaran, penjara, pelabuhan, bandara, keamanan,

pertahanan, pembersihan, pasokan ritel dan makanan).

Kebijakan ini mempengaruhi keseluruhan tatanan kehidupan termasuk di

antaranya kebijakan pendidikan untuk dokter muda dan dokter umum.40,41

Kondisi di lapangan ternyata menunjukkan bahwa kebijakan physical

distancing ini belum sepenuhnya dipatuhi terutama oleh masyarakat yang tetap

pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari. Hasil pemantauan

oleh menteri pertahanan Malaysia di pasar Selayang Jaya menunjukkan bahwa

situasi di luar pasar sudah mulai kondusif dimana para pengunjung telah menjaga

jarak aman dengan pengunjung lainnya. Namun demikian, ternyata kondisi di

dalam pasar masih belum kondusif sebagaimana suasana pasar pada umumnya

yang terlihat dari masih banyaknya warga yang berdesak-desakaan saat

berbelanja.42

Menilai kondisi masyarakat secara umum yang masih belum sepenuhnya

mengindahkan aturan physical distancing, perdana menteri Malaysia

mengumumkan masa perpanjangan physical distancing selama dua minggu mulai

dari 1 April hingga 14 April 2020. Hal ini juga didukung dengan kondisi semakin

tingginya angka penderita yang positif dan meninggal dunia dimana hari pertama

physical distancing terdapat 673 penderita positif, dengan rincian 622 pasien

27
dalam perawatan, 2 orang meninggal dunia danh 49 orang dinyatakan sembuh.

Adapun setelah sepekan diberlakukannya physical distancing, angka kejadian

positif corona menjadi 1.624 orang, 1.425 dalam perawatan medis, 17 meninggal

dunia dan 183 orang dinyatakan sembuh.43

Kegiatan pendidikan untuk dokter muda di Malaysia selama COVID-19

diterapkan melalui pembelajaran berbasis daring menggunakan teknologi seperti

Zoom meetings untuk meminimalisir aktivitas tatap muka dan kerumunan. Selain

itu, Federasi dari Asosiasi Praktisi Medis Privat di Malaysia menyarankan

Kementerian Kesehatan Malaysia untuk melibatkan dokter umum secara lebih

masif dan intensif dalam penanganan COVID-19. Selama krisis COVID-19, para

dokter muda dan dokter umum tidak hanya dapat membantu memberantas

COVID-19 melalui bidang medis saja. Para dokter dan dokter muda juga dapat

tergabung dalam organisasi non-pemerintah nirlaba untuk membantu masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan makanan, ekonomi, dan obat-obatan, ataupun

membantu suplai kebutuhan medis. Contoh kegiatan relawan tersebut adalah:

#KitaBantuKita : Bantu Jiran Kita, NGO Hub Emergency Fund, Love Your

Neighbor Penang, Caremongering Malaysia, Pit Stop Community Café, Rakyat

Tolong Rakyat, Rumah Kita, Refugee for the Refugees, SESO Malaysia, The Lost

Food Project, Free Meal for Frontliners (membantu memberi makan para tenaga

kesehatan ketika bertugas), 3D Printing Malaysia for COVID-19 (untuk suplai

alat medis), COVID19 Appeal: Hospitals in Sabah Need Your Help, COVID-19

Support Fund by 100% Project, FV COVID19 Support Fund, KKM established

fund, Malaysia COVID-19 Charity Drive, Projek WAQAF Mercy Malaysia,

28
Projek Wawasan Rakyat x Kiddo Care (program untuk membantu babysitting

anak dan keluarga tenaga kesehatan yang menjadi lini terdepan penanganan

COVID-19, dan Relate for MOH Frontliners (program untuk memantau dan

menjaga kesehatan tenaga kesehatan selama COVID-19).44

3.1.4 Amerika Serikat

Kasus COVID-19 pertama yang terkonfirmasi di Amerika Serikat

muncul pada tanggal 20 Januari 2020. Kondisi penyebaran COVID-19 di Amerika

Serikat terus bertambah dan terhitung per tanggal 1 April 2020 bahwa total kasus

terkonfirmasi COVID-19 di Amerika Serikat sebanyak 188.530 kasus dengan

total kematian akibat COVID-19 sebanyak 3.889 orang dan total orang yang

sembuh sebanyak 7.251 orang.45 Dalam menyikapi kondisi pandemi COVID-19 di

seluruh dunia, maka pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan beberapa

kebijakan kepada masyarakat untuk dipatuhi sehingga penyebaran COVID-19

dapat diturunkan di wilayah Amerika Serikat, seperti:

1. Kebijakan tentang perjalanan

Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan untuk

mengurangi penyebaran dari COVID-19 masuk ke Amerika Serikat, bagi

warga negara Amerika Serikat yang datang dari negara level 3 (China,

Iran, Eropa, United Kingdom dan Irlandia) harus melakukan isolasi diri

di rumah selama 14 hari dengan memantau kondisi kesehatan dengan

cara mengukur suhu tubuh dengan thermometer sebanyak 2 kali dalam

sehari dan mengawasi munculnya gejala masing-masing dan menerapkan

29
prinsip physical distancing dengan tidak kontak langsung dengan orang

lain, tidak berangkat ke tempat kerja atau sekolah, dan menjaga jarak 2

meter dengan orang lain. Bagi warga negara asing yang berasal atau

pernah mengunjungi negara level 3 dalam 14 hari terakhir dilarang untuk

memasuki wilayah Amerika Serikat.46

2. Kebijakan di tingkat keluarga

Setiap keluarga di Amerika Serikat disarankan untuk mencari

informasi lokal terkait COVID-19 dan membuat daftar kontak darurat

seperti keluarga, teman, tetangga, tenaga kesehatan professional, dan

Departemen Kesehatan setempat untuk dihubungi dalam kondisi darurat.

Apabila terdapat anggota keluarga yang sakit maka harus menyediakan

kamar khusus bagi yang sakit dan memisahkan diri dari anggota keluarga

yang lain. Seluruh anggota keluarga harus melakukan langkah-langkah

pencegahan penularan COVID-19 setiap hari, seperti :

a. Mencuci tangan secara teratur

b. Menghindari menyentuk mata, hidung dan mulut

c. Tinggal di rumah apabila sakit

d. Menutup dengan tisu apabila batuk atau bersin, kemudian segera

membuang tisu ke tempat sampah

e. Membersihkan dan disinfeksi permukaan dan barang yang sering

disentuh

30
f. Mempersiapkan diri apabila sekolah atau tempat penitipan anak

diberhentikan sementara atau perubahan pada tempat kerja.46

3. Kebijakan tentang pelaku usaha kecil

Presiden Trump membantu usaha kecil menjembatani keadaan

darurat ekonomi ini dengan memberi mereka dana yang mereka butuhkan

untuk menjaga karyawan mereka tetap dalam daftar gaji dan tetap dalam

bisnis.46

4. Kebijakan tentang sekolah

Pada tanggal 13 Maret 2020, Pemerintah Amerika Serikat

mengeluarkan kebijakan menutup sekolah selama kondisi pandemi

COVID-19 untuk mengurangi penyebaran di Amerika Serikat. Penutupan

sekolah ini termasuk penutupan gedung sekolah dan pertemuan tatap

muka. Penutupan sekolah tidak berarti kegiatan pembelajaran ditiadakan,

namun kegiatan pembelajaran tetap dilanjutkan dan diberikan dengan

metode online. Penutupan sekolah ini berlangsung selama beberapa

minggu hingga beberapa bulan tergantung keputusan setempat.47

Penyebaran COVID-19 di Amerika Serikat tergolong lebih akhir

dibandingkan negara-negara lain di Asia dan Eropa mengakibatkan bukti dari

dampak physical distancing yang turut tertinggal dari negara-negara lain. Namun,

karena beberapa pejabat negara bagian telah mengadopsi kebijakan physical

distancing pada pertengahan Maret — jauh sebelum pemerintah federal bertindak

31
— ada tanda-tanda awal bahwa virus tersebut berpotensi meratakan kurva atau

menyebar lebih lambat salah satunya di Kentucky.14

Selama pandemic COVID-19, kesigapan Tennessee dinilai telah

tertinggal di belakang Kentucky baik dari aspek kebijakan maupun komunikasi.

Gubernur Kentucky, Andy Beshear merekomendasikan pertemuan besar pada 11

Maret, sedangkan Gubernur Tennessee, Bill Lee tidak mengeluarkan pedoman

yang sama sampai tanggal 13 Maret. Gubernur Beshear melakukan penutupan

sekolah-sekolah pada 12 Maret, sedangkan Gubernur Lee tidak menerbitkan

pedoman serupa hingga 16 Maret. Gubernur Beshear mengeluarkan perintah

eksekutif yang membatasi restoran dan bar untuk penjualan, pengiriman, dan

penjualan drive-through pada 16 Maret. Gubernur Lee, di sisi lain tidak

mengeluarkan perintah eksekutif yang sama hingga 22 Maret. Gubernur Beshear

mengeluarkan perintah eksekutif pada 22 Maret yang mengharuskan semua bisnis

yang tidak penting ditutup. Gubernur Lee belum mengeluarkan perintah yang

sama, dan kedua negara bagian ini tidak ada yang mengeluarkan perintah untuk

tetap tinggal di dalam rumah.14

Perbedaan pendekatan dari kedua negara bagian tersebut menghasilkan

perbedaan yang terukur dalam hal transmisi SARS-CoV2 (Gambar 7). Pada

mulanya kedua negara memiliki jumlah kasus positif COVID-19 yang relative

sama, namun setelah tindakan agresif yang diambil oleh gubernur Beshear, laju

penularan virus corona mengalami perlambatan pada awal wabah. Data dari

Proyek Pelacakan COVID-19 menunjukkan bahwa kasus positif Kentucky telah

32
meningkat jauh lebih lambat daripada Tennessee, bahkan ketika

memperhitungkan perbedaan dalam kapasitas pengujian dan populasi.14

Gambar 7. Perbandingan Kasus di Tennessee dan Kentucky

Association of American Medical Colleges (AAMC) telah mengeluarkan

panduan sementara yang diperbarui yang sangat mendukung sekolah kedokteran

untuk menghentikan partisipasi semua mahasiswa kedokteran dalam kegiatan

yang melibatkan kontak pasien setidaknya hingga 14 April di tengah pandemi

COVID-19. Kebijakan ini memberikan waktu tambahan untuk meratakan kurva

epidemik melalui physical distancing, sementara memungkinkan lembaga untuk

mengatasi masalah dengan ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang terbatas.

Namun, dekan Fakultas Kedokteran memiliki wewenang dan tanggung jawab

untuk membuat keputusan mengenai mahasiswa kedokteran, seperti jika ada

33
tenaga kerja perawatan kesehatan yang sangat dibutuhkan secara lokal. Dalam

kasus-kasus di mana adanya kebutuhan tenaga kerja perawatan kesehatan yang

kritis, pedoman AAMC yang diperbarui menawarkan prinsip dan pedoman yang

diperbarui untuk memutuskan apakah, kapan, dan bagaimana pantas untuk

melibatkan mahasiswa kedokteran dalam merawat pasien dengan atau tanpa

diketahui atau diduga COVID-19.24

3.1.5 Australia

Pada tanggal 24 Januari 2020, Australia mengumumkan kasus COVID-

19 pertama yang terkonfirmasi di Australia. Kondisi penyebaran COVID-19 di

Australia terus bertambah dan terhitung per tanggal 1 April 2020 bahwa total

kasus terkonfirmasi COVID-19 di Australia sebanyak 4.707 kasus dengan total

kematian akibat COVID-19 sebanyak 20 orang dan total orang yang sembuh

sebanyak 345 orang.48 Dalam menghadapi kondisi siaga COVID-19, pemerintah

Australia mengeluarkan beberapa kebijakan dengan tujuan untuk menurunkan

persebaran COVID-19 di wilayah Australia:

a. Menerapkan sistem lockdown mulai pada tanggal 20 Maret 2020. Sistem

ini dapat mengurangi risiko penyebaran COVID-19 dalam perjalanan

internasional, dengan memberlakukan larangan warga negara asing untuk

bepergian ke luar atau ke dalam Australia, hanya warga negara Australia

yang dapat melakukan perjalanan masuk ke Australia kemudian

melakukan penapisan dan isolasi diri setelah kedatangannya.

34
b. Pemerintah memberikan paket dukungan ekonomi senilai $17,6 miliar

untuk mendorong investasi dan mempertahankan pekerjaan

c. Pemerintah memberikan paket kesehatan senilai $2,4 miliar untuk

melindungi semua warga Australia

d. Pemerintah menyediakan dana senilai $669 juta untuk memperluas

layanan telehealth untuk semua warga Australia sehingga setiap orang

memiliki akses ke layanan kesehatan berkualitas saat berada di rumah

e. Pemerintah menyediakan $74 juta untuk mendukung kesehatan mental

dan kesejahteraan orang Australia

f. Pemerintah mendanai pengiriman obat yang diresepkan ke masing-

masing rumah yang tidak bisa mendapatkan ke apotek lokal

g. Pemerintah mengamankan stok masker untuk membantu melindung

tenaga kesehatan professional

h. Pemerintah memberikan batasan pada beberapa resep dan obat bebas

untuk memastikan hanya orang yang membutuhkan saja yang dapat

mengaksesnya

i. Setiap otoritas kesehatan negara bagian dan teritorial melakukan

pemeriksaan pada warga dengan suspek COVID-19, mengawasi secara

ketat kasus terkonfirmasi setiap harinya, melarang perjalanan antar

negara bagian dan membuka klinik demam. 49

Pemerintah Australia mengharuskan setiap warga negaranya untuk

melakukan 4 hal di bawah ini dengan baik untuk memperlambat penyebaran

COVID-19 dan melindungi orang-orang yang berisiko:

35
a. Menjaga kebersihan dengan baik dengan cara mencuci tangan secara

rutin, menutup mulut dan hidung saat batuk, membuang bekas tisu ke

tempat sampah, tidak menyentuh mata, hidung dan mulut, membersihkan

permukaan barang-barang dan ventilasi di rumah atau tempat kerja.

b. Melakukan praktik physical distancing dengan cara tetap tinggal di

rumah dan hanya keluar apabila ada keperluan yang penting, menjaga

jarak 1,5 meter dengan orang lain, menghindari bersalaman dan peluk,

bepergian pada waktu sepi dan menghindari keramaian.

c. Membatasi perkumpulan yang tidak penting atau dengan tetap menjaga

jarak dengan aturan 1 orang per 4 m2

d. Melakukan isolasi diri dengan tetap tinggal di rumah atau kamar hotel

selama 14 hari apabila terkonfirmasi COVID-19, kontak erat dengan

kasus terkonfirmasi COVID-19 atau datang ke Australia dari luar negeri

per tanggal 15 Maret 2020.50

Australia menetapkan kebijakan physical distancing yang lebih ketat.9

Ross Guest, seorang profesor di bidang ekonomi dari Universitas Griffith,

Queensland, Australia mengatakan bahwa physical distancing dapat mendatarkan

kurva persebaran COVID-19, namun harus mempertimbangkan biaya yang

dihadapinya. Warwick McKibbin, seorang direktur Pusat Analisis Makroekonomi

Terapan di ANU Crawford School of Public Policy, memperkirakan pada

beberapa minggu yang lalu, krisis COVID-19 akan menjatuhkan 2% dari

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global. Setelah diperhitungkan biaya-biya

lainnya, PDB dapat merosot 10% dan memicu depresi hebat pada masyarakat

36
Australia akibat kehilangan pekerjaan. Maka pentingnya memperhatikan kondisi

wabah COVID-19 dahulu sebelum menentukan kewajiban untuk physical

distancing, karena membangun perekonomian tidak mudah.51

Pemerintah Australia tetap membuka sekolah untuk kegiatan

pembelajaran dengan tetap menerapkan langkah-langkah physical distancing

untuk mencegah penyebaran COVID-19, sebagai berikut:

a. Apabila terdapat anak yang sakit, tidak diperbolehkan untuk berangkat ke

sekolah

b. Mencuci tangan ketika memasuki wilayah sekolah dan secara rutin

c. Menunda kegiatan yang melibatkan pencampuran antar kelas dan

angkatan

d. Menghindari segala jenis antrian di sekolah

e. Promosikan jadwal mencuci tangan secara teratur

f. Membersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh secara

teratur

g. Lakukan pembelajaran di luar ruangan jika memungkinkan

h. Pertimbangkan membuka jendela dan mengatur pengondisian untuk

ventilasi lebih banyak

i. Promosikan kebersihan yang ketat di antara staff kantin.48

Kombinasi isolasi kasus dengan physical distancing dapat memperlambat

persebaran COVID-19 (Gambar 8). Penelitian di Australia menggunakan AceMod

menunjukkan bahwa physical distancing yang dilakukan hanya memberi manfaat

37
jika kepatuhannya di atas 80%, atau setara dengan 8 dari 10 orang (Gambar 9).52,53

Physical distancing sebanyak 70% atau kurang tidak akan sukses pada periode

kapanpun, namun jika sebanyak 90% akan mampu mengontrol COVID-19 selama

13-14 minggu jika digabungkan dengan metode isolasi kasus dan larangan

berpergian internasional.52 Pada awal 10 minggu penerapan physical distancing

(penutupan sekolah, kantor, isolasi kasus dan menurunkan kontak sosial skala

besar), menurunkan prevalensi sebanyak 10%.54

Gambar 8. Kombinasi isolasi kasus dan 70% physical distancing dapat menunda
dan menurunkan puncak epidemik, sedangkan penutupan sekolah hanya
memberikan efek sementara. Beberapa skenario dasar dan interverensi dinilai
sesuai angka kejadian (a), prevalensi (b), angka kejadian kumulatif (c), laju
pertumbuhan angka kejadian kumulatif (d). Strategi physical distancing dengan
isolasi kasus dilakukan selama 49 hari (7 minggu), ditandai dengan garis vertikal
putus-putus. Durasi physical distancing dilaksanakan hingga 91 hari (13 minggu),
ditandai dengan daerah arsiran. Larangan berpergian internasional dilaksanakan
sampai akhir setiap skenario.

38
Gambar 9. Perbandingan dari strategi physical distancing dengan isolasi kasus di
berbagai tingkat kepatuhan (70%, 80% dan 90%). Durasi setiap strategi physical
distancing yang dilaksanakan hingga 91 hari (13 minggu), ditampilkan sebagai
area yang diarsir. Isolasi kasus dan larangan berpergian internasional dilaksanakan
hingga akhir setiap skenario. Grafik menunjukkan angka kejadian (a), prevalensi
(b), angka kejadian kumulatif (c), dan laju pertumbuhan angka kejadian kumulatif
(d).

Berdasarkan artikel jurnal dari University of Sydney, menyatakan bahwa

apabila langkah-langkah physical distancing ini diterapkan oleh minimal 80%

populasi di Australia, penyebaran dari pandemi COVID-19 dapat dikontrol dalam

waktu 3 bulan.52 Apabila dokter yang tersedia mengalami kekurangan, maka

Australian Medical Association (AMA) mempertimbangkan keterlibatan

mahasiswa kedokteran tingkat akhir sebagai dokter tambahan atau asisten dokter

namun dengan pertimbangan klinis, keselamatan pribadi dan masyarakat dan

tanpa paksaan. Pertimbangan ini tetap dengan mempertimbangkan pemberian

39
pendidikan secara cukup, penilaian dan pengembangan profesi secara

berkesinambungan.55

3.1.6 Afrika Selatan

Kasus COVID-19 pertama yang terkonfirmasi di Afrika Selatan muncul

pada tanggal 4 Maret 2020. Kondisi penyebaran COVID-19 di Afrika Selatan

terus bertambah dan terhitung per tanggal 1 April 2020 bahwa total kasus

terkonfirmasi COVID-19 di Afrika Selatan sebanyak 1.326 kasus dengan total

kematian akibat COVID-19 sebanyak 3 orang dan total orang yang sembuh

sebanyak 31 orang.45 Pemerintah Afrika Selatan pada tanggal 15 Maret 2020

menyatakan kondisi ini sebagai bencana nasional. Kebijakan pemerintah Afrika

Selatan dalam menghadapi bencana nasional:

a. Memberlakukan larangan perjalanan bagi warna negara-negara asing dari

negara berisiko tinggi, seperti Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol,

Jerman, Amerika, Inggris dan Tiongkok.

b. Warga negara Afrika Selatan disarankan untuk tidak melakukan

perjalanan ke atau melalui negara-negara berisiko tinggi.

c. Pemerintah akan terus mengeluarkan peringatan perjalanan ke kota,

negara atau wilayah tertentu sesuai perkembangan tingkat risiko daerah

tersebut.

d. Warga negara Afrika Selatan yang telah pulang dari negara-negara

berisiko tinggi akan melaksanakan tes diagnosis dan menjalankan isolasi

diri atau karantina

40
e. Wisatawan dari negara-negara lain akan diminta untuk menjalankan

beberapa pemeriksaan kesehatan

f. Memperkuat strategi surveilans, penapisan dan pemeriksaan pada

bandara internasional

g. Penutupan beberapa jalur masuk menuju Afrika Selatan baik itu darat,

laut dan udara

h. Segala bentuk perjalanan tidak penting untuk semua bidang pemerintahan

di luar negara dilarang

i. Mencegah perjalanan domestik yang tidak penting, terutama melalui

udara, kereta api, taksi dan bus.56

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menerapkan sistem lockdown

selama 21 hari yang dimulai pada tanggal 27 Maret 2020 karena lonjakan kasus

yang meningkat secara drastis.57 Dalam rangka meminimalisir penyebaran dari

virus, pemerintah Afrika Selatan menganjurkan penerapan physical distancing,

dengan rincian:

a. Perkumpulan orang lebih dari 100 orang akan dilarang

b. Perayaan hari-hari besar nasional akan dibatalkan

c. Apabila pertemuan dalam skala kecil tetap dilaksanakan, maka

penyelenggara harus menerapkan langkah-langkah pencegahan dan

kontrol yang ketat

d. Sekolah akan ditutup, dengan kompensasi liburan sekolah akan

dipersingkat

41
e. Pemerintah bekerja sama dengan perguruan tinggi dan fasilitas publik

lainnya untuk mengintensifkan kontrol kebersihan

f. Meningkatkan kontrol kebersihan pada semua aktifitas bisnis dan

manajemen tempat umum.56

Salah satu metode unik yang dilakukan sebagai upaya memperlambat

laju penyebaran SARS-CoV2 adalah dengan mengerahkan pasukan tentara ke

sejumlah tempat yang masih ditemukan adanya kerumunan masyarakat. Dalam

menjalankan tugasnya, pasukan tentara tersebut dipersenjatai dengan senapan

peluru karet untuk membubarkan sekelompak warga yang sulit untuk

dikondisikan. Masyarakat ini umumnya merupakan warga yang dinilai oleh

pemerintah sengaja melanggar dan tidak mengindahkan kebijakan physical

distancing yang sudah kerap kali diingatkan oleh pihak pemerintah.58

Ratusan warga yang tengah mengunjungi Shoprite di wilayah Yeoville,

Johannesburg pada Sabtu, 28 Maret 2020 menjadi salah satu targetnya pemerintah

dalam menerapkan kebijakan physical distancing. Warga yang datang untuk

berbelanja masih saja berkerumun di luar toko tanpa menjaga jarak aman antar

satu pengunjung dengan pengunjung lainnya. Namun langkah ini dinilai tidak

berjalan efektif dikarenakan warga yang datang menjadi ketakukan akibat

tembakan peluru karet oleh pasukan tertara tersebut dan justru semakin

berkerumun dan saling berdekatan. Hingga Jumat lalu secara resmi dilaporkan

telah terdapat 55 orang diamankan akibat melanggar kebijakan pemerintah

tersebut.58

42
Selain itu, kondisi pemukiman sebagian besar warga di Afrika Selatan

yang padat menjadi kendala tersendiri dalam menerapkan physical distancing. 59,60

Tempat tinggal yang penuh sesak bahkan diantaranya ada yang terpaksa tinggal

diatas pipa pembuangan turut membuat masyarakat kesulitan dalam menjaga jarak

fisik sejauh 1,5 meter dengan individu lainnya sebagaimana yang telah ditetapkan

sebagai salah satu kebijakan physical distancing untuk mengurangi penularan

virus corona.59–61

Selama bertahun-tahun, dokter di Afrika mengeluh tentang kekurangan

dana dan diabaikan oleh pemerintah sehingga melemahkan sistem kesehatan.

Kondisi ini membuat penanganan terhadap pandemik COVID-19 menjadi

semakin sulit.62

3.2. Faktor yang Memengaruhi Physical Distancing


Terdapat ketidakpastian keefektifan physical distancing untuk

mengendalikan COVID-19. Namun, dampak dari physical distancing terhadap

puncak kurva epidemik dan perlambatan laju penyebaran virus dipengaruhi oleh

seberapa cepat, tepat, terkoordinasi dan komprehensif kebijakan ini diterapkan.

Selain itu, banyak faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan suatu negara

dalam menjalankan physical distancing, seperti faktor sosial, budaya, status

demografi, ekonomi, teknologi dan pelayanan kesehatan.12

Setiap negara memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-

beda. Negara dengan latar belakang budaya yang kuat membuat kebijakan

physical distancing ini sedikit sulit untuk dilakukan. Contohnya di Indonesia

43
dengan mayoritas masyarakat memiliki sifat segan membuat masyarakatnya tetap

menghadiri kegiatan berkelompok. Kepatuhan masyarakat juga mempengaruhi

keefektifan physical distancing. Jika kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan ini

baik, maka epidemi disuatu komunitas dapat berkurang penyebarannya.63 Status

demografi juga mempengaruhi. Negara dengan komposisi penduduk usia produtif

yang tinggi membuat physical distancing sulit dilakukan. Selain itu wilayah

dengan kepadatan penduduk yang tinggi sulit untuk menjaga jarak.

Lemahnya ekonomi suatu negara dapat menjadi hambatan, terlebih di

negara berkembang. Kemampuan negara untuk memberikan kompensasi kepada

pekerja yang kehilangan pendapatan saat wabah juga mempengaruhi

keefektifitasan dari physical distancing.64 Kemajuan teknologi terutama dibidang

komunikasi dapat mendukung keberhasilan physical distancing. Kemajuan

teknologi dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang saat physical distancing ini,

seperti sekolah, bekerja maupun berbelanja dari rumah.

Solidaritas menjadi hal yang penting untuk mendukung keberhasilan

physical distancing.12 Kerja sama berbagai pihak akan dibutuhkan dalam

kebijakan ini. Tim medis berupaya untuk mengobati, pemerintah berusaha

melakukan pencegahan dengan berbagai kebijakan dan tindakan, serta masyarakat

yang proaktif mendukung kebijakan. Fasilitas pelayanan kesehatan juga tidak

kalah pentingnya. Fasilitas kesehatan seperti kapasitas pemeriksaan sampel juga

berpengaruh. Kapasitas diagnosis COVID-19 yang besar dapat memberikan

informasi mengenai penyebaran dan menentukan kelompok-kelompok yang

rentan sehingga physical distancing dapat efektif dilakukan.65

44
3.3. Physical Distancing di Indonesia pada Masa Pandemi COVID-19
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari

physical distancing di Indonesia baik dari segi demografi, ekonomi, pendidikan,

budaya, bahkan fasilitas kesehatan.15 Berdasarkan usia, penduduk Indonesia

didominasi oleh penduduk usia produktif yaitu sebanyak 67.65%, sedangkan

penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 26,35% dan penduduk usia lebih dari 64

tahun sebanyak 6%, sehingga tingkat mobilitas masyarakat juga sangat tinggi dan

menjadi tantangan bagi penerapan physical distancing.15 Selain itu, menurut

pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, physical

distancing sulit dilakukan di Indonesia, dikarenakan faktor sosial, kultural, dan

spiritual.66 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat komunal yang artinya

memiliki ketergantungan yang sangat kuat atas kebersamaan dengan orang lain. 66

Selain itu, masyarakat Indonesia juga merupakan masyarakat jangka pendek yang

ditandai dengan jargon “kita hidup untuk hari ini” tanpa ada langkah-langkah

sistematis untuk jangka panjang, ditambah lagi masyarakat Indonesia memiliki

aspek spiritual yang kuat yang selalu percaya ada kekuatan lain yang membantu

mereka melewati semua persoalan ini.66 Oleh karena itu, cara terbaik yaitu dengan

memberikan insentif kepada masyarkat untuk tetap berdiam diri di rumah seperti

yang telah diatur di Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan dengan menjamin kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat. 66 Akan

tetapi, memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat Indonesia tidaklah mudah

dikarenakan besarnya jumlah penduduk Indonesia yaitu sebesar 268 juta pada

45
tahun 2019 dan diproyeksikan mencapai lebih dari 270 juta pada tahun 2020 serta

menempati posisi ke 4 sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia. 15,67

Ditambah lagi, dari 129,36 juta penduduk yang bekerja, didominasi oleh sektor

informal yaitu sebesar 74,08 juta atau sebesar 57,27% yang akan kehilangan

pendapatan jika dilakukan karantina wilayah.68 Masalah lain yang dihadapi

Indonesia dalam penerapan physical distancing adalah tingkat pengetahuan

masyarakat yang rendah.15,69 Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

yang rendah yang ditandai dengan rata-rata lama sekolah yang masih tergolong

rendah di tingkat dunia bahkan di ASEAN yaitu 8,58 tahun dibandingkan dengan

negara lain seperti Singapura selama 11,5 tahun, Malaysia selama 10,2 tahun, dan

Filipina selama 9,3 tahun.15,69

Selain itu, untuk mencapai tujuan physical distancing pada masa pandemi

virus seperti pada COVID-19 yaitu untuk menurunkan laju infeksi dan

menurunkan paparan kepada individu yang rentan maka dibutuhkan juga fasilitas

pendukung, terutama untuk memisahkan populasi yang rentan dengan populasi

terinfeksi terutama yang tidak bergejala.63 Hal tersebut dikarenakan physical

distancing yang dilakukan pada populasi target dapat menurunkan laju infeksi

sampai 90%.63 Akan tetapi, disamping ketaatan masyarakat Indonesia yang

kurang, fasilitas penunjang seperti fasilitas pemeriksaan sampel juga sangat

terbatas.70 Di Indonesia, kapasitas pemeriksaan harian yang bisa dilakukan hanya

1.700 sampel, berbeda jauh dengan Korea Selatan yang menyediakan tes masal

untuk 12.000-15.000 sampel per hari.70–72 Hal tersebut dikarenakan pemeriksaan

hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan bio safety level 2 sedangkan

46
laboratorium dengan spesifikasi tersebut sangat sedikit yaitu hanya terdapat di

laboratorium Balitbangkes, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan,

laboratorium biologi molekular Eijkman, dan laboratorium milik beberapa

perguruan tinggi.72

Penerapan physical distancing di Indonesia adalah melalui penerapan

pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar

dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-

19).73,74 Dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang diliburkan atau dibatasi

antara lain peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan,

dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.74,75 Namun,

pembatasan tersebut harus tetap memperhatikan kebutuhan pendidikan,

produktivitas kerja, dan ibadah penduduk, serta memperhatikan pemenuhan

kebutuhan dasar penduduk. Selain itu, dalam pelaksanaannya pemerintah juga

melibatkan polri dalam upaya penegakan hukum untuk mendukung berlakunya

PSBB secara efektif.74 Dalam upaya menjalankan program pembatasan sosial dan

pengendalian penyebaran penyakit, mahasiswa kedokteran juga dilibatkan dalam

hal pemberian edukasi kepada masyarakat terkait penyakit ini dan juga terkait

penerapan pembatasan sosial ini.76

47
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Physical distancing sebagai salah satu kebijakan yang diterapkan di

banyak negara di dunia dalam menangani pandemi COVID-19 telah terbukti

mampu menurunkan kurva laju penyebaran SARS-CoV2.13,14 Penelitian di

Amerika Serikat mengatakan, durasi yang efektif untuk physical distancing ini

adalah 20 minggu karena kurva epidemik tersebut akan mengalami penurunan

sebanyak 60% jika dibandingkan dengan durasi physical distancing lainnya yang

lebih singkat.13

Penerapan physical distancing memerlukan tingkat kesadaran akan

pentingnya menjaga jarak aman setidaknya satu meter antar individu serta tingkat

kepatuhan yang baik dari setiap warga negara untuk selalu menerapkannya baik di

dalam lingkup keluarga, lingkungan masyarakat ataupun tempat kerja. Namun

pemberlakuan physical distancing ini harus dilaksanakan oleh hampir seluruh

penduduk di negara yang bersangkutan, seperti Australia yang membuktikan

bahwa minimal 80% masyarakat harus melakukan physical distancing

dikombinasikan dengan metode lain seperti isolasi kasus dan larangan bepergian

internasional.52

Penerapan physical distancing di beberapa negara seperti Afrika Selatan

dan Malaysia dinilai oleh masing-masing pemerintah setempat belum berjalan

secara maksimal.43,59–61 Hal ini disebabkan oleh faktor kondisi pemukiman padat

penduduk di banyak kota besar di Afrika Selatan sehingga penerapan physical

48
distancing menjadi sulit dilakukan bahkan dari lingkup keluarga serta

ketidakpatuhan masyarakat terhadap kebijakan physical distancing yang telah

ditetapkan oleh pemerintah seperti yang dialami oleh mayoritas warga negara,

baik Afrika Selatan maupun Malaysia.43,59,60

Penerapan physical distancing yang baik harus memperhatkan berbagai

aspek, seperti faktor sosial, budaya, ekonomi, demografi, karakter masyarakat,

kebutuhan pokok masyarakat, keberlangsungan sekolah dan pelayanan penting

seperti layanan pemadam kebakaran, penegakan hukum, pasar dan toko

kelontong, ketersediaan sumber daya air, gas, listrik, internet dan fasilitas

pelayanan kesehatan.12

Melihat keberhasilan physical distancing yang dilakukan berbagai negara

serta sulitnya penerapan cara lain seperti karantina wilayah maupun tes masal di

Indonesia,66,70–72 physical distancing harus tetap diberlakukan di Indonesia dengan

memperhatikan aspek-aspek yang sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini, di

antaranya adalah penduduk Indonesia yang didominasi oleh usia produktif

67,65% dengan tingkat mobilitas yang tinggi,15 kebutuhan harian bagi masyarakat

dengan upah harian sehingga tidak bisa menghentikan semua aktivitas

pekerjaan,84 pemahaman masyarakat indonesia yang masih rendah sehingga

membutuhkan edukasi masyarakat yang lebih intens,15,69 serta peningkatan

kapasitas pemeriksaan harian COVID-19 yang bisa dilakukan di Indonesia.70–72

4.2 Saran

49
Karantina wilayah parsial dapat diberlakukan pada daerah pusat

penyebaran COVID-19 dengan memperhatikan aspek-aspek penting dari masing-

masing wilayah yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan Pembatasan Sosial dalam

Skala Besar saat ini belum terbukti efektif dalam mengurangi laju penularan

COVID-19. Sosialisasi terkait kewaspadaan universal seperti mencuci tangan 6

langkah, etika batuk, penggunakan masker, menjaga jarak minimal 1 meter, dan

menghindari kerumunan juga penting untuk memaksimalkan tujuan dari karantina

wilayah. Sosialisasi ini secara efektif dapat menjangkau masyarakat apabila

dilakukan pendekatan melalui perangkat pemerintahan/stakeholder di tempat

terkait, pemuka agama, tokoh masyarakat, maupun pemengaruh yang sekiranya

dapat memengaruhi masyarakat tersebut. Aturan mengenai pelaksanaan ekonomi

dibatasi untuk kebutuhan primer saja. Masalah yang muncul akibat penonaktifan

roda perekonomian diberi kompensasi berupa kelonggaran-kelonggaran dalam

pembayaran tagihan dan sejenisnya. Pemenuhan kebutuhan pokok pada kelompok

ekonomi menengah ke bawah dalam masa karantina wilayah dapat dipenuhi

dengan bantuan pemerintah maupun penggalangan dana yang dilaksanakan oleh

lembaga-lembaga sosial. Dokter muda dapat berperan aktif dalam melakukan

kampanye terkait kewaspadaan universal dan juga penggalangan dana.

Apabila berkaca dari kesuksesan Australia dalam mengontrol kurva laju

penularan COVID-19, Indonesia dapat mengadaptasi beberapa kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah Australia untuk diterapkan kepada warga Indonesia.

Kebijakan tersebut berupa membuat aturan yang jelas mengenai tempat-tempat

umum yang ditutup atau dibuka selama masa pandemi COVID-19. Beberapa

50
tempat umum yang dapat ditutup seperti bioskop, taman bermain baik itu di dalam

atau luar ruangan, museum, perpustakaan, kolam renang, dan pusat kebugaran.

Beberapa tempat umum yang diperbolehkan untuk tetap beroperasi seperti pusat

layanan kesehatan, apotek dan pusat perbelanjaan dengan tetap menerapkan

prinsip physical distancing dan menghindari antrean panjang. Beberapa kegiatan

yang masih boleh dilaksanakan namun diberlakukan aturan yang jelas seperti

rumah makan dengan tidak melayani makan di tempat dan kegiatan perkumpulan

dengan aturan tiap 1 orang per 4 m2 dari luas ruangan atau tempat perkumpulan.

Aturan ini diterapkan dan diawasi langsung dengan berkordinasi kepada pihak

Kepolisian Republik Indonesia. Apabila terdapat pelanggaran terhadap aturan

yang diberlakukan, maka pihak kepolisian berhak untuk menghentikan kegiatan

tersebut.50,77

Selain penguatan upaya physical distancing yang telah terbukti di

sejumlah negara mampu menurunkan kurva laju penularan COVID-19, perlu

diperhatikan pula upaya penanggulangan dampak negatif physical distancing

terhadap mental masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Italia,

penerapan physical distancing secara masif dapat menimbulkan kejenuhan, rasa

terkekang, dan kecemasan yang semakin parah setiap harinya. 34 Sehingga salah

satu peran dokter muda dan dokter umum sebagai tenaga kesehatan garda

terdepan ialah dengan memberikan layanan konsultasi via daring. Konsultasi ini

memungkinkan pasien ataupun warga yang melakukan physical distancing dapat

menyampaikan keluhan terutama yang terkait dengan masalah psikis dan

emosional yang dialaminya. Metode ini sekaligus mempermudah para dokter

51
untuk memberikan edukasi terkait langkah-langkah pencegahan infeksi SARS-

CoV2 serta mendorong masyarakat agar tetap semangat dalam menerapkan

kebijakan physical distancing yang pada akhirnya dapat menekan laju penularan

penyakit.

Terdapat beberapa program di Jawa Barat yang bertujuan untuk

mendukung kesehatan mental masyarakat saat physical distancing ini, salah

satunya seperti program “SEMEDI: SElalu MEndampingi DIrimu”. Program yang

dibuat oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang bekerja sama dengan ahli

psikologi ini memungkinkan warga Jawa Barat untuk menyampaikan keluh kesah

yang dihadapi seperti kecemasan dan depresi hingga mendapatkan psikoterapi.

Program serupa diharapkan dapat lebih dikembangkan lagi.

Selanjutnya, para dokter muda dan dokter umum dapat berperan aktif dan

produktif selama physical distancing melalui kegiatan relawan yang berfokus

dalam membantu tenaga kesehatan. Sejauh ini sudah banyak dilakukan

penggalangan dana untuk alat pelindung diri (APD) tenaga kesehatan agar mereka

siap menangani pasien COVID-19 di lapangan. Tenaga kesehatan bukan hanya

bertugas di lini terdepan dalam penanganan COVID-19, namun tenaga kesehatan

juga memiliki keluarga dan tugas-tugas di rumah lainnya yang ditinggalkan saat

mereka sedang berjuang menangani COVID-19. Beranjak dari permasalahan ini,

dokter muda dan dokter umum di Indonesia dapat membantu meringankan tugas

tenaga kesehatan yang bertugas melalui pembuatan platform yang berisi para

relawan untuk memberikan donasi dan subsidi dalam membantu babysitting atau

menjaga anak serta melakukan pekerjaan rumah tangga dari tenaga kesehatan

52
yang terlibat aktif dalam penanganan COVID-19. Platform ini juga berkolaborasi

dengan lembaga babysitting profesional serta proyek organisasi non-pemerintah

nirlaba lainnya untuk penggalangan dana maupun edukasi masyarakat.

Harapannya, tidak hanya meringankan tugas rumah tangga dari para tenaga

kesehatan, platform ini juga dapat memberdayakan masyarakat untuk tetap

produktif.

Usaha untuk menghilangkan stigma masyarakat yang memberikan respon

negatif terhadap pasien COVID-19 dan juga para tenaga kesehatan yang

menangani pasien sangat krusial agar kebijakan physical distancing dapat berjalan

dengan baik. Stigma ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai COVID-19, serta penularan SARS-CoV2. Keadaan ini semakin

diperkeruh oleh berbagai informasi bohong tentang hal-hal terkait COVID-19

yang disebarkan di media sosial oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab

tanpa didasari oleh bukti ilmiah. Langkah yang penulis usulkan dalam mengatasi

masalah ini adalah dengan melakukan kampanye edukasi COVID-19 secara luas

kepada masyarakat melalui media sosial. Kampanye ini dapat memanfaatkan

peran masyarakat usia produktif termasuk mahasiswa khususnya mahasiswa

kesehatan. Bentuk edukasi yang diberikan dapat melalui poster edukasi, video

edukasi, wawancara edukatif dengan ahli, maupun bentuk edukasi lainnya yang

tentunya disesuaikan dengan kearifan lokal setempat. Selain itu, perlu secara aktif

mencari tahu mengenai informasi bohong yang tersebar di masyarkat dan segera

menyampaikan edukasi berdasarkan bukti ilmiah yang ada. Diharapkan bila

seluruh lapisan masyarakat paham mengenai COVID-19, khususnya bagaimana

53
virus ini menular, maka diskriminasi dan stigma terhadap pasien positif COVID-

19 dan pihak-pihak yang terkait akan berkurang, serta masyarakat lebih patuh

dalam mengikuti kebijakan physical distancing agar terhindar dari penularan.

Berikut rangkuman beberapa upaya dan penerapan yang bisa dilakukan

oleh dokter muda pada masa physical distancing pandemi COVID-19 terhadap

berbagai kelompok, seperti:

1. Sejawat dokter dan tenaga kesehatan

Penerapan physical distancing yang dapat diaplikasikan dalam

kegiatan sehari-hari di kalangan dokter dan tenaga kesehatan lain seperti:

a. Meminimalisir pertemuan antara dokter dan tenaga kesehatan dengan

digantikan menggunakan pertemuan secara daring. Pertemuan secara

fisik hanya dilakukan apabila tidak memungkinkan pertemuan secara

daring dengan tetap menerapkan prinsip physical distancing dengan

menjaga jarak sejauh 1 meter dari orang lain. Dokter dan tenaga

kesehatan lain tetap menerapkan prinsip kewaspadaan universal untuk

mencegah penyebaran COVID-19 di kalangan tenaga kesehatan.78

b. Mengatur pembagian jadwal dokter jaga agar tidak overwork dalam

menangani pasien serta membatasi jumlah dokter yang bertugas dalam

setiap sesinya untuk menjaga jarak dan mencegah timbulnya

kerumunan. Hal ini menimbang salah satu poin pada sumpah dokter

yaitu “kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan” sehingga

dokter harus tetap memberikan pelayanan kepada pasien terlepas dari

54
kondisi apapun.79 Di sisi lainnya, keselamatan dokter dan tenaga

kesehatan juga harus tetap diperhatikan karena dokter dan tenaga

kesehatan inilah yang menjadi garda terdepan dalam penanganan

pasien. Maka dari itu, dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti saat

ini, dokter dapat tetap memberikan pelayanan dengan memperhatikan

pembagian jadwal jaga.

c. Selama menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan baik itu di klinik

maupun rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan lain wajib

menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap (masker,

pelindung wajah, pelindung kepala, sarung tangan, apron dan

pelindung kaki) sehingga dapat meminimalisir penyebaran COVID-19

di antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya.78 Sebanyak 84 tenaga

kesehatan di DKI Jakarta dinyatakan positif terkena COVID-19

sehingga penggunaan APD yang baik sangat penting untuk

menghentikan penyebaran COVID-19 di kalangan tenaga kesehatan.80

d. Saling mengingatkan dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini

sangat penting mengingat memberikan pelayanan di tengah pandemi

COVID-19 dengan segala keterbatasan fasilitas bukanlah hal yang

mudah. Saling mengingatkan untuk menerapkan physical distancing,

menggunakan APD, menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),

dan pemberian dukungan kepada sejawat menjadi hal yang perlu

dilakukan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental tenaga kesehatan

sehingga diharapkan mampu menjaga kinerja profesionalnya.81

55
2. Pasien

Physical distancing juga sangat berdampak terhadap pasien,

baik pasien dengan diagnosis positif COVID-19 yang menjalani isolasi,

pasien rawat inap di rumah sakit, maupun pasien rawat jalan terutama

pasien dengan gangguan mental seperti depresi. Dampak ini bisa

mengganggu kesehatan mental maupun fisik.

a. Dampak terhadap kesehatan mental

Beberapa langkah telah diambil oleh berbagai rumah sakit di

seluruh Indonesia untuk mengikuti kebijakan physical distancing, di

antaranya membatasi jumlah penunggu pasien rawat inap dan

menghilangkan jam besuk pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di Italia, penerapan physical distancing secara masif dapat

menimbulkan kejenuhan, rasa terkekang, dan kecemasan yang semakin

parah setiap harinya.34 Hal ini dapat lebih dirasakan oleh pasien yang

dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama dengan jumlah

kontak sosial yang sedikit setiap harinya. Tidak hanya di rumah sakit,

pasien dengan gangguan mental yang mengisolasi diri di rumah pun

dapat merasa cemas. Bagi pasien dengan diagnosis positif COVID-19,

kondisi ini ditambah dengan beban pikiran adanya stigma buruk dari

masyarakat yang belum mengetahui secara menyeluruh mengenai

COVID-19.82 Bila beban pikiran dan emosional ini tidak ditangani

dengan baik, maka dapat mengarah pada gejala depresi dan ansietas.

56
b. Dampak terhadap kesehatan fisik

Pasien rawat jalan yang menjalani isolasi di rumah dapat merasa

takut bila hendak ke rumah sakit karena adanya ketentuan physical

distancing. Hal ini karena beberapa rumah sakit telah membatasi jumlah

poli rawat jalan yang dibuka selama masa karantina, dan juga kondisi

rumah sakit yang sedang banyak menangani kasus COVID-19 sehingga

pasien takut tertular di rumah sakit. Bila pasien dalam keadaan yang

gawat atau sangat mendesak dan perlu penanganan namun tidak mencari

pertolongan dengan segera, dapat berdampak terhadap kesehatan fisik

pasien.

Maka dari itu diperlukannya usaha dari berbagai kalangan salah

satunya adalah dokter muda atau mahasiswa kedokteran untuk

mengurangi dampak tersebut. Sebagian besar negara di belahan dunia

memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan rotasi ataupun

pembelajaran kedokteran secara langsung.83 Tujuan diberhentikannya

kegiatan rotasi dan pembelajaran dokter muda dan mahasiswa kedokteran

adalah dengan harapan untuk membantu mempromosikan physical

distancing, mengurangi risiko dokter muda terpaparnya SARS-CoV2,

membatasi jumlah petugas kesehatan yang dapat menyebarkan virus

kepada pasien lain, meminimalisir beban mengajar petugas kesehatan

pada garda terdepan dan memprioritaskan peralatan perlindungan diri

untuk dokter dan petugas kesehatan lain yang benar-benar

membutuhkan.83 Walaupun dengan pertimbangan hal berikut, tidak

57
semua di negara mengikuti cara ini untuk mengatasi wabah COVID-19,

salah satunya adalah Italia. Di Italia, dokter muda tingkat akhir

diharuskan untuk membantu petugas kesehatan di rumah sakit untuk

mengatasi pasien baik yang terjangkit COVID-19 maupun tidak. Dokter

muda di Italia diyakini sudah paham mengenai cara kerja rumah sakit

sehingga langsung diturunkan ke lapangan. Oleh karena itu, Italia

meyakini bahwa usaha dokter muda inilah yang paling tepat untuk

dilakukan dalam hal mengatasi wabah COVID-19 ini.37

Sementara itu, dokter muda di Indonesia diputuskan untuk

diberhentikan dari segala kegiatan rotasi dan pembelajaran tatap muka

lainnya. Namun, hal ini tidak dapat menghentikan upaya dokter muda

untuk tetap membantu dan berpartisipasi dalam mengurangi dampak

COVID-19 terhadap pasien. Salah satu caranya adalah dengan edukasi

masyarakat mengenai kesehatan mental.

Kesehatan mental merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan di samping wabah COVID-19. Salah satunya adalah

kesehatan mental pada pasien, baik yang dirawat di rumah sakit maupun

pasien rawat jalan. Akibat wabah COVID-19 ini, tidak hanya stigma

mengenai penularan yang muncul, upaya physical distancing juga

berdampak pada mereka yang dirawat di rumah sakit sehingga menjadi

sulit untuk dikunjungi. Apabila hal tersebut berlangsung lama, maka

kesehatan mental pasien perlahan akan terganggu dan kemudian akan

menganggu proses penyembuhan pasien.84 Selain itu, WHO juga

58
mengutarakan bahwa kesehatan mental itu perlu diperhatikan dalam

pandemi COVID-19 ini.85

Upaya yang dapat dilakukan oleh dokter muda terkait dengan

kesehatan mental adalah edukasi. Edukasi bisa diberikan melalui video,

poster, selebaran, dan berbagai media lainnya. Selain itu, juga bisa

menggunakan layanan kesehatan mental untuk masyarakat umum melalui

aplikasi layanan kesehatan. Hal yang paling penting dalam kesehatan

mental ini adalah pasien mampu mengutarakan keluh kesah dan hal yang

dipikirkan, sehingga hal tersebut tidak lagi menjadi bebannya sendiri.

Selain itu, terkait pandemi COVID-19 ini banyak pasien yang

sebenarnya membutuhkan pengobatan ke rumah sakit, namun

mengurungkan niat mereka untuk berobat. Dokter muda juga tentunya

dapat mengambil peran disini walaupun tidak secara langsung. Media

sosial ikatan dokter spesialis juga mengeluarkan poster terkait kondisi

seperti apa yang mengharuskan pasien untuk segera berobat ke rumah

sakit. Sehingga pasien akan mengerti dan tidak lagi merasa takut untuk

datang berobat. Sebagai dokter muda, juga dapat membantu untuk

mempromosikan poster edukasi ke masyarakat umum dengan

menyebarkan poster melalui media sosial. Selain itu juga, edukasi

mengenai COVID-19 secara umum juga perlu untuk diedukasikan

sehingga nantinya pasien-pasien yang akan datang berobat tidak lagi

merasa takut.

59
3. Masyarakat

Peran dokter muda pada saat pandemi COVID-19 sangat

diperlukan bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama pada daerah

yang memiliki angka kejadian COVID-19 yang tinggi seperti di Jakarta.

Dokter muda belum mendapat izin untuk memberikan pelayanan secara

komprehensif pada pasien COVID-19, namun dokter muda dapat

membantu tenaga kesehatan lain yang melayani pasien COVID-19,

seperti :

a. Mendeteksi awal penyakit COVID-19 melalui daring (seperti AMARI

UNPAD)86

b. Memberikan edukasi mengenai pencegahan COVID-19 (cara mencuci

tangan, etika batuk dan bersin , physical distancing, dan metode

lainnya untuk mencegah penularan SARS-CoV2)

c. Membantu pengambilan dan pengolahan sampel tes COVID-1986

d. Menggalang dana untuk biaya penanggulangan COVID-19

e. Membantu populasi yang rentan seperti lansia dan orang dengan

kondisi immunocompromised untuk memenuhi kebutuhan mereka

seperti membantu belanja di supermarket agar mengurangi risiko

terpapar SARS-CoV2 saat berada di luar rumah.

f. Membantu tenaga kesehatan lain dalam menangani pasien lain selain

pasien COVID-19 yang membutuhkan bantuan medis selama physical

distancing.

60
Hal ini sudah dilakukan oleh salah satu kelompok dokter muda

di Universitas Pittsburgh Amerika Serikat, dimana mereka membantu

pendistribusian obat bagi pasien dengan penyakit kronis dari rumah ke

rumah sehingga physical distancing tetap dilaksanakan.87 Metode lainnya

seperti pelayanan medis secara daring juga dilakukan oleh beberapa

dokter muda di Amerika. Menggunakan Telehealth (Telemedical), para

dokter muda dapat memberikan informasi mengenai kesehatan yang

dibutuhkan masyarakat.88 Berikut beberapa contoh bantuan medis kepada

pasien bukan COVID-19 yang dapat dibantu oleh dokter muda:

a. Penapisan awal triase secara daring untuk mencegah terlalu banyak

pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).86

b. Pengantaran suplai obat untuk beberapa bulan ke depan kepada pasien

penyakit kronis86

c. Memberikan edukasi kesehatan secara luas melalui daring sesuai

dengan kebutuhan pasien86,88

d. Membantu penggalangan dana untuk biaya penanggulangan COVID-

19, seperti untuk pembelian APD, makanan untuk tenaga kesehatan,

dan bantuan lain.

4. Keluarga

Menjaga masyarakat agar terhindar dari COVID-19 sangat

membantu dalam melandaikan kurva laju penularan COVID-19. Namun

hal ini tidak akan tercapai jika masalah di bagian terkecil dari masyarakat

yaitu keluarga tidak ditangani. Dalam menjalankan physical distancing,

61
diperlukan upaya agar keluarga yang tinggal dalam satu tempat agar tidak

jenuh dan akhirnya mengalami gangguan mental. Beberapa upaya yang

perlu disosialisasikan oleh dokter muda kepada masing-masing keluarga

sehingga dapat mengurangi kejenuhan saat melaksanakan physical

distancing adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan konsultasi masalah mental secara daring

sehingga diharapkan dapat melakukan deteksi awal dan pencegahan

penyakit mental

b. Menggiatkan kelas-kelas daring yang berisi materi edukasi seputar

kesehatan

c. Menggiatkan kelas olahraga secara daring

d. Memberikan informasi mengenai perlindungan diri agar terhindar dari

penularan infeksi saat keluar rumah (menggunakan masker, tetap

menjaga jarak dan membawa handsanitizer) serta segera

membersihkan diri (cuci tangan, mandi, keramas dan mengganti

pakaian) saat kembali ke rumah89

Selain itu, physical distancing mulai dari tahapan paling kecil sampai

besar tentunya memiliki banyak dampak di berbagai sektor kehidupan, baik dari

segi ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya. Dampak-dampak berikut harus

diperhatikan oleh semua sektor dalam implementasi kebijakan physical

distancing.

Pada bidang ekonomi, physical distancing yang mengharuskan setiap

orang menjaga jarak bahkan sampai mengharuskan setiap orang tetap di rumah

62
sangat berdampak terhadap semua sektor pekerjaan terutama pekerjaan-pekerjaan

yang tidak bisa dikerjakan dari rumah.90,91 Banyak sekali sektor pekerjaan yang

terkena dampak physical distancing di Indonesia. Buruh yang bekerja di pabrik

kehilangan penghasilan ketika terjadi penutupan pabrik atau tempat usaha. 92–94

Pedagang baik yang di pasar, pedagang asongan atau keliling, serta pemilik

tempat makan juga berkurang penghasilannya dikarenakan menurunnya mobilitas

masyarakat.92,95–97 Penurunan mobilitas masyarakat juga berpengaruh terhadap

penghasilan penyedia jasa baik transportasi seperti angkutan kota, taksi, ojek, jasa

antar, dan jasa lainnya.92,98–100 Berkurangnya penghasilan masyarakat juga

menurunkan daya beli sehingga berpengaruh terhadap sektor-sektor lain seperti

jual-beli, properti, dan sebagainya.92,99,101

Meskipun dalam physical distancing diberlakukan pembelajaran jarak

jauh, pendidikan juga terkena dampak, dikarenakan banyaknya pengajar maupun

murid yang belum terbiasa melakukan pembelajaran jarak jauh serta kurangnya

fasilitas yang memadai seperti akses internet, sinyal, sarana dan prasarana, serta

media yang digunakan sehingga pembelajaran yang dilakukan juga tidak

efektif.102–104 Hal ini juga yang dirasakan oleh dokter muda yang harus melakukan

pembelajaran jarak jauh sehingga kehilangan kesempatan berharga untuk

meningkatkan keterampilan dan mengurangi kesempatan belajar langsung dari

pasien. Selain itu, dampak lainnya adalah seluruh kegiatan pendidikan seperti

ujian, ekstrakurikuler, hingga sidang tugas akhir (TA) dan wisuda juga tidak bisa

dilaksanakan.105,106

63
Dampak physical distancing juga dirasakan pada sektor keagamaan,

dimana semua kegiatan keagamaan dibatasi. Seluruh upacara atau kegiatan

keagamaan semua agama tidak bisa dilakukan dalam keramaian. Kegiatan

kegamaan seperti misa bagi umat Kristiani, kebaktian bagi umat Budha, ritual

jelang hari raya Nyepi bagi umat Hindu, dan bagi umat Islam kegiatan seperti

salat berjamaah, salat jumat, bahkan salat tarawih, hari raya Idul Fitri, dan ibadah

haji juga terancam tidak bisa dilakukan.107–111

Pada bidang sosial budaya, seluruh kegiatan masyarakat yang melibatkan

orang banyak dilarang seperti pesta, resepsi pernikahan, dan lain sebagainya.112,113

Masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang komunal juga sangat

terdampak dikarenakan kegiatan seperti berkunjung, silaturahmi, bahkan pulang

ke kampung halaman juga dibatasi atau bahkan direncanakan untuk dilarang.110

64
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Novel Coronavirus ( 2019-nCoV )

Situation Report - 1 21 January 2020. WHO Bull. 2020;(JANUARY):1–7.

2. Dong Y, Mo X, Hu Y, Qi X, Jiang F, Jiang Z, et al. Epidemiological

Characteristics of 2143 Pediatric Patients With 2019 Coronavirus Disease

in China. Pediatrics [Internet]. 2020; Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32179660

3. World Health Organization (WHO). WHO Director-General’s remarks at

the media briefing on 2019-nCov on 11 February 2020 [Internet]. 2020

[cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-remarks-at-

the-media-briefing-on-2019-ncov-on-11-february-2020.

4. World Health Organization (WHO). Coronavirus disease (COVID-19)

outbreak [Internet]. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.who.int/westernpacific/emergencies/covid-19

5. World Health Organization (WHO). Coronavirus disease (COVID-19)

Situation Dashboard [Internet]. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://experience.arcgis.com/experience/685d0ace521648f8a5beeeee1b912

5cd

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infografis Covid-19 [Internet].

2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

vi
https://www.covid19.go.id/2020/03/31/infografis-covid-19-31-maret-2020/

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Terkini COVID-19

[Internet]. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://covid19.kemkes.go.id/category/situasi-infeksi-emerging/info-

corona-virus/#.XoMhE4gzbIU

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian Coronavirus Disease (covid-19). 2020;3:1–116.

9. Guo Y-R, Cao Q-D, Hong Z-S, Tan Y-Y, Chen S-D, Jin H-J, et al. The

origin, transmission and clinical therapies on coronavirus disease 2019

(COVID-19) outbreak – an update on the status. Mil Med Res.

2020;7(1):1–10.

10. Wilder-Smith A, Freedman DO. Isolation, quarantine, social distancing and

community containment: pivotal role for old-style public health measures

in the novel coronavirus (2019-nCoV) outbreak. J Travel Med. 2020;1–4.

11. World Health Organization (WHO). Advice for Public [Internet]. 2020

[cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-

for-public

12. European Centre for Disease Prevention and Control. Considerations

relating to social distancing measures in response to the COVID-19

epidemic. 2020;(March):1–12.

vii
13. Kissler, Stephen; Tedijanto, Christine; Lipsitch, Marc; Grad YH. Social

distancing strategies for curbing the COVID-19 epidemic. 2020;(3):1–9.

14. Social Distancing To Fight Coronavirus: A Strategy That Is Working and

Must Continue [Internet]. Center of American Progress. 2020 [cited 2020

Apr 1]. Available from:

https://www.americanprogress.org/issues/healthcare/news/2020/03/25/4822

78/social-distancing-fight-coronavirus-strategy-working-must-continue/

15. Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statiska, editor. Statistika Indonesia

2020. Jakarta: Badan Pusat Statistika; 2020. 89–213 p.

16. Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of

coronavirus disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun [Internet]. 2020;

(February):102433. Available from:

https://doi.org/10.1016/j.jaut.2020.102433

17. World Health Organization (WHO). Infection Prevention and Control

recommendations during Health Care when COVID-19 infection is

suspected NCDC Interim Guidance. 2020;(March):1–5.

18. Hellewell J, Abbott S, Gimma A, Bosse NI, Jarvis CI, Russell TW, et al.

Feasibility of controlling COVID-19 outbreaks by isolation of cases and

contacts. Lancet Glob Heal. 2020;8(4):e488–96.

19. Lockdowns rise as China tries to control virus [Internet]. BBC News. 2020

[cited 2020 Mar 31]. Available from: https://www.bbc.com/news/world-

asia-china-51217455

viii
20. D C. What China’s coronavirus response can teach the rest of the world

[Internet]. Nature News. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.nature.com/articles/d41586-020-00741-x

21. Wuhan lockdown “unprecedented”, shows commitment to contain virus:

WHO representative in China [Internet]. Reuters. 2020 [cited 2020 Mar

31]. Available from: https://www.reuters.com/article/us-china-health-who-

idUSKBN1ZM1G9

22. Coronavirus Update (Live): 809,260 Cases and 39,563 Deaths from

COVID-19 Virus Outbreak [Internet]. Worldometers. 2020 [cited 2020 Mar

31]. Available from: https://www.worldometers.info/coronavirus/

23. COVID-19 response: 6 lessons from China’s Zhejiang Province and

Hangzhou [Internet]. World Economic Forum. 2020 [cited 2020 Mar 31].

Available from: https://www.weforum.org/agenda/2020/03/coronavirus-

covid-19-hangzhou-zhejiang-government-response/

24. Updated Interim Guidance for Medical Students’ Participation in Patient

Care During the Coronavirus (COVID-19) Outbreak [Internet]. AAMC.

2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from: https://www.aamc.org/news-

insights/press-releases/updated-interim-guidance-medical-students-

participation-patient-care-during-coronavirus-covid-19

25. Prem K, Liu Y, Russell T, Kucharski AJ, Eggo RM, Davies N, et al. The

effect of control strategies that reduce social mixing on outcomes of the

COVID-19 epidemic in Wuhan, China. medRxiv.

ix
2020;2667(20):2020.03.09.20033050.

26. Model of Wuhan Trajectory Suggests Longer Social Controls Will Stall a

Second COVID-19 Wave [Internet]. AJMC. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.ajmc.com/newsroom/model-of-wuhan-

trajectory-suggests-longer-social-controls-will-stall-a-second-covid19-

wave-

27. ‘Our experience will be helpful’: Colleagues in China share their COVID-

19 advice with Michigan Medicine leaders [Internet]. University of

Michigan Medical School. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://medicine.umich.edu/medschool/news/‘our-experience-will-be-

helpful’-colleagues-china-share-their-covid-19-advice-michigan-medicine-

leaders

28. Thriving during COVID-19 lockdown: UN Volunteer writes from Wuhan,

China | UNV [Internet]. Unv.org. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available

from: https://www.unv.org/Our-stories/Thriving-during-COVID-19-

lockdown-UN-Volunteer-writes-Wuhan-China

29. Coronavirus Crisis in Wuhan Fosters New Breed of Volunteers [Internet].

Time. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://time.com/5789530/wuhan-volunteers-coronavirus-covid-19-china/

30. Safi, M; Farrrer, M; Giuffrida A. Coronavirus: Italy bans any movement

inside country as toll nears 5,500 [Internet]. The Guardian. 2020 [cited

2020 Mar 31]. Available from:

x
https://www.theguardian.com/world/2020/mar/22/italian-pm-warns-of-

worst-crisis-since-ww2-as-coronavirus-deaths-leap-by-almost-800

31. L C. Social distancing works but epidemic influenced by demographics

[Internet]. Euronews. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.euronews.com/2020/03/18/social-distancing-working-in-italy-

but-epidemic-could-be-determined-by-population-demograp

32. Balmer C, Amante A, Jones G. Coronavirus: Italy extends lockdown to

entire country as new COVID-19 cases surge - National [Internet]. Global

News. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://globalnews.ca/news/6652952/italy-entire-country-lockdown-

coronavirus/

33. S M. Coronavirus in Italy: “Stringent” rules, “confusion” as residents

describe lockdown [Internet]. Global News. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://globalnews.ca/news/6648207/italy-lockdown-

coronavirus/

34. Barari S, Caria S, Davola A, Ivchenko A, Jachimowicz J, King G, et al.

Evaluating COVID-19 Public Health Messaging in Italy : Self-Reported

Compliance and Growing Mental Health Concerns 1. :1–19.

35. Robert GM. Italy Taps Graduating Medical Students During Coronavirus

Outbreak—Will The U.S. Do The Same? [Internet]. Forbes. 2020 [cited

2020 Mar 31]. Available from:

https://www.forbes.com/sites/robertglatter/2020/03/17/italy-taps-

xi
graduating-medical-students-during-coronavirus-outbreak-will-the-us-do-

the-same/#1e49b4ac3971

36. Italian universities scramble to move teaching and research online during

coronavirus lockdown [Internet]. Science Business. 2020 [cited 2020 Mar

31]. Available from: https://sciencebusiness.net/news/italian-universities-

scramble-move-teaching-and-research-online-during-coronavirus-lockdown

37. Donato VDMS. Fresh out of medical school, young Italian doctors are

being fast-tracked to the coronavirus frontline [Internet]. CNN. 2020 [cited

2020 Mar 31]. Available from:

https://edition.cnn.com/2020/03/30/europe/italy-young-doctors-

coronavirus-intl/index.html

38. Coronavirus in Italy: Solidarity in the time of disease [Internet]. DW.COM.

2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.dw.com/en/coronavirus-in-italy-solidarity-in-the-time-of-

disease/a-52823023

39. Covid-19: Movement Control Order imposed with only essential sectors

operating [Internet]. NST Online. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available

from: https://www.nst.com.my/news/nation/2020/03/575177/covid-19-

movement-control-order-imposed-only-essential-sectors-operating

40. Mobilise GPs in battle against Covid-19, urges private doctors’ group

[Internet]. The Star Online. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.thestar.com.my/news/nation/2020/03/29/mobilise-gps-in-

xii
battle-against-covid-19-urges-private-doctors039-group

41. All premises must adhere to social distancing rules, says KL mayor

[Internet]. New Straits Times. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.nst.com.my/news/nation/2020/03/577795/all-premises-must-

adhere-social-distancing-rules-says-kl-mayor

42. Penerapan Social Distancing di Pasar Malaysia Juga Belum Berjalan Baik

[Internet]. Surya Kepri. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://suryakepri.com/2020/03/28/penerapan-social-distancing-di-pasar-

malaysia-juga-belum-berjalan-baik/

43. Malaysia Perpanjang Tempo Social Distancing [Internet]. Kompasiana.

2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://www.kompasiana.com/thsalengke/5e7af85c097f367f2e4adda2/mala

ysia-perpanjang-tempo-social-distancing

44. Chai J. We Verified 21 M’sian Fundraisers You Can Donate To In Support

Of COVID-19 Relief Efforts [Internet]. Vulcan Post. 2020 [cited 2020 Mar

31]. Available from: https://vulcanpost.com/693014/covid-19-charity-

donation-malaysia-food-medical-s

45. COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet]. Worldometers. 2020 [cited

2020 Apr 1]. Available from: https://www.worldometers.info/coronavirus/

46. Coronavirus (COVID-19) [Internet]. CDC. 2020 [cited 2020 Apr 1].

Available from: https://www.coronavirus.gov/

xiii
47. Map: Coronavirus and School Closures [Internet]. Education Week. 2020

[cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://www.edweek.org/ew/section/multimedia/map-coronavirus-and-

school-closures.html

48. Coronavirus (COVID-19) [Internet]. Australian Government Department of

Education, Skills and Employment. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available

from: https://www.dese.gov.au/news/coronavirus-covid-19

49. Government Response to The COVID-19 Outbreak [Internet]. Australian

Government Department of Health. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available

from: https://www.health.gov.au/news/health-alerts/novel-coronavirus-

2019-ncov-health-alert/government-response-to-the-covid-19-outbreak

50. What You Need to Know About Coronavirus (COVID-19) [Internet].

Australian Government Department of Health. 2020 [cited 2020 Apr 1].

Available from: https://www.health.gov.au/news/health-alerts/novel-

coronavirus-2019-ncov-health-alert/what-you-need-to-know-about-

coronavirus-covid-19#protect-yourself-and-others

51. R G. Social distancing may be worth it, but we need to talk about economic

costs [Internet]. The Conversation. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available

from: https://theconversation.com/social-distancing-may-be-worth-it-but-

we-need-to-talk-about-economic-costs-133907

52. Chang SL, Harding N, Zachreson C, Cliff OM, Prokopenko M. Modelling

transmission and control of the COVID-19 pandemic in Australia. 2020;

xiv
53. C H. Coronavirus could be controlled in 13 weeks if 80 per cent of people

stay home, data suggests. [Internet]. ABC News. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.abc.net.au/news/2020-03-25/coronavirus-

covid-19-modelling-stay-home-chart/12084144

54. Milne GJ, Xie S. The Effectiveness of Social Distancing in Mitigating

COVID-19 Spread: a modelling analysis. medRxiv.

2020;2020.03.20.20040055.

55. AMA Federal Council - COVID-19 Communiqué [Internet]. AMA. 2020

[cited 2020 Apr 1]. Available from: https://ama.com.au/media/ama-federal-

council-–-covid-19-communiqué

56. Ramaphosa Declares Coronavirus A National Disaster [Internet]. Times

Live. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://www.timeslive.co.za/news/south-africa/2020-03-15-read-in-full-

ramaphosa-declares-coronavirus-a-national-disaster/

57. South Africa uses water cannon and rubber bullets to enforce lockdown

[Internet]. Financial Times. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://www.ft.com/content/bad47729-32be-4865-b68a-27506158f023

58. South African soldiers fire rubber bullets to enforce social distancing

[Internet]. New York Post. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://nypost.com/2020/03/28/south-african-soldiers-fire-rubber-bullets-to-

enforce-social-distancing/

59. The threat of coronavirus in Africa flags a deeper crisis of global solidarity

xv
[Internet]. World Economic Forum. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available

from: https://www.weforum.org/agenda/2020/04/covid-19-south-africa-

developing-countries/

60. Why a one-size-fits-all approach to COVID-19 could have lethal

consequences [Internet]. The Conversation. 2020 [cited 2020 Apr 1].

Available from: https://theconversation.com/amp/why-a-one-size-fits-all-

approach-to-covid-19-could-have-lethal-consequences-134252

61. What is social distancing? [Internet]. South Africa Health. 2020 [cited 2020

Apr 1]. Available from:

https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/public+content/sa+health

+internet/healthy+living/protecting+your+health/preventing+disease+and+i

nfection/flu+stops+with+you/what+is+social+distancing

62. Social distancing puts Africa’s norms to the test [Internet]. RFI. 2020 [cited

2020 Apr 1]. Available from: http://www.rfi.fr/en/africa/20200325-africa-

coronavirus-social-distancing

63. Glass RJ, Glass LM, Beyeler WE, Min HJ. Targeted Social Distancing

Design for Pandemic Influenza. Emerg Infect Dis. 2006;12(11):1671–80.

64. Willem L, Hoang TV, Funk S, Coletti P, Beutels P, Hens N. SOCRATES:

An online tool leveraging a social contact data sharing initiative to assess

mitigation strategies for COVID-19. medRxiv. 2020;2020.03.03.20030627.

65. Reluga TC. Game theory of social distancing in response to an epidemic.

PLoS Comput Biol. 2010;6(5):1–9.

xvi
66. Ita. “Jangankan Lockdown, Social Distancing Saja Sulit” [Internet].

DetikNews. Jakarta; 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://news.detik.com/dw/d-4953408/jangankan-lockdown-social-

distancing-saja-sulit

67. Countries in The World Population (2020) [Internet]. Worldometer. 2020

[cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://www.worldometers.info/world-population/population-by-country/

68. Midayanti N. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2019. Jakarta;

2020.

69. Gerintya S, Handayani MS. Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya

Saing pun Lemah [Internet]. Tirto ID. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available

from: https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-

lemah-dnvR

70. PSP, ARH. Pemda Minta Uji Corona, Pusat Bicara Kapasitas Laboratorium

[Internet]. CNN Indonesia. Jakarta; 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available

from: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200313082651-20-

483055/pemda-minta-uji-corona-pusat-bicara-kapasitas-laboratorium

71. Thomas VF, Ramadhan G. Mengapa Kasus Corona di Indonesia Melonjak

100 persen dalam Sehari? [Internet]. Tirto ID. 2020 [cited 2020 Mar 31].

Available from: https://tirto.id/mengapa-kasus-corona-di-indonesia-

melonjak-100-persen-dalam-sehari-eE29

72. Jayani DH, Fitra S. Berapa Banyak Tes Corona yang Telah Dilakukan di

xvii
Indonesia? [Internet]. databoks. 2020 [cited 2020 Mar 31]. Available from:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/03/24/berapa-banyak-tes-

corona-yang-telah-dilakukan-di-indonesia

73. Debora Y, DH A. Arti Pembatasan Sosial Berskala Besar Terkait Corona

Covid-19 [Internet]. Tirto ID. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://tirto.id/arti-pembatasan-sosial-berskala-besar-terkait-corona-covid-

19-eKbr

74. Aria P. Kriteria dan Larangan dalam Pembatasan Sosial Skala Besar Covid-

19 [Internet]. Kata Data. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://katadata.co.id/berita/2020/04/01/kriteria-dan-larangan-dalam-

pembatasan-sosial-skala-besar-covid-19

75. Sipahutar T, Aditya A, Rusmana Y, Listiyorini E, Rahadiana R. Indonesia

Closes Schools Across Archipelago as Virus Cases Spike [Internet].

Bloomberg. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-03-15/indonesia-closes-

schools-across-archipelago-as-virus-cases-spike

76. PTJ, VWS. Mahasiswa Kedokteran Tingkat Akhir Dilibatkan Tangani

Corona [Internet]. CNN Indonesia. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available

from: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200314180909-20-

483455/mahasiswa-kedokteran-tingkat-akhir-dilibatkan-tangani-corona

77. Australia Coronavirus Shutdown: What Is Open, Closed and Banned Under

The Current Rules? [Internet]. The Guardian. 2020 [cited 2020 Apr 1].

xviii
Available from: https://www.theguardian.com/australia-

news/2020/mar/30/australia-coronavirus-shutdown-rules-stage-3-not-

lockdown-what-is-closed-open-restrictions

78. World Health Organization (WHO). Rational use of personal protective

equipment for coronavirus disease 2019 ( COVID-19 ). Who.

2020;2019(February):1–7.

79. A, Purwadianto; B, Wasisto; R S. Penerapan Revisi Sumpah Dokter

Terbaru oleh World Medical Association (WMA) di Indonesia. J Etika

Kedokt Indones. 2018;2(1):7.

80. 84 Tenaga kesehatan di Jakarta Positif Corona, 2 Tengah Hamil [Internet].

CNN Indonesia. 2020 [cited 2020 Apr 1]. Available from:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200401164728-20-489260/84-

tenaga-medis-di-jakarta-positif-corona-2-tengah-hamil

81. Chen Q, Liang M, Li Y, Guo J, Fei D, Wang L, et al. Mental health care for

medical staff in China during the COVID-19 outbreak. The Lancet

Psychiatry. 2020;7(4):e15–6.

82. Gerakan #KamiBersamaKalian, dr Tirta Lawan Stigma Negatif Tenaga

kesehatan dan ODP COVID-19 [Internet]. Pikiran Rakyat. 2020 [cited 2020

Apr 2]. Available from: https://www.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-

01359312/gerakan-kamibersamakalian-dr-tirta-lawan-stigma-negatif-

tenaga-medis-dan-odp-covid-19

83. Stokes DC. Senior Medical Students in the COVID-19 Response: An

xix
opportunity to be proactive. Acad Emerg Med [Internet]. 2020;n/a(n/a).

Available from:

https://doi.org/10.1111/acem.13972%0Ahttp://doi.wiley.com/10.1111/acem

.13972

84. Lake J, Mason ;, Turner S. Urgent Need for Improved Mental Health Care

and a More Collaborative Model of Care. Perm Journal/Perm J [Internet].

2017;21:17–024. Available from: https://doi.org/10.7812/TPP/17-024

85. Emergency PH, Concern I, Health M, Use S. Mental Health and

Psychosocial Considerations During COVID-19 Outbreak. 2020;

(January):1–6.

86. 5 ways medical students can assist during the COVID-19 pandemic

[Internet]. American Medical Association. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.ama-assn.org/delivering-care/public-health/5-

ways-medical-students-can-assist-during-covid-19-pandemic

87. Pitt Med Students Step Up to Deliver Life-sustaining Medication [Internet].

Pittwire. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.pittwire.pitt.edu/news/pitt-med-students-step-deliver-life-

sustaining-medication

88. How Permanente uses telehealth during the COVID-19 pandemic

[Internet]. American Medical Association. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.ama-assn.org/delivering-care/public-

health/how-permanente-uses-telehealth-during-covid-19-pandemic

xx
89. Penting tapi Kerap Diabaikan, Begini Cara Lakukan Physical Distancing di

Lingkungan Keluarga [Internet]. Liputan6. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.liputan6.com/citizen6/read/4211021/penting-

tapi-kerap-diabaikan-begini-cara-lakukan-physical-distancing-di-

lingkungan-keluarga

90. Agustina A. Dampak Pandemi Covid-19 Pada Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia [Internet]. Bale Warga. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/66831-Dampak-

Pandemi-Covid-19-Pada-Pertumbuhan-Ekonomi-Indonesia

91. Purwanto A. Stimulus Global Meredam Dampak Korona [Internet].

Kompas. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/27/stimulus-global-meredam-

dampak-korona/

92. Kurnia E. Pendapatan Hilang, Pekerja Informal Tunggu Uluran Bantuan

[Internet]. Kompas. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://kompas.id//baca/ekonomi/2020/03/25/masyarakat-kecil-siap-

menyambut-uluran-bantuan/

93. CA, BB. Efek Corona, 1.200 Karyawan Kontrak PT. Kahatex Dirumahkan

[Internet]. Radar Bandung. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.radarbandung.id/bandung-raya/kabupaten-bandung-bandung-

raya/2020/03/27/efek-corona-1-200-karyawan-kontrak-pt-kahatex-

dirumahkan/

xxi
94. Kosasih E, Kurnia K. Dampak Wabah Virus Corona, Aktivitas Buruh

Pabrik Mulai Dikurangi [Internet]. Galamedia. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.galamedianews.com/bandung-

raya/251954/dampak-wabah-virus-corona-aktivitas-buruh-pabrik-mulai-

dikurangi.html

95. OKE, DRA. Karena Corona, Pedagang Tak Jualan, Mereka Harapkan Ada

Solusi dari Pemkab [Internet]. Pro Kaltim. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://kaltim.prokal.co/read/news/369258-karena-corona-

pedagang-tak-jualan-mereka-harapkan-ada-solusi-dari-pemkab.html

96. Wahyulaspela. Wabup Beltim “Bubarkan” Orang Berkumpul di Warkop

[Internet]. Negeri Laskar Pelangi. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://negerilaskarpelangi.com/2020/04/01/wabup-beltim-bubarkan-orang-

berkumpul-di-warkop/

97. Jamil ERN, Firdaus AM. Corona Mewabah, Pedagang Kaki Lima Menjerit

[Internet]. Ayo Bandung. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.ayobandung.com/read/2020/04/02/84705/corona-mewabah-

pedagang-kaki-lima-menjerit

98. Basrowi. Dampak dari Lesunya Perekonomian Akibat Wabah Corona

[Internet]. Suara.com. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.suara.com/yoursay/2020/03/30/151403/dampak-dari-lesunya-

perekonomian-akibat-wabah-corona

99. Andriani D. Dampak Virus Corona, Pendapatan Peritel Melemah [Internet].

xxii
Bisnis.com. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200330/12/1219926/dampak-virus-

corona-pendapatan-peritel-melemah

100. Alaydrus H, Wildan M. Driver Ojol Terdampak Corona, Jangan Sedih!

Pemerintah Bakal Kasih Bantuan [Internet]. Bisnis.com. 2020 [cited 2020

Apr 2]. Available from:

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200326/9/1218360/driver-ojol-

terdampak-corona-jangan-sedih-pemerintah-bakal-kasih-bantuan-

101. Kusuma H. Corona Serang RI, Daya Beli Masyarakat Bisa Babak Belur

[Internet]. Detik Finance. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4929733/corona-serang-

ri-daya-beli-masyarakat-bisa-babak-belur

102. Arika Y. Guru Butuh Pelatihan agar Pembelajaran Jarak Jauh Lebih Efektif

[Internet]. Kompas. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://kompas.id/baca/humaniora/dikbud/2020/04/01/guru-butuh-

pelatihan-agar-pembelajaran-jarak-jauh-lebih-efektif/

103. Rajab M. Evaluasi dan Optimalisasi Pembelajaran Daring [Internet].

DetikNews. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://news.detik.com/kolom/d-4960905/evaluasi-dan-optimalisasi-

pembelajaran-daring

104. Tim Redaksi. Imbas Pandemi Virus Corona Bagi Dunia Pendidikan

Indonesia dan Global [Internet]. Kumparan Sains. 2020 [cited 2020 Apr 2].

xxiii
Available from: https://kumparan.com/kumparansains/imbas-pandemi-

virus-corona-bagi-dunia-pendidikan-indonesia-dan-global-1t5YVXRYAbo

105. Salsabila T. Unikom Tunda Wisuda hingga September 2020 akibat Wabah

Virus Corona [Internet]. Pikiran Rakyat. 2020 [cited 2020 Apr 2].

Available from: https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-

01352324/unikom-tunda-wisuda-hingga-september-2020-akibat-wabah-

virus-corona

106. Tim Redaksi. Mahasiswa Ini Sidang Skripsi Online dari Kamar Kos karena

Corona [Internet]. Suara.com. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.suara.com/partner/content/keepo/2020/03/20/130311/mahasis

wa-ini-sidang-skripsi-online-dari-kamar-kos-karena-corona

107. Reviyanto D. Cegah Corona, Upacara Ritual Jelang Nyepi di Bali Dibatasi

[Internet]. CNN Indonesia. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200323024042-20-

485865/cegah-corona-upacara-ritual-jelang-nyepi-di-bali-dibatasi

108. Prayoga R, RH P. Ibadah massal Kristiani & Budha diimbau ditunda terkait

COVID-19 [Internet]. Antara News. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available

from: https://www.antaranews.com/berita/1368586/ibadah-massal-kristiani-

budha-diimbau-ditunda-terkait-covid-19

109. Kurniawan A, Setiawan K. Soal Larangan Shalat Jamaah dan Jumat, Ini

Uzur yang Dikemukakan LBM PBNU [Internet]. nu online. 2020 [cited

2020 Apr 2]. Available from: https://www.nu.or.id/post/read/118053/soal-

xxiv
larangan-shalat-jamaah-dan-jumat--ini-uzur-yang-dikemukakan-lbm-pbnu

110. Rahma F. Idul Fitri 2020 Terancam Darurat Corona Usai Pemerintah

Perpanjang Masa 91 Hari, Ada Larangan Mudik! [Internet]. Tribun News.

2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://palembang.tribunnews.com/2020/03/20/idul-fitri-2020-terancam-

darurat-corona-usai-pemerintah-perpanjang-masa-91-hari-ada-larangan-

mudik

111. Muliya D. Imbas Virus Corona, Ibadah Haji Tahun Ini Terancam Batal?

[Internet]. Kompas TV. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://www.kompas.tv/article/72044/imbas-virus-corona-arab-saudi-tunda-

penyelesaian-haji-2020-ibadah-haji-tahun-ini-terancam-batal

112. Tim Redaksi. 4 Kriteria Perkumpulan Massa yang Langsung Dibubarkan

Polisi Saat Wabah Corona [Internet]. Kumparan News. 2020 [cited 2020

Apr 2]. Available from: https://kumparan.com/kumparannews/4-kriteria-

perkumpulan-massa-yang-langsung-dibubarkan-polisi-saat-wabah-corona-

1t5A8J0K8Qr

113. Septianto B. Imbas Pandemi Corona, Polisi Bubarkan Pesta Pernikahan di

Kuningan [Internet]. Tirto ID. 2020 [cited 2020 Apr 2]. Available from:

https://tirto.id/imbas-pandemi-corona-polisi-bubarkan-pesta-pernikahan-di-

kuningan-eH3Y

xxv

Anda mungkin juga menyukai