Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Pembangunan Perkotaan

Volume 5, Nomor 2, Juli – Desember 2017


p-ISSN 2338-6754
e-ISSN 2581-1304
http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

URBAN FARMING BERBASIS AQUAPONIC SYSTEM

Kinanti Wijaya1, Jubaidah2, Anik Juli Dwi Astuti3


1)
Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
2)
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Medan
3)
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Abstrak
Urban farming adalah praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan pangan di atau sekitar kota.
Konsep ini merupakan alternatif solusi memperpendek jarak antara rodusen dan konsumen, sehingga
bahan pengawet dan proses tambahan lainnya tidak dibutuhkan. Hal ini membuat konsumen mendapat
jaminan bahan pangan yang masih segar terutama untuk sayuran dan ikan. Aquaponik adalah suatu
kombinasi sistem akuakultur (budiyada ikan) dan budidaya tanaman hidroponik (seperti sayuran).
Amonia dari urin ikan dapat menjadi pupuk bagi tanaman setelah diubah oleh bakteri tertentu. Pada
sistem yang hemat lahan dan air ini, ikan dan tanaman dapat tumbuh dalam satu sistem yang
terintegrasi, dan menciptakan suatu simbiotik antara keduanya dengan memanfaatkan sistem
resirkulasi. Sistem Aquaponik merupakan solusi permasalahan usaha budidaya sayuran perkotaan
(urban farming). Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat peningkatkan hasil panen sayur dan serta penghasilan tambahan dari
ikan lele yang dikembangkan. Tanaman sayuran tumbuh dengan subur dan lebih cepat panen. Rasa
sayuran juga lebih enak. Hasil panen lele juga cukup menggembirakan.

Kata Kunci : Urban farming, Aquaponic system, Budidaya ikan lele

Pendahuluan cukup mahal, ikan banyak yang mati selama proses


Tinggal di perbatasan kota Medan, yang pembesaran, dan hasil panen yang kadang tidak
merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di memuaskan karena ikan tidak tumbuh besar sesuai
Indonesia setelah Jakarta, dan Surabaya, memiliki harapan.
permasalahan sekaligus potensi tersendiri. Kota Selain itu, pemasaran hasil panen juga
Medan memiliki penduduk terpadat di luar pulau menjadi kendala tersendiri. Disamping itu,
Jawa dengan total pupulasi penduduk sekitar 2,2 juta kebanyakan ibu-ibu di daerah tempat tinggalnya,
jiwa (sensus 2012). Masyarakat urban umumnya hobi menanam sayur mayur seperti sawi, cabai,
menghabiskan sekitar 40-60% penghasilannya untuk terong, dan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan
makanan. harian.
Sementara, hampir semua bahan pangan Agar tanamannya tumbuh subur ia harus
diimpor dari luar kota. Tak jarang harga bahan menyiramnya setiap hari minimal dua kali sehari,
pangan menjadi mahal setelah sampai di kota, salah pagi dan sore, serta harus memberi pupuk minimal
satu penyebabnya adalah biaya transportasi yang seminggu sekali. Berdasarkan hasil diskusi dan
cukup besar. Jarak produsen ke konsumen yang analisis kendala yang dihadapi para mitra, maka
cukup jauh, mengharuskan sebagian besar bahan penulis menyimpulkan beberapa permasalahan yang
pangan perlu diberi tambahan pengawet, atau terjadi pada mitra yaitu : 1.) Hasil panen yang kurang
dipanen sebelum waktunya lalu di karbit. memuaskan disebabkan karena ikan lele tidak
Selain karena keterbatasan akses bahan tumbuh
pangan, masyarakat urban cenderung memilih besar seperti yang diharapkan, 2). Banyaknya ikan
makanan cepat saji atau makanan dalam kemasan yang mati pada proses pembesaran disebabkan oleh
yang umumnya memiliki kalori tinggi dan nutrisi kondisi ikan yang berdesakan hingga terluka. Ikan
rendah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah yang terluka menjadi makanan bagi ikan lele yang
kesehatan seperti obesitas, diabetes dan bahkan lain karena sifat ikan lele yang terbiasa dengan bau
jantung koroner yang mematikan. amis akibat pengaruh dari pelet yang ada campuran
Mitra adalah peternak ikan lele yang keongnya. Sehingga bila tidak ada makanan, ikan lele
tinggal di daerah Medan Perjuangan. Selama ini, akan memakan kawannya sendiri yang terluka, 3)
budidaya ikan lele yang ia lakukan hanya sebatas Harga pakan lele yang cukup mahal menyebabkan
hobi dan kurang mendapat banyak keuntungan. peternak lele hanya memberi makan tiga kali sehari,
Penyebabnya antara lain, harga pakan ikan yang di pagi siang dan malam hari. Sementara, sifat ikan

111
lele yang aktif mencari makan di malam hari bila 2. Menyiapkan pendamping dari tim pakar
tidak mendapat makanan yang cukup, maka perguruan tinggi.
temannya akan dimakan. Hal ini juga menjadi 3. Pembinaan kelompok oleh pendamping dan
penyebab banyaknya ikan yang hilang, 4) Ikan-ikan instansi terkait.
yang besar cenderung lebih agresif dan akan timbul 4. Merealisasi program aksi dengan cara
dipermukaan saat pemberian pakan. Namun ikan- kemitraan.
ikan yang kecil masih berada dibawah tidak 5. Memonitoring dan evaluasi kegiatan usaha
kelihatan. Sehingga pada saat panen, masih banyak yang dilakukan
ditemukan ikan-ikan yang berukuran kecil karena
kalah bersaing dengan ikan yang besar dalam D. Evaluasi
mendapatkan makanan, 5) Urin ikan dapat menjadi 1. Tahap awal adalah mengukur tingkat
racun bagi dirinya sendiri. Sehingga dengan pemahaman dari edukasi dan sosialisasi yang
kepadatan ikan yang tinggi, konsentrasi urin juga telah disampaikan.
akan tinggi. Hal ini tidak sehat bagi ikan itu sendiri 2. Tahap proses kegiatan adalah mengetahui
yang dapat menghambat pertumbuhannya, 6) Air kemampuan Tim Mitra mengimplimentasikan
yang digunakan untuk menyiram tanaman banyak seluruh materi pelatihan yang telah diberikan
terbuang percuma, 7) Cukup banyak waktu yang oleh tim
dibutuhkan untuk menyiram tanaman, karena harus pakar.
disiram secara rutin pagi dan sore, 8) Diperlukan 3. Tahap akhir adalah melihat keberhasilan dari
pupuk tambahan sebagai penyubur tanaman. Hal ini kegiatan yang telah dilaksanakan yang
mengakibatkan perlu adanya biaya tambahan. 9) diindikasikan dengan dihasilkannya sayuran
Sayuran yang ditanam hanya cukup untuk memenuhi hijau dan ikan segar.
kebutuhan harian tanpa bisa dijual untuk
mendapatkan penghasilan tambahan maupun E. Tahap Pemantauan
pengganti biaya listrik. Tahap pemantauan ini dilakukan setelah
kegiatan selesai apakah berjalan sesuai dengan yang
Metode diharapkan.
Pelaksanaan program ini dilaksanakan
sebagai upaya pemberdayaan kelompok petani urban Pembahasan
dalam bidang kewirausahaan melalui kegiatan 1. Tahap Persiapan
pelatihan kewirausahaan yang menitik beratkan Tim melakukan persiapan dengan
kepada pengembangan sistem aquaponik. berkoordinasi dengan pihak Lembaga Pengabdian
Mekanisme pelaksanaan program yang Masyarakat (LPM) Unimed dengan Mitra.
akan dilakukan adalah : (1) Sosialisasi dan Edukasi, Selanjutnya tim melakukan peninjauan kolam. Saat
(2) Rancang Bangun Sistem Aquaponik, (3) peninjauan, kondisi kolam sudah berisi air berwarna
Pelatihan Maintenance dan keselamatan kerja, (4) hijau dengan beberapa ikan lele didalamnya. Kolam
Pelatihan manajemen usaha, serta (5) pendampingan. yang tersedia seluas 8 x 8 x 1 m3. Disamping itu, ada
tambahan tiga kolam kecil yang belum
A. Tahap Persiapan termanfaatkan, yaitu ada 2 buah kolam ukuran 3 x 1
Tahapan persiapan untuk pembuatan sistem x 0,45 m3 dan satu kolam berukuran 2 x 1 x 0,5 m3.
aquaponik adalah meliputi perancangan yang sudah Hasil peninjauan, diputuskan untuk
dianalisa seluruh aspek yang diperlukan untuk menggunakan salah satu kolam kecil untuk
meningkatkan hasil panen dan tambahan penghasilan penerapan teknologi aquaponic system yang
bagi petani. Perancangan sistem aquaponik berukuran 3 x 1 x 0,45 m3. Tahap berikutnya adalah
mempertimbangkan luas lahan dan kondisi lahan mempersiapkan bibit lele. Pada tahap ini, tim
serta pencahayaan matahari yang cukup. melakukan survey ke beberapa tempat penjualan
bibit ikan lele. Jumlah bibit ikan disesuaikan dengan
B. Tahap Pelaksanaan luas kolam.
1. Sosialisasi dan Edukasi Sistem Aquaponik Karena luas kolam hanya 3 x 1 m2, maka
2. Rancang Bangun Sistem Aquaponik padat tebar ikan dalam kolam yang memungkinkan
3. Pembibitan Tanaman dan Mempersiapkan adalah sekitar 300-500 ekor. Tim memutuskan untuk
Media Tanam memasukkan sebanyak 500 ekor ikan lele ke dalam
4. Maintenance dan Keselamatan Kerja kolam. Jenis lele yang dipakai adalah jenis lele
5. Manajemen Usaha kampung. untuk 500 ekor ikan lele, diperlukan pakan
6. Pendampingan seberat 125 gram perhari. Pakan sebanyak ini dibagi
menjadi 5 bagian yang sama. 1 bagian untuk pagi
C. Pembinaan dan Pemberdayaan UKM Mitra hari, sekitar pukul 7. Sementara siang (jam 12) dan
1. Menyiapkan bahan penyuluhan penatanan sore hari (jam 5) masing-masing juga 1 bagian.
untuk pendamping Tim Mitra Sedangkan di malam hari (jam 10) diberi 2 bagian.
Selanjutnya, setiap dua hari sekali ikan lele

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 111-114


112
ditimbang kembali untuk mengetahui perubahan mengimplementasikan materi pelatihan. Mitra
berat ikan. Pertambahan berat badan ikan juga sangat antusias dalam melakukan tahapan
menunjukkan ikan berkembang dengan baik. proses kegiatan
3) Tahap akhir adalah melihat keberhasilan dari
kegiatan yang telah dilaksanakan yang
diindikasikan dengan dihasilkannya sayuran
hijau dan ikan segar. Dari hasil pantauan, secara
umum, sayuran tumbuh dengan subur dan
cukup memuaskan. Sedangkan ikan tumbuh
besar maksimal. Air kolam juga tidak perlu
sering diganti karena kotoran pada air kolam
diserap oleh akar-akar tanaman sebagai sumber
nutrisi
5. Tahap Pemantauan
Hasil pemantauan menunjukkan secara
keseluruhan kegiatan berjalan sesuai dengan yang
2. Tahap Pelaksanaan. diharapkan. Hasil panen ikan lele dan sayur juga
a. Sosialisasi dan Edukasi Sistem Aquaponik cukup memuaskan. Menurut mitra, ikan dan sayur
b. Rancang Bangun Sistem Aquaponik hasil aquaponik rasanya lebih enak.

Disisi lain, tentu saja, kegiatan ini juga


menghadapi beberapa kendala. Kendala utama
c. Pembibitan Tanaman dan Mempersiapkan adalah pada proses pembesaran ikan. Selama proses
Media Tanam ini, ikan cukup banyak yang mati. Kemungkinan
d. Maintenance dan Keselamatan Kerja penyebabnya adalah, pertama bibit yang kurang
e. Manajemen Usaha unggul. Bibit lele yang digunakan adalah jenis bibit
3. Tahap Pendampingan, Pembinaan dan lele kampung. Kedua, kesalahan pada proses
Pemberdayaan Mitra pemberian makan di minggu-minggu awal
Setelah pelatihan, tim melakukan pembesaran. Mitra memberi pakan berlebihan
pendampingan pada mitra untuk menyusun rancana sehingga ikan kekenyangan dan mati. Terakhir,
bisnis, merancang sistem aquaponik, menyiapkan jadwal pemberian pakan yang terkadang tidak tepat
bibit tanaman dan media tanam, melakukan waktu mengakibatkan ikan lele mati karena dimakan
maintenance sistem aquaponik (ikan dan tanaman), oleh ikan lele lainnya. Namun, berdasarkan
serta membuat catatan cashflow keuangan usaha pengalaman para peternak lele, hal ini adalah
mereka fenomena yang masih tergolong wajar.
4. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara bertahap yaitu Kesimpulan
: Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
1) Tahap awal adalah mengukur tingkat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan
pemahaman dari edukasi dan sosialisasi yang judul urban farming berbasis aquaponic system,
telah disampaikan. Hasilnya menunjukkan yaitu: 1) Masyarakat urban dapat memanfaatkan
bahwa, secara umum peserta sosialisasi dan lahan sempit untuk memenuhi kebutuhan harian
mitra dapat dengan cukup mudah memahami seperti sayur dan ikan dengan menggunakan sistem
apa yang disampaikan terkait dengan teknologi aquaponik. 2) Sistem akuaponik secara praktis dapat
bercocok tanam ala urban dengan kombinasi menghemat waktu penyiraman sayuran dan
budidaya ikan yang disebut aquaponik sistem menghemat penggunaan air. Sayur yang dihasilkan
2) Tahap proses kegiatan adalah mengetahui juga lebih segar, serta rasanya lebih manis dan enak.
kemampuan Mitra mengimplimentasikan 3) Ikan dapat berkembang lebih baik karena
seluruh materi pelatihan yang telah diberikan ekosistem air lebih terjaga dimana urine ikan yang
oleh tim pakar. Hasilnya, mitra menunjukkan telah terurai menjadi sumber nutrisi yang bermanfaat
kemampuan yang cukup memadai dalam bagi tumbuhan. 4) Adanya proses sirkulasi air

Urban Farming Berbasis Aquaponic System


Kinanti Wijaya, Jubaidah, Anik Juli Dwi Astuti 113
menambah kadar oksigen dalam air kolam sehingga
ikan dapat tumbuh lebih baik. 5) Kelebihan dalam
pemberian pakan dapat mengakibatkan kematian
pada ikan. 6) Setelah waktu tertentu, ikan-ikan harus
dipisah sesuai ukuran agar dapat tumbuh secara
optimal..

Daftar Pustaka

Lovatelli, Alessandro et all. (2014). Small-scale


Aquaponic Food Production. FAO

Fisheries and Aquaculture Technical Paper. ISSN


2070-7010

Sani, R.A ( 2013),. Pembinaan Masyarakat Berbasis


Iptek, Cita Pustaka Media Perintis, Medan.

Suparmono, dkk. (2014). Efektifitas Sistem


Akuaponik dalam Mereduksi Konsentrasi

Amonia pada Sistem Budidaya Ikan. E-Jurnal


Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan. Volum III No. 1 Oktober 2014. ISSN. 2302-
3600

Trebic, Tatjana and Connolly, Keith. (2010).


Optimization of Backyard Aquaponic

Food Production System. Faculty of Agricultureal


and Environmental Sciences, Macdonald
Campus, McGill University.

Viladomat, Lorena. (2012). Handbook for


construction and operation of domestic scale
aquaponic systems in the West Bank.
Oxfam. Italia.

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 111-114


114

Anda mungkin juga menyukai