Anda di halaman 1dari 8

Vol. 1, No.

3 2018 P-ISSN: 2621-3273


E-ISSN 2621-1548

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013


DENGAN MENGGUNAKAN LOGIC MODEl
DI SMK NEGERI 1 LINTAU BUO
Febrison1*, Fahmi Rizal2 dan Wakhinuddin3
1
SMK Negeri 1 Lintau Buo
23
Universitas Negeri Padang
*Corresponding author, e-mail: febrisonlubuk@gmail.com

Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan (implementasi) Kurikulum 2013 di SMK
Negeri 1 Lintau Buo dengan menggunakan Evaluasi Logic Model yang mencakup 4 aspek yaitu; evaluasi input,
evaluasi aktivitas, evaluasi output dan evaluasi outcomes. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan gabungan/mixed dengan metode sequential explanatory (urutan pembuktian), penelitian ini
dilakukan dengan melakukan penelitian kuantitatif terlebih dahulu, kemudian melanjutkan penelitian dengan
metode kualitatif untuk menemukan kesimpulan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Tabel Nomogram
Henry King, sehingga jumlah guru yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 78 orang. Pada penelitian ini,
peneliti menemukan bahwa implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Lintau Buo masih tergolong cukup
dengan rata-rata skor adalah 3,84 dan TCR adalah 75,52%. Hasil evaluasi implementasi Kurikulum 2013 pada
aspek input adalah baik dengan rata-rata skor adalah 3,96 dan TCR adalah 80,28%, pada aspek aktivitas
adalah cukup dengan rata-rata skor adalah 3,70 dan TCR adalah 74,06%, pada aspek output implementasi
Kurikulum 2013 adalah cukup dengan rata-rata TCR adalah 3.96 dan rata-rata indikator adalah 73,62%,
selanjutnya pada aspek outcomes adalah cukup dengan rata-rata skor adalah 3,73 dan TCR adalah 74,13 %.
Implikasi penelitian ini adalah adanya perlunya peningkatan dan perbaikan pada aspek aktivitas, input, dan
outcomes, meski komponen evaluasi aktivitas telah menunjukkan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang baik.
Penulis merekomendasikan kepada kepala sekolah dan pengawas agar secara berkesinambungan mengawasi
dan mendampingi pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 oleh guru, guru juga harus mampu
meningkatkan kemampuan dan wawasan serta menciptakan hubungan yang harmonis dan saling mendukung
demi terlaksananya Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Lintau Buo

Kata Kunci: Metode Evaluasi Kombinasi, Logic Model, Kurikulum 2013

Abstract— This research aims at evaluatiing the implementation of 2013 Curricullum at SMK Negeri 1 Lintau Buo
by using logical model evaluation that comprises of 4 aspects which are input evaluation, activity evaluation, output
evaluation and outcome evaluation. The research approach used is the combinations between mixed adn sequential
explanatory methods (evidential sequence). Furthermore, this research is done by using quantitative research at
first, then it is continued by using qualitative method to find out the conclusion. Sample collection technique uses
Nomogram Henry King Table, so that there are about 78 teachers who are involved in this research. In this
research, the writer figured out that the implementation of 2013 Curricullum at this school is in enough category
with the average score of 3,84 and with TCR of 75,52%. The result of 2013 Curricullum implementation
evaluation on input aspect is good with the average score is 3,70 and TCR is 80,28%. The score for activity aspect is
enough with the average of 3,70 and TCR is 74,06%. For output aspect, the score is enough with the averagen TCR
is 3,96 and indicator average is 73,62%. The score on outcome aspect is enough with the average of 3,73 and TCR
is 74,13%. The implication of this research is there is a need of improvement and increase on activity,input and
outcome aspect eventhough the component on activity evaluation has shown implementation of 2013 Curricullum
good. The writer recommends the headmasters and school supervisors to continously supervise and accompany the
teachers on the implementation of 2013 Curricullum.The teachers should be able also to create harmonious and
supportive relation for the implemtation of 2013 Curricullum at SMK Negeri 1 Lintau Buo.

Keywords: Logic Combination Evaluation Methid, 2013 Curricullum

Attribution-NonCommercial 4.0 International. Some rights reserved 75


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

I. PENDAHULUAN kepada pendidikan vokasional. Aspek perubahan


tersebut meliputi penambahan 6 program keahlian,
Pendidikan merupakan proses yang sangat
40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian),
fundamental bagi perkembangan dan kemajuan
Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan
suatu bangsa [1]. Berbagai lembaga pendidikan
produktif. Dengan demikian, Kurikulum 2013
formal maupun non formal menjadi sarana penting
diharapkan memberikan lebih banyak penguasaan
dalam penyelenggaraan pedidikan di Indonesia [2].
kompetensi kejuruan bagi peserta didik.
SMK (sekolah menengah kejuruan) merupakan salah
Semenjak tahun 2013, sejumlah sekolah
satu lembaga yang memiliki tujuan pengembangan
termasuk tingkat kejuruan telah dipilih sebagai pilot
kemampuan vokasi bagi siswanya [3]. Diantara
proyek pengembangan Kurikulum 2013, termasuk
kelebihan lembaga pendidikan formal ini ialah,
SMKN 1 Lintau Buo. Menurut Wakil Kurikulum ES
tamatan SMK dapat langsung terjun ke dunia kerja
(Wawancara, tanggal 12 Agustus 2015) perubahan
bila tidak ingin melanjutkan pendidikan ke
kurikulum mencakup empat aspek, yaitu standar isi,
perguruan tinggi, karena selama masa studi mereka
kelulusan, standar proses dan evaluasi. Pada tahun
dibekali dengan berupa kompetensi keahlian dasar
pertama diberlakukan bagi tiga mata pelajaran, yaitu
yang cukup memadai [4]. Sehingga output SMK
matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah
dapat bersaing di dunia industri dan dunia usaha.
Indonesia. Pada tahun kedua, yaitu 2014, baru
Selain bisa langsung bekerja, jika siswa tamatan
diberlakukan pada seluruh mata pelajaran. Hal ini
SMK ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan
memberikan perubahan yang signifikan terhadap
tinggi, maka peluang tersebut juga sangat terbuka,
keseluruhan proses hingga evaluasi pembelajaran
karena studi mereka merupakan tambahan atau
yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Bentuk
pengembangan kompetensi dasar mereka selama
perubahan pada standar isi (Permendikbud No.60
belajar di SMK [5][6][7].
tahun 2014) [8], dan proses (Permendikbud No.65
Untuk mengembangkan sebuah sistem
tahun 2013) [9] diantaranya adalah:
pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan di
1. Kompetensi inti terdiri dari kompetensi dasar
atas, diperlukan sebuah kurikulum yang tepat dan
spiritual, sosial, pengetahuan dan
sesuai. Kurikulum menurut Undang-undang Nomor
keterampilan.
20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah
2. Mata pelajaran pada sekolah kejuruan dibagi
“Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
atas kelompok A, B, dan C.
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
3. Muatan atau isi kurikulum disesuaikan dengan
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
bahan ajar/buku/silabus yang telah disebarkan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
selama pelatihan Kurikulum 2013. Ada mata
pendidikan tertentu”. Untuk mencapai tujuan
pelajaran yang telah menerima buku dan ada
pendidikan nasional maka perubahan kurikulum agar
yang hanya dalam bentuk softcopy, sementara
tepat saran sangat diperlukan. Perubahan Kurikulum
pada umumnya bahan ajar untuk mata
Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013
pelajaran kejuruan dikembangkan oleh guru
pada sekolah menengah kejuruan diharapkan dapat
melalui silabus.
memberikan dampak terhadap pengembangam
4. Silabus
kualitas sumber daya manusia di SMK baik secara
5. Jumlah jam pada beberapa mata pelajaran
input, proses maupun outputnya. Menurut
6. Struktur RPP
Kemendikbud, Pengembangan Kurikulum 2013
7. Pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih
merupakan langkah lanjutan Pengembangan
mengacu kepada pendekatan saintifik
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
Sementara itu, perubahan pada standar
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup
evaluasi berdasarkan Permendikbud RI No. 104
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Tahun 2014 dan Permendikbud RI No. 50 Tahun
secara terpadu. Hal ini dapat dipahami bahwa
2015 ialah:
Kurikulum 2013 tidak hanya mengacu kepada
1. Perubahan kompetensi sikap spiritual,
pengembangan hard skill tapi juga soft kill peserta
kompetensi sikap sosial, kompetensi
didik secara khusus.
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.
Pada Kurikulum 2013 (Kemendikbud),
2. Skala penilaian sebagaimana dimaksud pada
perubahan kurikulum di SMK mencakup perubahan
ayat (1) untuk kompetensi sikap
elemen kedudukan (isi) terutama dikembangkan dari
menggunakan rentang predikat Sangat Baik
kompetensi. Sehingga peserta didik dapat diarahkan
(SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).
pada penguasaan kompetensi, karena itu kurikulum
3. Skala penilaian sebagaimana dimaksud pada
ini dapat diartikan sebagai pengembangam dari
ayat (1) untuk kompetensi pengetahuan dan
kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu

76 Jurnal PTK: Research and Learning in Vocational Education


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

kompetensi keterampilan menggunakan berlangsung. Dari segi output sendiri misalnya


rentang angka dan huruf susahnya siswa SMK menjadi wirausahawan
SMK Negeri 1 Lintau Buo merupakan satu di mandiri atau bahkan bersaing dengan lulusan lain
antara lima SMK Negeri yang terletak di Kabupaten mencari pekerjaan sesuai jurusan yang mereka pilih.
Tanah Datar. Sekolah ini merupakan SMK Sebagaimana telah penulis jelaskan di atas,
kelompok teknologi rekayasa dengan delapan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 memberikan
kompetensi keahlian, yaitu: dampak yang besar terhadap pendidikan di SMKN 1
1. Teknik Pemesinan Lintau Buo, karena kurikulum ini baru berjalan
2. Teknik Kendaraan Ringan selama enam semester, tapi telah memberikan
3. Teknik Audio Video perubahan dan sejumlah hasil yang signifikan bagi
4. Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik perkembangan pendidikan di sekolah. Meskipun
5. Teknik Komputer dan Jaringan demikian sejauh mana keberhasilan Kurikulum 2013
6. Teknik Rekayasa Perangkat Lunak terhadap perubahan iklim belajar serta
7. Teknik Konstruksi Batu Beton mempengaruhi kualitas pembelajaran perlu
8. Teknik Gambar Bangunan dilakukan kajian berupa penelitian evaluasi program
Dari delapan kompetensi keahlian di SMK, kurikulum dalam hal ini penulis menggunakan
masing-masing kompetensi dikelola oleh seorang metode Logic Model.
Ketua Kompetensi Keahlian (KPK) dan dibantu oleh Bagi guru sendiri, ditemukan beberapa
seorang Kepala Bengkel. Berdasarkan data yang kendala dalam melaksanakan Kurikulum 2013
diperoleh dari bidang tata usaha SMK Negeri 1 antara lain, bila dilihat dari tahap evaluasi Logic
Lintau Buo, jumlah siswa SMKN 1 Lintau Buo pada Model dari segi input misalnya untuk menyusun
tahun ajaran 2014/2015 adalah 730 orang siswa yang perangkat ajar masih banyak guru yang kurang
terdiri dari Jumlah rombongan belajar kelas X mampu mengoperasikan komputer apalagi untuk
sebanyak 9, kelas XI sebanyak 8 rombongan belajar, menyajikan pelajaran berbantuan komputer begitu
dan kelas XII sebanyak 8 rombongan belajar pula saat akan melakukan pelaporan hasil evaluasi.
(Sumber: Tata Usaha SMK Negeri 1 Lintau Buo Sebagaimana data yang diperoleh dari Waka.
(Juni, 2014) Kurikulum diketahui bahwa 35% (37 orang) guru
Struktur pengelolaan kompetensi yang ada masih belum dapat mengoperasikan Microsoft office
seharusnya dapat mengawasi dan meningkatkan dengan baik. Wawancara penulis dengan ED guru
kualitas pembelajaran di masing-masing kompetensi Teknik Pemesinan (wawancara, tanggal 12 januari
keahlian. Selain itu, setiap kelas juga didampingi 2016),
oleh satu orang wali kelas yang bertanggung jawab “Saya memang kurang pandai mengoperasikan
untuk membantu mengembangkan dan mengawasi komputer, untuk menyelesaikan perangkat ajar
perkembangan setiap peserta didiknya, terutama biasanya saya gunakan jasa rental komputer atau
membantu melaporkan dan memproses follow up minta bantuan kawan sesama guru, untuk meng-
input data nilai biasanya juga saya gunakan jasa
(tindak lanjut) hasil evaluasi belajar setiap periode
rental, untuk KBM saya tidak pernah memakai
evaluasi sumatif, seperti mid semester dan ujian komputer sebagai media pembelajaran”
semester. Selain peran KPK dan wali kelas, guru
mata pelajaran juga memiliki peran utama dalam Bila dilihat dari standar isi berupa muatan
menyajikan materi pelajaran kepada siswa di materi pelajaran pada Kurikulum 2013 juga tidak
sekolah. Karena tanpa mereka proses pembelajaran jauh beda dengan kurikulum 2006, dengan jumlah
di sekolah tidak akan terlaksana. Begitu pula peran jam terbatas harus berusaha dimaksimalkan oleh
kepala sekolah sebagai leader dan penanggung guru. Sementara itu, siswa SMKN 1 Lintau Buo
jawab utama terhadap kualitas sekolah. menghabiskan waktu kurang lebih 8 (delapan) jam
Dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan, di sekolah, sehingga cukup menyita waktu dan
SMK seringkali dihadapkan pada tantangan serius tenaga. Guru mengeluhkan jadual mengajar yang
mengenai kualitas input, proses maupun output yang padat sehingga tidak banyak waktu untuk merevisi
dihasilkan. Berbagai persoalan yang muncul seperti perangkat ajar atau melakukan perbaikan kualitas
input (siswa yang masuk SMK) rata-rata berasal dari pada metode mengajar, sebagaimana yang
golongan ekonomi menengah ke bawah, kurangnya dikemukakan oleh YT, guru Fisika (wawancara,
informasi mengenai jurusan yang dipilih dan tanggal 2 Februari 2016),
motivasi belajar yang rendah. Dari segi proses “Jumlah jam yang harus dipenuhi guru dalam
misalnya kendala dari segi waktu belajar di sekolah adalah 24 jam pelajaran selama satu minggu, kami
yang lama (rata-rata jumlah 50 jam per minggu), tidak punya waktu untuk merevisi perangkat
beban kurikulum yang banyak, banyaknya siswa apalagi melakukan inovasi pembelajaran, banyak
yang berhenti (drop out) saat pendidikan materi yang harus cepat diselesaikan terutama jika

Evaluasi Implementasi Kurikulum .....(Febrison, et al.) 77


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

mengajar di kelas XII karena siswa hanya punya suatu cara yang sistematik dan visual untuk
waktu beberapa bulan untuk menghadapi UN, menyajikan dan berbagi pemahaman tentang
selain itu guru juga sebagian besar memiliki hubungan antara sumber-sumber yang
jabatan lain seperti anggota kelompok kerja mengoperasikan program, aktivitas yang
(pokja), wali kelas, atau pembina ekstra kurikuler,
direncanakan serta perubahan yang diharapkan.
sehingga banyak persiapan dan pelaksanaan
pembelajaran tidak maksimal.” Melihat bahwa Kurikulum 2013 sudah
berjalan selama kurang lebih dua setengah tahun di
Kendala dalam evaluasi pembelajaran SMKN 1 Lintau
Kurikulum 2013 juga dihadapi oleh guru di SMK,
misalnya dalam persiapan lembar evaluasi proses II. METODE
yang cukup banyak, karena dalam Kurikulum 2013 Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian
setiap kegiatan atau metode harus memiliki terhadap penerapan kruikulum 2013 di SMK Negeri
penilaian tersendiri, seperti praktek, belajar 1 Lintau Buo adalah penelitian evaluasi dengan
kelompok, tugas mandiri dan sebagainya. pendekatan penelitian mixed method research
Sebagaimana dikemukakan oleh guru Teknik (metode penelitian kombinasi) dengan istilah yang
Gambar Bangunan DM (wawancara, tanggal 14 disingkat oleh Sugiyono sebagai metkom (metode
Februari 2016), kombinasi) [11]. Menurut Gay, Mills and Airasian.
“Dari segi dokumen persiapan evaluasi proses metode penelitan kombinasi atau gabungan adalah
pada umumnya sulit untuk dipenuhi oleh guru, di mengombinasikan data pendekatan kuantitatif dan
samping tidak efektif dari segi waktu, juga tidak kualitatif dalam satu penelitian [12]. Lebih lanjut
efisien dari segi dana, terutama belajar praktek
Gay, dkk. menyatakan tujuan dari metode gabungan
mandiri, jika setiap standar kompetensi ada 5 kali
praktek dan setiap anak memiliki satu lembar ini adalah untuk membangun keharmonian dan
penilaian, maka banyak sekali dana yang harus kekuatan yang ada di antara kedua penelitian
dikeluarkan. Apalagi guru mata pelajaran kuantitatif dan kualitatif agar dapat memahami
kelompok A dan B (umum), yang mengajar 8-12 berbagai fenomena secara mendalam daripada hanya
kelas dengan jumlah siswa rata-rata lebih darri 200 menggunakan satu metode saja.
orang.” Cristensen dalam Sugiyono menyatakan ada 4
kuadran Metkom yang sering digunakan oleh
Banyak persoalan lain yang perlu digali dalam peneliti, tapi peneliti memilih untuk menggunakan
pelaksanaan kurkulum 2013 di SMK Negeri 1 metode sequential explanatory (urutan pembuktian),
Lintau Buo, untuk itu perlu dilakukan sebuah Sugiyono juga menyatakan, metode metode
evaluasi program. Untuk mengukur keberhasilan penelitian kombinasi yang menggabungkan metode
suatu program termasuk kurikulum dapat dilakukan penelitian kuantitatif dengan kualitatif secara
evaluasi program. Tyler (dalam Arikunto, 2004) berurutan, dimana pada tahap pertama dilakukan
menyatakan evaluasi program pendidikan adalah metode penelitian kuantitatif dan tahap kedua
proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan dilakukan penelitian kualitatif [11].
sudah dapat direalisasikan. Secara umum evaluasi Metode kuantitatif berperan untuk
mempunyai makna sebagai alat untuk mengetahui memperoleh data yang bersifat deskriptif,
keberhasilan dan kegagalan suatu program kegiatan komparatif dan asosistif sedangkan metode
dalam mewujudkan tujuan yang seharusnya dicapai. kualitataif berperan untuk membuktikan,
Artinya setelah dilakukan evaluasi secara memperdalam memperluas, memperlemah dan
menyeluruh tentang program Kurikulum 2013. menggugurkan data kuantitatif yang telah diperoleh
Dalam kajian ini, penulis memilih metode evaluasi dari tahap awal. Alasan pemilihan model ini, agar
program Logic Model yang dikembangkan oleh dapat menjawab rumusan masalah penelitian
sejumlah pakar evaluasi program termasuk pada kuantitatif dan kualitatif yang berbeda namun
sejumlah penelitian di universitas Wisconsin- datanya akan saling melengkapi.
Extension Program Development, menurut Kellog
Foundation, Logic Model adalah [9]; III. HASIL DAN PEMBAHASAN
“A Logic Model is a systematic and visual way to
present and share your understanding of the 1. Komponen Input/ Situasi
relationships among the resources you have to Berdasarkan analisis data kuantitatif di atas
operate your program, the activities you plan, and
hasil evaluasi input implementasi Kurikulum 2013
the changes or results you hope to achieve.”
di SMK Negeri 1 Lintau Buo termasuk dalam
kategori baik dengan TCR 80,28% dan rata-rata skor
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami
item pernyataan adalah 3,96.
bahwa evaluasi program Logic Model merupakan

78 Jurnal PTK: Research and Learning in Vocational Education


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

Diketahui dari pada aspek peningkatan implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1
pengetahuan Kurikulum 2013 melalui pelatihan, Lintau Buo telah baik dan perlu peningkatan agar
pendayagunaan workshop, persiapan media ajar, lebih baik lagi.
penyusunan standar isi dan perangkat pembelajaran
2. Komponen Activity/aktivitas
terlihat sudah baik. Tetapi guru masih cukup dalam
memanfaatkan ruang teori, membuat buku ajar Komponen aktivitas meliputi seluruh
sebagai media pembantu dalam mengajar, gambaran persiapan pembelajaran yang dilakukan
melakukan analisis kebutuhan siswa serta oleh guru SMK Negeri 1 Lintau Buo. Berdasarkan
penyesuaian alokasi waktu mata pelajaran. data kuantitatif, aspek ini memiliki kategori cukup
Sebagaimana dibahas dalam analisis data dengan tingkat pencapaian responden (TCR) 74.06%
kualitatif di atas, ada beberapa faktor yang menjadi dan rata-rata item pernyataan guru adalah 3.70.
kendala bagi guru sebagaimana dikemukakan oleh Dilihat pada aspek kesiapan perangkat ajar,
wakil kepala bidang kurikulum (MW, wawancara, seperti minggu efektif, Silabus, analisis SK, KD,
Januari 2017) bahwa guru SMK Negeri 1 Lintau KKM, dan RPP, persiapan agenda, daftar nilai,
Buo pada dasarnya memiliki 3 ruangan utama dalam instrument evaluasi, dan revisi pengembangan
kegatan belajar mengajar, jadi ruang teori secara perangkat ajar telah dilakukan dengan baik oleh
umum dipergunakan oleh guru mata pelajaran paket guru. Namun masih ada sejumlah aspek yang perlu
A dan B (mata pelajaran umum). mendapat perbaikan seperti persiapan daftar hadir,
Sementara itu, dalam hal pembuatan buku sumber belajar, pengembangan diri dalam teknik dan
ajar, memang guru masih kurang memiliki minat media pembelajaran melalui MGMP, dan
dan motivasi dalam menulis dan mengembangkan penyediaan waktu untuk membaca buku/bahan
bahan ajar, sebagian karena faktor waktu dan referensi untuk menambah wawasan guru.
sebagian lagi karena kompetensi dalam penulisan Berdasarkan wawancara dengan wakil bidang
karya ilmiah masih kurang. untuk itu, kepala sekolah Kurikulum, (WA, wawancara tanggal 9 Januari
(AV, wawancara tanggal 9 Januari 2017) 2017) menyatakan bahwa daftar hadir siswa belum
menyatakan akan melakukan upaya peningkatan dipersiapkan oleh guru diawal masuk sekolah karena
kompetensi guru dalam penulisan karya ilmiah kebanyakan guru belum memiliki buku daftar hadir
berupa pemberian reward dan pelatihan secara yang diambil ke bagian sarana prasarana, meskipun
berkala. ada sebagian kecil guru yang telah mempersiapkan
Selanjutnya, dalam melakukan analisis daftar hadir siswa dengan mengetik secara manual.
kebutuhan siswa menurut MW (wawancara tanggal Selain itu, guru SMK Negeri 1 Lintau Buo memang
9 Januari 2017), hal ini disebabkan oleh kurangnya jarang sekali mengikuti pelatihan pengembangan
pengetahuan guru dalam melakukan penilaian wawasan mengenai inovasi dan teknik pembelajaran
kebutuhan siswa, selain faktor keterbatasan waktu karena pada umumnya pelatihan diselenggarakan
dan jumlah rombongan belajar yang banyak. Aspek oleh dinas pendidikan atau kementerian agama (bagi
terakhir yang mendapat kategori cukup ialah guru PAI) dengan materi yang ditentukan.
mengenai penyesuaian alokasi waktu yang Penyusunan media pembelajaran yang
diterapkan oleh Kurikulum 2013, terkadang guru dikembangkan oleh guru sebenarnya memiliki
masih kurang melakukan analisis waktu disebabkan manfaat sendiri bagi guru dan siswa, apabila guru
spectrum setiap tahun yang selalu berubah. mengembangkan sendiri media
Penilaian kebutuhan merupakan hal yang pembelajarannya,maka ia dapat menyesuaikan
sangat penting dilakukan oleh guru sebelum dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Diantara
memulai kegiatan belejar mengajar. Sebagaimana manfaat guru memanfaatkan media dan teknologi
yang dikemukakan oleh guru di sekolah. Di antara pembelajaran di dalam kelas menurut Hamalik [14]:
manfaat menilai kebutuhan do sekolah menurut 1. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit
Vincent D adalah untuk meningkatkan perencanaan untuk berfikir, oleh karena itu
program, sehingga dapat diyakini bahwa usaha mengurangi verbalisme.
untuk memaksimalkan keefektifan sebuah proses 2. Memperbesar perhatian siswa.
yang dinilai berjalan dengan baik [13]. Bagi guru itu 3. Meletakkan dasar-dasar yang penting
sendiri, penilaian kebutuhan sangat berpengaruh untuk perkembangan belajar, oleh karena
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil itu membuat pelajaran lebih mantap
belajar siswa. 4. Memberikan pengalaman nyata yang
Secara garis besar, berdasarkan pengolahan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
data kualitatif dan kuantitatif evaluasi input/aktivitas sendiri dikalalangan siswa
pada implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri
1 Lintau Buo dapat disimpulkan bahwa

Evaluasi Implementasi Kurikulum .....(Febrison, et al.) 79


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur pembelajaran yang mengaktifkan sisiwa seperti


dan kontinyu terutama melalui gambar belajar kelompok, pembelajaran inkuiri, maupun
hidup. pembelajaran tutorial, karena kebanyakan guru
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang masih menerapkan pendekatan teacher centered
dapat membantu perkembangan (terpusat pada guru) dengan mendominasi metode
kemampuan berbahasa. pembelajaran dengan memakai metode ekspositori
Dapat disimpulkan berdasarkan temuan data (ceramah) saja.
kuantitatif dan kualitatif dapat diketahui, bahwa Berdasarkan wawancara dengan SP (9
dalam evaluasi aktivitas guru SMK Negeri 1 Lintau Februari 2017) menyatakan bahwa guru harus
Buo yaitu dalam mempersiapkan segala keperluan mampu memvariasikan metode pembelajaran di
dalam pembelajaran berada dalam kategori baik. kelas serta membawa suasana nyata (real) di dalam
Tatapi masih ditemukan beberapa faktor kelas, sehingga peserta didik memiliki gambaran
penghambat kelancaran persiapan guru seperti luas mengenai kajian ilmu di dalam kelas dan
pembuatan bahan ajar/sumber belajar, membuat mereka termotivasi dalam belajar. Metode
pengembangan diri maupun serta persiapan mengajar yang hanya terfokus pada penyampaian
perangkat disebabkan oleh hal-hal teknis seperti materi (resitasi) akan membuat siswa kurang kreatif
ketersediaan waktu dan dinamika aspek persiapan dan aktif di dalam kelas. Pendekatan dan metode
dalam Kurikulum 2013 itu sendiri. Meskipun pembelajaran yang mengaktifkan siswa seperti
sejumlah pelatihan telah dilaksanakan, namun belum penugasan dengan memberikan lembar kerja (job
dapat mempersiapkan guru secara maksimal dalam sheet), belajar kelompok (cooperative learning),
menghadapi perubahan format perangkat selama penyelesaian masalah (Problem solving), belajar
beberapa beberapa kali periode semenjak program penemuan (discovery learning dan inquiry learning)
piloting Kurikulum 2013 pada tahun 2013. sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan
siswa dapat dilatih memberikan respon aktif di
3. Komponen Evaluasi output (keluaran/proses)
dalam kelas.
Komponen output merupakan komponen inti, Dapat disimpulkan berdasarkan temuan data
dimana proses pelaksanaaan Kurikulum 2013 kuantitatif dan kualitatif, maka komponen
terlaksana di dalam kegiatan belajar mengajar oleh Output/proses masih memerlukan perbaikan dan
guru di SMK Negeri 1 Lintau Buo. Kegiatan ini perubahan agar terlaksana dengan baik. Guru harus
meliputi persiapan atau pembukaan kegiatan mempu mengkreasikan metode pembelajaran, serta
pembelajaran, penggunaan media dan prasyarat memahami karakteristik peserta didik, sehingga
belajar dan pendekatan atau metode pembelajaran. proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Pada hasil evaluasi kuantitatif di atas menujukkan
4. Komponen Hasil/Outcomes
kategori yang cukup (tingkat pencapaian responden
adalah 73,62% dengan rata-rata skor item Komponen hasil/outcomes sebagaimana yang
pernyataan responden adalah 3.96. telah digambarkan pada proses pelaksanaaan
Secara umum persiapan pembelajaran yang Kurikulum 2013 oleh guru di SMK Negeri 1 Lintau
dilakukan guru sebelum kegiatan pembelajaran di Buo, meliputi penyusunan format serta teknis
kelas telah baik, hanya saja dari segi pendekatan, evaluasi, remedial dan pengayaan, dan pelaporan
menyebutkan tujuan pembelajaran dan mengatur hasil belajar. Pada hasil evaluasi kuantitatif di atas
kenyamanan ruang masih cukup. Pada komponen menujukkan kategori yang cukup dengan rata-rata
penggunaan media dan penentuan prasyarat belajar, skor keseluruhan adalah 3,73 dan tingkat pencapaian
guru SMK Negeri 1 Lintau Buo termasuk kategori responden adalah 74,13%. Ada tiga aspek yang
cukup bahkan kurang. Artinya guru masih belum dievaluasi pada komponen ini, yaitu penyusuan
memaksimalkan media/sumber belajar elektronik format laporan dan teknis evaluasi, remedial dan
atau membuat sendiri media, kesulitan dalam pengayaan serta pelaporan hasil evaluasi
mengelola kelas, kurang memahami situasi awal pembelajaran.
siswa (kemampuan awal/pre-requisites) dan masih Pada aspek penyusunan format dan teknis
kurang melibatkan siswa secara aktif. evaluasi terlihat guru telah mencapai kategori baik,
Pada indikator pendekatan dan metode tetapi pada aspek remedial dan pengayaan guru
pembelajaran, guru telah melaksanakan dengan baik. masih mencapai kategori cukup. Sementara itu,
Pemberian penugasan terstruktur, pendekatan pelaksanaan pelaporan evaluasi dan hasil belajar
pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, termasuk kategori cukup. Pada aspek remedial dan
pemberian job sheet telah dilaksanakan oleh guru. pengayaan guru SMK Negeri 1 Lintau Buo belum
Tetapi, masih banyak guru yang belum memahami memahami prosedur pelaksanaan remedial.
bahkan melaksanakan teknik dari metode Kebanyakan guru hanya melakukan tes untuk

80 Jurnal PTK: Research and Learning in Vocational Education


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

perbaikan nilai, bukan mengulang kembali materi Berdasarkan temuan data kuantitatif dan
dan mengevaluasi hasilnya. Menurut SP kualitatif evaluasi program Kurikulum 2013 di SMK
(wawancara, tanggal 9 Januari 2017) Negeri 1 Lintau Buo pada komponen
“Remedial seharusnya dilakukan sesuai dengan outcomes/hasil, masih diperlukan perbaikan pada
prosedur pengulangan materi dengan bimbingan aspek ini, guru harus dilatih dan dibiasakan dalam
khusus, kemudian baru dilakukan tes akhir membuat laporan sesuai dengan standar prosedur
kemudian hasilnya dapat dilihat apakah siswa telah yang tepat, begitu pula harus mampu memperbaiki
menguasai materi atau tidak. Sementara itu untuk
sistem penyelenggaraan evaluasi yang valid dan
pengayaan seharusnya guru memberikan pelajaran
tambahan terkait materi yang dapat meningkatkan tepat sasaran sehingga dapat mengukur tingkat
pengetahuan siswa yang telah menguasai materi kemampuan siswa dengan tepat.
dengan baik”. Sudjana menyatakan, evaluasi produk
mengukur dan menginterpretasikan pencapaian
Sementara itu, pada item pertanyaan capaian program selama pelaksanaan program dan pada
hasil belajar menunjukkan hasil yang baik pada akhir program yaitu berupa keluaran yang dihasilkan
setiap tahunnya. Sementara itu kebiasaan mencontek [15]. Dari hasil evaluasi pelaksaan implementasi
siswa yang tinggi menunjukkan validitas hasil Kurikulum 2013 di SMK Negeri Lintau Buo, yang
belajar yang ingin dicapai kurang memuaskan guru. pelaksana utamanya ialah guru telah terlaksana
Pernyataan kedua item ini adalah pernyataan negatif cukup baik, kekurangan pelaksanaan implementasi
sehingga analisis hasil capaian responden ditafsirkan Kurikulum 2013 di SMK disebabkan oleh banyak
sebaliknya (karena pada umumnya responden faktor. Faktor utamanya adalah karena kurikulum ini
menjawab selalu dan sering). Sementara itu masih baru dan pemerintah masih dilakukan
pembuatan format laporan evaluasi siswa yang penyempurnaan di setiap tahunnya, sehingga guru
disesuaikan dengan Indeks Pencapaian Kompetensi dituntut menyesuaikan segala atribut pembelajaran
(IPK) terdapat dalam kategori cukup. Menurut waka. setiap tahunnya, hal ini menyebabkan guru sedikit
Kurikulum (MW, wawacara tanggal 13 Februari kewalahan dan sulit untuk menyempurnakan semua
2017), aspek penyelenggaraan pendidikan, terutama aspek
Penilaian sikap pada Kurikulum 2013 sebenarnya inti dalam pembelajaran yaitu output/proses yang
telah memberi panduan yang jelas bagi guru dalam akan berimbas kepada outcomes/hasil pembelajaran.
memberikan deskripsi sikap secara individu sesuai
format. Hanya saja dalam pelaporan hasil belajar IV. KESIMPULAN
(rapor) deskripsi yang ditulis terkadang tidak Penelitian Evaluasi dengan menggunakan
mewakili sikap siswa secara keseluruhan. model Logic bertujuan agar dapat melihat lebih
dalam mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 di
Menurut SP (wawancara, tanggal 9 Januari SMK Negeri 1 Lintau Buo, Penelitian ini
2017) penilaian sikap seharusnya memang menggunakan metode sequential explanatory
mendeskripsikan perkembangan sikap siswa secara (urutan pembuktian), dimana data dianalisis secara
terperinci, sehingga siswa, orang tua dan guru dapat kuantitatif dan kualitatif, kemudian hasil temuan
menjadikannya sebagai tindak lanjut. Penilaian sikap keduanya menjadi sebuah hasil penelitian. Setelah
di SMK Negeri 1 LIntau Buo masih telihat hanya melakukan penelitian disimpulkan hal-hal berikut:
berupa pemberian nilai di akhir semester, tanpa 1. Berdasarkan skor pernyataan guru mengenai
dilakukan pelaporan berupa catatan perkembangan keterlaksanaan Kurikulum 2013 di SMK
sikap secara rutin. Padahal seharusnya guru harus Negeri 1 Lintau Buo diperoleh rata-rata
membuat jurnal sikap untuk melihat gambaran pencapaian skor pernyataan guru adalah 3,84
perkembangan siswa dan memberikan umpan balik dengan rata-rata tingkat pencapaian
kepada siswa, hasil pelaporan sikap ini kemudian responden (TCR) adalah 75,52%. Secara
disampaikan kepada guru Pendidikan Agama dan kuantitatif implementasi kurikulum di SMK
Budi Pekerti dan guru Pendidikan Kewarganegaraan Negeri 1 Lintau Buo tergolong cukup
yang kemudian akan membuat simpulan akhir terlaksana. Empat aspek evaluasi
penilaian sikap. implementasi Kurikulum 2013 hanya aspek
Bila dilihat dari hasil belajar siswa setiap input yang menunjukkan keterlaksanaan
semester memang masih belum menggambarkan Kurikulum 2013 baik, sementara aspek
sikap siswa secara khusus. Oleh sebab itu aktivitas, output dan outcome masih cukup.
Kurikulum 2013 masih terus dilakukan 2. Hasil evaluasi input pelaksanaan Kurikulum
penyempurnaan agar semua aspek pembelajaran 2013 oleh guru di SMK Negeri 1 Lintau Buo
dapat menunjukkan hasil yang valid. adalah baik, artinya seluruh guru telah
menerapkan kurikulum sesuai standar yang

Evaluasi Implementasi Kurikulum .....(Febrison, et al.) 81


P-ISSN: 2621-3273 Jurnal PTK E-ISSN 2621-1548

ditetapkan (rata-rata skor pernyataan 3,96 DAFTAR PUSTAKA


dan TCR adalah 80,28%). Berdasarkan [1] R. Lapisa, I. Y. Basri, A. Arif, and H. D. Saputra,
temuan data kualitatif aspek yang perlu “PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA
ditingkatkan guru ialah penambahan MELALUI PELATIHAN AUTO CAD,” vol. 17,
wawasan keilmuan dari buku-buku, no. 2, 2017.
pembuatan bahan ajar dan menetapkan [2] M. A. Zaus, “Suatu Kajian Literatur Masalah-
alokasi waktu. Masalah yang Dihadapi dalam Mata Kuliah
3. Hasil evaluasi aktivitas pelaksanaan Jaringan Komputer,” vol. 18, no. 1, pp. 1–8, 2018.
[3] S. Sukardi, D. Puyada, R. E. Wulansari, and D. T.
Kurikulum 2013 oleh guru di SMK Negeri 1
P. Yanto, “The validity of interactive instructional
Lintau Buo masih termasuk kategori cukup media on electrical circuits at vocational high
(rata-rata skor pernyataan 3,70 and TCR school and technology,” in the 2nd INCOTEPD,
adalah 74,06%). berdasarkan temuan data 2017, vol. 2017, no. October, pp. 21–22.
kualitatif, diantara aspek yang perlu [4] R. E. Wulansari, D. Puyada, I. Wijaya, and K.
mengalami perbaikan antara lain persiapan Rukun, “EFFECTIVENESS OF
daftar hadir, sumber belajar, pengembangan INSTRUCTIONAL MEDIA BASED GAME ON
diri dalam memilih teknik pembelajaran dan MATHEMATICS AT VOCATIONAL HIGH
membuat media pembelajaran secara mandiri SCHOOL,” Int. J. Res. Sci. Manag., vol. 4, no.
atau melalui MGMP (Musyawarah Guru 12, pp. 125–128, 2017.
[5] D. Pernanda, M. A. Zaus, R. E. Wulansari, and S.
Mata Pelajaran). Hal lain yang menghambat
Islami, “Effectiveness of instructional media
aktivitas guru adalah penyediaan waktu based on interactive cd learning on basic network
untuk membaca buku/bahan referensi untuk at vocational high school : improving student
menambah wawasan guru. Untuk itu guru cognitive ability,” Int. Conf. Educ. Soc. Sci.
harus dituntut untuk terus meningkatkan Technol., no. January, pp. 440–444, 2018.
kemampuan profesinya baik paedagogis, [6] M. A. Zaus, R. E. Wulansari, S. Islami, and D.
psikologisnya maupun sosialnya. Ditetapkan. Pernanda, “Perancangan Media Pembelajaran
4. Hasil evaluasi output/proses pelaksanaan Listrik Statis dan Dinamis Berbasis Android,”
Kurikulum 2013 oleh guru di SMK Negeri 1 vol. 1, no. 1, pp. 1–7, 2018.
Lintau Buo masih termasuk katogori cukup [7] N. Jalinus, Syahril, and R. A. Nabawi,
“Effectivity of The Cooperative-Project Based
(rata-rata skor pernyataan 3,96 dan TCR
Learning ( CPjBL ) in Enhancing HOTS of
adalah 73,62%). Pada aspek persiapan bahan Vocational Education Students,” no. 1, pp. 83–86,
ajar secara fisik guru telah menunjukkan 2018.
indikasi baik, tetapi pada aspek mengetahui [8] Permendikbud no. 60 tahun 2013 Tentang
prasyarat belajar, penyiapan media dan Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan dan
sumber belajar serta metode dan pendekatan. Madrasah Aliyah Kejuruan.
Guru masih banyak yang belum [9] Permendikbud no. 65 tahun 2013 Tentang
memaksimalkan media berbasis teknologi Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
karena terkendala ketersediaan sarana di [10] Kellogg. W.K. 2004. Foundation Logic Model
sekolah. Selain itu metode dan pendekatan Development Guide. W.K. Michigan: Kellogg
Foundation.
untuk merangsang siswa lebih aktif belum
[11] Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
maksimal oleh guru sehingga dominasi Methods). Bandung: Alfabeta. 2014.
pendekatan berpusat pada guru masih yang [12] Gay, L.R., Mills, G.E., & Airasian, P. educational
paling utama diterapkan. Research; Competencies for Analyisis and
5. Hasil evaluasi outcomes/hasil pelaksanaan Applications (9th ed.). Upper Saddler River, NJ:
Kurikulum 2013 oleh guru di SMK Negeri 1 Merrill. 2009.
Lintau Buo masih termasuk katogori cukup [13] Vincent D, Yuskiewicz. Educational Needs
(rata-rata skor pernyataan 3,73 dan TCR Assessment: A Systematic Method for
adalah 75,52%), penyusunan format serta Determining Educational Need for Compensatory
teknis evaluasi, remedial dan pengayaan, dan Programs.ERIC:
https://eric.ed.gov/?id=ED120304. 1975.
pelaporan hasil belajar. Pada hasil evaluasi
[14] Oemar Hamalik. Psikologi Belajar dan Mengajar.
kuantitatif di atas menujukkan kategori yang Bandung: Sinarbaru Algensido. 2002.
cukup. Aspek yang masih di bawah cukup [15] Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar
ialah aspek remedial dan pengayaan serta Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
aspek pelaporan hasil evaluasi. 2009.

82 Jurnal PTK: Research and Learning in Vocational Education

Anda mungkin juga menyukai