Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi1. Batasan ini
berdasarkan pada observasi epidemiologi, bayi dengan berat badan lahir
dibawah 2.500 gram memiliki mortalitas 20 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram2.
Lebih dari 50% beban global BBLR terjadi di Asia, dengan insiden
terbesar di Asia Selatan (26%) dimana satu dari empat bayi baru lahir
adalah dengan berat kurang dari 2.500 gram. Insiden BBLR di tujuh Negara
Asia Tenggara berkisar 7-21%, dimana insiden di Indonesia 7% (masih
berada di atas Vietnam 5%), namun jauh lebih baik dibandingkan dengan
Burma 9%, Timor Leste 10%, Kamboja 11%, Laos 15 % dan Philipina
21%2
Kejadian BBLR (periode 2009-2013) dari 15,5% menjadi 16% dan
sebesar 95,6% dari jumlah tersebut berada di negara berkembang.
Prevalensi BBLR di Indonesia dari tahun 2007 (11,5%) hingga tahun 2013
(10,2%) dan tahun 2018 (6,2%). Prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi
Tengah (8,9%) dan terendah di Provinsi Jambi (2,6%), sedangkan di
Provinsi Sumatera Selatan memiliki prevalensi 7%3
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah hasil dari hambatan
pertumbuhan intrauterine, kelahiran prematur atau kombinasi patofisiologi
keduanya. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam kejadian BBLR,
diantaranya faktor ibu, janin dan plasenta2.
Faktor risiko kejadian BBLR d Indonesia yaitu Ibu hamil yang
berumur <20 atau >35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu dengan
riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik yang berat,
mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin,
beratnya kurang dan kurang gizi, merokok, konsumsi obat-obatan terlarang,
2

konsumsi alcohol, anemia, pre-eklampsi, infeksi selama kehamilan,


kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi selama kandungan1.
Dari faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan
kromosom, infeksi. Semntara dari faktor plasenta yaitu penyakit vaskuler,
kehamilan ganda dan tumor4.
Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari dkk (2014) menyatakan
bahwa usia kehamilan, paritas, kadar Hb, riwayat abortus, riwayat
preeklampsi, riwayat eklamsi, diabetes mellitus, kehamilan ganda dan
pendidikan ibu menjadi factor risiko terjadinya BBLR2.
Tingginya angka kejadian BBLR dapat mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia dimasa depan, karena bayi yang lahir dengan BBLR
juga dapat menyebabkan peningkatan risiko kecacatan permanen, gangguan
kognitif dan perkembangan saraf, gangguan dalam belajar, memiliki IQ
yang lebih rendah, dan berisiko putus sekolah serta masalah kesehatan
kronis lainnya dikemudian hari2.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia Dalam Kehamilan


Anemia adalah keadaan massa eritrosit dan/atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh atau dapat juga disimpulkan
sebagai penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit
di bawah normal. Seorang perempuan hamil didiagnosis mengalami
anemia apabila memiliki kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl5.
Penyakit anemia di Indonesia merupakan masalah kesehatan
dengan tingkat berat, terjadi pada lebih dari 40% dari populasi.
Prevalensi anemia pada kehamilan di Indonesia dilaporkan sebanyak
24,5 %5.

Tabel 2.1 Nilai batas anemia pada perempuan


Status Kehamilan Hemoglobin (g/dL) Hematokrit (%)
Tidak Hamil 12,0 36
Hamil
Trimester 1 11,0 33
Trimester 2 10,5 32
Trimester 2 11,0 33

2.1.1 Penyebab Anemia dalam Kehamilan


Anemia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebab
utama anemia pada kehamilan adalah defisiensi besi, kemudian diikuti
oleh defisiensi folat. Diperkirakan sebanyak 50% anemia merupakan
anemia defisiensi besi. Kehilangan darah yang banyak pada saat
menstruasi, infeksi parasit seperti cacing tambang, infeksi oleh
tuberkulosis dan malaria, serta kanker juga dapat menyebabkan anemia.
Pada minggu ke-6 hingga ke-8 kehamilan, terjadi peningkatan
volume darah sebanyak 50%, sementara peningkatan massa eritrosit

3
4

hanya sebanyak 33%. Akibat ketidakseimbangan antara peningkatan


volume darah dan massa eritrosit ini, menyebabkan terjadinya
hemodilusi fisiologis yang akan menyebabkan terjadinya penurunan
kadar hemoglobin dan hematokrit5.
a. Defisiensi Besi
b. Defisiensi Asam Folat
c. Anemia Aplastik
d. Anemia Penyakit Sel Sabit

2.1.2 Dampak Anemia dalam Kehamilan


Anemia pada kehamilan memberikan dampak buruk terhadap ibu
dan janin. Perempuan hamil dengan anemia akan mengalami
peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, terutama meningkatnya
angka kematian jika terjadi hemoragia postpartum, sedangkan
dampaknya pada janin akan meningkatkan risiko kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah, dan nilai Apgar yang rendah5.

2.2 Berat Bayi Lahir Rendah


Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir.
Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang di timbang dalam
waktu 1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan di tempat
fasilitas (Rumah sakit, Puskesmas dan Polindes), sedang bayi yang
lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam
waktu 24 jam1.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama, diperkirakan 15-
20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah BBLR yang
mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. Meskipun ada variasi
dalam prevalensi BBLR di setiap negara, namun hampir 95,6% dari

4
5

mereka berada di negara berkembang atau negara dengan sosial


ekonomi rendah1,2.

2.2.1 Klasifikasi
Menurut Kosim dkk 2014, Berat badan lahir bayi dapat
dikelompokkan menjadi1 :
1. Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan
lahir bayi kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi1. Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR6:
1) Menurut harapan hidupnya
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir
1500-2500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan
berat lahir 1000-1500 gram.
c. Bayi BeratLahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan
berat lahir kurang dari 1000 gram.
2) Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang
dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan bayi kecil untuk masa kehamilannya
(KMK)

2.2.2 Penyebab Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Beberapa penyebab dari BBLR yaitu6:

5
6

1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia,
perdarahan antepartum, preeklampsia berat,
eklampsia, dan infeksi kandung kemih
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, dan
penyakit jantung
3) Penyalahgunaan obat, merokok, dan konsumsi
alkohol
b. Kehamilan
1) Kehamilan pada usia < 20 tahun atau >35 tahun
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
(kurang dari 1 tahun)
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan
pengawasan antenatal yang kurang
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
2. Faktor janin
Faktor janin meliputikelainan kromosom, infeksi janin
kronik, gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), dan ketuban pecah dini.

4. Faktor lingkungan

6
7

Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain tempat


tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat
beracun.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Berat Bayi Lahir


Berat badan lahir bayi merupakan hasil interaksi dari berbagai
faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama dalam kandungan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi adalah
sebagai berikut7:
1. Faktor internal yang mempengaruhi berat badan lahir bayi antara
lain sebagai berikut :
a) Usia ibu
Semakin muda dan semakin tua usia seorang ibu yang sedang
hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Usia muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri
juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Usia yang
tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan
tambahan energi yang cukup untuk mendukung kehamilan yang
sedang berlangsung.
b) Jarak kehamilan/kelahiran
Kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak persalinan
terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, bila
jarak terlalu dekat maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik. Keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau perdarahan.
c) Paritas
Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
hasil konsepsi karena ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak 4
kali atau lebih, selain mukosa-mukosa dalam rahimnya sudah tidak

7
8

bagus, kondisi kandungannya belum terlalu baik dan sempurna


untuk janin.
d) Kadar Hemoglobin
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan risiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan terjadi BBLR dan prematur juga lebih besar.
e) Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil menentukan berat badanlahir bayi
sehingga pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.
f)Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi
berat bayi lahir diantaranya adalah diabetes melitus gestasional,
cacar air, hipertensi, penyakit infeksi TORCH dll.

2. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, pekerjaan ibu hamil,


tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, dan sosial ekonomi.
a) Kondisi lingkungan
Salah satu faktor penyebab bayi berat lahir rendah adalah
tempat tinggal didataran tinggi.
b) Pekerjaan ibu hamil
Pekerjaan pada ibu hamil dengan beban atau aktivitas yang
terlalu berat dan berisiko akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim karena adanya hubungan aksis
fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang merupakan satu
kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu akan
menimbulkan risiko pada ibu (gizi kurang dan anemia) atau pada
janin (BBLR).

c) Tingkat pendidikan

8
9

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga


perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi
sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan.
d) Pengetahuan gizi
Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada
perilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan
akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.
e) Sosial ekonomi
Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil
maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi
ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin
terpantau.

Faktor-faktor penyebab BBLR, yaitu:1


1. Usia Kehamilan
Usia kehamilan pada persalinan adalah penentu paling
signifikan dari berat badan bayi baru lahir. Usia kehamilan
mempengaruhi pematangan organ dan efektifitas penyaluran
nutrisi dan oksigenasi plasenta yang dibutuhkan janin untuk
tumbuh optimal. Pada kehamilan kurang bulan (28-36 minggu)
pematangan organ yang belum sempurna dan kurang efektifitas
penyaluran nutrisi dan oksigenenisasi membuat pertumbuhan
janin tidak optimal, hal tersebut menyebabkan kelahiran prematur
dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Menurut peneliti
berkembangnya peran dan fungsi organ tubuh bayi sejalan dengan
usia kehamilan ibu. Semakin matur usia kehamilan maka
perkembangan organ tubuh bayi semakin sempurna, sehingga
bayi lebih siap untuk bertahan hidup di luar rahim. Kematuran
usia kehamilan juga dipengaruhi asupan nutrisi selama kehamilan.
Pada setiap tahap proses kehamilan, seorang ibu hamil

9
10

membutuhkan nutrisi makanan dengan kandungan zat gizi yang


berbeda-beda dan disesuaikan dengan perkembangan janin dan
kondisi tubuh ibu. Oleh karenanya pemantauan dan pengawasan
kondisi ibu di setiap tahap kehamilan sangat diperlukan agar ibu
dan bayi terlahir sehat.
2. Kehamilan Ganda
BBLR merupakan hasil dari kelahiran prematur dan atau
pertumbuhan janin yang buruk. Keduanya umum terjadi pada
kehamilan ganda. Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin
terbagi dua atau lebih untuk masing-masing janin sehingga suplai
nutrisi berkurang. Berat badan satu janin pada kehamilan ganda
rata-rata 1000 gram lebih ringan dari pada janin kehamilan
tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada
kehamilan ganda <2500 gram, pada triplet <2000 gram dan untuk
kuadruplet <1500 gram. Secara teori 60 persen dari kehamilan
ganda, >90 persen dari kembar triplet, dan hampir semua
kelahiran dengan kembar kuadruplet akan mengalami kelahiran
prematur, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dimana
62,5% dari kehamilan ganda dan 100% untuk kehamilan triplet
(dengan rentang usia kehamilan 32-35 minggu) mengalami
kelahiran prematur dan 79,9% terlahir dengan kondisi BBLR.
Menurut peneliti kehamilan ganda memerlukan asupan nutrisi
jauh lebih banyak dari kehamilan tunggal. Asupan nutrisi yang
tidak terpenuhi akan mempengaruhi tumbuh kembang janin di
dalam kandungan. Untuk itu diperlukan tambahan nutrisi yang
cukup dan pemeriksaan ANC yang teratur untuk memonitor
kehamilan kembar sehingga dapat membantu menurunkan risiko
atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kembar
seperti BBLR.

3. Riwayat Preeklampsi dan Eklampsia

10
11

Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan


antara preeklampsia dengan kelahiran BBLR, dimana peluang
terjadinya kelahiran BBLR lebih tinggi 3,25 kali daripada tanpa
preeklampsia. Preeklamsia adalah suatu gangguan yang muncul
pada masa kehamilan. Umumnya terjadi pada usia kehamilan >20
minggu. Gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah,
pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah
protein di urin. namun penyebab sesungguhnya masih belum
diketahui. Preeklampsia dapat mencegah plasenta mendapat
asupan darah yang cukup, sehingga janin dapat kekurangan
oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya bobot
tubuh bayi ketika lahir dan menimbulkan masalah lain, seperti
kelahiran kurang bulan sampai kematian saat kelahiran (perinatal
death). Eklampsi adalah kejang yang menyertai preeklamsia, ibu
dengan preeklampsi/eklampsi berisiko 4,09 kali melahirkan bayi
BBLR. Preeklampsia sering terjadi pada primigravida dan wanita
yang memiliki riwayat preeklamsia di keluarganya. Risiko
preeklampsia dan eklampsia lebih besar pada wanita yang
memiliki banyak anak, wanita hamil usia remaja, wanita hamil di
atas usia 40 tahun, wanita dengan tekanan darah tinggi atau
memiliki gangguan ginjal sebelum hamil. Karena itu penting
melakukan pencegahan terhadap kejadian BBLR dengan
mengurangi faktor risiko seperti pendewasaan usia pernikahan
dan kehamilan, pemberian suplemen kalsium selama kehamilan
untuk wanita dengan asupan kalsium yang rendah efektif dalam
mengurangi preeklampsia dan kelahiran prematur serta pemberian
antiplatelet (anti pembekuan darah) <16 minggu untuk ibu yang
berisiko preeclampsia.

4. Kadar Hemoglobin

11
12

Pada ibu memiliki kadar Hb <11gr/dL dan 25% nya


melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan kadar Hb <11 berpeluang
1,861 kali lebih besar melahirkan BBLR dibandingkan kadar Hb
>11. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian lain yang
memaparkan bahwa ibu dengan anemia berisiko 2,54 kali lebih
besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR2.
Kekurangan kadar Hb pada ibu hamil merupakan salah satu
permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan.
Kadar Hb <11 g/dl mengindikasikan ibu hamil menderita
anemia. Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko kejadian
BBLR, risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan bahkan
dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil
tersebut menderita anemia berat. Hal ini dapat memberikan
sumbangan besar terhadap angka kematian ibu bersalin maupun
angka kematian bayi. Pada keadaanfisiologis kehamilan,
konsentrasi Hb dan eritrosit akan meningkat namun peningkatan
tersebut akan melambat pada pertengahan usia kehamilan
sehingga konsentrasi Hb akan menurun sesuai dengan
peningkatan volume darah dan menjadi sangat rendah pada bulan
kelima dan ketujuh kehamilan, data menunjukan bahwa 50% ibu
hamil menderita anemia dengan sebagian besar penyebabnya
adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin.33 Anemia zat besi terjadi karena tidak cukupnya zat
besi yang diserap dari makanan sehari-hari guna pembentukan sel
darah merah sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan akan berkurang yang
akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan
janin akan terhambat, dan berakibat BBLR.
Kebutuhan zat gizi khususnya zat besi pada ibu hamil
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Apabila

12
13

terjadi peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh


pemasukan yang memadai maka cadangan zat besi akan menurun
dan dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Jumlah zat besi yang
dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih besar dari wanita yang
tidak hamil, hal ini dikarenakan kebutuhan zat besi naik untuk
kebutuhan plasenta dan janin dalam kandungan. Faktor lain
penyebab anemia diantaranya kurang gizi, penyakit kronis
(infeksi dan non infeksi), kemiskinan, keterbelakangan, tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Selain itu faktor
ketidaktahuan ibu terhadap kebiasaan konsumsi bahan
makanan/minuman tertentu yang dapat menghambat penyerapan
zat besi oleh tubuh, yaitu antara lain ibu tidak mengetahui bahwa
tablet besi tidak boleh dikonsumsi dengan teh (karena mengandung
asam fitat) dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh.

5. Pendidikan Ibu
Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
dengan BBLR, dengan resiko 1,870 kali lebih besar terjadi pada
ibu dengan tingkat pendidikan rendah dari pada tingkat
pendidikan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
menyatakan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,919 kali
lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu hamil
dengan tingkat pendidikan tinggi. Hasil analisis tingkat
pendidikan berkaitan dengan luasnya wawasan yang dimiliki oleh
seorang ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka wawasan
yang dimiliki ibu akan semakin tinggi dan memiliki pola pikir
yang terbuka untuk menerima pengetahuan baru yang dianggap
bermanfaat dalam masa kehamilannya.
Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh
kuat pada perilaku reproduksi, kelahiran, kematian anak dan bayi,
kesakitan, dan sikap serta kesadaran atas kesehatan keluarga.

13
14

Latar belakang pendidikan ibu mempengaruhi sikapnya dalam


memilih pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang
berhubungan juga dengan peningkatan berat badan ibu semasa
hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu
yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima inovasi dan
sebagian besar kurang mengetahui pentingnya perawatan pra
kelahiran dan mempunyai keterbatasan mendapatkan pelayanan
antenatal yang adekuat dan keterbatasan mengkonsumsi makanan
yang bergizi selama hamil.

BAB III
LAPORAN KASUS

14
15

3.1 Identitas
A. Pasien
Nama : Ny. H
Usia : 25 tahun
Tanggal lahir : 15 Desember 1994
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Lr. Perguruan RT 003 RW 002 Kelurahan Talang
Bubu, Plaju Darat, Plaju
Agama : Islam
MRS : 16 April 2019
Jam MRS : 02.00 WIB
No. RM : 60-00-12

B. Suami
Nama : Tn.MY
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Alamat : Lr. Perguruan RT 003 RW 002 Kelurahan Talang
Bubu, Plaju Darat, Plaju

3.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 April 2019 pukul
14.00 WIB.

15
16

1. Keluhan Utama
Ibu hamil cukup bulan dating ke PONEK RSMP karena
mengeluh mules seperti ingin melahirkan.

2. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan mules ingin melahirkan sejak
6 jam yang lalu. Mules dirasakan menjalar dari perut ke pinggang,
semakin lama semakin sering dan kuat. Pasien juga mengeluh keluar
darah dan lendir dari jalan lahir sejak 8 jam yang lalu. Keluar air-air
tidak ada.
Pasien menyangkal adanya riwayat ibu dengan riwayat
BBLR sebelumnya karena kehamilan ini adalah yang pertama.
Pasien juga menyangkal mengerjakan pekerjaan fisik yang berat,
mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat. Tingkat
ekonomi pasien baik, pasien tidak mengalami kurang gizi,
menyangkal ada riwayat merokok, konsumsi obat-obatan terlarang,
dan konsumsi alcohol. Pasien tidak pernah mengalami penyakit
darah tinggi selama kehamilan, penyakit cacar serta sakit anemia.

3. Riwayat Penyakit Terdahulu


Asma (-)
Alergi obat dan makanan (-)
Kejang-kejang saat hamil (-)
Penyakit Hipertensi (-)
Penyakit Diabetes Melitus (-)
Penyakit Jantung (-)
Penyakit Ginjal (-)

4. Riwayat Penyakit keluarga


Asma (-)
Alergi obat dan makanan (-)
17

Kejang-kejang saat hamil (-)


Penyakit Hipertensi (-)
Penyakit Diabetes Melitus (-)
Penyakit Jantung (-)
Penyakit Ginjal (-)
Riwayat Penyakit dengan keluhan yang sama dengan keluarga (-)

5. Riwayat Mentruasi
Haid Menarche : 13 Tahun
Siklus Haid : 28 Hari
Siklus Haid : 7 hari, 2-3x ganti pembalut/hari
Keluhan saat haid : Tidak ada
HPHT : 21 Juli 2018
TP : 28 April 209

6. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama pernikahan : 9 bulan
Usia saat menikah : 23 tahun

7. Riwayat Kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi

8. Riwayat Antenatal Care


Melakukan pemeriksaan selama kehamilan sebanyak 4x, yaitu satu
kali pada bulan ke-3, satu kali pada bulan ke-4, satu kali pada bulan
ke-7 dan satu kali pada bulan ke-8.
9. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Anak Tahun Usia Jenis Jenis Berat badan Kondisi
Partus kehamilan Persalinan Kelamin lahir sekarang
Hamil saat ini
18

3.3 Pemeriksaan Fisik


Pada tanggal 16 April 2019 pukul 14.00 WIB.
A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler
Nafas : 20x/menit
Temperatur : 36,5˚C
Tinggi Badan : 155cm
BB sebelum hamil : 42 kg
BB saat hamil : 56 kg
IMT : 2,28
LILA : 27cm

B. Pemeriksaan spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : perut membesar dan teraba tegang, luka bekas
operasi (-), striae gravidarum (+)
19

Auskultasi : bising usus (+) normal


Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai
Genitalia : Bloody show (+) lendor (+)
Ekstremitas : Akral dingin (-/-) edema (-/-).

C. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar

1. Leopold I : Tinggi fundus uteri 2 jari


dibawah px, TFU 28 cm, teraba bagian lunak,
bundar, dan tidak melenting (bokong)
2. Leopold II : Bagian kanan teraba
punggung, bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas)
3. Leopold III : Teraba bundar, keras,
melenting (kepala)
4. Leopold IV : Divergen
5. DJJ : 133x/menit
6. His : 2x /10’/30”
7. TBJ : 2325 gram

Pemeriksaan dalam

- Vaginal Toucher :
 Konsistensi portio : lunak
 Posisi portio : medial
 Pembukaan : 3 cm
 Pendataran : 50%
 Selaput ketuban : (+)
 Presentasi : Kepala
 Penunjuk : UUK kiri depan
 Penurunan : Hodge II
20

3.4 Pemeriksaan penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah
lengkap dan urin rutin pada hari Senin, 16 Maret 2019 pukul 02.15
WIB.
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Lab Kimia Darah

Hematologi Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 8.3 12-16 g/dl
Leukosit 11.7 4.200 – 11.000/ul
Trombosit 260 150.000-440.000/ul
Hematokrit 26.2 37-47%
Hitung Jenis
Eosinofil 0.9 1-3 %
Basofil 0.3 0-1 %
Neutrofil 67.0 40 – 60 %
Limfosit 25.2 20 – 50 %
Monosit 6.6 2–8%
Golongan Darah
ABO B
Rhesus +
Waktu Perdarahan 3’ <6 menit
Waktu Pembekuan 11’ <15 menit
BSS 80 70-140 mg/dl

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Lab Urin

Urin Rutin Hasil Nilai Normal


Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.015 1.005 – 1.030
Ph 6.5 4,5 – 7,5
Protein Urin Negatif (-) Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Sedimen
Epitel 4/lpk 1 – 15
Leukosit 4-5/lpb <5
Eritrosit 6-8/lpb <3
21

Silinder Negatif
Kristal Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
3.5 Diagnosa kerja
G1P1A0 Hamil Aterm Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala dengan Anemia Berat

3.6 Penatalaksanaan
- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, HIS, DJJ
- Pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin dan urin rutin
- Rencana Partus Pervaginam
- Observasi kemajuan persalinan menggunakan partograf WHO

3.7 Follow up Pre-Partus Pervaginam


Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning
16 April S : Nyeri perut ingin melahirkan, keluar P:
2019 air-air (-)  Observasi KU, TVI,
O: DJJ, His
Pukul  KU: tampak sakit ringan  Cek Lab darah dan urin
03.00  Sens: Compos mentis rutin
WIB  TD: 130/80 mmHg  Rencana Partus
 N: 88 x/menit Pervaginam
Di VK  RR: 20 x/menit  Pemantauan kemajuan
 T: 36oc Persalinan
Pemerikaan Luar menggunakan Partograf
Leopold I : Kepala
Leopold II: Punggung kiri
Leopold III: Kepala
Leopold IV: Divergen

DJJ : 140x/menit
His : 3x/10’/45 “
TBJ : 2325 gram
Pemeriksaan dalam

Vaginal Toucher :

 Konsistensi portio : lunak


 Posisi portio : medial
 Pembukaan : 5 cm
 Pendataran : 50%
 Selaput ketuban : (-)
22

 Presentasi : Kepala
 Penunjuk : UUK
anterior
 Penurunan : Hodge III

A : G1P0A0 hamil aterm Inpartu Kala 1


Fase Laten Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala

3.8 Lahir Neonatus:

- Pukul : 04.40 WIB


- Jenis Kelamin : Perempuan
- BB : 2260 gram
- PB : 44 cm
- APGAR : 8/9

- APGAR Score :
Penilaian 1’ 5’
Appearance 2 2
Pulse 2 2
Grimase 1 1
Activity 1 2
Respiratory 2 2
Total 8 9
23

3.9 Follow-Up Post Partus Pervaginam

Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning


16 April S : Pusing, Letih dan Lemas dan Nyeri P:
2019 jalan lahir  Observasi KU, TVI,
O : KU: Tampak sakit ringan DJJ, HIS
Pukul Sens: Compos Mentis  Tranfusi PRC 400 cc
07.00 TD: 110/70 mmHg
WIB N: 85 x/menit Th/
RR: 20 x/menit Cefadroxil 3x1/oral
T: 36,8oC Asam Mefenamat 3x1 oral
TFU 1 jari dibawah umbilicus Tranfusi PRC 400 cc
Kontraksi baik Inbion 1x1/oral

Hasil Lab
Hb: 8,3 gr/dL

A : P1A0 post partus pervaginam dengan


Anemia Berat

17 April S : Tidak ada keluhan P:


2019 O : KU: Tampak sakit ringan  Up infus
Sens: Compos Mentis  Kontrol ke dokter 1
Pukul TD: 110/70 mmHg minggu lagi
07.00 N: 80 x/menit
WIB RR: 22 x/menit
T: 36,8oC Th/
TFU 2 jari dibawah umbilicus Cefadroxil 3x1/oral
Kontraksi baik Asam Mefenamat 3x1 oral
Tranfusi PRC 400 cc
Hasil Lab Inbion 1x1/oral
Pre-tranfusi Astar Plus 1x1/oral
Hb: 7,9 gr/dL
(Boleh Pulang)
Post-tranfusi
Hb: 10,4 gr/dL

A : P1A0 post partus pervaginam dengan


Anemia Berat
24

BAB IV
PEMBAHASAN

 
4.1 Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?    
        Kasus ini membahas seorang perempuan berusia 24 tahun yang
datang dengan dengan keluhan mules nyeri perut ingin melahirkan dan
didiagnosis G1P0A0 hamil aterm inpartu kala 1 fase laten janin tunggal
hidup presentasi kepala dengan Anemia Berat. Jika ditinjau dari segi
penulisan diagnosis obstetri pada pasien ini sudah tepat, dimana diawali
dengan diagnosis ibu yang trdiri dari diagnosis kehamilan, persalinan lalu
diikuti dengan diagnosis janin dan riwayat penyakit penyerta.
Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien dating ke PONEK
RSMP dengan keluhan mules ingin melahirkan dirasakan mules menjalar
dari perut ke pinggang sejak 6 jam SMRS. Mules dirasakan semakin lama
semakin sering dan kuat. Pasien juga mengeluh keluar darah dan lendir dari
jalan lahir sejak 8 jam yang lalu. Keluar air-air tidak ada.
Pasien menyangkal adanya riwayat ibu dengan riwayat BBLR
sebelumnya karena kehamilan ini adalah yang pertama. Pasien juga
menyangkal mengerjakan pekerjaan fisik yang berat, mengerjakan pekerjaan
fisik beberapa jam tanpa istirahat. Tingkat ekonomi pasien baik, pasien
tidak mengalami kurang gizi, menyangkal ada riwayat merokok, konsumsi
obat-obatan terlarang, dan konsumsi alcohol. Pasien tidak pernah
mengalami penyakit darah tinggi selama kehamilan, penyakit cacar serta
sakit anemia
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 80x/menit frekuensi nafas 20x/menit, temperatur 36,5°C , berat badan
saat hamil 56 kg dan tinggi badan 155 cm,LILA 27 cm. Berdasarkan HPHT
yaitu 21 Juli 2018 maka taksiran persalinan 28 April 2019. Pada
25

pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis (+). Pada pemeriksaan


obstetrik leopold I : 2 jari dibawah Proc. Xyphoideus (TFU 28 cm) teraba
bokong, leopold II : teraba punggung kanan, ekstremitas kiri, leopold III
teraba kepala, leopold IV : Divergen. His (+): 2 kali/10’/20”, DJJ
133x/menit. Berdasarkan pemeriksaan luar didapatkan pasien hamil janin
tunggal hidup dengan presentasi kepala. Untuk pemeriksaan dalam
konsistensi portio lunak, posisi portio medial, pembukaan 5 cm, pendataran
50%, selaput ketuban positif, bagian terbawah janin kepala, penurunan
kepala Hodge II.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium pada16 Maret 2019
hemoglobin 8,3 gr/dL, leukosit 11,7.103/ ul, trombosit 260.103/ul,hematokrit
26.2%, diff count 0.9/0.3/67.0/25.2/6.6 golongan darah B+ waktu
perdarahan 3’dan waktu pembekuan 11’
Berdasarkan hasil anamnesis,pemeriksaan fisik dan penunjang
diketahui bahwa pasien juga menderita anemia berat. Anemia merupakan
keadaan masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh atau
dapat juga disimpulkan sebagai penurunan kadar hemoglobin,hematrokit,
atau hitung eritrosit dibawah normal. Anemia pada kehamilan memberikan
dampak buruk terhadap ibu dan janin. Perempuan hamil dengan anemia
akan meningatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Dampak anemia
terhadap janin yaitu risiko kelahiran premature, berat bayi lahir rendah,dan
nilai APGARrendah.
Anemia pada kehamilan lebih sering terjadi pada kehamilan
trimester-3 kehamilan yaitu sebanyak 76% kasus. Hal ini terjadi diakibatkan
karena peningkatan volume plasma yang lebih tinggi dibanding massa
eritrosit mencapai titik tertinggi pada trimester ke-3 kehamilan. Selain itu
anemia juga dapat terjadi akibat peningkatan kebutuhan oksigen sesuai
dengan janin yang semakin membesar.
Faktor internal yang mempengaruhi berat badan lahir bayi antara
lain adalah status gizi ibu hamil dan kadar hemoglobin. Status gizi pasien
26

IMT 2.28 dengan berat badan sebelum hamil adalah 42 kg dan ketika hamil
56 kg. Penambahan berat badan 14 kg. Rata-rata total penambahan berat
badan Ibu hamil berkisar 10-15 kg, yaitu 1 kg pada trimester I dan
selebihnya pada trimester II dan III. Mulai trimester II sampai III rata-rata
penambahan berat badan adalah 0.3-0.7 kg/minggu. Pada ibu yang
mempunyai pertambahan berat badan kurang dari 9,1 kg mempunyai risiko
melahirkan bayi dengan berat lahir <3.000gr dibandingkan ibu yang
mengalami pertambahan berat badan lebih dari 9 kg8,9.
Pada ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin rendah atau
anemia berat dapat meningkatkan risiko morbiditas maupun mortalitas ibu
dan bayi, kemungkinan terjadi BBLR dan prematur juga lebih besar.
Akibat ketidakseimbangan antara peningkatan volume darah dan
massa eritrosit ini, menyebabkan terjadinya hemodilusi fisiologis yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit.
Anemia pada kehamilan memberikan dampak buruk terhadap ibu dan janin.
Perempuan hamil dengan anemia akan mengalami peningkatan risiko
morbiditas dan mortalitas, terutama meningkatnya angka kematian jika
terjadi hemoragia postpartum, sedangkan dampaknya pada janin akan
meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan nilai
Apgar yang rendah5. Sehingga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
pada kasus ini adalah anemia berat.
Bayi lahir jenis kelamin perempuan, berat Bayi Lahir 2260 PB
50cm. Bayi yang lahir termasuk berat bayi lahir rendah, dimana Bayi berat
lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
Menurut masa gestasinya terjadi dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi. Bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
Ibu hamil dengan kadar Hb <11 berpeluang 1,861 kali lebih besar
melahirkan BBLR dibandingkan kadar Hb >11. Hal ini diperkuat dengan
hasil penelitian lain yang memaparkan bahwa ibu dengan anemia berisiko
27

2,54 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR10. Kekurangan
kadar Hb pada ibu hamil merupakan salah satu permasalahan kesehatan
yang rentan terjadi selama kehamilan, Kadar Hb <11 g/dl mengindikasikan
ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko
kejadian BBLR, risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan bahkan
dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut
menderita anemia berat. Hal ini dapat memberikan sumbangan besar
terhadap angka kematian ibu bersalin maupun angka kematian bayi5.
Jadi diagnosis pada kasus ini adalah G1P0A0 hamil aterm inpartu
Kala I fase aktif janin tunggal hidup presentasi kepala dengan Anemia berat.
Penegakan diagnosis pada pasien ini sudah tepat berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta didukung
dengan teori yang ada.

4.2 Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?

Tatalaksana yang diberikan pada pasien dengan diagnosis G1P1A0


Hamil Aterm Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
Kepala yaitu observasi keadaan umum, tanda vital ibu, HIS, DJJ,
pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin dan urin rutin, rencana partus
pervaginam dan observasi kemajuan persalinan menggunakan partograf
WHO.
Sementara tatalaksana lanjutan pada pasien dengan diagnosis P1A0
post partus pervaginam dengan Anemia Berat yaitu Cefadroxil 2x1/oral,
Asam Mefenamat 3x1 oral, dan Inbion 1x1/oral serta rencana tranfusi PRC
400 cc.
Cefadroksilmerupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
pertama yang aktif terhadap kuman gram-positif. Golongan ini efektif
terhadap sebagian besar S. aureus dan Streptococcus S. pyogenes, S.
viridians, dan S. pneumonia. Sefalosporin generasi I sangat baik untuk
mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak oleh S. aureus dan S. pyogenes.
Pada tindakan bedah mencegah kontaminasi bakteri yang berasal dari flora
28

kulit. Dosis pemberian dewasa 0,5-1g/h diberikan 2x sehari. Obat ini


tersedia dalam bentuk capsul 250 dan 500mg.
Asam mefenamat merupakan analgetik anti-inflamasi non-steroid
(NSAID) yang berfungsi menghambat enzim yang memproduksi
prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepaskan oleh tubuh
dan menyebabkan rasa sakit dan reaksi peradangan.
Inbion merupakan kapsul asam folat yang digunakan untuk pasien
dengan diagnosis anemia akibat defisiensi zat besi. Karena asam folat dan
Vitamin B12 digunakan dalam eritropoiesis, eritroblast membutuhkan asam
folat dan B12 untuk proliferasi selama proses differensiasi. Defisiensi asam
folat dan Vitamin B12 menghambat sintesis purindan timidilat,sehingga
merusak sintesis DNA dan menyebabkan apoptosis sehingga terjadi anemis.
Tranfusi dengan sel darah merah tetap dilakukan ketika Hb adalah 7-
10g/dL pada kondisi terjadi perdarahan terus menerus, terdapat tanda-tanda
penurunan daya angkut oksign, menurunnya eritropoisis dan ketika tranfusi
autologous digunakan. Sehingga pemeberian tranfusi PRC pada pasien
dengan hb 7,9 g/dL sudah tepat.
29

BAB V

PENUTUP
 5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini didapatkan Ny. G 1P1A0 Hamil Aterm Inpartu Kala 1
Fase Laten Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala dengan Anemia Berat
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Diagnosis sebagai persalinan dengan P1A0 post partus pervaginam
dengan Anemia Berat. Diagnosis ditegakkan dengan dasar anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2. Faktor penyebab terjadinya BBLR pada kasus adalah anemia berat
3. Tatalaksana kasus sudah tepat. Pada pasien dengan anemia dalam
kehamilan dilakukan tranfusi PRC 400 cc

5.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, maka saran yang diberikan adalah:
1. Memberikan edukasi untuk rutin melakukan pemeriksaan ANC untuk
memeriksakan adanya risiko anemia kehamilan yang akan berdampak
pada ibu dan janin
2. Menjelaskan penatalaksanaan kasus anemia dalam kehamilan dan
BBLR pada pasien dan keluarga.
30

DAFTAR PUSTAKA

1. Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., & Usman. A.


2014. Buku ajar neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 11-16.
2. Kumalasari, Tjekyan dan Zulkarnain. 2014. Faktor Resiko Dan
Angka Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014. Palembang:Universitas
Sriwijaya
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia
4. Andria. 2017. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah
Rokan Hulu. Riau: RSUD Rokan Hulu
5. Sabrina, C. Mutiara., Serudji, J dan Almurdi. 2012. Gambaran
Anemia Kehamilan di bagian Obstetric dan Ginekologi RSUP Dr.M.
DjamilPada. Padang: Fakultas Kedokteran Andalas
6. Proverawati, A., & Ismawati C. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir
Rendah. Jakarta : Nuha Medika, 1-7.
7. Rusida. L., Rosidi. A., & Handarsari. E. 2012. Hubungan paritas,
kadar hemoglobin dan status gizi ibu hamil dengan berat bayi lahir
di RSUD RAA Soewondo Pati. Agustus 27, 2017.
http://digilib.unimus.ac.id/
8. Nurhayati, Eka. 2015. Indeks Masa Tubuh (IMT) Pra hamil dan
Kenaikan Berat BadanIbu selama Hamil berhubungan dengan Berat
Badan Bayi Lahir. Yogyakarta: Universitas Alma Ata Yogyakarta
9. Irawati, A., Triwinarto, A. Salimar, S. dan Raswanti I.2003.
Pengaruh status Gizi selama kehamilan dan Menyusui terhadap
Keberhasilan Pemberian ASI. Jakarta: Peneliti Gizi dan Makanan
10. DD, Jayant, B, Phalke D, B,Bangal V, Peeyuusha D, Sushen B.
Maternal risk factors for low birth weight neonates: a hospital based
case-control study in rural area of western maharashtra, India,
National Journal of Community Medicine Vol 2 Page 397pISSN :
0976 3325 eISSN : 2229 6816.

Anda mungkin juga menyukai