Anda di halaman 1dari 93

Laporan Kasus

G1P0A0 HAMIL ATERM INPARTU DENGAN


OLIGOHIDRAMNION + HEPATITIS B JTH
PRESKEP
Disusun Oleh:
Istiqomah Maximiliani, S.Ked. 71 2017 011

Dibimbing Oleh:
dr. H. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut laporan ASEAN Stastistical • Terjadi penuruan
Report on MDG 2017 tahun 2015 kematian ibu selama
Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN periode 1991-2015
yaitu rata rata 197 per 100.000 • penurunan AKI di
kelahiran hidup. Indonesia dari 390 pada
tahun 1991 menjadi 305
tahun 2015
• (KEMENKES,2017)

• Angka Kematian
Jumlah Kematian Bayi di
Bayi 24 per 1.000
Provinsi Sumatera Selatan
kelahiran hidup, dan
sampai dengan bulan Desember
AKABA 32 per 1.000
2017 mencapai 637 kasus,
kelahiran hidup
menurun jika dibandingkan
(SDKI) tahun 2017
tahun 2016 sebanyak 643 kasus
(KEMENKES SUMSEL, 2018)
Latar Belakang

• Ibu hamil sangat peka terhadap • di Indonesia pada tahun


terjadinya infeksi dari berbagai 2013 sebesar 1,2%
mikroorganisme meningkat dua kali
• Hepatitis merupakan salah satu dibandingkan Riskesdas
penyakit menular yang menjadi tahun 2007 yang sebesar
masalah kesehatan masyarakat 0,6%.

• Virus Hepatitis B
menginfeksi 2 milyar orang
di dunia, sekitar 240 juta • berdasarkan Infodatin Kemenkes RI
orang diantaranya (2018) Presentase Ibu hamil HBsAg
menderita Hepatitis B reaktif tertinggi yaitu Nusa Tenggara
kronik Barat (6,15%), Nusa Tenggara Timur
• hepatitis C di sebesar 170 (5,26%) dan Papua (3,92%).
juta orang
Latar Belakang

• Oligohidramnion terjadi pada


sekitar 1-5% kehamilan aterm
Pada kehamilan lebih dari 40 Pada laporan kasus ini
minggu kehamilan, insidensinya akan dibahas lebih
mungkin lebih dari 12% lanjut

• Dari 1815 ibu di Kecematan Seberang Ulu


pada tahun 2008, yang menjadi sampel
penelitian didapatkan ibu dengan
oligohidramnion sebanyak 22, normal
sebanyak 1789 dan polihidramnion sebanyak
Maksud dan Tujuan
01
03
Diharapkan dokter muda dapat memahami setiap Diharapkan dokter muda dapat
kasus Oligohidramnion dan Hepatitis B mengaplikasikan pemahaman yang
didapat mengenai kasus
Oligohidramnion dan Hepatitis B selama
menjalani kepaniteraan klinik dan
seterusnya.

02 Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah


dilakukan diskusi mengenai materi Oligohidramnion
04
dan Hepatitis B
MANFAAT
Diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan
sebagai tambahan referensi dalam bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi terutama
mengenai oligohidramnion dan Hepatitis B

Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan karya
ilmiah selanjutnya.

Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh


dari laporan kasus ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dan
diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hepatitis B dalam Kehamilan
• Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa berkembang menjadi
fibrosis (jaringan parut), sirosis atau kanker hati.
• Hepatitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, zat
beracun (misalnya alkohol, obat-obatan tertentu), dan penyakit
autoimun.
• Penyebab paling umum Hepatitis adalah yang disebabkan oleh
Virus Hepatitis B dan
Epidemiologi
• PenyakIt hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat
di dunia termasuk di Indonesia, yang terdin dari Hepatitis A,
B, C,D, dan E.
• Virus Hepatitis B telah menginfeksi 2 milyar orang di dunia,
sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis
B kronik, sedangkan unutk penderita Hepatitis C di dunia
diperkirakan sebesar 170 juta orang.
• Indoneisa merupakan negara dengan endemisitas tinggi
hepatitis B, terbesar kedua di negara South East Asian Region
(SEAR) setelah Myanmar.
• di Negara Asia prevalensi HBsAg berkisar antara 1,7-17%
dengan proporsi HBeAg 8-64%, di Asia tengah dan Afrika
HBsAg 3-11 % dan HBeAg 8-19%, sedangkan di Eropa
Selatan HBsAg berkisar antara 1-3% dengan HBeAg 4-5%.
Epidemiologi

• Tingginya prevalensi VHB dipengaruhi oleh berbagai


faktor antara lain; faktor geografik dan Pengaruh etnik
• Hepatitis tertinggi terdapat pada kelompok umur 45-54
dan 65-74.
ETIOLOGI

- Virus Hepatitis B (VHB) merupakan virus hepatitis


pertama pada manusia yang protein dan genomenya
dapat diidentifikasi dan tergolong keluarga
Hepadnaviridae yaitu suatu virus yang hepatotropik
dengan genome DNA.

- VHB disebut partikel Dane sesuai nama penemu


virus tersebut.
Faktor Risiko
• Orang yang lahir di negara yang memiliki prevalesnsi tinggi (>8%) dan intermediate
(> 2%) HBV termasuk immigrans dan anak adopsi and orang yang lahir di amerika
serikat yang tidak vaksinasi saat bayi dan orang tua yang berimigrasi dari endemis
HBV
• Tinggal serumah dan kontak seksual dengan pasien Hepatits B
• Bayi yang lahir dari ibu hbsag positif
• Orang yang memgunakan suntikan obat bekas
• Orang yang memiliki kontak seksusal multipel atau riwayat PMS
• Homoseksual
• Narapidana
• Orang yang memiliki alanin dan aspartat aminotranferase level
• Donor darah, plasma, organ, jaringan
• Orang dengan infeksi HCV atau HIV
• Pasien hemodilaisis
• Ibu hamil
• Orang yang sering kontak dengan sumber darah, cairan(needle stick injury, kontak
mukosa, sexual assault)
• Orang yang memerlukan immunosuprsif atau cytotoxic terapi (termasuk anti-tumo
necrosis factor untuk terapi rematik, peradangan dan radang usus)
Cara Penularan
penularan dapat terjadi melalui empat cara yaitu ;

1. Parenteral melalui transfusi darah yang mengandung VHB.


2. Tusukan melalui kulit (percutaneous exposure). Cara ini terjadi melalui
tusukan jarum di bawah kulit dengan jarum yang pernah dipakai pengidap
VHB seperti pada pasien ketagihan obat, akupuntur, membuat tatto, tindik
kuping, memakai pisau cukur, sikat gigi dan lainnya.

3. Melalui hubungan seksual; karenaVHB juga terdapat pada cairan sperma,


lendir vagina dan air liur.

4. Penularan VHB dari ibu ke bayi yang baru dilahirkan


Pola Penularan
• Walaupun infeksi VHB dapat ditularakan dengan berbagai cara, tetapi
pola penularan infeksi VHB dapat dibagi menjadi dua

a. Sebelum persalinan yang disebut infeksi VHB in-utero.

• transmisi VHB dari ibu ke bayi di dalam rahim ibu


• terjadi karena masuknya VHB dari ibu ke bayi di dalam kandungan,
melalui robekan kecil plasenta -> microtransfusion darah ibu yang
1. Secara mengandung partikel Dane ke bayi
Vertikal • dikatakan mengalami infeksi VHB in-utero, jika bayi berumur 1
bulan sudah menunjukkan HBsAg positif

b. Selama persalinan disebut infeksi VHB perinatal

• terjadi pada saat dilahirkan dari ibu dengan HBsAg positif


• belum jelas, tetapi beberapa teori yang dikemukakan antara
lain; melalui lesi kulit, mata, darah ibu, air ketuban yang
tertelan oleh bayi pada saat persalinan dan kontak dengan
lendir serviko-vaginal
Pola Penularan
• Walaupun infeksi VHB dapat ditularakan dengan berbagai cara, tetapi
pola penularan infeksi VHB dapat dibagi menjadi dua

1. Secara c. Setelah persalinan disebut infeksi post-natal.

Vertikal • VHB yang masuk ke tubuh bayi secara per-oral baru dapat
menimbulkan infeksi VHB jika masuk bersama air susu
ibu dalam jumlah besar
• Penularan terjadi melalui air susu ibu yang terkontaminasi
darah ibu yang mengandung VHB krena luka lecet pada
putting susu.

2. Secara Penularan VHB dari seorang pengidap infeksi VHB kepada orang yang
Horizontal rentan disekitarnya
1. Pada Hepatitis Akut

infeksi VHB

Patogenesis Muncul alfa interferon di dalam darah

 aktifitas sel NK (Natural Killer) dalam beberapa minggu pertama


dari infeksi akut + sel T-helper (Th atau CD4 limfosit)

Antibodi yang pertama muncul adalah anti-pre S1 dan anti pre-S2


(mengontrol infeksi, tetapi tidak mengontrol penyebaran)
VHB ke dalam sel hati

dihancurkan oleh sel T sitotoksik

Interferon merangsang munculnya MHC I pada permukaan sel


hati. Sel Tc akan beraksi dengan mengadakan penempelan
dengan MHC I yang memunculkan HBc peptide pada
permikaannya, sehingga terjadi lisis sel hati dan eliminasi VHB 17
2. Pada Hepatitis Kronik

Patogenesis proses seperti di atas tidak berjalan semestinya, yang


disebabkan karena terjadinya kerusakan atau kegagalan pada
beberapa hal.

1. Gagalnya sensitisasi dan fungsi sel Tc dan sel NK.


2. Kegagalan produksi interferon (INF)
3. Kegagalan sel hati memberikan respon terhadap IFN
4. Kegagalan menetralisasi virus;
2. Pada Hepatitis Kronik

• dalam keadaan normal partikel VHB tidak menembus

Patogenesis plasenta
• tetapi HBeAg dapat masuk ke peredaran darah bayi,
-> mempengaruhi Thymus bayi-> sel Th yang
terbentuk toleran terhadap HBeAg dan HBcAg
• Karena HBeAg dan HBcAg dapat menimbulkan
reaksi silang pada sel T, maka sel T yang spesifik
terhadap HBeAGg dan HBcAg tidak berfungsi baik
dalam membentuk antibodi terhadap HBsAg.
• Demikian juga sel T tersebut akan berkurang
kemampaunnya dalam mengiliminasi VHB.
Gejala Klinis
• Anoreksia
• Mual muntah
• Febris
• Rasa bengkak dan nyeri pada perut kanan atas
• Mata dan buang air kecil kuning seperti teh pekat
• Amenorea
• Sklera ikterik
• Mammae hiperpigmentasi, kolostrum (+)
• Hepatomegali dan nyeri tekan
• Ballotement dan DJJ (+)
Gejala Klinis
1. Infeksi VHB Akut
• Fase Prodromal
• Fase ikterik: penderita tampak kuning, kencing seperti the pekat, kotoran putih seperti
dempul, temperature menurun, kadang-kadang ada bradikari, nafsu makan muncul
kembali
• Fase penyembuhan
Infeksi VHB akut, (SGPT = ALT) meningkat lebih tinggi daripada serum (SGOT – AST)

2. Infeksi VHB Kronik


• Terdapat peradangan pada hati dengan hbsag yang selalu positif dalam waktu 6 bulan atau
lebih.
• Sangat bervariasi dari tanpa gejala sampai infeksi berat
• Badan terasa lelah merupakan keluhan umum dan ikterus yang menetap atau hilang timbul
merupakan gamabaran umum pada kasus yang lanjut
• kalau sirosis hati terjadi maka AST akan meningkat melebihi ALT
Gejala Klinis

• Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus, akan


tetapi jika terjadi infeksi akut bisa mengakibatkan
hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan mortalitas
tinggi pada ibu dan bayi.
DIAGNOSIS
• Diagnosis dapat ditegakkan berdasarakan anamnesis,
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan manifestasi klinis diatas
dan pemeriksaan penunjang

“Didapatkan kelainan test faal hepar, bilirubin, SGOT,


SGPT dan alkalinfosfatase/ bilirubin urine (+),
protombin time memanjang, USG hepar didapatkan
pembesaran dan USG Janin normal
Pencegahan

• Melakukan aktifitas seksual yang aman


• Tidak menggunakan bersama obat-obatan yang mempergunakan
alat seperti jarum suntik
• Tidak memakai bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi darah
• Memakai pengaman waktu kerja kontak dengan darah
• Melakukan vaksinasi untuk mencegah penularan
Pencegahan
cara yang paling tepat untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas adalah
pencegahan infeksi VHB dengan vaksinasi hepatitis B, karena belum ada
pengobatan yang efektif untuk penyakit hati kronik

Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Aktif Imunisasi Pasif

• Menyuntikkan vaksin HB yang dibuat dari partikel HBsAg,


• Memberikan suntikan hepatitis B
untuk merangsang pembentukan atau timbulnya anti-HBs
immune globulin (HBIG), yang merupakan
• pemberian dosis dewasa pada bayi yang lahir dari ibu
dengan HBeAg negatif Memberikan proteksi sebesar sediaan anti-hbs dalam titer tinggi
90%, jika bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif hanya • Pemberian HBIG segera setelah
sebesar 70-75%. Dan untuk mencapai proteksi 90% perlu persalinan ialah dapat mencegah
diberikan satu dosis HBIG segera setelah lahir sebagian besar penularan VHB vertikal
Pencegahan
Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Pasif Aktif

• selain diberikan suntikan HBIG juga diberikan vaksin


• umumnya dipakai untuk pencegahan pasca paparan atau
past exposure prophylaxis dimana imunisasi dilakukan
setelah terjadi pemaparan terhadap infeksi VHB pada
bayi yang lahir dari ibu dengan HBeAg positif.
• HBIG disuntikkan segera setelah lahir disusul dengan
pemberian vaksin HB akan memberikan efektifitas yang
tinggi
Tatalaksana
Semua penderita hepatitis dirawat untuk evaluasi penyakit dan pengobatannya

1. Cukupkan kebutuhan cairan dan elektrolit, kalori dan protein


dengan infus dan diet.
2. Batasi zat lemak
3. Istirahat baring total
4. Hindarkan obat hepatotoksik
5. Kortikosteroid, antivirus
6. Enzim pencernaan/ hepatoprotektor
7. Roborantia
Tatalaksana
• tidak ada yang membedakan prinsip terhadap hepatitis akut pada kehamilan dengan tanpa
kehamilan
• Istirahat yang cukup dan terapi simtomatik tetap menjadi dasarnya
• Terminasi kehamilan hanya dilakukan atas indikasi obstetrik

*Menurut ACG dan AASLD sangat merekomendasikan inisiasi antivirus pada pasien dengan
viremia yang tinggi pada 28-32 mingguke hamilan untuk mengurangi MTCT.

Tenofovir dan telbivudin tetap menjadi terapi lini pertama. Selain itu, dapat juga
diberikan lamivudin kepada ibu sebelum melahirkan (100 mg/hari dalam trisemester
ketiga).
Tatalaksana
TERMINASI KEHAMILAN
Persalinan pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi (3,5 pg /mL) atau HBeAg
positif lebih baik SC pada persalinan yang lebih dari 14 jam.

Pan et al. menganalisis data dari 1.409 bayi yang lahir melalui persalinan
pervaginam, seksio sesaria elektif atau operasi caesar darurat untuk ibu dengan HBsAg
positif.
Infeksi HBV yang ditularkan pada bayi yang lahir dengan operasi caesar elektif
memiliki persentase yang lebih kecil (1,4%), dibandingkan dengan persalinan
pervaginam (3,4%) atau operasi caesar darurat (4,2%).
• Hepatitis yang terjadi pada kehamilan triwulan I dan II prognosis baik,
Prognosis sedangkan pada triwulan III dengan angka kematian maternal yang
tinggi
• Dilaporkan 10-20% ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak
mendapatkan imunoprofilaksis menularkan virus pada neonatusnya
• ± 90% wanita hamil dengan seropositif untuk HBsAg dan HBeAg
menularkan virus secara vertikel kepada janinnya dengan insiden ±
10% pada trimester I dan 80-90% pada trimester III
• Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan
insiden Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas yang lebih
tinggi diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan.
Cairan Ketuban
• Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi
sekaligus menunjang pertumbuhan
• Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan
kadar pada serum ibu, artinya kadar dicairan amnion merupakan hasil
difusi dari ibunya
• menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng
Fisiologi Cairan Ketuban
• Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma
maternal dan dibentuk oleh sel amnionya. ultrafiltrasi dari plasma maternal dan
dibentuk oleh sel amnionya

• Pada trimester II kehamilan -> air ketuban dibentuk oleh difusi ekstraseluler
melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin.

• setelah trimester ke II,-> pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi
difusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh:
Selamnionnya, Air kencing janin
Oligohidramnion
Definisi
• air ketuban kurang dari 500 cc

kriteria :
1) Jumlah kurang dari 500 cc
2) Kental
3) Bercampur mekonium.
Epidemiologi

• Oligohidramnion terjadi pada sekitar 1-5% kehamilan aterm


Pada kehamilan lebih dari 40 minggu kehamilan, insidensinya
mungkin lebih dari 12% karena volume cairan ketuban
menurun secara progresif setelah 41 minggu kehamilan.7

• Dari 1815 ibu di Kecematan Seberang Ulu pasa tahun 2008,


yang menjadi sampel penelitian didapatkan ibu dengan
oligohidramnion sebanyak 22, normal sebanyak 1789 dan
polihidramnion sebanyak 4
kelainan kongenital, PJT, ketuban pecah, kehamilan
postterm, insufisiensi plasenta, dan obat-obatan

Etiologi dan Patofisiologi Kelainan kongenital>>


insufisiensi plasenta
kelainan sistem saiuran
kemih
Hipoksia Janin

penurunan aliran darah ke ginjal

produksi urin berkurang

Oligohidramnion

35
Manifestasi Klinis

• Rahim lebih kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan


• Bunyi jantung anak sudah terdengar sebelum bulan ke-5 dan
terdengar dengan lebih jelas (dengan stetoskop)
• Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu dan sering berakhir dengan
partus prematurus
Diagnosis
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan tindakan “Amnioskopi”

Komplikasi tindakan
Indikasi amnioskopi adalah:
amnioskopi adalah:
Hasil yang diharapkan • Terjadi persalinan
• Usia kehamilan sudah diatas 37 adalah:
prematur
minggu • Kekeruhan air ketuban
• Ketuban pecah-
• Terdapat preeklamsia-berat atau Pewarnaan dengan mekonium
menimbulkan persalinan
eklampsia
prematur
• Bad Obstetrics History
• Terjadi perdarahan-
• Terdapat kemungkinan IUGR
perlukaan kanalis
• Kelainan ginjal
servikalis
• Kehamilanpostdate
• Terjadi infeksi asendens
Diagnosis

Tehnik diagnosis oligohidramnion dapat mempergunakan


Ultrasonografi yang dapat menentukan:
• Amniotic Fluid Index (AFI) kurang dari 5 cm
• AFI kurang dari 3 cm disebut Moderate
Oligohidramnion
• AFI kurang dari 2-1 cm disebut Severe
Oligohidramnion
Tatalaksana
Tatalaksana
Untuk mengurangi tekanan langsung otot rahim terhadap tali pusat/ plasenta yang menimbulkan fetal distress
dilakukan upaya “amniotic infusion

Bolus amniotic infusion Continous amniotic infusion

• Berikan infus sebanyak 10-15 cc/ • Diberikan 10 cc/ menit selaama 1 jam
menit sampai tercapai jumlah 800 • Diikuti 3 cc/ menit sampai tercapai
cc kompresi menghilang
• Tetesan dikurangi sampai terdapat
tambahan 250 cc untuk mengurangi
kompresi terhadap tali pusat dan *Amniotic infusion ada kemungkinan
lainnya. berhasil, tetapi jika tetap terjadi fetal
• Teknik bolus amniotic infussion, distress, peningkatan bandle tidak terjadi
dapat menurunkan kejadian fetal penurunan, maka tindakan obstetrinya
distress dan meningkatkan adalah dilakukan seksio sesares
kemungkinan persalinan per
vaginam
KOMPLIKASI

Janin
 Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung terhadapat janinnya:
i. Deformitas janin adalah:
(a) Leher terlalu menekuk-miring
(b) (b) Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
(c) Deformitas ekstermitas
Dari sudut maternal d) Talipes kaki terpelintir keluar.
trias komplikasi persalinan ii.  Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress
dengan tindakan perdarahan, iii. Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan
infeksi, dan perlukaan jalan dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban
lahir (a) kesulitan bernapas karena paru-paru-> hipoplasia sampai
atelektase paru
(b) Sirkulus yang sulit diatasinya -> kematian janin intrauterin
 Amniotic band
Dapat dijumpai ektermitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan dengan
membrannya.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. B
Usia : 19 tahun
Tanggal lahir : 27 Maret 1989
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Alamat : Muara Siban RT 3 RW 2, Pulau Pinang,
Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Agama : Islam
MRS : 27 Desember 2019
Jam MRS : 06: 30WIB
No. RM : 58.60.61
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT

Sakit perut mau melahirkan

Ibu masuk ponek dengan keluhan sakit perut


mau melahirkan os mengaku hamil cukup bulan,
Gerakan anak masih dirasakan, anak pertama,
riwayat keluar air-air(+). Rujukan RS Pagar Alam
dengan Hepatitis
R/ penyakit yang pernah R/ penyakit keluarga
diderita
 Hipertensi (-),  Hipertensi (-),
 Kencing manis (-),  Kencing manis (-),
 Alergi (-),  Alergi (-),
 Asthma (-),  Asthma (-),
 Jantung (-),  Jantung (-),
 Jiwa (-),  Jiwa (-),
 Varises (-),  Varises (-),
 Tumor (-)  Tumor (-)
R/ mestruasi R/ penyakit perkawinan
 Tanggal HPHT : 15-04-2019  Status : Kawin, 1 kali
 Haid Menarche : 12 th  Umur waktu kawin pertama:
 Siklus Haid :- hari
18 tahun
 Lama siklus haid: 7 hari
 Keluhan saat haid : Sakit
pinggang

R/ kontrasepsi R/ penyakit ANC


 -  -

R/ kehamilan dan
persalinan
 -
Tanda Vital dan Keadaan Umum

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis (GCS : E 4, V
5 M 6)
VAS : Nyeri di abdomen,
intensitas nyeri 1
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 20 x/menit

Temperatur : 36˚C
Tinggi Badan : 156cm

Berat Badan : 60 kg
Pemeriksaan Fisik Khusus
Kepala : TAK
Leher : TAK
Mata : TAK
Dada : Puting Susu Normal
Punggung : TAK
Abdomen : TFU 3
jr ↓ px, memanjang, Genitalia : ɸ 1 cm,
DJJ 136 x/menit Ketuban (+),
bloodslym (+),
Kep HI
Ektremitas : TAK
Pemeriksaan Kebidanan

Inspeksi : Luka bekas operasi (√) tidak ada, arah


pembesaran - , kelainan -, pengeluaran
pervaginam-, lochea -
Palpasi : TFU 3 J d Px, taksiran berat janin - ,
letak punggung: -, presentasi (√)kepala, bagian
terendah -, kontraksi uterus: -, His - , teraba
massa -
Auskultasi: bising usus -
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 27 Desember 2019 pukul
10:06 WIB.
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 9.7 g/dl 12-14 g/dl
Eritrosit 3.46 x106/uL 4 – 4,5 x106/uL
Leukosit 13.9 x103/uL 5– 10 x103/uL
Trombosit 282 x103/uL 150-400 x103/uL
Hematokrit 29% 37-43%
Waktu Perdarahan 2  
Waktu Pembekuan 10 s 10-15 s
Hitung Jenis
Basofil 0% 0-1 %
Eosinofil 0% 1-3 %
Batang 0% 2-6 %
Segmen 85% 50-70 %
Limfosit 12% 20-40 %
Monosit 3% 2–8%
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 27 Desember 2019 pukul
10:06 WIB.
Golongan Darah
ABO AB  
Rhesus Positif (+)  
Serologi/Imunologi    
HbsAG (RPHA) Positif Negatif
HIV Non Reaktif  
Syphilis Non Reaktif  
Kimia Darah
Glukosa Darah 105 mg/dL <180
Sewaktu
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG

USG:Usia kehamilan 37-38


minggu
DJJ 178x/menit
Ket (+)
K/ Hamil 37 – 38 minggu
Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil aterm inpartu dengan Hepatitis B+
Oligohidramnion JTH Preskep

Penatalaksanaan Pre Operasi:


Observasi KU + VS
Observasi his +DJJ
Th/ IVFD RL + oxytocin 1 ampul gtt 20 x/menit
Inj Ceftriaxone 2 x 1 gr
Cek lab
Puasa
Pro SC tanggal 28/12/2019
Laporan Operasi

 Hari : Sabtu
 Tanggal : 28 Desember 2019
 Pukul : 08.15 WIB – 09.00 WIB
 dr. Operator : dr.H. Didi Askari Pasaribu Sp.OG(K)
 dr. Anastesi : dr. Rizky Dani, Sp.An
 Diagnosis Pra Bedah : G1P0A0 hamil aterm inpartu dengan Hepatitis B+
Oligohidramnion JTH Preskep
 Diagnosis Pasca Bedah : P1A0 Pasca SSTP a.i Hepatitis B+ Oligohidramnion
 Tindakan : SSTP
 Komplikasi Operasi : (-)
Laporan Operasi

 Jaringan dikirim PA/Kultur : Tidak


 Perdarahan : 80 cc
 Laporan operasi :
 Insisi mediana, perut dibuka lapis demi lapis sampai dengan menembus peritoneum. Uterus
sebesar aterm -> insisi konkaf -> bayi dilahirkan dengan meluksir kepala -> lahir bayi berat
badan 2700 gr panjang badan 47 cm
 Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan
 Uterus ditutup lapis demi lapis.
 Perut ditutup lapis demi lapis
Penatalaksanaan. . .
Penatalaksanaan Post Operasi
Observasi KU, TTV, dan perdarahan
IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (11:00) (2)
Inj. Metronidazole 3x1 gr (11:00)
Inj. Ketorolac 3x1 (11:00)
Inj. Kalnex 3x1 (11:00)
-Cek Hb post op
FOLOW UP
Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning
27/12/2019 S/ Os masuk ponek dengan keluhan sakit perut mau melahirkan. P: Observasi
(06.30) Os mengaku hamil cukup. Gerakan anak (+) dirasakan, ibu anak  IVFD RL+ Oxy 1 amp gtt
pertama.R/ Air (+) R/ Rujukan dari RS Pagar Alam dnegan  Inj. Ceftri 2x1 amp
Hepatitis (+)
 Cek lab
O/ KU baik TD 110/70 TFU 3 dibawah px, p 0 1 cm, ket (+) DJJ
 
136x/menit
 
27/12/2019 A/
S :ibuHepatitis
pindah VK+ Oligohidramnion
dari PONEK pukul 10.45 wib dengan keluhan sakit P:
Pukul perut mau melahirkan anak ke 1, mengaku hamil cukup bulan  Observasi KU + VS
10.45 WIB rujukan dari RS pagar alam dengan hepatitis (+) +  
oligohidramnion R/ abortus (-) R/ urut urut (-) blood slyn (+)
Th :
HPHT 15-4-2019
 IVFD RL+ ind gtt 20x/menit
O:
 Inj. Ceftri 2x1
 KU : Baik
 USG (+) hasil: usia kehamilan
 TD : 110/70mmHg
37-38 minggu, ket (+)
 N: 80 x/menit
 Observasi kemajuan
 Palpasi TFU: 3 jari dibawah px, memanjang, DJJ (+):
persalinan
170x/menit
 Obs his + DJJ
PD 1 cm, ket (+), Kep H1, Skala Nyeri 1
FOLOW UP
Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning
27/12/2019 Pukul S : mules (+) jarang P:
15.00 WIB O:  Obs KU & TTV
 KU: Baik  Obs his + DJJ
 TD: 110/70 mmHg  
Th :
 DJJ: 153x/menit, PD: 1 cm, Ket (+) portio tebal,
 IVFD RL gtt 20x/menit
Kep H1
 Inj ceftriaxone 2x1 (21.55)
A : Oligohidramnion + hepatitis pada G1P0A0 h.
 
Aterm inp jth kep
 
27/12/2019 Pukul S  : - P:
23.00 WIB O:  Obs KU & TTV
 KU: Baik  Obs his + DJJ
 TD: 110/80 mmHg  
Th :
 DJJ:132x/menit, PD: 1 cm, Ket (+) portio tebal,
 IVFD RL gtt 20x/menit
Kep H1
 Inj ceftriaxone 2x1 (2x)
A : Oligohidramnion + hepatitis pada G1P0A0 h.
FOLOW UP
Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning
28/12/2019 Pukul S : Os pindah bangsal dari OK P:
08:00 WIB O: - Observasi KU, TTV, dan perdarahan
 KU: Baik - IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
 TD: 110/80 mmHg
 Perdarahan biasa, kontraksi (+), luka op - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (11:00) (2)
tenang - Inj. Metronidazole 3x1 gr (11:00)
A : post SC Oligohidramnion + hepatitis pada
- Inj. Ketorolac 3x1 (11:00)
G1P0A0
- Inj. Kalnex 3x1 (11:00)
28/12/2019 Pukul S : - P:
- Cek Hb post op
15:00 O: - Observasi KU, TTV, dan perdarahan
WIB  KU: Baik - IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
 TD: 110/70 mmHg
 Perdarahan biasa, kontraksi (+), - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (23:00) (3x)
A: post SC Oligohidramnion + hepatitis pada - Inj. Metronidazole 3x1 gr (18:00)
G1P0A0
- Inj. Ketorolac 3x1 (18:00)
- Inj. Kalnex 3x1 (18:00)
Hb post op:
FOLOW UP
Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning
28/12/2019 Pukul S : - - Observasi KU, TTV,
21:00 WIB O: - IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
 KU: Baik
 TD: 120/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (23:00)
 Perdarahan biasa, kontraksi (+),luka op tenang - Inj. Metronidazole 3x1 gr (02:00)
A: post SC Oligohidramnion + hepatitis pada
- Inj. Ketorolac 3x1 (02:00)
G1P0A0
- Inj. Kalnex 3x1 (02:00)
Hb post op:
29/12/2019 Pukul S : - -10,8Observasi
g/dL KU, TTV,
10:00 WIB O: - IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
 KU: Baik
 TD: 120/80 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (11:00) (4x)
 T: 36,7oC - Inj. Metronidazole 3x1 gr (11:00)
 Perdarahan biasa, kontraksi (+),luka op tenang
- Inj. Ketorolac 3x1 (11:00)
A: post SC Oligohidramnion + HbsAg (+)
- Inj. Kalnex 3x1 (11:00)
Hb post op:
FOLOW UP
Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning
29/12/2019 Pukul S : - - Observasi KU, TTV,
15:00 WIB O: - IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
 KU: Baik
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (selesai)
 TD: 110/70 mmHg
- Inj. Metronidazole 3x1 gr
 Perdarahan biasa, kontraksi (+)
A: post SC Oligohidramnion + HbsAg (+) - Inj. Ketorolac 3x1

30/12/2019 Pukul S : - -- Inj.


IVFD Kalnex
aff 3x1
08:00 WIB O: - GV
 KU: Baik
- Obat Oral
 TD: 110/70 mmHg
A: P1A0 pasca SSTP a.i oligohidramnion (Cefixime 2x100 mg, asam
+Hepatitis B mefenamat 3x500 mg, Neurodex
2x1 tablet)
- Boleh Pulang
FOLOW UP

Waktu Subjective, Objective, Assesment Planning


30/12/2019 A BB: 60 kg
Pukul 08:00 TB: 150 cm
WIB IMT: 24 kg/m2, status gizi: baik
(gizi) D-
I Kebutuhan kalori sehari, E=2148 kkal
M Toleransi asupan, perubahan klinis
E Asupan & BB
BAB IV
ANALISIS KASUS
Analisis kasus

Berdasarkan anamnesis pada status


pasien, pasien masuk PONEK dengan
keluhan sakit perut mengaku hamil
cukup bulan, Gerakan anak masih
dirasakan, anak pertama, riwayat
keluar air-air(+). Rujukan RS Pagar
Alam dengan Hepatitis
Analisis kasus

Dari anamnesis langsung kepada


pasien, pada kasus Ny. B, berusia 19
tahun didapatkan hasil bahwa pasien
hamil anak pertama, dan belum pernah
keguguran. Pasien mengatakan hamil
cukup bulan. Pasien mengaku keluar
lendir lendir 3 hari SMRS. Keluhan
perut mules mau melahirkan tidak ada.
Keluhan keluar air-air tidak ada.
Analisis kasus

Pasien mengatakan awalnya, pada tanggal


26 Desember 2019 pasien memeriksakan
kehamilannya ke klinik dokter spesialis
obgyn, pasien diberitahu bahwa air
ketubannya sedikit dengan usia kehamilan
36 minggu dan disarankan ke Rumah Sakit
Besemah Pagar Alam untuk di infus.
Sesampainya di RS Besemah, pasien
disarankan ke RS BARI Palembang untuk
melahirkan karena di pagar alam tidak ada
obat tertentu yang harus diberikan pada
bayi.
Analisis kasus

Pasien mengatakan hamil cukup bulan


dengan hari pertama haid terakhir (HPHT)
pasien adalah 15 April 2019. Adapun
taksiran persalinan berdasarkan HPHT yaitu
pada 22 Januari 2020.
Berdasarkan hasil anamnesis, riwayat
kehamilan pasien G1P0A0 dan berdasarkan
perhitungan dengan rumus Naegele
didapatkan bahwa pasien hamil pre-term
dengan usia kehamilan 33-34 minggu dan
belum inpartu.
Analisis kasus

Pada hasil anamnesis langsung didapatkan


bahwa pasien mengatakan selama kehamilan
pasien rutin memeriksakan kehamilannya
yaitu 2-3 kali dalam sebulan. Sehingga pada
usia kehamilan 2 bulan pasien mengetahui
mengidap hepatitis dari hasil cek darah.
Selama kehamilan pasien mengeluh mual
muntah dan pusing, nafsu makan menurun.
Sementara, keluhan seperti demam, rasa
nyeri pada perut kanan atas, mata kuning,
buang air kecil berwarna kuning pekat
disangkal.
Analisis kasus

Sementara berdasarkan teori


manifestasi klinis hepatitis pada ibu hamil
dapat berupa: Anoreksia, mual muntah,
febris, rasa bengkak dan nyeri pada perut
kanan atas, mata dan buang air kecil kuning
seperti teh pekat, amenorea, febris, sklera
ikterik, mammae hiperpigmentasi, kolostrum
(+), Hepatomegali dan nyeri tekan,
Ballotemen dan DJJ (+).11
Analisis kasus

Kerusakan hati yang ditimbulkan oleh


infeksi VHB kronik bervariasi mulai dari
tidak terjadi kerusakan, asymptomatic
carrier (pengidap sehat VHB), kerusakan
ringan pada hepatitis kronik persisten dan
kerusakan berat pada hepatitis kronik aktif.
Analisis kasus

Pasien mengaku pada keluarga ada yang


menderita penyakit kuning/ hepatitis yaitu
bibi kandung pasien namun tidak tinggal
serumah. Suami pasien juga dilakukan
pemeriksaan darah dan hasil HbsAg nya non
reaktif.
Analisis kasus

Dimana berdasarkan teori, populasi tinggi


yang rentan terinfeksi HBV adalah Orang
yang lahir di negara yang memiliki
prevalesnsi tinggi, Tinggal serumah dan
kontak seksual dengan pasien Hepatits .
Analisis kasus

Berdasarkan anamnesis yang didapatkan


keluhan utama dan riwayat perjalanan
penyakit pasien sesuai dengan status pasien,
dan pada status pasien kurang lengkap
mengenai riwayat ANC, riwayat penyakit
dahulu, riwayat konsumsi obat, riwayat
penyakit keluarga, latar belakang sosial dan
kebiasaan.
Analisis kasus

Pada pemeriksaan fisik yang didapatkan


dari status pasien VAS 1, tekanan darah
110/70, nadi 80x/menit, laju pernafasan
20x/menit, temperatur 36oC.
Analisis kasus

Pemeriksaan penunjang pada kasus


didapatkan penurunan kadar hemoglobin,
penurunan kadar eritrosit dan penurunan
kadar hematokrit. Pasien ini mengalami
anemia derajat ringan.
Analisis kasus
Pada pasien juga dijumpai leukositosis
dan HbsAg (+). Leukosit ibu B yaitu
13.900/uL diambil pada tanggal 27
Desember 2019. Berdasarkan teori,
Meskipun cukup bervariasi selama
kehamilan, hitung leukosit biasanya berkisar
dari 5000- 12.000/uL. Selama persalinan
dan masa nifas dini, jumlah sel ini dapat
sangat meningkat, mencapai 25.000/uL atau
bahkan lebih, namun reratanya adalah
14.000-16.000/uL. Dimana leukosit pada
pasien ini tergolong normal.
Analisis kasus
Berdasarkan teori, Positifnya HBsAg
dalam darah seorang individu menunjukkan
individu tersebut menderita infeksi VHB.
Pada proses penyembuhan HBsAg menjadi
negatif dan kalau sampai 6 bulan setelah
terjadinya infeksi HBsAg tetap positif,
keadaan ini menunjukkan telah terjadinya
infeksi VHB kronik.
Analisis kasus
Dalam menunjang diagnosis hepatitis
pemeriksaan yang dianjurkan adalah tes faal
hepar seperti SGOT dan SGPT dan
bilirubine urine dan USG hepar.
Analisis kasus
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) telah
dilakukan pada pasien ini dengan hasil BPD
37-38 minggu, DJJ 178x/ menit dengan
kesan hamil 37-38 minggu. Pada pasien ini
usia kehamilan berdasarkan USG yaitu
aterm (37-38 minggu) tidak sama dengan
perhitungan usia kehamilan berdasarkan
HPHT yaitu preterm (33-34 minggu).
Analisis kasus
Ibu juga didiagnosis oligohidramnion.
Pada Ibu B, ibu mengaku besar kehamilan
sesuai dengan bulannya dan pergerakan
janin tidak terasa nyeri.
Analisis kasus
Berdasarkan teori, manifestasi klinis ibu
dengan oligohidramnion rahim lebih kecil
dari sesuai dengan tuanya kehamilan, bunyi
jantung anak sudah terdengar sebelum
bulan ke-5 dan terdengar dengan lebih jelas
(dengan stetoskop), pergerakan anak
dirasakan nyeri oleh ibu dan sering berakhir
dengan partus prematurus.
Analisis kasus
Pada pasien ini kehamilan telah
diterminasi dengan seksio sesarea. Bayi
laki-laki lahir dengan berat lahir 2700 gram,
panjang badan lahir 47 cm, apgar score 7/9.
Analisis kasus
Berdasarkan pembahasan diatas,
diagnosa G1P0A0 hamil aterm inpartu
dengan Oligohidramnion+ Hepatitis B JTH
Preskep pada pasien ini belum tepat. Adapun
diagnosa berdasarkan analisa kasus diatas
adalah diagnosa G1P0A0 hamil belum inpartu
dengan Oligohidramnion+ Hepatitis B JTH
Preskep.
Penatalaksanaan Pre Operasi:
Observasi KU + VS
Observasi his +DJJ
IVFD RL + oxytocin 1 ampul
gtt 20 x/menit
Inj Ceftriaxone 2 x 1 gr
Cek laboratoriium, Puasa
Pro SC
Tindakan Operasi
 SSTP
Penatalaksanaan Post Operasi
 Observasi KU, TTV, dan perdarahan
 IVFD RL + 2 ind gtt 20x/menit
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (11:00) (2)
 Inj. Metronidazole 3x1 gr (11:00)
 Inj. Ketorolac 3x1 (11:00)
 Inj. Kalnex 3x1 (11:00)
 Cek Hb post op
Hipotensi dan
Ringer laktat rehidrasi cairan

Cefriakson antibiotic

Indikasi SC dan
STTP riwayat HBV
tinggi

Cefriakson antibiotic
Penatalaksanaan post operasi diberikan antibiotik
ceftriaxone dan metronidazole, belum tepat.
Berdasarkan teori, Jenis antibiotik yang
direkomendasikan sefalosporin generasi ke I dan II.
Sementara itu, Pada kasus tertentu yang dicurigai
melibatkan bakteri anaerob dapat dikombinasikan
dengan metronidazol.
mberian terapi injeksi ketorolac, dimana ketorolak
adalah OAINS yang dipromosikan unutk digunakan
secara sistemik terutama sebagai analgesik.
Pemberian asama traneksamat adalah sebagai
antifibrinolitik, inibitor sintetik fibrinolisis. Bahan ini
menghambat secara kompetitif pengaktifan plasminogen.
Merupakan obat yang digunakan dalam perdarahan.
Sementara itu tatalaksana untuk oligohidramnion
berdasarkan teori, dapat dilakukan Amniotic infusion
ada kemungkinan berhasil, tetapi jika tetap terjadi fetal
distress, peningkatan bandle tidak terjadi penurunan,
maka tindakan obstetrinya adalah dilakukan seksio
sesarea.
BAB V
PENUTUP
Simpulan

Pada pasien ditegakkan diagnosis Hepatitis B dan


Oligohidramnion. Diagnosis ditegakkan dengan dasar
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tatalaksana kasus sudah tepat yaitu dilakukan
tindakan seksio sesarea transperitoneal profunda.
Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka saran yang diberikan adalah:


 Perlu dilakukannya anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan
riwayat penyakit dahulu yang lebih mendalam untuk mengetahui
gejala-gejala tambahan lain yang mendukung ke arah diagnosis.
 Pada penulisan status pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
dituliskan sebenar- benarnya agar tidak salah dalam mendiagnosis.
Terima Kasih~

Anda mungkin juga menyukai