Anda di halaman 1dari 33

Disusun Oleh:

Arif Choirul Effendi

201412040

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

YAYASAN RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA

2017
Table of Contents

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4

1.2 Kajian Masalah............................................................................................................................7

1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................................10

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................11

1.4.1 Tujuan Umum.....................................................................................................................11

1.4.2 Tujuan Khusus.............................................................................................................11

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................11

BAB II TIJAUAN PUSTAKA............................................................................................................13

2.1 Konsep Diare.......................................................................................................................13

2.1.1.Definisi Diare......................................................................................................................13

2.1.2.Klasifikasi Diare.................................................................................................................13

2.1.3.Etiologi...............................................................................................................................14

2.1.4.Patogenesis.........................................................................................................................17

2.1.5 Patofisiologis......................................................................................................................19

2.1.6 Epidemiologi......................................................................................................................20

2.2 Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare

Pada Balita :.....................................................................................................................................22

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL..............................................................................................23


3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................................................23

BAB IV METODE PENELITIAN......................................................................................................24

4.1 Jenis Dan Rancang Bangun Penelitian.................................................................................24

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................................................24

4.3 Populasi dan Sampel..................................................................................................................24

4.3.1 Populasi..............................................................................................................................24

4.3.2 Sampel................................................................................................................................24

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................................................26

4.4.1 Variabel Penelitian..............................................................................................................26

4.4.2 Definisi Operasional...........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas

dan mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama di

negara-negara berkembang, jumlah nya mendekati satu dalam lima orang, ini

menyebabkan kematian pada anak-anak melebihi AIDS dan malaria. Hampir satu

triliun dan 2,5 milyar kematian karena diare dalam dua tahun pertama kehidupan.

Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di dunia.Tercatat 1,8 milyar

orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk kolera), banyak

yang mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan

imun (World Health Organization [WHO], 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian

penyakit diare yang tinggi karena tingginya morbiditas dan mortalilitas

(Magdarina, 2010). Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi dengan bagian feses tidak berbentuk(Nettina, 2001). Diare

adalah kondisi frekuensi defekasi yang lebih dari 3 kali sehari , serta konsistensi

feses yang cair (Widjaja, 2002). Diare dapat akut atau kronis. Diare akut adalah

yang berlangsung 14 hari sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung

lebih dari 2 minggu (Widjaja, 2002). Berbagai faktor mempengaruhi kejadian


diare, diantaranya faktor infeksi, lingkungan, gizi, umur balita, pendidikan,

makanan dan minuman, keadaan sosial ekonomi dan laktosa (susu kaleng)

(Depkes RI, 1994).

Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian terutama pada anak-

anak. Sekitar 10% episodediarepadaanakberusiadibawah lima tahun (balita) di

seluruh dunia merupakan diare berdarah atau disentri (Hardi, dkk, 2012). Angka

kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan

korban meninggal sekitar 4 juta jiwa. Angka kematian balita di negara Indonesia

akibatdiareinisekitar 2,8jutasetiaptahun (DepKes RI, 2011).

Gambar 1.1 KLB diare menurut provinsi tahun 2010

Provinsi Jawa Timur merupakan daerah kedua dengan sebaran frekuensi

Kejadian Luar Biasa (KLB) terbesar di indonesia setelah Sulawesi Tengah


(Buletin, Kementrian Kesehatan 2010). Mengungkapkan angka kesakitan diare di

Jawa Timur tahun 2009 mencapai 989.896 kasus diare dengan proporsi balita

sebesar 39,49% (390.858 kasus). Kejadian meningkat di tahun 2010, junlah

penderita diare di Jawa Timur sebanyak 1.063.949 kasus dengan 37,94%

( 403.611 kasus) diantaranya adalah balita.

Diare dapat disebabkan dari berbagai macam faktor yaitu faktor nutrisi,

faktor perilaku orang tua dan faktor lingkungan yang kotor. Cara penularan diare

dapat melalui melalui lingkungan dengan cara fekal oral makanan atau minuman

yang tercemar kuman atau kontak langsung dengan tangan penderita yang kotor

pada saat menyentuh makanan atau melalui lalat pada makanan yang tidak

ditutup. Selain itu cara penularan diare yang lain juga bisa dari perilaku orang tua

sendiri yang tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan bahan makanan dan

setelah kontak dengan barang kotor atau tercemar. Memakan makanan basi dan

makanan sisa dari beberapa hari yang lalu juga merupakan salah satu cara

penularan diare. Berdasarkan patofisiologinya diare ada yang sekretorik dan

osmotik. Diare sekretorik disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit

dari usus, dan menurunnya absorbsi di usus. Diare osmotik disebabkan karena

meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan

karena malabsorbsi mukosa usus akibat pemakaian obat-obatan berlebihan yang

rentan terhadap mukosa usus.

Dampak dari diare dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan cairan

tubuh yang dikenal dengan dehidrasi, tanda dan gejala yang muncul berupa

pernapasan kusmaul, penurunan berat badan yang drastis, sianosis, denyut nadi
cepat, tekanan darah menurun, kelemahan dan ujung-ujung ekstremitas dingin

(Soegianto, 2002).  Mengigat pentingnya pemberantasan penyakit menular maka

pemerintah RI menetapkan bebrapa peraturan perundang – undangan mengenai

pemberantasan dan pencegahan diare  yaitu UU no 36 th 2009 pasal 157 tentang

penyakit menular, Permenkes RI no 2 th 2013 tentang KLB keracunan makanan,

Permenkes no 949 th 2004 tentang pedoman penyelenggaraan KLB diare,

Kepmenkes RI no 1216 th 2001tentang pedoman pengendalian penyakit diare.

Melihat masih tingginya angka kejadian diare di provinsi di Jawa Timur,

salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan angka kejadian

diare adalah dengan melihat faktor-faktor risiko terjadinya penyakit diare. Dengan

diketahuinya faktor risiko tersebut diharapkan perencanaan pengenadilan penyakit

diare balita dapat lebih terpadu, inovatif, dan melibatkan semua sektor terkait.

1.2 Kajian Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka beberapa faktor resiko yang diduga


Faktor Infeksi Status Gizi :
mempengaruhi
:
terjadinya Diare pada balita di Provinsi Jawa Timur dapat di
a. Dehidrasi
a.Infeksi b.Malnutrisi Faktor
gambarkan dalam bagan yaitu :
enteral lingkungan :
(bakteri, virus, a.Sumber air.
parasite). b.Tempat
pembuangan
b.Infeksi
tinja.
c.Pembuangan
sampah.
d.Lingkungan
perumahan.

Diare

Faktor Faktor social Faktor


pengetahuan ekonomi makanan dan
ibu : masyarakat : minuman
a.Umur yang
b.Pendidikan a.Pekerjaan dikonsumsi :
c.Kebiasaan a.Antigen
ibu b.Osmolaritas
a) Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan pendidikan

SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan

rehidrasi oral dengan baik pada balita dibandingkan dengan kelompok ibu

dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan

menambah faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.

Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat

kesehatan yang diperoleh si anak.


b) Faktor Perkerjaan

Ayah dan ibu yang berkerja pegawai negeri atau swasta rata-rata

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang

berkerja sebagai buruh tani atau petani.

Jenis perkerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan

pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh

oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar

dengan penyakit..

c) Faktor Umur Balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang

berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali disbanding

anak umur 25-59 bulan.

d) Faktor Lingkungan

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasih lingkungan.

Dua faktor yang dominan yaitu : sarana air bersih dan pembuangan tinja.

Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat,yaitu melalui

makanan dan minuman maka dapat menimbulkan penyakit diare.

e) Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena

itu, pengobatan dengan makanan yang baik merupakan komponen utama

penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan

malnutrisi.

f) Faktor sosial Ekonomi

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor

penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari

keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,

tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

g) Faktor Makanan/Minuman yang Dikonsumsi

Kontak antara sumber dn host dapat terjadi melalui air, terutama air

minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan

berkumur. Kontak langsung pada kotoran dapat lagsung ditularkan paa

orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukan ke mulut

di pakai untuk memegang makanan..

Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan:

 Bakteri :Etamuba coli, salmonella, sigella.

 Virus :Enterovirus, rota virus.

 Parasit :Cacing (Ascaris, Trichuris) Jamur (Candida albikan).

h) Faktor Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat sangat berperan terhadap terjadinya penyakit diare

seperti membuang kotoran sembaeangan ,tidak mencuci tangan dll.


1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi diare

pada balita?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor dominan pemyebab diare dilihat dari lingkungan ,

pendidikan, makanan dan minuman, sosial ekonomi.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Menganalisis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi diare pada

balita di wilayah Jawa Timur.

2) Menganalisis faktor pendidikan yang dapat mempengaruhi diare pada

balita di wilayah Jawa Timur.

3) Menganalisis faktor makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi

diare pada balita di wilayah Jawa Timur.

4) Menganalisis faktor sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi diare pada

balita di Wilayah Jawa timur.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan tentang gambaran

tingkat efesiensi pelayanan kesehatan rumah sakit dan sebagai bahan


pertimbangan dalam pengambilan kebijakan serta perencanaan dalam

peningkatan pelayanan di rumah sakit.

2. Bagi Institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran dan sebagai

bahan referensi bagi proses pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan berfikir dan

menambah pengetahuan penulis.


BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare

2.1.1.Definisi Diare

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan

frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek

atau cair.(Bagian ilmu kesehatan anak FK UI, 1998).Diare merupakan suatu

keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai

dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan

pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. (Aziz,

2006).Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi

perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali

atau lebih perhari (Ramaiah,2002).Diare merupakan salah satu gejala dari

penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.

(Ngastiyah, 2003). Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari

3 kali sehari dengankonsistensi tinja yang encer.

2.1.2.Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :

a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi

tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung

dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu

diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih

dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,

gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1)

Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang

hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan

yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,

apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.

b. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan

dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

c. Diare kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab

non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme

yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008),

diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2

minggu lebih.
2.1.3.Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a) Faktor Infeksi

1.Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak.Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonasdan sebagainya. (b)

Infeksi virus:

Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus,

Astrovirusdan lain-lain. (c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris,

Oxyuris, Strongyloides), protozoa(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).

2.Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti

Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitisdan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2

tahun.

b) Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa),monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi

dan anakyang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

2. Malabsorbsi lemak

3. Malabsorbsi protein

c) Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.

e) Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan

SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi

oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status

pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.

Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang

diperoleh si anak.

f) Faktor pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai

pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai

buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan

dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh

orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan

penyakit.
g) Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur

12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59

bulan.

h) Faktor lingkungan

Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi

lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan

tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui

makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

i) Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,

pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan

diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal

karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi

dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70

dengan BB per TB.

j) Faktor sosial ekonomi masyarakat

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab

diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar
dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai

penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.

k) Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang

tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak

kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat

pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang

makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada

saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan

virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris,

Trichuris), dan jamur (Candida albikan).

l) Faktor terhadap Laktosa (susu kalemg)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada

bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi

yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih

besar. Menggunakan botol susu ini me9mudahkan pencemaran oleh kuman

sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat

melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V.

Cholerae.

2.1.4.Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:


a) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.Mukosa usus

halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat

untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan

ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap.

Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan

bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.

Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan

pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus

sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.

b) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.Akibat rangsangan mediator

abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium,

sedangkan sekresi klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini

menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga

timbul diare.Diare mengakibatkan terjadinya:


(1) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan

dehidrasi, asidosis metabolik dan hypokalemia.

(2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan

sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan

berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran

menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal.

(3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena

diare dan muntah. Kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian

makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila

makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan sering

terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan

gagal bertambah berat badan, sehingga akibat hipoglikemia dapat terjadi edema

otak yang dapat menyebabkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).

c) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan ususuntuk

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.Patogenesis diare akut adalah: (a) Masuknya jasad renik

yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam

lambung. (b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus

halus. (c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik). (d) Akibat

toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.


Patogenesis Diare kronis: Lebih kompleks dan faktor-faktor yang

menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-

lain.

2.1.5 Patofisiologis

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus

enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colly), dan parasit (Biardia, Lambia).

Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau

melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa

melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui

penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan

sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat

kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan

hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan

air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis

metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),

hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.


Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air dan

elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan

asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi

sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c)

Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.

2.1.6 Epidemiologi

Penyebab diare ditinjau dari host, agentdanenvironment, yang diuraikan

sebagai berikut:

A. Host

Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi pada

balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system pencernaan

dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan makanan

dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah tinggal di

dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk menginfeksi saluran

pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam

penyakit termasuk diare.

B. Agent

Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang

disebabkan oleh faktor infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan

faktor makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu

infeksi kuman e.colli, salmonella, vibrio chorela (kolera) dan serangan


bakteri lain yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan

kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas. (Widjaja, 2004).

C. Environtmen

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara

penjamu (host) dengan faktor agent.Lingkungan dapat dibagi menjadi dua

bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan fauna disekitar

manusia) yang bersifat biotik: mikroorganisme penyebab penyakit,

reservoir penyakit infeksi (binatang, tumbuhan), vector pembawa

penyakit, tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan makanan, obat,

dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat abiotic: yaitu udara,

keadaan tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan lingkungan yang

sehat dapat ditunjang oleh sanitasi lingkungan yang memenuhi

syaratkesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan sangat mempengaruhi

perkembangan agent yang berdampak pada host (penjamu) sehingga

mudah untuk timbul berbagai macam penyakit, termasuk diare.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Diare Pada Balita :

Faktor-faktor yang berhubungan yaitu :


A Faktor Lingkungan

B Faktor Pengetahuan Ibu

C Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat

D Fakor Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Bagan kerangka konsep :

Variabel Independen Variabel

Dependen

LINGKUNGAN

PENGETAHUAN IBU

SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT

MAKANAN DAN MINUMAN YG DIARE


DIKONSUMSI

INFEKSI

STATUS GIZI
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Rancang Bangun Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan oleh penulis adalah

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana desain studi

yang di gunakan adalah cross sectional. Desain ini berusaha mempelajari

dinamika hubungan-hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan dampak atau efeknya. Desain ini dipilih karena dapat menganalisis

variabel yang banyak sekaligus, baik faktor resiko atau efek yang dapat

dieksplorasi dan dipelajari korelasi atau pengaruhnya. Selain itu, desain ini

mudah dilakukan karena efisien dari segi waktu dan hasilnya dapat

diperoleh secara cepat. Dalam penelitian ini penulis melihat hubungan

faktor penyebab terjadinya diare terhadap tingginya angka kematian pada

balita di daerah provinsi Banten.Penelitian ini menggunakan data sekunder

dari Riskesdas 2007, dengan jenis penelitian yang dipakai oleh penulis yaitu

korelasional sebab-akibat.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di masyarakat yang sering terjangkit diare

tentunya pada daerah kumuh yang ada pada provinsi Jawa Timur , dan

pelaksanaannya dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2017.


4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi umum (target) dalam penelitian ini adalah seluruh

masyarakat jawa timur yang mengalami endemik diare dikarenakan populasi

tersebut turut merasakan atau berperan dalam komponen penyebab tinginya

angkanya kematian akibat penyakit diare.

4.3.2 Sampel

Besar sampel hasil riskesdas 2007 diperoleh proporsi kasus

kejadian tingginya angka kematian demam berdarah di Jawa Timur yaitu

48,5 ‰, proporsi tersebut akan digunakan untuk menghitung dari besarnya

sampel yang diperoleh berdasarkan estimasi proporsi.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan perhitungan besar sampel

menggunakan rumus menurut Lemeshow, dkk (1997). Adapun

perhitungannya adalah sbb :

Z 2 x p (1− p)
n=
dn

1,96 x 0,0485(0,9515)
¿
0,052

=36,179836

= dibulatkan menjadi 37.

Keterangan :
n : Jumlah penderita

Z : standart normal deviasi = 1,96

p : Proporsi pasien penderita demam berdarah yang mengalami kematian

1-p : Proporsi pasien penderita demam berdarah namun tidak mengalami

kematian

d : limit dari eror atau presisi absolut

dari perhitungan diatas diperoleh jumlah minimal responden sebanyak 37

Untuk menghindari drop out responden, sampel ditambah 10 %, (1/0,9 x 37 ),

dibulatkan menjadi 41.11dibulatkan menjadi 42, Jumlah responden yang

digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan perhitungan besar sampel yaitu 42

4.3.2 Cara Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan cara non probability sampling jenis voluntary yaitu teknik yang

dilakukan jika satuan sampling dikumpulkan atas dasar sukarela ( Al Assaf ,

2009).

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Kejadian penyakit diare.

2. Variabel Independen

Faktor Lingkungan

Faktor Sosial Ekonomi

Faktor Pengetahuan
Faktor Makanan dan Minuman

4.4.2 Definisi Operasional

N Variabel/Sub Variabel Definisi Pengukuran Skala

o Operasional variabel dan pengukuran

kriteria hasil
1 Variabel dependen
Kejadian penyakit diare Suatu kondisi dokumen rasio

tubuh balita ( 1 observasi

sampai 5 tahun

yang didiaknosa

tenaga kesehatan

menderita diare

yang didukung

oleh pernyataan

orang tua dalam

kurung waktu

2x24 jam atau

lebih balita

mengalami

buang air besar

secara terus

menerus lebih

dari 3x dalam

sehari kemudian
dirujuk ke

fasilitas

pelaynan

kesehatan
2 Variabel independen
Faktor lingkungan Keadaan wilayah Wawancara Ordinal

tempat tinggal dengan

atau yang dihuni panduan

penderita atau kuisioner

respoden dengan Jawaban

kondisi yang diklarifikasi

kumuh dan tidak sebagai berikut

terjaganya 1 = tidak

kebersihan kumuh

daerah sekitar 2 = sedang

3 = sangat

kumuh
Faktor perilaku Minimnya Wawancara Ordinal

pengetahuan dengan

yang dimiliki panduan

oleh orang tua kuisioner

sehingga Jawaban

mengakibatkan diklarifikasi

kebiasaan buruk sebagai berikut

dalam hal 1 = tidak

merawat balita mengerti

2 = cukup
mengerti

3 = mengerti

4 = sangat

mengerti
Faktor pelayanan Jarak yang Wawancara Ordinal

kesehatan dilalui atau dengan

ditempuh panduan

masyarakat kuisioner

untuk Jawaban

mendapatkan diklarifikasi

fasilitas sebagai berikut

pelayanan 1 = tidak

kesehatan untuk terjangkau

berobat belum 2 = cukup

terjangkau terjangkau

sehingga para 3 = terjangkau

warga malas

untuk

memerksakan

kondisi balitanya

pada fasilitas

pelayanan

kesehatan

tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Mauliku, N. E. (2008). HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA. Jurnal Kesehatan

Kartika Stikes A. Yani, 40-51.

Arif, Y. S. (2015). FAKTOR KEJADIAN DIARE PADA BALITA DENGAN

PENDEKATAN TEORI NOLA J. PENDER. Jurnal Pediomaternal Vol 3,

230-249.

S, E. S. (2002). Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosis dan

panatalaksanaan. edisi 1 Jakarta.

Wulandari, A. S. (t.thn.). HUBUNGAN KASUS DIARE DENGAN FAKTOR

SOSIAL EKONOMI DAN PERILAKU. jurnal Ilmu Kesehatan

Masyarakat, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai