Anda di halaman 1dari 35

Glaukoma – Gangguan Mata Dengan Beberapa Penyebab, Faktor Resiko,

Pencegahan, dan Medikasinya

Debijt Bhowmik, K.P. Sampath Kumar, Lokesh Deb, Shravan Paswan dan A.S.

Dutta

Glaucoma merupakan salah satu dari beberapa kondisi mata yang dapat

menyebabkan kerusakan pada syaraf optik, yaitu syaraf yang membawa informasi

visual dari mata ke otak. Pada banyak kasus, kerusakan pada syaraf optik diakibatkan

oleh peningkatan tekanan pada mata, yang juga dikenal sebagai tekanan intraokular.

Glaukoma merupakan penyakit syaraf optik yang diidap oleh sekitar 60 juga individu

di dunia. Kondisi ini merupakan penyebab kebutaan kedua paling umum, dimana 7,5

juga individu penderita glaukoma diketahui mengalami kebutaan. Di India, kondisi

ini diidap oleh 11 juta individu, dan 1,5 juta diantaranya mengalami kebutaan.

Glaukoma merupakan penyakit yang seringkali memiliki kaitan dengan peningkatan

tekanan intraokular, dimana kerusakan syaraf mata (optik) dapat menyebabkan

hilangnya/ berkurangnya daya penglihatan dan bahkan kebutaan. Glaukoma dapat

menjadi penyebab utama kebutaan permanen di dunia. Glaukoma umumnya tidak

memunculkan gejala pada stadium awal nya, dimana hal ini dapat didiagnosis

melalui upaya pemeriksaan mata regular dan skrining dengan frekuensi pemeriksaan

yang didasarkan pada usia dan keberadaan faktor-faktor resiko lainnya. Tekanan

intraokular terjadi ketika terlalu banyaknya cairan yang diproduksi di mata atau juga

ketika saluran penyaliran ataupun saluran-keluar di mata menjadi tersumbat. Ketika

setiap individu memiliki resiko untuk dapat mengidap glaukoma, beberapa

diantaranya memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi. Dua tipe utama glaukoma
adalah glaukoma sudut terbuka, yang mana memiliki beberapa varian dan merupakan

kondisi dengan durasi yang panjnag, serta glaukooma sudut tertutup, yang dimana

dapat berupa kondisi yang kronis ataupun akut. Kerusakan pada syaraf optik dan

kerusakan indera penglihatan akibat glaukoma adalah bersifat tidak dapat dipulihkan.

Beberapa pemeriksaan/ pengujian yang tidak menyebabkan rasa nyeri pun dapat

dilakukan untuk mengetahui tingkat tekanan intraokular, status syaraf optik dan

sudut penyaliran, serta bidang pandang dapat digunakan untuk mendiagnosa

glaukoma. Glaukoma biasanya ditangani dengan tetes mata, walaupun tindakan

penggunaan laser dan pembedahan juga dapat dilakukan. Hampir dari seluruh kasus

dapat dikendalikan dengan upaya-upaya penanganan ini, yang dimana hal ini dapat

mencegah terjadinya hilangnya indera penglihatan. Banyak dari penelitian pun

dilakukan untuk mengetahui penyebab dan penanganan glaukoma di berbagai

belahan dunia. Diagnosis dan penanganan dini merupakan kunci untuk

mempertahankan indera penglihatan pada para penderita glaukoma.

Kata kunci: Glaukoma, syaraf optik, kebutaan, gangguan daya penglihatan.

PENDAHULUAN: Glaukoma merupakan penyakit syaraf penglihatan yang serius,

yang dikenal dengan syaraf optik. Syaraf optik mendapat impuls syaraf yang

tergenerasi-cahaya dari retina dan mentransmisikannya ke otak, dimana kita dapat

memahami sinyal-sinyal listrik ini sebagai penglihatan. Glaukoma dicirikan dengan

pola khusus kerusakan progresif ke syaraf optik yang umumnya muncul dengan

hilangnya penglihatan sisi (penglihatan periferal). Jika glaukoma tidak terdiagnosa

dan tidak ditangani, maka kondisi ini dapat memburuk menjadi hilangnya

kemampuan pandang pusat dan kebutaan. Glaukoma seringkali berkaitan dengan


peningkatan tekanan pada mata (tekanan intraokular). Secara umum, peningkatan

tekanan pada mata ini dapat merusak syaraf mata (optik). Pada beberapa kasus,

glaukoma dapat terjadi ketika tekanan pada mata tetap normal. Hal ini

mengindikasikan bahwa glaukoma disebabkan oleh regulasi aliran darah yang buruk

ke syaraf optik. Tetes mata yang baru/ lebih manjur pun akan terus tersedia untuk

penanganan glaukoma. Beberapa tetes mata merupakan jenis/ kelas obat yang baru.

Tetes mata yang lain dapat berupa penggabungan dari senyawa-senyawa yang sudah

ada (sudah umum digunakan) kedalam satu botol untuk mencapai pengaruh aditif,

untuk kemudahan penggunaan, dan untuk alasan ekonomis untuk para pasien

sehingga dapat mendapatkan medikasi. Banyak dari peneliti yang menginvestigasi

peranan terapeutik proteksi syaraf optik, khususnya pada para pasien yang

mengalami kerusakan syaraf yang parah dan hilangnya bidang pandang dengan

tingkat tekanan intraokular yang relatif normal. Beberapa percobaan yang

menggunakan model hewan telah menunjukkan bahwa beberapa mediator kimia

dapat mengurangi tingkat cedera atau kematian sel-sel syaraf. Namun pengaplikasian

mediator-mediator kimia ini tidaklah selalu sesuai untuk digunakan pada para pasien

manusia karena biopsi atau spesimen jaringan tidaklah selalu tersedia. Walaupun

demikian, jika beberapa dari mediator ini pada tetes mata dapat menunjukkan

kemanjurannya untuk melindungi syaraf optik mata manusia dari kerusakan

glaukomatosa, maka hal ini akan menjadi kemajuan yang hebat untuk mencegah

kebutaan. Pada beberapa penelitian lain, metode-metode bedah yang baru pun

dievaluasi untuk menurunkan tingkat tekanan intraokular secara aman tanpa adanya

resiko kerusakan pada mata yang signifikan ataupun berkurangnya daya penglihatan.

Terakhir, peningkatan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian publik


akan glaukoma, tindakan skrining nasional yang gratis pun dilakukan bagi para

individu yang memiliki resiko, selain itu upaya diagnosis dan penanganan dini, dan

tingkat kepatuhan pasien terhadap penanganan merupakan harapan-harapan terbaik

kita untuk menurunkan resiko hilangnya daya penglihatan akibat glaukoma. Adalah

penting untuk menyadari bahwa belumlah ada obat yang dapat menyembuhkan

glaukoma. Ketika serat-serat syaraf mati dan fungsi penglihatan hilang, maka hal

tersebut tidak bisa disembuhkan. Penanganan hanya dapat membantu memelihara

daya penglihatan yang masih berfungsi; dengan demikian, adalah wajib untuk

mendeteksi penyakit ini seawal mungkin. Penanganan glaukoma harus berupa upaya

yang terindividualisasikan. Sederhananya, pada glaukoma sudut tertutup, dokter akan

menggunakan laser untuk menciptakan jalur alternatif untuk penyaliran cairan.

Namun, pendekatan ini hanya berguna untuk kasus-kasus yang belum parah; kasus-

kasus yang parah akan membutuhkan medikasi dan pembedahan layaknya di dalam

penanganan glaukoma sudut terbuka. Serangan glaukoma sudut tertutup merupakan

hal yang perlu ditangani secara cepat, dan tekanan intraokular harus segera

diturunkan untuk mencegah kerusakan pada syaraf optik. Untuk glaukoma sudut

terbuka, tetes mata akan digunakan untuk menurunkan IOP (tekanan intraokular);

dokter akan memilih tindakan penanganan tertentu yang paling cocok untuk masing-

masing pasien. Jika penyakit sudah parah, dan/ atau penanganan medis tidak

memberikan hasil, maka tindakan pembedahan pun dibutuhkan. Terapi medis

tidaklah berbiaya murah, dan dibutuhkan seumur hidup pasien. Penanganan kondisi

ini memiliki beberapa resiko efek samping. Terkadang, efek samping akan terasa

lebih tidak nyaman bagi pasien, sebagian pasien akan merasa tidak nyaman dengan

tindakan penanganan jika dibandingkan dengan ketika mereka sehat. Dengan


demikian, para dokter akan mempertimbangkan rasio resiko-manfaat dari opsi-opsi

penangan untuk glaukoma. Kriteria utama adalah seberapa besar kapasitas fungsional

terpengaruhi, bukan tingkat aktual dari hilangnya daya pandangan. Dokter anda akan

memilihkan penangan yang paling tepat untuk kondisi pasien, dan pasien harus

mengikuti saran dokter dengan cermat. Pada beberapa pasien, glaukoma dapat

dikendalikan dengan penggunaan obat saja, sedangkan beberapa pasien akan

membutuhkan tindakan penanganan laser ataupun pembedahan. Tindakan

pembedahan biasanya akan melibatkan pemotongan sedikit jaringan dari sudut mata

dan memungkinkan cairan untuk berakumuluasi dibawah kulit transparan yang

mengelilingi bola mata. Namun, pembedahan untuk penanganan glaukoma tidaklah

dapat diprediksi setepat dengan tindakan penanganan bedah pada kasus katarak, dan

tentu saja hal ini akan meningkatkan resiko, yang diantaranya adalah hilangnya mata

akibat pendarahan atau infeksi yang parah. Tindakan operasi biasanya digunakan jika

penggunaan obat untuk mengendalikan tekanan mata tidaklah memberikan

kemanjuran yang berarti, atau karena alasan pertimbangan sosial ekonomi.

Pembedahan non-penetratif juga dapat menurunkan tekanan mata dan memiliki

tingkat komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pendekatan standar.

Namun hasil ini tidaklah selalu baik. Dengan demikian, tindakan ini bukanlah lini

pertama penanganan untuk glaukoma. Pada beberapa kasus dengan potensi yang

buruk untuk mendapatkan kepulihan fungsi penglihatan, tindakan penggunaan laser

yang berbeda pun dapat digunakan untuk mengurangi tekanan mata. Hal ini biasanya

dilakukan untuk kasus-kasus yang parah.


BEBERAPA PENYEBAB GLAUKOMA

Mata dipenuhi dengan humor/ cairan mata dan humor vitres.

Gambar No.1: Bidang penampang mata manusia

Gambar No. 2: Struktur mata

Cairan mata merupakan cairan yang bening di bagian depan mata. Humor atau cairan

vitreus meruakan senyawa yang bening dan mirip jelly yang memenuhi mata

dibelakang lensa dan membantu fungsi bola mata. Pada mata yang normal, cairan

mata dihasilkan dan disirkulasikan keseluruh mata, dan kemudian disalirkan melalui

saluran trabekular, yang mana merupakan sistem filtrasi mata. Bagian ini merupakan

serangkaian saluran-saluran kecil didekat sudut yang terbentuk oleh kornea (bagian

yang jelas pada mata), iris (bagian yang berwarna pada mata), dan sklera (putih
mata). Jika terjadi penyumbatan pada saluran-saluran ini, tekanan akan meningkat di

dalam bola mata.

Gambar No. 3: Mata glukoma

Peningkatan tekanan pada mata dapat merusak syaraf optik yang dapat menyebabkan

kebutaan. Namun menariknya, terdapat beberapa pasien yang menderita glaukoma

namun memiliki tekanan yang normal pada mata mereka. Terdapat juga individu

yang memiliki peningkatan tekanan pada mata mereka namun tidak menderita

glaukoma. Para peneliti masih mencoba untuk memahami hal ini. Sekitar 20 dan 25

persen individu penderita glaukoma diketahui memiliki tekanan mata yang normal

(dan bahkan rendah), dan terdapat beberapa individu yang memiliki tekanan mata

yang tinggi, yang dikenal dengan istilah hipertensi okular, tidaklah memiliki

glaukoma. Terdapat beberapa penyebab glaukoma. Hipertensi okular (peningkatan

tekanan di dalam mata) merupakan faktor resiko yang paling umum pada hampir

seluruh kasus glaukoma, namun pada beberapa populasi, hanya terdapat 50%

individu penderita glaukoma sudut terbuka yang diketahui mengalami peningkatan

tekanan okular.
Diet/ Makanan

Tidaklah ada bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa kekurangan vitamin dapat

menyebabkan glaukoma pada manusia. Dengan demikian, suplementasi vitamin oral

bukanlah penanganan yang direkomendasikan untuk glaukoma. Kafein diketahui

dapat meningkatkan tekanan intraokular pada penderita glaukoma, namun hal ini

tidaklah berlaku bagi para individu normal/ sehat.

Etnik

Banyak dari kelompok individu di Asia Timur yang rentan untuk menderita

glaukoma sudut tertutup, hal ini disebabkan mereka memiliki kedalaman ruang

anterior yang lebih dangkal, dengan mayoritas kasus glaukoma pada populasi ini

terdiri dari beberapa bentuk sudut tertutup. Inuit diketahui memliiki resiko 20 sampai

40 kali lipat lebih tingi untuk menderita glaukoma sudut tertutup primer jika

dibandingkan dengan individu ber-ras Kaukasia/ kulit putih. Perempuan diketahui

memiliki tingkat resiko tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki

untuk menderita glaukoma sudut tertutup akut, yang dimana hal ini disebabkan oleh

ruang anterior mereka yang lebih dangkal. Individu-individu kulit hitam atau

keturunan Afrika diketahui tiga kali lipat lebih rentan untuk menderita glaukoma

sudut terbuka primer.

Genetik

Berbagai malformasi atau cacat mata genetik/ bawaan yang jarang terjadi diketahui

memiliki kaitan dengan glaukoma. Terkadang, kegagalan atrofi gestasional


trisemester ketiga yang normal pada saluran thehyaloid dan tunika vaskulosa lentis

diketahui memiliki hubungan dengan kelainan-kelainan lain. Hipertensi okular yang

dipicu oleh kondisi sudut tertutup dan neuropati optik glaukomatosa juga dapat

terjadi dengan kelaianan-kelainan ini, yang dimana temuan ini didapat dari

percobaan yang melibatkan penggunaan tikus sebagai hewan percobaan. Glaukoma

sudut terbuka primer (POAG/ primary open angle glaucoma) diketahui memiliki

hubungan dengan mutasi pada gen di beberapa lokus. Glaukoma dengan tekanan

mata yang normal, yang terjadi pada sepertiga kasus POAG, diketahui memiliki

hubungan dengan mutasi genetik ini. individu yang memiliki riwayat keluarga akan

glaukoma memiliki peningkatan resiko sebanyak enam persen untuk menderita

glaukoma. Glaukoma dapat bersifat turunan, namun ketika anggoa keluarga anda ada

yang menderita glaukoma bukanlah berarti bahwa anda juga akan mengidapnya.

Beberapa Faktor Lain

Beberapa faktor lain dapat menyebabkan glaukoma, yang dimana hal ini dikenal

dengan istilah “glaukoma sekunder”, kondisi ini mencakup penggunaan steroid

jangka panjang (glaukoma yang dipicu oleh penggunaan steroid): kondisi yang

secara parah menghambat aliran darah ke mata, seperti contohnya pada kasus

retinopati diabetik yang parah dan oklusi vena retinal pusat (glaukoma neovaskular);

trauma okular (glaukoma resesi sudut); dan uveitis (glaukoma uveitis).


BEBERAPA TIPE GLAUKOMA

Terdapat banyak tipe glaukoma yang berbeda-beda. Hampir dari seluruh kasus dapat

diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka, yang umumnya berupa kondisi

dengan durasi yang panjang (kronik), atau glaukoma sudut tertutup, yang mencakup

kondisi-kondisi yang dapat terjadi secara akut maupun kronis. Glaukoma umumnya

menyerang kedua mata, namun penyakit ini dapat semakin memburuk pada salah

satu mata, namun pada satu mata lainnya tidak mengalami pemburukan. Keterlibatan

pada satu mata terjadi ketika glaukoma diperparah dengan faktor-faktor lain seperti

contohnya cedera, inflamasi, atau penggunaan steroid pada mata tersebut.

Glaukoma sudut terbuka – Glaukoma sudut terbuka kronis primer (COAG/

chronic open angle glaucoma)

Kondisi ini imerupakan tipe glaukoma yang paling umum. Lebih jauh lagi, tingkat

frekuensi nya akan meningkat seiring dengan pertambahan usia seseorang.

Peningkatan ini terjadi karena mekanisme penyaliran secara perlahan akan menjadi

tersumbat karena penuaan, walaupun sudut penyalirannya terbuka. Sebagai

akibatnya, cairan mata tidaklah tersalir dengan tepat dari mata. Tekanan di dalam

mata, dengan demikian, akan meningkat dan tidak menimbulkan rasa nyeri ataupun

menimbulkan gejala. Lebih jauh lagi, seperti yang disebutkan sebelumnya, karena

hilangnya fungsi penglihatan mulai dari bagian sisi (periferal/ tepi), para penderita

kondisi ini umumnya tidak akan menyadarinya sampai daya pandang hanya terpusat

di bagian tengah bidang pandang.


Glaukoma tekanan normal atau glaukoma tekanan rendah merupakan ragam

dari glaukoma sudut terbuka kronis primer, kondisi ini diketahui semakin sering

muncul dibandingkan dengan kondisi di masa lampau. Tipe glaukoma ini dianggap

disebabkan oleh menurunnya aliran darah ke syaraf optik. Kondisi ini dicirikan

dengan kerusakan syaraf optik yang bersifat progresif dan hilangnya fungsi

penglihatan (bidang pandang) walaupun tekanan intraokular berada pada rentang

normal atau bahkan dibawah normal. Tipe glaukoma ini dapat didiagnosis melalui

pemeriksaan berulang oleh dokter ahli mata untuk mendeteksi kerusakan syaraf atau

hilangnya fungsi penglihatan.

Glaukoma bawaan (infantil) merupakan kondisi yang jarang terjadi, kondisi ini

merupakan glaukoma sudut terbuka tipe turunan. Pada kondisi ini, area penyaliran

tidaklah berkembang sempurna ketika sebelum dilahirkan. Hal ini menyebabkan

peningkatan tekanan pada mata yang dapat menyebabkan hilangnya atau

berkurangnya fungsi penglihatan karena kerusakan syaraf optik dan juga oleh ukuran

mata yang membesar. Mata anak kecil akan membesar sebagai respon dari tekanan

intraokular yang meningkat, hal ini karena mata pada anak-anak lebih bersifat lunak/

lembut dibandingkan dengan mata pada individu dewasa. Diagnosis dan penanganan

awal dengan obat-obatan dan/ atau pembedahan merupakan hal yang penting pada

para bayi atau anak-anak ini untuk menyelamatkan fungsi penglihatan mereka.

Glaukoma sudut terbuka sekunder merupakan tipe glaukoma sudut terbuka yang

lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera pada mata, bahkan oleh cedera yang

terjadi beberapa tahun yang telah lampau. Beberapa penyebab lain kondisi glaukoma

sekunder adalah inflamasi pada iris mata (iritis), diabetes, katarak, atau pada individu
yang rentan dengan steroid, dan karena penggunaan steroid topikal (tetes mata) atau

sistemik (oral maupun injeksi) (cortisone). Kondisi ini juga dapat memiliki hubungan

dengan kondisi terlepasnya retinal atau oklusi vena retinal ataupun penyumbatan.

(Retina merupakan lapisan yang berada pada bagian belakang mata). Penanganan

akan glaukoma sudut terbuka sekunder dapatlah beragam, yang dimana hal ini

tergantung oleh penyebabnya.

Glaukoma pigmentari merupakan tipe glaukoma sekunder yang paling umum

menyerang pada laki-laki berusia muda. Pada kondisi ini, karena alasan-alasannya

belum dipahami, granula pigmen terlepas dari iris, yang merupakan bagian berwarna

pada mata.

Glaukoma eksfoliatif (pseudoeksfoliasi) merupakan tipe glaukoma yang lain yang

dapat muncul pada kondisi glaukoma sudut terbuka atau sudut tertutup. Tipe

glaukoma ini dicirikan dengan deposit material bersisik pada permukaan lensa di

bagian depan (kapsul anterior) dan pada sudut mata. Akumulasi material ini pada

sudut diyakini dapat menyumbat sistem penyaliran mata dan meningkatkan tekanan

mata. Ketika tipe glaukoma ini dapat terjadi di populasi manapun, namun kondisi ini

umum dialami oleh individu yang berusia senja dan individu keturunan Skandinavia.

Baru-baru ini diketahui bahwa kondisi ini seringkali berkaitan dengan berkurangnya

daya pendengaran pada individu lanjut usia.


Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup merupakan bentuk glaukoma yang jarang terjadi di dunia

Barat, namun kondisi ini merupakan hal yang umum di Asia. Unsur yang umum pada

keduanya adalah semua sudut penyaliran menjadi tertutup, sehingga cairan mata di

dalam mata tidak dapat mencapai semua atau sebagian saluran trabekular. Pada

glaukokma sudut tertutup akut, tekanan intraokular pasien, yang tadinya normal

dapat meningkat secara tiba-tiba (akut). Peningkatan tekanan yang terjadi tiba-tiba

ini dapat menyebabkan sudut penyaliran menjadi tertutup dan menyumbat semua

saluran penyaliran. Tipe glaukoma ini dapat terjadi ketika pupil terdilasi (melebar

atau membesar). Akibatnya, batas tepi iris dapat menjadi menyatu dengan lekatan

korneal nya, yang dengan demikian dapat menyebabkan sudut penyaliran menjadi

tertutup. Dengan demikian, masalah pada glaukoma sudut tertutup adalah sulitnya

akses cairan mata ke sistem penyaliran (saluran trabekular). Sebaliknya, masalah

yang terjadi pada glaukoma sudut terbuka adalah penyumbatan pada sistem

penyalirannya. Pada glaukoma sudut terbuka kronis, porsi dari sudut penyaliran

menjadi terututup pada periode waktu yang lama. Semakin banyak area yang

menjadi tertutup, maka tekanan di dalam mata pun akan menjadi meningkat,

seringkali laju penyakit ini terjadi pada periode bulanan atau tahunan.

Individu dengan ukuran mata yang kecil akan lebih rentang untuk menderita

glaukoma sudut tertutup, hal ini karena individu ini cenderung memiliki sudut

penyaliran yang lebih sempit. Ukuran mata yang kecil sulit untuk diukur dengan

hanya melihatnya, namun dapat diukur oleh dokter ahli mata. Dengan demikian,

individu-individu yang mengalami rabun jauh atau mereka yang memiliki darah
keturunan Asia akan memiliki mata yang berukuran lebih kecil, sudut penyaliran

yang lebih sempit, dan peningkatan resiko akan mengalami glaukoma sudut tertutup.

Lebih jauh lagi, kondisi ini dapat secara akut dipicu oleh penggunaan obat-obatan

yang dapat mendilasi pupil. Senyawa-senyawa ini dapat ditemukan pada beberapa

tetes mata tertentu, obat-obatan anti demam, citalopram (Celexa), topiramate

(Topamex) atau koyo yang digunakan untuk mencegah mabuk kendaraan. Kondisi

ini dapat juga terjadi secara spontat di ruangan yang gelap atau di dalam bioskop,

ketika pupil secara otomatis terdilasi untuk mendapatkan cahaya yang lebih banyak.

Terkadang, dengan demikian, individu dengan sudut yang lebih sempit akan

mendapatkan tetes mata untuk menjaga ukuran pupil mereka tetap kecil (Lihat

bagian di bawah yang membahas senyawa parasimpatomimetik).

Serangan glaukoma sudut tertutup akut dapat memiliki hubungan dengan rasa nyeri

pada mata dan sakit kepala, mata merah (terinflamasi), mual, muntah, dan pandangan

yang mengabur. Selain itu, tekanan intraokular yang tinggi dapat juga menyebabkan

pembengkakan kornea (edema), yang dimana hal ini dapat menyebabkan pasien

menjadi seperti melihat halo yang mengelilingi cahaya.

Terkadang, glaukoma akut dapat ditangani dengan penghambat anhidrasi karbonik

oral. (Lihat bagian di bawah yang membahas tentang medikasi-medikasi ini).

Namun, serangan glaukoma akut, biasanya akan mereda dengan tindakan bedah

mata. Di dalam operasi ini, dokter akan membuat lubang kecil pada iris dengan

menggunakan laser (iridotomi laser) untuk memungkinkan cairan kembali menyalir

ke saluran-saluran normal nya.


TANDA DAN GEJALA

Para pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup kronis

secara umum tidaklah menimbulkan gejala pada awal terjadinya penyakit. Hilangnya

atau berkurangnya fungsi penglihatan (hilangnya fungsi penglihatan sisi) bukanlah

gejala sampai stadium akhir penyakit. Terkadang, para pasien dengan tingkat tekanan

intraokular yang berfluktuatif akan mengalami kekaburan penglihatan dan akan

melihat halo disekitar cahaya, khususnya di pagi hari. Di sisi lain, gejala-gejala sudut

tertutup akut seringkali bersifat dramatik dengan kemunculan rasa nyeri mata yang

parah, sakit kepala, mual, muntah, dan pandangan yang kabur. Terkadang, rasa mual

dan muntah muncul sebelum kemunculan gejala okular. Mata pasien dengan

glaukoma sudut terbuka atau glaukokma sudut tertutup kronis dapat terlihat normal

di cermin atau oleh keluarga atau teman. Beberapa pasien akan mengalami sedikit

mata merah akibat penggunaan tetes mata dalam jangka panjang. Dokter ahli mata,

ketika memeriksa pasien, akan menemukan tekanan intraokular yang meningkat,

kelainan syaraf optik, atau hilangnya daya penglihatan pada pasien selain tanda-tanda

yang kurang bersifat umum.

Mata para pasien penderita glaukoma sudut tertutup akut akan tampak merah, dan

pupil mata akan terlihat besar dan tidak reaktif terhadap cahaya. Kornea akan tampak

seperti mengabut jika dilihat dengan mata telanjang. Dokter ahli oftalmologi

biasanya akan menemukan akuitas visual yang menurun, kornea yang membengkat,

tekanan intraokular yang sangat tinggi, dan sudut penyaliran yang tertutup.
GLAUKOMA SUDUT TERBUKA

 Hampir dari seluruh penderitanya TIDAK mengalami gejala sampai mereka

mulai menyadari bahwa fungsi penglihatan mereka menjadi berkurang/

hilang.

 Daya penglihatan tepi (sisi) menurun secara gradual/ perlahan (juga dikenal

dengan istilah pandangan terowongan)

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

 Di awal kondisi, gejala akan muncul dan menghilang, atau akan terus

memburuk

 Secara tiba-tiba muncul rasa nyeri pada satu mata

 Penurunan daya penglihatan atau terasa mengabur

 Mual dan muntah

 Munculnya halo yang seperti pelangi disekitar cahaya

 Mata merah

 Mata terasa membengkak

GLAUKOMA BAWAAN

 Gejala-gejalanya biasanya terlihat ketika anak berusia beberapa bulan

 Kemunculan seperti kabut pada bagian depan mata

 Pembesaran pada satu atau kedua mata

 Mata merah
 Sensitifitas terhadap cahaya

 Seperti keluar air mata

FAKTOR RESIKO

Glaukoma seringkali disebut dengan istilah “pencuri penglihatan”. Hal ini seringkali,

seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pada hampir dari seluruh kasus, tekanan

intraokular dapat meningkat dan menghancurkan fungsi penglihatan tanpa

menyebabkan kemunculan gejala-gejala yang jelas. Dengan demikian, pemahaman

atau kepedulian akan deteksi dini glaukoma sangatlah penting, hal ini karena

penyakit ini dapat secara berhasil ditangani jika terdiagnosa secara dini. Ketika setiap

individu memiliki resiko untuk menderita glaukoma, terdapat beberapa individu yang

memiliki resiko yang lebih tinggi dan membutuhkan tindakan pemeriksaan yang

lebih sering oleh dokter mata mereka. Faktor-faktor resiko utama glaukoma

mencakup hal-hal berikut ini:

 Tekanan (mata) intraokular yang tinggi

 Usia 50 tahun atau lebih

 Memiliki riwayat keluarga akan glaukoma

 Ras kulit hitam

 Tampak syaraf optik yang mengalami kelainan (pencekungan >50% atau

tidak simetri)

 Kornea yang tipis

 Miopia tinggi (rabun dekat)

 Diabetes
 Hipertensi

 Cedera pada mata atau operasi bedah

 Riwayat penggunaan steroid

 Migrain, sakit kepala

 Apnea tidur

DIAGNOSIS GLAUKOMA

Sejak metode penanganan untuk glaukoma sudut terbuka dan sudut terutup yang

berbeda, adalah penting untuk mengidentifikasi mekanisme yang terlibat. Diagnosis

(atau eksklusi) glaukoma membutuhkan upaya pemeriksaan mata yang mendalam

dan komprehensif. Dokter anda akan melakukan upaya-upaya pemeriksaan berikut

ini:

Untuk mendeteksi glaukoma, dokter anda akan melakukan upaya-upaya pemeriksaan

berikut ini:

 Uji penglihatan rutin yang membutuhkan uji baca huruf dari diagram,

 Pemeiksaan dengan lampu celah (mikroskop): Mikroskop khusus ini adalah

stetoskop dokter ahli oftalmologi dan semua pasien, bukan hanya individu

yang diduga menderita glaukoma saja, harus menjalani pemeriksaan lampu

celah.

 Tekanan didalam mata diukur dengan ‘tonomet aplanasi’ yang dipasangkan

pada lampu celah. Alat/ instrumen versi genggam juga efektif. Adalah

diperlukan untuk mendapatkan multi data tentang tekanan selama periode


satu hari satu malam. Metode lama dengan menempatkan instrumen pada

kornea ketika pasien berbaring adalah tindakan yang tidak akurat. Instrumen

airsoft non-kontak (terkomputerisasi) dapat dibutuhkan untuk melakukan

skrining, namun tidak dapat digunakan untuk diagnosis atau untuk

penanganan glaukoma.

 Pemeriksaan sudut mata dilakukan dengan bantuan gonioskop. Ini merupakan

lensa kontak yang ditempatkan pada mata untuk memeriksa sudut mata.

Penggunaannya adalah wajib untuk mengetahui tipe glaukoma – sudut

terbuka atau sudut terutup.

 Kedua langkah diatas membutuhkan penggunaan tetes mata untuk

mengurangi sensasi pada mata. Tetes mata akan membuat mata sedikit rasa

panas.

 Pemeriksaan diska optik pada mata yang terdilasi juga dibutuhkan. Dokter

akan menggunakan tetes mata untuk mendilasi pupil, memfasilitasi

pemeriksaan diska optik dan bagian belakang mata, yaitu retina. Untuk

mendapatkan pandangan steroskopik pada mikroskop, lensa genggam atau

lensa kontak merupakan metode yang terbaik. Pemindaian terkomputerisasi

diska optik juga dapat digunakan.

 Untuk mengkonfirmasi diagnosis, dokter akan melakukan uji perimetri atau

bidang pandang terautomatisasi. Kerusakan syaraf optik akan mengganggu

bidang pandang, namun pandangan yang regular, yaitu kemampuan untuk

membaca diagram mata oftalmologis, akan terpengaruh pada stadium yang

lebih parah. Pada glaukoma dengan stadium dini dapat dideteksi atau

dimonitor dengan menggunakan uji perimetri terautomatisasi. Individu yang


sehat akan memiliki “bidang pandang yang penuh/ normal”, sedangkan

individu penderita glaukoma akan memiliki area bidang pandang yang

menggelap/ tidak penuh.

Banyak dari individu yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan tindakan uji

perimetri pada pertama kali, dan akan lebih mudah pada saat pemeriksaan kedua dan

ketiga. Uji baseline (uji di awal) merupakan hal yang dibutuhkan untuk memeriksa

tingkat progresi penyakit. Mengingat pentingnya pemeriksaan, setiap perimeter

terautomatisasi merupakan hal yang tidak dapat diterima. Uji bidang pandang

merupakan uji yang bersifat subjektif, dan ini merupakan hal yang penting untuk

memiliki mesin terkalibrasi dengan database normal yang tepat untuk

membandingkan beberapa hasil pengujian. Terkadang, diagnosis tidak dapat

dilakukan hanya dengan satu kali kunjungan pemeriksaan. Adalah perlu untuk

mengulangi pemeriksaan secara keseluruhan setelah satu periode observasi. Dokter

ahli mata (dokter ahli oftalmologi) biasanya dapat mendeteksi individu-individu yang

memiliki resiko untuk mengidap glaukoma (karena, contohnya: sudut penyaliran

yang sempit atau peningkatan tekanan intraokular) sebelum terjadinya kerusakan

syaraf. Dokter juga dapat mendiagnosa pasien yang sudah mengalami glaukoma

dengan mengobservasi kerusakan syaraf atau gangguan bidang pandang penglihatan

pasien.

Beberapa pengujian/ pemeriksaan berikut ini, yang kesemuanya tidak menimbulkan

rasa nyeri pada pasien, dapat menjadi bagian dari evaluasi ini.
Tonometri

 Tonometri akan dapat memberikan informasi tentang tekanan pada mata

dengan mengukur kepadatan permukaannya. Beberapa tipe tonometer adalah

tersedia untuk digunakan pada pemeriksaan ini, dan yang paling umum

adalah tonomet aplanasi. Setelah mata diberi tetes mata anestetik, sensor

tonometer pun ditempatkan pada permukaan depan mata. Semakin kuat tonus

permukaan mata, maka semakin tinggi tingkat tekanan pada mata.

Pakimetri

 Pakimetri merupakan pemeriksaan yang secara relatif baru yang digunakan

untuk diagnosis dan penanganan glaukoma. Pakimetri dapat memberikan data

tentang ketebalan kornea. Setelah mata dibuat seperti kebas dengan tetes mata

anestetik, ujung pakimetri disentuhkan secara pelan ke permukaan depan

mata (kornea). Beberapa penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa

ketebalan kornea dapat mempengaruhi pengukuran tekanan intrakokular.

Kornea yang lebih tebal akan memberikan data tentang tingkat tekanan yang

dianggap tinggi, dan kornea yang tipis dapat memberikan data dengan

tingkat tekanan yang dianggap rendah. Lebih jauh lagi, kornea yang tipis

dapat menjadi satu faktor resiko tambahan untuk glaukoma.

Gonioskopi

 Gonioskopi dilakukan dengan membuat mata terasa kebas dengan tetes mata

anestetik dan menempatkan tipe lensa kontak tipe khusus dengan cermin di

dalam mata. Cermin akan memungkinkan dokter untuk melihat bagian dalam
mata dari berbagai arah yang berbeda-beda. Tujuan dari pengujian/

pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui sudut penyaliran dan area

penyaliran mata. Pada prosedur ini, dokter dapat mengetahui apakah sudut

bersifat terbuka atau sempit, dan juga akan dapat menemukan kelainan-

kelainan lain pada area sudut. Seperti yang diindikasikan sebelumnya, para

individu dengan sudut yang sempit diketahui memiliki peningkatan resiko

untuk mengalami sudut tertutup, yang dimana hal ini dapat menyebabkan

serangan glukomatosa sudut tertutup akut. Gonioskopi juga dapat memeriksa

pembuluh-pembuluh darah yang tidak normal, yang dimana hal ini dapat

menyumbat penyaliran cairan mata.

Oftalmoskopi

 Oftalmoskopi merupakan satu pemeriksaan dimana dokter menggunakan alat

genggam untuk melihat secara langsung melalui pupil (bukaan pada iris

berwarna) kedalam mata. Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

syaraf optik (terlihat sebagai diska optik) di bagian belakang mata. Kerusakan

pada syaraf optik, yang dikenal sebagai pencekungan diska, dapat dideteksi

melalui cara ini. Cupping atau pencekungan, yang mana merupakan identasi

diska optik, dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular. Selain

itu, warna yang memucat pada syaraf dapat mengindikasikan kerusakan pada

syaraf akibat burukny aliran darah atau meningkatnya tekanan intraokular.

Kamera khusus dapat digunakan untuk mengambil gambar/ foto syaraf optik

untuk membandingkan perubahan-perubahannya dalam jangka waktu yang

panjang.
Uji bidang pandang

 Uji bidang pandang dilakukan untuk memetakan bidang pandang untuk

mendeteksi tanda-tanda awal kerusakan glaukomatosa terhadap syaraf mata.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk melihat secara

lurus kedepan dengan satu mata ditutup dan menghitung jari yang ditunjukan

oleh dokter dari bagian sisi. Secara lebih umum, bidang visual akan diukur

dengan penilaian terkomputerisasi.

Untuk prosedur ini, satu mata ditutup dan pasien menempatkan dagunya pada alat

seperti mangkuk. Kemudian, ketika pasien melihat cahaya dengan beragam tingkat

intensitas dan pada lokasi yang berbeda-beda, pasien harus memijit tombol. Proses

ini akan menghasilkan peta terkomputerisasi akan bidang pandang, dan menguraikan

area-area yang dapat atau yang tidak dapat dilihat mata. Selain itu, pengujian yang

lebih hebat lagi juga dapat digunakan. Semua dari pengujian-pengujian ini perlu

diulang secara berkala untuk menilai tingkat progresi penyakit dan pengaruh dari

penanganan.

MEDIKASI UNTUK GLAUKOMA

Antagonis beta-adrenergik berperan untuk menghambat senyawa-senyawa yang

serupa dengan adrenalin. Tetes mata ini bekerja untuk menangani glaukoma dengan

menurunkan produksi cairan mata. Selama bertahun-tahun, medikasi ini telah

menjadi standar emas (jika dibandingkan dengan senyawa-senyawa lain) untuk


menangani glaukoma. Medikasi ini mencakup timolol (Timoptik), levobunolol

(Betagan), carteolol (Ocupress), dan metipranolol (Optipranolol).

Digunakan satu atau dua kali sehari, tetes mata ini sangat efektif. Namun, efek

samping, seperti contohnya kondisi asma atau emfisema yang memburuk,

brakikardia (laju denyut jantung yang lambat), tekanan darah rendah, lelah, dan

impoten pada beberapa pasien. Betaxolol (Betoptik) merupakan antagonis adrenerik

yang lebih selektif yang bekerja hanya pada mata, dan dengan demikian tidak terlalu

memberikan peningkatan resiko terhadap efek samping pada jantung (kardiak) atau

paru (pulmonari) jika dibandingkan dengan tetes-tetes mata lain dengan tipe yang

sama. Analog prostaglandin adalah sama dalam hal struktur kimianya dengan

prostaglandin tubuh. Prostaglanding merupakan senyawa yang mirip hormon yang

terlibat di berbagai fungsi di seluruh tubuh. Tetes mata ini bekerja di dalam

penanganan glaukoma dengan meningkatan aliran-keluar (penyaliran) cairan dari

mata. Analog-analog prostaglandin telah menggantikan timolol sebagai obat tetes

mata yang paling sering digunakan untuk glaukoma. Obat ini dapat digunakan satu

kali sehari. Kelas medikasi ini diketahui tidak terlalu memberikan efek samping jika

dibandingkan timolol, namun dapat merubah warna iris dan juga tingkat ketebalan

dan serta dapat menggelapkan bulu mata. Tetes mata ini juga akan lebih dapat

menimbulkan mata merah jika dibandingkan beberapa tetes mata yang lain. Pada

beberapa pasien, obat ini juga dapat menimbulkan inflamasi di dalam mata.

Agonis adrenergik merupakan tipe tetes mata yang bekerja seperti adrenalin.

Fungsinya di dalam penanganan glaukoma adalah dengan menurunkan produksi

cairan mata dan meningkatkan laju penyaliran. Agonis adrenergik yang paling

popular adalah isbrimonidine (Alphagan). Namun, terdapat setidaknya 12% resiko


akan kemunculan reaksi alergi lokal yang cukup signifikan. Beberapa anggota dari

kelas tetes mata ini mencakup epinephrine, dipivefrin (Propine) dan apraclonidine

(Iopidine).

Penghambat karbonat anhidrasi bekerja di dalam penanganan glaukoma dengan

mengurangi produksi cairan pada mata. Tipe tetes mata ini mencakup dorzolamide

(Trusopt) dan brinzolamide (Azopt). Obat-obatan ini biasa digunakan dua sampai

tiga kali sehari. Penghambat karbonat anhidrase juga dapat digunakan sebagai pil

(secara sistemik) untuk menghilangkan cairan dari tubuh, termasuk juga mata.

Bentuk obat ini yang diminum mencakup obat yang digunakan untuk glaucoma yang

mencakup asetazolamid (Diamox) dan metazolamid (Neptazane). Penggunaan obat-

obatan ini di dalam kondisi ini masihlah terbatas karena resiko kemunculan efek

samping sistemik yang dapat terjadi, yang mencakup penurunan potasium tubuh,

batu ginjal, rasa kebas atau geli pada lengan dan tungkai kaki, rasa lelah, dan mual.

Senyawa obat-obatan parasimpatomimetik, yang juga disebut sebagai miotik, hal ini

karena obat jenis ini dapat menyempitkan pupil, berfungsi dengan melawan senyawa

yang mirip adrenalin. Obat-obatan ini bekerja di dalam penanganan glaukoma

dengan meningkatkan aliran-keluar cairan dari mata. Tetes mata ini mencakup

pilocarpine (Salagen), demcarium (Humorsol), ekhothiofat (Iodid Fosfolin), dan

isoflurofat (Floropryl).

Parasimpatomimetik telah digunakan bertahun-tahun untuk menangani glaukoma,

namun obat ini lebih kurang disukai karena harus digunakan tiga sampai empat kali

dalam satu hari dan dapat menimbulkan efek samping pada mata. Beberapa efek

samping mencakup pupil yang kecil, pandangan yang mengabur, dan rasa nyeri pada
bagian alis, serta peningkatan resiko terlepasnya retina. Baru-baru ini, pilocarpine

merupakan satu-satunya medikasi ini yang digunakan untuk glaukoma. Obat ini

digunakan utamanya untuk menjaga ukuran pupil untuk tetap kecil pada para pasien

dengan konfigurasi iris tertentu (iris plateau) atau pada para pasien dengan sudut

yang sempit sebelum iridotomi laser. (Lihat bagian diatas pada tentang glaukoma

sudut tertutup).

Senyawa osmotik merupakan medikasi lainnya yang digunakan untuk menangani

glaukoma akut dimana tekanan mata tetap sangat tinggi setelah dilakukannya

penanganan. Medikasi ini mencakup isosorbide (Ismotik, yang diberikan melalui

mulut), dan mannitol (Osmitrol, yang diberikan melalui vena). Obat-obatan ini harus

digunakan secara cermat karena dapat memunculkan efek samping yang signifikan,

yang mencakup mual, akumulasi cairan pada jantung dan/ atau paru-paru (gagal

jantung kongestif dan/ atau edema paru), pendarahan di otak, dan masalah-masalah

ginjal. Penggunaan obat ini dilarang untuk diberikan pada para pasien penderita

diabetes yang tidak terkendali, penderita penyakit ginjal, atau masalah-masalah liver.

Dokter ahli oftalmologi seringkali memberikan resep tetes mata yang mengandung

lebih dari satu kelas obat kepada pasien yang membutuhkan lebih dari satu tipe obat

untuk mengendalikan glaukoma. Hal ini dapat meringkaskan penggunaan tetes mata

oleh pasien. Contoh yang paling umum dari hal ini adalah kombinasi timolol dan

dorzolamid dalam satu tetes gabungan (Cosopt).

Beberapa kelas obat tetes mata glaukoma masihlah diteliti/ dikembangkan dan

menunggu persetujuan FDA/ BPOM. Walaupun penggunaan ganja diketahui dapat


mengurangi tekanan intraokular, namun tetes mata yang biasa digunakan ini

diketahui lebih memiliki tingkat kemanjuran dan resiko sistemik yang lebih rendah.

Penanganan bedah atau laser untuk glaukoma

Terdapat beberapa bentuk terapi laser untuk penanganan glaukoma. Iridotomi laser

(lihat bagian di atas tentang galukoma sudut tertutup) melibatkan upaya pembuatan

lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk memungkinkan penyaliran

cairan mata secara normal dengan sudut tertutup atau sudut yang sempit.

Trabekuloplasti laser merupakan prosedur laser yang dilakukan untuk penanganan

glaukoma sudut terbuka. Trabekuloplasti laser tidaklah menyembuhkan glaukoma,

namun seringkali dilakukan untuk menangani pasien dengan tekanan intraokular

pasien yang terlalu tinggi. pada beberapa kasus, penanganan ini digunakan sebagai

terapi awal atau terapi primer untuk glaukoma sudut terbuka. Prosedur ini dapat

dilakukan dengan cepat, tidak sakit, dan secara relatif aman untuk menurunkan

tekanan intraokular. Dengan mata yang di-kebaskan oleh tetes mata anestetik,

penanganan laser diaplikasikan melalui lensa kontak yang dicerminkan ke sudut

mata. Laser mikroskopik membakar sudut untuk memungkinkan cairan untuk dapat

tersalir dengan baik.

Trabekuloplsati laser seringkali dilakukan pada dua sesi, mingguan atau bulanan

secara terpisah. Sayangnya, penyaliran yang menjadi lebih baik karena penanganan

dapat dipelihara sekitar dua tahun, namun seiring dengan berjalannya waktu, saluran

penyaliran pun dapat tersumbat kembali. Terdapat dua tipe trabekuloplasti laser:

yaitu trabekuloplasti (ALT/ argon laser trabeculoplasty) dan trabeculoplasty laser

selektif (SLT/ selective laser trabeculoplasty). ALT secara umum tidaklah diulang
setelah sesi kedua akibat pembentukan jaringan parut pada bagian sudut. SLT

tampaknya tidaklah akan menghasilkan luka parut pada sudut, sehingga secara

teoritis, hal ini dapat diulang berkali-kali. Namun, kemungkinan akan keberhasilan

penanganan tambahan ketika upaya sebelumnya mengalami kegagalan. Dengan

demikian, opsi untuk pasien adalah meningkatkan penggunaan tetes mata atau

tindakan pembedahan.

Siklo-ablasi laser (juga dikenal dengan istilah kerusakan badan silier,

siklofotokoagulasi, atau siklokriopeksi) merupakan bentuk penanganan laser yang

secara umum akan diberikan kepada pasien dengan bentuk glaukoma yang sangat

parah. Prosedur ini melibatkan pengaplikasian pembakaran laser atau pembekuan

bagian mata yang memproduksi cairan mata (tubuh silier). Terapi ini menghancurkan

sel-sel yang memproduksi cairan, yang dimana hal ini dapat menurunkan tekanan

mata. Tipe laser ini umumnya dilakukan setelah terapi-terapi yang bersifat lebih

konvensional gagal dilakukan.

Bedah glaukoma

Trabulektomi merupakan prosedur bedah-mikro yang sangat detail yang dilakukan

untuk menangani glaukoma. Pada operasi ini, saluran trabekular yang tersumbat akan

diangkat untuk menciptakan bukaan dan jalur penyaliran yang baru sehingga cairan

dapat keluar dari mata. Sebagai bagian dari sistem penyaliran ini, kantung

penampung cairan yang kecil pun dibuat dari jaringan konjungtival. (Konjungtiva

adalah lapisan tipis yang menutupi bagian putih mata). Kantung ini disebut dengan

istilah ‘bleb penyaring’ dan terlihat seperti area kistik yang menaik di bagian atas
mata dibawah kelopak mata. Sistem penyaliran yang baru memungkinkan cairan

untuk keluar dari mata, memasuki kantung/ bleb, dan kemudian akan masuk kedalam

sirkulasi darah kapiler (yang dengan demikian dapat menurunkan tekanan mata).

Trabekulektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling umum dilakukan

untuk menangani glaukoma. Jika berhasil, tindakan ini merupakan sarana yang

paling efektif untuk menurunkan tekanan mata.

Alat pintas cairan (implan atau tuba/ selang glaukoma) merupakan alat penyaliran

buatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Alat ini berupa selang

mikroskopis plastik yang dipasang ke reservoir plastik. Reservoir (atau plate)

ditempatkan dibawah jaringan konjungtival. Selang aktual (yang memanjang dari

reservoir) ditempatkan di dalam mata untuk menciptakan jalur yang baru bagi cairan

untuk keluar dari mata. Cairan akan terkumpul di dalam reservoid dibawah

konjungtiva yang menciptakan bleb penyaring. Prosedur ini dapat dilakukan sebagai

pengganti tindakan trabekulektomi pada para pasien penderita glaukoma tipe

tertentu.

Viskokanalostomi merupakan prosedur pembedahan alternatif yang digunakan untuk

menurunkan tekanan mata. Tindakan ini dilakukan dengan mengangkat selembar

sklera (dinding mata) untuk meninggalkan membran jaringan yang tipis yang dimana

cairan mata dapat dengan mudah tersalirkan. Tindakan ini tidak terlalu invasif jika

dibandingkan dengan trabekulektomi dan bedah pirau mata.

Dokter ahli bedah terkadang akan menciptakan tipe sistem penyaliran lain. Ketika

bedah penanganan glaukoma seringkali memberikan hasil yang efektif, namun

beberapa komplikasi seperti contohnya infeksi ataupun pendarahan dapatlah terjadi.


Dengan demikian, tindakan pembedahan umumnya dilakukan untuk kasus-kasus

glaukoma yang sulit dikendalikan.

PENANGANAN GLAUKOMA

Glaukoma dapat ditangani, dan semakin dini penanganan maka akan memberikan

hasil yang semakin baik. Kerusakan yang telah terjadi akibat glaukoma tidaklah

dapat diperbaiki, kondisi tersebut hanya akan dapat dimungkinkan untuk tidak

semakin parah. Pendeteksian dan penanganan glaukoma di stadium awal akan dapat

meningkatkan peluang pasien dapat menjaga indera penglihatan pasien. Berbagai

penanganan glaukoma dan prosedur yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi

tingkat tekanan pada mata. Tekanan mata tidaklah selalu berarti menyebabkan

glaukoma, namun ketika hal itu terjadi, maka tekanan mata akan dapat bersifat

destruktif bagi mata. Terdapat berbagai penanganan yang berbeda-beda untuk

kondisi glaukoma:

 Tetes mata

 Medikasi oral

 Pembedahan

Tipe penanganan tergantung pada kondisi individu.

TETES MATA

Tetes mata digunakan untuk menurunkan tekanan mata baik dengan meningkatkan

kemampuan mata untuk menyalirkan atau menurunkan jumlah cairan yang

diproduksi. Medikasi yang diaplikasikan secara langsung ke mata umumnya dalam


bentuk tetes mata, namun juga terkadang berupa salep. Terdapat enam tipe obat yang

berbeda-beda yang diberikan ke mata untuk menangani glaukoma:

 Beta-bloker/ penghambat beta dapat menyebabkan sedikit rasa tidak

nyaman pada pasien, dan obat ini bekerja dengan menurunkan produksi

cairan mata. Namun, obat ini dapat memperburuk pernafasan dan masalah-

masalah pada jantung untuk para pasien penderita penyakit jantung atau paru-

paru.

 Prostaglandin dapat meningkatkan penyaliran. Obat ini dapat menyebabkan

warna mata yang biru dan hijau akan terlihat menjadi lebih gelap.

 Alfa-stimulator digunakan dengan obat-obat lain untuk menurunkan tekanan

mata. Obat ini dapat menyebabkan reaksi alergi pada dan sekitar mata.

 Inhibitor karbonat anhidrase dapat menurunkan produksi cairan. Karena

obat ini berbasis-sulfa, obat ini tidak digunakan bagi mereka yang alergi

terhadap sulfa.

 Miotik dapat meningkatkan tingkat penyaliran cairan. Namun, obat ini dapat

menyebabkan sakit kepala di awal penanganan. Obat ini juga dapat

menyebabkan pupil yang mengecil yang dapat menyebabkan pandangan yang

mengabur.

 Epinefrin meningkatkan tingkat penyaliran cairan. Walaupun secara umum

obat ini tidak menyebabkan komplikasi, namun obat ini juga dapat

menyebabkan mata merah dan pandangan yang mengabur secara sementara.

Obat-obatan Yang Digunakan Untuk Menangani Galukoma. Obat-obatan

berikut ini digunakan di dalam penanganan glaukoma


1. Simpatomimetik:

1) Apraclonidin

2) Brimonidine

3) Clonidine

4) Dipivefrine

5) Epinefrin

2. Parasimpatomimetik:

A. Muscarinic:

1) Aceclidine

B. Muscarinic/ Nicotinic:

1) Acetylcholine

2) Carbachol

C. Inhibitor asetil kholinesterase:

1) Demecarium

2) Ecothiopate

3) Stigmine (Neostigmine, Physostigmine)

4) Paraoxon

3. Inhibitor karbonat anhidrase

1) Acetazolamid

2) Brinzolamide

3) Diclofinamide

4) Dorzolamide

5) Methazolamide
4. Obat penghambat beta

1) Befinolol

2) Betaxolol

3) Carteolol

4) Levobunolol

5) Metipranolol

6) Timolol

5. Analog prostaglandin

1) Bimatoprost

2) Latanoprost

3) Travoprost

Penanganan glaukoma tidaklah bersifat menyeluruh dan juga merupakan hal yang

tidak mudah bagi individu yang telah memutuskan untuk menangani glaukoma. Saya

memahami bahwa hal ini terdengar cukup mengejutkan, namun ini merupakan jalan

yang saya tempuh ketika saya memulai penelitian dalam hal opsi-opsi penanganan

glaukoma yang alami.

a. Saya rasa jika glaukoma disebabkan oleh peningkatan tekanan pada

mata, maka upaya pertama adalah dengan menurunkan tingkat tekanan

tersebut. Lihatlah video tentang Latihan Relaksasi Mata untuk

mempelajarinya. Prosedur ini mudah untuk dilakukan, cepat, dan

menyenangkan.
b. Bantuan terbesar untuk mata dengan masalah glaukoma adalah prosedur

air. Pelajarilah cara pembasuhan mata, pengaplikasian es, dan prosedur

yang dapat menyegarkan mata sebagai bagian di dalam penanganan

glaukoma. Disini merupakan salah satu metode yoga untuk menangani

tekanan intraokular. Tiap pagi atau ketika mandi, masukan air dingin ke

mulut anda, tahan di dalam mulut, dan basuhklah mata anda dengan air

dingin yang mengalir. Hal ini akan menstimulasi aliran darah pada mata

dan menurunkan tekanan.

c. Terakhir, namun bukan yang paling tidak penting, adalah saran tentang

asupan gizi.

Hampir dari seluruh individu, khususnya penderita dengan glaukoma

tekanan rendah, mereka juga mengalami masalah-masalah vaskular. Para

individu ini biasanya mengalami kebiasaan makan yang buruk,

kekurangan vitamin dan mineral. Bacalah secara cermat tentang obat-

obat herbal, khususnya tentang schizandra dan bilberry. Vitamin C,

ketika dikonsumsi dengan jumlah yang optimal, diketahui dapat

menurunkan tekanan pada mata dan mengembalikan keseimbangan

kolagen. Suplemen vitamin C dengan bioflavonoid, khususnya rutin dan

lutein, merupakan hal yang direkomendasikan untuk dikonsumsi.

d. Tambahkan schizandra kedalam teh anda. Minumlah banyak teh hijau

yang berkualitas baik. Beberapa makanan mentah ada yang memang baik

untuk anda serta sebisa mungkin untuk menghindari makanan yang

terlalu diproses. Beberapa resep makanan sehat pun disajikan disini.


KESIMPULAN

Tujuan modern dari penanganan glaukoma adalah sebisa mungkin untuk

menghindari kerusakan glaukomatosa dan kerusakan syaraf, serta memelihara bidang

pandang serta kualitas hidup bagi para pasien dengan efek samping seminimal

mungkin. Hal ini membutuhkan beberapa teknik diagnostik dan pemeriksaan

lanjutan yang tepat, serta pemilihan penanganan yang optimal untuk masing-masing

pasien. Walaupun tekanan intraokular merupakan salah satu faktor resiko untuk

glaukoma, upaya penurunan tekanan melalui berbagai farmaseutikal dan/ atau teknik

bedah saat ini masih menjadi penanganan glaukoma utama. Teori-teori tentang

saluran vaskular dan neurodegeneratif neuropati optik glaukomatosa telah memicu

dilakukannya penelitian untuk mengkaji berbagai strategi terapeutik neuroprotektif,

yang didalamnya mencakup senyawa-senyawa nutrisional, beberapa diantaranya

dianggap aman untuk digunakan, dan sebagian lainnya dianggap belum diketahui

karena masih dalam proses percobaan.

Anda mungkin juga menyukai