Anda di halaman 1dari 5

1.

Cacat pengecoran dapat di klasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu :

A. Distorsi atau perubahan bentuk.

Distorsi pada proses penuangan logam terjadi saat manipulasi malam inlay, sehingga
pencegahan terjadinya distorsi tergantung pada proses manipulasi malam inlay. Distorsi
terjadi akibat stress release, yaitu tekanan yang sangat besar pada material akibat malam di
cetak tanpa pemanasan yang cukup hingga diatas suhu transisi solid-solid. Distorsi dapat
terjadi sewaktu membentuk dan melepas model malam dari mulut atau die. Keadaan ini
terjadi karena perubahan suhu dan pelepasan stress yang muncul sewaktu terjadinya
kontraksi saat pendinginan, udara yang terjebak serta temperatur selama penyimpanan.

B. Kekasaran dan ketidak-teraturan permukaan

Permukaan hasil cor seharusnya meruakan reproduksi yang akurat dai permukaan
model malam asalnya. Kasarnya atau tidak beraturannya permukaan luar dari tuangan
memerlukan tindakan penyelesaian dan pemolesan tambahan, sedangkan ketidak-teraturan
pada permukaan dalam dari tuangan akan mengganggu duduknya tuangan pada gigi.

Kekasaran permukaan dirumuskan sebagai ketidak-sempurnaan permukaan dominan


dari seluruh permukaan. Kekasara permukaan dari tuangan gigi akan lebih besar daripada
model malamnya. Ketidak-teraturan permukaan mengacu pada ketidak-sempurnaan yang
terisolasi, misalnya suatu bulatan kecil, yang bukan menjadi area karakteristik dari seluruh
area permukaan. Perbedaaan ini mungkin berkaitan dengan ukuran partikel dari bahan tanam
dan kemampuannya untuk memproduksi model malam dalam rincian mikroskopik.

C. Porositas

Porositas dapat terjadi pada permukaan dalam maupun luar dari hasil casting. Porositas
di permukaan luar adalah suatu faktor dari kekasaran permukaan, tetapi umumnya juga
merupakan manifestasi dari porositas bagian dalam. Porositas internal tidak saja
memperlemah tuangan tetapi juga meluas ke permukaan, dan menyebabkan perubahan
warna. Jika parah, dapat menyebabkan kebocoran pada pertemuan gigi dengan restorasi dan
karies sekunder. Meskipun porositas di dalam tuangan tidak dapat dihindari sepenuhnya,
tetapi dapat dikurangi dengan penggunaan teknik yang benar. (Annusavice, 2003. Pg342).
Porositas bisa terlihat sebagai pemukaan lubang pada casting. Bagian pecah pada
investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi perlekatan
di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan. Untuk alasan ini, semua mould
pada casting dapat diatasi dengan sprue yang lebih ke bawah. (Mc.cabe, 2008,pg.82).

Pada proses pengerasan dibagi menjadi dua, yaitu localized shrinkage porosity
dan microporosity. Porositas karena gas yang terjebak dibagi menjadi
A. Localized shrinkage porosity terjadi pada persimpangan saat pemasangan sprue
dan mungkin terjadi dimana saja diantara dendrite, dimana itu merupakan bagian
terakhir dari casting pada titik lebur logam yang rendah yang dapat memperkuat
percabangan dari dendrite. (Annusavice,2003,pg 343).
B. Microporosity juga terjadi akibat dari penyusutan pada saat pengerasan tetapi
umumnya hadir dalam casting fine-grain saat proses pengecoran ini terlalu cepat.
Fenomena seperti ini dapat terjadi ketika pengerasan alloy terlalu cepat karena suhu
mould terlalu rendah (Annusaavice, 2003,pg.343)

C. Pinhole dan inklusi gas dapat terjadi karena adanya gas yang terjebak saat proses
pengerasan. Porositas akibat inklusi gas lebih besar daripada pinhole. Inhole
dihasilkan ketika alloy mencair sedangkan inklusi gas disebabkan oleh penggunaan
api mixing zone atau zona oksidasi. (Annusavice, 2003,pg 344)

D. Subsurface porosity disebabkan oleh nukleasi stimultaneous butiran padat dan


gelembung gas pada saat pertama ketika alloy membeku pada dinding cetakan.
Namun jenis porositas ini dapat diatasi dengan mengontrol tingkat dimana logam
cair memasuki cetakan. Porositas pada casting tidak dapat dihindari secara
keseluruhan, namun porositas mampu di minimalisasi dengan menggunakan teknik
yang tepat. (Annusavice,2003,pg.346)

E. Entrapped air porosity atau disebut juga back pressure porosity ini dapat
menghasilkan cekungan yang besar akibat depresi. Hal ini disebabkan akibat udara
dalam mould tidak dapat keluar melalui pori-pori dari investment atau karena
gradient tekanan pada saat pemasangan sprue. (Annusavice,2003,pg, 346). Dan
adanya back pressure yang menyebabkan adanya celah pada marginal. (Mc.cabe,
2008,pg82).
F. Gaseous porosity di dalam casting dihasilkan oleh gas dimana menjadi
penghancur pada alloy cair. Copper, gold, silver, platinum dan partikel palladium,
semua melarutkan oksigen di dalam bagian cair. Saat mendingin, alloy
membebaskan gas yang terabsorbsi tapi beberapa sisa gas terjebak ketika alloy
menjadi rigid. Tipe porositas dapat terjadi di seluruh casting. Hal ini dapat
dikurangi dengan menghindari pemanasan berlebih dari alloy atau casting di dalam
atmosfer dari gas yang tidak aktif. (Mc.cabe,2008,pg.82).
Untuk meminimalisir porosity maka ditambahkan flux. Zat yang disebut fluks
biasanya ditambahkan untuk meminimalkan pembentukan oksida yang mempengaruhi
pemanasan dan molding paduan dan mempengaruhi kualitas akhir dari casting. Jenis flux
yang digunakan tergantung pada suhu aliran, jenis sumber panas yang di gunakan, jenis
pengecoran paduan dan jenis investment. (Powers,2008,pg.276). Salah satunya adalah Borax,
atau sodium tetraborate ((Na2, B4)7 . 10 H20). (Craig,2002,pg.545)

D. Incomplete casting (hasll casting yang tidak lengkap)


Penyebabnya antara lain :
1) Wax elimination yang tidak sempurna sehingga masih terdapat sisa malam di
dalam mould space. Hal ini terjadi apabila waktu wax elimination tergesa-gesa
atau terlalu cepat.
2) Benda asing yang menyumbat sprue, misalnya sprue kemasukkan debu atau
pasir atau terjadi kerontokan dan bahan invesmen yang membatasi mould space.
3) Pemutaran casting machine yang lambat, sehingga gaya centri fugal kecil,
lelehan logam tidak dapat memasuki seluruh permukaan mould space.
E. Tidak adanya atau tidak sempurnanya rincian
Kadang-kadang ditemukan tuangan yang tidak utuh atau mungkin sama sekali tidak
ditemukan tuangan. Penyebab yang jelas dari keadaan ini adalah terhalangnya logam cair
untuk mengisi mold secara utuh. Paling sedikit ada dua factor yang dapat menghambat
jalannya logam cair, yaitu :
1. Mold yang kurang didinginkan
Penganginan yang kurang berhubungan langsung dengan tekanan balik yang
dikeluarkan oleh udara di dalam mold. Jika udara tidak dapat dikeluarkan dengan cepat,
logam cair tidak dapat memasuki mold sebelum memadat.
2. Kekentalan yang tinggi dari logam cair
Pembuangan sisa-sisa malam yang tidak sempurna dari dalam mold merupakan
penyebab tuangan yang tidak utuh. Jika ada terlalu banyak produk pembakaran yang
tertinggal di dalam mold, pori-pori dari bahan tanam dapat terisi penuh sehingga udara tidakk
dapat keluar seluruhnya. Jika ada cairan atau partikel malam yang tertinggal, kontak antara
logam cair dengan benda asing menghasilkan ledakan yang dapat menimbulkan tekanan balik
akibat pembuangan malam yang tidak sempurna.

2. Klasifikasi dental casting alloy menurut ADA no. 5 1989

KLASIFIKASI (ANS / ADA SP. NO. 5)

1. TYPE I SOFT: Inlay kecil, Kelas III dan rongga V yang tidak mengalami tekanan besar dan
mudah terbakar.
2. TYPE II MEDIUM : Inlya mengalami stres sedang, 3/4 mahkota, penyangga, pontik, mahkota
penuh, dan kadang-kadang pelana lembut
3. TYPE III HARD: Inlays, crowns, dan bridges, dimana ada tekanan yang besar.
4. TYPE IV EXTRA HARD: Inlay yang mengalami tekanan yang sangat tinggj, Framework RPD.
GTC longspan

Investment Material (Bahan Pendam)

1. Bahan pendam gypsum-bonded

Paling sering digunakan untuk alloy emas, tetapi tidak cocok untuk alloy yang mencair pada suhu
yang mendekati 1200°C.

2. Bahan pendam phosphat-bonded

Dipergunakan untuk penuangan alloy kobalt kromium karena bahan ini sanggup menerima suhu
yang lebih tinggi.

3. Bahan pendam silica-bonded

Merupakan pilihan lain untuk bahan pendam phosphat-bonded untuk penuangan pada suhu tinggi.

(Sumber : Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Jakarta: Balai Pustaka)

4. Syarat-syarat Casting Investment


Syarat Umum Dental Casting Alloy

1. Bahan Alioy tidak boleh menyebabkan tarnish dan korosi di dalam mulut.
2. Harus cukup kuat sesua penggunaannya
3. Harus Biocompatible (nontoxic and nonallergic)
4. Harus mudah di cairkan, di casting, di potong dan di grind (mudah dalam pembuatannya)
5. Harus dapat mengalir dengan baik can menduplikasi detail selama proses casting.
6. Selama proses pendinginan, shrinkage harus minimal
7. Harus mudah di soder

5. Precius Metals Emas, Platinum, Paladium, dan Perak

Anda mungkin juga menyukai