Anda di halaman 1dari 41

Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

MODUL PEMBELAJARAN

Semester V

ILMU KEDOKTERAN KLINIS 1

7 Oktober 2021 – 21 Oktober 2021

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan


Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2021

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 1


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA dan PROFESI DOKTER GIGI

Jalan Panglima Besar Sudirman Denpasar Bali

Kode :
Revisi :
KONTRAK PERKULIAHAN

1. Identitas Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Ilmu Kedokteran Klinis
Kode Mata Kuliah : PDG52003
Jumlah SKS :2
Semester :V
Tempat Pertemuan : Gedung 4 Rumah Sakit Universitas Udayana Jl. Rumah
Sakit Unud, Jimbaran, Kec.Kuta Selatan, Kabupaten
Badung Bali
2. Manfaat Mata Kuliah : Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa
telah memahami penyakit-penyakit kompromi medis yang berhubungan dengan
kedokteran gigi
3. Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini dirancang untuk mahasiswa PSSKGPDG
yang membahas tentang penyakit-penyakit kompromi medis
4. Standar Kompetensi : Memahami prinsip dan penatalaksanaan penyakit-penyakit
kompromi medis
5. Kompetensi Dasar : Mahasiswa mengetahui penyakit kompromi medis, gejala
klinis, penatalaksanaan, serta kaitan dengan bidang kedokteran gigi
6. Strategi Perkuliahan :
1. Kuliah
2. Diskusi
3. Tugas Mandiri
4. Student Project
5. Kuis
7. Bahan Bacaan :
1. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, fifth edition. p.87-88,99-100,105-106,124-
125. United States of America: American Psychiatric Publishing.
2. Deva PA. (2016). Strategies to manage patients with dental anxiety and
dental phobia: literature review. Clinical, Cosmetic and Investigational
Dentistry; 8:35-50.
3. Maslim R. (2013). Rujukan Ringkas Diagnosis Gangguan Jiwa dari
PPDGJ-III dan DSM-5 Cetakan ke-2 PT Nuh Jaya Jakarta.
4. Sadock BJ, M.D, Sadock VA, M.D., Pedro Ruiz, M.D (2015). Synopsis of
Psychiatry Behavioural Sciencies/Clinical Psychiatry 11th Edition.
Anxiety disorder. Lippincott Williams & wilkins
5. Shelton RC.(2019). Anxiety Disorder. In: In : Ebert MH, Leckman JF,
Petrakis IL. Current Diagnosis & Treatment: Psychiatry.
Lange,McGrawhill education. Third edition. Pp.286-297
6. Stein, M. B. and Sareen, J. 2015. Generalized Anxiety Disorder, New
England Journal of Medicine, 373(21), pp. 2059–2068. doi:
10.1056/NEJMcp1502514.
7. Linstrom CJ, Lucente FE. Infection of The External Ear. Byron J Bailey &
Jonas T Johnson. Head and Neck Surgery Otolaryngology
2006;4(2):1987-2001.
8. Lee KJ. 2003. Infection of The Ear. Essential Otolaryngology.8 ed:462-
493
9. Lore John M. An Atlas of Head and Neck Surgery. Fourth Edition.
Elsevier Inc, Saunders. Copyright 2005
10. Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Third
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Copyright 2006
11. Soetjipto D., Wardhani RS. Guideline Penyakit THT di Indonesia, PP.
PERHATI- KL, 2007
12. Baehr M,, Frotscher M. 2005. Duus’s Topical Diagnosis in Neurology ;
Anatomy, Physiology, Signs, Symptoms. 4th ed. Stuttgart New
York:Thieme.p.31-73
13. Scheld, WM. 2014. Infection of the Central Nervous System.4th ed. Wolter
Kluwer.
14. J.Durham. 2012. Chapter 6: Acute Presentations of Chronic Oro-Facial
Pain Conditions in Dental Emergencies. Blackwell Publishing Ltd.
15. Vaughan & Asbury’s: General Ophthalmology 19th Edition. 2018
16. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. FK UI

8. Tugas-Tugas :
1. Learning Task SGD (diupload ke OASE per individu)
2. Student Project (diupload ke OASE per individu)
9. Tata tertib :
1. Mahasiswa hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran
yang telah disampaikan dengan berpakaian sopan dan rapi disertai kartu
identitas (Daring/Luring)
2. Setiap mahasiswa wajib melakukan presensi di setiap kegiatan
pembelajaran.
3. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka mahasiswa tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan belajar mengajar dan dianggap absen.
4. Jika mahasiswa berhalangan hadir, harus menyertakan surat keterangan
dokter untuk alasan sakit atau surat keterangan dispensasi dari institusi
untuk keterangan mengikuti kegiatan yang menyangkut institusi, dan
harus disampaikan paling lambat 2 (dua) hari setelah mahasiswa yang
bersangkutan kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5. Mahasiswa berhak mengikuti ujian akhir blok atau sejenisnya dengan
syarat kehadiran minimal 70 % dari seluruh kegiatan blok (tutorial/kuliah,
SGD, Pleno, Presentasi Student Project), dan bila mahasiswa tidak
mengikuti ujian utama maka mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti ujian remidial.
6. Sistem penilaian SGD dibagi sesuai dengan jumlah total kegiatan SGD
dalam blok, kecuali ada surat keterangan sakit atau dispensasi.
7. Presentase nilai akhir blok SGD 20%, Student Project 25%, Kuis 15% dan
CBT 40%
8. Nilai akhir blok di publikasikan selambat-lambatnya 14 hari setelah ujian
akhir blok.

9. Jika mahasiswa tidak lulus ujian utama blok, bisa mengikuti ujian remidi
1 (R1) sesuai jadwal di semester yang bersangkutan.
10. Jika hasil ujian R1 tidak lulus, mahasiswa berhak mengikuti ujian remidi 2
(R2) sesuai jadwal di semester yang bersangkutan.
11. Nilai maksimal remidi blok adalah B.
12. Jika hasil remidi 2 (R2) D dan E, mahasiswa wajib mengambil ulang
blok perkuliahan yang bersangkutan sesuai dengan semesternya.

13. Jika ada permasalahan mengenai nilai akhir blok, harap menghubungi
Pengelola Blok pada jam kerja di institusi yang bersangkutan.
14. Jika point 13 tidak bisa teratasi, maka mahasiswa dapat menghubungi
Koordinator Pendidikan fase sarjana.
15. Jika point 14 tidak bisa teratasi, maka mahasiswa dapat menghubungi
Kepala Departemen atau Koordinator Program Studi pada jam kerja di
institusi yang bersangkutan.
10. Kriteria Penilaian : Ujian tertulis
Hasil uji skor Nilai
80 – 100 = A
70 – 79 = B+
65 – 69 = B
60 – 64 = C+
55 – 59 = C
50 – 54 = D+
40 – 49 = D
0-39 = E

11. Jadwal Kuliah :


JADWAL PEMBELAJARAN
BLOK ILMU KEDOKTERAN KLINIS

SEMESTER V TAHUN 2021

Tanggal/Hari Waktu Kegiatan Narasumber Tempat


08.00 -
09.00 Belajar mandiri    
Luh Made
Karisma
Sukmayanti
09.00- LECTURE PSIKOLOGI 1: Pengantar Psikologi Suarya, S. Psi,
10.00 Kesehatan M.A. DARING
Luh Made
Karisma
Sukmayanti
10.00 - LECTURE PSIKOLOGI 2 : Psikologi Secara Umum Suarya, S. Psi,
11.00 Meliputi Persepsi, Atensi, Motivasi, dan Emosi M.A. DARING
I.
dr. Ni Ketut
Kamis, 7
11.00 - LECTURE PSIKIATRI 1 : Anxietas Pada Praktek Sri Diniari,
Oktober 2021
12.00 Kedokteran Gigi Sp.KJ (K) DARING
12.00 -
13.00 Break    
Dr. dr.
Cokorda
Bagus Jaya
13.00 - Lesmana,
14.00 LECTURE PSIKIATRI 2 : Hypnosis for pain in dentistry Sp.KJ (K) DARING
14.00 -
15.00 SGD PSIKOLOGI 1: Pengantar Psikologi Kesehatan  Fasilitator  DARING
15.00 - SGD PSIKOLOGI 2 : Psikologi Secara Umum Meliputi
16.00 Persepsi, Atensi, Motivasi, dan Emosi  Fasilitator  DARING
08.00 -
09.00 Belajar mandiri    
Dr. dr. Made
Lely Rahayu,
09.00- Sp.T.H.T.K.L
10.00 LECTURE THT 1 : Otitis (K), F.I.C.S DARING
dr. Sari
Wulan Dwi
Sutanegara,
Sp.T.H.T.K.
10.00 - L
11.00 LECTURE THT 2 : Sinusitis (K), F.I.C.S DARING
II.
dr. IDG Arta
Jumat, 8 Eka Putra,
Oktober 2021 Sp.T.H.T.K.
11.00 - L (K),
12.00 LECTURE THT 3 : Infeksi Pada Tonsil, Faring, Laring F.I.C.S DARING
12.00 -
13.00 Break

13.00 - SGD PSIKIATRI 1 : Anxietas Pada Praktek Kedokteran


14.00 Gigi  Fasilitator DARING
14.00 -
15.00 SGD PSIKIATRI 2 : Hypnosis for pain in dentistry  Fasilitator DARING
15.00 -
16.00 TUGAS kelompok
III. 08.00 -
Senin, 11 09.00 belajar mandiri  
Oktober 2021 09.00- PLENO PSIKOLOGI 1: Pengantar Psikologi Kesehatan Luh Made DARING
10.00 Karisma
Sukmayanti
Suarya, S. Psi,
M.A.
Luh Made
Karisma
Sukmayanti
10.00 - PLENO PSIKOLOGI 2 : Psikologi Secara Umum Meliputi Suarya, S. Psi,
11.00 Persepsi, Atensi, Motivasi, dan Emosi M.A. DARING
dr. Ni Ketut
11.00 - PLENO PSIKIATRI 1 : Anxietas Pada Praktek Sri Diniari,
12.00 Kedokteran Gigi Sp.KJ (K) DARING
12.00 -
13.00 Break  
Dr. dr.
Cokorda
Bagus Jaya
13.00 - Lesmana,
14.00 PLENO PSIKIATRI 2 : Hypnosis for pain in dentistry Sp.KJ (K) DARING
14.00 -
15.00 SGD THT 1 : Otitis   Fasilitator  DARING
15.00 -
16.00 SGD THT 2 : Sinusitis   Fasilitator  DARING
08.00 -
09.00 Belajar mandiri    

09.00-
10.00 SGD THT 3 : Infeksi Pada Tonsil, Faring, Laring  Fasilitator DARING
dr. Prima
Sanjiwani
Saraswati
Sudarsa,
10.00 - M.Biomed,
11.00 LECTURE KK 1 : Pengantar Ilmu Kulit Kelamin SpKK DARING
dr. Prima
IV. Selasa, 12 Sanjiwani
Oktober 2021 Saraswati
Sudarsa,
11.00 - LECTURE KK 2 : Infeksi Virus, Jamur Dan Bakteri Yang M.Biomed,
12.00 Memiliki Manifestasi Di Orofacial SpKK DARING
12.00 -
13.00 Break

13.00 -
14.00 SGD KK 1 : Pengantar Ilmu Kulit Kelamin  Fasilitator DARING
14.00 - SGD KK 2 : Infeksi Virus, Jamur Dan Bakteri Yang
15.00 Memiliki Manifestasi Di Orofacial  Fasilitator  DARING
15.00 -
16.00 Kuis    
V. 08.00 -
Rabu, 13 09.00 Belajar mandiri    
Oktober 2021  Dr. dr. Made
Lely Rahayu,
09.00- Sp.T.H.T.K.L
10.00 PLENO THT 1 : Otitis (K), F.I.C.S DARING
dr. Sari
Wulan Dwi
Sutanegara,
10.00 - Sp.T.H.T.K.L
11.00 PLENO THT 2 : Sinusitis (K), F.I.C.S DARING
 dr. IDG Arta
Eka Putra,
11.00 - Sp.T.H.T.K.L
12.00 PLENO THT 3 : Infeksi Pada Tonsil, Faring, Laring (K), F.I.C.S DARING
12.00 -
13.00 Break    
 dr. Prima
Sanjiwani
Saraswati
Sudarsa,
13.00 - M.Biomed,
14.00 PLENO KK 1 : Pengantar Ilmu Kulit Kelamin SpKK DARING
14.00 - PLENO KK 2 : Infeksi Virus, Jamur Dan Bakteri Yang  dr. Prima  DARING
15.00 Memiliki Manifestasi Di Orofacial Sanjiwani
Saraswati
Sudarsa,
M.Biomed,
SpKK
15.00 -
16.00 Tugas kelompok    
08.00 -
09.00 Belajar mandiri    
dr.Ni Made
Ayu
Surasmiati,
09.00- LECTURE MATA 1 : Oftalmologi dasar M.Biomed,Sp
10.00 .M (K) DARING
dr. Ni Made
Laksmi Utari,
10.00 - LECTURE MATA 2 : Manifestasi Eyes Disease To Focal M.Biomed,Sp
11.00 Dental Infection .M (K) DARING
dr. IGA Ratna
VI. Kamis, 14
Suryaningrum
Oktober 2021
,
11.00 - M.Biomed,
12.00 LECTURE MATA 3 : Glaucoma Sp.M DARING
12.00 -
13.00 Break  

13.00 -
14.00 SGD MATA 1 : Oftalmologi dasar Fasilitator DARING
14.00 - SGD MATA 2 : Manifestasi Eyes Disease To Focal Dental
15.00 Infection Fasilitator  DARING
15.00 -
16.00 SGD MATA 3 : Glaucoma  Fasilitator  DARING
08.00 -
09.00 Belajar mandiri  
Dr.dr. Ni
Made
09.00- LECTURE NEURO 1 :CNS infection associated with Susilawathi,
10.00 odontogenic infection Sp.S(K) DARING
dr. Ida Ayu
Sri Wijayanti,
10.00 - LECTURE NEURO 2 : TMJ disorder & orofacial pain M.Biomed,
11.00 disorder Sp.S DARING
Dr. dr.
VII. Jumat, 15
Kumara Tini,
Oktober 2021
11.00 - Sp.S (K),
12.00 LECTURE NEURO 3 : Stroke & Epilepsi FINS, FINA  DARING
12.00 -
13.00 Break

13.00 - SGD NEURO 1 : CNS infection associated with


14.00 odontogenic infection  Fasilitator DARING
14.00 -
15.00 SGD NEURO 2 : TMJ disorder & Orofacial pain disorder   Fasilitator  DARING
15.00-
16.00 SGD NEURO 3 : Stroke & Epilepsi   Fasilitator  DARING
VIII. 08.00 -
Senin, 18 09.00 Belajar mandiri    
Oktober 2021  Dr.dr. Ni
Made
09.00- PLENO NEURO 1 : CNS infection associated with Susilawathi,
10.00 odontogenic infection Sp.S(K) DARING
 dr. Ida Ayu
Sri Wijayanti,
10.00 - PLENO NEURO 2 : TMJ disorder & orofacial pain M.Biomed,
11.00 disorder Sp.S DARING
 Dr. dr.
Kumara Tini,
11.00 - Sp.S (K),
12.00 PLENO NEURO 3 : Stroke & Epilepsi FINS, FINA  DARING
12.00 - Break  
13.00
 dr.Ni Made
Ayu
Surasmiati,
13.00 - M.Biomed,Sp
14.00 PLENO MATA 1 : Oftalmologi dasar .M (K) DARING
 dr. Ni Made
Laksmi Utari,
14.00 - PLENO MATA 2 : Manifestasi Eyes Disease To Focal M.Biomed,Sp
15.00 Dental Infection .M (K)  DARING
15.00 -  
16.00 Kuis  
08.00 -
09.00 Belajar mandiri    
dr. IGA Ratna
Suryaningrum
,
09.00- M.Biomed,
10.00 PLENO MATA 3 : Glaucoma Sp.M DARING

10.00 -
11.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
IX.
Rabu, 20 11.00 -
Oktober 2021 12.00 Presentasi SP Penguji SP  DARING
12.00 -
13.00 Break

13.00 -
14.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
14.00 -
15.00 Presentasi SP  Penguji SP  DARING

15.00 -
16.00 Presentasi SP  Penguji SP  DARING
X.
Kamis, 21
Oktober 2021 UJIAN
Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

Denpasar, September 2021


Wakil Mahasiswa Pengelola Blok

drg. Ni Made Ista Prestiyanti, M.Biomed


NIK. 1992111720210522001

Mengetahui,
Koordinator PS. Pendidikan Sarjana dan Profesi Dokter Gigi
Fakultas kedokteran
Universitas Udayana

Dr. dr. Ni Made Linawati,


M.Si NIP.
197902172005012012

Visi :
Visi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
adalah menjadi lembaga pendidikan kedokteran gigi yang menghasilkan lulusan sarjana
kedokteran gigi dan profesi dokter gigi yang profesional, mandiri dan berbudaya serta
mempunyai daya saing di tingkat nasional dan internasional yang unggul di bidang
manajemen dan pelayanan kedokteran gigi pariwisata pada tahun 2030.

Misi :
Memperdayakan PSSKGPDG FK Unud sebagai perguruan tinggi yang melaksanakan Tri
Dharma perguruan tinggi yang berlandaskan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bernilai budaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 10


Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

PENGELOLA BLOK

No Nama Bagian No.HP

1 drg. Ni Made Ista Prestiyanti, M.Biomed Gigi 085737607982

FASILITATOR / PEMBIMBING STUDENT PROJECT

No Nama Klp. No.HP

1 drg. Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp. KGA 1 0818322169


2 drg. Made Eka Widiadnyani, Sp.KG 2 08123888942
3 drg. Gede Indra Sucipta Maker,Sp.Prost 3 085230500023
4 drg. Eka Pramudita Ramadhany,Sp. Perio, FISID 4 081805585151
5 Drg. Media Sukmalia Adibah, Sp.Perio 5 08176992066

PENGUJI STUDENT PROJECT


No Nama Klp. No.HP

1 dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ (K) 1 081338748051


2 dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL 2 081338466039
(K), FICS
3 dr. Prima Sanjiwani Saraswati Sudarsa, 3 08123818826
M.Biomed, Sp. KK
dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M
4 4 082340393727
(K)
5 dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S 5 081337667939

STUDENT PROJECT
 Student Project berupa tinjauan pustaka / laporan kasus (case report).
 Topik Student Project akan diundi (hubungi pengelola blok) dan bimbingan akan
diberikan oleh pembimbing SP masing-masing.
 Mahasiswa wajib mencari beberapa jurnal sesuai topik untuk kemudian didiskusikan dan
dipilih oleh dosen pembimbing.
 Ketentuan jurnal internasional maksimal terbitan 5 tahun terakhir
 Presentasi dan diskusi Student Project akan dinilai oleh dosen penguji dari bidang
bersangkutan.
 Soft copy makalah untuk penguji diberikan paling lambat H – 3 sebelum jadwal presentasi
dengan melampirkan jurnal aslinya.
 Format makalah adalah sebagai berikut : (contoh : case report)
Cover : Judul, lambang Universitas Udayana, nama kelompok, nama anggota
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 11
Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021
kelompok, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Tahun
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Laporan Kasus (yang disampaikan di jurnal)
Bab III ; Pembahasan (yang disampaikan di jurnal)
Bab IV ; Kaitan dengan teori (tinjauan pustaka yang bersangkutan )
Bab V ; Simpulan

TOPIK STUDENT PROJECT


SP1 : Anxietas pada praktek kedokteran gigi
SP2 : Sinusitis Maksilaris
SP3 : Oral Tubercolosis
SP4 : Endophtalmitis related to dental infection
SP5 : Comprehensive assessment of the orofacial pain patient
Daftar Pustaka (minimal 5, dengan referensi dapat berupa text book dan e-book 10
tahun terakhir; jurnal minimal 5 tahun terakhir)
Format penulisan (isi) minimal 25 halaman; spasi 1,5, Times New Roman 12

NARASUMBER

No. Nama Bagian No. HP

1. Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya, S.Psi, Psikologi 085101446634


M.A.
2. dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ (K) Psikiatri 081338748051
3. Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ (K) Psikiatri 0816295779
4. dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL (K),
THT-KL 081338466039
FICS
dr. IDG Arta Eka Putra, Sp.THT-KL (K), FICS THT-KL 081337826317
5.

6. Dr. dr. Made Lely Rahayu, Sp.THT-KL (K) THT-KL 08113998098


7. dr. Prima Sanjiwani Saraswati Sudarsa, Dermatologi dan 08123818826
M.Biomed, Sp. KK Venereologi
8. dr. Ida Ayu Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S Neurologi 081337667939
9. Dr. dr. Kumara Tini, Sp.S (K), FINS, FINA Neurologi 081238701081
10. Dr. dr. Ni Made Susilawathi, Sp.S(K) Neurologi 08124690137

11. dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed, Sp.M Mata


(K) 081338341860
12. dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M (K) Mata 082340393727
13. dr. IGA Ratna Suryaningrum, M.Biomed,Sp. M Mata 08179743247

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 12


Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021
TOPIK 1

PSIKOLOGI (PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN)

Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya, S. Psi, M.A.

ABSTRAK

Pengantar psikologi kesehatan mencakup informasi mengenai pengertian dan peran


psikologi kesehatan dalam membahas kondisi sehat dan sakit yang dialami individu.
Pendekatan biopsikososial dalam kajian psikologi kesehatan, kaitan antara proses mental dan
fisik juga menjadi bahasan dalam topik pengantar psikologi kesehatan. Setelah
menyelesaikan mendapat topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat menunjukkan,
menerapkan, dan melaksanakan informasi mengenai kesehatan dari sudut pandang psikologi,
dan peran psikologi dalam kesehatan, sebagai program preventif maupun intervensi.
Kata kunci: psikologi kesehatan, biopsikososial

LEARNING TASK

1. Jelaskan peran penting psikologi kesehatan dalam kesehatan manusia!


2. Beri atau carilah contoh mengenai keterkaitan bidang psikologi kesehatan dengan
bidang keilmuan Saudara!
3. Jelaskan manfaat mempelajari psikologi kesehatan bagi keilmuan Saudara!

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 13


Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021
TOPIK 2

PERSEPSI, ATENSI, MOTIVASI, EMOSI

Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya, S. Psi, M.A.

ABSTRAK

Persepsi, atensi, emosi, dan emosi merupakan bahasan mengenai proses mental baik
yang bersifat covert (tak nampak) maupun overt (nampak) dalam perilaku manusia dalam
kehidupannya. Persepsi manusia dijelaskan sebagai pengertian dan berkaitan erat dengan
sensasi, karakteristiknya, hukum Gestalt dalam persepsi manusia, termasuk faktor-faktor
yang berperan dalam persepsi manusia. Atensi atau perhatian manusia, erat pula kaitannya
dengan persepsi. Atensi memiliki pengertian dan karakteristik tersendiri, sehingga dapat
berdampak bagi manusia dalam mempersepsi suatu objek. Selanjutnya emosi dan motivasi
juga dijelaskan dalam pengertian, jenis-jenisnya, beberapa teori dalam mengkaji emosi dan
motivasi manusia, serta kaitan atau perwujudan emosi dan motivasi dalam perilaku manusia
di dalam kehidupan.
Kata kunci: persepsi, atensi, motivasi, emosi, perilaku manusia

LEARNING TASK

1. Bagaimanakah persepsi manusia terjadi? Jelaskan.


2. Jelaskan bagimana peran atensi atau perhatian dalam proses persepsi manusia!
3. Jelaskan emosi berdasarkan salah satu teori emosi yang Saudara pahami!
Bagaimanakah individu yang dapat dikatakan cerdas secara emosi?
4. Bagaimana kaitan antara motivasi dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-
hari? Jelaskan.
5. Jelaskan motivasi manusia berdasarkan salah satu teori motivasi yang Saudara
pahami, serta berikan contoh.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 14


Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

TOPIK 3

Anxietas pada Praktek Kedokteran Gigi

dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ (K)

ABSTRAK

Anxietas merupakan merupakan respon normal sebagai respon peringatan akan


ancaman/bahaya dari eksternal dan internal, dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup.
Gejala gangguan anxietas terjadi sekitar 15% dalam praktek medis yang menimbulkan
gangguan fungsi individu. Kecemasan merupakan hal yang sering dialami oleh sebagian
pasien yang akan melakukan prosedur perawatan gigi. Berdasarkan survey yang dilakukan
oleh Al Sarheed, 5-6% populasi dan 16% dari anak usia sekolah dasar yang berusia 6-12
tahun memiliki perasaan takut ke dokter gigi. Perasaan takut dan anxietas/cemas merupakan
penyebab dari 15% kegagalan perawatan gigi.
Gejala anxietas dapat dari gejala ringan seperti ada perasaan cemas, takut,
berkeringat, muka pucat, nafas berat dan taraf berat seperti jantung berdebar kencang, seperti
mau pingsan, leher tercekik, sulit tidur, juga perasaan hilang kendali. Variasi gangguan
anxietas dalam praktek kedokteran gigi bisa berupa gangguan Anxietas Menyeluruh,
Gangguan Panik, Phobia, Obseif Compulsive Disorder (OCD), Post Traumatik Stres
Disorder (PTSD), dan gangguab disosiatif. Penanganan Anxietas bisa dengan terapi non-
farmakologi dan farmakologi. Terapi non-farmakologi berupa terapi relaksasi, Cognitive
Behavior Therapy (CBT), Hipnosis, affirmasi (penguatan positif), desensitisasi, distraksi
dengan musik, dan lain-lain. Terapi farmakologi dengan memberikan anti anxietas seperti
golongan benzodiazepine, anti depresan SSRI, maupun anti psikotik atipikal dosis rendah.

SELF DIRECTING LEARNING


1. Bagaimanakan gejala-gejala anxietas secara umum?
2. Sebutkan berbagai gejala anxietas pada praktek kedokteran gigi!
3. Apakah penyebab timbulnya anxietas pada pasien yang berobat ke dokter gigi?
4. Apakah terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk meredakan anxietas?
5. Apakah terapi farmakologiyang dapat diberikan oleh dokter gigi?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 15


Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

Kasus 1
Seorang perempuan 14 tahun diantar ibunya ke klinik gigi karena mengeluh sakit pada gigi
geraham kanan belakang sejak 1 minggu. Ia menunda-nunda diajak ke dokter karena takut
akan sakit, dan tidak berani melihat darah. Ia memliki pengalaman saat kecil saat giginya
dicabut dan keluar darah. Ia merasa sesak nafas, jantung berdebar, nyeri lambung, sakit
perut, yang membuat ibunya sangat khawatir. Sementara pasien sering menangis karena sakit
gigi dan pipinya terlihat bengkak. Ibunya marah-marah, dan semakin membuat pasien
menangis dan anxietas.
Pertanyaan
1. Apakah gejala anxietas yang ada pada pasien ini?
2. Apakah penyebab anxietas pada pasien?
3. Apakah diagnosis pasien ini?
4. Apakah terapi non farmakologi yang bisa diberikan?
5. Apakah terapi farmakologi yang bisa di berikan?

Kasus 2
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun tiba-tiba saja lari padahal sudah berada di depan ruang
praktek dokter gigi. Rasa takut dan anxietasnya tiba-tiba memuncak Ketika ia melihat dokter
yang menggunakan baju serba putih, bermasker dan melihat dan mendengar suara bor dari
tindakan pasien sebelumnya. Ibu dan ayah pasien kewalahan mengatasi rasa takut dan
anxietas pasien, karena pasien memukul-mukul ayahnya.

Pertanyaan
1. Apakah gejala anxietas pada anak ini?
2. Apakah sebaiknya yang dilakukan dokter gigi dalam mengurangi ketakutan dan rasa
cemas pasien ini?
3. Modifikasi apakah yang bisa dilakukan agar pasien tidak muncul rasa takut atau
cemas saat berobat ke dokter gigi

Referensi
 American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, fifth edition. p.87-88,99-100,105-106,124-125. United States of America:
American Psychiatric Publishing.
 Deva PA. (2016). Strategies to manage patients with dental anxiety and dental phobia:
literature review. Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry; 8:35-50.
 Maslim R. (2013). Rujukan Ringkas Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ-III dan DSM-5
Cetakan ke-2 PT Nuh Jaya Jakarta.
 Sadock BJ, M.D, Sadock VA, M.D., Pedro Ruiz, M.D (2015). Synopsis of Psychiatry
Behavioural Sciencies/Clinical Psychiatry 11th Edition. Anxiety disorder. Lippincott
Williams & wilkins
 Shelton RC.(2019). Anxiety Disorder. In: In : Ebert MH, Leckman JF, Petrakis IL. Current
Diagnosis & Treatment: Psychiatry. Lange,McGrawhill education. Third edition. Pp.286-297
 Stein, M. B. and Sareen, J. 2015. Generalized Anxiety Disorder, New England Journal of
Medicine, 373(21), pp. 2059–2068. doi: 10.1056/NEJMcp1502514.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 16


TOPIK 4
HYPNOSIS IN PAIN FOR DENTISTRY

Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ (K)

ABSTRAK

Hipnosis adalah cara memanfaatkan imajinasi untuk strategi terapeutik yang


dirancang membantu orang merasa dan hidup lebih baik, mengurangi nyeri dan kecemasan
guna mengendalikan kebiasaan dan keadaan disosiasi. Hipnosis telah menduduki posisi
terapi utama dan komplementer, lebih sering disebut sebagai Kedokteran Integratif. Hipnosis
memiliki sejarah panjang digunakan sebagai terapi di luar obat. Hipnosis dapat diidentifikasi
dan digunakan sebagai terapi tambahan yang berharga untuk berbagai strategi psikoterapi.
Hipnosis adalah sekumpulan teknik yang dirancang untuk meningkatkan konsentrasi,
meminimalkan gangguan dan meningkatkan responsivitas untuk saran dalam mengubah
pikiran, perasaan, perilaku, atau kondisi fisiologis. Hipnosis juga dikatakan lebih sebagai
prosedur daripada terapi. Hipnosis efektif untuk orang yang menderita beragam bentuk nyeri,
dengan pengecualian pada mereka yang menolak intervensi hipnosis.
Dalam beberapa tahun terakhir, bukti-bukti anekdotal dan efektivitas hipnosis untuk
mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit dikenal sebagai hypno-analgesia sudah dilengkapi
oleh eksperimen terkontrol yang baik. Banyak dokter gigi telah menemukan bahwa hipnotis
medis tidak hanya membantu kasus-kasus rumit tertentu seperti bruxism atau refleks muntah
terlalu aktif, tetapi juga dapat membuat pengalaman ke dokter gigi menjadi menyenangkan.
Hipnosis dapat digunakan sebagai analgesik, juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan
obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi dosis yang biasanya diberikan. Hal ini menjadi
pilihan pasien dan dokter gigi untuk menentukan jalan terbaik dari suatu tindakan. Bahkan
hipnosis dapat digunakan untuk mempromosikan penyembuhan dan meningkatkan
kenyamanan.
Selama hipnosis, alam sadar dari otak sementara berfokus pada relaksasi agar tidak
mengganggu pikiran. Seperti halnya menggunakan kaca pembesar, fokus sinar matahari
membuat sinar lebih kuat. Ketika pikiran berkonsentrasi dan fokus, dapat digunakan untuk
proses yang lebih kuat. Ketika terhipnotis, seseorang dapat mengalami perubahan fisiologis,
seperti memperlambat denyut nadi dan respirasi, dan peningkatan gelombang alpha di otak.
Orang mungkin juga menjadi lebih terbuka terhadap saran spesifik dan tujuan, seperti
mengurangi rasa sakit. Pada fase pasca sugesti, terapis memperkuat perubahan menggunakan
perilaku baru.
Terapis harus meyakinkan subjek bahwa dia tidak akan malu atau dipermalukan,
tidak akan diminta untuk melakukan apa-apa yang tidak ingin lakukan dalam keadaan sadar.
Hanya subyek yang kuat yang dapat memusatkan perhatian mereka dan terhipnosis.
Hipnoterapi membawa pasien ke kesadaran tentang perasaan dan keinginan dari pikiran
bawah sadar mereka. Hipnosis juga dianjurkan untuk mengelola kecemasan gigi yang ringan.
Ini menggabungkan unsur hipnosis, meditasi dan cara pendampingan dasar yang baik. Non-
invasif, dibutuhkan sedikit waktu tambahan, dan memberdayakan pasien dengan
menyediakan alternatif menarik.

LEARNING TASK

Seorang perempuan, janda berusia 52 tahun datang ke dokter gigi, karena tidak
mampu memakai gigi palsu tanpa mengalami sakit parah dan sensasi kesemutan yang sangat
tidak nyaman di wajahnya dan wilayah temporomandibular. Sensasi yang tidak
menyenangkan berubah menjadi rasa sakit dan kesemutan yang menyebar ke bagian dalam
mulutnya, daerah TMJ dan sisi berlawanan wajahnya. Akhirnya, dia mengalami rasa sakit di
saat-saat ketika dia bahkan tidak mengenakan gigi palsunya. Dia dirujuk ke neurolog dan
psikiater untuk tes investigatif dan sampai pada kesimpulan ada aspek psikologis untuk
masalahnya.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pilihan pengobatan untuk kondisi di atas
2. Jelaskan peran terapis
3. Jelaskan restrukturisasi masalah
4. Jelaskan bagaimana terapi yang diberikan dapat membantu
TOPIK 5

(THT-KL)
OTITIS

Dr.dr.Made Lely Rahayu, Sp.T.H.T.K.L(K)

Abstract
The ear is classified into the outer ear, middle ear and inner ear. Inflammation of the outer ear
and middle ear is known as otitis. Inflammation of the outer ear is known as otitis externa (OE). Otitis
externa can be caused by bacteria, viruses, fungi, irritants, allergies. Inflammation of the middle ear is
referred to as otitis media which is classified according to the time of its course into acute suppurative
otitis media and chronic suppurative otitis media. Both otitis externa and acute suppurative otitis media
have the chief complaint of otalgia, which often confuses pain with tooth infection. Otitis externa
caused by bacteria mainly by Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa based on its
manifestations becomes circumscribed otitis externa if localized in the form of furuncles and diffuse
otitis externa if the location is diffuse. Based on the clinical course, Senturia is divided into pre-
inflammatory stage, acute inflammation stage (mild, moderate, severe), chronic inflammation stage.
Otitis externa caused by fungi or otomycosis mainly by Aspergillus groups such as Aspergilus Niger or
fumigatus and Candida albicans. Otitis externa caused by viruses such as the Herpes simplex virus,
mainly by the Herpes zoster virus which often with some other collection of symptoms in the ear
becomes Ramsay Hunt syndrome. Otitis externa caused by irritants or allergies is known as dermatosis.
Management of otitis externa is ear toilet and therapy according to the cause. Recalsitran external otitis
occurs when therapy fail. There is another term for malignant otitis externa which occurs in patients
with immunodeficiency such as DM, HIV, autoimmune disease.
Acute suppurative otitis media (AOM) is caused by viruses and bacteria. Viruses that cause
acute suppurative otitis media such as Respiratory syncytial virus, influenza A and B, Mumps virus,
Rhinovirus, Enterovirus, Parainfluenza and Adenovirus. Bacteria that cause acute suppurative otitis
media such as Streptococcus pneumoniae, H. influenza, and M. Catarhalis. Management of AOM in the
form of antibiotics according to empirical data. CSOM safe type in acute exacerbations or dangerous
types also cause otalgia complaints. The main clinical symptom in CSOM is discharge from the ear or
intermittent otorrhoea, sometimes accompanied by otalgia. The thing that distinguishes the safe type of
CSOM and the dangerous type is the location of the perforation and the presence or absence of
cholesteatoma.
Learning Task

1. Describe the classification, etiology and clinical manifestations of otitis externa!


2. Describe the staging, etiology and clinical manifestations of AOM!
3. Explain the classification of CSOM!

References

1. Linstrom CJ, Lucente FE. Infection of The External Ear. Byron J Bailey & Jonas T Johnson. Head and
Neck Surgery Otolaryngology 2006;4(2):1987-2001.
2. Lee KJ. 2003. Infection of The Ear. Essential Otolaryngology.8 ed:462-493
TOPIK 6

THT-KL
(SINUSITIS DENTOGEN)

dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL (K), FICS

ABSTRAK

Sinusitis adalah inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal, yang ditandai
dengan gejala hidung tersumbat/obstruksi/kongesti, adanya sekret hidung (baik dari anterior
maupun posterior nasal drip); disertai gejala nyeri wajah baik spontan/pada penekanan di
daerah sinus dan berkurangnya/hilangnya penciuman.
Penyebabnya multifactor, bisa infeksi bakteri, virus, jamur, vasomotor dan alergi.
Namun secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu penyebab rinogen dan dentogen.
Untuk penyebab dentogen, sering didahului infeksi pada gigi premolar dan molar. Symptom:
Pilek disertai ingus / rinore, ingus mengalir ke tenggorok (PND), hidung buntu, nyeri wajah,
demam, batuk, nyeri telinga.

Referensi:
1. Lore John M. An Atlas of Head and Neck Surgery. Fourth Edition. Elsevier Inc,
Saunders. Copyright 2005
2. Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Third Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Copyright 2006
3. Soetjipto D., Wardhani RS. Guideline Penyakit THT di Indonesia, PP. PERHATI-
KL, 2007

LEARNING TASK

1. Anak laki, 9 th, ditemani ibunya, sejak 1 mgg pilek disertai hidung bau sisi kanan
Pertanyaan:
a. Apa kemungkinan yang dialami anak ini?
b. Anamnesa apa yang diperlukan untuk memperjelas diagnosa?
c. Apakah kemungkinan diagnosanya?

2. Ibu, sering mencium bau tak sedap. Riwayat batuk, pilek, ingus ke tenggorok di sangkal
Pertanyaan:
a. Anamnesa apa lagi yang diperlukan?
b. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan?
c. Apakah kemungkinan diagnosanya?
TOPIK 7

THT-KL
(INFEKSI PADA TONSIL, FARING, LARING)

dr. IDG Arta Eka Putra, Sp.THT-KL (K), FICS

ABSTRAK

Faringitis merupakan peradangan pada dinding faring yang dapat disebabkan


oleh virus, bakteri, alergi, trauma ataupun toksin lainnya. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi. Penularan infeksi terjadi melalui
droplet. Diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Gejala dan
tanda yang dapat ditemui pada pasie dengan faringitis antara lain nyeri menelan atau
sulit menelan, nyeri tenggorok, demam, mual, muntah, hingga pembesaran kelenjar limfe
leher. Pada pemeriksaan fisik orofaring didapatkan mukosa faring hiperemi dan dapat
disertai eksudat. Tatalaksana faringitis dilakukan sesuai dengan kemungkinan kausa
penyebabnya.
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer yang terdiri atas susunan kelenjar limfe yang terdapat di dalam rongga
mulut. Bagian dari cincin Waldeyer antara lain tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil
lingual dan lateral band. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan dapat terjadi pada
semua umur, terutama pada anak-anak. Tonsilitis daoat disebabkan oleh virus atau
bakteri. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada pasien dengan tonsillitis antara lain
nyeri menelan, sulit menelan, nyeri tenggorok, demam, lesu, nyeri alih ke telinga
(otalgia) hingga pembesaran kelenjar limfe leher. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pembesaran tonsil dengan mukosa hiperemi yang dapat pula disertai dengan detritus.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tatalaksana pasien
dengan tonsillitis meliputi pengobatan sesuai kausa, simptomatik sesuai dengan keluhan
pasien dan tindakan operatif berupa tonsilektomi atau adenoidektomi.
Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri
atau jamur. Laringitis merupakan salah satu kelainan patologi yang paling sering terjadi
pada laring dan dapat mengenai semua kelompok usia. Laringitis dapat terjadi akibat
invasi langsung ke struktur laring yang diawali infeksi pada saluran nafas atas,
hematogen atau iritasi akibat kontak trauma. Gambaran klinis dapat bervariasi dari suara
serak, batuk, demam, gangguan menelan hingga obstruksi pada jalan nafas atas.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan laringoskopi atau
endoskopi. Tatalaksana untuk pasien laringitis dilakukan sesuai dengan kemungkinan
penyebabnya, antara lain istirahat suara, antibiotik, antifungal, kortikosteroid, terapi
simptomatik sesuai keluhan dan mengatasi faktor resiko.

Learning Task

1. Pasien laki-laki, 16 tahun datang ke poliklinik THT-KL dengan keluhan nyeri tenggorok
sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh meriang, lemas dan batuk kadang-kadang.
Pada pemeriksaan tanda vital didaptkan tensi 110/70, nadi 88 x per menit, respirasi 20
kali per menit dan temperature tubuh 37,4C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mukosa faring tampak hiperemi dan edema, tonsil T1/T1 hiperemi. Tidak didapatkan
pembesaran kelenjar limfe leher.
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Apakah diferensial diagnosis pada pasien ini?
c. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus diatas?
d. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini?

2. Pasien perempuan umur 7 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri
tenggorok sejak 4 hari lalu. Keluhan disertai demam dan batuk. Keluhan seperti ini
dikeluhkan sejak 2 tahun lalu hilang timbul, frekuensi dalam 1 tahun > 6 kali. Riwayat
tidur mengorok ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran tonsil T3/T3,
hiperemis disertai dengan kripte melebar dan detritus.
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Apakah diferensial diagnosis pada pasien ini?
c. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus diatas?
d. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini?

3. Pasien laki-laki usia 4 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan suara serak dan
terkadang sesak sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh batuk, pilek yang disertai
demam sejak 5 hari yang lalu. Untuk mengatasi batuk-pilek, ibu pasien memberikan obat
batuk-pilek yang dibeli sendiri di apotek, namun tidak membaik. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan temperature tubuh 38,50C. Pada pemeriksaan fisik THT-KL
didapatkan mukosa hidung, tonsil dan faring yang hiperemi, disertai retraksi minimal
pada supraklavikula. Pemeriksaan Laringoskopi indirekta didapatkan korda vokalis yang
edema dan hiperemi. Temperatur tubuh.
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Apakah diferensial diagnosis pada pasien ini?
c. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus diatas?
d. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini?
Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

TOPIK 8

DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


(PENGANTAR ILMU DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI DAN
LESI VESIKOBULOSA SERTA ULSERATIF PADA RONGGA MULUT)

dr. Prima Sudarsa, M.Biomed, SpKK

Abstrak

Kelainan yang berupa vesikel, bula serta lesi ulseratif pada rongga mulut merupakan
kondisi yang cukup sering ditemukan dan perlu menjadi perhatian baik oleh seorang Ahli
Dermatologi maupun seorang Dokter Gigi. Kelainan pada rongga mulut ini dapat
merupakan suatu manifestasi dari berbagai kondisi yang berbeda, mencakup infeksi virus,
bakteri dan jamur, reaksi hipersensitivitas, serta proses keganasan. Beberapa kelainan di
Bidang Dermatologi juga memerlukan kolaborasi dengan Dokter Gigi untuk mencari fokal
infeksi yang diketahui dapat memicu penyakit kulitnya.
Dalam mendeskripsikan lesi pada rongga mulut perlu dipahami terlebih dahulu istilah
yang digunakan dalam terminologi yang telah menjadi kesepakatan di Bidang Dermato-
Venereologi atau dikenal dengan efloresensi. Istilah vesikel didefinisikan sebagai
peninggian kulit/membran mukosa yang berisi cairan jernih dengan diameter < 1 cm.
Sedangkan, lesi bula didefinisikan sebagai peninggian kulit/membran mukosa berisi cairan
jernih dengan diameter > 1 cm. Istilah erosi didefinisikan sebagai hilangnya jaringan
kulit/membran mukosa yang mengenai epidermis, tetapi tidak melebihi perbatasan antara
epidermis dan dermis. Biasanya lesi erosi akan sembuh tanpa jaringan parut. Sedangkan,
ulkus didefinisikan sebagai hilangnya jaringan kulit/membran mukosa yang mengenai
seluruh ketebalan epidermis bahkan mencapai dermis dan umumnya sembuh dengan
jaringan parut.
Pada materi ini kelainan vesiko-bulosa dan lesi ulseratif pada rongga mulut yang akan
dibahas adalah infeksi virus berupa herpes simpleks labialis, varisela dan herpes zoster,
morbili, dan HFMD (hand, foot, and mouth disease). Infeksi bakteri yang akan dibahas
adalah sifilis, tuberkulosis, dan gonore. Infeksi jamur yang akan dibahas adalah
kandidiasis. Reaksi hipersensitivitas yang akan dibahas adalah spektrum nekrolisis
epidermal SJS/TEN (Steven’s Johnson Syndrome/Toxic Epidermal Necrolysis) serta
Eritema Multiforme (EM) dan dari keganasan adalah karsinoma sel skuamosa.

Learning Task
1. Seorang laki-laki usia 23 tahun datang untuk perawatan gigi berlubang. Pada pemeriksaan
ternyata didapatkan ulkus soliter pada mukosa bukal, dirasakan tidak nyeri. Pasien tampak
kurus dan mengatakan mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan.
a. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan pada kasus di atas?
b. Apa pemeriksaan awal yang dapat diusulkan untuk membantu diagnosis?
c. Apa KIE yang dapat diberikan?

2. Seorang laki-laki, usia 30 tahun datang kontrol dengan lepuh pada bibir dan bercak-bercak
pada kulit. Lima hari sebelumnya pasien datang untuk cabut gigi dan mendapat antibiotik
dan antinyeri. Pasien juga mengeluh panas badan dan mata berair.
a. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan pada kasus di atas?
b. Apa tindakan awal yang dapat dilakukan?
c. Apa KIE yang dapat diberikan?

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 25


Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021

Sumber Acuan:
◦ Fitzpatrick’s Dermatology Edisi 9 McGraw Hill 2019
◦ Tatalaksana Kelainan Kulit dan Kelamin dengan Manifestasi pada Rongga Mulut
Udayana University Press 2019

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 26


TOPIK 9

NEUROLOGI
(CNS Infection Associated With Odontogenic Infection)

Dr. dr. Ni Made Susilawathi, Sp.S (K)

Abstrak
Infeksi odontogenik merupakan infeksi rongga mulut yang umum terjadi dan
memerlukan penanganan yang baik. Apabila tidak diobati dengan baik, infeksi ini dapat
menyebar melalui rongga wajah hingga ke susunan saraf pusat (SSP) dan menimbulkan
berbagai komplikasi infeksi yang serius seperti thrombosis sinus cavernosus, abses serebri dan
meningitis serta tetanus. Komplikasi infeksi odontogenik ke SSP sangat jarang terjadi, namun
dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyebaran ke SSP sangat mungkin
terjadi akibat anatomi akar gigi atas yang dekat dengan sinus maksilaris yang kemudian dapat
menyebar ke sinus ethoidalis, rongga orbita dan otak.
Tromobosis sinus cavernosus adalah infeksi pada sinus cavernosus dan
menimbulkan trombosis yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari sinus paranasalis. Infeksi
odontogenik yang berat dan tidak diobati dapat menimbulkan penyebaran infeksi ke sinus
paranasalis dan meluas ke sinus cavernosus. Trombosis sinus cavernosus menimbulkan gejala
demam, nyeri dan bengkak daerah periorbita, proptosis, dan kelumpuhan saraf okulomotor.
Abses serebri merupakan infeksi yang berat akibat penyebaran hematogen dari
infeksi sistemik atau penyebaran langsung dari infeksi sinus paranasalis dan gigi. Manifestasi
klinik abses serebri sering tidak spesifik tergantung ukuran dan lokasi abses di otak. Gejala
yang sering dikeluhkan berupa nyeri kepala, mual muntah, defisit neurologi fokal dan
penurunan kesadaran.
Meningitis merupakan infeksi pada meningen (selaput otak) hingga parenkim otak
dengan manifestasi klinis berupa demam, kaku kuduk, kesadaran menurun dan nyeri kepala.
Meningitis dapat terjadi secara henatogen dan akibat perluasan penyebaran infeksi sinus
paranasalis, otogenik serat odontogenik.
Tetanus adalah infeksi yang disebabkan Clostridium tetani (C. tetani) dan
menimbulkan gejala trismus, rigiditas dan spasme otot. Tetanus biasanya terjadi akibat adanya
luka yang terkontaminasi oleh tanah/ benda karat yang mengandung spora C.tetani, namun
penyebaran infeksi dari prosedur pembedahan, penggunaan obat intravena dan infeksi
odontogenik juga pernah dilaporkan meskipun jarang terjadi.
LEARNING TASK
1. Jelaskan mengenai pola penyebaran infeksi odontogenik menimbulkan trombosis sinus
cavernosus, abses serebri dan meningitis
2. Jelaskan mengenai pola penyebaran infeksi odontogenik menimbulkan tetanus

REFERENSI
Baehr M,, Frotscher M. 2005. Duus’s Topical Diagnosis in Neurology ; Anatomy,
Physiology, Signs, Symptoms. 4th ed. Stuttgart New York:Thieme.p.31-73
Scheld, WM. 2014. Infection of the Central Nervous System.4th ed. Wolter Kluwer.
TOPIK 10

NEUROLOGI
(Temporomandibular Disorders and Other Orofacial Pain Disorders)

dr.Ida Ayu Sri Wijayanti, Sp.S

Abstract
Facial and non-headache head pain are significant causes of discomfort and disability
worldwide, though not as common as tension-type and migraine headaches, which have a
global prevalence 38% and 10%, respectively.
Facial or orofacial pain refers to any type of pain in the area bounded by the eyes and the
lower mandibles, including the oral cavity. Virtually all structures in the head and neck region
can
provoke facial pain. Pain that occurs in this area may also be accompanied by pain that is
above the eye or pain that is frontal, parietal, or occipital. Multiple medical and paramedical
disciplines are confronted with facial pain, for example, dentists, manual therapists,
ophthalmologists, psychologists, and ear-nose-throat (ENT), pain, and internal medicine
physicians in addition to neurologists and neurosurgeons. Consequently, the differential
diagnosis is very broad. The diagnostic criteria for orofacial pains can be found both in the
International Association for the Study of Pain (IASP) classification and in the International
Headache Classification (to be re-published in 2013); there are some variations between the
two classifications.

Temporomandibular disorders (TMDs)


Temporomandibular disorders (TMDs) is a collective term for a number of pathologic
conditions of the masticatory system. Their symptomatology is diverse, with orofacial pain
being one of the most common symptoms which causes a particular discomfort to the patients.
Often, TMDs have a very clear etiology, but sometimes it is completely unknown. TMDs is a
collective term which includes a number of clinical signs and symptoms in the masticatory
system, that is, in the temporomandibular joints, the masticatory muscles and the associated
structures.
TMDs are a synonym for craniomandibular disorders and a subclass of musculoskeletal
disorders and, after toothache, they are considered to be the main cause of orofacial pain.
Pain, which is the most common symptom, is usually localized in the masticatory muscles
and/ or in the preauricular region and it worsens upon chewing or other mandibular activities.
The principal findings are tenderness of the TMJ and associated muscles of mastication,
trismus, limited or jerky jaw movements, and evidence of bruxism—tooth wear, and frictional
keratosis of the buccal mucosa and the tongue. Signs of internal derangement of the TMJ
(subluxation) include clicking noises and lateral displacement of the meniscus. Although
radiography, arthroscopy, and magnetic resonance imaging are routinely used for
investigation, none have been evaluated for sensitivity and specificity.
The aims of management are to decrease pain and functional limitation and improve quality of
life. This is done through a wide range of therapies but overall self management through
education needs to be encouraged as improved self-efficacy leads to fewer symptoms.
Therapies range from diet, splint, physiotherapy, drugs, psychological, and surgical.

Orofacial Neuropathic Pain


Neuropathic pain (NP) is defined as pain caused by somatosensory nervous system
injury or disease. It may be classified based on its temporal aspect as episodic or continuous.
The former is characterized by a short duration electric shock pain lasting seconds to minutes.
In general there is a zone or trigger-point (TP) which may be intra or extraoral and when
provoked by a mild non-traumatic stimulus is able to produce moderate to severe paroxysmal
pain. In the latter, pain originates in neural structures, is constant, continuous and burning,
with different and fluctuating
levels of intensity, sometimes without total remission. The following that will be discussed on
this section are: neuralgias, primary headache disorders presenting as facial pain and central
causes of facial pain.

RESOURCES
STANDARD TEXBOOK:
J.Durham. 2012. Chapter 6: Acute Presentations of Chronic Oro-Facial Pain Conditions in
Dental Emergencies. Blackwell Publishing Ltd.

ADDITIONAL READINGS:
Laura Van Deun et al. 2020. Facial Pain: A Comprehensive Review and Proposal for a
Pragmatic Diagnostic Approach. Eur Neurol (2020);83:5–16. DOI: 10.1159/000505727

Jerolimov V. 2009. Temporomandibular Disorders and Orofacial Pain. Medical Sciences


33(2009):53-77.

SCENARIO
Female, 45 years old and presents with a two year history of preauricular pain. The
pain began gradually and she has had periods of weeks when the pain disappeared. The rest
of the time she has pain which fluctuates in severity from 2–7 on a visual analogue scale
(VAS) of 1–10, with in average score of 4. The pain is like drilling, pressing, hurting,
tender, annoying, nagging. The pain begins preauricular and then radiates behind and into
the ear as well as partially down the muscles of the face. It is bilateral but worse on the left.
It is worse when eating hard things or biting into food and is helped by rest and analgesics.
It is associated with some limitation in opening, a clenching habit, and clicking of the left
joint. She suffers from headaches, has occasional tinnitus, back pain, and premenstrual pain,
and does not sleep well. On the HAD score she shows evidence of mild depression and
anxiety. The BPI shows mild impact of the pain on her quality of life. She was recently
divorced and is now bringing up a 12 years old girl on her own. She thinks the pain is
caused by a disease of the joint and would like some surgery for it. On examination there is
some limitation in opening and an audible click on opening wide is heard. The muscles of
mastication are tender on palpation. Intraorally there are signs of frictional keratosis (white
lines) in the buccal mucosa in line with the occlusal plane.

LEARNING TASK
1. What could the possible diagnoses for this case? And describe the reasons for that
assessment?
2. Describe the differential diagnoses for this case
3. Explain the management for this case

.
TOPIK 11

NEUROLOGI
(STROKE AND EPILEPSY)

dr. Kumara Tini, Sp.S(K), FINS, FINA

ABSTRACT
Stroke is a syndrome characterized by rapidly developing clinical symptoms and/or
signs of focal, and at times global, loss of cerebral function, with symptoms lasting more
than 24 hours or leading to death, with no apparent cause other than that of vascular origin.
There are two major categories of brain damage in stroke patients: (1) ischemia, which is
lack of blood flow depriving brain tissue of needed fuel and oxygen, and (2) hemorrhage,
which is the release of blood into the brain and into extravascular spaces within the cranium
or skull contents. The first pathology is ischemic stroke and the latter is called hemorrhage
stroke.

Ischemic Stroke
Ischemic stroke is characterized by the sudden loss of blood circulation to an area of
the brain. The brain depends on its arteries to bring fresh blood from the heart and lungs.
Ischemic stroke can be divided into three different mechanisms: thrombosis, embolism, and
decreased perfusion or blood flow in a region of the brain.
A thrombotic stroke is caused by obstruction of blood flow due to a localized
occlusive process within one or more the brain blood vessels. The lumen of the blood
vessels is narrowed or occluded by an alteration in the vessel wall, mostly due to
atherosclerotic plaque or by superimposed clot formation. An embolic stroke is caused by a
clot within artery which is formed elsewhere within the vascular system. The material may
arise from the heart; from major arteries such as aorta, carotid or vertebral arteries; or from
systemic veins. In the last mechanism of ischemic stroke, diminished flow to brain tissue is
caused by low systemic perfusion pressure. The most common causes are cardiac pump
failure and systemic hypotension.
Signs and symptoms of patient with ischemic stroke are depended on wiich artery is
occluded. There are two main brain vascular supplies. The anterior circulation was supplied
by 2 internal carotid arteries posterior circulation is supplied by 2 vertebral arteries by wich
united at pontomedullary junction to become basilar artery. Both of these will create
different sugn and symptoms of stroke

Hemorrhage Stroke
Hemorrhage stroke can be further divided into three subtypes: subarachnoid,
intracerebral, subdural, and epidural.
In subarachnoid hemorrhage, blood leaks out of the vascular bed onto the brain
surface and is disseminated via the spinal fluid pathways into the space around the brain.
The major sources of the subarachnoid hemorrhage are from the rupture of aneurysms or
arteriovenous malformations. Bleeding diatheses or trauma can also produce this kind of
hemorrhage.
Intracerebral hemorrhage means that bleeding occurs into an area of brain tissue. The
cause of primary intracerebral hemorrhage is most often hypertension, with leakage of blood
from small intracerebral arterioles damaged by the elevated blood pressure. It also can be
caused by bleeding diatheses, vascular malformations and vasculopathies. The blood
leakage to the brain parenchymal can be sometimes draining to ventricular system causing
intraventricular hemorrhage.
Subdural and epidural hemorrhage are typically related to head trauma. Injuries or
torn to bridging veins that are located between the dura mater and the arachnoid membrane
causing subdural hemorrhage. The hemorrhage is slow and accumulates during days, weeks
and even a few months before causing neurological deficit. Epidural hemorrhage is caused
by tear of meningeal arteries, mostly the middle meningeal artery. In this type of
hemorrhage, blood accumulates rapidly over minutes to hours between the skull and the
dura mater.

Risk Factors and Management of Stroke


There are modifiable and unmodifiable risk factors of stroke. Unmodifiable risk
factors are including family history, age, sex, prior transient ischemic attack, sickle cell
disease and race. There are factors that can be controlled to prevent and stroke such as high
blood pressure, high cholesterol, cardiovascular disease, carotid artery disease, peripheral
artery disease (PAD), diabetes, high levels of homocysteine, excess weight, cigarette
smoking, physical inactivity, poor nutrition, and alcohol consumption. People with those
risk factors should be recommended to control the modifiable risk factors to primary prevent
them from stroke. However, once a stroke occur, patients should routinely take specific
medicines to prevent them of another stroke which usually result in higher mortality rate.
Secondary stroke prevention depends on the underlying mechanism of primary stroke.
General strategies of stroke treatment including hyperacute and acute management
of stroke, risk factors control, prevention of stroke complications (decubitus ulcer, urinary
infections, phlebo-thrombosis and pulmonary embolism), treat specific pathologies and
pathophysiology, facilitate recovery and improve neurological function. Stroke should be
managed as soon as possible to save as much as functional brain from further damage.
Stroke patients should be referred to hospital for neurological specialty management.
The most accessible, affordable and fast imaging modality to differentiate the two
types of stroke is Computed Tomography scan (CT-scan). Stroke patients should be
examined with CT scan in emergency department to determine the brain pathology as basic
management of the two types of stroke is different. In the setting where CT scan was not
readily available, Siriraj stroke score can be use to diagnosing acute stroke. The Siriraj
stroke score is calculated as (2,5 x level of consciousness) + (2x vomiting) + (2 x headache)
+ (0,1 x blood diastole pressure) – (3 x atheroma markers) – 12 (see table below). A score
above 1 indicates supratentorial hemorrhage, while a score below -1 indicates ischemic
stroke. The score between 1 and -1 represent an equivocal result needing a CT scan
confirmation. The diagnostic sensitivity of the score for cerebral hemorrhage and cerebral
infarction were 89,3% and 93,2 respectively.

Patients of ischemic stroke must take medicines to prvent stroke in daily basis even
for life long such as antithrombotic susch as antiplatelet ( ascetosal, clopidogrel,
cilostazole) or anticoagulant (warfarin, coumarin etc.). Other than this medicine for their
risk factor must be taken such as for diabetes and high blood pressure drugs.
Patient with hemorrhagic stroke must do regular blood pressure checking and
medicine as well in order to prevent reccurency of hemorrhage

Abstract

Epilepsy is defined by World Health Organization (WHO) as a chronic disease of


multiple etiologies, characterized by recurring episodes of paroxysmal brain dysfunction
caused by a sudden disorderly and excessive neuronal discharge. A WHO publication has
estimated the mean prevalence of active epilepsy in general to be approximately 8.2 cases
per 1000 in general population.
According to the International League Against Epilepsy, epilepsy is diagnoses when
a person has two or more unprovoked seizures. A seizure is classified as “partial” when
electrical discharge causing it occurs in a specific area of the brain or “generalized” when
the discharge affects the entire brain cortex. When there is loss of awareness, seizures are
termed “complex”. It also can be classified based on the cause, it can be symptomatic
(caused by an identified disease such as brain tumor, post stroke), idiopathic (when genetic
condition is responsible) or cryptogenic (when the cause is unknown). Diagnostic tool such
as electroencephalography (EEG) to record the brain waves and magnetic resonance
imaging are required to classify epilepsy.
People with epilepsy need regular and routine prolonged medical treatment in order
to control recurrences of seizure. The goal of epilepsy management is seizure free with no
medical side effect and patient quality of life is preserved. Approximately 15 medications
are available for treatment of epilepsy. Antiepileptic drugs can be achieved seizure control
in approximately 50% of patients, the rate can increase to 60% after 2 medications.
The most common side effect of antiepileptic drugs seen is drowsiness. Prolonged
use of these medication also affected cognitive function, people with epilepsy especially
pediatric patients have epileptic syndrome along with mental retardation. The cognitive
aspect of patient with epilepsy either is related to medical side effect or Its own syndrome
cause a intellectual deterioration and other social , physical, and psychological
consequences. These may compromise the oral and dental care resulting in oral and dental
diseases.
Epilepsy is important part to deal with in dentistry practice since oral and dental
problem might be attributed to this disease , and antiepileptic drugs used, have the most
common oral side effect encountered dental office is gingival hyperplasia commonly caused
by phenytoin and sometime carbamazepine.
Learning task
Scenario I
A 60-year-old woman came to dentist because of tooth ache. She has history of diabetes and
stroke , and has been on medication for stroke for 3 years without any further stroke
eversince. She came with spactic hemiparesis, she can walked into the consultation room
unassisted. With no history of dizziness or vertigo.
Learning Task
1. Which artery seemed to be involved with her stroke?
2. How would you manage the patient if she need a dental procedure ?

Scenario 2
A 45-year-old man with a history of hypertension and hyperlipidemia, presented to a dental
care with tooth problem he has history of sudden weakness of the right side while he was
doing his job as construction worker and history of decrease of consciouness. On
examination, he His blood pressure is 180/110 mmHg, hearth rate 80/minutes.
1. What was the possible type of the stroke?
2. What would you manage the patient if this patient needs dental treatment?
3. What was the risk factors of stroke of this patient?

Scenario 3
A male epileptic patient 30 years old was brought by family to dental clinic due to dental
problems, He has been on multiple medication of antiepileptic drugs. In order to diagnose
and cure the patient
1. what information do you must take from the patient or family?
2. What would you suggest the patient and family?
TOPIK 12

MATA
OFTALMOLOGI DASAR (BASIC OPHTALMOLOGY)
dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed, Sp.M

ABSTRAK

The orbit is a bony cavity that contains the globe, extraocular muscles, nerves, fat and blood vessels.
The orbital walls are composed of seven bones. The globe or eyeball is a complex part of the eye as
our organ of vision. There are seven extraocular muscles around the eyeball, four rectus muscles, two
oblique muscles, and one levator palpebra muscle. There are six out of twelve cranial nerves (cranial
nerve II-VII) that directly innervate the eye and tissues around it. The main artery supplying the eye is
ophthalmic artery which is the first branch of internal carotid artery.
The eye contains two segments, the anterior and posterior segment. The anterior segment of the eye
consists of eyelid, conjunctiva, cornea, sclera, anterior chamber, iris, pupil, posterior chamber, and
lens. Uvea consist of retina, choroid, and sclera. The anterior segment of the eye can be evaluated
using torch, loupe, and slit-lamp microscope. The posterior segment of the eye consists of vitreous
body, retina, optic nerve, retinal blood vessel, macula, and fovea retinal. The posterior segment can be
evaluated using specially designed tool called an ophthalmoscope.
The function of eye is to see objects. Visual acuity examination is done to exam eye function and
noted as numerator and denominator. Normal visual acuity is 6/6 (in meter) or 20/20 (in feet). If there
is any decrease in visual acuity, pinhole examination is needed to confirm whether it caused by
refractive error or not. Refractive errors are myopia, hypermetropia, and astigmatism. Presbyopia is
an accommodation insufficiency condition and often happens in older adults with complain of
difficult to read.

LEARNING TASK

1. Mention 7 orbital bones that form the orbital cavity!


2. Draw the eyeball in sagittal view!
3. Describe about the vascularization of the eye!
4. Describe about the eye innervation!
5. Describe about pupillary reflect test!
6. Describe how visual acuity test is done!

LEARNING RESOURSES

1. Vaughan: General Ophthalmology


2. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata. FK UI
TOPIK 13

MATA
(PENYAKIT MATA YANG DISEBABKAN OLEH INFEKSI GIGI DAN MULUT)

dr. Ni Made Laksmi Utari, M.Biomed, Sp.M (K)

ABSTRAK

Infeksi gigi dan mulut dapat meluas ke bagian tubuh lain, termasuk mata. Beberapa
manifestasi kelainan mata akibat penyebaran infeksi gigi dan mulut antara lain:

1. Episkleritis dan Skleritis


Episkleritis merupakan suatu inflamasi terlokalisir dari jaringan episklera yang cukup
sering terjadi. Gejala-gejala episkleritis meliputi iritasi ringan, rasa tidak nyaman dan
kemerahan pada konjungtiva dan episklera. Kondisi ini biasanya ringan dan self-limited
dalam 1-2 minggu.
Skleritis merupakan suatu kelainan yang jarang terjadi, ditandai dengan infiltrasi seluler,
destruksi kolagen dan vascular remodeling. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat
disebabkan oleh mediator sel imun maupun akibat infeksi. Pemeriksaan laboratorium akan
membantu dalam mengidentifikasi penyakit sistemik yang mendasari. Terdapat 2 tipe
skleritis yaitu anterior dan posterior. Penanganan awal dari skleritis adalah dengan obat
nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) sistemik.

2. Uveitis Anterior (Iritis & Iridocyclitis)


Uveitis anterior adalah suatu inflamasi akut pada sistem uvea anterior dan biasanya
terjadi unilateral. Tanda dan gejala pada uveitis anterior meliputi nyeri, photophobia (sensitif
terhadap cahaya) dan penglihatan kabur. Pemeriksaan fisik akan tampak kemerahan
sirkumkorneal dengan injeksi minimal pada konjungtiva palpebra. Pupil bisa miosis atau
irregular akibat terjadinya perlengketan iris ke lensa atau kornea. Peradangan yang hanya
terbatas pada bilik mata depan disebut “iritis”, sedangkan jika peradangan meliputi bilik
mata depan dan vitreus anterior disebut “iridosiklitis”. Tatalaksana pada kasus uveitis
anterior adalah dengan pemberian steroid.

3. Selulitis Orbita
Selulitis orbita merupakan suatu infeksi jaringan lunak orbita yang meliputi lemak dan
otot, di posterior dari septum orbita. Selulitis orbita merupakan kondisi yang jarang terjadi
namun merupakan infeksi yang serius dengan risiko tinggi terjadinya kehilangan
penglihatan. Tanda dan gejala selulitis yaitu penglihatan kabur, pembengkakan dan
kemerahan kelopak mata, nyeri serta penglihatan ganda. Managemen selulitis orbita
merupakan rawat inap dan pemberian antibiotik sistemik.
4. Endophthalmitis
Endophthalmitis adalah suatu peradangan intraokular parah yang meliputi ruang anterior
dan posterior, yang dapat disebabkan oleh infeksi eksogen maupun endogen. Tanda dan
gejala pada endophthalmitis meliputi nyeri parah, hilangnya penglihatan, kemerahan pada
konjungtiva dan pus di intraokular. Tatalaksana endophthalmitis adalah dengan pemberian
antibiotik sistemik dan intravitreal.

LEARNING RESOURCES

1. Vaughan: General Ophthalmology


2. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata. FK UI
3. Deborah PL: Manual Diagnostic & Ocular Treatment.
4. PERDAMI: Panduan Ketrampiilan dan Klinis Penyakit Mata, Jakarta, 2006

LEARNING TASK

1. Pasien wanita 45 tahun datang dengan keluhan mata kiri fotofobia, nyeri, berair dan
penglihatan kabur sejak tiga hari yang lalu. Kondisi ini telah terjadi beberapa kali
sebelumnya dan membaik dengan menggunakan tetes mata. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan visus mata kanan 20/20, dan mata kiri 20/50. Pada mata kiri didapatkan
injeksi difus terutama di limbus, pupil miosis dan reflex menurun. Bilik mata depan
dalam, terdapat cell dan flare serta keratik presipitat
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Sebutkan kemungkinan penyebab terjadinya
c. Sebutkan perbedaan antara uveitis anterior non granulomatosa dan granulomatosa
d. Apakah komplikasi yang bisa terjadi pada pasien ini?
e. Bagaimana tatalaksana pasien ini?

2. Pasien laki-laki 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak,
nyeri dan penglihatan menurun sejak 1 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan riwayat
sakit gigi di maxilla kanan sejak 3 hari sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
visus mata kanan 20/80, diplopia, hambatan dan nyeri gerak bola mata, proptosis,
kelopak mata edema dan hiperemis serta kemosis konjungtiva. Mata kiri dalam batas
normal
a. Apakah kemungkinan diagnosis pasien ini?
b. Sebutkan bagaimana mekanisme penyebaran infeksi gigi bs menyebabkan kondisi ini
c. Bagaimana tatalaksana pasien ini?
TOPIK 14

MATA
(Glaucoma)

dr I Gusti Ayu Ratna Suryaningrum, M.Biomed, Sp.M

ABSTRACT

Glaucoma is an acquired chronic optic neuropathy characterized by optic disk


cupping and visual field loss. It is usually associated with raised intraocular pressure.
Glaucoma can be classified into primary, secondary, congenital and absolute glaucoma.
Glaucoma also can de differentiated into acute and chronic glaucoma based on their onset.
The most important risk factors are raised intraocular pressure, age, and genetic
predisposition. The mechanism of raised intraocular pressure in glaucoma is impaired
outflow of aqueous resulting from abnormalities within the drainage system of the anterior
chamber angle (open-angle glaucoma) or impaired access of aqueous to the drainage system
(angle-closure glaucoma).
Visual acuity examination, IOP measurement, Gonioscopy, Ophthalmoscopy and
Visual field examination are required to establish glaucoma diagnosis. Treatment is directed
toward reducing the intraocular pressure and, when possible, correcting the underlying
cause.

LEARNING TASK
Case 1.

A 62-year-old man presented to the emergency department with blurred vision in his right
eye for 1 day. The eye was red, and he had a frontal headache associated with nausea and
vomiting.
1. Mention things you should elaborate from the patient during anamnesis
2. Describe the physical examination you should do to this patient
3. Which diagnosis is the most appropriate?
4. Explain about the initial management of this case

Case 2.
A 55 years old woman complained about narrowing visual field when she was driving her
car since a month ago. There was no redness and pain on her eyes.
1. Mention thing you should elaborate from the patient during anamnesis
2. Mention physical examination you should do to this patient
3. Which diagnosis is the most appropriate?

Case 3.
A 25 years old woman complained about blur vision since six months ago and the blur
vision getting worse every time. Ophthalmology examination found increasing intra ocular
pressure on both eyes, decreasing visual acuity both eye caused by lens opacity. There was
no redness and pain on her eye. Her medical history included Systemic Lupus
Erythemathosus (SLE) on therapy.
1. Mention thing you should elaborate from the patient during anamnesis
2. Which diagnosis is the most appropriate?
3. Explain about the management of this case.
4. What is the suggestion for the patient?

Learning Resources
1. Vaughan & Asbury’s: General Ophthalmology 19th Edition. 2018
2. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. FK UI

Anda mungkin juga menyukai