MODUL PEMBELAJARAN
Semester V
Kode :
Revisi :
KONTRAK PERKULIAHAN
8. Tugas-Tugas :
1. Learning Task SGD (diupload ke OASE per individu)
2. Student Project (diupload ke OASE per individu)
9. Tata tertib :
1. Mahasiswa hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran
yang telah disampaikan dengan berpakaian sopan dan rapi disertai kartu
identitas (Daring/Luring)
2. Setiap mahasiswa wajib melakukan presensi di setiap kegiatan
pembelajaran.
3. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka mahasiswa tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan belajar mengajar dan dianggap absen.
4. Jika mahasiswa berhalangan hadir, harus menyertakan surat keterangan
dokter untuk alasan sakit atau surat keterangan dispensasi dari institusi
untuk keterangan mengikuti kegiatan yang menyangkut institusi, dan
harus disampaikan paling lambat 2 (dua) hari setelah mahasiswa yang
bersangkutan kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5. Mahasiswa berhak mengikuti ujian akhir blok atau sejenisnya dengan
syarat kehadiran minimal 70 % dari seluruh kegiatan blok (tutorial/kuliah,
SGD, Pleno, Presentasi Student Project), dan bila mahasiswa tidak
mengikuti ujian utama maka mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti ujian remidial.
6. Sistem penilaian SGD dibagi sesuai dengan jumlah total kegiatan SGD
dalam blok, kecuali ada surat keterangan sakit atau dispensasi.
7. Presentase nilai akhir blok SGD 20%, Student Project 25%, Kuis 15% dan
CBT 40%
8. Nilai akhir blok di publikasikan selambat-lambatnya 14 hari setelah ujian
akhir blok.
9. Jika mahasiswa tidak lulus ujian utama blok, bisa mengikuti ujian remidi
1 (R1) sesuai jadwal di semester yang bersangkutan.
10. Jika hasil ujian R1 tidak lulus, mahasiswa berhak mengikuti ujian remidi 2
(R2) sesuai jadwal di semester yang bersangkutan.
11. Nilai maksimal remidi blok adalah B.
12. Jika hasil remidi 2 (R2) D dan E, mahasiswa wajib mengambil ulang
blok perkuliahan yang bersangkutan sesuai dengan semesternya.
13. Jika ada permasalahan mengenai nilai akhir blok, harap menghubungi
Pengelola Blok pada jam kerja di institusi yang bersangkutan.
14. Jika point 13 tidak bisa teratasi, maka mahasiswa dapat menghubungi
Koordinator Pendidikan fase sarjana.
15. Jika point 14 tidak bisa teratasi, maka mahasiswa dapat menghubungi
Kepala Departemen atau Koordinator Program Studi pada jam kerja di
institusi yang bersangkutan.
10. Kriteria Penilaian : Ujian tertulis
Hasil uji skor Nilai
80 – 100 = A
70 – 79 = B+
65 – 69 = B
60 – 64 = C+
55 – 59 = C
50 – 54 = D+
40 – 49 = D
0-39 = E
09.00-
10.00 SGD THT 3 : Infeksi Pada Tonsil, Faring, Laring Fasilitator DARING
dr. Prima
Sanjiwani
Saraswati
Sudarsa,
10.00 - M.Biomed,
11.00 LECTURE KK 1 : Pengantar Ilmu Kulit Kelamin SpKK DARING
dr. Prima
IV. Selasa, 12 Sanjiwani
Oktober 2021 Saraswati
Sudarsa,
11.00 - LECTURE KK 2 : Infeksi Virus, Jamur Dan Bakteri Yang M.Biomed,
12.00 Memiliki Manifestasi Di Orofacial SpKK DARING
12.00 -
13.00 Break
13.00 -
14.00 SGD KK 1 : Pengantar Ilmu Kulit Kelamin Fasilitator DARING
14.00 - SGD KK 2 : Infeksi Virus, Jamur Dan Bakteri Yang
15.00 Memiliki Manifestasi Di Orofacial Fasilitator DARING
15.00 -
16.00 Kuis
V. 08.00 -
Rabu, 13 09.00 Belajar mandiri
Oktober 2021 Dr. dr. Made
Lely Rahayu,
09.00- Sp.T.H.T.K.L
10.00 PLENO THT 1 : Otitis (K), F.I.C.S DARING
dr. Sari
Wulan Dwi
Sutanegara,
10.00 - Sp.T.H.T.K.L
11.00 PLENO THT 2 : Sinusitis (K), F.I.C.S DARING
dr. IDG Arta
Eka Putra,
11.00 - Sp.T.H.T.K.L
12.00 PLENO THT 3 : Infeksi Pada Tonsil, Faring, Laring (K), F.I.C.S DARING
12.00 -
13.00 Break
dr. Prima
Sanjiwani
Saraswati
Sudarsa,
13.00 - M.Biomed,
14.00 PLENO KK 1 : Pengantar Ilmu Kulit Kelamin SpKK DARING
14.00 - PLENO KK 2 : Infeksi Virus, Jamur Dan Bakteri Yang dr. Prima DARING
15.00 Memiliki Manifestasi Di Orofacial Sanjiwani
Saraswati
Sudarsa,
M.Biomed,
SpKK
15.00 -
16.00 Tugas kelompok
08.00 -
09.00 Belajar mandiri
dr.Ni Made
Ayu
Surasmiati,
09.00- LECTURE MATA 1 : Oftalmologi dasar M.Biomed,Sp
10.00 .M (K) DARING
dr. Ni Made
Laksmi Utari,
10.00 - LECTURE MATA 2 : Manifestasi Eyes Disease To Focal M.Biomed,Sp
11.00 Dental Infection .M (K) DARING
dr. IGA Ratna
VI. Kamis, 14
Suryaningrum
Oktober 2021
,
11.00 - M.Biomed,
12.00 LECTURE MATA 3 : Glaucoma Sp.M DARING
12.00 -
13.00 Break
13.00 -
14.00 SGD MATA 1 : Oftalmologi dasar Fasilitator DARING
14.00 - SGD MATA 2 : Manifestasi Eyes Disease To Focal Dental
15.00 Infection Fasilitator DARING
15.00 -
16.00 SGD MATA 3 : Glaucoma Fasilitator DARING
08.00 -
09.00 Belajar mandiri
Dr.dr. Ni
Made
09.00- LECTURE NEURO 1 :CNS infection associated with Susilawathi,
10.00 odontogenic infection Sp.S(K) DARING
dr. Ida Ayu
Sri Wijayanti,
10.00 - LECTURE NEURO 2 : TMJ disorder & orofacial pain M.Biomed,
11.00 disorder Sp.S DARING
Dr. dr.
VII. Jumat, 15
Kumara Tini,
Oktober 2021
11.00 - Sp.S (K),
12.00 LECTURE NEURO 3 : Stroke & Epilepsi FINS, FINA DARING
12.00 -
13.00 Break
10.00 -
11.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
IX.
Rabu, 20 11.00 -
Oktober 2021 12.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
12.00 -
13.00 Break
13.00 -
14.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
14.00 -
15.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
15.00 -
16.00 Presentasi SP Penguji SP DARING
X.
Kamis, 21
Oktober 2021 UJIAN
Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021
Mengetahui,
Koordinator PS. Pendidikan Sarjana dan Profesi Dokter Gigi
Fakultas kedokteran
Universitas Udayana
Visi :
Visi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
adalah menjadi lembaga pendidikan kedokteran gigi yang menghasilkan lulusan sarjana
kedokteran gigi dan profesi dokter gigi yang profesional, mandiri dan berbudaya serta
mempunyai daya saing di tingkat nasional dan internasional yang unggul di bidang
manajemen dan pelayanan kedokteran gigi pariwisata pada tahun 2030.
Misi :
Memperdayakan PSSKGPDG FK Unud sebagai perguruan tinggi yang melaksanakan Tri
Dharma perguruan tinggi yang berlandaskan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bernilai budaya.
PENGELOLA BLOK
STUDENT PROJECT
Student Project berupa tinjauan pustaka / laporan kasus (case report).
Topik Student Project akan diundi (hubungi pengelola blok) dan bimbingan akan
diberikan oleh pembimbing SP masing-masing.
Mahasiswa wajib mencari beberapa jurnal sesuai topik untuk kemudian didiskusikan dan
dipilih oleh dosen pembimbing.
Ketentuan jurnal internasional maksimal terbitan 5 tahun terakhir
Presentasi dan diskusi Student Project akan dinilai oleh dosen penguji dari bidang
bersangkutan.
Soft copy makalah untuk penguji diberikan paling lambat H – 3 sebelum jadwal presentasi
dengan melampirkan jurnal aslinya.
Format makalah adalah sebagai berikut : (contoh : case report)
Cover : Judul, lambang Universitas Udayana, nama kelompok, nama anggota
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2021 11
Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021
kelompok, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Tahun
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Laporan Kasus (yang disampaikan di jurnal)
Bab III ; Pembahasan (yang disampaikan di jurnal)
Bab IV ; Kaitan dengan teori (tinjauan pustaka yang bersangkutan )
Bab V ; Simpulan
NARASUMBER
ABSTRAK
LEARNING TASK
ABSTRAK
Persepsi, atensi, emosi, dan emosi merupakan bahasan mengenai proses mental baik
yang bersifat covert (tak nampak) maupun overt (nampak) dalam perilaku manusia dalam
kehidupannya. Persepsi manusia dijelaskan sebagai pengertian dan berkaitan erat dengan
sensasi, karakteristiknya, hukum Gestalt dalam persepsi manusia, termasuk faktor-faktor
yang berperan dalam persepsi manusia. Atensi atau perhatian manusia, erat pula kaitannya
dengan persepsi. Atensi memiliki pengertian dan karakteristik tersendiri, sehingga dapat
berdampak bagi manusia dalam mempersepsi suatu objek. Selanjutnya emosi dan motivasi
juga dijelaskan dalam pengertian, jenis-jenisnya, beberapa teori dalam mengkaji emosi dan
motivasi manusia, serta kaitan atau perwujudan emosi dan motivasi dalam perilaku manusia
di dalam kehidupan.
Kata kunci: persepsi, atensi, motivasi, emosi, perilaku manusia
LEARNING TASK
TOPIK 3
ABSTRAK
Kasus 1
Seorang perempuan 14 tahun diantar ibunya ke klinik gigi karena mengeluh sakit pada gigi
geraham kanan belakang sejak 1 minggu. Ia menunda-nunda diajak ke dokter karena takut
akan sakit, dan tidak berani melihat darah. Ia memliki pengalaman saat kecil saat giginya
dicabut dan keluar darah. Ia merasa sesak nafas, jantung berdebar, nyeri lambung, sakit
perut, yang membuat ibunya sangat khawatir. Sementara pasien sering menangis karena sakit
gigi dan pipinya terlihat bengkak. Ibunya marah-marah, dan semakin membuat pasien
menangis dan anxietas.
Pertanyaan
1. Apakah gejala anxietas yang ada pada pasien ini?
2. Apakah penyebab anxietas pada pasien?
3. Apakah diagnosis pasien ini?
4. Apakah terapi non farmakologi yang bisa diberikan?
5. Apakah terapi farmakologi yang bisa di berikan?
Kasus 2
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun tiba-tiba saja lari padahal sudah berada di depan ruang
praktek dokter gigi. Rasa takut dan anxietasnya tiba-tiba memuncak Ketika ia melihat dokter
yang menggunakan baju serba putih, bermasker dan melihat dan mendengar suara bor dari
tindakan pasien sebelumnya. Ibu dan ayah pasien kewalahan mengatasi rasa takut dan
anxietas pasien, karena pasien memukul-mukul ayahnya.
Pertanyaan
1. Apakah gejala anxietas pada anak ini?
2. Apakah sebaiknya yang dilakukan dokter gigi dalam mengurangi ketakutan dan rasa
cemas pasien ini?
3. Modifikasi apakah yang bisa dilakukan agar pasien tidak muncul rasa takut atau
cemas saat berobat ke dokter gigi
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, fifth edition. p.87-88,99-100,105-106,124-125. United States of America:
American Psychiatric Publishing.
Deva PA. (2016). Strategies to manage patients with dental anxiety and dental phobia:
literature review. Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry; 8:35-50.
Maslim R. (2013). Rujukan Ringkas Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ-III dan DSM-5
Cetakan ke-2 PT Nuh Jaya Jakarta.
Sadock BJ, M.D, Sadock VA, M.D., Pedro Ruiz, M.D (2015). Synopsis of Psychiatry
Behavioural Sciencies/Clinical Psychiatry 11th Edition. Anxiety disorder. Lippincott
Williams & wilkins
Shelton RC.(2019). Anxiety Disorder. In: In : Ebert MH, Leckman JF, Petrakis IL. Current
Diagnosis & Treatment: Psychiatry. Lange,McGrawhill education. Third edition. Pp.286-297
Stein, M. B. and Sareen, J. 2015. Generalized Anxiety Disorder, New England Journal of
Medicine, 373(21), pp. 2059–2068. doi: 10.1056/NEJMcp1502514.
ABSTRAK
LEARNING TASK
Seorang perempuan, janda berusia 52 tahun datang ke dokter gigi, karena tidak
mampu memakai gigi palsu tanpa mengalami sakit parah dan sensasi kesemutan yang sangat
tidak nyaman di wajahnya dan wilayah temporomandibular. Sensasi yang tidak
menyenangkan berubah menjadi rasa sakit dan kesemutan yang menyebar ke bagian dalam
mulutnya, daerah TMJ dan sisi berlawanan wajahnya. Akhirnya, dia mengalami rasa sakit di
saat-saat ketika dia bahkan tidak mengenakan gigi palsunya. Dia dirujuk ke neurolog dan
psikiater untuk tes investigatif dan sampai pada kesimpulan ada aspek psikologis untuk
masalahnya.
Pertanyaan:
1. Jelaskan pilihan pengobatan untuk kondisi di atas
2. Jelaskan peran terapis
3. Jelaskan restrukturisasi masalah
4. Jelaskan bagaimana terapi yang diberikan dapat membantu
TOPIK 5
(THT-KL)
OTITIS
Abstract
The ear is classified into the outer ear, middle ear and inner ear. Inflammation of the outer ear
and middle ear is known as otitis. Inflammation of the outer ear is known as otitis externa (OE). Otitis
externa can be caused by bacteria, viruses, fungi, irritants, allergies. Inflammation of the middle ear is
referred to as otitis media which is classified according to the time of its course into acute suppurative
otitis media and chronic suppurative otitis media. Both otitis externa and acute suppurative otitis media
have the chief complaint of otalgia, which often confuses pain with tooth infection. Otitis externa
caused by bacteria mainly by Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa based on its
manifestations becomes circumscribed otitis externa if localized in the form of furuncles and diffuse
otitis externa if the location is diffuse. Based on the clinical course, Senturia is divided into pre-
inflammatory stage, acute inflammation stage (mild, moderate, severe), chronic inflammation stage.
Otitis externa caused by fungi or otomycosis mainly by Aspergillus groups such as Aspergilus Niger or
fumigatus and Candida albicans. Otitis externa caused by viruses such as the Herpes simplex virus,
mainly by the Herpes zoster virus which often with some other collection of symptoms in the ear
becomes Ramsay Hunt syndrome. Otitis externa caused by irritants or allergies is known as dermatosis.
Management of otitis externa is ear toilet and therapy according to the cause. Recalsitran external otitis
occurs when therapy fail. There is another term for malignant otitis externa which occurs in patients
with immunodeficiency such as DM, HIV, autoimmune disease.
Acute suppurative otitis media (AOM) is caused by viruses and bacteria. Viruses that cause
acute suppurative otitis media such as Respiratory syncytial virus, influenza A and B, Mumps virus,
Rhinovirus, Enterovirus, Parainfluenza and Adenovirus. Bacteria that cause acute suppurative otitis
media such as Streptococcus pneumoniae, H. influenza, and M. Catarhalis. Management of AOM in the
form of antibiotics according to empirical data. CSOM safe type in acute exacerbations or dangerous
types also cause otalgia complaints. The main clinical symptom in CSOM is discharge from the ear or
intermittent otorrhoea, sometimes accompanied by otalgia. The thing that distinguishes the safe type of
CSOM and the dangerous type is the location of the perforation and the presence or absence of
cholesteatoma.
Learning Task
References
1. Linstrom CJ, Lucente FE. Infection of The External Ear. Byron J Bailey & Jonas T Johnson. Head and
Neck Surgery Otolaryngology 2006;4(2):1987-2001.
2. Lee KJ. 2003. Infection of The Ear. Essential Otolaryngology.8 ed:462-493
TOPIK 6
THT-KL
(SINUSITIS DENTOGEN)
ABSTRAK
Sinusitis adalah inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal, yang ditandai
dengan gejala hidung tersumbat/obstruksi/kongesti, adanya sekret hidung (baik dari anterior
maupun posterior nasal drip); disertai gejala nyeri wajah baik spontan/pada penekanan di
daerah sinus dan berkurangnya/hilangnya penciuman.
Penyebabnya multifactor, bisa infeksi bakteri, virus, jamur, vasomotor dan alergi.
Namun secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu penyebab rinogen dan dentogen.
Untuk penyebab dentogen, sering didahului infeksi pada gigi premolar dan molar. Symptom:
Pilek disertai ingus / rinore, ingus mengalir ke tenggorok (PND), hidung buntu, nyeri wajah,
demam, batuk, nyeri telinga.
Referensi:
1. Lore John M. An Atlas of Head and Neck Surgery. Fourth Edition. Elsevier Inc,
Saunders. Copyright 2005
2. Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Third Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Copyright 2006
3. Soetjipto D., Wardhani RS. Guideline Penyakit THT di Indonesia, PP. PERHATI-
KL, 2007
LEARNING TASK
1. Anak laki, 9 th, ditemani ibunya, sejak 1 mgg pilek disertai hidung bau sisi kanan
Pertanyaan:
a. Apa kemungkinan yang dialami anak ini?
b. Anamnesa apa yang diperlukan untuk memperjelas diagnosa?
c. Apakah kemungkinan diagnosanya?
2. Ibu, sering mencium bau tak sedap. Riwayat batuk, pilek, ingus ke tenggorok di sangkal
Pertanyaan:
a. Anamnesa apa lagi yang diperlukan?
b. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan?
c. Apakah kemungkinan diagnosanya?
TOPIK 7
THT-KL
(INFEKSI PADA TONSIL, FARING, LARING)
ABSTRAK
Learning Task
1. Pasien laki-laki, 16 tahun datang ke poliklinik THT-KL dengan keluhan nyeri tenggorok
sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh meriang, lemas dan batuk kadang-kadang.
Pada pemeriksaan tanda vital didaptkan tensi 110/70, nadi 88 x per menit, respirasi 20
kali per menit dan temperature tubuh 37,4C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mukosa faring tampak hiperemi dan edema, tonsil T1/T1 hiperemi. Tidak didapatkan
pembesaran kelenjar limfe leher.
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Apakah diferensial diagnosis pada pasien ini?
c. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus diatas?
d. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini?
2. Pasien perempuan umur 7 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri
tenggorok sejak 4 hari lalu. Keluhan disertai demam dan batuk. Keluhan seperti ini
dikeluhkan sejak 2 tahun lalu hilang timbul, frekuensi dalam 1 tahun > 6 kali. Riwayat
tidur mengorok ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran tonsil T3/T3,
hiperemis disertai dengan kripte melebar dan detritus.
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Apakah diferensial diagnosis pada pasien ini?
c. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus diatas?
d. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini?
3. Pasien laki-laki usia 4 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan suara serak dan
terkadang sesak sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh batuk, pilek yang disertai
demam sejak 5 hari yang lalu. Untuk mengatasi batuk-pilek, ibu pasien memberikan obat
batuk-pilek yang dibeli sendiri di apotek, namun tidak membaik. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan temperature tubuh 38,50C. Pada pemeriksaan fisik THT-KL
didapatkan mukosa hidung, tonsil dan faring yang hiperemi, disertai retraksi minimal
pada supraklavikula. Pemeriksaan Laringoskopi indirekta didapatkan korda vokalis yang
edema dan hiperemi. Temperatur tubuh.
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Apakah diferensial diagnosis pada pasien ini?
c. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus diatas?
d. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini?
Modul Pembelajaran : Blok Ilmu Kedokteran Klinis – 2021
TOPIK 8
Abstrak
Kelainan yang berupa vesikel, bula serta lesi ulseratif pada rongga mulut merupakan
kondisi yang cukup sering ditemukan dan perlu menjadi perhatian baik oleh seorang Ahli
Dermatologi maupun seorang Dokter Gigi. Kelainan pada rongga mulut ini dapat
merupakan suatu manifestasi dari berbagai kondisi yang berbeda, mencakup infeksi virus,
bakteri dan jamur, reaksi hipersensitivitas, serta proses keganasan. Beberapa kelainan di
Bidang Dermatologi juga memerlukan kolaborasi dengan Dokter Gigi untuk mencari fokal
infeksi yang diketahui dapat memicu penyakit kulitnya.
Dalam mendeskripsikan lesi pada rongga mulut perlu dipahami terlebih dahulu istilah
yang digunakan dalam terminologi yang telah menjadi kesepakatan di Bidang Dermato-
Venereologi atau dikenal dengan efloresensi. Istilah vesikel didefinisikan sebagai
peninggian kulit/membran mukosa yang berisi cairan jernih dengan diameter < 1 cm.
Sedangkan, lesi bula didefinisikan sebagai peninggian kulit/membran mukosa berisi cairan
jernih dengan diameter > 1 cm. Istilah erosi didefinisikan sebagai hilangnya jaringan
kulit/membran mukosa yang mengenai epidermis, tetapi tidak melebihi perbatasan antara
epidermis dan dermis. Biasanya lesi erosi akan sembuh tanpa jaringan parut. Sedangkan,
ulkus didefinisikan sebagai hilangnya jaringan kulit/membran mukosa yang mengenai
seluruh ketebalan epidermis bahkan mencapai dermis dan umumnya sembuh dengan
jaringan parut.
Pada materi ini kelainan vesiko-bulosa dan lesi ulseratif pada rongga mulut yang akan
dibahas adalah infeksi virus berupa herpes simpleks labialis, varisela dan herpes zoster,
morbili, dan HFMD (hand, foot, and mouth disease). Infeksi bakteri yang akan dibahas
adalah sifilis, tuberkulosis, dan gonore. Infeksi jamur yang akan dibahas adalah
kandidiasis. Reaksi hipersensitivitas yang akan dibahas adalah spektrum nekrolisis
epidermal SJS/TEN (Steven’s Johnson Syndrome/Toxic Epidermal Necrolysis) serta
Eritema Multiforme (EM) dan dari keganasan adalah karsinoma sel skuamosa.
Learning Task
1. Seorang laki-laki usia 23 tahun datang untuk perawatan gigi berlubang. Pada pemeriksaan
ternyata didapatkan ulkus soliter pada mukosa bukal, dirasakan tidak nyeri. Pasien tampak
kurus dan mengatakan mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan.
a. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan pada kasus di atas?
b. Apa pemeriksaan awal yang dapat diusulkan untuk membantu diagnosis?
c. Apa KIE yang dapat diberikan?
2. Seorang laki-laki, usia 30 tahun datang kontrol dengan lepuh pada bibir dan bercak-bercak
pada kulit. Lima hari sebelumnya pasien datang untuk cabut gigi dan mendapat antibiotik
dan antinyeri. Pasien juga mengeluh panas badan dan mata berair.
a. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan pada kasus di atas?
b. Apa tindakan awal yang dapat dilakukan?
c. Apa KIE yang dapat diberikan?
Sumber Acuan:
◦ Fitzpatrick’s Dermatology Edisi 9 McGraw Hill 2019
◦ Tatalaksana Kelainan Kulit dan Kelamin dengan Manifestasi pada Rongga Mulut
Udayana University Press 2019
NEUROLOGI
(CNS Infection Associated With Odontogenic Infection)
Abstrak
Infeksi odontogenik merupakan infeksi rongga mulut yang umum terjadi dan
memerlukan penanganan yang baik. Apabila tidak diobati dengan baik, infeksi ini dapat
menyebar melalui rongga wajah hingga ke susunan saraf pusat (SSP) dan menimbulkan
berbagai komplikasi infeksi yang serius seperti thrombosis sinus cavernosus, abses serebri dan
meningitis serta tetanus. Komplikasi infeksi odontogenik ke SSP sangat jarang terjadi, namun
dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyebaran ke SSP sangat mungkin
terjadi akibat anatomi akar gigi atas yang dekat dengan sinus maksilaris yang kemudian dapat
menyebar ke sinus ethoidalis, rongga orbita dan otak.
Tromobosis sinus cavernosus adalah infeksi pada sinus cavernosus dan
menimbulkan trombosis yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari sinus paranasalis. Infeksi
odontogenik yang berat dan tidak diobati dapat menimbulkan penyebaran infeksi ke sinus
paranasalis dan meluas ke sinus cavernosus. Trombosis sinus cavernosus menimbulkan gejala
demam, nyeri dan bengkak daerah periorbita, proptosis, dan kelumpuhan saraf okulomotor.
Abses serebri merupakan infeksi yang berat akibat penyebaran hematogen dari
infeksi sistemik atau penyebaran langsung dari infeksi sinus paranasalis dan gigi. Manifestasi
klinik abses serebri sering tidak spesifik tergantung ukuran dan lokasi abses di otak. Gejala
yang sering dikeluhkan berupa nyeri kepala, mual muntah, defisit neurologi fokal dan
penurunan kesadaran.
Meningitis merupakan infeksi pada meningen (selaput otak) hingga parenkim otak
dengan manifestasi klinis berupa demam, kaku kuduk, kesadaran menurun dan nyeri kepala.
Meningitis dapat terjadi secara henatogen dan akibat perluasan penyebaran infeksi sinus
paranasalis, otogenik serat odontogenik.
Tetanus adalah infeksi yang disebabkan Clostridium tetani (C. tetani) dan
menimbulkan gejala trismus, rigiditas dan spasme otot. Tetanus biasanya terjadi akibat adanya
luka yang terkontaminasi oleh tanah/ benda karat yang mengandung spora C.tetani, namun
penyebaran infeksi dari prosedur pembedahan, penggunaan obat intravena dan infeksi
odontogenik juga pernah dilaporkan meskipun jarang terjadi.
LEARNING TASK
1. Jelaskan mengenai pola penyebaran infeksi odontogenik menimbulkan trombosis sinus
cavernosus, abses serebri dan meningitis
2. Jelaskan mengenai pola penyebaran infeksi odontogenik menimbulkan tetanus
REFERENSI
Baehr M,, Frotscher M. 2005. Duus’s Topical Diagnosis in Neurology ; Anatomy,
Physiology, Signs, Symptoms. 4th ed. Stuttgart New York:Thieme.p.31-73
Scheld, WM. 2014. Infection of the Central Nervous System.4th ed. Wolter Kluwer.
TOPIK 10
NEUROLOGI
(Temporomandibular Disorders and Other Orofacial Pain Disorders)
Abstract
Facial and non-headache head pain are significant causes of discomfort and disability
worldwide, though not as common as tension-type and migraine headaches, which have a
global prevalence 38% and 10%, respectively.
Facial or orofacial pain refers to any type of pain in the area bounded by the eyes and the
lower mandibles, including the oral cavity. Virtually all structures in the head and neck region
can
provoke facial pain. Pain that occurs in this area may also be accompanied by pain that is
above the eye or pain that is frontal, parietal, or occipital. Multiple medical and paramedical
disciplines are confronted with facial pain, for example, dentists, manual therapists,
ophthalmologists, psychologists, and ear-nose-throat (ENT), pain, and internal medicine
physicians in addition to neurologists and neurosurgeons. Consequently, the differential
diagnosis is very broad. The diagnostic criteria for orofacial pains can be found both in the
International Association for the Study of Pain (IASP) classification and in the International
Headache Classification (to be re-published in 2013); there are some variations between the
two classifications.
RESOURCES
STANDARD TEXBOOK:
J.Durham. 2012. Chapter 6: Acute Presentations of Chronic Oro-Facial Pain Conditions in
Dental Emergencies. Blackwell Publishing Ltd.
ADDITIONAL READINGS:
Laura Van Deun et al. 2020. Facial Pain: A Comprehensive Review and Proposal for a
Pragmatic Diagnostic Approach. Eur Neurol (2020);83:5–16. DOI: 10.1159/000505727
SCENARIO
Female, 45 years old and presents with a two year history of preauricular pain. The
pain began gradually and she has had periods of weeks when the pain disappeared. The rest
of the time she has pain which fluctuates in severity from 2–7 on a visual analogue scale
(VAS) of 1–10, with in average score of 4. The pain is like drilling, pressing, hurting,
tender, annoying, nagging. The pain begins preauricular and then radiates behind and into
the ear as well as partially down the muscles of the face. It is bilateral but worse on the left.
It is worse when eating hard things or biting into food and is helped by rest and analgesics.
It is associated with some limitation in opening, a clenching habit, and clicking of the left
joint. She suffers from headaches, has occasional tinnitus, back pain, and premenstrual pain,
and does not sleep well. On the HAD score she shows evidence of mild depression and
anxiety. The BPI shows mild impact of the pain on her quality of life. She was recently
divorced and is now bringing up a 12 years old girl on her own. She thinks the pain is
caused by a disease of the joint and would like some surgery for it. On examination there is
some limitation in opening and an audible click on opening wide is heard. The muscles of
mastication are tender on palpation. Intraorally there are signs of frictional keratosis (white
lines) in the buccal mucosa in line with the occlusal plane.
LEARNING TASK
1. What could the possible diagnoses for this case? And describe the reasons for that
assessment?
2. Describe the differential diagnoses for this case
3. Explain the management for this case
.
TOPIK 11
NEUROLOGI
(STROKE AND EPILEPSY)
ABSTRACT
Stroke is a syndrome characterized by rapidly developing clinical symptoms and/or
signs of focal, and at times global, loss of cerebral function, with symptoms lasting more
than 24 hours or leading to death, with no apparent cause other than that of vascular origin.
There are two major categories of brain damage in stroke patients: (1) ischemia, which is
lack of blood flow depriving brain tissue of needed fuel and oxygen, and (2) hemorrhage,
which is the release of blood into the brain and into extravascular spaces within the cranium
or skull contents. The first pathology is ischemic stroke and the latter is called hemorrhage
stroke.
Ischemic Stroke
Ischemic stroke is characterized by the sudden loss of blood circulation to an area of
the brain. The brain depends on its arteries to bring fresh blood from the heart and lungs.
Ischemic stroke can be divided into three different mechanisms: thrombosis, embolism, and
decreased perfusion or blood flow in a region of the brain.
A thrombotic stroke is caused by obstruction of blood flow due to a localized
occlusive process within one or more the brain blood vessels. The lumen of the blood
vessels is narrowed or occluded by an alteration in the vessel wall, mostly due to
atherosclerotic plaque or by superimposed clot formation. An embolic stroke is caused by a
clot within artery which is formed elsewhere within the vascular system. The material may
arise from the heart; from major arteries such as aorta, carotid or vertebral arteries; or from
systemic veins. In the last mechanism of ischemic stroke, diminished flow to brain tissue is
caused by low systemic perfusion pressure. The most common causes are cardiac pump
failure and systemic hypotension.
Signs and symptoms of patient with ischemic stroke are depended on wiich artery is
occluded. There are two main brain vascular supplies. The anterior circulation was supplied
by 2 internal carotid arteries posterior circulation is supplied by 2 vertebral arteries by wich
united at pontomedullary junction to become basilar artery. Both of these will create
different sugn and symptoms of stroke
Hemorrhage Stroke
Hemorrhage stroke can be further divided into three subtypes: subarachnoid,
intracerebral, subdural, and epidural.
In subarachnoid hemorrhage, blood leaks out of the vascular bed onto the brain
surface and is disseminated via the spinal fluid pathways into the space around the brain.
The major sources of the subarachnoid hemorrhage are from the rupture of aneurysms or
arteriovenous malformations. Bleeding diatheses or trauma can also produce this kind of
hemorrhage.
Intracerebral hemorrhage means that bleeding occurs into an area of brain tissue. The
cause of primary intracerebral hemorrhage is most often hypertension, with leakage of blood
from small intracerebral arterioles damaged by the elevated blood pressure. It also can be
caused by bleeding diatheses, vascular malformations and vasculopathies. The blood
leakage to the brain parenchymal can be sometimes draining to ventricular system causing
intraventricular hemorrhage.
Subdural and epidural hemorrhage are typically related to head trauma. Injuries or
torn to bridging veins that are located between the dura mater and the arachnoid membrane
causing subdural hemorrhage. The hemorrhage is slow and accumulates during days, weeks
and even a few months before causing neurological deficit. Epidural hemorrhage is caused
by tear of meningeal arteries, mostly the middle meningeal artery. In this type of
hemorrhage, blood accumulates rapidly over minutes to hours between the skull and the
dura mater.
Patients of ischemic stroke must take medicines to prvent stroke in daily basis even
for life long such as antithrombotic susch as antiplatelet ( ascetosal, clopidogrel,
cilostazole) or anticoagulant (warfarin, coumarin etc.). Other than this medicine for their
risk factor must be taken such as for diabetes and high blood pressure drugs.
Patient with hemorrhagic stroke must do regular blood pressure checking and
medicine as well in order to prevent reccurency of hemorrhage
Abstract
Scenario 2
A 45-year-old man with a history of hypertension and hyperlipidemia, presented to a dental
care with tooth problem he has history of sudden weakness of the right side while he was
doing his job as construction worker and history of decrease of consciouness. On
examination, he His blood pressure is 180/110 mmHg, hearth rate 80/minutes.
1. What was the possible type of the stroke?
2. What would you manage the patient if this patient needs dental treatment?
3. What was the risk factors of stroke of this patient?
Scenario 3
A male epileptic patient 30 years old was brought by family to dental clinic due to dental
problems, He has been on multiple medication of antiepileptic drugs. In order to diagnose
and cure the patient
1. what information do you must take from the patient or family?
2. What would you suggest the patient and family?
TOPIK 12
MATA
OFTALMOLOGI DASAR (BASIC OPHTALMOLOGY)
dr. Ni Made Ayu Surasmiati, M.Biomed, Sp.M
ABSTRAK
The orbit is a bony cavity that contains the globe, extraocular muscles, nerves, fat and blood vessels.
The orbital walls are composed of seven bones. The globe or eyeball is a complex part of the eye as
our organ of vision. There are seven extraocular muscles around the eyeball, four rectus muscles, two
oblique muscles, and one levator palpebra muscle. There are six out of twelve cranial nerves (cranial
nerve II-VII) that directly innervate the eye and tissues around it. The main artery supplying the eye is
ophthalmic artery which is the first branch of internal carotid artery.
The eye contains two segments, the anterior and posterior segment. The anterior segment of the eye
consists of eyelid, conjunctiva, cornea, sclera, anterior chamber, iris, pupil, posterior chamber, and
lens. Uvea consist of retina, choroid, and sclera. The anterior segment of the eye can be evaluated
using torch, loupe, and slit-lamp microscope. The posterior segment of the eye consists of vitreous
body, retina, optic nerve, retinal blood vessel, macula, and fovea retinal. The posterior segment can be
evaluated using specially designed tool called an ophthalmoscope.
The function of eye is to see objects. Visual acuity examination is done to exam eye function and
noted as numerator and denominator. Normal visual acuity is 6/6 (in meter) or 20/20 (in feet). If there
is any decrease in visual acuity, pinhole examination is needed to confirm whether it caused by
refractive error or not. Refractive errors are myopia, hypermetropia, and astigmatism. Presbyopia is
an accommodation insufficiency condition and often happens in older adults with complain of
difficult to read.
LEARNING TASK
LEARNING RESOURSES
MATA
(PENYAKIT MATA YANG DISEBABKAN OLEH INFEKSI GIGI DAN MULUT)
ABSTRAK
Infeksi gigi dan mulut dapat meluas ke bagian tubuh lain, termasuk mata. Beberapa
manifestasi kelainan mata akibat penyebaran infeksi gigi dan mulut antara lain:
3. Selulitis Orbita
Selulitis orbita merupakan suatu infeksi jaringan lunak orbita yang meliputi lemak dan
otot, di posterior dari septum orbita. Selulitis orbita merupakan kondisi yang jarang terjadi
namun merupakan infeksi yang serius dengan risiko tinggi terjadinya kehilangan
penglihatan. Tanda dan gejala selulitis yaitu penglihatan kabur, pembengkakan dan
kemerahan kelopak mata, nyeri serta penglihatan ganda. Managemen selulitis orbita
merupakan rawat inap dan pemberian antibiotik sistemik.
4. Endophthalmitis
Endophthalmitis adalah suatu peradangan intraokular parah yang meliputi ruang anterior
dan posterior, yang dapat disebabkan oleh infeksi eksogen maupun endogen. Tanda dan
gejala pada endophthalmitis meliputi nyeri parah, hilangnya penglihatan, kemerahan pada
konjungtiva dan pus di intraokular. Tatalaksana endophthalmitis adalah dengan pemberian
antibiotik sistemik dan intravitreal.
LEARNING RESOURCES
LEARNING TASK
1. Pasien wanita 45 tahun datang dengan keluhan mata kiri fotofobia, nyeri, berair dan
penglihatan kabur sejak tiga hari yang lalu. Kondisi ini telah terjadi beberapa kali
sebelumnya dan membaik dengan menggunakan tetes mata. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan visus mata kanan 20/20, dan mata kiri 20/50. Pada mata kiri didapatkan
injeksi difus terutama di limbus, pupil miosis dan reflex menurun. Bilik mata depan
dalam, terdapat cell dan flare serta keratik presipitat
a. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
b. Sebutkan kemungkinan penyebab terjadinya
c. Sebutkan perbedaan antara uveitis anterior non granulomatosa dan granulomatosa
d. Apakah komplikasi yang bisa terjadi pada pasien ini?
e. Bagaimana tatalaksana pasien ini?
2. Pasien laki-laki 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak,
nyeri dan penglihatan menurun sejak 1 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan riwayat
sakit gigi di maxilla kanan sejak 3 hari sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
visus mata kanan 20/80, diplopia, hambatan dan nyeri gerak bola mata, proptosis,
kelopak mata edema dan hiperemis serta kemosis konjungtiva. Mata kiri dalam batas
normal
a. Apakah kemungkinan diagnosis pasien ini?
b. Sebutkan bagaimana mekanisme penyebaran infeksi gigi bs menyebabkan kondisi ini
c. Bagaimana tatalaksana pasien ini?
TOPIK 14
MATA
(Glaucoma)
ABSTRACT
LEARNING TASK
Case 1.
A 62-year-old man presented to the emergency department with blurred vision in his right
eye for 1 day. The eye was red, and he had a frontal headache associated with nausea and
vomiting.
1. Mention things you should elaborate from the patient during anamnesis
2. Describe the physical examination you should do to this patient
3. Which diagnosis is the most appropriate?
4. Explain about the initial management of this case
Case 2.
A 55 years old woman complained about narrowing visual field when she was driving her
car since a month ago. There was no redness and pain on her eyes.
1. Mention thing you should elaborate from the patient during anamnesis
2. Mention physical examination you should do to this patient
3. Which diagnosis is the most appropriate?
Case 3.
A 25 years old woman complained about blur vision since six months ago and the blur
vision getting worse every time. Ophthalmology examination found increasing intra ocular
pressure on both eyes, decreasing visual acuity both eye caused by lens opacity. There was
no redness and pain on her eye. Her medical history included Systemic Lupus
Erythemathosus (SLE) on therapy.
1. Mention thing you should elaborate from the patient during anamnesis
2. Which diagnosis is the most appropriate?
3. Explain about the management of this case.
4. What is the suggestion for the patient?
Learning Resources
1. Vaughan & Asbury’s: General Ophthalmology 19th Edition. 2018
2. Ilyas S: Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. FK UI