Anda di halaman 1dari 11

TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN

Tugas Praktikum,
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Ilmu Tasawuf”

Dosen pengampu :
Eko Nani Fitriono, S.Th.I., M.P.I

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Ana Sakinah
NIM : 17.26.0101.1057

Afriani
NIM : 17.26.0101.1056

Debi Puji Pribadi


NIM : 17.26.0101.1061

Muhammad Jaqub Sihashaleh


NIM : 17.26.0101.1073

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
IBNU KHALDUN NUNUKAN
2020
A. Pendahuluan

Ajaran tasawuf di Nusantara sebagian besar tersebar dalam bentuk


lembaga tarekat, sebagaimana juga terjadi dalam penyebaran tasawuf di dunia
Islam lainnya. Setiap tarekat ini pada umumnya mempunyai beberapa ciri
khas tersendiri yang membedakannya dengan lembaga lainnya dalam Islam.
Ciri-ciri tersebut di antaranya adalah bahwa setiap tarekat mempunyai tokoh
sentral di dalamnya yang disebut dengan syekh atau mursyid. Di samping itu
tarekat juga mempunyai satu ajaran dan amalan yang khusus yang
membedakannya dengan amalan dalam agama Islam secara umum. Selain itu
ciri lain yang khas adalah tarekat mempunyai silsilah yang mengklaim bahwa
ajaran dan amalannya berasal secara turun temurun dari Nabi Muhammad
saw. Bagi mereka yang menginginkan ajaran dan agama tersebut, maka ia
harus bersumpah setia kepada syekh atau mursyid di dalam tarekat tersebut
yang kemudian hal ini disebut dengan istilah baiat atau janji.

Salah satu dari tarekat yang ada di Indonesia adalah Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid di Lombok. Kehadiran tarekat ini didasari atas
pengalaman spiritual pendirinya. Atas dasar ini penulis akan mengkaji
tentang Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan melalui sebuah wawancara dengan
salah satu tokoh dari ajaran tarekat tersebut yang khususnya berada di
wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara, sehingga dapat
menjadi jelas apa yang menjadi perbedaan antara Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan dengan tarekat-tarekat yang lainnya.

B. Hasil Wawancara

Pertanyaan :

1. Apa nama Tarekatnya?


a. Apa yang mendasari pemberian nama tersebut?
b. Apakah ajaran tarekat tersebut cuma ada di Indonesia?
2. Siapa nama pemimpinnya yang ada di Nunukan?
a. Apa Posisi atau jabatan yang diwawancarai dalam struktur ajaran
tarekat yang ada di Nunukan?
b. Apakah ada kantor sekretariat dari tarekat tersebut?
c. Apa latar belakang sehingga dibentuk tarekat tersebut di Nunukan?
d. Adakah SK dari pusat dalam pembentukan tarekat tersebut?
3. Ada berapa jumlah pengikutnya di Nunukan?
a. Seperti apa Langkah-langkah dalam perekrutannya?
b. Untuk menjadi anggota tarekat adakah syarat-syarat khusus?
c. Apakah yang akan didapatkan apabila seseorang sudah menjadi
anggota?
4. Bagaimana metode yang diajarkan dalam tarekat tersebut?
a. Apa yang melandasi sehingga menggunakan metode tersebut?
b. Apakah ada perbedaan antara ajaran tarekat tersebut dengan tarekat
yang lain?
5. Seperti apa ajaran Dzikirnya?
a. Apakah dalam berdzikir kita bisa melakukan sendiri atau harus
dibimbing oleh seorang guru?
b. Apakah ada sistematika dalam berdzikirnya?
c. Apakah dzikirnya tersebut boleh dilakukan oleh segala usia?
6. Apakah ada pengaruh tarekat tersebut terhadap para pengikutnya?
a. Bagaimana pengaruh tarekat tersebut dalam kehidupan sehari-hari
anggotanya?
b. Apakah ada hal-hal atau pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh
anggotanya?
c. Dalam menjalankan tarekat tersebut apakah pernah terjadi
persinggungan, perbedaan pendapat atau bahkan perpecahan dalam
keanggotaannya?

Jawaban :

1. Nama Tarekat yang dijalankan adalah Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan.


a. Nama Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan diambil dari nama madrasah
yang didirikan yaitu pesantren Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan.

b. Ajaran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan tidak Cuma ada di Indonesia


tapi sekarang ini juga sudah ada di Malaysia

2. Pemimpin Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Nunukan sebenarnya


belum bisa dikatakan ada seorang pimpinan karena mereka merasa
bahwa belum ada yang dianggap sebagai mursyid, tapi di dalam kegiatan
Majelis dzikir al-Inabah dalam bertarekat yang menjadi pimpinan adalah
Ust. Wildan Hakim, S.Pd.

a. Posisi atau jabatan narasumber dalam struktur ajaran tersebut sebagai


pimpinan majelis dzikir al-Inabah.

b. Di Nunukan ini sampai sekarang belum ada sekretariat dari tarekat


Hizib.

c. Selain adanya pengalaman spiritual pendirinya, keberadaan Tarekat


ini juga merupakan respon dari praktek pengamalan Tarekat Qadiriyah
dan Tarekat Naqsyabandiyah yang terkesan terlalu berat dan memiliki
persyaratan yang cukup ketat. Tarekat Hizib tertata dan tersusun
secara praktis serta cukup ringkas tanpa mengesampingkan esensi
sebenarnya sehingga dapat diamalkan oleh setiap orang dalam kondisi
apapun.

d. Kalau di Nunukan belum berupa SK tapi masih berupa panduan dari


Majelis Ulama Indonesia, yang terpenting adalah tidak boleh lepas
dari pemahaman al-Qur’an dan al-Hadist.

3. a. Langkah-langkah perekrutan jamaahnya tidak menggunakan cara


pemaksaan, tapi dengan sosial bermasyarakat, siapa saja yang hendak
bergabung boleh ikut bersam-sama berdzikir ataupun bershalawat.

b. Ketaatan kepada PimpinanTarekat, yaitu Tuan Guru Kiyai Haji


Muhammad Zainudin Abdul Madjid atau yang ditunjuknya.
Mengamalkan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan setiap selesai shalat
lima waktu. Bersedia membantu perjuangan Nahdlatul Wathan.

4. Metodenya melalui berdzikir, sholawat, tahlilan dan arwahan secara


bersama-sama.

a. Dengan menggunakan metode-metode tersebut dilandasi dengan


habluminallah dan habluminannas. Dengan terus mengingat Allah dan
bersholawat atau berdo’a kepada Rasulullah saw, serta dengan terus
menjaga kebersamaan dengan cara sosial bermasyarakat.

b. Perbedaan antara ajaran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dengan


ajaran Tarekat yang lain sepertinya tidak terlalu banyak, biasanya
perbedaannya hanya terdapat dalam jumlah hitungan dzikir dan
wiridnya beserta waktu pelaksanaannya saja.

5. Dzikirnya seperti dzikir yang biasanya dilakukan dalam mazhab Syafi’I


yang sesuai Ahlusunnah wal jama’ah, yaitu “Laa ilaaha illallaah”.

a. Dalam berdzikir boleh dilakukan sendiri-sendiri tetapi alangkah


baiknya dilakukan dengan cara berjamaah juga dengan bimbingan
seorang guru atau mursyid. Dzikir atau doa dalam Nahdhatul
Wathan dapat dilakukan dengan cara : Zikir / wirid Sirr / khofi (tanpa
suara), Dzikir Jahar/Jaaly (Nyaring-Bersuara), Dzikir Fardy: Zikir
sendirian, Dzikir Jamaiy: Zikir berjamaah-bersama-sama.

b. Dzikir dalam tarekat ini menggunakan amalan-amalan dari mazhab


Syafi’I, contoh dzikir setelah sholat fardhu, dari Tarekat Hizib yaitu :
Pertama: Membaca Istighfar

‫ × أَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظـي ِْم الَّ ِذيْ اَل اِلَهَ اِاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّوْ ُم َوأَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه‬٣
Kedua: membaca lafazh:
ُ ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُديُحْ يِ ْي َويُ ِمي‬
ُ‫اَل إِلَهَ إِاَّل هللا‬ ‫ْت َوهُ َو‬ ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه‬
‫َعلَى ُكلِّ َشي ٍْئ قَ ِد ْي ٌر‬
Ketiga: Membaca Doa Allahumma antassalam.

‫ َوإِلَ ْيكَ يَعُوْ ُد ال َّساَل ُم فَ َحيِّنَا َربَّنَا بِال َّساَل ِم‬،‫ َو ِم ْنكَ ال َّساَل ُم‬،‫اَللَّهُ َّم أَ ْنتَ ال َّسالَ ُم‬
‫ار ْكتَ َربَّنَا َوتَ َعالَيْتَ يَا‬ َ ‫ـجنَّةَ د‬
َ َ‫َار ال َّساَل ِم تَب‬ َ ‫االـ َجاَل ِل َواَ ْد ِخ ْلنَا ْال‬
ْ ‫م َو ْا ِإل ْك َرا َذ‬
Keempat: kemudian membaca Surat al-Baqarah ayat 285

‫ﱫ ﱬﱭ ﱮ ﱯ ﱰﱱﱲ ﱴﱵ ﱶ‬
‫ﱷﱸﱹ ﱻﱼ ﱽ ﱾ ﱿﲀ ﲂ‬
‫ﲃﲄﲅﲆﲇﲈ‬
Kelima: membaca Surat al-Fatihah ditambah Surat al-Ikhlas, al-Falaq,
dan an-Nas masing-masing sebanyak 3x.
Keenam: membaca Ayat Kursi.
Ketujuh: Membaca Surat al-Ahzab ayat 56.

‫ﰿ ﱀ ﱁﱂ ﱃ ﱄﱅ ﱆ ﱇ ﱈ ﱉ ﱊ‬
‫ﱋﱌ‬
Kedelapan: Membaca dua ayat di akhir surat attaubah

‫ﱾﱿ ﲀﲁ ﲂ ﲃ‬
‫ﲄﲅﲆﲇﲈ ﲉ‬
‫ﲊ ﲋ ﲌﲍ ﲎ ﲏﲐ ﲑ ﲒ ﲓ‬
‫ﲔﲕﲖ ﲗﲘﲙ ﲚ ﲛ ﲜﲝ ﲞ‬
Kesembilan: Membaca doa:

َ ِ‫ك َو ُح ْس ِن ِعبَا َدت‬


‫ك‬ َ ‫ × اَللَّـهُ َّم اَ ِعنِّي َعلَى ِذ ْك ِر‬٣
َ ‫ك َو ُش ْك ِر‬
Kesepuluh: membaca:

‫ك ْال َج ُّد‬ ْ ‫ َواَل يَ ْنفَ ُع َذ‬، َ‫ْط َي لِ َما َمنَعْت‬


َ ‫اال َج ِّد ِم ْن‬ ِ ‫ َوالَ ُمع‬، َ‫اَللَّهُ َّم اَل َمانِ َع لِ َما أَ ْعطَيْت‬
Kesebelas: baru membaca zikir:
ِ‫ × ُس ْب َحانَ هللا‬٣٣
ِ ‫ × اَ ْل َح ْم ُدهلِل‬٣٣
ْ‫ × هللَا ُ اَ ْكبَر‬٣٣
Kedua belas: setelah itu membaca
ُ ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُديُحْ يِ ْي َويُ ِمي‬
ُ‫اَل إِلَهَ إِاَّل هللا‬ ‫ْت َوهُ َو‬ ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه‬
‫َعلَى ُكلِّ َشي ٍْئ قَ ِد ْي ٌر‬
Ketiga belas: membaca istighfar

‫أَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظـي ِْم الَّ ِذيْ اَل اِلَهَ اِاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّوْ ُم َوأَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه‬
Keempat belas: .membaca

 ُ‫اَل إِلَهَ إِاَّل هللا‬


(Dibaca 300 kali ba’da subuh, 100 kali ba’da isya, 50 kali
bakda dhuhur, 50 kali ba’da ashar, dan 100 kali ba’da
maghrib).
Kelima belas: membaca wirid penutup
Sholawat adrikna: Assholatu wassalamu alaika yaa sayyidi
yaa rosulallah khudz biyadi qollat hilati adrikni.
Keenam belas : Berdoa dengan doa yang diinginkannya. Secara
berjamaah dan makmum mengamini doa imam.
c. Dzikir tersebut boleh dilakukan oleh siapapun baik itu anak-anak,
remaja, dewasa, sampai orang yang sudah tua boleh melakukannya,
bahkan bisa dikatakan sebaiknya dilakukan.

6. Sangat berpengaruh dalam kehidupan pengikutnya.

a. Pengaruhnya di antaranya adalah para jamaah mendapatkan


ketentraman batin yang luar biasa, hubungan antara sesama manusia
dalam sosial kemasyarakatan menjadi lebih baik, menjadi lebih dekat
dengan sang pencipta, keadaan kehidupannya dalam segala aspek
kehidupan menjadi lebih baik.
b. Tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama dan
harus selalu berpatokan pada al-Qur’an dan al-Hadist.

c. Kalau dikatakan perbedaan pendapat sedikit itu sudah biasa dalam


kehidupan sosial bermasyarakat, namun kalau di katakan perpecahan,
hal itu belum pernah dan kita sama-sama berharap tidak akan ada
perpecahan bukan hanya dalam bertarekat saja, dalam berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pun jangan sampai ada
perpecahan.

C. Kesimpulan

Mengartikan tarekat oleh setiap orang boleh saja berbeda-beda, tetapi


esensi dari tarekat itu sendiri tetaplah sama dan dengan tujuan yang sama pula
yaitu jalan untuk lebih mendekatkan diri dan lebih mengenal Allah secara
batiniah. Melalui wawancara yang telah penulis lakukan tentang Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan, maka kita dapat mengetahui bagaimana metode
ataupun cara-cara tarekat tersebut dalam menjalankan perintah agama dalam
hal habluminallaah dan habluminannas sebagaimana dalam ahlusunnah wal
jamaah sesuai mazhab Imam Syafi’I, yang tetap berlandaskan al-Qur’an dan
al-Hadist demi mendapatkan keselamatan di dunia terlebih lagi di akhirat
kelak.
D. Lampiran-lampiran
1. Berita Acara Pelaksanaan Wawancara

BERITA ACARA PELAKSANAAN


WAWANCARA TERKAIT PRAKTIKUM TAREKAT

Dengan telah terlaksananya proses penyelesaian tugas praktikum


tentang tarekat, maka dengan ini kami dari kelompok 2 (dua) semester VI
(enam) yang terdiri dari 4(empat) orang Mahasiswa/mahasiswi Sokelah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Ibnu Khaldun Nunukan yang masing-masing
bernama :

Muhammad Jaqub Sihashaleh : 17.26.0101.1073

Afriani : 17.26.0101.1056

Ana Sakinah : 17.26.0101.1057

Debi Puji Pribadi : 17.26.0101.1061

Berdasarkan dengan telah terlaksananya tugas wawancara tersebut


maka sebagai tanda bukti dari narasumber bahwa wawancara tersebut
betul telah dilaksanakan dalam waktu dan tempat yang telah disepakati
bersama dan ditandatangani sendiri oleh narasumber secara langsung.

Demikian berita acara ini dibuat atas perhatiannya kami dari


kelompok 2(dua) mengucapkan terimakasih.

Nunukan, 14 Juli 2020

Mengetahui,
Narasumber

( Ust. Wildan Hakim, S.Pd)


2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai