SKRIPSI
NURATIQAH
F1C115005
SKRIPSI
NURATIQAH
F1C115005
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan
karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli,
saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Nuratiqah
F1C115005
i
RINGKASAN
Ekstrak etil kulit kayu balam merah mengandung senyawa golongan flavonoid,
terpenoid dan kuinon. Sedangkan pada isolat hasil positif pada terpenoid.
Karakterisasi menggunakan UV-Vis terdapat serapan pada panjang gelombang
maksimum pada 286 nm (Abs= 1,5078 A). Sedangkan hasil karakterisasi dengan
FT-IR diketahui bahwa hasil isolat terdapat gugus OH, C=O, CH3 dan CH2. Dari
hasil pengujian aktivitas antioksidan terhadap ekstrak etil asetat kulit kayu
balam merah memiliki nilai IC50 yaitu sebesar 374,375, dan isolat kulit kayu
balam merah memiliki nilai IC50 149,14 hal tersebut menunjukan bahwa
senyawa tersebut tergolong sedang dan masih berpotensi sebagai antioksidan.
ii
SUMMARY
Extraction and fractionation have been done with grade maceration using solvent
with different polarity, which are n-heksan, ethyl acetate and aceton. The isolation
technique used in this study vacuum chromatograph. Pure coumpound has been
isolated, then tested antioxidant activity, phytochemical screening and identified
by UV-Vis spectrophotometer, Fourier Transform Infrared spectroscopy (FTIR).
Antioxidant activity was carried out by scavenging method using the sTabel 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) free radical. Ascorbic acid used as a positive
control.
Ethyl bark extract balam merah contain flavonoid compounds, terpenoids and
quinones. While on isolates positive results in terpenoids. Characterization using
UV-Vis absorption at a wavelength are maximum at 286 nm (Abs = 1.5078 A).
While the results of characterization by FT-IR results of isolates is known that
there is an OH group, C=O, CH3 and CH2. From the results of testing the
antioxidant activity of the ethyl acetate extract of the roots of balam merah have
IC50 value that is equal to374.375 and isolates the bark of the balam merah have
IC50 149.14 it shows that the compound is classified as moderate and still has
the potential as an antioxidant.
iii
PENGESAHAN
Disetujui oleh :
Diketahui oleh :
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi
iv
RIWAYAT HIDUP
v
PRAKATA
Penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN SENYAWA AKTIF EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT KAYU
BALAM MERAH (PALAQUIUM GUTTA (HOOK.F.)BAILL)” dengan sebaik-
baiknya. Skripsi ini penulis ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana pada Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu dan didukung oleh
berbagai pihak sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Jambi.
2. Dr. Dra. Yusnelti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Jambi serta selaku penguji utama yang telah
meluangkan waktunya dalam kegiatan seminar penulis.
3. Dr. rer. nat. Muhaimin, S.Pd., M.Si. selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bantuan materil, saran, arahan serta semangat selama penulis
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Drs. Nelson, M.Si. selaku pembimbing pendamping yang telah banyak
meluangkan waktunya dan dengan sabar membantu, membimbing serta
mengarahkan selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Dr. Madyawati Latief, S.P., M.Si, Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si. dan Minarni,
S.Pd., M.Si. selaku tim penguji yang telah meluangkan banyak waktunya
dalam kegiatan seminar untuk memberikan saran serta koreksi kepada
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini agar menjadi skripsi yang baik.
6. Seluruh dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Segenap staf Laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi
yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penelitian ini.
8. Alm. Papa yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk semangat dalam
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.
vi
10. Mama, Kakak ku Meriza, Kakak ku Vivi Elza dan Daeng yang sudah ikut
mendoakan, mendukung dan memberikan cinta yang tulus kepada penulis.
11. Sahabat rasa saudara: Titik Paramita Sari (Ayuk Titik), Sukma Juwita
(Mama), Sri Anika Cahayu (Uni Ayu), Monica Futri Yati (Momon), Khonsa
Latifah Syarufa (Teteh), Zulvia Afifah dan Viza Muttaharoh yang penulis
sayangi.
12. Tim penelitian Balam Merah, Stefani Resda dan Beny Bermanto yang sudah
banyak membantu penulis selama masa penelitian ini.
13. Teman-teman tersayang : Kurnia, Vindi, Dyah, Ica, Iis, Gio, Habib, Tami,
Sisil, Devi fty, Likaku, Uple, Wulan, Razman dan Wulan yang selalu bersama
penulis dalam melewati masa-masa indah dan berat perkuliahan hingga
tugas akhir ini.
14. Keluarga baruku, teman-teman seperjuanganku, para mahasiswa/i Kimia
FST UNJA angkatan 2015 yang sangat penulis sayangi dan sabar
menghadapi segala sifat penulis. Terimakasih atas pertemanan dan
kebersamaan ini.
15. Seluruh alumni, senior dan junior Kimia FST UNJA yang turut membantu
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
16. Semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan skripsi
ini baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Walaupun begitu, penulis masih berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Allah.
Jambi, Maret 2020
Penulis
Nuratiqah
NIM. F1C115005
vii
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ i
RINGKASAN .............................................................................................. ii
SUMMARY ................................................................................................ iii
PENGESAHAN........................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
PRAKATA .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................. 3
1.4 Manfaat ........................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Kayu Balam Merah .......................................................................... 4
2.2 Skrining Fitokimia .......................................................................... 4
2.3 Ekstraksi dan Isolasi senyawa organik ............................................. 6
2.4 Identifikasi Senyawa organik ............................................................ 7
2.5 Antioksidan ..................................................................................... 10
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 14
3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian ....................................................... 14
3.3 Metode Penelitian ............................................................................. 14
3.4 Analisis Data ................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 18
4.1 Preparasi Sampel ............................................................................. 18
4.2 Ekstraksi ......................................................................................... 19
4.3 Uji Fitokimia .................................................................................... 20
4.4 Isolasi .............................................................................................. 24
4.5 Hasil Karakterisasi ........................................................................... 28
4.3 Uji Aktivitas Antioksidan .................................................................. 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 30
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 34
viii
5.2 Saran .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35
LAMPIRAN ................................................................................................ 38
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kayu Balam Merah. ..................................................................................................... 4
2. Senyawa anti jamur 2,3-dihidroksipentadekanoat ........................................... 6
3. Reaksi Pembentukan Garam Flavilium ................................................................. 7
4. Reaksi Senyawa Fenolik Dengan FeCl3 ................................................................. 8
5. Reaksi Antara Senyawa Alkaloid Dengan Pereaksi Mayer .............................. 9
6. Reaksi Senyawa Alkaloid Dengan Pereaksi Dragendorff. ................................ 10
8. Reaksi Senyawa Steroid Dengan Reagen Liberman-Burchard...................... 11
9. Reaksi Radikal DPPH Dengan Antioksidan ......................................................... 15
10.Preparasi Sampel Kulit Batang Balam Merah .................................................... 20
11. Pemekatan Ekstrak Menggunakan Rotary Evaporator .................................. 21
12. Uji kualitatif antioksidan ekstrak .......................................................................... 24
13. Kurva regresi linier ekstrak etil asetat kulit kayu balam merah ................. 24
14. Pemurnian sampel menggunakan kromatografi vakum cair........................ 25
15. Uji aktivitas fraksi hasil KVC antioksidan secara kualitatif ......................... 26
16. KLT Sistem 3 eluen isolat .......................................................................................... 26
17. KLT Sistem 3 eluen isolat ......................................................................................... 27
18. Uji aktivitas isolat hasil KVC antioksidan secara kualitatif .......................... 27
19. Spektrum UV senyawa .............................................................................................. 28
20. Spektrum FT-IR Isolat ............................................................................................... 30
21. Struktur senyawa triterpenoid α-Amirin ............................................................. 31
22. Kurva regresi linier isolat kulit kayu balam merah ......................................... 32
23. Kurva regresi linier asam askorbat ....................................................................... 33
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil uji fitokimia ekstrak etil asetat balam merah (Palaquium gutta
(Hook.f.)Baill) ........................................................................................ 22
2. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat kulit kayu balam merah
(Palaquium gutta (Hook.f.)Baill)............................................................. 24
3. Pengelompokan fraksi hasil KVC ekstrak etil asetat kulit kayu balam merah
............................................................................................................ 25
4. Data Pembanding Bilangan Gelombang FT-IR ....................................... 30
5. Hasil uji aktivitas antioksidan isolat kulit kayu balam merah (Palaquium
gutta (Hook.f.)Baill) ............................................................................... 32
6. Hasil uji aktivitas antioksidan asam askorbat .................................. 32
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Umum Penelitian ................................................................... 38
2. Skema Isolasi Senyawa Terpenoid ..................................................... 39
3. Perhitungan .................................................................................... 40
4. Uji Aktivitas Antioksidan................................................................... 42
5. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 45
xii
I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1
2
endemik Provinsi Jambi. Sampai saat ini belum ditemukan penelitian mengenai
kandungan fitokimia tentang palaquium jenis ini (Rahayu et al.,2007).
Rumouw (2017) telah melakukan penelitian terhadap jenis Palaquium lain,
yaitu mengenai kandungan fitokimia yang terdapat di bagian kulit kayu pada
tanaman Nyatoh (Palaquium. Sp) yang mengandung metabolit sekunder berupa
Alkaloid, Flavonoid, Saponin dan Tanin dan uji aktivitasnya yang telah diuji oleh
Lense (2011) Bahwa ekstrak kulit kayu Palaquium sp. mengandung senyawa
alkaloid yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian lain oleh
Suprati (2010) mengenai kandungan bioaktif jenis kayu ini dan uji aktivitasnya
juga telah dilakukan seperti fraksi ekstrak etil eter pada konsentrasi 25% kayu
teras (Palaquium gutta Ball) yang mempunyai aktivitas toksik terhadap rayap
tanah (c. curvinathus Holmgren). Beberapa potensi kandungan bioaktif dan uji
aktivitas seperti aktivitas antibakteri dan antijamur dari jenis kayu ini sudah
pernah dilakukan penelitian. Namun, belum pernah dilakukan uji aktivitas
antioksidan.
Antioksidan merupakan istilah yang banyak dikenal dalam dunia
kesehatan sebagai senyawa yang mempunyai kemampuan dalam menghambat
laju oksidasi molekul lain atau sering dikenal dengan istilah kemampuan
menetralisir radikal bebas. (Wedhasari, 2014). Studi mengenai sifat antioksidan
oleh Sighn dan Jayaprakasha (2002) menyebutkan bahwa sifat antioksidan dari
ekstrak tumbuhan umumnya disebabkan pada tumbuhan terdapat senyawa
fenolat, seperti flavonoid, asam fenolat, dan tanin. Flavonoid dan Tanin memiliki
aktivitas antibakteri karena kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan
dan aktivitas bakteri (Palekahelu, 2018).
Melihat dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa beberapa jenis
palaquium memiliki aktivitas antibakteri yang bersifat menghambat
pertumbuhan bakteri yang membuat jenis palaquium ini juga mempunyai potensi
sebagai antioksidan. Pelarut etil asetat memiliki sifat semi polar yang
memungkinkan untuk menarik banyak senyawa-senyawa aktif. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Isolasi Dan Uji
Aktivitas Antioksidan Senyawa Aktif Ekstrak Etil Asetat Kulit Kayu Balam
Merah (Palaquium gutta (Hook.f.)Baill)”.
3
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Sapoteceae
Genus : Palaquium
Spesies : Palaquium gutta (Hook.f.) Baill.
4
5
Tanaman jenis palaquium ini berasal dari Malaysia dan Indonesia, dapat
hidup liar di hutan-hutan tropis lembab dan panas. Belum banyak diketahui
tentang persyaratan tanah, tetapi kemungkinan serupa dengan Sapodilla. Salah
satu jenis palaquium yang pernah dijumpai adalah Taban merah (Palaquium
gutta), tanaman ini dapat tumbuh besar hingga setinggi 30 m. Permukaan bawah
daunnya tertutup dengan bulu-bulu coklat. Bunganya berwarna hijau pucat dan
buahnya meruncing. Tanaman ini menghasilkan lateks dari kulit di pangkal
batang atau cabang setelah ia dikirim ke luar dari daun. Setidaknya, ada 4 kg
karet kering yang bisa diperoleh dari setiap pohon yang ditapis (Sastrahidayat
dan Soemarno, 1991).
Menurut Sastrahamidjojo (1995), Senyawa-senyawa fenol, baik itu
senyawa monomer maupun oligo- dan polimer fenol terdapat secara luas dalam
tumbuhan berkayu, terutama dalam kayu teras, kulit daun, buah, dan akar.
Secara komersial penyusun-penyusun fenol yang paling penting termasuk dalam
kelompok flavonoid. Taksifolin (dihidrokuosetin) merupakan contoh yang
sederhana yang dapat diperoleh dengan ekstraksi dari pasokan kulit kayu
Douglas fir yang banyak.
Flavonoid
Umumnya senyawa kimia flavonoid ditemukan pada tumbuhan
berpembuluh. Hampir di setiap bagian tanaman terdapat flavonoid, termasuk
buah, serbuk sari, dan akar tanaman yang tersedia dalam bentuk glikosida dan
aglikon flavonoid. Adapun flavonoid utama jenis lain yang juga bisa ditemukan
did alam tanaman adalah dihidrokalkon, kalkon, flavan, katekin (flavan-3-ol),
leukoantosianidin (flavan-3,4-diol), flavanon, flavanol (dihidroflavanol), flavon,
flavonol, garam flavilium, antosianidin dan auron. Berdasarkan strkturnya,
flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi flavonoid (1,3-diarilpropan), isoflavonoid
(1,2-diarilpropan) dan neoflavonoid (1,1-diarilpropan), isoflavonoid (1,2-
diarilpropan) dan neoflavonoid (1,1-diarilpropan) (Harborne, 1987).
Untuk melakukan pengujian kandungan fitokimia flavonoid dapat
digunakan metode Wildstater yaitu HCl pekat dan serbuk magnesium (Mg).
Logam Mg dan HCl pekat digunakan sebagai pereeduksi inti benzopiron pada
struktur flavonoid sehingga menghasilkan perubahan warna menjadi merah dan
jingga disertai terbentuknya gas H2 yang berbentuk gelembung-gelembung disaat
dilakukannya penambahan HCl pekat dan logam Mg (Prashant et al.,2011).
Berikut merupakan reaksi yang terjadi saat identifikasi flavonoid yang dapat
dilihat pada gambar 2.
Senyawa Fenolik
Senyawa fenol mempunyai keterkaitan pada strukturnya dengan aktivitas
antioksidan yang dihasilkan (Meskin et al., 2002). Berbagai efek biologis, salah
satunya aktivitas antioksidan dimiliki senyawa fenolik melalui mekanisme sebagai
pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, peredam terbentuknya singlet
oksigen serta pendonor elektron (Sayuti dan Yenrina, 2015).
Senyawa fenol yang berasal dari tumbuhan mempunyai aneka ragam
senyawa dengan ciri yang sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu
atau dua penyulih hidroksil. Dari ribuan senyawa fenol yang telah diketahui
strukturnya, Flavonoid merupakan golongan terbesar. Tetapi, fenol monolinik
sederhana, fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang
cukup besar. Bebrapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti
lignin, melanin, dan tanin merupakan senyawa polifenol (Harborne, 1987).
Polifenol adalah senyawa yang semua struktur dasarnya berupa fenol dengan
kerangka senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksil lebih dari satu yang
bersifat sebagai mutifungsi karena dapat berperan sebagai agen pereduksi,
pendonor hidrogen, peredam radikal oksigen, dan sebagai pengkelat logam pada
beberapa kasus (Rice-Evans et al., 1996).
Perubahan warna yang mengindikasikan bahwa di dalam sampel yang
diuji mengandung senyawa fenolik ditunjukan dengan terbentuknya warna
kehitaman. Warna hitam yang terbentuk diduga merupakan besi (III) heksa-
fenolat sehingga uji ini memberikan indikasi gugus –OH aromatik. Reaksi antara
senyawa fenolik dengan FeCl3 dapat dilihat pada gambar 3.
Tanin
Tanin termasuk senyawa kimia yang umum ditemukan di dalam
tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, rasa sepat dan mampu
menyamak kulit karena kemampuannya menyambung-silang protein. Tanin
dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut
dalam air.
Secara kimia, tanin dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi secara biosintesis
dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal yang
membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Tanin
terhidrolisis mengandung ikatan ester yang terhidrolisis jika dididihkan dalam
asam klorida encer (Harborne, 1987).
Alkaloid
Senyawa golongan alkaloid memiliki basa nitrogen pada rantai sikliknya dan
mengandung beragam substituen sehingga alkaloid bersifat semi polar (Purba,
2011).
Terpenoid
Terpenoid adalah suatu senyawa kimia yang tersusun oleh molekul
isopren dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih
satuan unit C5 (atom karbon berjumlah C5). Terpenoid terdiri atas beberapa
macam senyawa seperti monoterpen dan seskuiterpen yang mudah menguap;
diterpen yang kurang mudah menguap; dan yang tidak menguap, triterpen dan
sterol.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan
isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Triterpenoid merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering
kali mempunyai titik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan
karena tak ada kereaktifan kimianya (Harborne, 1987).
Steroid
Steroid adalah triterpenoid yang mempunyai bentuk dasar siklopentana
permolekul kompleks hidrofenatren yang larut di dalam lemak atau dalam pelarut
yang kurang polar (Lehninger, 1982). Steroid yang paling banyak adalah sterol yang
merupakan steroid alkohol. Kolestrol merupakan salah satu golongan sterol utama
pada jaringan hewan, sedangkan pada tumbuhan dalam membran selnya
11
mengandung jenis sterol lain terutama stigmasterol yang berbeda dari kolestrol
hanya dalam ikatan ganda di antara karbon 22 dan 23 (Lehninger, 1982).
Uji yang banyak dilakukan untuk steroid dan terpenoid adalah tes
Lieberman-Buchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena
dan sterol memberikan warna hijau-biru (Harborne, 1987). Berikut merupakan
reaksi yang terjadi seperti pada gambar 6.
Saponin
Saponin merupakan metabolit sekunder yang mengandung gugus gula
terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamnosa atau methilposa yang berikata
dengan suatu aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa terpenoid, steroid alkaloid.
Sehingga saponin bersifat polar dan dapat larut dalam air. Saponin juga bersifat
nonpolar karena memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon. Oleh karena itulah dapat
terbentuk busa karena saponin terdispersi diantara senyawa polar dan nonpolar
(Harborne, 1987).
dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Kemudian disaring dan
hasilnya dapat berupa filtrat.
2. Corong pisah
Corong pisah digunakan untuk mengekstraksi senyawa organik yang terlarut
dalam suatu pelarut lainnya dan antara kedua pelarut tidak saling melarutkan.
Dengan demikian akan membentuk dua lapisan dan senyawa organik yang
diinginkan akan ditarik pelarut yang ditambahkan. Teknik ekstraksi hanya dapat
digunakan bila senyawa yang akan diekstraksi kelarutannya lebih besar dalam
pelarut pengekstraksi atau koefisien distribusinya lebih besar serta antara kedua
pelarut tidak saling bercampur.
3. Pemerasan
Teknik pemerasan dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa organik
yang berbentuk cairan atau padatan dari bahan yang berbentuk padatan.
4. Destilasi
Destilasi merupakan pemisahan yang didasarkan karena adanya perbedaan
titik didih antara komponen-komponen yang akan dipisahkan. Terdapat
beberapa teknik destilasi senyawa organik, diantaranya; Destilasi norma,
destilasi uap dan destilasi vakum.
5. Sublimasi
Teknik sublimasi digunakan untuk pemurnian atau memisahkan kotoran
dari suatu bahan yang dimurnikan. Contoh bahan yang dapat dimurnikan
dengan teknik sublimasi adalah iodium dan kamer atau kapur barus.
6. Perkolasi
Perkolasi adalah teknik ekstraksi dengan cara melewatkan pelarut dari
bahan yang akan diekstrak.
7. Sokletasi
Sokletasi merupakan teknik pengekstraksian yang kontinu. Sokletasi
ditujukan untuk menarik zat padat atau cair dari suatu bahan padatan dengan
menggunakan pelarut.
Kromatografi
Kromatografi pada prinsipnya adalah suatu teknik pemisahan
menggunakan dua fasa yaitu fasa gerak (mobile) dan fasa diam (stationary).
Pemisahan dapat terjadi berdasarkan distribusi komponen zat yang dianalisa
(analit) antara dua fasa tersebut dalam mana pemisahan komponen terjadi secara
diferensial yang dibawa fasa gerak melewati fasa diam (Ibrahim dan Marham,
2013).
Kromatografi Kolom. Prinsip kerjanya adalah partisi yaitu penggunaan
fasa diam berupa cairan. Kromatografi kolom diterapakan secara luas untuk
13
Spektrofotometri UV-Visible
Spektroskopi UV dan Vis digunakan untuk tujuan analisis kualitatif dan
kuantitatif. UV mempunyai kisaran sinar dengan panjang gelombang 200-400
nm, merupakan spektrofotometer yang digunakan untuk analisis senyawa
organik yang mengandung gugus kromofor yaitu diene terkonjugasi (C=C-C=C)
dan enon (ketena) C=C-C=O. Sedangkan sinar tampak punya panjang gelombang
400-900 nm, merupakan spektrofotometer yang digunakan untuk analisis
senyawa berwarna (Ibrahim dan Marham, 2013).
pada ikatan baik berupa rentangan (streaching = str) maupun berupa bengkokan
(bending = bend). Spekstroskopi IR diperuntukkan untuk menentukan adanya
gugus-gugus fungsional utama dalam suatu sampel yang diperoleh berdasarkan
bilangan gelombang yang dibutuhkan untuk vibrasi tersebut. Setiap ikatan
mempunyai bilangan gelombang (v) yang spesifik sehingga spektra IR dapat
digunakan untuk melacak gugus fungsional suatu molekul. Setiap molekul
punya spektra IR spesifik atau sidik jari (fingerprint) tertentu. Spektra IR lebih
banyak digunakan untuk melacak gugus fungsi yang spesifik seperti alkena
(C=C), alkuna (C≡C), karbonil (C=O), hidroksi (-OH), nitril (C=N), amina dan amida
(N-H) (Ibrahim dan Marham, 2013).
2.6 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang memiliki peranan penting dalam
menjaga kesehatan karena dapat menangkap molekul radikal bebas sehingga
menghambat reaksi oksidatif dalam tubuh yang merupakan penyebab berbagai
penyakit (Adawiyah et al., 2016). Senyawa radikal bebas dapat berinteraksi
dengan tubuh dan mengakibatkan berbagai penyakit seperti jantung koroner,
penuaan dini dan kanker. Untuk itu maka radikal bebas perlu diatasi dengan
antioksidan. Toksisitas yang rendah dari senyawa antioksidan yang berasal dari
tanaman menyebabkan senyawa ini lebih diminati dibandingkan dengan senyawa
sintetik (Rosahdi et al., 2013). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan
satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas
senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarti, 2010).
Klasifikasi Antioksidan
Pengelompokan antioksidan dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan
sumber didapatkannya (Parwata, 2016) :
1. Antioksidan yang sudah diproduksi di dalam tubuh manusia yang dikenal
sebagai antioksidan endogen atau enzim antioksidan (enzim Superoksida
Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase (GPx), dan Katalase (CAT).
2. Antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan seperti
Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat dan
Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ).
3. Antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman seperti kayu,
kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari seperti Vitamin A,
vitamin C, vitamin E, dan senyawa fenolik (flavonoid).
Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan
Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) adalah salah satu metode
yang paling sering digunakan untuk penyaringan aktivitas antioksidan dari
berbagai macam tanaman obat. Metode DPPH didasarkan pada reduksi dari
15
radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambat radikal bebas. Pengukuran
antioksidan menggunakan metode DPPH tidak membutuhkan banyak reagen dan
lebih cepat.
Metode DPPH
Skrining Fitokimia
Uji Alkaloid. Sebanyak 1 mL sampel dilarutkan dalam beberapa tetes
asam sulfat 2N, kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi
Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif
bila dengan pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah hingga jingga,
dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan dan dengan
pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat (Harbone, 1987).
Uji Flavonoid. Sejumlah sampel ditambahkan beberapa tetes HCl pekat
lalu dimasukkan serbuk Mg. Hasil positif dari pereaksi HCl dan serbuk Mg ini
ditunjukkan dengan terbentuknya buih dan perubahan warna larutan menjadi
jingga (Harbone, 1987).
Uji Saponin. Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas.
Busa yang stabil yang dapat bertahan lama dan tidak hilang pada penambahan
1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya saponin (Harbone, 1987).
Uji Tanin. Sejumlah sampel ditambahkan FeCl3 kemudian campuran
dihomogenkan. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam
kehijauan pada campuran (Harbone, 1987).
Uji Steroid dan Triterpenoid. Sejumlah sampel ditambahkan dengan
asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchad).
Apabila terbentuk warna biru atau hijau menandakan adanya steroid. Apabila
terbentuk warna ungu atau jingga menandakan adanya triterpenoid (Harbone,
1987).
Isolasi Senyawa Organik
Dilakukan kromatografi kolom vakum cair (KVC) menggunakan fase diam
silika gel dengan perbandingan sampel:silika gel (1:20). Ekstrak sampel
diimpregnasi menggunakan silika gel, kemudian ditambahkan ke dalam kolom
yang telah berisi fase diam. Sedangkan fase gerak yang digunakan yaitu n-
heksana:etil asetat dan etil asetat:metanol dengan variasi perbandingan (10:0;
9:1; 8:2; 7:3; 6:4; 5:5; 4:6; 3:7; 2:8; 1:9 dan 0:10). Fraksi yang diperoleh
ditampung dalam botol vial, eluat yang ditampung berdasarkan tiap pita yang
didapat lalu kemudian diuapkan.
Hasil dari kromatografi kolom dilakukan KLT kembali. Eluat yang memiliki
pola noda identik digabungkan berdasarkan nilai Rf pada kromatogram. Fraksi yang
masih memiliki banyak spot noda maka dilanjutkan pemisahan lagi menggunakan
kromatografi kolom gravitasi (KKG). Eluat yang memiliki satu spot noda kemudian
diuji menggunakan 3 eluen berbeda, dimana jika hasil KLT tetap satu spot noda maka
didapatkan isolat. Isolat dimurnikan dengan rekristalisasi
18
4.2 Ekstraksi
20
21
masuk menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung
zat aktif. Proses larutnya zat aktif dengan pelarut sebagai cairan penyari
dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi larutan zat aktif yang ada di dalam
sel dan di luar sel sehingga menyebabkan larutan yang paling pekat terdorong
keluar. Karena prosesnya terjadi secara berulang sehingga mengakibatkan
adanya keseimbangan konsentrasi larutan antara yang di dalam sel dan di luar
sel.
Pada penelitian maserasi yang digunakan adalah maserasi bertingkat.
Maserasi bertingkat akan mengekstrak senyawa secara spesifik pada tiap pelarut
yang digunakan seperti sifat kepolaran dari pelarut. Proses maserasi dimulai dari
pelarut n-heksana yang merupakan pelarut non polar sehingga pada maserasi
pertama senyawa yang ditarik adalah seyawa yang bersifat non polar saja.
Selanjutnya maserasi dilakukan dengan menggunakan pelarut semi polar yaitu
etil asetat dan pada maserasi ketiga pelarut yang digunakan adalah pelarut polar
yaitu metanol.
Sejumlah 1,9 Kg serbuk kulit kayu balam merah yang sudah kering
dimaserasi dengan pelarut n-heksan 5 liter yang sudah didestilasi. Maserasi
dilakukan selama 3 hari dengan 3 kali pengulangan maserasi. Selanjutnya
dilakukan penyaringan dan filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
menggunakan alat rotary evaporator. Ampas bekas n-heksan dilakukan kembali
maserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat sebanyak 5 liter, dilakukan
penyaringan dan dipekatkan. Hal yang sama juga dilakukan pada ampas bekas
etil asetat yang selanjutnya dimaserasi dengan pelarut metanol. Berikut
merupakan gambar proses evaporasi ekstrak kental etil asetat kulit kayu balam
merah.
Alkaloid -
Flavonoid +
Terpenoid +
Tanin -
Kuinon +
Saponin -
Steroid -
tidak menunjukkan hasil positif adanya alkaloid karena pada pengujian tidak
terbentuknya endapan putih dan endapan merah bata.
Pengujian fitokimia tanin dilakukan dengan menambahkan beberapa
tetes larutan FeCl3 1% pada sejumlah ekstrak kedalam plat tetes. Hasil uji positif
ditandai dengan terbentuknya perubahan warna kehitaman pada ekstrak.
Namun pada ekstrak uji tidak terjadi perubahan warna kehitaman yang
menandakan bahwa pada sampel uji tidak terdapat golongan senyawa tanin.
Pengujian fitokimia steroid dan terpenoid dilakukan dengan
menambahkan beberapa tetes asam asetat anhidrat kedalam sejumlah ekstrak
yang sudah dilarutkan dengan kloroform yang selanjutnya ditambahkan
beberapa tetes asam sulfat. Hasil uji positif ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan pada sampel uji yaitu terbentuknya cincin coklat. Pada sampel uji
menunjukkan hasil uji yang positif yaitu ditandai dengan terjadinya perubahan
warna yaitu berupa cincin coklat sehingga bisa dipastikan sampel uji
mengandung golongan senyawa steroid dan terpenoid.
Pengujian fitokimia flavonoid dilakukan dengan menambahkan HCl pekat
kedalam sejumlah ekstrak didalam plat tetes lalu ditambahkan serbuk Mg. Hasil
uji positif ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung dan perubahan
warna menjadi merah jingga. Pada hasil uji sampel menunjukkan hasil uji yang
positif karena menghasilkan gelembung-gelembung dan perubahan warna
menjadi merah jingga.
Selain uji kualitatif terhadap ekstrak, dilakukan juga uji kuantitaif untuk
melihat tingkat kekuatan antioksidan ekstrak etil asetat. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan metode DPPH. Metode ini dipilih karena pengerjaan metode
yang sederhana dan cepat serta tidak memerlukan banyak sampel uji dalam
pengerjaannya. Prinsipnya adalah pengukuran besarnya aktivitas antioksidan
senyawa dalam meredam radikal DPPH yang dapat dilihat dengan menggunakan
alat spektrofotometer UV-Vis. Besarnya peredaman radikal bebas oleh senyawa
yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitor Concetration) yaitu besarnya
konsentrasi senyawa yang dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin
tinggi nilai IC50 maka aktivitas peredamannya semakin rendah sedangkan
semakin rendah nilai IC50 maka semakin besar radikal bebas yang dapat diredam
oleh senyawa (Molyneux, 2014).
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat kulit kayu balam
merah (Palaquium sp.).
Sampel Konsentrasi Absorbansi % Regresi IC50 Tingkat
Uji (ppm) Inhibisi Linier Kekuatan
(R2) Antioksidan
0 0.702 0
100 0.645 8.12
Ekstrak 200 0.573 18.37 0.99 374.375 Lemah
Etil
Asetat
300 0.432 38.46
400 0.306 56.41
500 0.217 69.08
25
80
70
60
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (mg/L)
Nilai IC50 ekstak etil asetat kulit kayu balam merah didapat dengan
menggunakan perhitungan persamaan regresi linier dari ekstrak etil asetat kulit
kayu balam merah pada gambar adalah y= y = 0,16x – 9,9 dan R2 = 0,99. Koefisien
y pada persamaan ini menyatakan IC50, sedangkan koefisien x menyatakan
besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat meredam 50% aktivitas
radikal DPPH. Kurva regresi linier pada gambar menggambarkan bahwa dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak maka semakin besar % inhibisinya yang
artinya semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Berikut merupakan perhitungan
nilai IC50 ekstrak etil asetat kulit kayu balam merah.
Perhitungan IC50
y = bx + a
Keterangan : y = absorbansi
x = Konsentrasi (ppm)
y = bx + a
y = 0,16x - 9,9
50 = 0,16x - 9,9
50+9,9
x= x 100= 374,375 ppm
0,16
26
Tabel 3. Pengelompokan fraksi hasil KVC ekstrak etil asetat kulit kayu
balam merah
Fraksi Urutan Botol Vial Berat Fraksi (g)
1 3-4 0.26
2 5-8 0.15
3 9-13 0.24
4 14-25 1.03
F1 F2 F4 F3
Dari uji KLT didapatkan pola noda tunggal pada vial 5, senyawa pada
vial 5 yang diperoleh berbentuk kristal yaitu berupa jarum-jarum kecil berwarna
putih pada dinding vial. Berikut merupakan isolat hasil KVC pada vial 5.
Untuk melihat hasil kemurnian dari senyawa hasil isolasi maka dilakukan
uji kemurnian dengan menggunakan sistem tiga eluen berdasarkan tingkat
kepolaran yang berbeda (Pratiwi dan Ersam, 2013). Adapun tiga sistem eluen
yang dipakai untuk uji kemurnian senyawa hasil isolasi yaitu n-heksan :
kloroform (1:9) dengan nilai Rf 0,44; DCM : kloroform (2:8) dengan nilai Rf
0,66dan DCM : n-heksana (1:9) dengan nilai Rf 0,82.
Hasil uji KLT menunjukkan bahwa isolat memiliki pola noda tunggal
yang menunjukkan bahwa isolat yang didapat merupakan isolat murni. Berikut
merupakan hasil uji kualitatif aktivitas antioksidan pada isolat.
Dari hasil uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dapat dilihat adanya
bercak sedikit kekuningan pada plat KLT yang sudah disemprotkan DPPH.
Bercak kekuningan ini menunjukan adanya potensi senyawa aktivitas
antioksidan. Adanya interaksi DPPH dan senyawa aktif antioksidan
menyebabkan terjadinya perubahan warna ungu DPPH menjadi bercak kuning
29
286
100
95
90
85
2363,87
80
75
1688,75
70
3225,12
65
2797,87
1098,51
60
2835,48
55
1468,86
1445,71
970,24
50
45
2870,20
2941,57
2955,07
40
35
30
25
20
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
ETIL BALAM 1/cm
Gambar. 20. Spektrum FT-IR Isolat
31
Tabel 5. Hasil uji aktivitas antioksidan isolat kulit kayu balam merah
(Palaquium sp.)
90
80
70
60
% Inhibisi
50
40 y = 0,2713x + 9,539
30 R² = 0,9859
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300
Konsentrasi (ppm)
Gambar. 22. Kurva regresi linier isolat kulit kayu balam merah
0 0.699 0
2 0.615 12.02
Asam 4 0.564 19.31 0.96 9,50 Sangat
Askorbat Kuat
6 0.520 25.61
8 0.397 43.20
10 0.318 54.51
34
60
50
40 y = 5,4435x - 1,731
% Inhibisi
R² = 0,9656
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ppm)
y = bx + a
y = 0,2713x + 9,539
50 = 0,2713x + 9,539
50− 9,539
x= x 100 = 149,14 ppm
0,2713
Berikut merupakan perhitungan nilai IC50 dari isolat kayu balam merah
yang didapatkan.
Asam askorbat
y = bx + a
y = 5,4435x - 1,731
50 = 5,4435x - 1,731
50+ 1,731
x= x 100 = 9,50 ppm.
5,4435
35
Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai IC50 dari senyawa yang diperoleh
tidak mendekati nilai IC50 asam askorbat. Asam askorbat memiliki nilai aktivitas
antioksidan yang tinggi dikarenakan asam askorbat diketahui memang
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat sehingga ketika dilakukan pengujian
didapatkan nilai IC50 sebesar 9,50 ppm. Berdasarkan rentang nilai kekuatan
antioksidan nilai IC50 sebesar 9,50 ppm merupakan intensitas yang sangat kuat
yaitu kurang dari 50 ppm. Sedangkan zat uji dari isolat didaptkan nilai IC50
149,14 ppm yang termasuk dalam intensitas sedang yaitu 100-250 ppm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa mempunyai aktivitas antioksidan
yang tergolong sedang dan masih mempunyai potensi sebagai antioksidan.
36
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Blois, M.S. 1958. Antioxidant Determinations by the Use of A Stable Free Radical.
Nature. Vol 181: 1199-1200.
Deinstrop, E. 2007. Applied Thin-Layer Chromatography. 2nd ed. Weinheim:
Wiley-VCA. New York: Jhon Wiley and Sons, LTD.
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik, diterjemahkan oleh
Pudjaatmakan, A. H., Edisi Ketiga, Jilid 1, 237-239, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Gandjar, I.G dan Abdul, R. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan, Metode Kromatografi dan Elektrolisis
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hossain, M.A dan Z. Ismail.2010. Isolation and characterization of triterpenes from
the leaves of Orthosiphon stamineus. Arabian Journal of Chemistry: 295-
298.
Ibrahim, S. dan M. Sitorus. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jemi, R., W. Syafii., F. Ferbianto., dan M. Hanafi. 2012. Aktivitas Anti Jamur 2,3-
Dihidroksipentadekanoat Dari Kayu Mahalilis (Palaquium Sp.). Jurnal
Kimia Terapan Indonesia. Vol 14(1): 14-19.
Kebler P.J.A dan K. Sidiyasa. 1999. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur.
Kalimantan: Tropenbos.
Khairilkasdi., E.S. Budiani., dan M. Mardhiansyah. 2017. Potensi Permudaan
Kayu Balam (Palaquium Burchii H.J.L) Di Arboretum Universitas Riau.
Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 1(1) : 35-44.
Lehninger, A. L. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Alih bahasa, Maggi
Thenawijaya. Jakarta: Erlangga.
Lense, O. 2011. Biological screening of selected traditional medicial plants species
utilized by local people of Manokwari, West Papua Province. Bioscience.
Vol 3(3). 145-150.
Meskin, M. S., W. R. Bidlack., A. J. Davies., dan S. T. Omaye. 2002.
Phytochemicals In Nutrition And Health. London-New York: CRC Press.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. 361-367.
Molyneux, P. 2004. The use of the stabel free radikal diphenyl picrylhydrazil
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal of Science of
Technology 26(2):211-219.
Palekahelu, N. 2018. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri dari Ekstrak Etanol
Daun Kapehu (Guioa diplopetala).
Pangestu, N.S., Nurhamidah dan Elvinawati. 2017. Aktivitas Antioksidan dan
Antibakteri Ekstrak Daun Jatropha gossypifolia L. Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Kimia: Vol 1(1):15-19.
Pasaribu, G dan T. Setyawati. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak
Kulit Kayu Raru (Cotylelobium Sp.). Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol
29(4): 322-330.
37
Parwata, I. M. O. A. 2016. Bahan Ajar Antioksidan. Bali: Universitas Udayana.
Praditasari, Arni. 2017. Review: Uji Aktivitas Antioksidan Secara In Vitro Pada
Ekstrak Tanaman. Jurnal Universitas Padjajaran.
Prashant, et al. 2001. Photochemical Skrinning and Extraction. Internationale
Pharmaceutica Sciencia. Vol 1(1): 1-9.
Pratiwi, A. dan T. Ersam. 2013. Uji Kemurnian DUa Senyawa dari Ekstrak
Metanol Kayu Batang Garcinia cylindrocarpa, Jurnal Sains dan Seni
POMITS 2 (2): C72-C75.
Purba, E. 2001. Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot esculenta) dan Pati Ubi Jalar
(Ipomea batatas) Menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Enzim
Acid Fungal Amilase dan Glukoamilase. Skripsi. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Qodri, U. L., Masruri., dan E. P. Utomo. 2014. Skrining Fitokimia Metabolit
Sekunder Ekstrak Metanol Dari Kulit Batang Mahoni (Swietenia
Mahagony Jacq.). Kimia Student Journal. Vol 2(2): 480-484.
Rahayu, M., S. Susiarti., dan Y. Purwanto. 2007. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan
Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Lokal di Kawasan Konservasi PT. Wira
Karya Sakti Sungai Tapa – Jambi. Biodiversitas. Vol 8(1): 73-78.
Rosahdi, T. D., M. Kusmiyati dan F.R. Wijayanti. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan
Buah Rambutan Dengan Metode DPPH. Vol 2(1).
Rosyidah, K., H. N. Latifah dan M.D. Astuti. 2011. Isolasi dan Karkaterisasi
Senyawa a-amirin dari kulit batang binjai (Mangifera Caesia). Jurnal
Valensi. Vol 2 No 2: 389-392.
Roth, J.H dan G. Blaschke. 1985. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Rumouw, D. 2017. Identifikasi Dan Analisis Kandungan Fitokimia Tumbuhan
Alam Berkhasiat Obat Yang Dimanfaatkan Masyarakat Sekitar Kawasan
Hutan Lindung Sahedaruman. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi
Vol 4(2): 53-66.
Said, IM, Din L, Samsudin MW, Yusoff NI. 1998. A Phytochemical survey of Sayap-
Kinabalu Park, Sabah. University Kebangsaan Malaysia, Bangi.
Sastrahidayat, I. R dan D. S. Soemarno.1991. Budidaya Berbagai Jenis Tanaman
Tropika. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
Sastrohamidjojo, H dan S. Prawirohatmodjo.1995. Kimia Kayu. Yogyakarta:
Gadjah Mada Universty Press.
Sayuti, K dan R. Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang: Andalas
University Press.
Septiana, A. T. dan A. Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput
Laut Coklat Sargassum Duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut Dan
Metode Ekstraksi. Agrointek. Vol 6(1).
Sighn, R. P. M. K. N. C dan Jayaprakarsa. 2002. Studies on the antioxidant
activity of pomegranate (Punica granatum) peel and seed extracts using
in vitro.
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopi. Penerjemah,
Kosasih. Bandung: ITB Press.
38
Suprapti, S. 2010. Decay Resistance of 84 Indonesia Wood Species Againt Fungi.
Journal of TropicaI Forest Science. 22(1): 81-87.
Sutisna, U., T. Kalima., dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan
Di Indonesia. Bogor: Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan.
39
LAMPIRAN
Ekstraksi Bertingkat
Isolat Murni
Figure 1
Skrining Karakterisasi Uji aktivitas
Fitokimia Senyawa antioksidan
40
Lampiran 2. Proses isolasi dan pemurnian senyawa
Ekstraksi Bertingkat
F1 F2 Isolat F3 F4
3-4 5-8 murni 9-13 14-25
41
Lampiran 3. Analisa Data dan Perhitungan
A. Uji antioksidan dengan metode DPPH
Isolat
42
Perhitungan IC50
y = bx + a
Keterangan : y = absorbansi
x = Konsentrasi (ppm)
Ekstrak Etil asetat kulit kayu balam merah
y = bx + a
y = 0,16x - 9,9
50 = 0,16x - 9,9
50+9,9
x= x 100= 374,375 ppm
0,16
Asam askorbat
y = bx + a
y = 5,4435x - 1,731
50 = 5,4435x - 1,731
50+ 1,731
x= x 100 = 9,50 ppm
5,4435
43
Lampiran 4. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Isolat
Asam askorbat
Sampel Konsentrasi Absorbansi % Regresi IC50 Tingkat
Uji (ppm) Inhibisi Linier Kekuatan
(R2) Antioksidan
0 0.699 0
2 0.615 12.02
Asam 4 0.564 19.31 0.96 9,50 Sangat
Askorbat Kuat
6 0.520 25.61
8 0.397 43.20
10 0.318 54.51
44
Lampiran 5. Kurva regresi linier pengujian aktivitas antioksidan
80
70
60
y = 0,16x - 9,9
% Inhibisi
50
R² = 0,9905
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (ppm)
90
80
70
60
% Inhibisi
50
40 y = 0,2713x + 9,539
R² = 0,9859
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300
Konsentrasi (ppm)
45
60
50
40 y = 5,4435x - 1,731
% Inhibisi
R² = 0,9656
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ppm)
46
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Hasil KVC
47
Flavonoid triterpenoid Alkaloid (-)
(-) (+)
Saponin (-)
Isolat Plat noda tunggal Uji Fitokimia isolat
isolat
48