Anda di halaman 1dari 7

Kelompok VI

Anggota Kelompok :

1. Nur Atiqah (F1C115005)

2. Nashih Ulwan (F1C117011)

3. Irvan Akbar Fauzal (F1C117027)


Bahan Dan Prosedur
Penelitian dilakukan di Sungai Babon yang merupakan salah satu sungai utama di DAS Babon.
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun dengan menggunakan metode purposive sampling,
yaitu di daerah Kelurahan Kudu (Stasiun 1), di Kelurahan Trimulyo (stasiun II), dan daerah antara
Kelurahan Trimulyo dengan muara Sungai Babon (stasiun III). Analisis laboratorium dilakukan di
Laboratorium Biologi Univ. Negeri Semarang. Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada
tanggal 05 Maret 2012.

Data yang diperlukan antara lain data kualitas air Sungai Babon berupa Padatan
tersuspensi (TSS) dan parameter kimia yaitu pH, BOD, COD, DO, dan residu insektisida endosulfan.

Data primer didapatkan dengan melakukan pengamatan dan pengambilan sampel secara
langsung kemudian dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian dilakukan dengan
membagi sungai menjadi 3 segmen dimulai yaitu segmen hulu, tengah dan hilir.
Pembahasan

Dari Data hasil analisis kualitas air sungai Babon dilakukan di 3 titik lokasi pengambilan

dengan menggunakan 6 parameter yaitu TSS, pH, BOD, COD, DO, dan residu insektisida

endosulfan. Perilaku petani di sepanjang DAS Babon dalam penggunaan pestisida dapat

mempengaruhi kandungan residu endosulfan di perairan DAS Babon.

Dengan tingginya dosis dan frekuensi penggunaan pestisida, maka beban pencemaran

pestisda di sepanjang aliran DAS babon juga akan semakin tinggi.


Untuk data pendukung dengan mengambil dari salah satu jurnal yang
berjudul “Pencemaran pestisida pada perairan perikanan di Sukabumi- Jawa Barat”
Melalui alat integrator yang terhubung dengan GC, bahan
aktif pestisida yang terkandung dalam contoh akan
tergambar dalam bentuk grafik. Untuk menentukan
konsentrasi residu pestisida yang terdapat dalam contoh
berdasarkan gambar, dilakukan perhitungan mengikuti
persamaan Ardiwinata et al. (1999)
Residu (mg/L) = (Ac x Vis x Ks x Vfc) / (As x Vic x B x R)

di mana:
Ac = Area contoh
As = Area standar
Vic = Volume injeksi contoh
Vis = Volume injeksi standar
Ks = Konsentrasi standar (mg/L)
B = Bobot awal/volume awal (mg atau mL)
Vfc = Volume final contoh (mL)
R = Recovery (%)
Result

Residu pada Air

Residu organoklorin masih terdapat


dalam air (aldrin) meski dalam
konsentrasi rendah (0.0001 mg/L).
Hal ini diduga akibat dari penggunaan
nya pada masa lalu karena bahan aktif
ini bersifat persisten yang dapat
bertahan hingga lebih dari 10 tahun di
lingkungan, atau adanya residu
tersebut akibat pemakaian secara
tidak terkontrol (ilegal).
Solusi

Dari jurnal disebutkan salah satu metode


Pemurnian Air Menggunakan Biji dari Pohon
Moringa oleifera
Biji Moringa oleifera mengolah air pada dua
tingkat, bertindak baik sebagai koagulan dan
agen antimikroba. Hal ini berlaku bahwa Moringa
bekerja sebagai koagulan karena bermuatan
positif, protein yang larut dalam air, yang
mengikat dengan partikel bermuatan negatif
(lumpur, tanah liat, bakteri, racun, dll) yang
memungkinkan menghasilkan “gumpalan” untuk
dihilangkan melalui filtrasi.
Moringa akan menghapus 90-99,9% dari kotoran
dalam air (Paterniani et al. 2010).
Secara umum dijelaskan bahwa biji kelor dikering
kan dan diekstraksi kemudian disimpan beberapa
waktu. Untuk setiap 1 Liter air dengan tingkat ke
keruhan yang ekstrem digunakan 2 biji kelor.

Anda mungkin juga menyukai