Anda di halaman 1dari 142

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R P3A0 DENGAN POST SECTIO


CAESAREA HARI KE-1 ATAS INDIKASI CEPHALOPELVIC
DISPROPORTION DI RUANG JADE RSU dr.SLAMET GARUT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa
Husada Garut

Disusun Oleh :
ANISA EKA RAHMAWATI
NIM. KHG.A17008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R P3A0 POST


SECTIO CAESAREA HARI KE-1 ATAS INDIKASI
CEPHALO PELVIC DISPROPORTION DI RUANG JADE
RSUD dr. SLAMET GARUT
NAMA : ANISA EKA RAHMAWATI
NIM : KHGA 17008

Telah disetujui untuk disidangkan


Pada sidang Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan

Garut, Juli 2019


Menyetujui,
Pembimbing

K. Dewi Budiarti, M.Kep


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R P3A0 POST


SECTIO CAESAREA HARI KE-1 ATAS INDIKASI
CEPHALO PELVIC DISPROPORTION DI RUANG JADE
RSUD dr. SLAMET GARUT
NAMA : ANISA EKA RAHMAWATI
NIM : KHGA 17008

Garut, Juli 2020

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II

Eti Suliyawati, S.Kep.,M.Si Eva Daniati, S.Kep., Ners., M.Pd

Mengetahui,

Ketua Prodi D III Keperawatan Pembimbing


STIKes Karsa Husada Garut Karya Tulis Ilmiah

K. Dewi Budiarti, M.Kep K. Dewi Budiarti, M.Kep


ABSTRAK

IV BAB + 100 Halaman + 16 Tabel + 1 Bagan + 4 Lampiran

Latar belakang dilakukannya penulisan karya tulis ilmiah ini karena jumlah
kematian ibu melahirkan, dan nifas di Jawa Barat sebanyak 684 kasus pada tahun
2019. Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan yang
terjadi adalah Cephalo Pelvic Disproportion (cetak miring). Untuk menghindari
hal tersebut perlu tindakan yang tepat yaitu dengan tindakan Sectio Caesarea. Pada
data riset kesehatan dasar,2018 angka kejadian persalinan section caesarea
terdapat 15,3 %. Namun tindakan section caesarea memiliki resiko yang dapat
membahayakan bagi ibu yaitu infeksi puerperal ( nifas ), perdarahan, luka
kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonealisasi
terlalu tinggi, kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu melaksanakan
asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosial-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien post Op SC atas
indikasi cephalo pelvic disproportion. Metode penulisan yang digunakan adalah
metode deskriptif yang berbentuk studi kasus. Diagnosa yang muncul pada Ny.R
adalah Nyeri Akut, Hambatan Mobilitas Fisik, Resiko Tinggi Infeksi, Resiko
Ketidakefektifan Pemberian ASI, Defisit Perawatan Diri. Untuk intervensi dan
rasional sebagian besar diambil dari konsep dasar pada BAB II. Hasil evaluasi
yang dilakukan selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan sejak tanggal
12-15 November 2019, dari 5 masalah yang muncul 2 masalah teratasi dan 3
masalah teratasi sebagian. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penulis dapat
melakukan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif, yang meliputi
aspek bio-psiko- sosial dan spiritual.

Kata Kunci : Sectio Caesarea, Cephalo Pelvic Disproportion

Daftar Pustaka 13 buah


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul

: ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R P3A0 DENGAN POST

OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE-1 ATAS INDIKASI CEPHALO

PELVIC DISPROPORTION DI RUANG JADE RSU dr.SLAMET GARUT”.

Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis mendapatkan begitu banyak

bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada

semua pihak te rutama kepada :

1. Bapak Dr. (Hc) H. Amas Setiana selaku Ketua Pembina Yayasan Dharma

Husada Insani Garut.

2. Bapak H. D. Saefudin, S. Sos, M M.Kes, selaku Ketua Pengurus Yayasan

Dharma Husada Insani Garut.

3. Bapak H. Engkus Kusnadi, S.Kep., M.Kes, selaku Ketua STIKes Karsa

Husada Garut.

4. Ibu K. Dewi Budiarti, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKes

Karsa Husada Garut sekaligus pembimbing dalam penyusunan karya tulis

ini yang senantiasa memberikan arahan dan saran dengan penuh kesabaran.

5. Staff dosen DIII Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut, beserta perawat

dan bidan serta petugas administrasi ruang Jade RSU dr.Slmaet Garut yang

i
telah memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

bermanfaat dan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Ny.R dan keluarga yang telah bersedia memberikan informasi dan kerja

samanya dalam pemberian asuhan keperawatan

7. Dua insan sederhana yang sangat hebat dan sangat luar biasa. Mamah dan

Bapak yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan kepada saya baik

moril maupun materil yang tentunya tidak terbatas dan tidak bisa terbalas.

8. Muhammad Rafi Firdaus. Adikku satu-satunya. Teman nakal, teman baku

hantam, dan kesayanganku. Terimakasih sudah mempercayaiku sebagai

kakak, walaupun badannya tidak mencerminkan seperti seorang kakak.

Terimakasih sudah terus mendukung dan mempertanyakan kapan tugasnya

selesai, Alhamdulillah sekarang saya bisa menjawabnya, sekali lagi

terimakasih banyak!

9. Keluargaku, sepupu tercinta terimakasih kalian sudah memberi dukungan

semangat dan doanya selama ini.

10. Buat anak-anak read up squad terimakasih telah menjadi teman curhat,

teman gila-gilaan, teman ngebuli dan teman yang selalu ada di saat sedih

maupun bahagia dan selalu ada moment kenangan di setiap waktunya.

11. Sahabat penghilang rasa jenuh, Citra Apriliani dan Diani Rahmah

Suryaningsih. Terimakasih sudah menyemangati disaat saya mulai

menyerah, yang menjadi teman curhat, tempatku mencurahkan keluh kesah.

ii
12. Buat Sri Mulyati dan Widi Dzakiyah Widayanti terimakasih telah membantu

dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah Ini.

13. Buat anak-anak kelas 3A DIII Keperawatan yang tak bisa di sebutkan satu-

satu terimakasih selama 3 tahun ini kalian sudah menjadi teman

seperjuangan, banyak cerita canda tawa sedih duka dan lain-lain yang kita

lewati selama kita di kelas.

14. Rekan-rekan seperjuangan di prodi DIII Keperawatan STIKes Karsa Husada

Garut yang telah memberikan banyak kenangan yang akan selalu terukir di

hati sanubari.

Penulis menyadari sepenuhnya begitu banyak keterbatasan yang penulis

miliki baik dari segi ilmu pengetahuan serta kemampuan. Oleh karena itu, dalam

pembuatan karya tulis ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ini.

Akhir kata tiada gading yang tak retak. Penulis selalu berharap agar karya

tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta selalu mendapatkan ridho-Nya.

Amin.

Garut, Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL..........................................................................................vii
DAFTAR BAGAN................ ......................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........ ......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4

C. Metode Penulisan ................................................................................. 5

D. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori

1. Cephalo Pelvic Disproportion

a. Pengertian Cephalo Pelvic Disproportion ................................ 7

b. Etiologi ..................................................................................... 8

c. Patofisiologi ............................................................................. 8

d. Pengaruh CPD pada persalinan ................................................ 9

e. Prognosa ................................................................................... 10

f. Komplikasi ............................................................................... 11

iv
2. Konsep Dasar Sectio Caesarea

a. Pengertian SC........................................................................... 11

b. Etiologi SC ............................................................................... 11

c. Patofisiologi SC ....................................................................... 12

d. Jenis – jenis operasi Sectio Caesarea ....................................... 15

e. Manifestasi SC ......................................................................... 16

f. Komplikasi Sectio Caesarea..................................................... 17

g. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 18

h. Penatalaksanaan Medis ............................................................ 18

3. Post Partum

a. Pengertian Post Partum ............................................................ 21

b. Tahapan Masa Post Partum ......................................................

22 c. Adaptasi Fisiologi Post Partum

................................................ 22 d. Adapatasi Psikologi Post

Partum ............................................. 27 e. Dampak Post SC atas

indikasi CPD terhadap KDM................ 28

B. Pendekatan Proses Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian ...................................................................................... 31

2. Diagnosa......................................................................................... 45

3. Perencanaan.................................................................................... 47

4. Implementasi .................................................................................. 55

5. Evaluasi .......................................................................................... 56

6. Dokumentasi .................................................................................. 57

v
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian ...................................................................................... 58

2. Analisa Data ................................................................................... 69

3. Diagnosa Keperawatan................................................................... 71

4. Proses Keperawatan ....................................................................... 74

5. Catatan Perkembangan ................................................................... 84

B. Pembahassan

1. Tahap Pengkajian ........................................................................... 87

2. Tahap Diagnosa Keperawatan........................................................ 90

3. Tahap Perencanaan......................................................................... 92

4. Tahap Implementasi ....................................................................... 94

5. Tahap Evaluasi ............................................................................... 96

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan .......................................................................................... 97

B. Rekomendasi ........................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisa Data ..................................................................................... 41

Tabel 2.2 Perencanaan diagnose keperawatan Nyeri ....................................... 48

Tabel 2.3 Perencanaan diagnose keperawatan Resiko Terjadinya Infeksi ...... 49

Tabel 2.4 Perencanaan diagnose keperawatan Gangguan Eliminasi Urine ..... 50

Tabel 2.5 Perencanaan diagnose keperawatan Gangguan Pola Istirahat Tidur 51

Tabel 2.6 Perencanaan diagnose keperawatan Defisit Perawatan Diri ............ 52

Tabel 2.7 Perencanaan diagnose keperawatan Ketidakefektifan Pemberian ASI

.......................................................................................................................... 53

Tabel 2.8 Perencanaan diagnose keperawatan Ketidak Seimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan ................................................................................... 54

Tabel 2.9 Perencanaan diagnose keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik ...... 55

Tabel 3.1 Riwayat Persalinan........................................................................... 62

Tabel 3.2 Pola Aktivitas Sehari-hari ................................................................ 66

Tabel 3.3 Data Penunjang ................................................................................ 69

Tabel 3.4 Analisa Data ..................................................................................... 69

Tabel 3.5 Proses Keperawatan ......................................................................... 74

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan..................................................................... 84

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway ........................................................................................... 14

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampian I : SAP Leaflet

Lampiran II : SAP Leaflet

Lampiran III : Lembar Bimbingan

Lampiran IV : Daftar Riwayat Hidup

ix
1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang

terkait dengan masa kehamilan persalinan, dan nifas. Berdasarkan WHO

(tulis dulu kepanjangannya baru di singkat) tahun 2017

Angka kematian ibu ( AKI ) 500.000 pertahunnya meninggal saat hamil dan

bersalin. Dalam sehari ada 4 ibu di Indonesia yang meninggal akibat

melahirkan. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan angka

kematian tertinggi kedua di Asia Tenggara. Urutan pertama di tempati oleh

Laos dengan angka kematian 357 per 100 ribu. ( WHO, 2017 )

Berdasarkan hasil survei penduduk antar sensus ( SUPAS ) tahun 2015

tercatat angka kematian ibu mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Artinya bahwa dalam 100.000 peristiwa kelahiran telah terjadi 305 peristiwa

kematian ibu yang disebabkan oleh beberapa factor. Angka ini masih jauh dari

target pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sustainable

Development Goals ( SDGs ) yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2030 ( Kemenkes RI, 2018 ). Setiap bahasa/istilah inggris harus dicetak

miring

Angka kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2019 mencapai 684 kasus.

Penyebabnya yaitu perdarahan sekitar 226 kasus, hipertensi sekitar 218 kasus,

infeksi sekitar 23 kasus, gangguan system peredaran darah 65 kasus, gangguan

metabolic sekitar 12 kasus, dan lainnya 140 kasus ( Profil Kesehatan

Indonesia,

2019 ). Sedangkan jumlah Angka kematian ibu di Kabupaten Garut mencapai


55 kasus. 29 % penyebab kematian ibu itu akibat kasus perdarahan pasca

persalinan ( Dinkes Kabupaten Garut, 2018 ).

Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada

masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan

yang terjadi adalah Cephalo Pelvic Disproportion ( CPD ) ( Prawirohardjo,

2010 ). Cephalo Pelvic Disproportion ( CPD ) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan

ibu tidak dapat melahirkan secara alami ( Aspiani, 2017 ).

CPD dapat berisiko terhadap ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa

partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi

intrapartum, rupture uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula

vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis karena tekanan yang lama antara

kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat

berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan diatas

tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur os parietalis ( Reza, dkk,

2017 ). CPD dapat mengakibatkan persalinan harus dilakukan dengan section

caesarea ( Agustin, 2019 ).

Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui

pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2011). Indikasi sectio

caesarea terdiri dari indikasi absolut dan relatif. Setiap keadaan yang membuat

kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi

absolut. Indikasi relatif, kelahiran pervaginam dapat terlaksana tetapi

keadaan lewat operasi


sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya

(Prawirohardjo, 2016).

Menurut WHO tahun 2015 standar rata-rata section caesarea disebuah

negara adalah sekitar 5 – 15 % per 1000 kelahiran di dunia. WHO

memperkirakan angka persalinan dengan bedah Caesar adalah sekitar 10 %

sampai 15 % dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang

dibandingkan dengan 20 % di Brintania Raya dan 23 % di Amerika Serikat (

Purwoastuti, DKK, 2015 ). Sedangkan menurut riset kesehatan dasar

( RISKESDAS, 2018 ) menyatakan terdapat 15,3 % persalinan yang dilakukan

melalui operasi section caesarea. Komplikasi yang sering terjadi pada ibu

dengan SC yaitu infeksi puerperal ( nifas ), perdarahan, luka kandung kemih,

emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonealisasi terlalu tinggi,

kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang ( Aspiani ,

2017

).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan

keperawatan komprehensif pada klien post operatif section caesarea dengan

menggunakan proses keperawatan dan didokumentasikan dalam bentuk Karya

Tulis Ilmiah dengan judul : “ Asuhan Keperawatan Pada NY.R P3A0 Dengan

Post Sectio Caesarea Hari Ke-1 Atas Indikasi Cephalo Pelvic Disproportion

Di Ruang Jade RSU dr. Slamet Garut”.

Kalau dalam kurung jangan pakai spasi contoh : (Aspiani, 2017).


B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menyusu tujuan

sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan Asuhan

Keperawatan pada ibu dengan post Sectio Caesarea atas indikasi

Cephalo Pelvic Disproportion ( CPD ) secara langsung dan

komprehensif meliputi Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.R P3A0 dengan post

operasi (hapus) Sectio Caesarea (cetak miring) hari ke-1 atas

indikasi Cephalo Pelvic Disproportion (cetak miring) di Ruang Jade

RSU dr. Slamet Garut.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pada Ny.R P3A0

dengan post operasi Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi Cephalo

Pelvic Disproportion di Ruang Jade RSU dr. Slamet Garut.

c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada Ny.R P3A0

dengan post operasi Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi Cephalo

Pelvic Disproportion di Ruang Jade RSU dr. Slamet Garut.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny.R P3A0

dengan post operasi Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi Cephalo

Pelvic Disproportion di Ruang Jade RSU dr. Slamet Garut.


e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada Ny.R P3A0

dengan post operasi Sectio Caesarea hari ke-1 atas indikasi Cephalo

Pelvic Disproportion di Ruang Jade RSU dr. Slamet Garut.

f. Mampu mendokumentasikan

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif

dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut

1. Observasi Langsung, yaitu pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi.

2. Wawancara,

Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien,

keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan

keterangan

3. Study Dokumentasi

Diperoleh dengan mempelajari buku catatan medik serta hasil

pemeriksaan yang ada

4. Study kepustakaan

Dengan mendapatkan informasi dari teori-teori yang relevan dari

literature buku dan internet yang berhubungan dengan kasus sebagai

dasar acuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Partisipasi Aktif Klien


Penulis melaksanakan sendiri asuhan keperawatan pada klien yang

dibantu oleh petugas kesehatan lain (perawat) di ruanagan.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membagi kedalam 4 BAB, yaitu :

1. BAB I : Yang berisikan latar belakang masalah, tujuan umum dan khusus,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

2. BAB II : Yang berisikan tinjauan teoritis bersifat konsep dasar Cephalo

Pelvic Disproportion ( CPD ), konsep dasar post sectio caesarea, konsep

dasar post partum, serta konsep asuhan keperawatan maternitas.

3. BAB III : Menjelaskan tentang laporan asuhan keperawatan, yang meliputi

pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses keperawatan, dan

catatan perkembangan serta pembahasan yang berisikan ulasan naratif dari

setiap tahapan proses keperawatan yang dilakukan.

4. BAB IV : Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi penulis terhadap

pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran – lampiran
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Cephalo Pelvic Disproportion ( CPD )

Cephalo Pelvic Disproportion atau disproportion fetopelvic adalah

ketidakmampuan janin untuk melewati panggul ( Oxorn & Forte, 2012 ).

CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran

lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan

secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul

patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalan proses persalinan alami

sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut

menyebabkan rongga panggul menjadi asimetris antara ukuran-ukuran

panggul menjadi abnormal ( Aspiani, 2017 ).

Sedangkan (jangan ada kalimat penyambung di awal kalimat) menurut

( Prajoko, 2019 ) Cephalo Pelvic Disproportion adalah hambatan

persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian CPD

adalah ketidak sesuaian antara ukuran janin dan ukuran pelvis, itu terjadi

dikarenakan janin terlalu besar atau panggul yang terlalu sempit, sehingga

dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami dan harus

dilakukan tindakan operasi.


2. Etiologi

Etiologi CPD menurut Aspiani ( 2017 ), adalah sebagai berikut :

a. Faktor Ibu

1) Adanya panggul sempit

b. Faktor Janin

1) Bayi yang besar

2) Kelainan janin

3) Hydramnion

3. Patofisiologi

Kesempitan panggul bukan factor satu-satunya yang menentukan

apakah persalinan akan berjalan aman atau tidak untuk ibu. Kesempitan

panggul dapat ditentukan pada satu bidang atau lebih, hal ini bisa

menimbulkan tiga kemungkinan sebagai berikut :

a. Kesempitan Pintu Atas Panggul ( PAP )

Terjadi karena diameter anterosposterior ( Conjungata obstetrica )

kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm.

Kesempitan PAP dapat merupakan akibat rickettsia atau pertumbuhan

menyeluruh yang jelek ( Oxom, 2010 ).

b. Kesempitan Pintu Tengah Panggul ( PTP )

Pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran terkecl,

yakni bidang yang melalui apex dari acus publis, spina ischiadica, dan

sacrum, biasanya pada hubungan antara segmen ke empat dan ke lima.


Apabila distantia intersoinarum kurang dari 9,0 cm, atau apabila

distantia interspinarum ( normal 4,5 – 5,0 cm ) kurang dari 13,5 cm

( normal 15,0 – 15,5 cm ) maka kemungkinan ada kesempitan PTP

( Oxom, 2010 )

c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul ( PBP )

Terjadi apabila distantia intertuberosum kurang dari 8 cm. Distosia

dapat diharapkan akan terjadi kalua diameter intertuberosum ditambah

dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. Pengurangan

distantia intertuberosum dan angulus subpubicus akan mendorong

kepala ke belakang, dengan demikian prognosisnya tergantung kepada

kapasitas segmen posterior dan kemampuan jaringan lunak untuk

mengakomodasikan anak. Sisi-sisi segi tiga posterior tidak terbentuk

dari tulang ( Oxom, 2010 ).

4. Pengaruh CPD pada persalinan

Menurut Padila ( 2015 ), pengaruh CPD pada persalinan yaitu :

a. Pengaruh pada persalian

1) Persalinan lebih lama dari biasa

2) Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi

3) Dapat terjadi rupture uteri apabila his menjadi terlalu kuat dalam

usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit


4) Jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit

dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini dapat membahayakan

ibu dan dapat menyebabkan kematian janin di dalam rahim.

b. Pengaruh pada janin

1) Partus lama lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam

dapat menambah kematian perintal apalagi kalua ketuban pecah

sebelum waktunya.

2) Prolapses foeniculli dapat menimbulkan kematian pada janin

3) Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak.

5. Prognosa

Prognosa persalinan dengan CPD menurut Padilla ( 2015 ), tergantung

pada beberapa factor diantaranya :

a. Bentuk panggul

b. Ukuran panggul jadi derajat kesempitan

c. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul

d. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala

e. Presentasi dan posisi kepala

f. His

Diantara factor-faktor tersebut yang dapat diukur secara pasti sebelum

berlangsungnya persalinan adalah ukuran-ukuran panggul. Tidak ada

janin yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat pervaginam

kalau CV kurang dari 8 ½ cm dilakukan SC primer.


6. Komplikasi (judulnya Komplikasi kenapa yang ditulis tanda dan
gejala?)
Menurut Padila ( 2015 ), tanda dan gejala CPD yaitu :

a. Primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36

b. Pada primipara perut menggantung

c. Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit

d. Kelainan letak pada hamil tua

e. Kelainan bentuk badan ( cebol, scoliose, pincang, dll )

B. Konsep Dasar Sectio Caesarea (cetak miring)

1. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut ( Sofian,

2012). Sectio Caesarea merupakan prosedur operatif, yang dilakukan

dibawah anesthesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan

melalui insisi dinding abdomen dan uterus ( Myles, 2011 ). Sectio

Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus ( Oxom & William, 2010 )

Jadi kesimpulannya Sectio caesarea adalah suatu tindakan operasi

yang bertujuan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan dinding

perut dan uterus.

2. Etiologi Operasi SC

Menurut Nuratif dan Kusuma ( 2015 ) :

a. Etiologi yang berasal dari ibu


Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua

disertai kelainan letak pada disporposi sefalo pelvik (disporposi

janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,

terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada

primigravida, solusia plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan

yaitu preeklampsi-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang

disertai penyakit (Jantung, Diabetes Melitus) gangguan perjalanan

persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya.

b. Etiologi yang berasal dari janin

Stress atau gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan

janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan

persalinan, vakum atau forceps ekstraksi.

3. Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan

berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih

utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini untuk ibu yaitu distorsi kepala

panggul, disfungsi uterus, distonsia jaringan lunak, plasenta previa, dan

lain-lain. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan

letak lintang setelah dilakukan section caesarea ibu akan mengalami

adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang

pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu

produksi oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI keluar


hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post desentris bagi kuman.

Oleh karena itu perlu diberikan antibiotic dan perawatan luka dengan

prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama karena insisi yang

mengakibatkan gangguan rasa nyaman ( Aspiani, 2017 ).

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa

bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak

pengaruhnya terhadap janin maupun ibu sehingga kadang-kadang bayi

lahir dengan keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah.

Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anestesi bagi ibu

sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah

banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas

yang tidak efektif akibat secret yang berlebihan karena kerja otot nafas

silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran

pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus ( Aspiani, 2017 ).

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan

terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltic usus. Kemudian

diserap untuk metabolism sehingga tubuh memperoleh energy. Akibat

dari moralitas yang menurun maka peristaltic juga menurun. Makanan

yang ada dilambung akan menumpuk maka reflek untuk batuk juga

akan menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga

perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun

juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu kontipasi (Aspiani,

2017).

Bagan 2.1 Pathway

Sectio Caesara

Post Partum Nifas


Luka Post Operasi

Distensi kandung
kemih

Jaringan Terputus Jaringan Terbuka


Udem dan
memar di uretra

Merangsang area
sensori Proteksi Kurang
Penurunan
sensitivitas &
sensasi kandung
kemih
Invasi bakteri
Gangguan rasa nyaman

Gangguan
Nyeri Resiko Infeksi eliminasi Urine

Penurunan Psikologi
prosenteron dan
estrogen

Penambahan
Anggota Baru
Kontraksi Merangsang
Uterus pertumbuhan
kelenjar susu &
Tuntutan anggota baru
pertumbuhan
Involusi tidak Peningkatan hormone Bayi menangis
adekuat prolaktinin

Gangguan pola
Perdarahan Merangsang laktasi tidur
oksitosin

Hb menurun
Ejeksi ASI
Efektif

Kurang O2
Nutrisi Bayi terpenuhi

Kelemahan
Kurang informasi
tentang
perawatan
Defisit
perawatan diri

Deficien
pengetahuan

Sumber : Nuratif & Kusuma, 2015

4. Jenis-jenis Sectio Caesarea

Jenis-jenis section caesarea menurut Aspiani ( 2017 ), yaitu :

a. Sectio Transperitonealis Profunda

Dengan insisi di segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim,

bisa dengan teknik melintang atau memanjang.


b. Sectio Korporal atau Klasik

Insisi ini dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih

mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan

untuk melakukan section transperitonealis profunda. Misalnya,

melekat eratuterus pada dinding perut karena section yang sudah

atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan

yang banyak.

c. Sectio Caesarea Peritoneal

Dilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian

tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk

mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan

pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini jangan dilakukan.

Rongga peritoneum tidak terbuka, dilakukan pada pasien infeksi

uteri berat.

d. Sectio Caesarea Histeroktomi

Setelah SC, dilakukan Histerektomi dengan indikasi :

1) Atonia uteri

2) Plasenta accrete

3) Mioma uteri

4) Infeksi intra uteri berat

5. Manifestasi Klinis lebih ke Indikasi

Adapun manifestasi klinis dalakukannya SC menurut Nuratif dan

Kusuma ( 2015 ), yaitu :


a. Pada ibu

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis. (posterior)

2) Panggul sempit.

3) CPD

4) Rupture uteri mengancam.

5) Partus lama (prolonged labor).

6) Partus tak maju (obstructed labor).

7) Distosia serviks.

8) Pre-eklampsia dan hipertensi.

b. Pada Janin

1) Letak lintang

2) Letak bokong

3) Presentasi dahi dan muka

4) Presentasi rangkap jika resposisi tidak berhasil

5) Gemeli

6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan SC menurut Aspiani (

2017 ), yaitu :

a. Infeksi puerperal ( nifas )

1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

2) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.


b. Pendarahan disebabkan karena :

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Antonia uteri

3) Pendarahan pada plasenta bed

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonealisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Nuratif dan Kusuma ( 2015 ), yaitu :
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

b. Pemantauan EKG

c. Elektrolit

d. Hemoglobin / Hematokrit

e. Golongan darah

f. Urinalisis

g. Amniosentesis terhadap maturitas pada janin sesuai indikasi

h. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

i. Ultrasound sesuai pesanan.

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis menurut Jitowiyono & Kristiyanasari ( 2012 ),

yaitu :

a. Analgesi
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg

Meperidin ( intramuscular ) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan

untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara

serupa

10 mg morfin.

b. Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan

darah, nadi dan jumlah urin serta jumlah darah yang hilang dan

keadaan fundus harus diperiksa.

c. Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti

sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama

berikutnya, meskipun demikian, jika output urin jauh dibawah 30

ml/jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada

hari kedua.

d. Vesika Urinaria dan Usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada

keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usu belum

terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua

bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari

ketiga.

e. Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan

perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-


kurangnya 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan

pertolongan.

f. Perawatan Luka

Luka di insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang

alternative ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan,

secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat

setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien

dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

g. Laboratorium

Secara rutin hematocrit diukur pada pagi setelah operasi hematocrit

tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah

yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan

hypovolemia.

h. Perawatan payudara

Pemberian ASI bisa langsung diberikan setelah operasi pada bayi

dengan IMD (tulis dulu baru disingkat) terlebih dahulu.

i. Memulangkan pasien dari rumah sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila

diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dank e

lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya

untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.


C. Post Partum

1. Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post

partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Saleha, 2013 ). Post

partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42

hari selama masa nifas organ reproduksi secara perlahan akan

mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil ( Maritalia, 2012

). Post partum adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan,

pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan /

reproduksi seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari

pasca persalinan ( Jannah, 2011 ).

Masa Nifas ( Puerperium ) adalah masa setelah keluarnya placenta

sampai alat-alat reproduksi pulih sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari ( Ambarwati, 2010 ).

Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya

masa nifas yaitu kira-kira 6-8 minggu ( Abidin, 2011 ).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa post partum adalah

masa mulai pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperi sebelum hamil, lamanya sekitar 6 minggu.


2. Tahapan Masa Post Partum

Menurut Wahyuningsih ( 2019 ) terdapat 3 tahapan post partum,

yaitu :

a. Immediate postpartum ( setelah plasenta lahir-24 jam )

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah

yang sering terjadi perdarahan karena atonia uteri. Perlu melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah

dan suhu.

b. Early Postpartum ( 24 jam-1 minggu )

Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokhea

tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan

cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik

c. Late Postpartum ( 1 minggu – 6 minggu )

Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta

konseling / pendidikan kesehatan keluarga berencana ( KB ).

3. Adaptasi Fisiologi Post Partum

Perubahan-perubahan fisiologi post partum menurut Wahyuningsih

( 2019 ), adalah sebagai berikut :

a. Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena

kontraksi dan retraksi otot-otot nya. Uterus berangsur-angsur

mengecil sampai keadaan sebelum hamil


1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat

1000 gram.

2) Pada saat akhir uri lahir, TFU teraba dua jari dibawah pusat

dengan berat 750 gram.

3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat

simfisis dengan berat 500 gram.

4) Pada 2 minggu post partum, TFU tidak teraba dengan berat

350 gram.

5) Pada 6 minggu post partum, TFU bertambah kecil dengan

berat 50 gram

6) Pada 8 minggu post partum, TFU normal dengan berat 30

gram.

b. Lochea

Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik

dan dalam uterus. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri

atas empat tahapan, yaitu :

1) Lochea rubra / merah

Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo ( rambut bayi ) dan meconikum.


2) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung di hari ke–4 sampai ke-7.

3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan / laserasi plasenta. Muncul pada

hari ke-7 sampai hari ke-14 post partum.

4) Lochea alba / putih

Mengandung lekosit, sel desidu, sel epitel, selaput lender

serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba biasa

berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum.

c. Endometrium

Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis, degenerasi

dan nekrosis di tempat implamasi plasenta. Bekas implamasi

plasenta karena kontraksi sehingga menonjol ke kavum uteri, hari

pertama endometrium tebal 2,5 mm, endometrium akan rata setelah

hari ke tiga.

d. Serviks

Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat

dilalui satu jari, setelah empat minggu rongga bagian luar kembali

normal.

e. Vagina dan Perineum


Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi

jarang sekali kembali seperti ukuran nullipari, hymen tampak

sebagai tonjolan jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkula

mitiformis. Minggu ke 3 rugae vagina kembali. Perineum yang

terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur-angsur

pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene

perlu dilakukan.

f. Mamae / payudara

Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Ada 2 mekanisme : produksi susu, sekresi susu atau

letdown. Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya mempersipkan makanan bagi bayi. Pada hari

ke tiga setelah melahirkan efek prolactin pada payudara mulai

dirasakan, sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika

bayi menghisap putting, oksitosin merangsang ensit let down

( mengalirkan ) sehingga menyebabkan ejeksi ASI.

g. Sistem pencernaan

Setelah persalinan 2 jam ibu merapa lapar, kecuali ada

komplikasi persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan.

Konstipasi terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka jahit

perineum.

h. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan,

kembali normal akhir minggu ke 4 setelah melahirkan. Kurang dari

40 % wanita post partum mengalami proteinuria non patologis,

kecuali pada kasus preeklamsi.

i. Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan,

berangsur-angsur mengecil seperti semula.

j. Sistem Endokrin

Hormon-hormon yang berperan :

1) Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah

perdarahan, membantu uterus kembali normal. Isapan bayi dapat

merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.

2) Prolaktin, dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitrin merangsang

pengeluaran prolactin untuk produksi ASI, jika ibu post partum

tidak menyusui dalam 14-21 hari timbul menstruasi.

3) Estrogen dan progesterone, setelah melahirkan estrogen

menurun, progesterone meningkat.

k. Perubahan Tanda-tanda Vital

1) Suhu tubuh saat post partum dapat naik 0,5ºC, setelah 2 jam post

partum normal.
2) Nadi dan pernafasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi

waspada mungkin ada perdarahan, pernafasan akan sedikit

meningkat setelah persalinan lalu kembali normal.

3) Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah

beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai. BB

turun rata- rata 4,5 kg.

l. Setelah partus / melahirkan, adanya striae pada dinding abdomen

tidak dapat dihilangkan sempurna dan berubah jadi putih ( striae

albicans )

m. Evaluasi tonus otot abdomen untuk menentukan diastasis ( derajat

pemisahan otot rektus abdomen ).

Pada saat hamil, otot dan persendian mejadi relaks untuk

persiapan melahirkan ( linea alba menjadi sangat mudah mulur ).

Ketika otot rectus abdomen makin terpisah dan linea alba makin

mulur ke samping dan menjadi sangat tipis, pemisah otot ini disebut

diastasis

4. Adaptasi Psikologis Post Partum

Adaptasi psikologis menurut Jannah ( 2015 ), dapat diklasifikasikan

menjadi 3 antara lain :

1) Fase Taking in

Merupakan periode ketergantungan ketika ibu

mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain.


Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, ketika focus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pada fase ini, ibu lebih

mudah tersinggung dan cenderung passif terhadap lingkungannya

disebabkan oleh factor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu

istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Disamping itu,

kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang

baik.

2) Fase Taking Hold

Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu sudah

menunjukkan kepuasan ( terfokus pada bayinya ). Pada fase ini,

ibu berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh

kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan

ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung.

3) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari post partum. Ibu

sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat meningkat

pada fase ini.

5. Dampak Post Sectio Caesarea Atas Indikasi CPD Terhadap

kebutuhan Dasar Manusia

a. Nyeri (sumber)
Biasanya dirasakan pada daerah abdomen akibat luka operasi.

Untuk mengatasi rasa sakit pada klien maka anjurkan untuk

melakukan teknik relaksasi atau nafas dalam. Serta memberikan

therapy obat analgetik.

b. Nutrisi dan cairan

Pada ibu post partum section caesarea masih dianjurkan untuk

puasa apabila ibu belum flatus dan bising usus belum terdengar

untuk menghindari aspirasi. Sebagai pengganti dari makanan dan

cairan, maka klien diberikan cairan infus RL, apabila klien sudah

flatus dan bising usus normal, maka klien diperbolehkan untuk

minum 1 sendok tiap jam kemudian setelah itu dicoba untuk diet

lunak Tinggi Kalori Tinggi Protein ( TKTP ).

c. Aktivitas

Klien pasca bedah mengalami gangguan aktivitas. Hal ini

disebabkan karena rasa nyeri yang ditimbulkan dari luka dan

adanya penurunan dari kekuatan dan ketahanan otot, sehingga

aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.

d. Personal Hygiene

Kebutuhan personal hygiene pada ibu post partum section caesarea

tidak terpenuhi karena keadaan klien yang lemah. Untuk

memenuhi kebutuhan personal hygiene tersebut maka dilakukan

bantuan membersihkan tubuh klien, membersihkan mulut,

membersihkan
rambut, dan membersihkan vulva. Manfaat pemenuhan kebutuhan

personal hygiene yaitu memberikan kenyamanan pada klien.

e. Eliminasi urine

Kebanyakan pasien dapat berkemih secara spontan dalam waktu 8

jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan

cairan 50 %. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai

urine. Mungkin terdapat aseton dalam urine pada klien mengalami

dehidrasi.

f. Emosi

Ketika saat-saat kelahiran telah dekat, wanita akan mengalami

pengingkatan kegembiraan mencapai klimaks dengan kelahiran

bayi. Seringkali emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah

kelahiran. Klien akan keletihan karena persalinan dan mereka

mengalami nyeri perineum serta pembengkakan payudara.

g. Istirahat tidur

Pada ibu post section caesarea biasanya mengalami kurang tidur

akibat dari adanya rasa nyeri yang dirasakan pada daerah

abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur klien,

maka ajarkan untuk melakukan latihan teknik relaksasi dan

distraksi seperti latihan nafas dalam, tidur miring kiri dan kanan.

Sedangkan dalam teknik distraksi klien diajarkan untuk

mengalihkan perhatian seperti mengobrol. Menurut Maryunani,

( 2015 ).
D. Pendekatan Proses Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien

sebagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari

pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi,

dan dokumentasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan

ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan,

bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapt

mengidentifikasi dan menganalisa masalah pasien. Pengkajian menurut

Aspiani ( 2017 ), adalah sebagai berikut :

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin ( perempuan ), pendidikan,

pekerjaan, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose

medis, dan identitas penanggung jawab. (lebih focus ke ibu dengan

SC hari ke -1 atas indikasi CPD misalnya lebih resiko terjadi pada

ibu dengan masalah tinggi badan atau lain sebangainya).

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada klien post operasi keluhan utama yaitu pasien mengeluh

nyeri pada luka bekas operasi.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada riwayat kesehatan sekarang yang perlu dikaji yaitu jam

selesai operasi, kesadaran klien, keadaan umum, letak dan

ukuran dari luka operasi, juga menjelaskan tentang perjalanan

penyakit yang dirasakan oleh klien post SC dengan

menggunakan format P, Q, R, S, T, yaitu :

P : Paliatif/provokatif, yaitu kualitas dan kuantitas keluhan yang

dirasakan klien yang memberatkan dan yang meringankan.

Meringankan dengan klien dengan SC adalah ketika klien

istirahat atau tidak banyak gerak dan yang memberatkan pada

pasien SC adalah ketika klien banyak melakukan aktifitas.

Q : Kualitatif/Kuantitatif, yaitu kualitas atau kuantitas keluhan

yang dirasakan klien. Pada klien post SC keluhan yang

dirasakan nyeri pada luka post op.

R : Region, yaitu daerah mana yang mengalami gangguan dan

apakah ada penyebaran ke daerah lain. Pada klien post SC

keluhan yang dirasakan nyeri pada daerah abdomen bagian

bawah.

S : Skala intensitas nyeri yang dirasakan pasien SC dari rentang

0-5, tidak nyeri 1, nyeri ringan 2-3, nyeri berat 4-5.

T : Time, kapan mulai timbulnya rasa nyeri, bisa kadang-

kadang terus menerus bahkan sampai beberapa lama keluhan

bisa berlangsung, bisa hilang timbul atau konstan.

Bagaimana gambaran pasien pots SC hari pertama?


3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah klien mempunyai penyakit menular atau pembedahan

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Peranan keluarga atau keturunan merupakan factor penyebab

penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah di

derita salah satu anggota yang ada hubungannya dengan operasi

misalnya : TBC, DM, dan Hipertensi.

5) Riwayat Obstretri dan Ginekologi

a) Keluhan Haid

Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid,

hari pertama haid terakhir untuk dapat diketahui yang

keluar darah muda atau darah tua, encer atau menggumpal,

lamanya nyeri atau tidak, berbau atau tidak, dimana untuk

mengetahui gambaran-gambaran tentang keadaan alat

kandungan.

b) Perkawinan

Berapa lama kawin dan berapa lama dengan suami yang

sekarang

c) Kehamilan

Riwayat kehamilan pada klien yang partus bisa terdapat

pada primi / multigravida.

d) Riwayat Kelahiran dan persalinan yang lalu


Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan

serta nifas yang lalu, bagaimana keadaan bayi yang

dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak, kelahirannya

normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan

dimana melahirkannya, sehingga mendapat gambaran yang

jelas tentang riwayat kehamilan, persalinan yang lalu.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Pada umumnya tidak dijumpai penurunan kesadaran

kemungkinan didapatkan klien tampak diam, apatis, meringis,

gelisah karena nyeri serta penampilan biasanya lemah.

2) Tanda-tanda vital

Pada klien SC, terkadang tekanan darah menurun akibat SC,

nadi kemungkinan cepat apabila klien cemas dan suhu

meningkat jika terjadi infeksi.

a) Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukkan

kemungkinan adanya infeksi.

b) Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya

untuk persalinan dan keletihan, tekanan darah menurun

perlu diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan PP.

3) Kepala dan wajah

(a) Mata
Inspeksi, kedua mata klien simetris, tidak ada oedema pada

kedua mata, sclera ikterik, konjungtiva anemis, kangtung

mata agak terlihat hitam, tidak ada penonjolan pada kedua

mata klien dan penglihatan normal.

Kenapa isinya seperti data pasien? bukannya bab II adalah

menggambarkan bagaimana secara teori pasien dengan post

SC hari pertama? Jika data itu muncul penjelasan teorinya

seperti apa?

b) Hidung

Inspeksi, keadaan hidung bersih, tidak ada radang, tidak ada

polip, tidak ada cairan maupun benjolan pada hidung klien,

fungsi penciuman klien normal.

Palpasi, apakah adanya nyeri tekan atau tidak.

c) Telinga

Inspeksi, kedua telinga klien simetris, tidak ada serumen,

fungsi pendengaran normal klien tidak menggunakan alat

bantu pendengaran

d) Mulut dan gigi

Inspeksi, keadaan mulut bersih, tidak ada karang gigi

ataupun karies, tidak menggunakan gigi palsu, gusi merah

tidak ada radang, lidah agak kotor, bibir kering.

4) Leher

Inspeksi, bentuk simetris, kaji kebersihan leher, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelenjar getah bening,

(kalau tidak ada kelenjar getah bening bagaimana?) tidak ada


pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan. Palpasi,

adakah nyeri atau bengkak.


5) Dada

a) Jantung

Inspeksi, bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar

Palpasi, Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

Perkusi, tidak ada pelebaran dinding jantung

Auskultasi, bunyi jantung S1/S2 ( lup/dup tidak ada bunyi

tambahan/mur-mur )

Yang dilihat Dadanya Atau Jantungnya? Kalau dibaca

bercampur dengan dada dan jantung. saran saya pisahkan

dulu karena judulnya dada jelaskan dada yg tampak dari

luar. Boleh menjelaskan tentang pemeriksaannya tapi

harusnya dijelaskan bagaimana kondisi jantung pada pasien

post SC hari pertama, Bukannya secara teori ada

perubahan?

b) Paru-paru

Inspeksi, Bentuk dan pergerakan simestris, tidak ada jejas

dan luka, nafas teratur (memang bisa dilihat? seperti

menjelaskan ttg dada inimah, bukan paru-paru)

Palpasi, Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,

(memang paru-paru bisa di palpasi, INi

s e c a r a t e o r i b a g a i m a n a ? taktil fremitus kanan

dan kiri

Perkusi, bunyi sonor

Auskultasi, biasanya bunyi nafas teratur tidak terdengar

suara tambahan wheezing (-), ronkhi (-)

c) Payudara

Inspeksi, bentuk simetris, biasanya terdapat hiperpigmentasi

areola, kemungkinan terdapat tanda-tanda pembendungan


ASI, mamae tampak tegang atau bengkak, pengeluaran ASI

sedikit atau bahkan belum ada, putting susu menonjol

keluar, payudara tampak bersih.

Palpasi, tidak adanya benjolan dan nyeri tekan.


6) Abdomen

Inspeksi, kaji adakah striae dan linniae nigra. P a d a

pasien pots SC secara teori apakah akan

d i t e m u k a n s t r i a e d a n l i n e a ? Kaji keaadaan

abdomen, dan kebersihan. Pada luka post operasi harus dikaji

apakah terdapat luka operasi, biasanya inspeksi dilakukan

pertama kali dengan tujuan untuk mengetahui bentuk perut,

biasanya pada ibu post partum bentuk perutnya cembung.

Palpasi, TFU 2 jari dibawah pusat, adanya nyeri pada luka post

operasi SC, uterus teraba keras, tidak ada distensi kandung

kemih. (sumbernya cantumkan)

Perkusi, biasanya bunyi timpani

(kenapa? jelaskan secara teori)

Auskultasi, Biasanya bising usus 12x/menit. kata siapa?

7) Genetalia

Inspeksi, terdapat lochea rubra berwarna merah, tidak terpasang

kateter (secara teori hari pertama pasien SC bagaimana? inimah

kayak data pasien bukan data secara teori) dan vagina terlihat

kotor, lihat jumlah perdarahan yang keluar, perdarahan lebih

dari 500 cc bisa terjadi anemia.

8) Ekstremitas

Pada pemeriksaan ekstremitas kemungkinan ditemukan

keterbatasan gerak, kelemahan otot yang disebabkan kurangnya

energy karena intake nutrisi kurang, dimana akan tampak tubuh

klien lemah. Terpasang infus, tidak terdapat lesi, kulit lembab,


tidak ada oedema, tidak ada jaringan parut dan tidak ada nyeri

tekan.
e. Aspek psikologis, sosial, dan spiritual

1) Pada pasien hari ke 2 (Dijudul hari ke-1????) biasa pasien

mengalami fase taking in. fase ini merupakan periode

ketergantungan yang berlangsung dari pertama sampai hari hari

kedua melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama

pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan

sering berulang diceritakan kelelahan membuat ibu cukup

istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah

tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi positif

terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

2) Klien dengan post section caesarea akan merasakan adanya rasa

nyeri yang menghambat aktifitas sehari-hari sehingga perlu

dikaji akibat penyakitnya terhadap proses sosialisasi klien. Kaji

juga terhadap hubungan interpersonal klien dengan keluarganya

selama klien dirawat.

3) Dikaji bagaimana klien akan kesembuhannya berhubungan

dengan agama yang di anut, bagaimana aktifitas keagamaannya,

klien selama perawatan di rumah sakit.

f. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Mengkaji kebiasaan makan klien sebelum dan sesudah dirawat

di RS, mencakup frekuensi makan, jenis makanan, nafsu makan,


frekuensi minum, jenis serta jumlahnya. Biasanya pasien

dengan post op section caesarea merasa mual

2) Pola eliminasi BAB dan BAK

Adapun yang dikaji pada klien post operasi section caesarea

mencakup defekasi dan berkemih,biasanya klien mengeluh rasa

penuh di abdomen/rektal, defekasi bias tertunda selama 2

sampai

3 hari disebabkan karena tonus otot usus menurun dan juga akan

terjadi gangguan dalam berkemih disebabkan karena penurunan

fungsi ginjal, kemungkinan terpasang kateter urinalis indwelling

dan terjadi perubahan frekuensi berkemih.

3) Pola istirahat tidur

Meliputi kebiasaan tidur, lamanya serta adanya gangguan atau

tidak. Biasanaya pasien dengan post op section caesarea

mengeluh sulit tidur, kelelahan/keletihan. Pola tidur akan

terganggu karena nyeri pada luka.

4) Personal hygiene

Mencakup kebersihan kulit, rambut, mulut dan gigi, pakaian

dan vulva hygiene. Biasanya klien mempunyai keterbatsan

aktivitas sehingga tidak dapat melakukan perawatan diri

5) Pola aktivitas
Mencakup kegiatan klien sebelum dan sesudah dirawat di RS.

Biasanya aktivitas klien dibantu karena keadaan masih lemah,

aktivitas klien juga masih terbatas.

g. Data penunjang

Hasil pemeriksaan diagnostic dapat memberikan informasi tentang

hal-hal yang mendukung terhadap keadaan penyakit.

1) Hemoglobin mungkin rendah akibat dari pengeluaran darah

yang banyak sehingga terjadi volume plasma darah yang

meningkat.

2) Leukosit untuk mengetahui kemungkinan terjadinya infeksi atau

kemungkinan terjadinya sepsis.

3) Trombosit untuk mengetahui jumlah trombosit serta peranannya

dalam pembekuan darah, sehingga akan diketahui waktu

pembekuan darah.

4) Pemeriksaan jumlah tiroksin terjadi akibat pengaruh dari

hormone estrogen.

h. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan pasien.


Tabel 2.1

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Adanya luka operasi Nyeri akut


- Klien mengatakan nyeri yang menyebabkan
pada daerah abdomen terputusnya kontinuitas
bagian bawah setelah jaringan dan
operasi merangsang reseptor
- Skala nyeri 4 ( 0-5 ) nyeri untuk
DO: mengeluarkan
- Klien tampak meringis neurotransmitter
kesakitan bradikidin, serotine,
- Terdapat luka post histamine dan serotonim
operasi SC pada abdomen rangsangan ini
bagian bawah dihantarkan ke thalamus
- Adanya nyeri tekan dan meneruskan
ambang nyeri yang di
persepsikan sebagai
nyeri.
2 DS: Kemungkinan klien Post operasi Resiko
mengeluh badan terasa menyebabkan adanya Terjadinya
panas luka yang merupakan Infeksi
DO: media yang baik untuk
- Terdapat luka post tubuh dan berkembang
op SC pada bakteri sehingga
abdomen bagian menimbulkan infeksi.
bawah
3 DS : Tindakan SC Gangguan
Klien mengatakan bahwa menyebabkan distensia Eliminasi
klien merasa tidak tuntas kandung kemih Urin
saat berkemih dan sering menyebabkan edema
menahan BAK dan memar di uretra
DO : menyebabkan
- Nokturia penurunan sensivitas
- Inkontinensia dan sensasi kandung
Urine kemih menyebabkan
- Wajah meringis gangguan eliminasi
urin.
4 DS: Adanya nyeri Gangguan
- Klien mengatakan merupakan impuls Pola Istirahat
sering terbangun sensorik yang Tidur
karena nyeri pada merangsang saraf
abdomen bagian otonom mengaktifasi
bawah neuropepineprin
mengakibatkan saraf
DO :
simpatis terangsang
- Klien tampak lelah
untuk mengaktifasi
dan kantong mata
reculating activating
agak hitam
system ( RAS )
- Tidur malam 5-6
mengakibatkan kerja
jam
organ tubuh selalu siaga
DO: terus yang akibatnya
- Tidak tampak kebutuhan tidur
tanda pelepasan terganggu, gangguan
ositosin pemenuhan istirahat
tidur
- Tampak
ketidakadekuatan
asupan susu
- Ketidak mampuan
bayi untuk latch on
pada payudara ibu
secara cepat
- Ketidak cukupan
kesempatan untuk
menghisap
payudara
5 DS: Tindakan SC Defisit
- Klien mengatakan menyebabkan Perawatan
belum mandi penurunan estrogen dan Diri
setelah operasi progesterone
- Klien mengatakan menyebabkan kontraksi
belum pernah sikat uterus dan terjadi
gigi involusi yang tidak
adekuat terjadi
DO:
perdarahan
- Rambut klien
menyebabkan
tampak tidak rapih
penurunan Hb dan o2
- Klien tampak
yang menyebabkan
kusam
kelemahan dan
- Gigi klien tampak
menyebabkan deficit
bersih
perawatan diri.
- Pengeluaran lochea
rubra
6 DS: Post partum atau SC Resiko
hormone prolactin Ketidakefekti
- Klien mengatakan belum ada, kelenjar fan
ASI belum keluar alveoli mamae belum Pemberian
efektif mengeluarkan ASI
DO:
ASI, ketidakefektifan
- Areola mamae
pemberian ASI
hitam
- Pada saat dipencet
papilla mamae
tampak ASI keluar
sedikit
7 DO: Karena adanya nyeri Ketidak
- Klien mengatakan dapat menyebabkan seimbangan
kurang minat pada rangsangan saraf Nutrisi
makanan simpatis untuk Kurang Dari
mengaktifkan Kebutuhan
DO:
hypothalamus dalam
- Klien tampak tidak
mengeluarkan
menghabiskan
neuroepineprin
makanannya
sehingga mengaktifkan
- Membrane mukosa
pusat kenyang yang
tampak pucat
menghambat rasa lapar
dan terjadi penurunan
nafsu makan.
8 DS: Keadaan fisik yang Hambatan
- Laporkan tentang lemah akibat post op Mobilitas
nyeri atau menyebabkan Fisik
ketidaknyamanan kemampuan untuk
pada saat beraktivitas dibatasi
melakukan karena klien khawatir
gerakan, pergerakannya
keengganan untuk membahayakan
bergerak terhadap luka operasi
- Klien mengatakan sehingga aktivitas klien
lemah akan sangat terbatas.

DO:
- Keterbatasan
rentang gerak,
keterbatasan
kemampuan untuk
melakukan
keterampilan
motoric halus atau
kasar.
- ADL dibantu oleh
keluarga
Sumber : Nuratif ( 2015 )

Ganti semua analisa data karena data yang di buat diambil dari data

Pasien Padahal ini maish bab II (Konsep teori). Bandingkan atau

lihat dengan pathway yang dibuat utk menentukan diagnosanya

apakah sama atau beda sumber yang benjadi rujukan????

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan adalah cara umum yang dipakai untuk

mengidentifikasi, memfokuskan dan menghadapi masalah dan respon

khusus klien. ( Doengoes, 2012 ). Menurut potter & perry (2013), ada 3

jenis diagnosa keperawatan yaitu :


a. Diagnosis Aktual, yaitu menggambarkan respons klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya klien mengalami

masalah kesehatan.
b. Diagnosis Risiko, yaitu menggambarkan respons klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat

menyebabkan klien berisiko mengalami masalah kesehatan.

c. Diagnosis Promosi kesehatan, yaitu menggambarkan adanya

keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi

kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau optimal.

Adapun diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien

dengan post SC menurut Nuratif ( 2015 ), adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik akibat sectio

caesarea

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

dan paparan lingkungan

c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan sensivitas dan

sensari kandung kemih

d. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan kelemahan

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak

f. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang

pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post

partum
h. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik,

adanya nyeri.

3. Perencanaan

Tujuan dibuat dan pernyataan diformulasikan untuk memberikan

arahan pada asuhan keperawatan. Istilah yang digunakan harus singkat,

realitas, dapat diukur dan dinyatakan dengan kata-kata dapat dipahami

oleh klien ( Doengoes, 2012 ). Perencanaan yang mungkin muncul

pada klien post SC menurut Nuratif ( 2015 ), adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik akibat sectio

caesarea

1) Tujuan : Nyeri teratasi

2) Kriteria :

a) Mampu mengontrol nyeri

b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

c) Mampu mengenali nyeri. ( skala, intensitas, frekuensi dan

tanda nyeri )

d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang


Tabel 2.2

Perencanaan Diagnosa Keperawatan Nyeri

No Intervensi Rasional
1 Lakukan pengkajian nyeri Dengan dikaji tingkat nyeri
secara komprehensif termasuk diharapkan dapat mengetahui
lokasi, karakteristik, durasi, sejauh mana rasa nyeri
frekuensi, kualitas, dll menyebar atau tidak
2 Anjurkan tentang non Dengan menganjurkan klien
farmakologi relaksasi dengan berlatih teknik relaksasi dengan
cara nafas dalam dan teknik cara nafas dalam dan teknik
distraksi dengan cara distraksi diharapkan tidak
mengalihkan klien dari rasa berfokus pada nyeri dan bisa
nyeri teralihkan pada orang lain
3 Anjurkan posisi sesuai dengan Dengan mengatur posisi sim
kebutuhan untuk mengurangi kiri dan sim kanan akan
rasa nyeri memungkinkan klien terbebas
dari rasa sakit dan
meningkatkan sirkulasi darah
dengan mengurangi tekanan
pada luka.
4 Kolaborasi dengan dokter Analgetik mampu menahan
untuk pemberian analgetik saraf nyeri sehingga rasa nyeri
berkurang
Sumber : Nuratif ( 2015 )

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

dan paparan lingkungan

1) Tujuan : Infeksi tidak terjadi


2) Kriteria :

a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi ( Tidak ada tanda-

tanda infeksi merah, panas, bengkak dan nyeri )

b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi

c) Jumlah leukosit dalam batas normal

Tabel 2.3

Perencanaan Diagnosa Keperawatan Resiko Terjadinya

Infeksi

No Intervensi Rasional
1 Observasi tanda-tanda vital Dapat diketahui tanda-tanda
vital pada klien dan keadaan
umum klien
2 Lakukan perawatan luka Dapat mencegah kuman ke luka
dengan menggunakan teknik insisi sehingga dapat
aseptic dan antiseptic mempercepat proses
penyembuhan luka.
3 Cuci tangan sebelum dan Menghindari kontaminasi
sesudah melakukan tindakan kuman dari luar
4 Kolaborasi dengan dokter Dapat menghindari terjadinya
untuk pemberian terapi infeksi dapat berfungsi untuk
antibiotic membunuh kuman dan
melemahkan kuman secara
sistematik
Sumber : Nuratif ( 2015 )
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan sensivitas

dan sansasi kandung kemih

1) Tujuan : Eliminasi urin optimal

2) Kriteria :

a) Kandung kemih kosong secara penuh

b) Tidak ada residu urin > 100-200 cc

c) Intake cairan dalam rentang normal

d) Balance cairan seimbang

Tabel 2.4

Perencanaan Diagnosa Keperawatan Gangguan

Eliminasi Urine

No Intervensi Rasional
1 Lakukan penilaian kemih Mengetahui kemampuan
yang komprehensif berkemih untuk melakukan
pengobatan
2 Pantau asupan dan keluaran Mengetahui jumlah cairan yang
cairan masuk dan keluar
3 Pantau tingkat distensi Mengetahui adanya
kandung kemih dengan penumpukkan cairan pada
palpasi dan perkusi kandung kemih
Sumber : Nuratif ( 2015 )

d. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan kelemahan

1) Tujuan : Istirahat tidur terpenuhi

2) Kriteria :
a) Kebutuhan tidur terpenuhi

b) Klien tampak segar

Tabel 2.5

Perencanaan Diagnosa keperawatan Gangguan Pola

Istirahat Tidur

No Intervensi Rasional
1 Ciptakan lingkungan yang Dengan menciptakan
nyaman dan tenang lingkungan yang nyaman dan
tenang klien diharapkan dapat
tidur dengan nyaman, tidak ada
yang mengganggu proses tidur
klien.
2 Kurangi cahaya lampu yang Dengan lampu yang terlalu
terlalu terang pada malam hari terang dapat membuat silai dan
mata berakomodasi secara terus
menerus dan merangsang RS
diplomation retikulasi sebagai
akibat klien untuk tidur dengan
mengurangi cahaya klien dapat
tidur
3 Atur posisi senyaman Dengan mengatur posisi klien
mungkin untuk mengurangi dengan posisi semi fowler
rasa nyeri diharapkan akan membuat rasa
nyaman dan rileks sehingga
mendukung untuk beristirahat
Sumber : Nuratif ( 2015 )

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak


1) Tujuan : Personal hygiene terpenuhi

2) Kriteria :

a) Kebutuhan personal hygiene teratasi

b) Badan klien tampak bersih

c) Klien dapat merawat dirinya sendiri secara mandiri

Tabel 2.6

Perencanaan Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan

Diri

No Intervensi Rasional
1 Bantu keluarga untuk Dapat menimbulkan perasaan
memandikan klien nyaman dank lien akan merasa
segar
2 Anjurkan pada keluarga untuk Kebersihan pakaian
mengganti baju klien setiap menimbulkan perasaan
hari nyaman, mencegah gatal-gatal
dan keadaan luka yang dapat
mengganggu kenyamanan klien
3 Jelaskan pentingnya Klien dapat mengerti dan
kebersihan diri mengetahui perawatan dirinya,
sehingga klien terbiasa menjaga
kebersihan dirinya dan
lingkungannya.
4 Lakukan vulva hygiene Klien akan merasakan nyaman
dan menghindari terjadinya
kontaminasi oleh kuman
Sumber : Nuratif ( 2015 )
f. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang

pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara

1) Tujuan : Ketidakefektifan menyusui teratasi

2) Kriteria : Klien mengetahui tentang perawatan payudara

dengan benar

Tabel 2.7

Perencanaan Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan

Pemberian ASI

No Intervensi Rasional
1 Berikan pendidikan kesehatan Agar klien mengerti dan
tentang perawatan payudara mengetahui tentang perawatan
payudara
2 Beri motivasi kepada klien Klien akan mengerti dan akan
tentang perawatan payudara termotivasi untuk melakukan
perawatan payudara
Sumber : Nuratif ( 2015 )

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post

partum.

1) Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

2) Kriteria :

a) Adanya peningkatan berat badan

b) BB ideal sesuai dengan tinggi badan

c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi


d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

e) Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

Tabel 2.8

Perencanaan Diagnosa Keperawatan

Ketidakseimbanagn Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

No Intervensi Rasional
1 Berikan penjelasan tentang Diharapkan klien dapat
makanan untuk kesehatan dan mengerti pemberian makanan
penyembuhan luka jaringan sangat diperlukan bagi tubuh
2 Sajikan makanan dalam Makan dalam keadaan hangat
bentuk hangat dan variasi dan bervariasi akan
merangsang nafsu makan
3 Monitor lingkungan selama Mengetahui factor yang dapat
makan menurunkan selera makan klien
Sumber : Nuratif ( 2015 )

h. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

1) Tujuan : Dapat melakukan mobilitas fisik

2) Kriteria :

a) Menyatakan pemahaman tentang situasi dan program terapi

individu dan tindak keamanan

b) Klien dapat beraktifitas secara mandiri

c) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi

bagian tubuh yang terkena atau bagian tubuh yang sembuh.

d) Kekuatan otot baik


Tabel 2.9

Perencanaan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik

No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kemampuan klien Mengetahui tingkat
untuk beraktivitas kemandirian klien.
2 Motivasi klien untuk Meningkatkan keinginan dalam
melakukan pergerakan secara memenuhi kemampuan dan
bertahan ambulasi
3 Bantu klien untuk memenuhi Status darah dalam pembuluh
kebutuhan sehari-hari peripheral memungkinkan klien
untuk tromboplebitis
4 Tingkatkan aktivitas secara Memberikan rasa tenang dana
bertahap man pada emosional klien
5 Evaluasi perkembangan Mengistirahatkan klien secara
kemampuan klien melakukan optimal
aktivitas
Sumber : Nuratif ( 2015 )

4. Implementasi

Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses

keperawatan dengan melaksanakan strategi keperawatan ( tindakan

keperawatan ) yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus

mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan

perlindungan bagi klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam

prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta dalam

memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana


tindakan ada dua jenis, jenis mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai

profesi, perawat mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam

menentukan asuhan keperawatan ( Doengoes, 2012 ).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai

apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak

untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat

mengetahui seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaan yang telah tercapai ( Meirisa, 2013 ). Adapun tahap

evaluasi menurut Hidayat ( 2014 ) adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Formatif

Adalah evaluasi yang berfokus pada aktivitas proses keperawatan

hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif dilakukan segera

setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna

menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah di laksanakan.

Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang

dikenal dengan istilah SOAP yakni S : subjektif ( data berupa

keluhan klien ), O : objektif ( data hasil pemeriksaan ), A : analisis

data perbandingan dengan teori, dan P : perencanaan.

b. Evaluasi Sumatif

Adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses

keperawatan selesai dilakukan, evaluasi sumatif bertujuan menilai


kualitas tindakan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang

digunakan pada jenis evaluasi ini adalah melakukan wawancara

pada akhir pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan diakhir

layanan.

6. Dokumentasi

Menurut Nursalam ( 2013 ), dokumentasi keperawatan adalah

dokumen tertulis berisi segala aktifitas proses keperawatan yang sudah

diberikan kepada pasien yang berguna bagi pasien, perawat dan tim

kesehatan lainnya dan dapat dijadikan bukti hokum jika sewaktu-waktu

dibutuhkan yang mencakup pengkajian, diagnose, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas Klien

Nama : Ny. R

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Bayongbong, Kab. Garut

Agama : Islam

Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Suku Bangsa : Sunda

No. CM : 012042**

Tanggal Masuk : 12 November 2019

Tanggal Pengkajian : 12 November 2019

Diagnosa Medis : Post SC atas indikasi

Cephalopelvic Disproportion

Gravida : P3A0

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. A
Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Bayongbong, Kab. Garut

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan klien : Kakak

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri pada bagian perut bekas luka operasi.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Menurut penuturan klien, pada tanggal 12 November 2019 pukul

10.25, klien melahirkan dengan section caesarea. Pada saat

dilakukan pengkajian tanggal 12 November 2019 pukul 15.00,

klien mengeluh nyeri pada luka operasi di daerah perut bagian

bawah. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien bergerak dan nyeri

dirasakan berkurang apabila klien istirahat / tidur. Nyeri dirasakan

seperti tersayat-sayat oleh pisau. Klien mengatakan nyeri pada

rentang 3 (rentang nyeri 0-5) secara hilang timbul. Klien tampak

meringis.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya klien pernah melakukan tindakan Sectio Caesarea

sebanyak 2x. Klien tidak pernah mempunyai penyakit menular

seperti TB dan penyakit degenerative seperti diabetes mellitus dan

hipertensi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

penyakit seperti yang klien alami. Dikeluarga klien juga tidak ada

yang mempunyai penyakit menular dan penyakit degenerative

seperti diabetes mellitus dan hipertensi.

5) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a) Riwayat Menstruasi

Klien mengatakan waktu pertama kali haid kira-kira waktu usia

13 tahun. Siklus haid 28 hari, lamanya haid 7 hari. Keluhan

selama haid klien sering nyeri atau dismenore ketika haid.

HPHT

05 Februari 2019. Taksiran Partusnya (TP?)

b) Riwayat Pernikahan

Klien mengatakan ini pernikahan yang pertama. Usia saat

menikah 26 tahun dan suaminya berusia 22 tahun. Usia

pernikahan kurang lebih 10 tahun.

c) Riwayat Keluarga Berencana (KB)


Klien mengatakan sebelumnya menggunakan pil KB setelah

persalinan anak ketiga klien dilakukan tindakan mow (ditulis).

d) Riwayat Kehamilan Sekarang

Klien mengatakan ini kehamilan ketiga, klien merasa hamil 9

bulan, keluhan selama kehamilan tidak ada. Pemeriksaan

kehamilan dilakukan ke bidan secara teratur setiap bulannya.

Klien mengatakan mendapatkan imunisasi TT sebanyak dua

kali.

e) Riwayat Persalinan Sekarang

Pada tanggal 12 November 2019 pukul 09.50 WIB klien dibawa

ke ruang operasi untuk dilakukan tindakan Sectio Caesarea.

Bayi lahir pada pukul 10.25 WIB dengan jenis kelamin laki-

laki, panjang badan 41 cm, berat badan 2730 gram. Sejak lahir

bayi dirawat di ruang Perinatologi dan saat ini klien belum

memberikan bayinya ASI.

f) Riwayat Persalinan Sebelumnya

Pada tahun 2011 klien mengatakan melahirkan anak pertama

dengan tindakan SC dan pada tahun 2017 klien mengatakan

melahirkan anak kedua dengan tindakan SC juga.


Tabel 3.1
Riwayat Persalinan
No Waktu Umur Jenis Tempat / Jenis Berat Bayi Kondisi
partus Kehami Partus Penolong Kelamin Lahir
lan
1 12 Maret 9 Bulan SC Dokter Laki-laki 2800 gr Hidup
2011 Kandung
an
2 7 Agustus 9 Bulan SC Dokter Perempu 3200 gr Hidup
2017 Kandung an
an
3 12 9 Bulan SC Dokter Laki-laki 2730 gr Hidup
November Kandung
2019 an

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan : Klien tampak lemah

Berat badan sebelum hamil : 54 Kg

Berat badan setelah hamil : 63 Kg

Tinggi badan : 150 cm

2) Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 95x/menit

Respirasi : 22x/menit

Suhu : 36,90C

3) Kepala

a) Kepala dan Rambut


Ketika di inspeksi, kepala klien simetris antara bahu kanan

dengan bahu kiri, bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan, kulit

kepala sedikit kotor, tekstur halus dan tidak terdapat lesi.

Penyebaran rambut klien tampak merata, warna rambut klien

hitam, rambut klien tampak kusust.

b) Mata

Ketika di inspeksi mata kiri dan kanan klien simetris, fungsi

penglihatan baik terbukti klien dapat membaca papan nama

mahasiswa dengan jarak 30 cm, bola mata dapat digerakkan ke

segala arah, reflex pupil baik terbukti mengecil ketika diberi

rangsangan cahaya, konjungtiva merah muda, sklera putih,

kelopak mata tidak oedema.

c) Hidung

Ketika di inspeksi, bentuk lubang hidung simetris, penciuman

baik, terbukti klien dapat membedakan bau kayu putih dan

minyak wangi, tidak ada pernafasan cuping hidung, keadaan

bersih, tidak ada secret. Hasil palpasi?

d) Telinga

Ketika di inspeksi, telingan simetris antara kiri dan kanan,

fungsi pendengaran baik terbukti klien dapat menjawab

pertanyaan perawat atau tim medis lainnya, warna telinga sama

dengan kulit sekitar, tekstur halus, keadaan bersih, tidak ada

serumen.
e) Mulut

Ketika di inspeksi, gigi klien bersih, tidak ada caries, warna

putih kekuning-kuningan, bibir lembab, warnanya merah muda,

lidah bersih, fungsi pengecapan baik terbukti klien dapat

membedakan rasa manis (gula pasir) dan rasa asin (garam).

4) Leher

Ketika di inspeksi warna kulit sama dengan kulit sekitar, posisi

simetris dengan kedua bahu, fungsi menelan baik terbukti ketika

klien diberi minum klien dapat menelan dengan baik, tidak ada

peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,

pergerakan leher normal, keadaan kotor. Tyroid? Dokumentasi di

awali dengan hasil inspeksi lalu palpasi secara berurutan

5) Dada

a) Jantung : irama jantung regular, bunyi jantung S1-S2, tidak

terdengar kelainan atau suara tambahan pada bunyi jantung,

tidak ada cyanosis.

b) Paru-paru : pengembangan dada simetris antara kiri dan kanan,

tidak terdapat luka atau benjolan,(paru-paru atau dadanya???)

bunyi paru-paru vesicular, respirasi 22x/menit

c) Payudara : tampak simetris antara kiri dan kanan, payudara

tampak bersih, putting susu menonjol, areola mamae berwarna

hitam, ASI belum keluar, payudara teraba keras, tidak ada

benjolan ataupun nyeri tekan.


6) Abdomen

Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat luka operasi

dengan panjang 10 cm, luka tertutup perban dan tampak terlihat

bercak darah disekitar perban, terdapat striae livide dan linea nigra.

Kulit klien berwarna sawo matang, kulit tampak kotor dan lengket,

turgor kulit klien baik terbukti pada saat dicubit kulit kembali

dalam waktu <2 detik, (Setelah inspeksi lalu Auskultasi dulu)

Pada saat di palpasi terdapat nyeri tekan (pada kuadran/region

mana? atau di tekan pada lukanya????), tinggi fundus uteri dua jari

di bawah pusar (betul utk hari pertama? ), uterus teraba keras, tidak

terdapat distensi kandung kemih, pada saat dilakukan perkusi bunyi

timpani, dan saat dilakukan auskultasi terdapat bising usus

10x/menit.

7) Genetalia

Pada saat di inspeksi, keadaan genetalia kotor, tidak terdapat

haemoroid, klien terpasang dower kateter, terdapat 100 cc urine

yang keluar dalam urine bag, terdapat lochea rubra, jumlah

perdarahan yang keluar kurang lebih 1 pembalut.

8) Ekstremitas

Atas : bentuk simetris, tangan kiri terpasang infus, sehingga (tidak

boleh menyimpulkan) pergerakan terbatas, tangan kanan dapat

digerakkan dengan bebas, kuku bersih dan pendek, kekuatan otot 4

5
Bawah : kedua kaki dapat digerakkan dengan bebas, tidak ada

oedema, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, reflex patella (-),

homans sign (-), varises (-), kekuatan otot 5 5

d. Pola Aktivtas Sehari-hari

Tabel 3.2
Pola Aktivitas Sehari-hari

No. Kegiatan Di rumah Di rumah sakit

1. Pola nutrisi
- Jenis makanan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi porsi TKTP
- Porsi makan 1 porsi 1 porsi
- Frekuensi 3x/hari 3x/hari
- Jenis minuman Air putih, susu, teh Air putih
- Frekuensi 7-8 gelas/hari 2-6 gelas/hari
2. Pola eliminasi
- BAB
Frekuensi Belum BAB
Konsistensi 1x/hari -
Warna Padat -
Khas feces
- BAK
Frekuensi 350 cc dari jam
Warna 5-6x/hari 15.30-20.00 WIB
Kuning jernih Kuning kecoklatan

3. Pola istirahat tidur


- Siang 1-2 jam 1 jam
- Malam 7-8 jam 6-7 jam
4. Personal hygiene
2x/hari Klien mengatakan
- Frekuensi mandi
belum mandi dari
sejak masuk
- Frekuensi gosok
2x/hari ruangan
gigi
1x/hari
- Frekuensi
3x/minggu
keramas
Belum pernah
- Frekuensi
1x/minggu
potong kuku
Belum pernah

5 Pola Aktivitas Selama di rumah, Semenjak masuk


RS, aktivitas klien
klien menjalankan
dibantu oleh
aktivitas secara keluarga.
mandiri.

e. Aspek Psikologis

1. Taking in pada hari ke-1, klien bertanya-tanya karena ASInya

belum keluar.

2. Pola pikir, klien mengatakan kurang mengetahui tentang cara

perawatan payudara.

3. Persepsi diri, klien berharap ingin segera sembuh dan pulang ke

rumanya.

4. Respon ibu terhadap kelahiran bayi, ibu mengatakan senang bisa

melahirkan dengan selamat dan bayinya juga sehat.

5. Respon keluarga terhadap kelahiran bayi, keluarga mengatakan

merasa senang ibu bisa melahirkan dengan selamat dan bayi juga

sehat.

6. Konsep Diri

a) Citra Tubuh

Klien menyukai semua anggota tubuhnya

b) Identitas diri
Klien seorang perempuan berusia 36 tahun dan beragama

islam. Klien merasa sebagai manusia yang sempurna.

c) Ideal diri

Klien ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang, berkumpul

dengan keluarganya.

d) Peran

Klien berperan sebagai istri dari suaminya, sebagai ibu dari

anaknya, tapi saat ini klien sebagai pasien di rumah sakit yang

sedang mendapat perawatan.

e) Harga diri

Klien merasa sangat dihargai oleh suaminya, keluarganya,

tetangganya, terbukti dengan banyaknya keluarga yang

menengoknya.

f. Aspek Sosial

Klien bersosialisasi dengan baik, terbukti klien mampu berinteraksi

dengan perawat, dokter, keluarga, maupun pasien lainnya.

g. Aspek Spritual

Klien beragama Islam, klien selalu berdoa untuk kesembuhannya dan

klien yakin sakit yang dirasakan klien saat ini merupakan cobaan dari

Allah SWT.

h. Data Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium tanggal 13 November 2019


Tabel 3.3
Data Penunjang
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal

1 Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 11,5 g/dL 12,0 – 16,0
Hematocrit 32 % 35 – 47
Leukosit 17.750 /mm3 3.800 – 10.600
Trombosit 226.000 /mm3 150.000 – 440.000
Eritrosit 3.54 Juta/mm3 3,6 – 5,8

2) Therapy tanggal 12 November 2019

a) Infus RL 20 tts/menit

b) Cefotaxime 2 x 1 gr / IV

c) Metronidazole 3 x 500 ml / IV

d) Ketorolac 2 x 30mg / IV

2. Analisa Data

Tabel 3.4
Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem

1. DS : Adanya luka operasi yang Nyeri akut


- Klien mengeluh nyeri pada menyebabkan terputusnya
bagian perut bekas luka operasi. kontinuitas jaringan dan
DO : merangsang reseptor nyeri
- Terdapat luka operasi dengan untuk mengeluarkan
panjang 10 cm neurotransmitter bradikidin,
- Skala nyeri 3 (0-5) serotine, histamine dan
- Klien tampak meringis serotonim rangsangan ini
- T: 120/80mmhg dihantarkan ke thalamus dan
N: 95x/menit meneruskan ambang nyeri
R: 22x/menit yang di persepsikan sebagai
S:36,9oC nyeri.
Kenapa suhu
masuk ke
batasan
karakteristik
nyeri?
2. DS : Adanya luka operasi Hambatan
- Klien mengeluh nyeri pada menyebabkan kemampuan mobilitas fisik
bagian perut bekas luka operasi untuk beraktivitas dibatasi
- Nyeri dirasakan bertambah karena klien khawatir akan
apabila bergerak dan dirasakan pergerakannya yang
berkurang apabila klien istirahat. membahayakan terhadap luka
post operasinya sehingga
DO : aktivitas klien akan sangat
- Klien tampak meringis saat terbatas
bergerak
- Pergerakan tampak terbatas
- ADL dibantu keluarga
3. DS : Post operasi menyebabkan Resiko tinggi
- klien mengatakan terdapat luka adanya luka yang merupakan infeksi
operasi di bagian perut media yang baik untuk tubuh
- klien mengatakan nyeri dan berkembang bakteri Hari pertama
DO : sehingga menimbulkan sudah mengambil
- Keadaan luka tertutup perban infeksi. Resti? Luka masih
- Terlihat bercak darah disekitar tertutup perban
peraban blm bisa dilihat
- Terdapat luka post OP SC tanda2 infeksi?
kurang lebih 10cm
- Leukosit 17.750 /mm3
- T: 120/80mmhg
N: 95x/menit
R: 22x/menit
S:36,9oC
4. DS : Post partum atau SC hormone Resiko
- klien mengatakan ASI belum prolactin belum ada, kelenjar ketidakefektifan
keluar alveoli mamae belum efektif pemberian ASI
- klien mengatakan tidak tahu mengeluarkan ASI, resiko
cara perwatan payudara (Ini ketidakefektifan pemberian
berarti kurang pengetahuan utk ASI
diagnosanya?
DO :
- pengeluaran ASI tidak ada
- payudara teraba keras
- bayi belum disusui
- tidak IMD
- tidak rooming in
Bagaimana dengan konsep teori
tentang hormone yang kaitannya
dengan ejeksi air susu?
5. DS : Adanya luka post operasi Deficit perawatan
- Klien mengatakan nyeri ketika menyebabkan keterbatasan diri
bergerak gerak dalam melakukan
- Klien mengatakan belum mandi aktivitas, sehingga personal
dari sejak masuk ruangan. hygiene harus dibantu dan
DO :
- rambut klien tampak kusut menyebabkan deficit
- kulit klien tampak kotor dan perawatan diri.
lengket

3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Priorotas Masalah

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik akibat sectio caesarea

yang ditandai dengan :

DS : klien mengeluh nyeri pada bagian perut bekas luka operasi

DO :

- Terdapat luka operasi dengan panjang 10 cm

- Skala nyeri 3 (0-5)

- Klien tampak meringis

- T: 120/80mmhg

N: 95x/menit

R: 22x/menit

S:36,9oC

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri yang

ditandai dengan :

DS :

- Klien mengeluh nyeri pada bagian perut bekas luka operasi

- Nyeri dirasakan bertambah apabila bergerak dan berkurang apabila

klien istirahat

DO :
- Klien tampak meringis saat bergerak

- Pergerakan tampak terbatas

- ADL dibantu keluar

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan

paparan lingkungan yang ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan terdapat luka operasi di bagian perut

- Klien mengatakan nyeri

DO :

- Keadaan luka tertutup perban

- Terlihat bercak darah disekitar perban

- Terdapat luka post OP SC kurang lebih 10cm

- Leukosit 17.750 /mm3

- T: 120/80mmhg

N: 95x/menit

R: 22x/menit

S:36,9oC

d. Resiko ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan Kurang

pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara (anaknya sudah 3???)


yang ditandai dengan :

DS :

- klien mengatakan ASInya belum keluar

- klien mengatakan tidak tahu cara perawatan payudara


DO :

- pengeluaran ASI belum ada

- payudara teraba keras

- bayi belum disusui

- tidak IMD

- tidak rooming in

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak yang

ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan nyeri ketika bergerak dan

- Klien mengatakan belum mandi sejak masuk ruangan

DO :

- Rambut klien tampak kusut

- Kulit klien kotor dan lengket


74

4. Proses Keperawatan

Tabel 3.5

Proses Keperawatan

Nama : Ny. R Dx Medis : Post SC a/i CPD

Umur : 36 tahun No.CM : 012042**

N Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi


o Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui Tanggal 12-11-2019 Tanggal 12-11-2019
berhubungan dengan tindakan 2. Kaji tingkat nyeri keadaan umum Pukul 15.10 WIB Pukul 20.00 WIB
Agen injuri fisik akibat keperawatan 3x24 pada klien, klien 1. Megobservasi S : Klien masih
sectio caesarea yang jam diharapkan nyeri karakteristik dan 2. Dengan tanda tanda vital mengeluh nyeri
ditandai dengan : klien berkurang atau lokasi nyeri mengetahui klien O:
DS : hilang dengan 3. Ajarkan dan lakukan seberapa besar Hasil : - Klien tampak
- klien mengeluh kriteria hasil : teknik relaksasi nyeri yang T: 120/80mmhg meringgis
nyeri pada 1. Klien mampu (menarik nafas dirasakan klien N: 95x/menit - Skala nyeri 3
bagian perut mengontrol nyeri dalam) dapat R: 22x/menit (0-5)
bekas luka (tahu penyebab 4. Kolaborasi memudahkan S:36,9oC
operasi. nyeri, mampu T: 120/70mmhg
pemberian therapy intervensi N: 87x/menit
DO : menggunakan analgetik Tanggal 12-11-2019
selanjutnya R: 22x/menit
- terdapat luka teknik
nonfarmakologi 3. Untuk Pukul 15.15 WIB S:36,7oC
operasi dengan Penulisannya sejajar biar 2. Mengkaji skala
utuk mengurangi mengalihkan
panjang 10 cm enak dibacanya. nyeri klien A : Masalah belum
rasa nyeri dan
memberikan teratasi
- skala nyeri 3 nyeri, mencari kenyamanan Hasil : Klien P : Lanjutkan
(0-5) bantuan) pada klien mengeluh nyeri, intervensi 1,2,3,4
- klien tampak 2. Klien melaporkan 4. Untuk klien tampak
meringis bahwa nyeri mengurangi meringis, skala 3 ( Anisa Eka
- T: berkurang dengan rasa nyeri yang (0-5) Rahmawati )
120/80mmhg menggunakan dirasakan pada
N: 95x/menit manajemen nyeri klien Tanggal 12-11-2019
R: 22x/menit 3. Mampu Pukul 15.20 WIB
S:36,9oC mengenali nyeri : 3. Mengajarkan dan
skala nyeri 0 (0-5) melakukan
teknik relaksasi
(menarik nafas
dalam)
Hasil : Klien
mengikuti
perintah

Tanggal 12-11-2019
Pukul 17.00 WIB
4. Berkolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
therapy analgetik
(Ketorolac
30mg/IV)
Hasil : Klien
kooperatif, mau
diberikan therapy
obat analgetik.

2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1.Mengetahui tingkat Tanggal 12-11-2019 Tanggal 12-11-2019
fisik berhubungan tindakan kemampuan klien kemandirian klien. Pukul 17.10 WIB Pukul 20.00 WIB
dengan adanya nyeri keperawatan 3x24 untuk beraktivitas 2. Mobilisasi dini 1. Mengkaji (inikan
ditandai dengan : jam diharapkan dapat 2. Motivasi klien untuk sangat bermanfaat sudah tahap S:
DS : melakukan mobilitas melakukan mobilisasi untuk implementasi) - Klien
- Klien fisik yang ditandai dini secara bertahap : melancarkan tingkat mengatakan
mengeluh dengan : a. Hari ke 1 sirkulasi darah, kemampuan klien nyeri
nyeri pada 1. Klien mampu 6-10 jam setelah membantu proses untuk beraktivas dibagian
bagian perut untuk melakukan klien sadar, latih pemulihan,
Hasil : perut bekas
bekas luka mobilisasi dini klien untuk mencegah
terjadinya infeksi - Klien operasi
operasi 2. Klien dapat melakukan mengatakan - Klien
- Nyeri beraktifitas secara miring kanan dan yang timbul
karena gangguan nyeri dibagian mengatakan
dirasakan mandiri miring kiri perut bekas nyeri
bertambah b. Hari ke 2 pembuluh darah
balik serta operasi bertambah
apabila Latih klien untuk
mencegah - Klien apabila
bergerak dan duduk 5 dan minta
perdarahan lebih mengatakan bergerak
dirasakan untuk nafas
berkurang lanjut. nyeri O:
bernafas dalam- 3. Status darah bertambah - Klen tampak
apabila klien dalam lalu
istirahat. dalam pembuluh apabila berbaring di
menghembuskann bergerak tempat tidur
DO : ya disertai batuk- peripheral 2. Memotivasi klien - Klien tampak
- Klien tampak batuk kecil untuk memungkinkan untuk melakukan meringis saat
meringis saat melonggarkan klien untuk mobilisasi dini bergerak
bergerak pernafasan dan tromboplebitis. Hari ke 1 - Aktivitas
- Pergerakan sekaligus Melatih klien untuk dibantu oleh
tampak menumbuhkan melakukan miring keluarga
terbatas kepercayaan pada kanan dan miring A : Masalah belum
- ADL dibantu diri klien bahwa kiri teratasi
ia mulai pulih. Hasil : P : Lanjutkan
keluarga
Posisi tidur - Klien tampak Intervensi 1,2,3
terlentang diubah meringis saat
menjadi semi bergerak ( Anisa Eka
fowler. - Klien tampak Rahmawati )
c. Hari ke 3-5 berbaring
Anjurkan klien ditempat tidur
untuk belajar
duduk selama Tanggal 12-11-2019
sehari dan belajar Pukul 17.20
berjalan sendiri. 3. Membantu klien
3. Bantu klien untuk untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan kebutuhan sehar-
sehari-hari hari
Hasil :
- Aktivitas klien
dibantu
keluarga
3 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1.Mengetahui Tanggal 13-11-2019 Tanggal 13-11-2019
berhubungan dengan tindakan 2. Lakukan perawatan keadaan umum Pukul 08.00 WIB Pukul 10.20 WIB
kerusakan jaringan keperawatan selama luka dengan tehnik klien 1. Mengkaji S:
dan paparan 2x24 jam diharapkan steril 2.Dapat mencegah (observasi) 5. klien
lingkungan yang resiko terjadinya 3. Cuci tangan sebelum kuman ke luka TTV Hasil : mengatakan
ditandai dengan : infeksi dapat teratasi dan sesudah insisi sehingga TD : 110/90 terdapat
DS : dengan kriteria hasil : melakukan tindakan dapat mempercepat mmhg luka
- klien 1. Klien tidak 4. Pertahankan luka agar proses N : 89x/menit dibagian
mengatakan mengeluh nyeri penyembuhan luka
tetap kering R : 20x/menit perut bawah
terdapat luka 2. Tidak ada tanda- 3.Menghindari
5. Kolaborasi pemberian kontaminasi kuman S : 36,5ºC
operasi di tanda infeksi antibiotic sesuai O:
bagian perut. dari luar - T 120/70
3. Menunjukkan dengan petunjuk 4.Mempercepat Tanggal 13-11-2019
- Klien terjadinya proses dokter Jangan dicampur mmh
mengeluh penyembuhan luka
penyembuhan harusnya pas tanggal N
5.Dapat menghindari
nyeri luka pengkajian tgl 13 85x/menit
terjadinya infeksi
4. Leukosit dalam dapat berfungsi sebagai catatan R
DO : 20x/menit
batas normal untuk membunuh perkembangan)
- Keadaan luka S 36,0ºC
tertutup perban kuman dan Pukul 08.15 WIB
melemahkan - Terdapat
- Terlihat bercak luka post
kuman secara 2. Melakukan
darah disekitar Op SC
sistematik perawatan luka
perban kurang
- Terdapat luka dengan tehnik
steril lebih 10 cm
post OP SC - Luka agak
kurang lebih Hasil : Klien
mengatakan kering
10cm
terdapat luka A : masalah teratsi
- Leukosit post SC sebagian
17.750 /mm3 dibagian perut
bawah,
- T: luka agak P : lanjutkan
120/80mmhg kering. intervensi 1,2,4,5
N: 95x/menit
R: 22x/menit ( Anisa Eka
S:36,9oC Tanggal 13-11-2019 Rahmawati )
Pukul 08.40 WIB
3. Mempertahank
an luka agar
tetap kering
Hasil :
Luka ditutup
menggunakan
perban

Tanggal 13-11-2019
Pukul 09.00 WIB
4. Memberikan
antibiotic
sesuai dengan
petunjuk
dokter
(Cefotaxime
1x1 g /IV)
Hasil :
Klien
kooperatif,
mau diberikan
therapy obat
antibiotic
4 Resiko Setelah dilakukan 1. Berikan pendidikan 1. Agar klien Tanggal 13-11-2019 Tanggal 13-11-2019
ketidakefektifan tindakan kesehatan tentang mengerti dan Pukul 10.15 WIB Pukul 10.50 WIB
pemberian ASI keperawatan selama perawatan payudara mengetahui 1. Memberikan S:
berhubungan dengan 2x20 jam 2. Beri motivasi kepada tentang perawatan pendidikan - klien
Kurang pengetahuan pengetahuan klien klien tentang payudara kesehatan tentang mengatakan
ibu mengenai bertambah dan perawatan payudara 2. Klien akan perawatan payudara mengerti
perawatan payudara produksi ASI mengerti dan akan ( pijat oksitosin ) tentang cara
yang ditandai dengan : adekuat yang termotivasi untuk Hasil : melakukan
DS : ditandai dengan: melakukan - Klien perawatan
- klien Klien mengetahui perawatan
mengatan payudara
mengatakan payudara
tentang perawatan mengerti dengan pijat
ASInya belum
keluar payudara dengan tentang cara oksitosin
- klien baik dan benar. melakukan
perawatan O:
mengatakan
payudara - klien tampak
tidak tahu cara
dengan pijat memahami
perwatan
oksitosin dan mengerti
payudara
- payudara
Tanggal 13-11-2019 teraba
DO :
Pukul 10.35 WIB bengkak
- pengeluaran
2. Memberikan - asi belum
ASI tidak ada
motivasi kepada keluar
- payudara
teraba keras klien tentang
- bayi belum perawatan payudara A : masalah teratasi
disusui Hasil : sebagian
- tidak IMD - Klien P : Lanjutkan
- tidak rooming memahami dan intervensi 2
in mengerti, ( Anisa Eka
payudara Rahmawati )
teraba
bengkak, ASI
belum keluar

5 Defisit perawatan diri


Setelah dilakukan 1. Bantu keluarga 1. .Dapat Tanggal 14-11-2019 Tanggal 14-11-2019
berhubungan dengan tindakan untuk memandikan menimbulkan Pukul 09.40 WIB Pukul 10.10 WIB
keterbatasan gerak
keperawatan selama klien, menyisir perasaan nyaman 1. Membantu S:
yang ditandai dengan :
1x30 menit rambut dan klien akan untuk - Klien
DS : kebutuhan personal 2. Anjurkan pada merasa segar memandikan mengatakan
- Klien hygiene keluarga untuk 2. Kebersihan klien dengan segar
mengatakan terpenuhi/teratasi mengganti baju pakaian cara di spon dan
nyeri ketika
dengan kriteria hasil : klien setiap hari menimbulkan menyisir rambut O:
bergerak 1. Mengungkapkan 3. Jelaskan pentingnya perasaan nyaman, - Klien
Hasil :
- Klien secara verbal kebersihan diri mencegah gatal- terrlihat segar
4. Lakukan vulva gatal dan keadaan Klien
mengatakan kepuasan tentang - Rambut klien
hygiene luka yang dapat mengatakan
belum mandi kebersihan tubuh rapi
mengganggu segar
sejak masuk 2. Klien tampak A : masalah teratasi
kenyaman klien Klien terlihat
ruangan bersih P : Pertahankan
3. Klien dapat segar
3. Rambut tertata Rambut klien intervensi
DO : mengerti dan
- Rambut klien rapih mengetahhui rapi
tampak kusut perawatan
dirinya, sehingga ( Anisa Eka
klien terbiasa Tanggal 14-11-2019 Rahmawati )
Pukul 09.55 WIB
- Kulit klien menjaga 2. Menganjurkan
kotor dan kebersihan pada keluarga
lengket dirinya dan untuk
lingkungannya mengganti baju
4. Klien akan klien setiap hari
merasa nyaman Hasil :
dan menghindari Klien tampak
terjadinya segar dan rapih
kontaminasi oleh
kuman
Tanggal 14-11-2019
Pukul 10.00 WIB
3. Menjelaskan
kepada klien
tentang
pentingnya
kebersihan diri
Hasil :
Klien
memahami dan
mengerti
tentang
pentingnya
perawatan diri

Tanggal 14-11-2019
Pukul 09.40 WIB
4. Melakukan
vulva hygiene
kepada klien
Hasil :
Klien merasa
nyaman
Bagian vagina
tampak lebih
bersih.
84

5. Catatan Perkembangan (Evaluasi lagi utk pendokumentasian catatan


perkembangannya)

Tabel 3.6
Catatan Perkembangan
Nama : Ny.R No. CM : 012042**

Umur : 36 Tahun Ruang : Jade

Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis : Post SC a/I CPD

No Tanggal DP Catatan perkembangan Paraf


1 Rabu I S : Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
13-11-2019 SC
Pukul 08.00 sedikit berkurang.
WIB O : Skala nyeri 2 (0-5)
A : Masalah teratasi sebagian Tulis diagnosanya
P : Lanjutkan intervensi 1,2 (dituliskan) Anisa
I : Jam? Eka
- Mengkaji Skala Nyeri Rahmaw
- Mengobservasi TTV : ati
TD : 120/90 mmHg
P : 90 x/m
R : 24 x/m
S : 36,4oC

2 Pukul 12.30 II E
S :: Masalah teratasi sebagian (Jam?)
WIB 08.00 - Klien mengatakan nyeri dibagian perut bekas
luka operasi
O:
- Klien mampu untuk melakukan miring kanan-
miring kiri
- Aktivitas klien dibantu keluarga
A : Lanjutkan Intervensi 1,2,3
P : Masalah teratasi sebagian Anisa
I : Jam? Eka
- Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk Rahmaw
beraktivitas ati
- Memotivasi klien untuk melakukan mobilisai
dini secara bertahap :
Hari ke 2
Melatih klien untuk duduk 5 dan minta untuk
nafas bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil.
Memposisikan tidur klien dengan semi fowler.
- Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
P:
- Masalah teratasi sebagian

No Tanggal DP Catatan perkembangan Paraf


1 Kamis I S:
14-11-2019 - Klien mengatakan lukanya masih nyeri ketika
Jam: 10.00 klien bergerak
O:
- Skala nyeri 2 (0-5)
A : Masalah teratasi sebagian Anisa
P : Lanjutknan intervensi 1,2 Eka
I :Jam Rahmaw
- Mengkaji Skala Nyeri ati
- Mengobservasi TTV :
TD : 120/90 mmHg
P : 86 x/m
R : 22 x/m
S : 36,4oC
E : Masalah Teratasi sebagian Jam
2 Jam 10.10 II S : Klien mengatan lukanya masih nyeri ketika klien
bergerak
O:
- Klien mampu untuk duduk
- Posisi tidur klien semi fowler
- Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga
A : Masalah teratasi sebagian Anisa
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 Eka
I : Jam Rahmaw
- Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk ati
beraktivitas
- Memotivasi klien untuk melakukan mobilisasi
dini secara bertahap :
Hari ke 3-5
Menganjurkan klien untuk belajar duduk
selama sehari dan belajar berjalan sendiri
- Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
E : Masalah teratasi sebagian
3 Jam: 10.20 III S : Klien mengatakan lukanya masih tertutup perban
O:
- Keadaan luka tertutup
- Perban tampak bersih Anisa
A : Masalah teratasi sebagian Eka
P : lanjutkan intervensi 2,4 Rahmaw
I : jam ati
- Melakukan perawatan luka dengan tehnik steril
- Mempertahankan luka agar tetap kering
E: Masalah teratasi sebagian : jam
4 Jam 10.50 IV S : klien mengatakan mengerti tentang cara
WIB melakukan perawatan payudara dengan pijat oksitosin
O: Anisa
- asi sudah keluar Eka
- bayi sudah disusui Rahmaw
A : masalah teratasi ati
P : Hentikan intervensi (hapus)

No Tanggal DP Catatan perkembangan Paraf


1 Jumat 15- I S : Klien mengatakan nyeri berkurang ketika klien
11-2019 bergerak
Jam: 15.00 O : Skala nyeri 1 (0-5)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutknan intervensi 1,2 Anisa
I : - Mengkaji Skala Nyeri Jam Eka
- Mengobservasi Rahmaw
TTV : TD : 110/80 ati
mmHg
P : 88 x/m
R : 22 x/m
S : 36,4oC
2 Jam 15.10 II E
S :: Masalah Teratasi sebagian
Klien mengatakan nyeri Jam
berkurang ketika klien
bergerak
O:
Anisa
- Klien mampu untuk berjalan sendiri
Eka
- Aktivitas klien masih dibantu keluarga
Rahmaw
sebagian
ati
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,3
I : Jam
- Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk
beraktivitas
- Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
E : Masalah teratasi sebagian Jam
3 Jam 15.20 III S : Klien mengatakan lukanya masih tertutup perban
WIB O:
- Keadaan luka tertutup
- Perban tampak bersih Anisa
A : Masalah belum teratasi Eka
P : Lanjutkan intervensi 2,4 Rahmaw
I : Jam ati
- Melakukan perawatan luka dengan tehnik steril
- Mempertahankan luka agar tetap kering
E: Masalah teratasi sebagian Jam

B. Pembahasan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny.R

dengan post section caesarea atas indikasi CPD di Ruang Jade RSU

dr.Slamet Garut yang dilaksanakan pada tanggal 12 November 2019

sampai

15 November 2019. Selama melaksanakan asuhan keperawatan

kesenjangan tahapan asuhan keperawatan yaitu tahap pengkajian, tahap

diagnose keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan

evaluasi. Berikut uraian hasil dari asuhan keperawatan yang penulis

lakukan kepada Ny.R yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.

1. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, dimana

penulis mengkaji klien secara keseluruhan yang meliputi bio-psiko-

sosial dan spiritual. Sebelum mengkaji, penulis melakukan pendekatan

dengan
cara memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan asuhan

keperawatan pada klien. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data secara objektif dari hasil observasi dan subjektif

yang dilontarkan oleh klien dan keluarga serta data sekunder yang di

dapat dari status klien selama dirawat.

Dalam pengkajian pada NY.R dengan post operasi section caesarea

atas indikasi CPD didapatkan klien mengeluh nyeri pada luka post

section caesarea. Keluhan nyeri ini terjadi karena adanya luka operasi

yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan dan merangsang

reseptor nyeri untuk mengeluarkan neurotransmitter bradikidin,

serotine, histamine dan serotonim rangsangan ini dihantarkan ke

thalamus dan meneruskan ambang nyeri dan di persepsikan sebagai

nyeri. ( Nuratif,

2015 ).

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut

sehingga persepsi nyeri timbul setelah dilakukan tindakan section

caesarea. Dampak yang akan terjadi pada klien yang tidak adekuat akan

menimbulkan gangguan mobilitas karena adanya nyeri pada luka. (

Sofian, 2012 )

Menurut ( Primadina, dkk 2019 ) proses penyembuhan luka

mengalami 3 tahap yaitu fase inlamasi yang dibagi menjadi early

inflammation dan late inflammation yang terjadi dari hari 0 – 5 pasca


terluka. Fase Proliferasi, yang meliputi tiga proses utama yakni :

Neoangiogenesis, pembentukan fibroblast dan re-epitelisasi, terjadi dari

hari ke 3 sampai hari ke 21 pasca luka. Fibroblast menghasilkan

mukopolisakarid dan serat kolagen yang terdiri dari asam-asam amino

glisin, prolin dan hidroksiprolin. Pada fase ini, luka diisi oleh sel-sel

radang, fibroblast, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru dan

membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata yang

disebut dengan jaringan granulasi ( Farmitalia, 2012 ). Apabila pada

fase ini terkena kontaminasi mikro organisme maka kemungkinan akan

terjadi resiko infeksi. Fase maturase terjadi mulai hari ke 21 sampai 1

tahun pasca luka. Pada NY.R ditemukan tanda munculnya resiko infeksi

dengan meningkatnya jumlah leukosit.

Perubahan fisiologi pada ibu post SC yaitu kadar estrogen dan

progesterone serum menurun sejak 3 hari pasca persalinan dan

mencapai nilai pra-kehamilan pada hari ke-7. Nilai tersebut akan

menetap bila ibu tidak memberikan ASI maka estradiol akan mulai

meningkat dan menyebabkan pertumbuhan folikel. Proses laktasi timbul

setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung penghambat prolactin (

hormone plasenta ) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah

plasenta lepas hormone plasenta tidak ada lagi sehingga air susu pun

keluar. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun,

sebelumnya dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang bagus

sekali untuk bayi karena


mengandung zat kaya gizi dan antibody pembunuh kuman. Tidak

dilakukannya IMD dan rawat gabung antara ibu dan bayi menyebabkan

tidak adanya hisapan bayi saat dilakukan IMD dan pemberian susu

menggunakan dot menyebabkan bayi menjadi bingung putting.

( Hutahaean, 2010 )

Akibat post section caesarea, Ny.R tidak mampu untuk

membersihkan diri secara mandiri, hal ini disebabkan karena adanya

luka post operasi yang menyebabkan keterbatasan gerak dalam

melakukan aktivitas, sehingga personal hygiene harus dibantu. ( Nuratif,

2015 )

2. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus tidak semua diagnose keperawatan muncul sesuai

dengan teori yang terdapat dalam BAB II karena dalam merumuskan

masalah keperawatan ini harus berdasarkan keluhan-keluhan yang di

dapat dari klien ataupun pemeriksa yang di dapat. Adapun diagnose

yang di dapat :

Menurut Nanda ( 2013 ), nyeri akut merupakan sensasi dan

pengalaman yang tidak menyenangkan serta muncul secara actual

maupun potensial terhadap kerusakan jaringan, dengan rentang waktu

tertentu dengan skala yang berbeda-beda. Alasan diagnose tersebut

diangkat karena saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu klien

mengeluh nyeri pada bagian perut bekas luka operasi, dan data objektif

yaitu klien tampak meringis, terdapat luka operasi dengan panjang 10

cm,
skala nyeri 3 (0-5), tanda-tanda vital TD 120/80 mmhg, nadi 95x/menit,

pernafasan 22x/menit, suhu 36,9oC. Diagnosa tersebut penulis

prioritaskan karena keluhan yang dirasakan klien saat itu dan apabila

masalah itu tidak segera ditangani akan menimbulkan ketidaknyamanan

bagi klien dan bisa mengganggu aktifitas klien sehingga akan timbul

ketakutan untuk melakukan gerakan dan tindakan.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri adalah

keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah ( Nuratif & Kusuma, 2015 ). Dari

data tersebut diperoleh klien mengeluh nyeri pada bagian perut bekas

operasi, nyeri dirasakan bertambah apabila banyak bergerak dan

berkurang apabila diistirahatkan, klien tampak meringis saat bergerak,

pergerakan klien terbatas, ADL dibantu oleh keluarga. kan menjelaskan

tentang Hambatan mobilitas fisik kenapa yg di bahas tentang nyeri

Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan

paparan lingkungan. Menurut teori resiko infeksi yang berarti beresiko

tinggi terhadap invasi organisme pathogen dimana adanya

ketidakadekuatan pertahanan primer ( kulit rusak, trauma jaringan,

penurunan kerja silia, statis cairan tubuh, perubahan sekresi pH,

perubahan peristaltis ) (Doengoes, 2015). Dari data tersebut diperoleh

klien mengatakan terdapat luka operasi di bagian perut, klien

mengatakan nyeri, keadaan luka tertutup perban, terlihat bercak darah

disekitar perban, terdapat luka


post OP SC kurang lebih 10cm, leukosit 17.750 /mm3, tanda-tanda vital

TD 120/80 mmhg, nadi 95x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,9oC.

Resiko ketidakefektifan pemberian ASI karena persepsi suplai ASI

yang tidak adekuat dan ketidakpuasan menyusui ( Nanda, 2015 ). Dari

data yang di dapat pada klien Ny.R Resiko ketidakefektifan pemberian

ASI karena klien mengatakan ASI nya belum keluar, klien tidak tahu

cara perawatan payudara yang baik dan benar, pengeluaran ASI tidak

ada, payudara teraba keras, bayi belum menyusui, tidak IMD, tidak

rooming in.

Defisit perawatan diri terjadi karena klien tidak terlalu banyak

bergerak karena adanya luka insisi dinding abdomen ( Wilkinson, 2011

). Dari data yang di dapatkan Ny.R Defisit perawatan diri diakibatkan

karena klien mengeluh belum mandi sejak pertama masuk rumah sakit,

kulit klien tampak kotor dan lengket, dan rambut klien tampak kusut.

Harusnya di jelaskan bukan hanya menyebutkan

3. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan penulis menyusun rencana tindakan

keperawatan disesuaikan dengan permasalahan yang timbul. Penyusun

rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan kondisi dan situasi

klien. Dalam tahap perencanaan ini penulis tidak mengalami hambatan

sebab didukung oleh teori serta kerjasama perawat ruangan untuk

melaksanakan tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien.


Nyeri akut tindakan (rencana mungkin… kan judulnya juga

rencana.) yang penulis lakukan yaitu kaji tanda-tanda vital diharapkan

untuk mengetahui tingkat dan menentukan tindakan selanjutnya, kaji

tingkat nyeri, karakteristik dan lokasi nyeri pada klien untuk mengetahui

seberapa besar nyeri yang dirasakan klien dan dapat memudahkan

intervensi selanjutnya, anjurkan klien teknik relaksasi dan distraksi

untuk memberikan kenyamanan pada klien, berikan therapy obat

analgetik untuk mengurangi nyeri klien.

Hambatan mobilitas fisik yang akan penulis lakukan yaitu Kaji

tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas bertujuan untuk mengetahui

tingkat kemandirian klien, motivasi klien untuk melakukan mobilisasi

dini secara bertahap, hari ke 1 6-10 jam setelah klien sadar, latih klien

untuk melakukan miring kanan dan miring kiri, hari ke 2 latih klien

untuk duduk 5 dan minta untuk nafas bernafas dalam-dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil untuk melonggarkan

pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri klien

bahwa ia mulai pulih. Posisi tidur terlentang diubah menjadi semi

fowler. Hari ke 3-5 anjurkan klien untuk belajar duduk selama sehari

dan belajar berjalan sendiri, bantu klien untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Resiko terjadinya infeksi yang akan penulis lakukan yaitu kaji

tanda- tanda vital untuk mengetahui keadaan umum klien, lakukan

perawatan luka dengan menggunakan teknik steril dapat mencegah

kuman ke luka insisi sehingga dapat mempercepat proses

penyembuhan luka, cuci


tangan sebelum dan sesudah tindakan dapat menghindari terjadinya

infeksi, pertahankan luka agar cepat kering untuk menghindari

kontaminasi kuman dari luar, berikan therapy antibiotic yang berfungsi

untuk membunuh kuman dan melemahkan secara sistematik.

Resiko ketidakefektifan pemberian ASI yang akan penulis lakukan

yaitu berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara agar

klien mengerti dan mengetahui tentang perawatan payudara ( pijat

oksitosin ), dan berikan motivasi kepada klie tentang perawatan

payudara agar klien mengerti dan akan termotivasi untuk melakukan

perawatan payudara.

Defisit perawatan diri yang akan penulis lakukan yaitu bantu klien

untuk memandikan dan menyisir rambut klien yang dapat menimbulkan

perasaan nyaman, anjurkan pada keluarga untuk mengganti baju klien

setiap hari untuk mencegah gatal-gatal dan keadaan luka yang dapat

mengganggu kenyaman klien, jelaskan pentingnya kebersihan diri agar

klien dapat mengerti dan mengetahhui perawatan dirinya sehingga klien

terbiasa menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya, lakukan vulva

hygiene agar klien merasa nyaman dan menghindari terjadinya

kontaminasi oleh kuman.

4. Tahap Implementasi

Dalam tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

dengan rencana tindakan yang telah diterapkan (ditetapkan).


Nyeri akut setelah post op section caesarea dilakukan sesuai dengan

masalah yang dialami klien, mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji

tingkat nyeri, karakteristik dan lokasi nyeri pada klien, menganjurkan

klien teknik relaksasi dan distraksi, memberikan therapy obat analgetik

untuk mengurangi nyeri klien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan perencanaan respon klien baik dan tanda-tanda vital

dalam keadaan normal dan nyeri berkurang.

Hambatan mobilitas fisik dilakukan sesuai dengan masalah yang

dialami klien, . mengkaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas,

memotivasi klien untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap,

membantu klien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Respon klien

baik.

Resiko terjadinya infeksi mengkaji tanda-tanda vital, melakukan

perawatan luka menggunakan teknik steril, mencuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan, mempertahankan luka agar tetap kering, memberikan

therapy antibiotic. Respon klien baik.

Resiko ketidakefektifan pemberian ASI penulis memberikan

penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien, menjelaskan pendidikan

kesehatan tentang perawatan payudara dan memberi motivasi kepada

klien tentang perawatan payudara. Respon klien baik.

Defisit perawatan diri penulis membantu memandikan dan menyisir

rambut klien, menganjurkan pada keluarga untuk mengganti baju klien


setiap hari, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, melakukan vulva

hygiene. Respon klien baik, klien terlihat nyaman dan segar, klien

terlihat rapih.

5. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

berguna untuk menilai kemajuan kondisi klien, yang telah mendapatkan

asuhan keperawatan selama 3 hari. Setelah melaksanakan asuhan

keperawatan pada Ny.R, penulis menemukan empat masalah

keperawatan . Dari lima masalah keperawatan itu tidak semua dapat

teratasi. Diagnosa yang teratasi hanya dua yaitu :

a. Resiko ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan

kurang pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak

Adapun masalah yang teratasi sebagian, yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik akibat sectio

caesarea

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan

paparan lingkungan
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.R P3A0 dengan post

section caesarea hari ke-1 atas indikasi CPD di ruang Jade RSU dr.Slamet

Garut mulai dari tanggal 12-15 November 2019 secara langsung dan

komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-soial dan spiritual

berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama pendidikan,

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.R post section

caesarea atas indikasi CPD. Penulis mendapatkan data klien mengeluh

nyeri pada luka bekas operasi, klien mengeluh aktivitasnya terganggu

karena adanya nyeri, leukosit klien mengalami peningkatan, klien

mengatakan pengeluaran ASI belum ada, dan mengatakan belum mandi

semenjak masuk RS.

2. Penulis mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.R post

section caesarea atas indikasi CPD. Adapun diagnose yang muncul pada

klien adalah nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, resiko tinggi infeksi,

resiko ketidakefektifan pemberian ASI, dan deficit perawatan diri.

3. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada Ny.R post section

caesarea atas indikasi CPD dengan berfokus pada diagnosa keperawatan

yang muncul pada Ny.R.


4. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny.R post

section caesarea atas indikasi CPD sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

5. Penulis mampu mengevaluasi dari setiap tindakan keperawatan pada

Ny.R post sectio caesarea atas indikasi CPD. Dari ke lima masalah yang

muncul, resiko ketidakefektifan pemberian ASI dan deficit perawatan

diri teratasi. Sedangkan, untuk nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan

resiko tinggi infeksi teratasi sebagian.

6. Penulis mampu mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Ny.R post sectio caesarea atas indikasi CPD dalam bentuk study

kasus. kalau lihat di tujuan tidak dituliskan ya…makanya masukkan di

tujuan khusus.

B. Rekomendasi

Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada Ny.R secara

sistematik dan komprehensif, maka penulis dapat memberikan beberapa

rekomendasi sebagai berikut :

1. Untuk Perawat (rekomendasi dibuatberdasarkan amsalah yg muncul pada

saat pelaksanaan askep. Apakah dijelakan di pembahasan sehingga muncul

rekomendasi seperti dibawah ini???

Perbanyak komunikasi terapeutik, serta memberikan motivasi dan

edukasi pada klien dan keluarga serta memberikan perawatan yang

optimal khususnya pada klien dengan post section caesarea atas indikasi

CPD dengan melibatkan anggota keluarga untuk dapat melakukan

intervensi terkait teknik relaksasi napas dalam yang nantinya bisa

menjadi standar dan pedoman untuk mengatasi nyeri secara non


farmakologi, mobilisasi dini untuk mempercepat proses penyembuhan

luka, perawatan luka dengan tehnik steril, inisiasi menyusui dini ( IMD

), serta pijat oksitosin atau perawatan payudara pada klien post operasi

section caesarea. Perawat juga dapat mempertimbangkan penggunaan

intervensi terkait perawatan luka post section caesarea dirumah.

2. Untuk Klien

Klien bisa lebih meningkatkan pengetahuan tentang post section

caesarea dan klien mampu memenuhi asupan nutrisi dengan menjaga

pola makan. Bila dirumah, klien mampu melakukan perawatan payudara

untuk memperlancar pengeluaran ASI. (perbaiki susunan kalimatnya,

tulisan dan apa yg ditulis lebih aplikatif)

3. Untuk Institusi Rumah Sakit

Lebih memperbanyak data dasar mengenai post section caesarea atas

indikasi CPD. Maksudnya??? memangnya bagaimana??? kok bisa

merekomendasikan hal tersebut. Apa datanya???

4. Untuk Institusi Pendidikan

Perlu adanya kerja sama antara rumah sakit dan pendidikan terkait

perawatan pada klien post section caesarea karena dengan di

terapkannya kerja sama ini memungkinkan pelayanan kesehatan yang

diberikan menjadi lebih berkualitas. Kerjasama seperti apa?

Dokumentasikan secara aplikatif jangan bias kata-katanya.

5. Untuk Mahasiswa

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi bahan pembelajaran

dan meningkatkan pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan


100
1001

khususnya pada klien dengan post section caesarea hari ke-1 atas
indikasi

CPD.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani,Y Reny. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi


NANDA, NIC, NOC. Jakarta Timur:CV.TRANS INFO MEDIA

Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma, Amru Sofian Dkk, 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc. Ed.Revisi,jilid 1-
3. Jogjakarta: Mediaction.

Iqbal Reza, dkk. 2017. Multigravida dengan Riwayat Seksio Saersarea atas
Indikasi Disproporsi dengan Penyerta Tumor Paru, Kekurangan Energi Kronik
dan Anemia Berat. Medula. 7 (4): 31 ( Diakses tanggal 15 Juni 2020 pukul 09.57
WIB )

Maryanti Sri. 2019. Karakteristik Ibu Dengan Persalinan Sectio Caesarea Di


Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 14 (4):407 ( Diakses tanggal 04
Juli 2020 pukul 08.12 WIB )

Padila, 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika

Prajoko, Y Wisnu.2019. “Cephalopelvic Disproportion ( CPD ) Early Detection of


Malignancy”. https://eprints.undip.ac.id/75749/1/Artikel_CPD. ( Diakses tanggal
21 Juni 2020 pukul 16.38 )

Pitriani Risa dan Andriyani Rika. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan
( Askeb III ). Ed 1, cet.1.Yogyakarta:CV Budi Utama

Primadina Nova, Basori Achmad, Perdanakusuma. 2019. Proses Penyembuhan


Luka Ditinjau dari Aspek Mekanisme Seluler, dan Molekuler. Jurnal Kedokteran. 3
(1): ( Diakses tanggal 4 Juli 2020 pukul 14.30 )
Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jumlah Kematian Ibu Menurut Penyebab Dan
Provinsi Tahun 2019

Rahim,A Wahyuni, Rospam Sefti, Kallo D Vandri. 2019. Hubungan Pengetahuan


Perawatan Luka Pasca Bedah Sectio Caesarea Dengan Tingkat Kemandirian
Pasien. E-journal Keperawatan. 7 (1): 2. ( Diakses tanggal 24 Juni 2020 pukul
13.30
WIB )

Rismawaty Sembiring. 2020. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang
manfaat mengkonsumsi zat besi di desa garingging tahun 2019. CHMK HEALTH
JOURNAL. 4 (2): 183-189. ( Diakses tanggal 8 Juni 2020 pukul 17.45 WIB )

Susiani Sali. 2019. Angka kematian ibu : Faktor penyebab dan upaya
penanganannya. Info singkat. 9 (24): 13. ( Diakses tanggal 8 Juni 2020 pukul
07.50
WIB )

Wahyuningsih Sri, 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi
Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta:
CV Budi Utama.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Hari / Tanggal : Rabu, 13-November-2019


Waktu : 20 menit
Tempat / Ruang : Ruang Jade
Sasaran : Ny, R dan Keluarga
Pelaksana : Anisa Eka Rahmawati
Topik PENKES : Pijat Oksitosin
Diagnose keperawatan: Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang Pijat
oksitosin yang dapat memperlancar produksi ASI.
1. Tujuan Institusional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan PENKES selama 1 x 20 menit, diharapkan Ny.R dan
Keluarganya mampu melakukan pijat oksitosin untuk memperlancar produksi
ASI yang telah diajarkan di RS.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan PENKES selama 20 menit, diharapkan Ny.R dan
Keluarganya mampu :
a. Menjelaskan apa itu pijat oksitosin
b. Menjelaskan tujuan pijat oksitosin
c. Menjelaskan manfaat pijat oksitosin
3. Materi
a. Pokok bahasan:
Pijat oksitosin
b. Sub pokok bahasan:
1. Pengertian Pijat oksitosin
2. Tujuan Pijat Oksitosin
3. Manfaat pijat oksitosin
4. Tehnik / cara melakukan pijat oksitosin
4. Metode
Ceramah
5. Media
a. Leaflet
b. Lembar balik
6. Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM )

No Tahap Waktu Kegiatan pengajar Kegiatan sasaran


Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyampaikan tentang b. Mendengarkan
tujuan pokok materi dan menyimak
d. Meyampakaikan pokok c. Bertanya
pembahasan mengenai
Menyampaikan kontrak perkenalan dan
waktu tujuan jika ada
yang kurang
jelas
2. Isi 10 menit a. Penyampaian Materi a. Mendengarkan
1) Menggali pengetahuan dan menyimak
peserta didik tentang pijat b. Bertanya
oksitosin mengenai hal-
2) Menjelaskan pengertian hal yang belum
pijat oksitosin jelas dan
3) Menjelaskan tujuan pijat dimengerti
oksitosin
4) Menanyakan kembali
persepsi peserta tentang
tujuan pijat oksitosin
5) Menjelaskan manfaat pijat
oksitosin
6) Menjelaskan langkah -
langkah pijat oksitosin
b. Tanya Jawab.
c. Memberikan
kesempatan pada klien dan
keluarga untuk bertanya
3. Penutup 5 Menit a. Melakukan evaluasi a. Sasaran dapat
b. Menyampaikan kesimpulan menjawab tentang
materi pertanyaan yang
c. Memberikan saran kepada diajukan
klien dan keluarga. b. Mendengar
d. Mengakhiri pertemuan dan c. Memperhatikan
menyampaikan salam d. Menjawab salam

7. Evaluasi
a. Evaluasi Hasil :
Setelah diberikan PENKES Ny.R dan Keluarganya mampu :
1. Menjelaskan apa itu pijat oksitosin
2. Menjelaskan tujuan pijat oksitosin
3. Menjelaskan manfaat pijat oksitosin
b. Evaluasi struktur :
1. Pelaksana siap melakukan PENKES
c. Evaluasi Proses :
1. Pelaksana dan sasaran (Ny.R dan keluarganya) mengikuti PENKES
sesuai waktu atau sampai selesai.
2. Ny.R dan Keluarganya aktif dalam PENKES
3. Ny.R dan Keluarganya mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh pelaksana.
4. Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap.
A. Definisi Pijat Oksitosin
Menurut Ummah ( 2014 ), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk
merangsang hormone oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah
pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima- keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin
dan oksitosin setelah melahirkan.
Pijat Oksitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung
sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan dengan dilakukan
pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan
hilang, jika ibu rileks dan tidak kelelahan setelah melahirkan dapat membantu
merangsang pengeluaran hormone oksitosin ( Depkes RI, 2007 )
B. Tujuan Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex
let down. Atau yang biasa disebut sebagai reaksi pengeluaran ASI.
C. Manfaat Pijat Oksitosin
Menurut Wulandari ( 2014 ), manfaat pijat oksitosin adalah :
1. Mengurangi ketidak nyamanan fisik
2. Memperbaiki mood
3. Merelaksasi ketegangan pada punggung
4. Menghilangkan stress sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI
Sedangkan menurut Depkes RI ( 2007 ), selain memberikan kenyamanan
pada ibu dan merangsang reflex oksitosin, pijat oksitosin juga memiliki
manfaat lain, yaitu :
1. Mengurangi pembengkakan payudara ( engorgemen )
2. Mengurangi sumbatan ASI
3. Membantu mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
D. Persiapan Alat
1. Persiapan alat-alat
a. Kursi
b. Meja
c. Minyak Kelapa
d. BH khusus menyusui
e. Handuk
2. Persiapan Perawat
a. Menyiapkan alat dan mendekatkannya ke pasien
b. Membaca status pasien
c. Mencuci tangan
3. Persiapan Lingkungan
a. Menutup sampiran atau pintu
b. Pastikan privasi pasien terjaga
E. Tehnik Pijat Oksitosin
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007)
:
a. Melepaskan baju ibu bagian atas

b. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal

c. Memasang handuk

d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak telon atau baby oil / air
hangat.

e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan


dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-


gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.

g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah,
dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.

F. Gambar Untuk Pijat Oksitosin


DAFTAR PUSTAKA

Nurhikmah Dila. 2019. “Terapi Pijat Oksitosin”, https://badakpos.com/terapi-


pijat-oksitosin/ ( Diakses tanggal 7 Juli 2020 pukul 09:39 )
Pijat Oksitosin 1. Sebelum menyusui atau memerah ASI
merupan salah satu lebih disarankan
solusi untuk 2. Saat pikiran ibu sedang pusing, badan
mengatasi pegal-pegal. Cukup 3-5 menit saja per
ketidaklancaran sesi.
produksi ASI

Pijat Oksitosin ini dilakukan untuk merangsang


1. Melepaskan baju ibu bagian atas
reflex oksitosin atau reflex let down. Ataupun
2. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu
yang biasa disebut sebagai reaksi pengeluaran
memeluk bantal
ASI
3. Memasang handuk
4. Melumuri kedua telapak tangan dengan
minyak telon atau baby oil / air hangat.
5. Memijat sepanjang kedua sisi tulang
1. Mengurangi ketidak nyamanan fisik
belakang ibu dengan menggunakan dua
2. Memperbaiki mood
kepalan tangan, dengan ibu jari
3. Merelaksasi ketegangan pada punggung
menunjuk ke depan
4. Menghilangkan stress sehingga dapat
6. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang
memperlancar pengeluaran ASI
belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu PIJAT OKSITOSIN
jarinya.
7. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi
tulang belakang kearah bawah, dari
leher kearah tulang belikat, selama 2-3
menit.
8. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
9. Membersihkan punggung ibu dengan
waslap air hangat dan dingin secara
ANISA EKA RAHMAWATI
bergantian.

TERIMA KASIH KHGA 17008

SEMOGA BERMANFAAT

Stikes Karsa Husada Garut


Program Studi DIII Keperawatan
2020
SATUAN ACARA PENGAJARAN
MOBILISASI POST CAESAREA (POST SC)

Topik : Mobilisasi post caesarea (post SC)


Hari /Tanggal : Sabtu,12 November 2019
Waktu : 20 Menit
Tempat : Ruangan Jade RSU dr.Slamet Garut
Sasaran : Ny.R
Penyuluh :Anisa Eka Rahmawati

A. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit, peserta
dapat memahami tentang pentingnya mobilisasi dini setelah dilakukan
operasi caesar.
2. Tujuan Khusus
Setalah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit, peserta
dapat memahami materi tentang pentingnya mobilisasi post partum
dengan kriteria :
a. Peserta dapat menyebutkan pengertian mobilisasi.
b. Peserta dapat menyebutkan tahap-tahap mobilisasi post SC.
c. Peserta dapat menyebutkan minimal 2 dari 3 tujuan mobilisasi post
SC. d. Peserta dapat menyabutkan 3 rentang gerak dalam mobilisasi post
SC. e. Peserta dapat menyebutkan 2 manfaat dari mobilisasi post SC.
f. Peserta dapat menyabutkan 3 kerugian dari mobilisasi post SC.
B. Kegiatan Belajar Mengajar
N Tahap Wakt Kegiatan Respon
o u
1 Pembukaan 5 a. Memberikan a. Peserta
menit Salam, menjawab
memperkenalkan salam
diri, b. Peserta
menyampaikan menjawab
tujuan dan kontrak
waktu
b. Apersepsi tentang
mobilisasi post
partum.
2 Pelaksanaa 15 a. Menjelaskan a. Peserta
n menit tentang materi mendengarkan
mobilisasi post dan
partum. memperhatikan.
b. Membagi leaflet b. Peserta
kepada peserta. menerima
c. Mendemonstrasika leaflet.
n cara mobilisasi. c. Peserta
d. Mengevaluasi memperhatikan
secara verbal pada d. Peserta
peserta penkes. menjawab
beberapa
pertanyaan dari
penyuluh.
3 Penutup 5 a. Menyimpulkan a. Peserta
menit hasil penkes memperhatikan
b. Mengakhiri .
kegiatan dengan b. Peserta
mengucapkan menjawab
salam. salam.

C. Materi (Terlampir)
D. Media
Leaflet
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi Tanya Jawab
3. Demonstrasi
F. Evaluasi

Evaluasi Hasil
a. peserta dapat menyebutkan pengertian mobilisasidengan tepat.
b. peserta dapat menyebutkan tahap-tahap mobilisasi post SC dengan
tepat. c. peserta dapat menyebutkan minimal 2 dari 3 tujuan mobilisasi
post SC
dengan benar.
d. peserta dapat menyabutkan 3 rentang gerak dalam mobilisasi post SC
dengan.
e. peserta dapat menyebutkan 2 manfaat dari mobilisasi post SC dengan
tepat.
f. peserta dapat menyabutkan 3 kerugian dari mobilisasi post SC dengan
tepat.
LAMPIRAN MATERI
MOBILISASI POST SECSIO CAESAREA
A. Definisi Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini merupakan hal yang penting dalam periode pasca
pembedahan. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada
fungsi fisiologi karena hal itu untuk mempertahankan kemandirian, Carpenito,
2007 ). Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan
fungsi fisiologis.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang
dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami
kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi,
tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut
sampai jangka waktu tidak terbatas.
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat
pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak
keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode
dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya
dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi
darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun
berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di daerah operasi klien tidak mau
melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas klien tidak
berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan
motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi
yang tidak diinginkan.
B. Konsep mobilisasi
Mula – mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian
secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi (Roper,1996).
C. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien
2. Rentang gerak aktif. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot
serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya
berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsionalBerguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi
dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.
D. Manfaat Mobilisasi Dini
Beberapa keuntungan dari mobilisasi dini antara lain dapat melancarkan
pengeluaran lochea, mempercepat involusi uterus, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal, ibu merasa lebih sehat dan kuat, melancarkan peredaran
darah, serta mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Mobilisasi penting dilakukan untuk mempercepat penyembuhan ibu
sehingga ibu dapat segera melakukan aktivitas sehari-hari secara normal,
Nurfitriani (
2017 )
E. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi :
1. Peningkatan suhu tubuh. Karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
2. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan
baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal
dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh
darah yang terbuka
3. Involusi uterus yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi secara dini
akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga
menyebabkan terganggunya kontraksi uterus
F. Tahap-tahap Mobilisasi Dini :
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut
ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea
:
1. Pada 6 jam pertama setelah operasi, pasien harus tirah baring dan hanya
bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung kaki, mengangkat
tumit, menengangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
2. Pasien diharuskan miring kiri dan kanan setelah 6-10 jam untuk
mencegah thrombosis dan thromboemboli.
3. Setelah 24 jam pasien dianjurkan belajar duduk, kemudian dilanjutkan
dengan belajar berjalan.
G. MOBILISASI POST SC
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas / kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan,
posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam
melahirkan dengan persalianan Caesar.

H. TUJUAN MOBILISASI
Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkan.
Mobilisasi yang dilakukan meliputi:
4. Hari ke 1 :
Lakukan miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita / ibu sadarLatihan pernafasan dapat dilakukan ibu
sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
5. Hari ke 2 :
Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk
melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada
diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang
dirubah menjadi setengah duduk. Selanjutnya secara berturut-turut, hari
demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan.
6. Hari ke 3 :
Ibu belajar berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 hari setelah operasi.
Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Nurfitriani. 2019. Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Post Sectio Caesarea Dalam
Mobilisasi Dini. Jurnal Psikologi Jambi. 2 (2): 32. ( Diakses tanggal 8 Juli 2020
pukul 10.21 WIB )
Manfaat mobilisasi bagi ibu post operasi 2. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk
adalah : dapat miring kekiri dan kekanan
Mobilisasi adalah suatu upaya 1) Mempertahankan fungsi tubuh mencegah trombosis dan trombo emboli.
mempertahankan kemandirian sedini mungkin 2) Mempertahankan peredaran darah
dengan cara membimbing penderita untuk 3) Bernafas jadi lebih baik
mempertahankan fungsi fisiologis. 4) Mempertahankan tonus otot
Mobilisasi ibu post partum adalah suatu 5) Proses penyembuhan luka menjadi lebih
pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang cepat
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan 6) Memandirikan pasien.
dengan persalianan Caesar

1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu


paska operasi seksio sesarea harus tirah
baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa
3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk
dilakukan adalah menggerakkan lengan,
dapat mulai belajar untuk duduk.
tangan, menggerakkan ujung jari kaki
dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot
betis serta menekuk dan menggeser
kaki.
1) Penyembuhan luka menjadi lama MOBILISASI DINI
2) Menambah rasa sakit
POST OPERASI
3) Badan menjadi pegal
4) Kulit menjadi lecet dan luka
5) Memperlama perawatan di Rumah
Sakit

4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu


belajar berjalan.

Disusun Oleh :
Anisa Eka Rahmawati KHGA 17008
D3 Keperawatan

STIKes Karsa Husada Garut


TERIMAKASIH 2019/2020
LEMBAR BIMBINGAN
Nama : Anisa Eka Rahmawati
NIM : KHG.A.17008
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R P3A0 POST SECTIO CAESAREA HARI KE-1 ATAS
INDIKASI CEPHALO PELVIC DISPROPORTION DI RUANG JADE RSUD dr. SLAMET
GARUT
Tanda Tangan
No Tanggal Catatan Pembimbing
Pembimbing Mahasiswa
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anisa Eka Rahmawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 03 Februari 1999

Agama : Islam

Alamat : Kp. Marga Mulya Ds. Nagreg Kendan

Kec. Nagreg Kab. Bandung

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TKA PLUS HIDAYATUL JUHAARIYYAH ( 2004-2005 )

2. SDN CIKUYA 2 ( 2005-2008 )

3. SDN NAGREG 5 ( 2008-2011 )

4. SMPN 1 NAGREG ( 2011-2014 )

5. SMK BHAKTI KENCANA CILEUNYI ( 2014-2017 )

6. STIKES KARSA HUSADA GARUT ( 2017-2020 )

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1 Revisi 2 Anisa
    Bab 1 Revisi 2 Anisa
    Dokumen9 halaman
    Bab 1 Revisi 2 Anisa
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 REVISI Anisa Eka
    BAB 2 REVISI Anisa Eka
    Dokumen62 halaman
    BAB 2 REVISI Anisa Eka
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • To 2
    To 2
    Dokumen35 halaman
    To 2
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Soal KWN B
    Soal KWN B
    Dokumen6 halaman
    Soal KWN B
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • NO KODE UJI KOMPETENSI D III KEPERAWATAN
    NO KODE UJI KOMPETENSI D III KEPERAWATAN
    Dokumen39 halaman
    NO KODE UJI KOMPETENSI D III KEPERAWATAN
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Anisa ER
    BAB 1 Anisa ER
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Anisa ER
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Riset
    Riset
    Dokumen2 halaman
    Riset
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Askep HDR
    Askep HDR
    Dokumen25 halaman
    Askep HDR
    Anita Fauziah
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga HT
    Askep Keluarga HT
    Dokumen37 halaman
    Askep Keluarga HT
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN FEBRIS
    ASUHAN FEBRIS
    Dokumen9 halaman
    ASUHAN FEBRIS
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • KEPERAWATAN KOM-WPS Office
    KEPERAWATAN KOM-WPS Office
    Dokumen1 halaman
    KEPERAWATAN KOM-WPS Office
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tugas Maternitas Sri Mulyati
    Tugas Maternitas Sri Mulyati
    Dokumen2 halaman
    Tugas Maternitas Sri Mulyati
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DONE
    Leaflet DONE
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DONE
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Komunitas Desa
    Komunitas Desa
    Dokumen8 halaman
    Komunitas Desa
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Penelitian Eksperimen
    Penelitian Eksperimen
    Dokumen14 halaman
    Penelitian Eksperimen
    Kharnawi Rafi
    Belum ada peringkat
  • Sap Sampah
    Sap Sampah
    Dokumen5 halaman
    Sap Sampah
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN FEBRIS
    ASUHAN FEBRIS
    Dokumen9 halaman
    ASUHAN FEBRIS
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kep - maternitas-WPS Office
    Kep - maternitas-WPS Office
    Dokumen1 halaman
    Kep - maternitas-WPS Office
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen14 halaman
    Kata Pengantar
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Sap Sampah
    Sap Sampah
    Dokumen5 halaman
    Sap Sampah
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anisa Eka Sap Hipertensi
    Anisa Eka Sap Hipertensi
    Dokumen9 halaman
    Anisa Eka Sap Hipertensi
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anisa Eka Sap Hipertensi
    Anisa Eka Sap Hipertensi
    Dokumen9 halaman
    Anisa Eka Sap Hipertensi
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kep Anak
    Kep Anak
    Dokumen47 halaman
    Kep Anak
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • KEPANITIAAN
    KEPANITIAAN
    Dokumen1 halaman
    KEPANITIAAN
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • DEMAM TYPOID
    DEMAM TYPOID
    Dokumen43 halaman
    DEMAM TYPOID
    Arumrukmasari
    50% (2)
  • Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
    Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
    Dokumen10 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
    Silvi Agustin
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen14 halaman
    Kata Pengantar
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Riset
    Riset
    Dokumen2 halaman
    Riset
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat
  • Riset
    Riset
    Dokumen2 halaman
    Riset
    Anisaekarahmawati
    Belum ada peringkat