bahanataupaduanbahan,termasukprodukbiologiyangdigunakanuntukmempeng
aruhiataumenyelidikisistemfisiologiataukeadaanpatologidalamrangkapenetapan
diagnosis,pencegahan,penyembuhan,pemulihan,peningkatankesehatandankont
rasepsi,untukmanusia
Informasi yang ada di dalam sediaan obat
• Suatu bahan yang menyebabkan perubahan fungsi
biologis di dalam tubuh yang terdapat di dalam
Zat Aktif sediaan obat tersebut
Fase
• Fase yang Farmakokinetik • Bagaimana nasib
menggambarkan tubuh oleh obat
melarutnya atau • Bagaimana nasib
hancurnya suatu obat oleh tubuh
sediaan obat
Fase
Fase Farmasetik
Farmakodinamik
Fase Farmasetik
Distribution
Drug in plasma Free drug and drug with protein binding
Metabolism
Elimination
Drug in urine, feses, bile Metabolit in urine, feses, bile
Absorption
proses perpindahan obat dari
tempat aplikasinya menuju ke
sirkulasi sistemik
Inhalasi • Rute pemberian inhalasi hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau
cairan yang mudah menguap
• Absorpsi terjadi melalui epitel paru dan mukosa saluran napas
• Keuntungan : absorpsi terjadi secara cepat karena luas permukaannya luas, terhidar dari
eliminasi lintas pertama di hati, dan pada penyakit tertentu (misalnya asma), obat
bersifat lebih efektif karena langsung bekerja pada bronkus
• Kerugian : diperlukan alat dan metode khusus, dosis sulit di atur, terkadang obat bersifat
mengiritasi paru
Topikal Bermanfaat untuk pemberian obat-obat lokal, paling banyak digunakan untuk preparat
dermatologi, mata, telinga
Rektal • Diperlukan pada penderita muntah-muntah, tidak sadarkan diri, dan pasca bedah
• Metabolisme di hati lebih sedikit, karena hanya sekitar 50% obat yang di absorpsi dari
rektum akan melalui sirkulasi portal
Absorption
RUTE PEMBERIAN PARENTERAL
Keuntungan • Efek timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan pemberian peroral
• Dapat diberikan pada pasien yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah
• Sangat bermanfaat dalam keadaan emergensi
Kerugian • Dibutuhkan tindakan asepsis
• Menyebabkan rasa nyeri
• Tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien
• Biaya lebih mahal
Absorption
RUTE PEMBERIAN PARENTERAL
Intravena • Tidak mengalami tahap absorpsi sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara
cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon pasien
• Kerugian : Efek toksik mudah terjadi karena kadar obat yang tinggi segera mencapai
darah dan jaringan
Subkutan • Hanya dapat diberikan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan
• Absorpsi biasanya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efek bertahannya lama
Intra muscular • Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelarutan absorpsi
• Obat yang larut dalam air diserap cukup cepat
• Obat dalam larutan minyak atau bentuk suspensi akan diabsorpsi dengan sangat lambat
dan konstan
Intratekal • Suntikan langsung ke dalam ruang subarakhnoid spinal
• Dilakukan apabila menginginkan efek obat yang cepat dan setempat
• Contoh : anestesi spinal, atau pengobatan infeksi SSP yang akut
Absorption
• Istilah bioavailabilitas biasanya menyatakan jumlah
obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai
sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif.
• Hal ini terjadi karena, untuk obat-obat tertentu, tidak
semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan
mencapai sirkulasi sistemik.
• Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding
usus pada pemberian oral atau pada hati
Absorption
• Jika obat diberikan secara oral dan belum mecapai
sirkulasi sistemik mengalami metabolisme di
beberapa tempat (tergantung obatnya) : di usus halus,
darah, maupun hati.
• Peristiwa tersebut dinamakan First pass effect efek
lintas pertama
• Obat yang di matabolime terlebih dahulu memiliki nilai
Bioavailabilitas yang tidak begitu tinggi
• Sehingga bisa ditingkatkan nilainya dengan pemberian
parenteral (mis : lidokain), sublingual (mis :
nitrogliserin), rektal, atau memberikannya bersama
makanan
Distribution
• Obat setelah mengalami absorpsi selanjutnya
mengalami distribusi
• Distribusi perpindahan obat dari sirkulasi sistemik
menuju ke suatu tempat di dalam tubuh (cairan dan
jaringan)
• Obat dalam sirkulasi sistemik berada dalam dua
bentuk : obat terikat protein dan obat bebas (tidak
terikat protein)
• Ex : Amlodipine ikatan dengan protein plasma 93-
98%
Distribusi
• Obat bebas dan obat yang terikat dengan protein plasma yang
dapat memasuki jaringan adalah obat bebas (tidak terikat protein
plasma)
• Obat yang terikat protein plasma ukurannya menjadi besar
sehingga tidak menembus pori-pori membran untuk menuju ke
jaringan tubuh
Distribusi
Dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di
dalam tubuh
• Distribusi fase pertama terjadi setelah segera
setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusi nya
baik yaitu : jantung, hati, ginjal, dan otak.
• Distribusi fase kedua jauh lebih luas mencakup
jaringan yang perfusi nya tidak sebaik organ di atas
yaitu : otot, kulit, dan jaringan lemak
Metabolisme
• perubahan suatu senyawa menjadi senyawa lainnya (metabolit)
yang terjadi pada sistem biologis
• proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi di dalam tubuh
dan dikatalisis oleh enzim
• Organ utama proses metabolisme Hati
• Organ metabolisme lainnya : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak,
kulit
• Tujuan Metabolisme untuk mengubah obat non polar (larut
lemak), menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal
atau empedu
Metabolisme
• Obat yang mengalami metabolisme sebagian besar tujuannya adalah
untuk mempersiapkan proses ekskresi obat dari tubuh
• Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar artinya lebih
mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak, sehingga
mudah untuk di ekskresikan melalui ginjal.
Metabolisme
• Pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga
matabolisme sangat berperan dalam mengakhiri kerja
obat
• Tetapi ada juga obat yang metabolitnya sama aktif,
lebih aktif, atau lebih toksik
• Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug) justru
diaktifkan oleh enzim enzim metabolisme
• Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih
lanjut, atau di ekskresikan sehingga kerjanya berakhir
Metabolisme
• Reaksi biokimia yang terjadi dapat dibedakan menjadi 2 fa
• Fase 1 oksidasi, reduksi, hidrolisis.
• Reaksi fase 1 ini mengubah obat menjadi metabolit yang lebih polar,
yang dapat bersifat inaktif, kurang aktif, atau bahkan lebih aktif
daripada bentuk aslinya
Metabolisme
• Fase II disebut juga reaksi sintetik, merupakan
konyugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase 1
dengan substrat endogen misalnya asam glukuronat,
sulfat, asetat, atau asam amino.
• Hasil konyugasi ini bersifat lebih polar dan lebih
mudah terionisasi, sehingga lebih mudah di
ekskresikan
Metabolisme
• Tidak semua obat dimetabolisme melalui kedua fase tersebut
• Ada yang reaksi fase 1 saja, 2 saja, ataupun keduanya
• Tetapi kebanyakan obat dimetabolisme melalui beberapa reaksi
sekaligus atau secara berurutan menjadi beberapa macam metabolit
Ekskresi
• Merupakan proses terakhir nasib obat di dalam tubuh
• Ekskresi perpindahan obat dari sirkulasi sistemik (darah) ke organ
ekskresi
• Ekskresi diperlukan untuk detoksifikasi. Apabila tidak di ekskresikan
toksik
• Organ utama proses metabolisme Ginjal
Ekskresi
• Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting
• Melalui 3 proses : filtrasi di glomerulus, sekresi aktif
di tubulus proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubulus
proksimal dan distal
• Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan
fungsi ginjal, sehingga dosis perlu diturunkan atau
interval pemberian diperpanjang
Ekskresi
• Banyak metabolit obat yang terbentuk di hati, di sekresi ke dalam
usus melalui empedu, kemudian dibuang melalui feses.
• Tetapi lebih sering kembali ke saluran cerna dan akhirnya di ekskresi
melalui ginjal
Ekskresi
• Ekskresi obat juga melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan
rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak
berarti dalam efek obat
Fase Farmakodinamik