Anda di halaman 1dari 29

KARDIOVASKULER

“Asuhan Keperawatan Psikososial: Keputusasaan


Pada Ibu Hamil Yang Mengalami Preeklamsia
Di Ruang Rawat Inap Bersalin Rumah Sakit”

Oleh :

Kelompok 4

2.A
Nicky Patricia (183110185)
Putri Maharani (183110187)
Rafika Fairusyil Husna (183110188)
Rahmi Hasanah Aulia (183110189)
Reren Yora Yutari (183110190)
Rezi Aulia Busman (183110191)
Rizka Nadhira (183110192)

Dosen pembimbing :
Renidayati, S,Kp, M. Kep. Sp. Jiwa

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Kardiovaskuler“. Terima

kasih kami sampaikan kepada ibu Renidayati, S,Kp, M. Kep. Sp. Jiwa selaku

dosen mata kuliah Kardiovaskuler yang telah membimbing dan memberikan

kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat

memenuhi tugas mata kuliah kardiovaskuler dan penulis berharap semoga

makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada

gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan kerendahan hati,

saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan

dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan

pada waktu mendatang.

2
Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang................................................................................4
B. RumusanMasalah...........................................................................5
C. TujuanPenulisan.............................................................................6
D. ManfaatPenulisan...........................................................................6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepDasar...................................................................................7
B. Proses keperawatan.......................................................................16
C. Masalah psikososial : Keputusasaan.............................................18
D. Kasus.............................................................................................22
E. Pembahasan...................................................................................23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................27
B. Saran..............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia merupakan sindrom sistemik yang biasanya ditandi
dengan hipertensi secara tiba-tiba dan proteinuria pada kehamilan
( Hutcheon, Lisonkova & Joseph, 2011). Ibu hamil dengan preeklamsia
dimana kehamilan pada usia diatas 20 minggu atau trimester kedua saat
kehamilan yang memiliki tekanan darah tinggi namun, tekanan darah akan
normal setelah melahirkan ( Lowdemik, 2013).
Kondisi kehamilan dengan preeklamsi membuat ibu lebih rentan
mengalami gangguan psikologis salah satunya yaitu depresi. Hal tersebut
terjadi karena berbagai hal seperti kekhawatiran atau keselamatan janin,
ancaman kematian yang lebih besar dan keterbatasaan dalam beraktivitas
(Fauzy, Fourianalistyawati, 2014).
Menurut data Incidence and Prevalence Hypertwnsion
Complicating Pregnancy Childbirth (2013) sebanyak 3% hingga 5%
komplikasi kehamilan oleh preeklamsia dengan rata-rata 128,9 juta
kelahiran per-tahun, sekitar 3,87 hingga 6,45 juta kehamilan per-
tahundipengaruhi oleh preeklamsia diseluruh dunia. Kematian ibu di
Indonesia tetap didominisasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Angka
kehamilan ibu yang diakibatkan oleh hipertensi dalam kehamilan berturut-
turut adalah 21,5% (tahun 2010) , 24,7% (tahun 2011), 26,9 % (tahun
2012), dan 27,1% (Thun 2013) (kemenkes RI, 2015). Hasil penelitian di
Indonesia dan hasil survei dan study di berbagai negara menunjukkan
bahwa ibu hamil dengan preeklamsia beresiko mengalami gangguan
psikologis, diantaranya adalah gangguan depresi.
Depresi yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan
psikososial yaitu keputusasaan. Keputusasaan adalah pernyataan subjektif
individu di mana seorang individu melihat keterbatasaan atau tidak ada

4
alternatif atau pilihan-pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi atau masalahnya secara sendiri yang ditandai dengan
gangguan pola tidur, penurunan afek, nafsu makan kontak mata berkurang,
inisiatif dan respon stimulus akibat stress kronis, menjauhi lawan bicara,
pasif, mengangkat bahu dan mengatakan “tidak bisa”, mengeluh (Herdman
& Kamitsuru, 2014).
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif yang ditandai dengan
individu memandang hanya ada sedikit atau bahkan tida ada alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi
kepentinggannya sendiri (NANDA, 2011).
Tanda dan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami
keputusasaan antara lain yaitu mengatakan isi pembicaraan yang pesimis
misalnya “saya tidak tahu, menutup mata, tidak nafsu makan, penurunan
afek, penurunan respon terhadap timulus, penurunan pengungkapan
verbal, kurang inisiatif, kurang terlibat dalam perawatan, pasif,
mengangkat bahu sebagai respon terhadap pembicaraan, gangguan pola
tidur, meninggalkan pembicaraan, menghindari kontak mata (Herdman
dan Kamtsuru, 2014).
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus memperhatikan kondisi
klien secaa komprehenif baik secara fisik, sosial, spritual, budaya dan
kondisi psikososial. Perawat bertanggung jawab dalam memberikan
asuhan keperawatan psikososial pada ibu hamil dengan preeklamsi yang
mengalami keputusasaan. Hal ini bertujuan menekan angka resiko
terjadinya komplikasi dan angka kematian pada ibu serta janin. Masalah
psikososial keputusasaan cenderung berdampak pada perburukan kondisi
fisik klien. Pendidikan kesehatan dan strategi komunikasi terhadap ibu
hamil dengan preeklamsia dilakukan sesuai dengan masalah psikososial
yang terjadi pada klien dengan masalah psikososial keputusasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia ?

5
2. Apa yang dimaksud dengan keputusasaan ?
3. Bagaimanaasuhan keperawatan psikososial pada ibu hamil dengan
preeklamsia yang mengalami keputusasaan ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah kardiovaskuler pada semester IV dengan
topik asuhan keperawatan psikososial: keputusasaan pada ibu hamil yang
mengalami preeklamsia di ruang rawat inap bersalin rumah sakit.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui apa itu preklamsia


2. Mengetahui apa itu masalah psikososial: keputusasaan
3. Mengetahui bagaimana pemberian asuhan keperawatan
psikososial pada ibu hamil dengan preeklamsia yang
mengalami keputusasaan

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penulis mendapatkan pengetahuan terkait bagaimana memberikan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklamsia yang
mengalami masalah psikososial: keputusasaan serta mendapatkan
pengetahuan tentang preeklamsia dan masalah psikososial:
keputusasaan tersebut.
2. Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini hendaknya dapat digunakan sebagai
sumber informasi tambahan dan pengetahuan bagi mahasiswa
keperawatan khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan
psikososial: keputusasaan pada ibu hamil dengan preeklamsia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi, edema dan
proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, adapun gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu (Obgynacea, 2009)
Preeklamsia adalah timbulanya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu
atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2006)
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria, penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, atau
segera setelah persalinan ( Prawirohardjo, 2008)

2. Klasifikasi Pre Ekslamsi


Menurut Wiknjosastro (2008) preeklamsia dibagi menjadi:
a. Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1). Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang
diukur pada posisi berbaring terlentang, atau dengan
kenaikkan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak

7
2). Periksa 1jam, sebaiknya 6 jam Edema umum, kaki,
jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan
1kg atau lebih setiap minggunya
3). Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter,
kwalitatif 1 + atau 2+ pada urin kateter atau
midstream

b. Preeklamsia berat
1). Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
2). Proteinuria 5gr atau lebih per liter
3). Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per
24 jam
4). Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa
nyeri pada epigastrium
5). Terdapat edema paru atau sianosis
6). Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan
penglihatan, nyeri kepala, odema paru, dan sianosis
gangguan kesadaran.
7). Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai
ikterus, perdarahan pada retina, tromosit kurang
dari 100.000 /mm.

3. Etiologi
Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya terjadi pada
kehamilan pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita
diatas 40th, namun ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor tersebut adalah:
a. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau
rematoidarthritis

8
b. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
kehamilan
c. Kegemukan
d. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
e. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
f. Gizi buruk
g. Gangguan aliran darah ke Rahim
h. Kehamilan kembar

4. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang
mengalami pre-eklamsi berat yaitu tekanan darah sistolik >160
mmHg dan diastolik >110 mmHg, terjadi peningkatan kadar enzim
hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm3, terkadang disertai
oligouria <400ml/24 jam, protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil
mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau
nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum.
Terdapat beberapa penyulit juga yang dapat terjadi, yaitu
kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal ginjal, gagal jantung,
gangguan fungsi hati, pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan
dapat terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya bila pre-
eklamsi tidak segera ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R,
2011).

5. Patofisiologis Preeklamsia Berat


Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk

9
mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman
199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi
perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang
kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme
dan agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria.
Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh
perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan
anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin
dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan pada organ :
a. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi
pada preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan
tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan

10
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang
secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara
patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid
intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam
ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).
b. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan
eklampsia tidak diketahui penyebabnya. jumlah air dan
natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa
atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita
preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air
dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein
tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida
dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
c. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh
darah. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah
satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala
lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia
dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri
atau didalam retina (Rustam,1998).

d. Otak

11
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan
edema dan anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang
berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).
e. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan
gangguan pada plasenta, sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering
terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
f. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya
disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan
dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia
atau abses paru (Rustam, 1998).

6. Pencegahan Preeklamsia Berat


Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat
menemukan tanda-tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus
dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih waspada akan
timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi
seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya
preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya
dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,
karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia

12
dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaan antenatal yang baik.
7. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-
gejala pre-eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi
menjadi perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan perawatan
konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut :
a. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan
aktif dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni
pemeriksaan nonstrees test (NST) dan ultrasonograft
(USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni :
1). Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai
tanda-tanda atau gejala impending eklamsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam
pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah
atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-
gejala status quo (tidak ada perbaikan).
2). Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu
ada tanda intra uterine growth retardation
(IUGR)/janin terhambat.
3). Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis dan
peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).

13
b. Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (dilakukan
dirumah sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk
rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke satu sisi.
Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap
jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi
dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida,
diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam,
pemberian obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan
furosemid injeksi 40 mg/IM.
c. Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih
180 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
(bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnya.
d. Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam
500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan
darah.
e. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi  secara sublingual diulang selang 1
jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara
oral (Syakib Bakri, 1997).
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-
tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat
dengan celidanid D.

14
g. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau
mata. Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih
dari 38,5 0C dapat dibantu dengan pemberian kompres
dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM,
antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan ampicillin
1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita
kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-
lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
h. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi
terhadap kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
1). Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat
nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring.
2). Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli
kandungan), bila: fetal assessment jelek. Syarat
tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop <5)
atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12
jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum
masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan
untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

8. Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
1). Atonia uteri
2). Sindrom hellp (hemolysis, elevated liver enzymes,
low platelet coun)
3). Ablasi retina
4). Gagal jantung
5). Syok dan kematian

15
b. Komplikasi pada janin
1). Pertumbuhan janin terhambat
2). Prematuritas
3). Kematian janin
4). Solusio plasenta

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1). Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , <
20 tahun atau > 35 tahun
2). Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi
peningkatan tekanan darah, adanya edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual, muntah, penglihatan kabur,
pertambahan berat badan yang berlebihan yaitu naik
> 1 kg/minggu, pembengkakan ditungkai, muka,
dan bagian tubuh lainnya, dan urin keruh dan atau
sedikit (pada pre eklamsia berat < 400 ml/24 jam).
3). Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit
ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik,
DM.
4). Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan
dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5). Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi
baik makanan pokok maupun selingan
6). Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil
dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya
perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

b. Data Objektif

16
1). Pemeriksaan Fisik
a). Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam
kurun waktu 24 jam.
b). Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin,
dan lokasi edema.
c). Perkusi : untuk mengetahui refleks patella
sebagai syarat pemberian SM jika refleks
positif.
d). Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk
mengetahui adanya fetal distress. Selain
itu, untuk pre eklamsia ringan tekanan darah
pasien > 140/90 mmHg atau peningkatan
sistolik > 30 mmHg dan diastolik > 15
mmHg dari tekanan biasa (base line
level/tekanan darah sebelum usia kehamilan
20 minggu). Sedangkan untuk pre eklamsia
berat tekanan darah sistolik > 160 mmHg,
dan atau tekanan darah diastolik > 110
mmHg.
2). Pemeriksaan Penunjang
a). Tanda vital yang diukur dalam posisi
terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 4-6 jam
b). Laboratorium : proteinuria dengan kateter
atau midstream (biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau lebih dan +1 hingga +2
pada skala kualitatif), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatinin meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml.

17
c). Berat badan : peningkatannya lebih dari 1
kg/minggu.
d). Tingkat kesadaran: penurunan GCS sebagai
tanda adanya kelainan pada otak.
e). USG: untuk mengetahui keadaan janin.
f). NST: untuk mengetahui kesejahteraan janin.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman (2012), diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul yaitu sebagai berikut:
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan pre eklamsia berat.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-
perfusi akibat penimbunan cairan paru : adanya edema
paru.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
preload dan afterload.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
f. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab
multipel.
g. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
b.d faktor psikologis dan ketidakmampuan untuk mencerna,
menelan, dan mengabsorpsi makanan.
h. Risiko cedera berhubungan dengan diplopia, dan
peningkatan intrakranial: kejang.
C. Keputusasaan
Keputusasaan adalah pernyataan subjektif individu di mana
seorang individu melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau

18
pilihan-pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi
atau masalahnya secara sendiri (Herdman &Kamitsuru, 2014). Wilkinson
dan Ahern (2009) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan
terjadinya keputusasaan antara lain :
1. Pengabaian
2. Kondisi fisik yang turun atau membaik
3. Stress jangka panjang
4. Kehilangan keyakinan dalam nilai
5. Pembatasan aktivitas dalam waktu lama yang menyebabkan isolasi
6. Kurang dukungan sosial

Tanda dan Gejala Keputusasaan :


Menurut Herdman dan Kamitsuru (2014), tanda dan gejala yang
menunjukkan klien memiliki masalah keperawatan keputusasaan menurut
yaitu :
1. Klien mengatakan isi pembicaraan yang pesimis, misal “saya tidak
bisa”
2. Klien menutup mata
3. Penurunan nafsu makan
4. Penurunan afek
5. Penurunan respon terhadap stimuli
6. Penurunan pengungkapan verbal
7. Kuranginisiatif
8. Kurang terlibat dalam perawatan
9. Pasif
10. Mengangkat bahu sebagai respon terhadap pembicaraan
11. Gangguan pola tidur
12. Meninggalkan pembicaraan
13. Menghindari kontak mata

19
Proses KeperawatanKeputusasaan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan keputusasaan dapat dilihat dari tanda
dan gejala dari depresi sebagai berikut (Townsend, 2015):
a. Pengaruh orang yang depresi adalah salah satu kesedihan,
kekecewaan, ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Prospek
suram dan pesimistis dan perasaan tidak berharga.
b. Pikiran melambat dan kesulitan konsentrasi terjadi. Ide
obsesif dan ruminasi dari pikiran negatif yang umum. Pada
depresi berat (depresi besar atau depresi bipolar), fitur
psikotik seperti halusinasi dan delusi mungkin jelas.
c. Secara fisik, ada bukti kelemahan dan sangat kelelahan,
sedikit energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
d. Beberapa orang mungkin cenderung ke arah makan yang
berlebihan dan minum, sedangkan yang lain mungkin
mengalami anoreksia dan penurunan berat badan.
Menanggapi perlambatan umum tubuh, pencernaan sering
lemah, sembelit, dan retensiurin.
e. Gangguan tidur yang umum, baik insomnia atau
hipersomnia.
f. Verbalisasi terbatas. Ketika orang depresi berbicara, konten
dapat berupa perenungan tentang kehidupan mereka sendiri
menyesalkan atau, dalam klien psikotik, sebuah refleksi
dari pemikiran delusi mereka.
g. Partisipasi sosial berkurang, klien memiliki kecenderungan
terhadap egosentrisme dan fokus yang intens pada diri.

2. Diagnosis Keperawatan
Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan depresi adalah
komplikasi kehamilan misalnya preeklamsia. Depresi yang tidak
teratasi dapat membahayakan ibu dan janinnya. Salah satu tanda

20
dari depresi adalah keputusasaan. Depresi yang tidak teratasi
dengan baik dapat membuat ibu hamil mengalami keputusasaan.
Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan
keinginan untuk bunuh diri.

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Stuart (2009), keputusasaan merupakan suatu respon


emosional dari masalah psikologis respon emosional maladaptif.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah psikososial
yang berhubungan dengan respon emosional maladaptif atau
keputusasaan yaitu :

a. Modifikasi respon maladaptif klien

b. Kembalikan fungsi kerja dan fungsi psikososial klien

c. Tingkatkan kualitas hidup klien

d. Meminimalkan risiko kekambuhan klien

e. Memberikan keamanan

f. Mendorong hubungan terapeutik

g. Mendorong ADL dan perawatan fisik

h. Menggunakan komunikasi terapeutik

i. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga


(Videbeck, 2011).
Untuk berhasil melaksanakan tindakan keperawatan yang terkait
dengan kebutuhan afektif pasien, perawat harus menggunakan
berbagai keterampilan komunikasi, seperti empati, refleksi
perasaan, pertanyaan terbuka-tertutup berorientasi, validasi,
pengungkapan diri, dan konfrontasi. Pasien dengan gangguan
suasana hati yang parah akan menantang keterampilan terapeutik
perawat dan menguji perawat yang peduli dan berkomitmen
(Stuart, 2009).
Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Diagnosa Psikososial

21
oleh Tim Keperawatan Jiwa FIK UI (2011), intervensi
keperawatan pada klien dengan keputusasaan yaitu:
a. Intervensi Keperawatan pada Pasien:
1). Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa,
perasaan/pikiran/perilaku yang berubah
2). Latihan berpikir positif melalui penemuan harapan
dan makna hidup
3). Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan
harapan dan makna hidup
b. Intervensi Keperawatan pada Keluarga dengan
Keputusasaan
1). Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan,
penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,akibat
2). Melatih keluarga merawat pasien dengan
keputusasaan
3). Melatih keluarga melakukan follow up

D. Kasus
Pada penelitian hari pertama sampai hari ketiga pada tanggal
26 - 28 Mei 2020 pukul 13.10 WIB, pasien P berusia 36 tahun
mengeluh bengkak pada kaki sejak lebaran dan saat malam tidak bisa
tidur. Saat pengkajian tanda dan gejala yang dialami pasien yaitu
adanya bengkak pada kedua kaki kedalamannya 2-4 mm dan waktu
kembali 5 detik, hasil pemeriksaan pada penelitian pertama didapatkan
Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80 x/menit Suhu: 36 0C
Respirasi Rate: 20 x/menit.
Pada pemeriksaan fisik head to toe pasien P yang menunjang
yaitu pada, ekstremitas atas : simetris, tidak ada edema, terpasang infus
ditangan kanan, CRT ˂ 2 detik, akral hangat. bawah : simetris, reflek
patella (+/+), terdapat edema pada kaki, genetalia terpasang selang
kateter.

22
Tanda dan gejala pre eklampsai berat hampir sama dengan teori
yang ada pada kelebihan volume cairan yaitu odema, sakit kepala
(pusing) dan proteinuria. Sesuai dengan tanda dan gejala yang ada
pada pasien P termasuk kedalam pre eklampsia berat dengan masalah
yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output.
Pasien sering terlihat sedih, murung dan menangis. Pasien juga
sering mengatakan lelah dengan penyakit yang dirasakannya dan
pasrah jika tuhan mengambil janinnya. Klien juga terlihat tidak nafsu
makan dilihat dari diit yang diberikan tidak dihabiskan oleh klien,
kontak mata berkurang dengan lingkungan sekitar dan cenderung
menghindar saat ditanya.
E. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada penelitian hari pertama sampai hari ketiga pada
tanggal 26 - 28 Mei 2020 pukul 13.10 WIB, pasien P berusia 36
tahun mengeluh bengkak pada kaki sejak lebaran dan saat malam
tidak bisa tidur. Saat pengkajian tanda dan gejala yang dialami
pasien yaitu adanya bengkak pada kedua kaki kedalamannya 2-4
mm dan waktu kembali 5 detik, hasil pemeriksaan pada penelitian
pertama didapatkan Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80
x/menit Suhu: 360C Respirasi Rate: 20 x/menit.
Pada pemeriksaan fisik head to toe pasien P yang
menunjang yaitu pada, ekstremitas atas : simetris, tidak ada edema,
terpasang infus ditangan kanan, CRT ˂ 2 detik, akral hangat.
bawah : simetris, reflek patella (+/+), terdapat edema pada kaki,
genetalia terpasang selang kateter.
Tanda dan gejala pre eklampsai berat hampir sama dengan
teori yang ada pada kelebihan volume cairan yaitu odema, sakit
kepala (pusing) dan proteinuria. Sesuai dengan tanda dan gejala
yang ada pada pasien P termasuk kedalam pre eklampsia berat

23
dengan masalah yaitu kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan
kardiak output.
Pasien sering terlihat sedih, murung dan menangis. Pasien
juga sering mengatakan lelah dengan penyakit yang dirasakannya
dan pasrah jika tuhan mengambil janinnya. Klien juga terlihat tidak
nafsu makan dilihat dari diit yang diberikan tidak dihabiskan oleh
klien, kontak mata berkurang dengan lingkungan sekitar dan
cenderung menghindar saat ditanya.
2. Diagnosis Keperawatan Psikososial Utama
Diagnosis keperawatan psikososial pada Pasien P adalah
keputusasaan. Hal ini diangkat dari data subjektif yang muncul,
Pasien sering mengatakan lelah dengan penyakit yang
dirasakannya dan pasrah jika tuhan mengambil janinnya. Dan data
ojektif yang didapatkan yaitu, Pasien sering terlihat sedih, murung
dan menangis. Klien juga terlihat tidak nafsu makan dilihat dari
diit yang diberikan tidak dihabiskan oleh klien, kontak mata
berkurang dengan lingkungan sekitar dan cenderung menghindar
saat ditanya.

Risiko Bunuh Diri

Keputusasaan

Ketidakberdayaan

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan diberikan selama 6 hari dimulai

24
dari tanggal 26 - 31 Mei 2020. Implementasi dilakukan dalam 6
kali pertemuan. Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain,
membina hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang
perasaan yang sedang dialami, mendiskusikan kejadian yang
membuat putus asa, perasaan/pikiran/perlakuan yang berubah,
mendiskusikan akibat dari putus asa, melatih berpikir positif
melalui penemuan harapan dan makna hidup, dan latihan untuk
menumbuhkan harapan dan makna hidup dengan melatih satu
kemampuan positif dalam diri klien, seperti melatih klien untuk
melakukan ADL di rumah sakit secara mandiri, mulai dari makan,
minum, dan berpakaian secara mandiri, memotivasi klien untuk
tetap meneruskan bisnis online nya dan memberikan reinforcement
positif. Selain itu, intervensi terhadap keluarga klien dengan
keputusasaan juga dilakukan dengan membantu keluarga mengenal
masalah keputusasaan yang dialami klien dan melatih keluarga
untuk menumbuhkan harapan positif dalam diri klien dengan
melatih kemampuan positif dalam diri klien.

4. Evaluasi TindakanKeperawatan

Evaluasi dari intervensi keperawatan yang sudah dilakukan


terhadap klien merupakan tahap akhir dari proses keperawatan.
Komponen evaluasi yang didokumentasikan adalah respon verbal
klien dan hasil observasi klien dari hasil implementasi yang telah
dilakukan. Evaluasi berdasarkan tujuan khusus yaitu terbinanya
hubungan saling percaya, klien mampu mengenal masalah
keputusasaan dengan menguraikan perasaan putus asa, penyebab
dan akibatnya, klien mampu menyebutkan manfaat dalam melatih
kemampuan positif dan klien mampu menerapkan latihan
kemampuan yang sudah dilatih di rumah sakit untuk mengatasi
masalah keputusasaan yang dialami.

25
Setelah dilakukan 6 kali pertemuan, klien sudah mampu
melakukan ADL secara mandiri yaitu berpakaian, minum dan
sudah mampu menghabiskan makanannya secara mandiri. Klien
terlihat lebih segar, ceria, tidak mengeluh, mematuhi pengobatan
dan berinisiatif akan melanjutkan bisnis perdagangan kue online
yang sudah ia tinggalkan selama sakit.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ketiga dalam kehamilan, atau segera setelahpersalinan.
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif yang ditandai dengan
individu memandang hanya ada sedikit atau bahkan tida ada alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi
kepentinggannya sendiri.
Tanda dan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami
keputusasaan antara lain yaitu mengatakan isi pembicaraan yang pesimis
misalnya “saya tidak tahu, menutup mata, tidak nafsu makan, penurunan
afek, penurunan respon terhadap timulus, penurunan pengungkapan
verbal, kurang inisiatif, kurang terlibat dalam perawatan, pasif,
mengangkat bahu sebagai respon terhadap pembicaraan, gangguan pola
tidur, meninggalkan pembicaraan, menghindari kontak mata (Herdman
dan Kamtsuru, 2014).
Ibu hamil sangat rentan mengalami depresi. Depesi yang
berlebihan dan tidak teratasi dengan baik dapat berujung pada
keputusasaan. Hal tersebut dapat berakibar buruk pada ibu dan juga janin
yang dikandungnya. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan dari
keputusasan tersebut adalah munculnya keinginan bunuh diri.

B. Saran
Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit diharapkan dapat
mengembangkan pelayanan tentang asuhan keperawatan psikososial,
khusunya pada ibu hamil yang mengalami komplikasi pada kehamilannya

27
salah satunya preeklamsia. Dalam intervensi keperawatan masalah
psikososial keputusasaan perawat perlu mengembangkan motivasi klien
dalam menemukan harapan positif dalam dirinya. Peran keluarga untuk
memotivasi klien juga sangat diperlukan dalam hal ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prowirohardjo. Jakarta :


PT Bina Pustaka.

Keliat, B. A, et al. (2007). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN (basic


course). Jakarta: EGC

Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Preeklamsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah Kota Tegal tahun 2011. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kebidanan Komunitas Depok.

Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka.

Depkes. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI

Depkes. (2014). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Depkes. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Depkes. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Tim Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI. (2011). Standar Asuhan keperawatan
Diagnosa Psikososial. Tidak diterbitkan

29

Anda mungkin juga menyukai