Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Keterampilan Dasar Mengajar

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar


Matematika”

Dosen Pengampu :
Dra. Ariantje Dimpudus, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok VI (Enam):


1. Rizqi Dwi Ariana (1805045006)
2. Inas Atika Zudib (1805045015)
3. Danu Nugroho (1805045025)
4. Susiana (1805045030363)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan pertolongan-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya untuk
seorang pendidik ataupun calon pendidik agar dapat menerapkan keterampilan
dasar mengajar yang baik guna menciptakan pembelajaran yang efektif.

Samarinda, 20 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................................6
C. Tujuan Penulisan................................................................................................6
D. Manfaat penulisan...............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7
A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar..........................................................7
B. Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar..........................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................26
A. Kesimpulan.......................................................................................................26
B. Saran.................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27

iii
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
disebutkan bahwa tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menegah. Dari tiga penjelasan tugas utama guru dan dosen diawal
tersebut (mendidik, mengajar, membimbing) banyak terjadi didalam kegiatan
proses belajar mengajar. Seorang guru harus mampu membangkitkan partisipasi
peserta didik dalam belajar, sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal. Kompetensi guru merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru merupakan hal yang sangat
penting. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab seorang guru
yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir seperti
ini menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai
keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya
dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan
yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru.
Guru sebagai seorang pendidik hendaknya memiliki delapan keterampilan
dasar mengajar, yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan mengadakan
variasi, keterampilan memberi penguatan, keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan terakhir  keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan.
5

Pada bagian pembahasan kali ini penulis akan menjelaskan bagaimana seorang
pendidik mempunyai keterampilan dasar dalam mengajar salah satunya yaitu,
membuka dan menutup pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran merupakan
salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru. Interaksi di dalam kelas
cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan oleh karena itu perlu adanya
pembukaan dan penutup pelajaran. Guru yang berkompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu dalam
pengelolaan kelasnya, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara
optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keterampilan dasar mengajar?
2. Apa saja jenis-jenis keterampilan dasar mengajar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keterampilan dasar mengajar
2. Untuk mengetahui macam-macam keterampilan dasar mengajar.

D. Manfaat penulisan
Sebagai motivasi untuk pendidik dalam meningkatkan ketrampilan dasar
mengajar sehingga guru dapat memahami dan memiliki kemampuan untuk
menerapkan keterampilan dasar mengajar tersebut secara utuh dan terintegrasi
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar


Salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru adalah kemampuan
dalam keterampilan mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Keterampilan
mengajar adalah untuk mencapai tujuan pengajaran.
Mengajar merupakan proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus
dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa.
Menurut Ratna (1988: 12) mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam
rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai
dengan tujuan yang dirumuskan. Sedangkan menurut Nasution (1995: 4)
memberikan definisi mengajar yang lengkap yaitu: (1) Mengajar adalah
menanamkan pengetahuan kepada anak; (2) Mengajar adalah menyampaikan
kebudayaan kepada anak; (3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang berkaitan dengan semua
aspek kemampuan guru yang berkaitan erat dengan berbagai tugas guru yang
berbentuk keterampilan untuk membimbing, mengarahkan,dan keterampilan
lainnya dalam rangka memberi rangsangan dan motivasi kepada siswa guna
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan secara terpadu.
Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang bersifat generik yang
harus dikuasi oleh setiap guru, terlepas dari tingkat kelas dan mata pelajaran
yang diajarkan. Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang
7

kompleks, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai


keterangan yang jumlahnya sangat banyak.
Diantara keterampilan yang sangat banyak tersebut, terdapat delapan
keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan
kegiatan belajar-mengajar. Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen
dan prinsip-prinsip dasar tersendiri.

B. Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar


1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan dalam memulai pelajaran adalah keterampilan yang
berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran,
sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang
berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran. Kegiatan
membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki
kegiatan inti pembelajaran, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah
kegiatan akhir pembelajaran untuk memantapkan atau menindaklanjuti tema
yang telah dibahas. (Jumanta, 2017: 71)
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar/mengajar untuk menciptakan
prokondusi bagi siswa agar mental ataupun perhatian terpusat pada apa yang
akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar/
mengajar. (Abdul, 2016: 242)
a. Membuka pelajaran
Untuk melaksanakan keterampilan membuka pelajaran dalam suatu
pembelajaran, guru perlu mempelajari dan menguasai beberapa komponen
keterampilan membuka pelajaran. Komponen dan aspek itu meliputi hal
berikut.
8

1) Menumbuhkan perhatian siswa


Menurut Abdul,( 2016: 243) cara yang dapat digunakan adalah sebagi
berikut.
a) Gaya mengajar guru
Perhatian dapat timbul dari apresisasi gaya mengajar guru seperti
posisi atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
b) Penggunaan alat bantu mengajar
Alat bantu mengajar dapat berupa gambar, model, dan skema.
Selain dapat menarik perhatian, alat bantu mengajar tersebut
memungkinkan terjadinya kaitan antara hal yang telah diketahui
dengan hal yang dipelajari.
c) Pola interaksi yang bervariasi, seperti guru-siswa, siswa-siswa, dan
siswa-guru.
2) Membangkitkan motivasi siswa
Menurut Jumanta, (2017: 73) cara untuk membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar adalah sebagai berikut.
a) Memperlihatkan sikap hangat dan antusias
Kehangatan dan kentusiasan yang ditunjukan guru merupakan
awal munculnya keinginan siswa untuk belajar.
b) Menimbulkan rasa ingin tahu
Guru harus mampu mendorong siswa menimbulkan rasa ingin
tahu. Misalnya dengan cara memberikan cerita yang mengundang
pertanyaan, menunjukkan sesuatu yang baru atau memperlihatkan
gambar yang menarik yang diikuti oleh berbagai pertanyaan.
c) Memperlihatkan minat siswa
Minat siswa terhadap suatu tema yang akan dipelajari sangat
berkaitan erat dengan keinginannya utuk mempelajari tema
tersebut dan mengikuti kegiatan belajar yang dirancang. Dalam
9

proses merancang sesuatu pembelajaran seorang guru harus


memperhatikan minat para siswanya.
3) Memberi acuan (structuring)
Menurut Jumanta, (2017: 73-74) pemberian acuan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan cara sebagai berikut.
a)Mengemukakan tujuan dan batas tugas
Siswa perlu mendapatkan gambaran yang jelas tentang kompetensi
yang akan dicapai melalui pembahasan tema-tema dalam
pembelajaran. Guru sejak awal pembelajaran harus
mengemukakan tujuan dan kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa.
b)Menjelaskan langkah pembelajaran
Penjelasan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan siswa
akan membuat kegiatan pembelajaran lebih terarah.
c)Mengingatkan inti tema yang akan dipelajari
Hal ini dapat dilakukan guru dengan mengingatkan siswa untuk
menemukan hal-hal positif dan negatif dari tema yang akan
dibahas.
d)Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan
mengarahkan siswa dalam menhgantisipasi isi pelajaran yang akan
dipelajari.
4) Membuat kaitan
Menurut Abdul, (2016: 245) berikut adalah contoh usaha guru untuk
membuat kaitan.
a)Dalam memulai pelajaran, guru meninjau kembali sejauh mana
materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan
atau inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
10

b)Cara membandingkan atau mempertentangkan dengann


pengetahuan baru. Hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat
kaitannya dengan pengetahuan lama. Contohnya guru bertanya
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan
sebelum mengajarkan pembagian.
c)Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum
mengajarkan bahan secara terperinci.
b.Menutup pelajaran
Untuk melaksanakan keterampilan menutup pelajaran dalam
pembelajaran, guru perlu mempelajari dan menguasai beberapa komponen
keterampilan menutup pelajaran.
1) Meninjau kembali (review)
Menurut Jumanta, (2017: 75) setiap akhir kegiatan guru harus
meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah
dipahami oleh siswa. Kegiatan ini meliputi :
a) Merangkum inti pelajaran
b) Membuat ringkasan
2) Mengevaluasi
Menurut Abdul, (2016: 245-246) salah satu upaya untuk mengetahui
apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap
konsep yang dijelaskan adalah dengan dilakukannya evaluasi.
Bentuk-bentuk evaluasi ini meliputi :
a) Mendemonstrasikan keterampilan, misalnya setelah selesai
mengarang puisi, guru dapat meminta siswa untuk membacakannya
di depan kelas
b) Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
c) Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
d) Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demostrasi
yang dilakukan guru dengan siswa lain
11

Bentuk soal-soal tertulis meliputi :


a) Uraian
b) Tes objektif
c) Melengkapi lembar kerja dan lain-lain
2. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada
umumnya guru dalam pengajarannya selalu melibatkan/ menggunakan Tanya
jawab. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban/ balikan dari orang lain. Hamper seluruh proses
evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui
pertanyaan. Dalam proses investigasi, misalnya pertanyaan yang baik akan
menuntun kita pada jawaban yang sesungguhnya. Demikian juga sebaliknya,
pertanyaan yang jelek akan menjauhkan kita dari jawaban yang memuaskan.
(Supriyadi : 2013)
Menurut Nur, (2014: 240) dalam proses belajar mengajar, bertanya
memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan
teknik pelontaran yang tepat akan :
a. Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap suatu masalag
yang sedang dibicarakan
c. Mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab
berpikir sendiri itu sesungguhnya adalah bertanya
d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan
membantu siswa dalam menentukan jawaban yang baik
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas
Menurut Jumanta, (2017: 78-80) komponen keterampilan bertanya
adalah sebagai berikut.
1) Pengungkapan pertanyaan, yaitu jelas dan singkat
12

Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya singkat dan jelas sehingga


mudah dipahami oleh para siswa. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya
jangan terlalu panjang dan membingungkan siswa dalam menjawabnya.
2) Pemberian acuan
Pertanyaan yang disampaikan guru dalam suatu proses pembelajaran
akan dijawab dengan benar oleh siswa jika siswa tersebut mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan pertanyan tersebut. Dalam hal ini guru
memberikan acuan mengenai beberapa informasi yang perlu diketahui
siswa dengan harapan siswa akan mengolah informasi tersebut untuk
menjawab pertanyaan guru.
3) Pemusatan
Pemusatan dalam keterampilan bertanya dimaksudnya untuk
memfokuskan perhatian siswa pada inti materi pembelajaran tertentu
yang dipelajari.
4) Pemindahan giliran dan penyebaran pertanyaan
Pemindahan giliran merupakan salah satu cara dalam keterampilan
bertanya yang harus dikuasai guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Cara ini sering dilakukan agar siswa selalu memperhatikan
pertanyaan yang diajukan guru dan jawaban yang diberikan siswa lain.
5) Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan, guru perlu memberikan waktu kepada
siswa untuk memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut.
6) Pemberian tuntunan
Jika pertanyaan yang diajukan guru tidak dijawab oleh siswa atau
jawaban yang diberikan tidak seperti yang diharapkan maka guru tidak
boleh tinggal diam dan menunggu terus sampai siswa memberikan
jawaban. Upaya yang harus dilakukan guru, yaitu dengan memberikan
tuntunan yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu
memberikan jawaban yang diharapkan.
13

3. Keterampilan memberikan penguatan


Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat
verbal ataupun non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah
laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi
atau umpan balik (feedback) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai
suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respons terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut. (Abdul, 2016: 237)
Dalam kegiatan pembelajaran, pemberian penguatan oleh guru terhadap
perilaku siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan
keefektifan pembelajaran. Respons positif dari guru terhadap perilaku siswa
yang positif akan membuat siswa merasa senang dan cenderung mengulang
bahkan meningkatkan perilaku tersebut. Oleh karena itu, guru harus sering
melatih diri secara teratur dan terarah agar memiliki keterampilan dan
kebiasaan memberikan penguatan dalam melaksanakan pembelajaran.
(Jumanta, 2017: 89)
Menurut Abdul, (2016: 238-239) komponen jenis-jenis penguatan yang
dapat digunakan oleh guru adalah sebagai berikut.
a. Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/
kalimat yang diucapkan seperti: bagus, baik, hebat, mengagumkan,
kamu cerdas, setuju, ya, betul, tepat, dan sebagainya
b. Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimic
muka yang memberi arti/ kesan baik kepada peserta didik. Penguatan
gestural dapat berupa tepuk tangan, acungan jempol, anggukan
tersenyum, dan sebagainya.
c. Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru kepada peserta
didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini
dapat dilakukan tatkala peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya,
diskusi, atau aktivitas lainnya.
14

d. Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru


dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak peserta
didik, menjabat tangan, mengusap rambut kepala, mengangkat tangan
peserta didik, dan sebagainya.
e. Penguatan dengan memberi kegiatan yang menyenangkan. Memberi
penghargaan kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang
tertentu seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan
kesempatan untuk melatih vokal pada temannya dan dapat dijadikan
tutor sebaya, dan sebagainya.
f. Penguatan berupa tanda. Adakalanya guru memberikan penilaian kepada
peserta didik yang berupa symbol-simbol atau benda-benda. Penguatan
ini dapat berupa komentar tertuli atas karya peserta didik, hadiah berupa
buku tulis, piagam, lencana, dan sebagainya.
4. Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran berkenaan
dengan diubahnya suatu keadaan sehingga keadaan tersebut tidak monoton
dan membosankan atau menjenuhkan. Keadaan tersebut berakaitan dengan
gaya mengajar guru (teaching style), penggunaan alat, dan media
pembelajaran serta pola interaksi pembelajaran. Keterampilan mengadakan
variasi ini, dalam pelaksanaannya bias dikaitkan dengan penggunaan
keterampilan lainnya, seperti varisai dalam membuka dan menutup pelajaran,
menjelaskan, bertanya, dan variasi dalam memberikan penguatan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa keterampilan mengadakan variasi
merupakan akumulasi dari semua keterampilan mengajar guru. (Jumanta,
2017: 61)
Menurut Pupuh, dkk (2007: 92-94) dalam konteks proses belajar
mengajar, variasi mengajar diperlukan dengan tujuan sebagai berikut.
a. Agar perhatian siswa meningkat
b. Memotivasi siswa
15

c. Menjaga wibawa guru


d. Mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran

Menurut Abdul, (2016: 239-240) variasi dalam kegiatan belajar-mengajar


dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pembelajaran yang dapat
dikelompokkan ke dalam tiga komponen sebagai berikut.
a. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi: pemggunaan variasi suara
(techer voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau
kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak
(eye contact and movement), gerakan badan, mimik (variasi dalam
ekspresi wajah guru), dan pergantian posisi guru dan gerak guru dalam
kelas (teacher movement).
b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditinjau dari indra yang digunakan dapat digolongkan
dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun
variasi penggunaan alat antara lain sebagai berikut: variasi alat atau bahan
yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat
didengar (audio aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik),
dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio-
visual aids).
c. Variasi pola interaksi kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid
dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka ragam coraknya.
Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
5. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan merupakan aktivitas mengajar yang tidak
dapat dihindari oleh guru. Penjelasan diperlukan karena tidak terdapat dalam
buku, sehingga guru harus menuturkan secara lisan. Ini berarti guru dituntut
16

mampu menjelaskan. Untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berkaitan


dengan hubungan antar konsep, guru perlu menjelaskan secara runtut dan
runut. Untuk menanamkan pengertian anak mengapa sesuatu itu terjadi,
mengapa ini seperti ini, dan masih banyak lagi dalam berbagai peristiwa
belajar-mengajar yang menuntut guru untuk menjelaskan. (Supriyadi, 2013:
141)
Menurut Jumanta, (2017: 57) tujuan yang hendak dicapai guru dalam
memberikan penjelasan adalah sebagai berikut.
a. Membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan
“mengapa” yang siswa ajukan ataupun yang dikemukakan guru;
b. Membantu siswa mendapatkan dan memahami hokum, dalil, dan prinsip
umum secara objektif, serta nalar;
c. Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah;
d. Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan
mengatasi kesalahpahaman mereka terhadap suatu pengertian; dan
e. Membantu siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran, serta
penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan yang meragukan.

Menurut Abdul, (2016: 241) penyajian suatu penjelasan dapat


ditingkatkan hasilnya dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Kejelasan. Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-
ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umumnya”, “biasanya”,
“seringkali”, dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak;
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi. Dalam memberikan penjelasan
sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari;
c. Pemberian tekanan. Dalam memberikan penjelasan, guru harus
memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi
17

informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah”,
“perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “perhatikan, yang ini agak sukar”;
d. Penggunaan balikan. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya
ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan seperti “apakah kalian mengerti dengan
penjelasan tadi?” juga perlu ditanyakan, “apakah penjelasan tadi bermakna
bagi kalian?” dan sebagainya.

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil


Diskusi kelompok adalah sutu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau
pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang
memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu
masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir,
berinteraksi sosisal, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian, diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa , serta membina kemampuan
berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.(Abdul, 2016:
246)
Menurut Jumanta, (2017: 81-82) batasan kelompok kecil di dalam
pembelajaran sebagai berikut.
a. Melibatkan kelompok siswa dengan jumlah 3 sampai dengan 9 orang.
b. Interaksi antaranggota kelompok berlangsung secara informal.
c. Semua anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk
menyampaikan pendapat atau memberi informasi dan menerima informasi
dari anggota kelompok lain.
d. Harus ada tujuan bersama yang harus dicapai.
18

e. Berlangsung menurut suatu prosedur yang bersifat teratur, terarah, dan


sistematis untuk mencapai tujuan bersama.
f. Memiliki norma-norma yang mengikat dan harus dipatuhi oleh semua
anggota kelompok.
g. Berlangsung dalam keadaan terbuka.

Menurut Abdul, (2016: 246-248) terdapat beberapa komponen-


komponen keterampilan membimbing diskusi, yaitu:
a. Merumuskan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Aspek-aspek yang dapat dilakukan yaitu:
1) Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi;
2) Kemukakan masalah-masalah khusus;
3) Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan;
4) Rangkum hasil pembicaraan diskusi.
b. Memperjelas masalah maupun usulan/ pendapat
Aspek-aspek yang dapat dilakukan yaitu:
1) Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas;
2) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide
tersebut;
3) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan
atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok dapat memperoleh
informasi secara lebih jelas.
c. Menganalisi pandangan/ pendapat siswa
Perbedaan pendapat sering terjadi pada saat melakukan diskusi
kelompok. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu menganalisis alas an
perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut.
1) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat;
2) Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak di sepakati.
19

d. Meningkatkan usulan siswa


Aspek-aspek yang dapat dilakukan yaitu:
1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk
berpikir;
2) Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat;
3) Memberikan waktu untuk berpikir;
4) Memberikan dukungan kepada usulan pendapat siswa dengan penuh
perhatian.
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Aspek-aspek yang dapat dilakukan:
1) Mencoba memancing usulan siswa yang enggan berpartisipasi dengan
mengarah langsung secara bijaksana;
2) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran
kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu;
3) Secara bijaksan mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan;
4) Mendorong siswa untuk mengomerntari usulan temannya sehingga
interaksi antar siswa dapat ditingkatkan.
f. Menutup diskusi
Aspek-aspek yang dapat dilakukan yaitu:
1) Dengan bantuan guru, para siswa membuat rangkuman hasil diskusi;
2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi;
3) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah
tercapai.
7. Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah kegiatan-
kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadi proses belajar mengajar. Yang termasuk dalam hal ini misalnya
20

adalah, penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan


perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif. (Saiful dkk,
2013: 173)
Menurut Abdul, (2016:249-251) komponen keterampilan mengelola
kelas ini pada dasarnya terbagi dua, yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini meliputi:
1) Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan
bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian,
sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya.
Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara
seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan serta memberikan
reaksi atas gangguan dan ketidakacuan siswa dalam bentuk teguran.
2) Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif dapat terjadi jika guru mampu
membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu yang
sama dengan cara:
a) Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan
yang lain dengan konak pandang terhadap kelompok siswa atau
seorang siswa secara individual.
b) Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan
dan sebagainya terhadap aktifitas seorang siswa, sementara ia
memimpin kegiatan siswa yang lain
3) Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu
memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara
21

berkelompok atau bekerja sama. Memusatkan perhatian dapat


dilakukan dengan cara:
a) Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat
situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi;
b) Menuntut tanggung jawab atas keterlibatan siswa dalam suatu
kegiatan, baik dalam melaporkan hasilkerja kelompok,
memperagakan sesuatu maupun memberikan tanggapan.
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas
dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak kebingunngan.
5) Menegur
Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa
sehingga mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas, guru
hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu;
b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan;
c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebihi-lebih yang
berkepanjangan.
6) Memberi penguatan
Untuk menanggulangi siswa yang mengganggu atau tidak melakukan
tugas, pengguatan dapat diberikan sesuai dengan masalah yang
muncul.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pembalikan kondisi belajar yang
optimal
1) Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-
prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil
eksperimen lain pada perilaku manusia.
22

2) Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok.


3) Memperlancar terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan
tugas. Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
4) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah. Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan
masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan
perilaku siswa tersebut.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan terjadi dalam konteks
pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi
banyak kelompok kecil, serta banyak siswa yang masing-masing diberi
kesempatan belajar secara kelompk maupun perorangan. Penguasaan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru
mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien, serta memainkan
perannya sebagai (a) organisator kegiatan pembelajaran, (b) sumber
informasi bagi siswa, (c) pendorong bagi siswa untuk belajar, (d) penyedia
materi dan kesempatan belajar bagi siswa, (e) mendiagnosis dan memberi
bantuan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan, serta (f) peserta kegiatan
yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya (Jumanta, 2017:91-
92).
Menurut Jumanta, (2017:92-93) pengajaran kelompok kecil dan
perorangan masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan
penanganan siswa dan penanganan tugas. Untuk itu, ada empat kelompok
keterampilan yang perlu dikuasai guru, yaitu:
a. Keterampilan mengadakaan pendekatan secara pribadi yang dapat
ditunjukkan dengan cara:
1) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa;
2) Mendengarkan secara simpati gagasan yang dikemukakan siswa;
3) Memberikan respons positif terhadap gagasan siswa;
23

4) Membangun hubungan saling mempercayai;


5) Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa, tanpa kecenderungan
mmendominasi;
6) Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan;
serta
7) Mengendalikan situasi agar siswa merasa aman
b. Keterampilan mengorganisasikan yang ditampilkan dengan cara (a)
memberi orientasi ilmu, (b) memvariasikan kegiatan, (c) membentuk
kelompok yang tepat, (d) mengoordinasikan kegiatan, (e) membagi-bagi
perhatian dalam berbagai tugas, serta (f) mengakhiri kegiatan dengan
kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar yang dapat
ditampilkan dalam bentuk:
1) Memberi penguatan yang sesuai;
2) Mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap
terhadap keadaan siswa;
3) Mengadakan supervisi proses lanjut yang berupa bantuan yang
diberikan secara selektif, berupa (1) pelajaran tambahan, (2)
melibatkan diri sebagai peserta diskusi, (3) memimpin diskusi jika
perlu, dan (4) bertindak sebagai katalisator; serta
4) Mengadakan supervisi pemaduan dengan cara mendekati setiap
kelompok/ perorangan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan
akhir.
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
meliputi (a) menetapkan tujuan pembelajaran, (b) merencanakankegiatan
belajar, (c) berperan sebagai penasihat, dan (d) membantu siswa menilai
kemajuan sendiri.
24

Menurut Jumanta, (2017: 93) dalam menerapkan keterampilan mengajar


kelompok kecil dan perorangan guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut.
a. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, dan perorangan
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, kemampuan siswa,
ketersediaan fasilitas, waktu, serta kemampuan guru.
b. Tidak semua topic dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil
dan perorangan. Informasi umum, sebaiknya disampaikan secara klasikal.
c. Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu
kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan, atau laporan.
d. Guru perlu mengenal siswa secara perorangan (individual) agar mengatur
kondisi belajar yang tepat.
e. Dalam kegiatan belajar perorangan siswa dapat bekerja secara bebas
dengan bahan yang telah disiapkan oleh guru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang berkaitan dengan
semua aspek kemampuan guru yang berkaitan erat dengan berbagai tugas
guru yang berbentuk keterampilan untuk membimbing, mengarahkan,dan
keterampilan lainnya dalam rangka memberi rangsangan dan motivasi
kepada siswa guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan secara
terpadu.
2. Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar
a. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
b. Keterampilan bertanya
c. Keterampilan memberikan penguatan
d. Keterampilan mengadakan variasi
e. Keterampilan menjelaskan
f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Keterampilan mengelola kelas
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

B. Saran
Seorang pendidi atau guru diharapkan dapat menguasai delapan keterampilan
dasar mengajar bukan hanya keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
karena semua keterampilan itu saling berhubungan. Jika seorang guru hanya
terampil dalam satu atau dua keterampilan saja, tentu akan mengakibatkan
kegiatan belajar-mengajar tidak maksimal. Selain itu dengan terampil dalam
mengajar akan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 1998. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rhineka Cipta

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno.2007. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: PT Rafika Aditama

Hamdayama, Jumanta. 2017. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta:


Prestasi Pustakarya

Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 2001. Didaktika Azas-Azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Supriyadi. 2013. Strategi Belajar & Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu

26

Anda mungkin juga menyukai