Anda di halaman 1dari 7

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam BAB ini akan dipaparkan tentang proses persalinan, nifas dan BBL

pada Ny.D selama dirawat di RSUD Karawang. Adapun pembahasan kasus dapat

dilihat dibawah ini:

A. Persalinan

Prosedur dalam melakukan persalinan dengan ekstraksi vakum yaitu :

a. Ibu tidur dalam posisi lithotomi.

b. Pada dasarnya tidak di perlukan nekrosis umum. Bila pada waktu

pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri dapat diberi anastesi

infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak

berhasil boleh diberi anastesi inhalasi, namun hanya terbatas pada

waktu memasang mangkuk saja.

c. Setelah semua bagian – bagian ekstraksi vakum terpasang, maka di

pilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan servik. Pada

pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5.

Mangkuk dimasukan kedalam vagina dengan posisi miring dan

dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun – ubun besar.

Tonjolan pada mangkuk, diletakan sesuai dengan letak dominator.

d. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga - 0,2

atm dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan ialah -

0.7 sampai -0,8 atm .ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit.

96
97

Dengan adanya tekanan negatif ini, maka pada manguk akan terbentuk

kaput suksedaneum artisifialis ( Chignon )

e. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang,

apakah ada bagian bagian jalan lahir yang ikut terjepit.

f. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu di suruh mengejan dan

mangkuk di tarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu

melakukan tarik ini harus ada koordinasi antara tangan kiri dan tangan

kanan penolong.

g. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk sedang tangan

kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud

tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi

yang benar dan bila sewaktu – waktu mangkuk lepas, maka tidak akan

meloncat ke arah muka penolong.

h. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran

paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis.

Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan, berarti traksi dikerjakan

secara intermittent, bersama - sama dengan his.

i. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas,

sehibgga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput

sebagai hipomokhlion dan berturut – turut lahir bagian – bagian

kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan

defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum.

Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol,

tekanan negatif menjadi hilang dan mangkuk di lepas.


98

j. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasang

mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva (Wiknjosastro,

2010).

Namun pada kasus pada kasus Ny. D pada waktu pemasangan

mangkuk ibu mengeluh nyeri namun tidak dilakukan anastesi. Hal ini

dapat terjadi syok neurogenik dan pada persalinan selanjutnya ibu bisa

mengalami trauma. Sedangkan manfaat dan tujuan anestesi adalah salah

satu dari penerapan asuhan sayang ibu. Dengan dilakukannya pemberian

anestesi maka rasa sakit ini dapat diatasi dan memberikan pengalaman

yang memuaskan bagi pasien sehingga proses adaptasi psikologis masa 

nifas tidak terganggu dengan pengalaman yang tidak menyenangkan saat

persalinan. Selain itu anastesi juga memberikan konsep yang positif

tentang bidan bagi pasien.

Inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi sebenarnya

bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan

untuk menyusu sendiri. Agar terjadi kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).

Pada kasus Ny. D pada saat setelah bayi lahir tidak dilakukan IMD.

Sedangkan manfaat IMD yaitu dada ibu menghangatkan bayi dengan

tepat selama bayi merangkak mencari payudara, Ibu dan bayi merasa

lebih tenang, meningkatkan bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan
99

bayi, meragsang pengeluaran hormon oksitosin, bayi mendapatkan ASI

kolostrum. Sedangkan kerugian tidak dilakukan IMD yaitu fungsi refleks

sucking pada bayi akan terganggu. Makanan awal non-ASI, hal ini dapat

mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih

awal.

B. Nifas

Untuk ibu nifas pemberian vitamin A dosisnya bisa berkali-kali

lipat dari dosis pada saat hamil yaitu 200.000 unit walau hanya sebanyak

2 kali yaitu setelah melahirkan dan 24 jam setelah pemberian kapsul

pertama. Pemberian ini bisa terus berlangsung jika pada waktu sampai 42

hari dirasa masih butuh asupan vitamin A.

Namun pada kasus Ny. D saat setelah melahirkan ibu tidak

diberikan vitamin A dikarenakan tidak ada persediaan vitamin A.

Padahal manfaat pemberian vitamin A dengan dosis tinggi pada ibu nifas

yaitu akan menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, berkurangnya

penyakit infeksi, mencegah kelainan dalam penglihatan.

Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam post partum. Asuhan

yang diberikan pada ibu yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,

pemberian ASI awal, melakuakan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

(Rukiyah, 2011).
100

Pada kasus Ny. D yaitu pada 6 jam post partum pemberian ASI

awal dan melakuakan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir belum

dilakukan karena ibu dan bayi belum dirawat gabung.

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi (Rukiyah, 2011).

Pada kasus Ny. D, kunjungan nifas hanya dilakukan pada waktu 2

jam post partum, 6 jam post partum, 1 hari post partum dan 3 hari post

partum di karenakan penulis hanya melakukan puerperium selama ibu

dirawat, Penulis tidak melakukan kunjungan rumah dikarenakan

keterbatasan waktu.

a. Periode Taking In

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, pada saat ini ibu

terlihat pasif dan tergantung, dia khawatir dengan tubuhnya.

Pengalaman selama proses persalinan akan berulang-ulang

diceritakannya (Ambarwati, 2010).

Keadaan psikologis ibu sangat tergantung pada suami dan

keluarganya dan ibu khawatir pada keaadaan tubuhnya. Ibu mengalami

Periode Taking In.

b. Taking Hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang


101

baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya sehingga timbul rasa percaya diri (Ambarwati, 2010).

Pada hari ke tiga post partum ibu merasa bahagia dan merasa sudah

mampu merawat bayinya.namun ibu masih memerlukan bantuan dan

dukungan dari suami dan keluarganya. Ibu mengalami fase Taking

hold.

c. Fase Letting Go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat

(Ambarwati, 2010).

Penulis tidak mengikuti perkembangan psikologis ibu pada fase

Letting Go karena penulis hanya memberi asuhan sampai tiga hari

postpartum selama ibu dirawat di Rumah Sakit.

C. Bayi Baru Lahir

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam

kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi

tersebut menggunakan antibiotika Tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika

harus tepat diberikan pada 1 jam setelah kelahiran. Upaya propilaksis

infeksi mata tidak efektuf jika diberikan lebih dari 1 jam setelah

kelahiran (Care, 2007).

Pada kasus bayi Ny. D bayi tidak diberikan salep mata dikarenakan

persediaan habis. Manfaat pemberian salep mata yaitu untuk mencegah

penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).


102

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intra muskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K

yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

Pada kasus bayi Ny. D Vit-K diberikan setelah bayi dipindahkan

diruang perinatologi. Vitamin K sangat berperan dalam proses

pembekuan darah dan juga berperan penting dalam proses pembentukan

tulang bersama kalsium dan vitamin D. Kekurangan vitamin K dapat

menyebabkan gangguan pembekuan darah sehingga menyebabkan

perdarahan yang sulit membeku. Gejala bayi baru lahir yang mengalami

kekurangan vitamin K yaitu terjadi perdarahan pada tali pusat, hidung,

mulut, telinga, salurang kemih, atau anus. Jika terjadi perdarahan di

otak, bayi tampak pucat, menangis melengking, muntah-muntah,

pandangan mata kosong, demam, ubun-ubun tampak menonjol, kadang

tampak kuning, dan akhirnya diikuti kejang. Untuk itu bayi diberi

sejumlah vitamin K saat lahir untuk mencegah kekurangan vitamin K.

Kemudian disusul dengan pemberian ampisilin 0,75 cc IM di sepertiga

paha luar bayi, ampisilin diberikan dua kali dalam sehari selama tiga

hari.

Anda mungkin juga menyukai