Anda di halaman 1dari 18

KONSEP

HOSPITALISASI
PADA ANAK DAN KELUARGA

Ns. Ilma Widiya Sari, M.Kep.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO

2020/201
Modul Keperawatan Anak
Pokok Bahasan : Konsep hospitalisasi pada anak dan keluarga
Tujuan pembelajaran :
Setelah mengikuti proses belajar mengajar pada pokok bahasan ini mahasiswa
mampu: memahami tentang hospitalisasi pada anak dan keluarga
Capaian Pembelajaran :
1. Konsep hospitalisasi
2. Stressor dan reaksi anak
3. Peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan dampak hospitalisasi

MATERI PEMBELAJARAN
KONSEP DASAR HOSPITALISASI
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak
dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa
penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh dengan
stress, ( Supartini, 2004 hal : 188 ).
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena
perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku
koping terbatas, dan perubahan status kesehatan ( Potter & Perry, 2005, hal : 665 )
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu : cemas, marah, sedih,
takut, dan rasa bersalah ( Wong, 2000, dalam Supartini, 2004, hal : 188 ). Perasaan
tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah
dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu
yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak,
orang tua juga mengalami hal yang sama. (Supartini, 2004 hal : 188 ).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang
tinggi saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orang tua juga
dilaporkan tidak mengalami karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi
permasalahannya (Hallstrom dan Ellander, 1997. Brewis, E. 1995, dalam Supartini 2004:
188 ).

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 1


Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula, dan
stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat ( Supartini,
2004 hal : 188 ).
Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada
pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat
stress ( Brewis ,1995, dalam Supartini hal : 188 ).
Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung pada
institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk rumah
sakit. ( Stuart, 2007, hal :102 )
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi ini merupakan perawatan yang
dilakukan selama dirumah sakit dimana terdapat rasa penekanan akan sesuatu yang
baru dan belum bisa menerima keadaan dan hospitalisasi juga dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman serta stress yang bisa dialami oleh klien maupun keluarga.

2. Macam – macam hospitalisasi


Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh Supartini
2004, hal 189),, Sebagai berikut :
a. Hospitalisasi Informal
Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien dapat
meninggalkan tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang dengan nasehat
medis. Sebagian besar pasien medis dan bedah dirawat secara informal.
b. Hospitalisasi Volunter
Hospitalisasi volunter memerlukan permintaan tertulis untuk perawatan dan
untuk pemulangan. Setelah pasien meminta pulang, dokter dapat mengubah
hospitalisasi volunter menjadi hospitalisasi involuter.
c. Hospitalisasi Involunter
Hospitalisasi Involunter adalah sangat membatasi otonomi dan hak pasien.
Keadaan ini tidak memerlukan persetujuan pasien dan seringkali digunakan untuk
pasien yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan orag lain. Hospitalisasi Involunter
memerlukan pengesahan (sertifikasi) oleh sekurang-kurangya dua dokter; pengesahan
dapat berlaku sampai 60 hari dan dapat diperbaharui. Keadaan ini mungkin diminta
oleh pegadilan sebagai jawaban atas permohonan dari rumah sakit atau anggota
keluarga.

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 2


d. Hospitalisasi Gawat Darurat
Hospitalisasi Gawat Darurat (sementara atau persetujuan satu orang dokter)
adalah bentuk yang mirip dengan komitmen involunter yang memrluka pengesahan
atau sertifikasi hanya oleh satu orang dokter; pengesahan berlaku selama 15 hari.
Pasien harus diperiksa oleh dokter kedua dalam 48 jam untuk menegakkan perluya
perawatan gawat darurat. Setelah 15 hari, pasien harus dipulangkan, diubah menjadi
status involunter, atau diubah menjadi status volunter.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak


a. Berpisah dengan orang tua dan sparing.
b. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster,
pembunuhan dan binatang buas diawali dengan yang asing.
c. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
d. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.
e. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian .

4. STRESSOR UMUM PADA HOSPITALISASI


a. Perpisahan
b. Kehilangan kendali
c. Perubahan gambar diri
d. Nyeri dan Rasa takut

5. RENTANG RESPON HOSPITALISASI


Menurut Supartini ( 2004, hal : 189 ), berbagai macam perilaku yang dapat
ditunjukkan klien dan keluarga sebagai respon terhadap perawatannya dirumah
sakit, sebagai berikut :
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Setelah dikemukan diatas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku
sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat
individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, system pendukung yang tersedia, dan
kemampuan koping yang dimilkinya, pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit
adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 3


nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisai sesuai dengan tahapan
perkambangannya .
1) Masa bayi ( 0 – 1 tahun )
Masalah utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan
orang tua sehingga ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih
sayang. Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas
atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan
cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak ini adalah
menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger
anxiety.
Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka pembentukan rasa percaya
dan pembinaan kasih sayangnya terganggu.
Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal bagaimana
reaksi bayi bila dirawat, Karena bayi belum dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya. Sedangkan pada bayi dengan usia yang lebih dari 6 bulan, akan
banyak menunjukkan perubahan.
Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang
yang berbeda-beda dengan dirinya, sehingga akan terjadi “Stranger Anxiety”
(cemas pada orang yang tidak dikenal), sehingga bayi akan menolak orang
baru yang belum dikenal. Kecemasan ini dimanifestasikan dengan meanagis,
marah dan pergerakan yang berlebihan. Disamping itu bayi juga telah merasa
memiliki ibunya ibunya, sehingga jika berpisah dengan ibunya akan
menimbulkan “Separation Anxiety” (cemas akan berpisah). Hal ini akan
kelihatan jika bayi ditinggalkan oleh ibunya, maka akan menangis sejadi-
jadinya, melekat dan sangat tergantung dengan kuat.

2) Masa todler ( 1-3 tahun )


Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunkan bahasa
yang memadai dan pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak
dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan
rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang
dikenal serta akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
Disebutkan bahwa sumber stress utama pada anak yaitu akibat perpisahan
(usia 15-30 bulan). Anxietas perpisahan disebut juga “Analitic Depression”
Respon perilaku anak akibat perpisahn dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 4


a) Tahap Protes (Protest)
Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan
memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain
tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak
perhatian orang lain.
b) Tahap Putus Asa (Despair)
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang, tidak aktif,
kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih dan
apatis.
c) Tahap menolak (Denial/Detachment)
Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan, membina
hubungan dangkal dengan orang lain serta kelihatan mulai menyukai
lingkungan.
Toddler telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengontrol
dirinya dengan mempertahankan kegiatan rutin seperti makan, tidur,
mandi, toileting dan bermain. Akibat sakit dan dirawat di Rumah Sakit,
anak akan kehilangan kebebasan dan pandangan egosentrisnya dalam
mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi.
Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak akan
bereaksi terhadap ketergantungan dengan negatifistik dan agresif. Jika
terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit
kronik) maka anak akan berespon dengan menarik diri dari hubungan
interpersonal.

3) Masa prasekolah ( 3-6 tahun )


Anak usia Pra Sekolah telah dapat menerima perpisahan dengan orang
tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan orang lain.
Walaupun demikian anak tetap membutuhkan perlindungan dari
keluarganya. Akibat perpisahan akan menimbulkan reaksi seperti : menolak
makan, menangis pelan-pelan, sering bertanya misalnya : kapan orang
tuanya berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari.
Kehilangan kontrol terjadi karena adanya pembatasan aktifitas sehari-hari
dan karena kehilangan kekuatan diri. Anak pra sekolah membayangkan
bahwa dirawat di rumah sakit merupakan suatu hukuman, dipisahkan,

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 5


merasa tidak aman dan kemandiriannya dihambat. Anak akan berespon
dengan perasaan malu, bersalah dan takut.
Anak usia pra sekolah sangat memperhatikan penampilan dan fungsi tubuh.
Mereka menjadi ingin tahu dan bingung melihat seseorang dengan
gangguan penglihatan atau keadaan tidak normal.
Pada usia ini anak merasa takut bila mengalami perlukaan, anak
memgangap bahwa tindakan dan prosedur mengancam integritas
tubuhnya. Anak akan bereaksi dengan agresif, ekspresif verbal dan
depandensi.
Disamping itu anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar
darah dari tubuhnya. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa infeksi,
mengukur tekanan darah, mengukur suhu perrektal dan prosedur tindakan
lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan.
4) Masa sekolah (6-12 tahun )
Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa khawatir
akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, takut kehilangan
ketrampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak membutuhkan rasa aman
dan perlindungan dari orang tua namun tidak memerlukan selalu ditemani
oleh orang tuanya.
Pada usia ini anak berusaha independen dan produktif. Akibat dirawat
di rumah sakit menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan.
Hal ini terjadi karena adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik,
takut mati dan kehilangan kegiatan dalam kelompok serta akibat kegiatan
rutin rumah sakit seperti bedrest, penggunaan pispot, kurangnya privacy,
pemakaian kursi roda, dll.
Anak telah dapat mengekpresikan perasaannya dan mampu
bertoleransi terhadap rasa nyeri. Anak akaqn berusaha mengontrol tingkah
laku pada waktu merasa nyeri atau sakit denga cara menggigit bibir atau
menggengam sesuatu dengan erat.
Anak ingin tahu alas an tindakan yang dilakukan pada diri9nya, sehingga ia
selalu mengamati apa yang dikatakan perawat. Anak akan merasa takut
terhadap mati pada waktu tidur.
5) Masa remaja (12 – 18 tahun )
Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat di rumah sakit
adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya dan kelompok.

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 6


Anak tidak merasa takut berpisah dengan orang tua akan tetapi takut
kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok. Kecemasan
lain disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan oleh akibat penyakit fisik,
kecacatan serta kurangnya “privacy”.
Sakit dandirawat merupakan ancaman terhadap identitas diri,
perkembangan dan kemampuan anak. Reaksi yang timbul bila anak
remaja dirawat, ia akan merasa kebebasannya terancam sehingga anak
tidak kooperatif, menarik diri, marah atau frustasi.
Remaja sangat cepat mengalami perubahan body image selama
perkembangannya. Adanya perubahan dalam body image akibat penyakit
atau pembedahan dapat menimbulkan stress atau perasaan tidak aman.
Remaja akan berespon dengan banyak bertanya, menarik diri dan menolak
orang lain.

b. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi


Reaksi yang terjadi akibat pasien yang dirumah sakit adalah sebagai berikut:
1) Perasaan cemas dan takut
a) Rasa cemas paling tinggi dirasakan keluarga pada saat menunggu
informasi tentang diagnosis penyakit pasien (Supartini, 2000 dikutip
oleh Supartini 2004 hal. 193)
b) Rasa takut muncul pada keluarga terutama akibat takut
kehilangan pasien pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995
dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193).
c) Perilaku yang sering ditunjukan keluarga berkaitan dengan adanya
perasaan cemas dan takut ini adalah : sering bertanya atau
bertanya tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang
berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah
(Supartini, 2000 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193)

2) Perasaan sedih
Perasaan sedih yang dialami keluarga menurut Supartini (2000, dikutip
oleh Supartini, 2004 hal.193), adalah sebagai berikut :

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 7


a) Perasaan ini muncul terutama pada saat pasien dalam kondisi
terminal dan keluarga mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan
bagi pasien untuk sembuh.
b) Pada kondisi ini keluarga menunjukkan perilaku isolasi atau tidak
mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan.
3) Perasaan frustrasi
Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004, hal. 193-194),
adalah sebagai berikut :
a) Pada kondisi pasien yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang diterima keluarga, baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi.
b) Sering kali keluarga menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus
asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.
(Supartini, 2004).
Seriusnya penyakit baik akut atau kronis mempengaruhi tiap anggota dalam
keluarga :
1. Reaksi orang tua
Orang tua akan mengalami stress jika anaknya sakit dan dirawat dirumah
sakit. Kecemasan akan meningkat jika mereka kurang informasi tentang
prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak.
Orang tua bereaksi dengan tidak percaya terutama jika penyakit ananknya
secara tiba-tiba dan serius.
Setelah menyadari tentang keadaan anak, maka mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah, sering menyalahkan diri karena tidak
mampu merawat anak sehingga anak menjadi sakit
2. Reaksi Sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah
marah, cemburu, benci dan bersalah. Orang tua seringkali mencurahkan
perhatiannya lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan anak
yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang
sehat dan anak merasa ditolak.

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 8


6. MANFAAT HOSPITALISASI
Menurut Supartini (2004, hal : 198) manfaat hospitalisasi, sebagai berikut :
a) Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi
kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang
dihadapi selama perawatan di Rumah sakit
b) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu perawatan
dapat memberi kesempatan pada keluarga untuk belajar tentang
penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.
c) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan pada pasien mengambil keputusan, tidak terlalu
bergantung pada orang lain dan percaya diri. Berikan juga penguatan yang
positif dengan selalu memberikan pujian atas kemampuan klien dan
keluarga dan dorong terus untuk meningkatkannya
d) Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesame klien yang
ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya
untuk saling kenal dan membagi pengalamannya. Demikian juga interaksi
dengan petugas kesehatan dan keluarga harus difasilitasi oleh perawat
karena selama dirumah sakit klien dan keluarga mempunyai kelompok
yang baru

7. DAMPAK HOSPITALISASI
Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitaisasi menimbulkan dampak
pada lima aspek,yaitu privasi,gaya hidup,otonomi diri,peran,dan ekonomi.
a. Privasi
Privasi dapat diartika sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang dan
bersifat pribadi. Bisa dikatakan,privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi.
Sewaktu dirawat di rumah sakit klien kehilangan sebagian privasinya.
b. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pola gaya
hidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah
tempat tinggal klien. Juga oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup
yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah
sakit. Apalagi jika yang dirawat adalah seorang pejabat.
c. Otonomi

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 9


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,individu yang sakit dan dirawat di rumah
sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan “pasrah” terhadap
tindakan apa pun,yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai
keadaan sehat. Ini menunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit,akan
mengalami peruahan otonomi.
d. Peran
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
individu sesuai dengan status sosialnya. Jika ia seorang perawat,peran yang
diharapkannya adalah peran sebagai perawat,bukan sebagai dokter. Perubahan
terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu,tetapi juga
pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :
1) Perubahan peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit,akan terjadi perubahan peran
dalam keluarga.
2) Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi,keuangan yang
sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untuk keperluan klien yang dirawat.
3) Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga
dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi dengan
keceriaan,kegembiraan,dan senda gurau,anggotanya tiba-tiba diliputi
oleh kesedihan.
4) Perubahan kebiasaan sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya,
keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu
sehat, keluarga mampu berperan serta dalam kegiatan sosial. Akan
tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga
dalam aktivitas sosial dimasyarakat pun mengalami perubahan.

8. PERAN PERAWAT DALAM MENGURANGI STRES AKIBAT HOSPITALISASI


Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk
meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan
adalah meminimalkan stressor perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 10


atau rasa nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu
perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi :
1. Mencegah atau meminimalkan dampak dari perpisahan, terutama pada anak
usia kurang dari 5 tahun.
 Rooming In

Yaitu orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak bisa, sebaiknya orang
tua dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak tau
komunikasi antar orang tua dan anak.
 Partisipasi Orang tua

Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang
sakit terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan misal : memberikan
kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan pada anak atau
memandikan. Perawat berperan sebagai Health Educator terhadap
keluarga.

 Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan mendekorasi
dinding memakai poster atau kartu bergambar sehingga anak merasa
aman jika berada diruang tersebut.

 Membantu anak mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
dengan mendatangkan tutor khusus atau melalui kunjungan teman-teman
sekolah, surat menyurat atau melalui telpon.

2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
 Physical Restriction (Pembatasan Fisik)

Pembatasan fisik atau imobilisasi pada ekstremitas untuk mempertahankan
aliran infus dapat dicegah jika anak kooperatif. Untuk bayi dan toddler,
kontak orang tua – anak mempunyai arti penting untuk mengurangi stress
akibat restrain. Pada tindakan atau prosedur yang menimbulkan nyeri,
orang tua dipersiapkan untuk membantu, mengobsevasi atau menunggu
diluar ruangan. Pada beberapa kasus pasien yang diisolasi, misal luka bakar
berat, dengan menempatkan tempat tidur didekat pintu atau jendela,
memberi musik, dll.

 Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari

Respon anak terhadap kehilangan, kegiatan rutinitas dapat dilihat dengan
adanya masalah dalam makan, tidur, berpakaian, mandi, toileting dan
interaksi social.

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 11


Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari yaitu dengan “Time Structuring”.
Pendekatan ini sesuai untuk anak usia sekolah dan remaja yang telah
mempunyai konsep waktu. Hal ini meliputi pembuatan jadual kegiatan
penting bagi perawat dan anak, misal : prosedur pengobatan, latihan,
nonton TV, waktu bermain, dll. Jadual tersebut dibuat dengan kesepakatan
antara perawat, orang tua dan anak.
3. Meminimalkan rasa takut terhadap perlakuan tubuh dan rasa nyeri
Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah
penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat menjelaskan apa yang akan
dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh anak jika dia merasa takut, dll.
Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat perlukaan
tubuh, misal : jika anak takut diukur temperaturnya melalui anus, maka dapat
dilakukan melalui ketiak atau axilla.
4. Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
Walaupun hospitalisasi merupakan stressfull bagi anak dan keluarga, tapi juga
membantu memfasilitasi perubahan kearah positif antara anak dan anggota
keluarga :
 Membantu perkembangan hubungan orang tua – anak

Hospitalisasi memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika orang tua tahu reaksi anak
terhadap stress seperti regresi dan agresif, maka mereka dapat memberi
support dan juga akan memperluas pandangan orang tua dalam merawat
anak yang sakit.
 Memberi kesempatan untuk pendidikan

Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan anggota keluarga
belajar tentang tubuh, profesi kesehatan, dll.

 Meningkatkan Self – Mastery

Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit atau hospitalisasi akan
memberi kesempatan untuk self - mastery. Anak pada usianya lebih mudah
punya kesempatan untuk mengetest fantasi atau realita. Anak yang
usianya lebih besar, punya kesempatan untuk membuat keputusan, tidak
tergantung dan percaya diri perawat dan memfasilitasi perasaan self-
mastery dengan menekan kemampuan personal anak.
 Memberi kesempatan untuk sosialisasi

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 12


Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya maka akan
membantu anak untuk belajar tentang diri mereka. Sosialisasi juga dapat
dilakukan dengan team kesehatan se3lain itu orang tua juga memperoleh
kelompok social baru dengan orang tua anak yang punya masalah yang
sama.
5. Memberi support pada anggota keluarga
Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan anak,
membantu orang tua. Mengidentifikasi alas an spesifik dari perasaan dan
responnya terhadap stress memberi kesempatan kepada orang tua untuk
mengurangi beban emosinya.
 Memberi Informasi

Salah satu intervensi keperawatan yang penting adalah memberikan
informasi sehubungan dengan penyakit, pengobatan, serta prognosa, reaksi
emosional anak terhadap sakit dan dirawat, serta reaksi emosional anggota
keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat.
 Melibatkan Sibling

Keterlibatan sibling sangat penting untuk mengurangi stress pada anak.
Misalnya keterlibatan dalam program rumah sakit (kelompok bermain),
mengunjungi saudara yang sakit secara teratur, dll.

Asuhan Keperawatan Teoritis Klien Dengan Hospitalisasi


1. PENGKAJIAN
a. Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji meliputi: Nama,
Umur, Jenis kelamin (L/P), Nomor CM, Ruang rawat, Tanggal masuk MRS.
b. Penanggung Jawab klien meliputi: Orag tua, Wali, atau,Orang lain
c. Faktor predisposisi
1) Tanyakan riwayat penyakit masa lalu klien yang pernah diderita dan
trauma yang pernah dialami seperti aniaya fisik, aniaya sexual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal, dan lain-lain,
sehingga menyebabkan dia harus masuk rumah sakit atau hospitalisasi
dan juga tanyakan pengobatan seperti apa yang pernah dilakukan
klien.
2) Kemudian tanyakan pada klien apakah didalam anggota keluarganya
ada yang mengalami gangguan jiwa.

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 13


3) Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami
oleh klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda Vital meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.
2) Ukur berat badan dan tinggi badan.
3) Perkembangan
Bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat perkembangan saat ini
dan keterampilan yang dicapai
e. Observasi respon terhadap hospitalisasi
Bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku koping saat ini dan intesitas
mereka.
f. Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan sebelumnya.
Bertujuan untuk mengidentifikasikan pola koping sebelumnya dan pengaruh
koping tersebut.
g. Riwayat pengobatan
Bertujuan untuk mengidentifikasikan keseriusan masalah dan pengaruhnya
pada perkembangan kemampuan.
h. Persepsi tentang penyakit.
Bertujuan untuk mengidentifikasikan pemahaman pasien saat ini tentang
penyakit dan alasan hospitalisasi.
i. Sistem pendukung yang tersedia
Bertujuan untuk mengidentifikasikan tersedianya dan kesediaan keluarga
untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pemberian dukungan.
j. Koping keluarga
Bertujuan untuk menggambarkan kemampuan keluarga apakah
memperlihatkan perilaku distruktif yang jelas atau terselubung atau juga
menunjukkan adaptasi merusak terhadap stressor.
k. Ketakutan, kecemasan dan kesedihan keluarga
Bertujuan untuk mengidentifikasikan apakah keluarga mengalami suatu
perasaan gangguan fisiologis ataupun emosional yang berhubungan dengan
suatu sumber yang dapat diidentifikasi yang dirasakan membahayakan pasien
saat dirawat dihospitalisasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 14


Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan Perry &
Potter (2002, hal. 670), adalah sebagai berikut :
a. Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan
dan perpisahan dengan keluarga.
b. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung
yang tidak adekuat
Sedangkan diganosa keperawatan yang dapat diangkat menurut Lynda Juall
Carpenito (1998, hal. 9-14 & hal. 112-114), adalah sebagai berikut :
a. Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau yang
dirasakan sekunder terhadap; perpisahan sementara.
b. Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam
waktu lama.

3. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Perry & Potter
(2002, hal. 670), adalah sebagai berikut :
a. Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan
perpisahan dengan keluarga.
1) Tujuan :
Pasien akan mengatasi secara efektif rasa takut yang dihubungkan dengan
hospitalisasi.
2) Kriteria Hasil :
a) Salah satu dari keluarga tetap tinggal bersama pasien
b) Keluarga ikut berpartisipasi dalam pemberian makan, kebersihan
dan kegiatan pasien sehari-hari.
3) Intervensi & Rasional :
a) Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam ruangan
dengan pasien atau meminta anggota keluarga lain untuk bersama
pasien.
Rasional : Keluarga dapat memberikan rasa aman dan mencegah
dari perkembangan dari ketidakpercayaan.
b) Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka berharap untuk
berpartisipasi dalam perawatan pasien
Rasional : Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan keluarga
maupun pasien

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 15


c) Orientasikan keluarga pada divisi, suplai dan lingkungan
keperawatan
Rasional : Lingkungan yang asing akan mengancam kepercayaan
keluarga dan menimbulkan kelemahan terhadap layanan
keperawatan yang diberikan.

b. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung yang


tidak adekuat.
1) Tujuan dan Kriteria Hasil :
a) Mengidentifikasikan respons-respons yang membahayakan atau
mengabaikan
b) Mengungkapkan kebutuhan akan bantuan dalam mengatasi situasi
c) Menghubungi sumber-sumber komunitas yang tersedia.
2) Intervensi & Rasional :
a) Terima perilaku agresif
Rasional : Perilaku awal yang nyaman memberikan rasa
aman b) Jelaskan kepada keluarga bahwa perilaku ini normal
Rasional : Penjelasan akan membuat keluarga tahu bahwa ini
adalah perilaku koping
c) Berikan kesempatan kepada pasien untuk keluar menghilangkan
rasa takut dan perasaannya.
Rasional : Media ini merupakan cara pasien untuk mengekspresikan
perasaan dari dalam.

Sedangkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Lynda Juall


Carpenito (1998, hal. 9-14 & hal.112 -114), adalah sebagai berikut :
c. Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau yang
dirasakan sekunder terhadap; perpisahan sementara.
1) Tujuan dan Kriteria Hasil
a) Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
b) Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis
c) Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani
ansietas, seperti yang ditunjukkan.
2) Intervensi dan Rasional
a) Kaji ansietas : ringan, sedang, berat, panik

Konsep Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga 16


b) Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati
c) Singkirkan stimulasi yang berlebihan, batasi kontak dengan orang
lain atau keluarga yang juga mengalami cemas
d) Bantu klien yang sedang marah: identifikasi adanya marah.
e) Bila berkenan, berikan aktivitas yang dapat mengurangi
ketegangan.
d. Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam waktu
lama.
1) Tujuan dan Kriteria Hasil
a) Menceritakan perasaan bosan dan mendiskusikan metode tentang
cara menemukan aktivitas yang dapat menghibur
b) Menceritakan metode koping dengan perasaan marah atau defresi
yang disebabkan oleh kebosanan
c) Melaporkan adanya suatu peningkatan dalam aktivitas yang
menyenangkan
2) Intervensi dan Rasional
a) Rangsang motivasi dengan memperlihatkan minat dan mendorong
untuk dapat saling berbagi perasaan-perasaan dan pengalaman-
pengalaman
b) Bantu individu untuk mengatasi perasaan-perasaan marah dan
berduka
c) Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
d) Rencanakan waktu untuk para pengunjung.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2012). E-Book Konsep Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 27 September 2012
dari http://ebookbrowse.com/dia-122-slide-konsep-hospitalisasi-pdf-d337836072

Anonim.(2011). Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari


http://www.scribd.com/doc/56601675/Hospitalisasi

Dachi, J. (2007). Hospitalisasi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari


http://jovandc.multiply.com/reviews/item/3?&show_interstitial=1&u=%

Perry & Potter.(2009). Fundamental Keperawatan Ed 4 .Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai