A. LATAR BELAKANG
Data The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME, 2017)
menunjukkan kematian di dunia yang disebabkan oleh penyakit terkait dengan
jantung dan pembuluh darah pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26%
total kematian di dunia. 63% kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan
penderita dengan usia di atas 70 tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun dan 7,61%
berusia 15-49 tahun. Data pasti tingkat kejadian, morbiditas, dan mortalitas infark
miokard di Indonesia terbatas. Secara nasional, prevalensi penyakit jantung koroner
yang didiagnosis dokter menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013) sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447
orang, dimana prevalensi paling tinggi berada di Provinsi Jawa Barat sebanyak
160.812 orang (0,5%).
Infark miokard umumnya disebabkan oleh iskemia lama yang terjadi akibat
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan akan oksigen. Faktor
multipel berperan sebagai penyebab ketidakseimbangan tersebut, namun adanya
trombosis arteri koronari menandakan sebagian besar kejadian infark miokard. Infark
miokard akut (IMA) dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/STEMI) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA).
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya (Morton et al,
2005).
Keluhan yang umumnya terjadi pada pasien infark miokard adalah adanya
ketidaknyamanan atau nyeri dada. Nyeri tersebut digambarkan sebagai sensasi berat,
diremas atau tertindih sesuatu yang berat di atas dada. Nyeri tersebut sering
berlangsung lama dan tidak berkurang dengan istirahat atau pemberian Nitrogliserin
sublingual (Morton et al, 2005). Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan keluhan nyeri tersebut dapat mengkombinasikan terapi
farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi non-farmakologis (dalam hal ini intervensi
complementary and alternative therapies) yang dapat diterapkan sebagai bagian dari
intervensi keperawatan holistik untuk meningkatkan relaksasi pasien adalah antara
lain dengan melakukan massage dan intervensi terapi musik. Kedua intervensi ini
akan dibahas dalam studi kasus kelompok ini.
B. TUJUAN
Agar mahasiswa-mahasiswi dapat:
1. Memahami dan menerapkan proses keperawatan pada pasien dengan STEMI;
2. Memahami dan menerapkan intervensi CAM pada pasien STEMI:
a. Massage;
b. Terapi musik.
A. GAMBARAN KASUS
Tn. A, berusia 65 tahun, dibawa ke IGD pada pukul 09.30 WITA dengan
keluhan nyeri dada dan didiagnosis mengalami infark miokard akut regio
anteroseptal. Tn. A mengeluhkan nyeri dada substernal yang menyebar ke punggung
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tersebut tidak berkurang dengan
istirahat, bahkan dengan pemberian Nitrogliserin sublingual di IGD. Ia
menggambarkan nyeri yang dialaminya sebagai nyeri yang tumpul dan menilainya
pada skala 8 pada skala nyeri 1-10. Tn. A memiliki riwayat hipertensi, obesitas dan
peningkatan kolesterol, alergi obat disangkal.
Pada saat pemeriksaan fisik, pasien nampak terjaga, waspada, terorientasi dan
kooperatif. Akral teraba dingin dan diaforesis. TTV yang terukur adalah TD: 90/42
mmHg, HR: 110x/menit irregular, RR: 26x/menit dengan O2 2 lpm/nasal kanul, suhu:
36,6oC. Pemeriksaan jantungnya menunjukkan adanya bunyi S1, S2 dan S3 dan tidak
ada distensi vena jugularis. Auskultasi paru menunjukkan crackles basilar bilateral.
Ia tidak memiliki tanda-tanda sianosis atau clubbing finger. Pemeriksaan abdomennya
menunjukkan bising usus positif, abdomen teraba lunak dan tidak ada nyeri tekan
serta tidak teraba massa.
Perawat segera melakukan perekaman EKG 12 lead dan hasilnya
menunjukkan adanya elevasi ST-segment 4 mm pada lead V1 sampai V4. Hasil
sampel darah menunjukkan peningkatan kadar darah CK untuk MB, kadar troponin
juga abnormal. Tn. A direncanakan untuk menjalani angioplasty percutaneous
transluminal coroner (angioplasti koroner transluminal perkutan primer/AKTP).
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri dada substernal yang menyebar ke punggung, nyeri
seperti ada yang ‘menindih’ dadanya, nyeri tidak hilang dengan istirahat dan
pemberian obat. Nyeri skala 8 pada skala nyeri 1-10, merasa kesulitan
bernapas, merasa lemah, gelisah dan cemas (merasa ‘akan meninggal’)
c. Riwayat Kesehatan dan Faktor Risiko
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi, obesitas dan peningkatan
kolesterol. Riwayat alergi obat disangkal.
d. Pemeriksaan Fisik
Pasien nampak terjaga, waspada, terorientasi dan
kooperatif;
Inspeksi Tidak terdapat distensi vena jugularis;
Diaforesis;
Tidak memiliki tanda-tanda sianosis atau clubbing finger
Akral teraba dingin;
Nadi radialis irregular;
Palpasi
Palpasi abdomen: abdomen teraba lunak dan tidak ada
nyeri tekan serta tidak teraba massa
Auskultasi jantung: bunyi S1, S2 dan S3;
Auskultasi Auskultasi paru: crackles basilar bilateral;
Auskultasi abdomen: bising usus positif
TD: 90/42 mmHg;
HR: 110x/menit irregular;
TTV
RR: 26x/menit dengan O2 2 lpm/nasal kanul;
Suhu: 36,6oC
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Peningkatan kadar darah CK untuk MB;
laboratorium jantung Kadar troponin abnormal
EKG Elevasi ST-segment 4 mm pada lead V1 sampai V4
2. Analisa Data
No
Data Subyektif Data Obyektif
.
1. Pasien mengatakan mengalami Nyeri skala 8 pada skala nyeri 1-
nyeri dada yang menyebar ke 10;
punggung sejak 1 jam sebelum Pasien nampak gelisah dan
masuk rumah sakit; pucat;
Nyeri dada tidak berkurang Hasil EKG: elevasi ST-segment
dengan istirahat, bahkan dengan 4 mm pada lead V1 sampai V4
pemberian obat dibawah lidah di
IGD;
Nyeri dirasakan seperti ada benda
berat yang mendindih dadanya,
pasien merasa tidak nyaman.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri dada berhubungan dengan infark miokard;
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik
dan penurunan karakteristik miokard;
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru dan perubahan membran alveolar-kapiler;
d. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan penyakit, kematian dan
lingkungan perawatan kritis.
Kerusakan Oksigenasi/ventilasi
pertukaran efektif: Kaji frekuensi pernapasan,
gas Hasil gas darah arteri usaha napas dan suara napas
berhubungan dalam batas normal; setiap 2-4 jam;
dengan Nilai oksimeter nadi Dapatkan hasil gas darah
gangguan >90%. arteri per instruksi atau tanda-
aliran darah tanda distres pernapasan;
ke alveoli Pantau saturasi arteri melalui
atau oksimetri nadi;
kegagalan Beri oksigen melalui nasal
utama paru kanul atau masker selama 6
dan jam pertama, kemudian
perubahan sesuai kebutuhan;
membran Lakukan pemeriksaan
alveolar- Tidak ada tanda-tanda rontgen dada setiap hari;
kapiler edema paru pada rontgen Berikan diuretik per instruksi;
dada Pantau tanda-tanda kelebihan
cairan;
Ketika menjalani tirah baring,
Tidak ada tanda-tanda ubah posisi setiap 2 jam.
atelectasis
Ansietas Reduksi ansietas:
berhubungan Pasien menunjukkan Kaji tanda-tanda vital,
dengan penurunan ansietas misalnya selama prosedur
ketakutan melalui sikap yang tenang tindakan, selama pemberian
akan dan tandaa-tanda vital obat;
penyakit, yang stabil, misalnya Berikan penjelasan dan
kematian dan selama prosedur penanganan yang stabil
lingkungan dengan sikap tenang dan
perawatan care;
kritis. Berikan sedatif sesuai
instruksi dengan hati-hati,
pantau responnya;
Konsultasikan dengan
rohaniawan bila diperlukan;
Kaji riwayat mekanisme
koping;
Izinkan untuk
Pasien/keluarga mengekspresikan perasaan;
mengajukan pertanyaan Dorong partisipasi
dan berpartisipasi dalam pasien/keluarga dalam
perawatan perawatan sedini mungkin;
Berikan waktu untuk
istirahat/tidur yang adekuat;
Sediakan lingkungan yang
tenang;
Berikan terapi musik.
B. TERAPI MUSIK
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dotcherman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
intervention classification (NIC) 6th edition (E. Nurjannah & R.D. Tumanggor, eds.).
Singapore: Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcome
classification (NOC) 5th edition (E. Nurjannah & R.D. Tumanggor, Penerjemah).
Singapore: Elsevier.
Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak, C.M dan Gallo, B.M. (2005). Keperawatan Kritis,
Pendekatan Asuhan Holistik 8st Edition (Nike B. S, Nurwahyu, Eka A.M dan PAmilih
E.K, Penerjemah. Jakarta: EGC
The Institute for Health Metrics and Evaluation. (2017). Info-graphic Burden Diabetes and
Cardiovascular Diseases. Diakses dari http://www.healthdata.org/