Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE

DENGAN TERJADINYA BENDUNGAN ASI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 3 :
1. HERAWATY OKTARINI
2. INDRY WINDASARI
3. JEANI EKA RAKHMAWATI
4. KIKA MARSELA
5. MAYA ANGGRAINI

DOSEN PEMBIMBING :
EKADEWI RETNOSARI,SST.,Mkeb

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di
Indonesia saat ini memprihatinkan, presentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan
hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian
ASI masih relative rendah (Depkes, 2011).
Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa
pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca persalinan lanjut. Salah satu masalah
menyusui pada masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah puting susu nyeri, puting
susu lecet, payudara bengkak, dan mastitis (Ambarwati, 2008:21).
Bendungan ASI adalah suatu kejadian dimana aliran vena dan limfatik tersumbat,
aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat.
Kejadian ini biasanya disebabkan karena air susu yang terkumpul tidak dikeluarkan sehingga
menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain
payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras dan suhu tubuh ibu sampai 380 C
(Wulandari, 2011).
Dalam proses laktasi kadang kala terjadi kegagalan yang sering karena timbulnya berbagai
masalah, baik masalah dari ibu maupun bayi. Salah satu faktor dari ibu yaitu cara menyusui yang
tidak benar. Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan puting susu lecet dan ASI tidak
keluar optimal. Hal ini dapatmenimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga pemberian ASI
tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat dapat mengakibatkan payudara bengkak (breast
engorgement) karena sisa ASI pada duktus. Statis pada pembuluh darah akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi segmen pada payudara sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang serta terasa nyeri
(Soetjiningsih, 2003).
Selama laktasi terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang berlebihan. Apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusui dan payudara tidak dikosongkan maka masih
terdapat sisa ASI dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak di keluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI. Payudara yang mengalami pembengkakan atau bendungan
ASI tersebut sangat sukar disusu oleh bayi karena payudara lebih menonjol, puting lebih
datar, dan sukar di hisap oleh bayi, bila keadaan sudah demikian, payudara akan mengkilat
ibu merasa demam dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu sebelum disusukan kepada bayi
ASI harus diperas dengan tangan atau di pompa terlebih dahulu agar puting lebih lunak
sehingga bayi mudah mengisapnya (Moody, 2006).
Salah satu tidak tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI yang cukup
dikarenakan masalah dalam menyusui yang dikarenakan bendungan ASI. Bendungan ASI disebabkan
oleh pengeluaran susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi
meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula
karena adanya pembatasan waktu menyusui. Engorgement (Bendungan ASI) kebanyakan terjadi pada
hari kedua sampai hari keempat postpartum. Terjadinya pembengkakan payudara dan secara palpasi
teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak
terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah bila ibu jarang
menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI (Sarwono, 2008:24)
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu
dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu misalnya putting susu datar dan
terbenam, cekung (Prawirohardjo 2006).
ASI yang menumpuk pada payudara bila tidak dikeluarkan menyebabkan payudara
membengkak dan aerola mamae menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sukar diisap bayi.
Kulit payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara terasa nyeri sekali
(Mansjoer, 2006).

Masalah yang masih sering dijumpai pada masa nifas adalah masalah payudara seperti
bendungan ASI, abses, mastitis, puting lecet. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang
dalam 24 jam. Hal ini dapat diantisipasi dengan perawatan payudara dan menyusukan segera setelah
persalinan karena apabila tidak disusukan dengan baik atau tidak dikosongkan dengan sempurna maka
akan terjadi bendungan ASI. Jika hal ini dibiarkan maka dapat terjadi infeksi yang disebut mastitis,
(Anjasmoro , 2014) 2.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013 menunjukan
bahwa 55% ibu menyusui di indonesia mengalami payudara bengkak dan mastitis, kemungkinan hal
tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan. Berdasarkan laporan
dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia di usia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di dunia
(38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkaan payudara, (Iyani, Aris , 2008),7
Pembengkaan payudara dapat terjadi jika proses menyusui ditunda atau dibatasi dan jika bayi
tidak mampu disusui secara efisien karena tidak menempel dengan baik ke payudara atau posisi
menyusu yang salah, (Dewi, dan Sunarsih, 2011) 4 .
Perlekatan tidak baik yang berhubungan dengan teknik menyusui tidak benar menyebabkan
puting susu lecet, bendungan ASI atau payudara bengkak, saluran ASI tersumbat,mastitis, abses
payudara, dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI1 . Pesan klinis
menunjukan awal ketidak nyamanan puting susu disebabkan oleh posisi dan perlekatan bayi terhadap
ibu saat menyusui yang tidak tepat, nyeri dan lecet dapat segera hilang dengan perbaikan posisi dan
perlekatan bayi pada payudara. Pada khasus terjadinya abrasi dan fisura puting susu dan areola, nyeri
banyak berkurang dengan perbaikan posisi dan letak bayi (Fraser, 2009) 5 .
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk mendukung produksi air susu ibu (ASI),
selain itu untuk kebersihan payudara dan perawatan pada bentuk puting susu yang masuk ke
dalam atau datar. Bendungan ASI (engorgement of the breast) terjadi karena penyempitan
duktus laktiferus atau oleh kelenjarkelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna karena
kelainan pada puting susu, dan kurangnya informasi tetang perawatan payudara.
(Prawirohardjo, 2010).
Terjadinya bendungan ASI disebabkan karena kurangnya informasi yang mereka
dapatkan tentang perawatan payudara pada masa menyusui dan mereka akan konsultasi ke
Bidan setelah mengalami bendungan ASI. Kejadian Bendungan ASI akan sangat berpengaruh
terhadap masa nifas karena ketidakberhasilan dalam memberikan ASI kepada bayinya, Salah
satu tidak tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI yang cukup serta
produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang
baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui hingga dapat terjadinya
peradangan pada payudara ibu dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, dan terdapat tanda-tanda kemerahan dan
demam (Manuaba, 2010).
Menurut Varney (2007) disamping perawatan payudara, ibu juga perlu mengetahui
keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan oleh ibu ketika memulai pemberian ASI
dan selama periode menyusui bayi secara keseluruhan adalah masasse payudara, pengeluaran
ASI secara normal (memerah payudara) dan niplle rolling (memuntir puting) payudara.
Masasse dan memerah ASI pada awalnya meningkatkan aliran ASI dengan membersihkan
sinus-sinus dan duktusduktus laktiferus kolostrum pertama yang lengket, selanjutnya
membentuk aliran kolostrum yang kurang pekat. Duktus dan sinus ini juga digunakan untuk
membantu bayi menyusu, mengumpulkan ASI dan untuk mengurangi Pembengkakkan
bendungan ASI (Nainggolan, 2009)
Salah satu solusi untuk mencegah masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui
adalah perawatan payudara, perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah penyumbatan saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar dan perawatan
payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan selain untuk memperlancar pengeluaran ASI
juga dapat membentuk payudara yang ideal. Setiap wanita pasti menginginkan bentuk
payudara yang ideal dan menarik, maka tidak jarang kita mendengarkan beberapa wanita
memilih untuk tidak menyusui bayinya dikarenakan khawatir payudaranya menjadi kendor.
Keinginan ibu untuk menyusui bayinya sering kali terhambat oleh ketidaknyamanan yang
timbul saat proses menyusui, seperti bayi sulit menghisap ASI, puting susu lecet dan lain-lain
(Proverwati, 2010).
Menurut Tasya 2008 agar berhasil dalam memberikan ASI, maka,ibu perlu
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI sehingga dapat
mencegah terjadinya penurunan angka pemberian ASI. Menurunnya angka pemberian ASI
ini disebabkan rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui
yang benar, kuranngaya pelayanan laktasi, kurangnya dukungan dari petugas tenaga
kesehatan, persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI , ibu bekerja, dan
pemasaran susu formula mempengaruhi pemikiran ibu dan petugas kesehatan. Selain itu
menurut Roseli beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas adalah asupan nutrisi ibu, gaya
hidup, dan lingkungan, dan adapun faktor yang mempengaruhi kuantitas ASI adalah
ketentraman jiwa, pikiran, pengaruh persalinan, dan kebijakan petugas kesehatan,
penggunaan kontrasepsi, dan perawatan payudara (Nainggolan, 2009).
Salah satu tidak tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI yang cukup
dikarenakan masalah dalam menyusui yang dikarenakan bendungan ASI. Bendungan ASI
disebabkan oleh pengeluaran susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding)
kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. Engorgement
(Bendungan ASI) kebanyakan terjadi pada hari kedua sampai hari keempat postpartum.
Terjadinya pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan
dan demam. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah bila ibu jarang menyusukan bayinya,
akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI (Sarwono, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi bendungan ASI adalah teknik menyusui yang
kurang benar, pengosongan mamae yang tidak sempurna, hisapan bayi yang tidak efektif,
puting susu terbenam dan puting yang panjang, pengetahuan , pengalaman dan peran tenaga
kesehatan yang paling dominan dalam memberi penyuluhan cara perawatan payudara
(Saleha, 2009). Dampak bendungan ASI jika berlanjut maka dapat mengakibatkan terjadinya
mastitis dan abses payudara (Wulandari, 2011).
1. Rumusan Masalah
Faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian bendungan ASI terhadap
breastcare?

2. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Post Partum


Penelitian ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan ibu post partum
untuk mencegah terjadinya bendungan ASI.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
peneliti mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya bendungan ASI pada ibu post
partum 6 hari serta mengetahui berbagai hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya bendungan ASI.

3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan ASI
pada ibu post partum.
2. Untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusui dini dengan kejadian bendungan
ASI pada ibu post partum.
3. Untuk mengetahui hubungan posisi menyusui dengan kejadian bendungan ASI
pada ibu post partum.
4. Untuk mengetahui hubungan keadaan puting dengan kejadian bendungan ASI
pada ibu post partum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 TEORI
1. MASA NIFAS

A Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan
mencakup 6-8 minggu berikutnya ( Pusdiknakes,2001).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yangdiperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu ( Saleha,2009).

B.Tahapan Post Partum


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a) 2-6 jam post partum
b) 2-6 hari post partum
c) 2-6 minggu post partum
.
C.Tujuan Asuhan Post Partum
Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan maupun bidang-bidang lain
selalu mempunya tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan dapat diadakan evaluasi dan
penilaian.
Adapun tujuan dari asuhan masa nifas adalah
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang
sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
5. Mempercepat involusi alat kandungan
6. Memperlancar fungsi gatrointestisinal atau perkemihan
7. Melancarkan pengeluaran lochea

2.LAKTASI

A.Laktasi
Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui yang di mulai dari Air Susu Ibu (ASI) di
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garamorganik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
B.Fisiologis Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin).
1.Produksi ASI (Prolaktin).
2.Pengeluaran ASI (Oksitosin)

C.Manfaat Pemberian ASI


Memberikan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal
sampai bayi berusia 2 tahun. Adapun manfaat pembenan ASI adalah:
1. Bagi bayi
a. Dapat Membantu Memulai Kehidupannya Dengan Baik.
b. Mengandung antibodi
c. ASI mengandung komposisi yang tepat
d. Mengurangi kejadian karies dentis
e. terhindar dari alergi
f. meningkatkan kecerdasan bagi bayi
3.Pencegahan Bendungan ASI

A. Perawatan Payudara
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut
1). Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.
2). Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
3). Untuk menonjolkan puting susu.
4). Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.
5). Untuk memperbanyak produksi ASI.
6). Untuk mengetahui adanya kelainan.

B.Gejala Bendungan ASI


Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang memiliki produksi ASI
banyak, jika diraba terasa keras dan terkadang menimbulkan nyeri serta seringkali disertai
peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dipayudara dan
demam.

C.Patologi Bendungan ASI


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah,
bengkak, nyeri dan panas. Temperatur badan ibu meninggi, kadang di sertai menggigil.

D.Upaya Pengobatan untuk Bendungan ASI


Upaya pengobatan untuk bendungan Air Susu Ibu (ASI) adalah:
1.Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
2.Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh Bayi.
3.Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
4.Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5.Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase)
payudara yang dimulai dari puting kearah korpus.
4. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

Faktor predisposisi :

1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sikap
4. Kepercayaan

Faktor pendukung :
Praktik
1. Tersedianya sarana dan
prasarana Pencegahan
2. Fasilitas kesehatan Bendungan ASI

Faktor penguat :

1. Sikap dan perilaku petugas


kesehatan.
2. Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat.
5. Kerangka Konsep
Variabel indepeden Variabel dependen

POST NATAL BENDUNGAN ASI


BREAST CARE

6. Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah :
Ha : Ada hubungan antara post natal Breast Care dengan Terjadinya Bendungan Asi
BAB III
METODOLOGI

1. Kerangka Konsep
Variabel indepeden Variabel dependen

POST NATAL BENDUNGAN ASI


BREAST CARE

2. DEFINISI OPERASIONAL

NO VARIABEL DEFINISI HASIL UKUR SKALA


OPERASIONAL
1. POSTNATAL Perawatan payudara (Breast POSTNATAL NOMINAL
BREAST CARE Care) adalah suatu cara BREAST CARE
merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan
atau masa nifas untuk
mendukung produksi air susu
ibu (ASI), selain itu untuk
kebersihan payudara dan
perawatan pada bentuk puting
susu yang masuk ke dalam atau
datar
2. BENDUNGAN Bendungan ASI adalah suatu 1.ALIRAN INTERNAL
ASI keja dimana aliran vena dan VENA
limfatik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan
pada saluran air susu ibu dan 2.ALIRAN
alveoli meningkat. Kejadian ini LIMFATIK
biasanya disebabkan karena air
susu yanGterkumpul
sehinggat terjadi tersumbat
DAFTAR PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN TERJADINYA


BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WURYANTORO WONOGIRI Sutarni & Herdini Widyaning Pertiwi
UBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI Evi
Rosita Dosen STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DAN PRAKTEK BREAST CARE DENGAN KEJADIAN


BENDUNG ASI RAFITA DEWI1),, YOGA TRI WIJAYANTI2), YETTI ANGGRAINI3) 1), 2)
dan 3) Program Studi Kebidanan Metro Poltekkes Tanjungkarang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PAYUDARA


DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS Herdini Widyaning
pertiwi1) Hana Rosiana Ulfah2) Prodi D3 Kebidanan, Stikes Estu Utomo 1), Prodi S1
Keperawatan, Stikes Estu Utomo

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU DENGAN BENDUNGAN ASI DI


PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU Penti Dora Yanti Akademi Kebidanan
Helvetia Pekanbaru, Pekanbaru 28294, Indonesia

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN


PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH
KWARON GUBUG Ratna Murniati*), Suprapti*), Erna Kusumawati*) *) Program Studi
Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEKNIK MENYUSUI DENGAN


KEJADIAN BENDUNGAN ASI Atiul Impartina Program Studi D III Kebidanan, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan, Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai