DOSEN PEMBIMBING :
EKADEWI RETNOSARI,SST.,M.Keb
SITI FATIMAH, SST.M.Bmd
ROSDIANA,S.Pd,M.Kes
TINJAUAN PUSTAKA
Wanita yang mengalami menstruasi kebanyakan akan merasakan nyeri dibagian perut
bawah hingga ke bagian pinggang. Selain itu, beberapa wanita mengalami pre menstrual
syndrome dengan gejala pusing, depresi serta perasaan sensitif yang berlebihan. Menstruasi
atau perdarahan periodik normal pada uterus, merupakan fungsi fisiologis yang hanya terjadi
pada wanita. Menstruasi pada umumnya disertai dengan nyeri sebelum atau selama menstruasi.
Rasa nyeri yang timbul dikarakteristikkan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama
menstruasi yang biasanya berlangsung selama satu sampai tiga hari selama menstruasi (Reeder,
Martin, & Griffin, 2011)
Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat rasa nyeri
ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat. Dismenore merupakan nyeri yang
dirasakan selama menstruasi yang disebabkan oleh otot uterus yang mengalami kejang (Price,
2006).
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat
menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Umumnya,
kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan
aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Aulia, 2009)
Senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang sangat dianjurkan.
Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore yang dialami oleh
beberapa wanita tiap bulannya (Suparto, 2011).
Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan
hormone endorphin. Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang.
Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak sehingga
menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2011).
1. Definisi Dismenore
Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologis yang paling sering dikeluhkan
wanita saat haid (Steward dan Deb, 2016). Dismenore dapat juga didefinisikan sebagai kondisi
medis yang ditandai dengan adanya nyeri perut bagian bawah dan panggul yang seringkali
menyebar ke paha dan punggung bagian belakang. Istilah dismenore berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata dysmenorrhea, “dys” yang mempunyai arti sulit, menyakitkan atau
abnormal, “meno” yang berarti bulan dan kata “rrhea” adalah mengalir (Stewart dan Deb,
2014)
2. Faktor Resiko Dismenore
Faktor resiko dari dismenore menurut Stewart dan Deb (2014) Osayande dan Mehulic
(2014) adalah sebagai berikut :
h) Nuliparitas
j) Merokok
3. Gejala Dismenore
Wanita yang mengalami dismenore biasanya akan mengalami gejala umum seperti
nyeri perut, nyeri panggul, nyeri punggung bagian bawah bahkan nyeri dapat dirasakan sampai
bagian paha depan. Namun, terkadang dapat juga timbul rasa mual, muntah, diare, sakit kepala
dan berbagai gejala lainnya yang mungkin akan berbeda pada setiap individu. Gejala dapat
timbul 1-3 hari menjelang menstruasi sampai beberapa hari pertama pendarahan saat terjadinya
siklus menstruasi (Kuphal, 2017).
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa kelainan yang mendasari atau tanpa keadaan
patologis (Steward dan Deb, 2016). Definisi lain, dismenore primer ialah nyeri perut yang tidak
terkait dengan penyakit panggul lain dan biasanya dimulai saat onset siklus ovulasi setelah
menarke (Kuphal, 2017). 27 Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita usia muda dan
biasanya akan mulai muncul 6-12 bulan setelah usia menarke. Rasa nyeri perut pada dismenore
primer biasanya dimulai saat menjelang menstruasi dan akan mereda setelah 72 jam saat
menstruasi berlangsung (Stewart dan Deb, 2016). Rasa nyeri yang timbul berupa nyeri perut
bagian bawah yang konstan dan spasmodik, yang dapat menyebar ke belakang punggung dan
disekitar paha. Pada dismenore primer, perdarahan menstruasi biasanya normal. Gejala lain
yang dapat muncul adalah malaise dan kelelahan (85%), pusing (28%), sakit kepala (45%),
iritabilitas (72%), sakit pungung bagian bawah (60%), mual dan muntah (89%) serta diare
(60%) dapat terjadi (Stewart dan Deb, 2014).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid dengan disertai keadaan patologis seperti
endometriosis atau adenomiosis (Stewart dan Deb, 2016). Menurut definisi lain, dismenore
sekunder berkaitan dengan diagnosis lain, seperti stenosis serviks, endometriosis dan biasanya
memiliki onset lebih lanjut dan terjadi setelah usia 20 tahun (Kuphal, 2017). Dismenore
sekunder lebih banyak terjadi pada dekade ketiga dan dekade keempat pada masa reproduksi,
berbeda dengan 28 dismenore primer yang biasanya terjadi pada wanita usia muda. Rasa nyeri
perut pada dismenore sekunder pun berbeda dengan dismenore primer , nyeri digambarkan
sebagai rasa berat pada panggul dan nyeri punggung yang meningkat secara progresif
sepanjang fase luteal akhir dan memuncak saat terjadinya menstruasi. Pola nyeri ini sering
disebut sebagai nyeri kongestif berbeda dengan nyeri spasmodik yang terjadi pada dismenore
primer. Rasa nyeri pada dismenore sekunder dikaitkan dengan adanya gejala ginekologi
lainnya, seperti siklus mestruasi yang tidak teratur, dispareunia, keputihan, perdarahan antar
menstruasi dan pendarahan post coital atau perdarahan setelah berhubungan seksual (Stewart
dan Deb, 2014).
1. Stres
Berbagai stressor dapat menstimulasi sintesis prostaglandin pada dismenore primer. Stres
emosional dapat meningkatkan prostaglandin melalui peningkatan sitokin pro inflammasi (IL
1β dan TNFα ) dan menurunkan level sitokin anti inflamasi (IL4 dan IL10) yang akan
menstimulasi corticotrophin releasing hormone (CRH) di hipotalamus. Kemudian, CRH ini
akan menstimulasi peningkatan berlebih dari prostaglandin uterus seperti PGE2 dan PGF2a
yang berperan dalam patofisiologi dismenore primer (Fink, 2010).
Sejak tahun 1930 aktivitas fisik telah direkomendasikan oleh dokter untuk mengurangi
intensitas nyeri pada dismenore primer. Situs web medis populer yang disediakan oleh
American College of Obstetricians and Gynecologists juga merekomendasikan peranan
aktivitas fisik dalam mengurangi nyeri pada kejadian dismenore primer . Aktivitas fisik yang
dimaksut adalah olahraga seperti aerobik, yoga serta latihan peregangan atau kombinasi dari
berbagai latihan dengan intensitas rendah sampai sedang (Matthewman et al., 2018). Aktivitas
fisik seperti olahraga dapat meningkatkan endorfin, neurotransmitter, O2 dalam sirkulasi darah
serta keterkaitannya dengan kejadian dismenore primer adalah efeknya untuk meningkatkan
kadar estrogen dan progesteron. Pada wanita yang rutin melakukan aktivitas fisik ketika terjadi
respon fisiologi pada fase haid yaitu penurunan estrogen dan progesteron, penurunan hormon
ovarium tersebut tidak akan terjadi penurunan yang signifikan karena efek dari aktivitas fisik
yang dapat meningkatkan hormon estrogen dan progesterone ketika terjadi penurunan dibawah
kadar fisiologis sehingga tidak akan menstimulasi sintesis prostaglandin yang berlebih. Tetapi
pada wanita yang kurang melakukan aktivitas fisik ketika terjadi penurunan estrogen dan
progesteron pada fase haid, penurunan kadar hormon ovarium tersebut dapat mengalami
penurunan dibawah set point fisiologis nya atau terjadi penurunan yang signifikan sehingga
menstimulasi sintesis prostaglandin yang berlebih dan terjadi peningkatan prostaglandin uterus
yang berperan dalam patofisiologi dismenore primer (Sherwood, 2014 ; Bavil et al., 2016 ;
Dehnavi, Jafamejad, Kamali, 2018).
- Stress
- Kurangnya Aktivitas Fisik
Prostaglandin
Dismenore primer
Murottal Al-
Qur’an surah Ar-
Rahman
Hormon
endorfin
Sebagai analgesik
alami tubuh
Persepsi nyeri
Kerangka konsep
Murotal Al-Qur’an
Dismenore Primer
surah Ar Rahman
BAB III
METODE PENELITIAN
Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Dismenore Nyeri haid Dikaji dengan skala Skala nyeri 0=Tidak Rasio
primer tanpa kelainan ukur nyeri Numrec nyeri
yang Rating
mendasari atau Scale
tanpa keadaan (NRS)
patologis yang
biasanya
terjadi pada
hari ke 1
menstruasi
(steward dan
Deb 2016)
Murottal Murottal Al- Menggunakan salon salon 0= tidak Rasio
Al-Qur’an Qur’an adalah untuk memutar nyeri
Surah Ar- lantunan ayat- murottal Al-Qur’an
Rahman ayat suci Al surah Ar-Rahman
Qur’an yang yamg didengari 1-3= nyeri
dilagukan melalui salon selama ringan
dengan 30 menit dengan
memperhatika sekali pemutaran
n bacaan (muhidin et al,
4-6 =nyeri
tajwid secara 2016 ; sumaryani
sedang
benar (Noldeke dan sari, 2015;
et al.,2013). ihsan,
tafwidhah,adiningsi
h ,2013), 7-10= nyeri
berat
Senam Senam Melakukan gerakan salon 0= tidak Rasio
dismenore dismenore senam selama 30 nyeri
merupakan menit
salah satu
bentuk
relaksasi yang 1-3= nyeri
sangat ringan
dianjurkan.
Tujuan
dilakukannya 4-6 =nyeri
senam sedang
dismenore
adalah
mengurangi
7-10= nyeri
dismenore
berat
yang dialami
oleh beberapa
wanita tiap
bulannya
(Suparto,
2011).
3.7 DESAIN PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori dengan
cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk
mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistika.
Pendekatan penelitian yang dalam menjawab permasalahan penelitian memerlukan pengukuran
yang cermat terhadap variabelvariabel dari objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan
yang dapat digeneralisasikan terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi. Selain itu,
penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012) adalah sebagai berikut:
Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan serta
meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk
melihat sebab-akibat antara variabel bebas (senam disminorhae berbasis Al-Qur’an surah Ar
Rahman) dengan variabel terikat (disminorhae).
Metode deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus ataupun survei, dan
dalam penelitian ini peneliti menggunakan format deskriptif survei. Survei dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh senam disminorhae berbasis
Al-Qur’an surah Ar Rahman yang diterapkan terhadap pada remaja disminorhae tingkat 1 di
prodi DIII kebidanan muaraenim, Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanasi
(explanatory survey method). Sugiyono (2011, ) menyatakan bahwa “metode explanatory
survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel”.
a. Peneliti memilih Prodi DIII Kebidanan MuaraEnim ini karena berdasarkantingkat tinggi nya
angka disminorhae yang dialami pada remaja di Prodi DIII Kebidanan muara enim.
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan juga benda-
benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karaketristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.
Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat 1 di
Prodi DIII Kebidanan yang mengalami disminorhae.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, di mana peneliti akan meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Metode pengumpulan data dengan jalan mencatat
seluruh elemen yang menjadi objek penelitian adalah sensus (Supranto, 2003). Kelebihan yang
ada pada penelitian sensus diantaranya adalah peneliti akan mendapatkan nilai yang sebenarnya
dari data yang diperoleh. Selain itu, kesimpulan yang diambil berlaku umum dan pasti.
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011, hlm.) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi”. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sampel jenuh atau sampel total yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil.
1. Sumber Data
Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik pengumpulan data
sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kuantitaif dari sumber primer dan
sumber sekunder. Menurut Arikunto (2010) “sumber data penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik
kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan objek penelitian, data tersebut
kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada
responden siswa tingkat 1 di prodo DIII kebidanan muara enim yang menjadi partisipan dalam
penelitian ini yaitu siswa yang memiliki orangtua single parent.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan masalah penelitian
tetapi data ini mendukung untuk memperoleh data. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu
berupa buku, dokumen-dokumen, artikel-artikel, situs internet, kepustakaan, jurnal baik berupa
teori maupun data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.
a. Observasi Lapangan
Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012) ‘observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan’. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan sebelum dilaksanakannya pengambilan data yaitu untuk mengamati
perilaku remaja disminorhae tingkat 1 di prodi DIII kebidanan muara enim secara umum dalam
pergaulannya. Hal ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun instrumen
penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi ini digunakan sebagai pembanding atau untuk mendukung informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data-data dalam
rangka menganalisis masalah yang sedang diteliti. Dalam hal ini terutama menyangkut masalah
pola asuh serta perilaku seks menyimpang remaja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
masukan berupa konsep-konsep, prinsip, teori dan peraturan pemerintah yang berhubungan
dengan penelitian yang dilaksanakan.
c. Kuesioner
Merurut Sugiyono (2012, hlm.) “dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan
responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan
sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat”. Oleh karena itu, peneliti melakukan
kontak langsung dengan responden yang berada di Prodi DIII kebidanan muara enim.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang disajikan dengan
serangkaian alternatif dan responden cukup memberi tanda silang, melingkar ataupun
mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggapnya sesuai dengan keadaan
dirinya.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner (angket),
dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2012) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yaitu
disminorhae”.
Daftar Pustaka
1. Anurogo, D., Dan Wulandari, A.,2011. Cara jitumengatasinyerihaid.yogyakarta : Andi
offset.
2. Price, W. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Edisi ke 6 vol 2.
Jakarta: EGC
3. Steward Kate and Deb S .2016. Dysmenorrhoea. Journal of Obstetrics, Gynaecology &
Reproductive Medicine [diunduh 9 Desember 2017]. Tersedia dari: www.elsevier.com
4. Putri, A.S. 2017. Hubungan Antara Nyeri Haid (Dismenore) Terhadap Aktivitas Belajar
Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 52 Jakarta. Program Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang.http://journal.um.ac.id/in
dex.php/preventia/article/downlo ad/10013/4756
7. Iacovides, Stella, Inggrid Avidon, Alison Bentley & Fiona C. 2013. Baker. Reduced
quality of life when experiencing menstrual pain in women with primary
dysmenorrhea.; Acta Obstetricia Et Gynecologica Scandinavica Acta Obstet Gynecol
Scand ISSN 16000412 2014 Feb Vol 93 2 pp 213-7 Publisher Wiley PMID 242664251
8. Ningsih, Ratna. 2011. Efektivitas Paket Pereda Nyeri Pada Remaja Dengan Dismenore.
Thesis FIK UI
10. Sumaryani S., Sari P.I. 2015. Senam dysmenorrhea berbasis ArRahman terhadap
penurunan Nyeri. Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 : 360-365.
https://media.neliti.com/media/pu blications/117825-ID-none.pdf
18. Reeder, S. J., Leonide, L., & Griffin, D. K.(2011). Keperawatan Maternitas
KesehatanWanita, Bayi, dan Keluarga Volume 2.Jakarta: EGC
23. Kuphal GJ. 2017. Integrative Medicine : Chapter 57 Dysmenorrhea. Fourth Edition.
Elsevier. Pp. 569.