Anda di halaman 1dari 15

EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE BERBASIS MORRATAL AR-RAHMAN

DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI TINGKAT 1 PRODI


DIII KEBIDANAN MUARA ENIM

DOSEN PEMBIMBING :
EKADEWI RETNOSARI,SST.,M.Keb
SITI FATIMAH, SST.M.Bmd
ROSDIANA,S.Pd,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


1. SONIA IRA PUTRI
2. TASSA PUTRI ZAHARA
3. VEGI VIRGINIA AYU NINGSIH
4. YOLANDA FRANSISKA
5. YULISTIA HARIANI

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI D.III KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan pendarahan
yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan. Hari pertama
terjadinya menstruasi dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke – 1). Menstruasi
akan terjadi 3 – 7 hari. Hari terakhir menstruasi adalah waktu berakhir sebelum mulai siklus
menstruasi berikutnya. Rata – rata perempuan mengalami siklus menstruasi selama 21 – 40
hari. Hanya sekitar 15 % perempuan yang mengalami siklus menstruasi selama 28 hari
(Anurogo dan Wulandari, 2011).
Dismenore adalah nyeri yang dirasakan selama menstruasi yang disebabkan oleh otot
uterus yang mengalami kejang kondisi medis yang ditandai dengan adanya nyeri perut bagian
bawah dan panggul yang seringkali menyebar ke paha dan punggung bagian belakang (Price,
2006) dan (Stewart dan Deb, 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO) di Indonesia, angka kejadian dismenorea
sebanyak 55 % dikalangan usia produktif, dan 15% diantaranya mengeluhkan aktivitas menjadi
terbatas karena mengalami dismenore (Putri. 2017). Dismenore mengakibatkan banyaknya
absensi pada sekolah maupun kantor dan memaksa penderita untuk istirahat, meninggalkan
pekerjaan serta gaya hidupnya sehari-hari (Saifuddin & Rachimhadhi, 2008).
Prevalensi disminore primer di Indonesia cukup tinggi yaitu 60-70% dan 15% diantaranya
mengalami nyeri hebat yang umumnya terjadi pada usia remaja (Calis, 2011). Menurut Santoso
(2008) disminorhea yang banyak terjadi di Indonesia adalah dismenorea primer, dengan
prevalensi disminorhea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% disminorhea
primer dan 9,39% disminorhea sekunder. Terjadinya dismenorea sangat mempengaruhi
aktivitas bagi wanita khususnya remaja. Gangguan menstruasi memerlukan perhatian khusus
karena bila tidak tertangani dapat mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari
(Iacovides, 2013).
Dismenore memberikan banyak dampak negatif pada remaja putri. Dismenore
menyebabkan 14% dari remaja putri tidak mampu menjalani kegiatan sehari-hari dan
terganggu dalam mengikuti kegiatan di sekolah, bahkan tidak hadir di sekolah. Kualitas hidup
seorang siswi pun dapat menurun karena dismenore dapat menurunkan konsentrasi dan
motivasi untuk belajar (Ningsih, 2011; Saguni, 2013).
Salah satu terapi nonfarmakologi yaitu senam/olahraga, dan terapi spiritual yang biasa
dilakukan adalah dengan berdzikir maupun mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran
tersebut mampu memberikan efek relaksasi karena dapat mengaktifkan efek relaksasi karena
dapat mengaktifkan hormon endorphin, meningkatkan perasan rileks, mengalihkan perhatian
dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah dan memperlambat pernapasan (Sumaryani. 2015; Nuraeni. 2017).
Olahraga atau senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri, hal ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam tubuh akan
menghasilkan endorfin yang dihasilkan diotak dan sum-sum tulang belakang. Hormon endorfin
berfungsi sebagai obat penenang alami sehingga menimbulkan rasa nyaman.(Anurogo, 2011).
Senam disminore berbasis Ar Rahman dapat mengurangi tingkat nyeri disminore. Surah
Ar Rahman menceritakan tentang luasnya rahmat Allah. Allah telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ar Rahman juga menceritakan tentang keseimbangan dan
memuat unsur pendidikan. Surah Ar Rahman dimaknai sebagai surah yang menjelaskan
pentingnya bersyukur karena karunia Allah yang sangat luas tersebut, termasuk mensyukuri
semua kondisi. Sakit ataupun dismenore juga dimaknai sebagai karunia Allah, sehingga orang
yang memahami makna Surah Ar Rahman akan mampu mencapai kesehatan jasmani, rohani,
dan akal (Zahro, 2011).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan nyeri pada kelompok yang
diberi perlakuan dengan mendengarkan murrotal Al Quran Surah Ar Rahman yang dibuktikan
dengan hasil uji statistik p = 0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Anwar (2010)
yang menyatakan bahwa mendengarkan bacaan Al Quran dapat memberikan efek ketenangan
dalam tubuh disebabkan adanya unsur meditasi, autosugesti, dan relaksasi yang terkandung di
dalamnya. Rasa tenang atau rileks akan memberikan respons emosi yang positif dan sangat
berpengaruh dalam mendatangkan persepsi yang positif. Menurut Mustamir (2009)
menyatakan bahwa persepsi positif yang didapat dari Ar Rahman akan merangsang
hipotalamus mengeluarkan hormon endorfin. Berdasarkan teori menyebutkan bahwa
mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Quran dengan tartil akan menyebabkan ketenangan jiwa.
Efek suara termasuk lantunan ayat-ayat Al Quran dalam hal ini Murrotal Al Quran Surah Ar
Rahman dapat mempengaruhi keseluruhan fisiologi tubuh manusia dengan cara mengaktivasi
neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik, hipotalamus, dan sistem saraf otonom.
Perangsangan auditori mempunyai efek distraksi yang mampu meningkatkan pembentukan
endorfin dan merelaksasikan otot.
Belum ada aturan yang pasti untuk waktu dan frekuensi pelaksanaan senam dismenorea.
Namun dengan melakukan senam secara lebih rutin dan teratur, maka intensitas nyeri akan
semakin berkurang karena jumlah dan ukuran pembuluh darah akan meningkat dan
mengalirkan darah keseluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi, sehingga nyeri haid dapat
berkurang (13). Sebagian besar dari 14 penelitian tersebut melakukan senam sebanyak tiga kali
dalam seminggu pada waktu sore hari. Senam dismenorea lebih dianjurkan dilakukan pada
waktu sore hari harena kadar konsentrasi hormon endorfin paling tinggi ditemukan saat pagi
hari dan paling rendah pada malam hari sehingga pada sore hari kadar hormon tersebut lebih
stabil (14)
Terdapat 10 remaja putri yang mengalami disminorhea, 5 remaja putri mengatasi
disminorhea tersebut dengan tidur, 1 remaja putri mengatasinya dengan berobat ke bidan
mendapatkan obat analgesik (asam mefenamat), 2 remaja putri mengatasi disminorhea dengan
tidur atau konsumsi jamu (ramuan kunyit), 1 remaja putri mengatasi disminorhea dengan
konsumsi jamu (ramuan kunyit) dan 1 remaja putri mengatasi disminorhea dengan dibiarkan
saja tanpa minum obat atau jamu. Mereka masih merasakan disminorhea dan hanya mereda
dalam waktu yang singkat.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menerapkan “Efektifitas Senam
Disminorhea dengan Murotal Surat Ar-Rahman terhadap Penurunan Nyeri Disminorhea pada
Remaja Putri di prodi DIII kebidanan muara enim.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah efektivitas senam dismenore berbasis morratal ar-rahman dalam
mengurangi dismenore pada remaja putri 1 Prodi D.III Kebidanan Muara Enim?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas senam dismenore
berbasis morratal ar-rahman dalam mengurangi dismenore pada remaja putri 1 prodi diii
kebidanan muara enim.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
yang bermanfaat bagi pengenmabangan ilmu dan praktis.
1.4.1 aspektrioritis
1). HasilpenelitianinidapatdiketahuiEfektifitas Senam Disminorhea dengan Murotal Surat
Ar-Rahman terhadap Penurunan Nyeri Disminorhea pada Remaja Putri di prodi DIII
kebidanan muara enim.
2). Hasilpenelitianinimemberikaninformasiilmiahmengenaipentingnyasenam dismenore
berbasis morratal ar-rahman dalam mengurangi dismenore pada remaja putri 1 prodi diii
kebidanan muara enim.
1.4.2 aspekpraktis
1). Tenaga kesehatan, bidan khusunya dapat memberikan informasi tentang efektivitas
senam dismenore berbasis morratal ar-rahman dalam mengurangi dismenore pada remaja
putri 1 prodi diii kebidanan muara enim.Sebagai bentuk upaya preventif terhadap
permasalahan mengenai disminorhea.
2). Tenaga kesehatan juga dapat menjadikan sebagai kegiatan rutin dalam upaya
pencegahan terhadap nyeri disminorhea
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Wanita yang mengalami menstruasi kebanyakan akan merasakan nyeri dibagian perut
bawah hingga ke bagian pinggang. Selain itu, beberapa wanita mengalami pre menstrual
syndrome dengan gejala pusing, depresi serta perasaan sensitif yang berlebihan. Menstruasi
atau perdarahan periodik normal pada uterus, merupakan fungsi fisiologis yang hanya terjadi
pada wanita. Menstruasi pada umumnya disertai dengan nyeri sebelum atau selama menstruasi.
Rasa nyeri yang timbul dikarakteristikkan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama
menstruasi yang biasanya berlangsung selama satu sampai tiga hari selama menstruasi (Reeder,
Martin, & Griffin, 2011)

Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat rasa nyeri
ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat. Dismenore merupakan nyeri yang
dirasakan selama menstruasi yang disebabkan oleh otot uterus yang mengalami kejang (Price,
2006).

Dismenore terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah yang


tinggi, akibat pengaruh progesterone selama fase luteal pada siklus haid, prostaglandin
mencapai tingkat maksimum pada awal haid, sehingga menyebabkan kontraksi miometrium
yang kuat dan mampumenyempitkan pembuluh darah, menyebabkan iskemia, disintegrasi
endometrium, perdarahan dan nyeri (Morgan &Hamilton 2009).

Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat
menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Umumnya,
kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan
aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Aulia, 2009)

Senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang sangat dianjurkan.
Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore yang dialami oleh
beberapa wanita tiap bulannya (Suparto, 2011).

Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan
hormone endorphin. Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang.
Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak sehingga
menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2011).

1. Definisi Dismenore

Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologis yang paling sering dikeluhkan
wanita saat haid (Steward dan Deb, 2016). Dismenore dapat juga didefinisikan sebagai kondisi
medis yang ditandai dengan adanya nyeri perut bagian bawah dan panggul yang seringkali
menyebar ke paha dan punggung bagian belakang. Istilah dismenore berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata dysmenorrhea, “dys” yang mempunyai arti sulit, menyakitkan atau
abnormal, “meno” yang berarti bulan dan kata “rrhea” adalah mengalir (Stewart dan Deb,
2014)
2. Faktor Resiko Dismenore

Faktor resiko dari dismenore menurut Stewart dan Deb (2014) Osayande dan Mehulic
(2014) adalah sebagai berikut :

a) Perdarahan hebat saat menstruasi

b) Siklus haid tidak teratur

c) Wanita usia dibawah 30 tahun

d) Secara klinis dicurigai adanya penyakit inflamasi pelvis (PID)

e) Wanita yang mengalami pelecehan seksual

f) Menarke sebelum usia 12 tahun

g) Indeks massa tubuh yang rendah 26

h) Nuliparitas

i) Riwayat keluarga yang mengalami dismenore

j) Merokok

3. Gejala Dismenore

Wanita yang mengalami dismenore biasanya akan mengalami gejala umum seperti
nyeri perut, nyeri panggul, nyeri punggung bagian bawah bahkan nyeri dapat dirasakan sampai
bagian paha depan. Namun, terkadang dapat juga timbul rasa mual, muntah, diare, sakit kepala
dan berbagai gejala lainnya yang mungkin akan berbeda pada setiap individu. Gejala dapat
timbul 1-3 hari menjelang menstruasi sampai beberapa hari pertama pendarahan saat terjadinya
siklus menstruasi (Kuphal, 2017).

Klasifikasi Dismenore Dismenore dibagi menjadi dismenore primer dan dismenore


sekunder (Stewart dan Deb, 2014).

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa kelainan yang mendasari atau tanpa keadaan
patologis (Steward dan Deb, 2016). Definisi lain, dismenore primer ialah nyeri perut yang tidak
terkait dengan penyakit panggul lain dan biasanya dimulai saat onset siklus ovulasi setelah
menarke (Kuphal, 2017). 27 Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita usia muda dan
biasanya akan mulai muncul 6-12 bulan setelah usia menarke. Rasa nyeri perut pada dismenore
primer biasanya dimulai saat menjelang menstruasi dan akan mereda setelah 72 jam saat
menstruasi berlangsung (Stewart dan Deb, 2016). Rasa nyeri yang timbul berupa nyeri perut
bagian bawah yang konstan dan spasmodik, yang dapat menyebar ke belakang punggung dan
disekitar paha. Pada dismenore primer, perdarahan menstruasi biasanya normal. Gejala lain
yang dapat muncul adalah malaise dan kelelahan (85%), pusing (28%), sakit kepala (45%),
iritabilitas (72%), sakit pungung bagian bawah (60%), mual dan muntah (89%) serta diare
(60%) dapat terjadi (Stewart dan Deb, 2014).
b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid dengan disertai keadaan patologis seperti
endometriosis atau adenomiosis (Stewart dan Deb, 2016). Menurut definisi lain, dismenore
sekunder berkaitan dengan diagnosis lain, seperti stenosis serviks, endometriosis dan biasanya
memiliki onset lebih lanjut dan terjadi setelah usia 20 tahun (Kuphal, 2017). Dismenore
sekunder lebih banyak terjadi pada dekade ketiga dan dekade keempat pada masa reproduksi,
berbeda dengan 28 dismenore primer yang biasanya terjadi pada wanita usia muda. Rasa nyeri
perut pada dismenore sekunder pun berbeda dengan dismenore primer , nyeri digambarkan
sebagai rasa berat pada panggul dan nyeri punggung yang meningkat secara progresif
sepanjang fase luteal akhir dan memuncak saat terjadinya menstruasi. Pola nyeri ini sering
disebut sebagai nyeri kongestif berbeda dengan nyeri spasmodik yang terjadi pada dismenore
primer. Rasa nyeri pada dismenore sekunder dikaitkan dengan adanya gejala ginekologi
lainnya, seperti siklus mestruasi yang tidak teratur, dispareunia, keputihan, perdarahan antar
menstruasi dan pendarahan post coital atau perdarahan setelah berhubungan seksual (Stewart
dan Deb, 2014).

Faktor Penyebab Peningkatan Prostaglandin Pada Dismenore Primer

1. Stres

Berbagai stressor dapat menstimulasi sintesis prostaglandin pada dismenore primer. Stres
emosional dapat meningkatkan prostaglandin melalui peningkatan sitokin pro inflammasi (IL
1β dan TNFα ) dan menurunkan level sitokin anti inflamasi (IL4 dan IL10) yang akan
menstimulasi corticotrophin releasing hormone (CRH) di hipotalamus. Kemudian, CRH ini
akan menstimulasi peningkatan berlebih dari prostaglandin uterus seperti PGE2 dan PGF2a
yang berperan dalam patofisiologi dismenore primer (Fink, 2010).

2. Kurangnya Aktivitas Fisik

Sejak tahun 1930 aktivitas fisik telah direkomendasikan oleh dokter untuk mengurangi
intensitas nyeri pada dismenore primer. Situs web medis populer yang disediakan oleh
American College of Obstetricians and Gynecologists juga merekomendasikan peranan
aktivitas fisik dalam mengurangi nyeri pada kejadian dismenore primer . Aktivitas fisik yang
dimaksut adalah olahraga seperti aerobik, yoga serta latihan peregangan atau kombinasi dari
berbagai latihan dengan intensitas rendah sampai sedang (Matthewman et al., 2018). Aktivitas
fisik seperti olahraga dapat meningkatkan endorfin, neurotransmitter, O2 dalam sirkulasi darah
serta keterkaitannya dengan kejadian dismenore primer adalah efeknya untuk meningkatkan
kadar estrogen dan progesteron. Pada wanita yang rutin melakukan aktivitas fisik ketika terjadi
respon fisiologi pada fase haid yaitu penurunan estrogen dan progesteron, penurunan hormon
ovarium tersebut tidak akan terjadi penurunan yang signifikan karena efek dari aktivitas fisik
yang dapat meningkatkan hormon estrogen dan progesterone ketika terjadi penurunan dibawah
kadar fisiologis sehingga tidak akan menstimulasi sintesis prostaglandin yang berlebih. Tetapi
pada wanita yang kurang melakukan aktivitas fisik ketika terjadi penurunan estrogen dan
progesteron pada fase haid, penurunan kadar hormon ovarium tersebut dapat mengalami
penurunan dibawah set point fisiologis nya atau terjadi penurunan yang signifikan sehingga
menstimulasi sintesis prostaglandin yang berlebih dan terjadi peningkatan prostaglandin uterus
yang berperan dalam patofisiologi dismenore primer (Sherwood, 2014 ; Bavil et al., 2016 ;
Dehnavi, Jafamejad, Kamali, 2018).
- Stress
- Kurangnya Aktivitas Fisik

Prostaglandin

Hiperkontraksi Vasokontraksi Pembuluh


uterus Darah Miometrium

Dismenore primer

Murottal Al-
Qur’an surah Ar-
Rahman

Hormon
endorfin

Sebagai analgesik
alami tubuh

Blok reseptor nyeri

Persepsi nyeri

Kerangka konsep

Variabel bebas variabel terikat

Murotal Al-Qur’an
Dismenore Primer
surah Ar Rahman

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian


HIPOTESIS

Ada keefektivitasan senam disminorhae berbasis morratal ar-rahman dalam mengurangi


disminorhae pada remaja putri tingkat 1 prodi DIII Kebidanan Muara Enim

BAB III

METODE PENELITIAN

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Oprasional

Dismenore Nyeri haid Dikaji dengan skala Skala nyeri 0=Tidak Rasio
primer tanpa kelainan ukur nyeri Numrec nyeri
yang Rating
mendasari atau Scale
tanpa keadaan (NRS)
patologis yang
biasanya
terjadi pada
hari ke 1
menstruasi
(steward dan
Deb 2016)
Murottal Murottal Al- Menggunakan salon salon 0= tidak Rasio
Al-Qur’an Qur’an adalah untuk memutar nyeri
Surah Ar- lantunan ayat- murottal Al-Qur’an
Rahman ayat suci Al surah Ar-Rahman
Qur’an yang yamg didengari 1-3= nyeri
dilagukan melalui salon selama ringan
dengan 30 menit dengan
memperhatika sekali pemutaran
n bacaan (muhidin et al,
4-6 =nyeri
tajwid secara 2016 ; sumaryani
sedang
benar (Noldeke dan sari, 2015;
et al.,2013). ihsan,
tafwidhah,adiningsi
h ,2013), 7-10= nyeri
berat
Senam Senam Melakukan gerakan salon 0= tidak Rasio
dismenore dismenore senam selama 30 nyeri
merupakan menit
salah satu
bentuk
relaksasi yang 1-3= nyeri
sangat ringan
dianjurkan.
Tujuan
dilakukannya 4-6 =nyeri
senam sedang
dismenore
adalah
mengurangi
7-10= nyeri
dismenore
berat
yang dialami
oleh beberapa
wanita tiap
bulannya
(Suparto,
2011).
3.7 DESAIN PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresweel(2010) menyatakan


bahwa, “pendekatan kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui
perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab
atas sejumlah pertanyaan tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase
tanggapan mereka”. Menurut Cresweel (2010) dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan
bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta interpretasi data statistik.

Peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori dengan
cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk
mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistika.
Pendekatan penelitian yang dalam menjawab permasalahan penelitian memerlukan pengukuran
yang cermat terhadap variabelvariabel dari objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan
yang dapat digeneralisasikan terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi. Selain itu,
penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012) adalah sebagai berikut:

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatankuantitatif


merupakan suatu pendekatan di dalam penelitian untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji data statistik yang akurat. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
yang telah disebutkan, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur
efektivitas senam dismenore berbasis morratal ar-rahman dalam mengurangi dismenore pada
remaja putri tingkat 1 prodi diii kebidanan muara enim.
3.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan serta
meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk
melihat sebab-akibat antara variabel bebas (senam disminorhae berbasis Al-Qur’an surah Ar
Rahman) dengan variabel terikat (disminorhae).

West (dalam Darmawan, 2013, ) mengungkapkan bahwa: Metode deskriptif merupakan


metode penelitian berupa pengumpulan data untuk mengetes hipotesis yang berkaitan dengan
keadaan dan kejadia sekarang. Melaporakan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai
dengan apa adanya. Tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis
fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Metode deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus ataupun survei, dan
dalam penelitian ini peneliti menggunakan format deskriptif survei. Survei dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh senam disminorhae berbasis
Al-Qur’an surah Ar Rahman yang diterapkan terhadap pada remaja disminorhae tingkat 1 di
prodi DIII kebidanan muaraenim, Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanasi
(explanatory survey method). Sugiyono (2011, ) menyatakan bahwa “metode explanatory
survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel”.

3.9 LOKASI PENELITIAN

Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di Poltekes Kemenkes RI Palembnang Prodi


DIII Kebidanan MuaraEnim yang terletak di Jl.Ak.Ghani no.85 keluruhan Tungkal Muara
Enim. Adapun yang menjadi objek penelitian variabel bebas (independent variable) adalah pola
asuh single parent sebagai Alasan dipilihnya Prodi DIII Kebidanan muara enim sebagai lokasi
penelitian didasarkan pada aspek aspek berikut:

a. Peneliti memilih Prodi DIII Kebidanan MuaraEnim ini karena berdasarkantingkat tinggi nya
angka disminorhae yang dialami pada remaja di Prodi DIII Kebidanan muara enim.

3.10 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2013), “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan


menurut Sugiyono (2012, ) mengemukakan bahwa:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan juga benda-
benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karaketristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa populasi merupakan


keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi fokus dalam penelitian dengan memerhatikan
beberapa karakteristik yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat 1 di
Prodi DIII Kebidanan yang mengalami disminorhae.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, di mana peneliti akan meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Metode pengumpulan data dengan jalan mencatat
seluruh elemen yang menjadi objek penelitian adalah sensus (Supranto, 2003). Kelebihan yang
ada pada penelitian sensus diantaranya adalah peneliti akan mendapatkan nilai yang sebenarnya
dari data yang diperoleh. Selain itu, kesimpulan yang diambil berlaku umum dan pasti.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011, hlm.) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi”. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sampel jenuh atau sampel total yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil.

3.11 INSTRUMEN PENELITIAN

1. Sumber Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik pengumpulan data
sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kuantitaif dari sumber primer dan
sumber sekunder. Menurut Arikunto (2010) “sumber data penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik
kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan objek penelitian, data tersebut
kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada
responden siswa tingkat 1 di prodo DIII kebidanan muara enim yang menjadi partisipan dalam
penelitian ini yaitu siswa yang memiliki orangtua single parent.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan masalah penelitian
tetapi data ini mendukung untuk memperoleh data. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu
berupa buku, dokumen-dokumen, artikel-artikel, situs internet, kepustakaan, jurnal baik berupa
teori maupun data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Lapangan

Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012) ‘observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan’. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan sebelum dilaksanakannya pengambilan data yaitu untuk mengamati
perilaku remaja disminorhae tingkat 1 di prodi DIII kebidanan muara enim secara umum dalam
pergaulannya. Hal ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun instrumen
penelitian.
b. Studi Kepustakaan

Studi ini digunakan sebagai pembanding atau untuk mendukung informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data-data dalam
rangka menganalisis masalah yang sedang diteliti. Dalam hal ini terutama menyangkut masalah
pola asuh serta perilaku seks menyimpang remaja. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
masukan berupa konsep-konsep, prinsip, teori dan peraturan pemerintah yang berhubungan
dengan penelitian yang dilaksanakan.

c. Kuesioner

Sugiyono (2012) menyatakan “kuesioner merupakan teknik pemgumpulan data yang


dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
menjawabnya”. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para
responden yang telah ditentukan. Kuisioner berisi pertanyaan yang menyangkut tentang
efektivitas senam dismenore berbasis morratal ar-rahman dalam mengurangi dismenore pada
remaja putri tingkat 1 prodi DIII kebidanan muara enim.

Pertanyaan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip penulisan angket seperti isi


dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, panjang
pertanyaan, urutan pertanyaan, penampilan fisik angket dan sebagainya.

Merurut Sugiyono (2012, hlm.) “dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan
responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan
sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat”. Oleh karena itu, peneliti melakukan
kontak langsung dengan responden yang berada di Prodi DIII kebidanan muara enim.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yang disajikan dengan
serangkaian alternatif dan responden cukup memberi tanda silang, melingkar ataupun
mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggapnya sesuai dengan keadaan
dirinya.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner (angket),
dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2012) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yaitu
disminorhae”.
Daftar Pustaka
1. Anurogo, D., Dan Wulandari, A.,2011. Cara jitumengatasinyerihaid.yogyakarta : Andi
offset.

2. Price, W. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Edisi ke 6 vol 2.
Jakarta: EGC

3. Steward Kate and Deb S .2016. Dysmenorrhoea. Journal of Obstetrics, Gynaecology &
Reproductive Medicine [diunduh 9 Desember 2017]. Tersedia dari: www.elsevier.com

4. Putri, A.S. 2017. Hubungan Antara Nyeri Haid (Dismenore) Terhadap Aktivitas Belajar
Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 52 Jakarta. Program Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang.http://journal.um.ac.id/in
dex.php/preventia/article/downlo ad/10013/4756

5. Calis, Karim, Anton, 2011. Dysmenorrhea. (Online), (http :emedicine.medscape.com,


diaksestanggal 28 September 2015, Jam 13.10 WIB)

6. Santoso. (2008). Angka kejadian Nyeri Haid Pada Remaja Indonesia.


Availableonlineon http://repository.usu.ac.id%2FReference.pdf&usg%title%
AngkaKejadian-Disminorhea-pada-Remaja-Putri-Indonesia%152%reduce?2eu??.
Diakses pada tanggal 19 Desember 2016.

7. Iacovides, Stella, Inggrid Avidon, Alison Bentley & Fiona C. 2013. Baker. Reduced
quality of life when experiencing menstrual pain in women with primary
dysmenorrhea.; Acta Obstetricia Et Gynecologica Scandinavica Acta Obstet Gynecol
Scand ISSN 16000412 2014 Feb Vol 93 2 pp 213-7 Publisher Wiley PMID 242664251

8. Ningsih, Ratna. 2011. Efektivitas Paket Pereda Nyeri Pada Remaja Dengan Dismenore.
Thesis FIK UI

9. Saguini, F, Madianung, A., Masi, G, 2013.


HubunganDismenoredenganAktivitasBelajarRemajaPutri SMA Kristen I Tomohon
Manado, (Online), (http://e-journal unsart.ac.id, diakasestanggal 30 September 2015,
jam 01.08 WIB)

10. Sumaryani S., Sari P.I. 2015. Senam dysmenorrhea berbasis ArRahman terhadap
penurunan Nyeri. Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 : 360-365.
https://media.neliti.com/media/pu blications/117825-ID-none.pdf

11. Nuraeni. 2017. PengaruhSenamDismenoreTerhadapPenurunanNyeriPadaRemajaPutri


SMK 1 TapangoKecamatanTapangoKabupatenPolewaliMandar. STIKES Bina
GenerasiPolewali. JurnalIlmuBidan, Vol II No.1. https://media.neliti.com/media/pu
blications/227218-pengaruhsenam-dismenore-terhadappenuru-7a8f8d0a.pdf

12. Anurogo, D. (2011). Cara MengatasiNyeriHaid. Yogyakarta: ANDI O OFFSET

13. Zahro, F., 2011. Aspek-aspekPendidikandalamAr Rahman 1-30, (Online),


(http://www.digilib.uin-suka.ac.id., diaksestanggal 28 September 2015, jam 13.30
WIB).

14. Anwar, Y.P., 2010. Sembuhdengan Al Quran. Jakarta :Sabil

15. Mustamir, P., 2009. Metode Super untukMenakhlukanStres. Jakarta:Hikmah


16. FauziaMN.PengaruhLatihanAbdominalis Stretching TerhadapIntenssitasNyeriHaid
(Dismenore) padaRemajaPutri di SMK Al FurqonBantarkawungKabupatenBrebes.
FakultasKedokterandanIlmuKesehatan UIN SyarifHidayatullah. 2015.

17. Marlinda R, Rosalina, Purwaningsih P.


PengaruhSenamDismenoreTerhadapPenurunanDismenorePadaRemajaPutri Di
DesaSidoharjoKecamatanPati. J. KeperawatanMaternitas. 2013 1(2).
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/998

18. Reeder, S. J., Leonide, L., & Griffin, D. K.(2011). Keperawatan Maternitas
KesehatanWanita, Bayi, dan Keluarga Volume 2.Jakarta: EGC

19. Morgan dan Halminton.(2009). Obstetri danginekologi panduan praktik. Jakarta:EGC

20. Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi.Yogyakarta: Milestone.

21. Suparto, A. (2011). Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi DismenorePada


Remaja Putri. Phederal, 4(1)

22. Haruyama, S. (2011). The Miracle ofEndorphin. Bandung: Qanita.

23. Kuphal GJ. 2017. Integrative Medicine : Chapter 57 Dysmenorrhea. Fourth Edition.
Elsevier. Pp. 569.

24. Sherwood, (2011). . Tafsir Ibnu Katsir Jilid. Bogor: Pustaka

Anda mungkin juga menyukai