Anda di halaman 1dari 7

Tugas UTS Pancasila dan Kewarganegaraan

Dibuat oleh : Michael Chandradinata

Kelas/ NRP : Kelas A3 / 110117269

Diskriminasi ( Tugas PKWN)

“All human beings are born free and equal in dignity and rights”.. Kata-kata terkenal
pertama beberapa Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 60 tahun yang lalu menetapkan
premis dasar hukum hak asasi manusia internasional. Namun hari ini, perjuangan melawan
diskriminasi tetap menjadi perjuangan harian bagi jutaan orang di seluruh dunia.Sebelum
memulai tugas saya, saya akan terlebih dahulu ingin menjelaskan apa itu diskriminasi.
Diskriminasi adalah adanya pembedaan cara kita dalam berperilaku terhadap kepada sesama
warga negara (berdasarkan warna kulit, ras, agama, ciri fisik dan sebagainya). Dalam tugas ini
saya sebagai mahasiswa ingin menceritakan pengalaman saya ataupun teman – teman saya yang
mengalami diskriminasi, baik di lingkungan rumah, sekolah, dunia maya, ataupun, masyarakat
luas. Diskriminasi yang terjadi kebanyakan meliputi Ras, Agama dan Gender.

Diskriminasi pada lingkungan rumah, disini salah satu teman saya yang menceritakan
diskriminasi yang dialami oleh dia di lingkungan rumah. Adanya pembedaan terhadap perilaku
orang tua terhadap anak – anak mereka. Seperti teman saya yang menjadi anak pertama, tidak di
beri hadiah walaupun berprestasi dalam beberapa bidang salah satu contohnya mendapat
peringkat tinggi di kelas. Orang tua mereka malah memberikan hadiah ataupun pujian saat adik
dari teman saya mendapat penghargaan dari bidang olahraga. Disini teman saya sebagai kakak
dan sekaligus anak pertama merasa bahwa perilaku orang tuanya sangat mencerminkan
diskriminasi yang terjadi di lingkungan rumah.

Diskriminasi pada lingkungan sekolah, disini saya akan menceritakan pengalaman saya
sendiri dalam mengalami diskriminasi. Pengalaman saya dimulai saat saya mengikuti Masa
Orientasi Siswa (MOS) di sekolah saya. Kakak kelas yang bertugas sebagai panitia Masa
Orientasi Siswa (MOS) kami, langsung membagi kami dalam beberapa kelompok, di kelompok
saya beranggotakan hanya orang – orang yang beretnik Tionghoa. Selama Masa Orientasi Siswa
(MOS) kami di panggil tidak dengan nama kami melainkan dengan sebutan “cina”. Kami
dihukum juga untuk melakukan banyak hal contohnya siswa yang cowok di berikan hukuman
fisik seperti push up ataupun jalan bebek secara berlebihan. Kami yang dipanggil dengan sebutan
“cina” dan dihukum secara berlebihan merasa bahwa itu adalah sebuah diskriminasi yang tidak
pantas dilakukan jika seseorang selaku panitia Masa Orientasi Siswa (MOS) dan orang yang
akan memperkenalkan sekolah kepada siswa baru yang akan masuk dan mengikuti ajaran –
ajaran di suatu sekolah.

Diskriminasi pada dunia maya, pada diskriminasi ini saya hanya menceritakan
pengalaman dari teman saya. Teman saya mengatakan bahwa dia pernah mengalami salah satu
contoh diskriminasi pada dunia maya. Contohnya ialah dia dan teman – temannya bersahabat dan
dikatakan lumayan dekat tetapi teman – temannya membuat suatu grup di salah satu platform
media sosial tanpa mengundang teman saya di grup itu, teman saya juga dijadikan bahan
pembicaraan utama dalam grup itu. Teman saya merasa bahwa dia didiskriminasi karena dia
secara tidak langsung di kucilkan melalui tindakan teman – temannya yang tidak mengundang
dia dan menjadikan dia sebagai bahan pembicaraan.

Diskriminasi pada masyarakat luas, dalam diskriminasi ini saya akan menceritakan
pengalaman dari salah satu teman saya. Pengalaman dia sewaktu tinggal pada suatu kota, dia dan
keluarganya masuk ke dalam sebuah gereja yang tidak memiliki bangunan yang disebut gereja.
Gereja yang mereka gunakan untuk beribadah adalah bangunan yang dipinjamkan oleh salah satu
umat gereja yaitu sebuah gedung yang memiliki lantai 2 yang lebar dan cukup luas sebagai
tempat mereka untuk beribadah. Teman saya pernah menanyakan kenapa mereka tidak gereja
dengan gedung gereja sendiri, para anggota gereja pun hanya bisa pasrah dengan keputusan dari
pemerintah setempat. Keputusan dari pemerintah mengatakan bahwa gereja yang ada pada kota
dimana teman saya tinggal, hanya boleh memiliki 2 bangunan gereja yang diakui ( Satu gereja
Katolik dan satu gereja Kristen Protestan) selain dari itu tidak akan diakui dan tidak boleh
dilakukan ibadah disana karena tidak disetujui oleh pemerintah. “Maka dari itu kami beribadah
hanya menggunakan bangunan salah satu umat gereja, kami bukannya berbeda Kristen tetapi
kami hanya berbeda beberapa ajaran sehingga hal itu kadang tidak membuat kami merasa
nyaman dengan ajaran yang ada di kota itu” kata salah satu anggota gereja. Disini dapat dilihat
bahwa secara tidak langsung pemerintah di kota yang di tempati teman saya melakukan
diskriminasi karena mereka melarang beberapa orang ataupun pihak sebagai masyarakat untuk
beribadah sebagaimana yang di inginkan oleh teman saya dan umat gerejanya.
Alasan mengapa banyak jenis diskriminasi yang terjadi pada diri saya maupun teman
saya, baik di lingkungan rumah, sekolah, dunia maya ataupun masyarakat luas adalah kurangnya
konsep kebangsaan Indonesia yang di miliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Konsep
kebangsaan Indonesia merupakan suatu konsep dasar dimana kita sebagai bangsa Indonesia
mencari persatuan di dalam banyaknya perbedaan, dimana ini sangat penting bagi bangsa
Indonesia karena konsep kebangsaan ini berkaitan erat dengan semboyan kita sebagai bangsa
Indonesai yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.

Di Indonesia ada semboyan yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda
– beda tetapi tetap satu sangat sesuai dengan social condition dan cultural setting yang ada pada
negara Indonesia, sebagai ungkapan yang menunjukkan adanya kemauan yang serius untuk
mewujudkan suatu bangsa dan negara Indonesia yang bersatu dalam keberagaman.

Hal ini dapat dikatakan karena salah satu contohnya dapat dilihat pada pengalaman teman
saya yang secara tidak langsung dibatasi untuk beribadah seperti yang dia inginkan. Hal ini juga
dapat dikatakan melanggar HAM dimana dijelaskan pada Pasal 28 E Ayat 1. Pada pasal ini
sebenarnya menegaskan atau memperinci tentang pelaksanaan pasal 29 UUD 1945 sebelum
amandemen menegaskan tentang hak setiap orang untuk memilih dan memeluk agamanya
masing-masing tanpa paksaan, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, serta memilih
tempat tinggal di wilayah negaranya dan berhak kembali.

Alasan ke dua saya mengapa ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang
merupakan sebuah dasar dari adanya cara perilaku ataupun tingkah laku yang bersifar individu
dan sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Ada dua faktor perbedaan
yang menjadi dasar, faktor – faktornya ialah faktor yang bersifat bawaan dan faktor yang bersifat
lingkungan sosial. Kedua faktor diatas merupakan suatu contoh faktor yang dapat menyebabkan
ataupun memicu suatu perbedaan yang bersifat diskriminasitif.

Perbedaan disini dibedakan pada faktor bawaan seseorang, faktor yang dimana memang
terlihat berdasarkan faktor perasaan yang ada pada diri manusia. Faktor lainnya ialah faktor
lingkungan sosial yang merupakan suatu faktor yang terjadi sangat dekat dengan lingkungan
sekitar hidup kita. Sebagaimana kita tahu, lingkungan merupakan tempat paling dasar bagi kita
mendapat pendidikan untu berinteraksi dengan beberapa individu. Pendidikan yang baik ada agar
masyarakat dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang tidak dalam seorang individu
di dalam lingkungan hidupnya.

Alasan ke tiga menurut saya, kadangkala masyarakat juga melakukan tindakan


diskriminasi tanpa mereka sadari. Itu dapat dilihat dari pengalam diskriminasi di dalam keluarga.
Orang tua secara tidak langsung membeda – bedakan anak mereka, disini pentingnya pemerintah
untuk mengajarkan juga kepada masyarakat bahwa diskriminasi yang terjadi di Indonesia bukan
hanya ada pada diskriminasi Ras dan Etnis yang berskala besar melainkan ada juga diskriminasi
yang berskala kecil dan tidak disengaja (baik dalam keluarga, sekolah, maupun dunia maya).

Hal ini juga dapat dijadikan dasar hidup bangsa Indonesia, karena di Indonesia memiliki
banyak etnis, ras dan bahasa yang ada. Penting bagi kita juga untuk mengajari generasi –
generasi baru sejak dini, bahwa memiliki hubungan atau relasi dengan etnis maupun ras yang
berbeda dengan kita itu tidak salah, melainkan itulah yang dibutuhkan oleh generasi – generasi
kita yatu generasi anti diskriminas. Generasi ini bisa diciptakan jikalau orang tua mereka juga
mengerti dan memahami dengan betul pentingnya dan kerusakan yang terjadi bila generasi baru
tetap saja melakukan diskriminasi yang dimana akan menghancurkan negara itu sendiri.

Solusi agar diskriminasi tidak terjadi dapat dilakukan dengan cara :

1. Memerangi diskriminasi melalui hal dasar seperti keluarga

Dalam kehidupan sehari-hari mereka, banyak anggota komunitas agama atau kepercayaan
menghadapi diskriminasi berdasarkan agama atau keyakinan mereka. Mereka terlalu dibatasi
dalam menikmati hak-hak sipil, budaya, ekonomi, politik dan sosial mereka. Dengan demikian,
anggota komunitas agama atau keyakinan tertentu mengalami diskriminasi dalam akses mereka
ke pendidikan publik, atau jabatan publik. Dalam kasus ekstrim, beberapa dari mereka juga
ditangkap atau dibunuh karena afiliasi keagamaan mereka.

Ini tugas kita sebagai bangsa Indonesia untuk memahami dengan benar apa yang membuat
negara kita maju. Salah satunya dimulai dari keluarga sendiri, pertama belajarlah untuk tidak
membeda – bedakan anggota keluarga kita, walaupun ada yang berbeda agama, dan ras. Dengan
begitu kita dapat mempertahankan kerukunan di dalam keluarga kita sendiri.

2. Mengawasi dan menindaklanjuti diskriminasi di dalam sekolah


Kadang kala kita berpikir sekolah memiliki apa yang disebut dengan “peraturan”, hal itu
tentu saja dimiliki oleh semua sekolah. Tetapi tidak semua sekolah memiliki peraturan yang
mencakup dan melindungi siswanya baik dalam pergaulan ataupun pembullyan yang melanggar
Hak Asasi Manusia (HAM) yang sering terjadi di antar siswa di sekolah. Siswa – siswa biasanya
melakukan diskriminasi terhadap siswa yang berbeda ras contohnya dapat dilihat pada
pengalaman saya pada diskriminasi di lingkungan sekolah. Mereka yang belum memahami arti
penting dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara tidak langsung maupun langsung
menganggap bahwa orang ataupun komunitas yang berbeda dari mereka atau suatu bagian dari
masyarakat adalah hal yang tidak bagus ataupun cenderung dipandang rendah. Dari hal ini, saya
ingin setiap sekolah mempunyai aturan yang melarang keras diskriminasi di lingkungan sekolah,
baik untuk yang melakukan maupun hanya melihat siswa yang melakukan diskriminasi.

3. Memanfaatkan dunia maya sebaik - baiknya

Dalam Indonesia perkembangan teknologi sudah mulai terlihat, baik dari segi pertanian,
perikanan, perekonomian, pemerintahan maupun dalam segi dunia maya. Walaupun
perkembangan teknologi meningkat tetapi standar kehidupan masyarakat dalam diskriminasi
sangatlah minim. Dapat dilihat dari banyaknya kasus – kasus yang terjadi lewat dunia maya, dan
beberapa cuitan-cuitan di dunia maya bisa jadi karena kekesalan beberapa pihak terhadap aksi
terorisme (misalnya yang mengatasnamakan agama Islam) . Karena kesalahpahaman dan tidak
adanya informasi yang lengkap bagi masyarakat , komentar – komentar pada dunia maya yang
muncul secara acak dan banyak dapat berpotensi untuk melahirkan banyak diskriminasi baru dan
dapat merusak negara kita.

Di Indonesia sendiri diskriminasi agama adalah suatu hal yang sering dijumpai apalagi di
dalam dunia maya. Padahal negera kita katanya merupakan negera yang bersifat toleransi, yang
saling menghormati antar sesama dan menghargai antar sesama bangsa Indonesia. Namun
diskriminasi dan tindak kekerasan yang mengatasnamakan sebuah agama masih terjadi. Contoh
yang paling tepat dapat lihat pada kasus perusakan tempat ibadah di Sumatera Utara. Karena
disebabkan oleh suatu kesalahpahaman yang sebenarnya bisa dipecahkan atau diselesaikan
dengan mudah, tetapi disebarkan di dunia maya, dampak dari itu informasi yang ada menjadi
informasi yang tidak benar dan merusak (sesat). Tindak kekerasanlah yang akhirnya muncul
pada permasalahan sederhana seperti ini.
Cobalah dan belajarlah untuk memiliki karakter ataupun sifat teguh akan prinsip dalam
menyikapi segala bentuk ataupun jenis informasi (baik itu benar maupun hanya hoax) yang
tersebar di dunia maya ini. Meski terkesan biasa dan sederhana, faktanya komentar - komentar
diskriminatif bisa memicu terjadinya suatu kekerasan yang bersifat ringan maupun fatal.
Belajarlah untuk menghentikan segala bentuk diskriminasi yang mengatasnamakan ras ataupun
etnis yang ada di Indonesia. Mencoba untuk membuat kedamaian di dunia maya, dengan
komentar yang tidak berbau diskriminasi, tanpa disertai unsur – unsur yang merusak negara
lewat kebencian merupakan salah satu hal dasar yang dapat dilakukan bagi kita. Selain akan
membuat suasana yang kondusif, kedamaian dan perilaku kita di dunia maya ini juga bisa
memberi dampak positif bagi orang – orang yang aktif dalam dunia maya. Kerukunan dan
kedamaian antar umat beragama bisa terjadi di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Jika hal ini
bisa diterapkan secara konsisten, pasti tindakan merusak yang mengatasnamakan apapun atau
jenis apapun tidak akan terjadi di Indonesia.

Dalam dunia maya, dunia maya merupakan tempat dimana banyak orang dengan bebas
berargumen dalam bentuk yang lebih berkembang, dunia maya juga sering disinggahi seluruh
masyarakat yang ada di dunia. Adalah hal yang penting dalam dunia maya untuk menghargai
banyaknya hal beragam di Indonesia. Karena setiap warga negara yang aktif didunia maya,
pastinya akan saling berbeda baik dalam segi pola pikir maupun cara menerima informasi yang
ada. Namun hal ini, jangan sampai menjadi perbedaan yang akan dijadikan titik tempuh
( alasan), untuk melakukan beberapa tindakan yang berunsurkan kebencian dan diskriminasi
yang dapat merusak negara kita.

4. Memperbaiki diri sendiri

Sebagai masyarakat Indonesia, saya seringkali melakukan juga tindakan diskriminasi


baik secara tidak langsung maupun langsung. Saya secara tidak langsung mendiksriminasi teman
saya lewat candaan yang saya ucapkan tanpa memikirkan apa yang dipikirkan teman saya.
Lingkungan saya pun mendukung hal ini, yang di maksud mendukung ialah teman – teman saya
juga ikut mendiskriminasi walaupun hal itu tidak benar dan bertentangan dengan apa yang saya
sampaikan dalam tugas ini. Saya sebagai mahasiswa ingin mengubah prinsip dasar, karakter,
maupun perilaku saya untuk lebih mengenal dan memahami arti penting dari Hak Asasi Manusia
(HAM) dan prinsip kesetaraan yang ada di Indonesia. Hal ini hanyalah sebuah hal kecil bagi
saya, tapi dengan hal ini saya dapat menciptakan linkungan yang anti-diskriminasi. Saya akan
memulai dengan mengajarkan ataupun mengingatkan pentingnya diskriminasi ke sesama dalam
lingkungan saya baik kepada mahasiswa lain maupun petugas – petugas dalam kampus saya.

Daftar Pustaka

Armiwulan, Hesti (2015) Diskriminasi Rasial dan Etnis Sebagai Persoalan Hukum dan
Hak Asasi Manusia. Jurnal Masalah-Masalah Hukum, 44 (4). pp. 493-502. ISSN 2086-2695

https://www.ohchr.org/EN/Issues/Discrimination/Pages/discrimination.aspx

https://www.ohchr.org/EN/Issues/Discrimination/Pages/discrimination_minorities.aspx

https://www.ohchr.org/EN/Issues/Discrimination/Pages/discrimination_religious.aspx

Anda mungkin juga menyukai