Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TYPOID ABDOMINALIS

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS KULIAH KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH 1

DosenPembimbing :Dr M Bahrudin, M.Kep., Sp.KMB

DISUSUN OLEH :

NAMA : GALUH MAYANG JP


NIM : P27820419032
KELAS : 2A

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

2019/2020
I. Pengertian dari gangguan system Pencernaan thypoid abdominalis
Adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi menyerang usus halus khususnya daerah ileum. Thypoid abdominalis
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan
gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suriadi, 2006).
Thypoid abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005 ;
Nursalam, 2005). Dapat disimpulkan thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut di
saluran pencernaan yang dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan dan gangguan
yang dapat ditularkan karena makanan atau minuman masuk melalui mulut yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella typhii.

II. Penyebab Typoid abdominalis


Salmonella typhiBakteri Gram negatif, tidak berkapsul, memiliki flagella peritrikosa,
mempunyai antigen somatik (O) terdiri dari Oligosakarida, antigen flagerlar (H) terdiri
dari protein, Antigen selubung (K) terdiri dari polisakarida Endotoksin berupa
makromolekuler.

III. Pemeriksaan Fisik Spesifik


1) Keadaan Umum
 Kesadaran
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya perubahan. Pada
fase lanjut, secara umum pasien terlihat sakit berat dan sering didapatkan
penurunan tingkat kesadaran (apatis,delirium).
 Tanda – tanda vital :
Pada fase 7-14 harididapatkan suhu tubuh meningkat 39-41ºC pada malam
hari dan biasanya turun pada pagi hari. Pada pemeriksaan nadi didapat
penurunan frekuensi nadi (bradikardi relatif).
 Sistem pernapasan
Sistem pernapasan biasanya tidak didapatkan adanya kelainan, tetapi akan
mengalami perubahan apabila terjadi respons akut dangan gejala bentuk
kering. Pada beberapa kasus berat bisa didapatkan adanya komplikasi tanda
dan gejala pneumonia.
 Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler biasanya tidak didapatkan adanya kelainan. Akan
tetapi, pada beberapa kasus yang berat bisa didapatkan tanda dan gejala
miokarditis dan tromboflebitis. 
 Sistem persyarafan
Pada  pasien dehidrasi berat akan menyebabkan penurunan perfusi serebral
dengan manisfestasi sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran.
 Sistem perkemihan
Pada kondisi berat didapatkan penurunan urine output respons dari penurunan
curah jantung.
 Sistem pencernaan
Didapatkan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi konstipasi dapat juga
diare atau normal, hati dan limpa membesar disetai nyeri pada perabaan.
 Sistem integumen
Didapatkan kulit kering, turgor kulit menurun, pucat, roseola (bintik merah
pada leher, punggung dan paha) 
 Sistem muskuluskeletal
espon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik, dan di dapatkan
nyeri otot ekstremitas .
 Sistem endokrin
Pada pasien dengan typoid biasanya mengalami demam atau hipertermi
karena kuman masuk kealiran darah,  mengeluarkan endotoksin sehingga
terjadi kerusakan sel yang akhirnya merangsang pelepasan zat efirogen dan 
mempengaruhi pusat termugulator di hipitamus.
 Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi dengan pasien typoid terjadi penurunan gairah seksual.
Karena hal ini disebabkan pasien typoid tubuhnya lemas, tidak brgairah untuk
beraktivitas, dan  pasien juga demam tinggi.
 Sistem pengindraan
Didatkannya ikterus pada sklera pada kondisi berat
 Sistem imunitas
Pada pasien typoid biasanya didapatkanya splenomegali karena kuman masuk
melalui pembuluh limfe dan menginvansi jaringan limpoid.
IV. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukosit dapat terjadi walaupun tanda disertai infeksi skunder.
2) Pemeriksan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
V. Keluhan Utama

1) Demam 5) Nyeri otot


2) Lesu 6) Anoreksia
3) Nyeri kepala 7) Sakit waktu
4) Menurunnya menelan

kesadaran 8) Mual
VI. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien typhoid adalah :
1) Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan hipertermi dan muntah.
2) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
4) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik.
5) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat.
VII. Intervensi Keperawatan
1) Resiko tinggi gangguan ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak
elastis dan peningkatan suhu tubuh.
b. pantau intake dan output cairan dalam 24 jam.
c. ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama.
d. catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
e. Anjurkan pasien minum banyak ± 2000-2500 cc per hari.
f. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui
parenteral sesuai indikasi.

2) Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat.

a. Kaji pola nutrisi pasien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai pasien.
b. Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut.
c. Timbang berat badan tiap hari.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet Bantu klien
mengidentifikasi jenis makanan rendah selulosa.

e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal
seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung.

f. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin.


g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti
(ranitidine).
3) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi

a. Observasi suhu tubuh pasien.


b. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien.

c. Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,
temporal bila terjadi panas.

d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat


menyerap keringat seperti katun.

e. Anjurkan klien untuk minum banyak (2-3 lt/hari).


f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
g. Berikan antibiotik sesuai resep

4) Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan


kelemahan fisik

a. Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung.

b. Bantu kebutuhan sehari-hari pasien seperti mandi, BAB dan BAK.

c. Bantu pasien mobilisasi secara bertahap.

d. Jika kesadaran klien menurun rubah posisi tiap 2 jam.

e. Dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja pasien.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.


5). Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau
informasi yang tidak adekuat
a. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit
anaknya.

b. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.

c. Beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
d. Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat.
e. Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab
f. Demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak di ketahui pasien.

g. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada pasien

Anda mungkin juga menyukai