Anda di halaman 1dari 2

Analisis HPLC Senyawa Sesamin dan Sesamolin

Metode analisis menggunakan HPLC merupakan metode kuantitatif dan kualitatif. Prinsip
kuantitatif melibatkan pengukuran tinggi puncak. Dalam menentukan konsentrasi suatu senyawa,
terlihat kurva tinggi puncak vs konsentrasi zat. Metode kualitatif didasarkan pada waktu retensi sebagai
identifikasi suatu senyawa. Waktu retensi merupakan berapa lama suatu komponen dipertahankan
dalam kolom oleh fase diam terhadap waktu yang berada di fase gerak.
Hasil analisis HPLC dibentuk dalam bentuk sinyal kromatogram yang selanjutnya akan terbentuk
peak-peak yang menggambarkan jenis komponen dalam sampel. Sampel yang mengandung banyak
komponen didalamnya mempunyai peak yang banyak. Untuk mengetahui peak mana yang merupakan
milik analat (zat target analisa) kromatogram dibandingkan dengan kromatogram standard. Cara yang
paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat Retention time (RT). Peak yang mempunyai
RT yang sama dengan standard umumnya akan langsung di vonis sebagai peak milik analat. Memang
senyawa/zat yang sama akan mempunyai RT yang juga sama, dengan catatan sample dan standard
dijalankan dengan kondisi dan sistem HPLC yang sama.
Dalam hal ini dilakukan analisis tingginya lignan yang terkandung dalam biji wijen. Senyawa lignan
yang terkandung yaitu sesamin dan sesamolin. Senyawa-senyawa ini diduga dalam sebuah penelitian
memiliki efek farmakologis, seperti penurunan lemak darah dan kadar asam arakidonat, menurunkan
kadar kolesterol, menyediakan aktivitas anti-proliferasi dan efek antiinflamasi, meningkatkan enzim
oksidasi asam lemak hati, dan menunjukkan efek antihipertensi dan efek neuroprotektif.
Analisis HPLC untuk senyawa sesamin dan sesamolin dilakukan untuk melihat kemurnian lignan
yang terisosilasi. Dalam analisis ini menggunakan alat Shimadzu HPLC (LCATVP) yang dilengkapi dengan
fase terbalik kolom Spincotechenabled C18 (250 mm × 4.6 mm dengan ukuran partikel 5µm)

dengan detektor UV (SPD-10AVP). Fase geraknya yaitu metanol: air (70:30) yang mengalir
dengan laju alir 0,7 ml / menit. Peak yang terdeteksi pada 290 nm. Analisis ini dimulai dengan
melarutkan kristal lignan dalam metanol grade HPLC sehingga menghasilkan konsentrasi
1mg/ml kemudian larutan tersebut disaring melalui membran nilon 0,45 µm sebelum
diinjeksikan ke alat HPLC. 10 µl sampel pada konsentrasi 0,0001 M sesamin/sasamolin/standar
(naringenin) masing-masing dari ketiganya diinjeksikan ke dalam HPLC untuk menentukan
bagaimana waktu retensi yang didapat (s).
Dari cara kerja diatas didapatkan hasil HPLC dari sampel ekstrak etanol biji wijen dengan
berbagai varietas dimana menggunakan standar internal naringenin menunjukkan adanya
puncak/peak 7-12 yang berbeda sesuai dengan senyawa lignannya seperti pada gambar
dibawah ini.

Tiga peak dari beberapa peak tersebut merupakan peak sesamin, sesamol dan sesamolin
dengan waktu retensi (RT) yang berbeda yang dibandingkan dengan standar internal naringenin.
Konsentrasi dari ketiga peak tersebut dihitung menggunakan faktor respon dan data disajikan pada
Tabel dibawah ini:

Variabilitas yang signifikan pada kandungan lignan yang sedang diambil dalam tiga kelompok.

Anda mungkin juga menyukai