Potensi aksi seluler adalah hasil dari fluks ion melalui “gerbang” saluran
tegangan dan mekanisme pembawa. Di sebagian besar jantung, saluran natrium (I Na)
mendominasi fase upstroke (fase 0) dari potensial aksi (PA) dan merupakan penentu
yang paling penting dari kecepatan konduksi. Setelah aktivasi yang sangat singkat,
sebagian besar saluran natrium memasuki periode inaktivasi yang lebih lama. Dalam
simpul AV yang bergantung pada kalsium, arus kalsium (I Ca) mendominasi arus naik dan
kecepatan konduksi PA. Dataran tinggi dari PA (fase 2) didominasi oleh arus kalsium
depolarisasi (ICa) dan beberapa arus kalium repolarisasi (secara kolektif disebut sebagai
IK). Pada akhir dataran tinggi, IK menyebabkan repolarisasi cepat (fase 3).
Periode refrakter sel-sel jantung yang tergantung pada ion natrium adalah
fungsi dari seberapa cepat saluran natrium pulih dari inaktivasi. Pemulihan dari
inaktivasi tergantung pada kedua potensial membran, yang bervariasi dengan waktu
repolarisasi dan konsentrasi kalium ekstraseluler, dan pada tindakan obat yang mengikat
ke saluran natrium (yaitu, blocker saluran natrium). Demikian pula, pada nodus AV yang
bergantung pada kalsium, durasi refrakter tergantung pada tingkat pemulihan dari
inaktivasi saluran kalsium. Proses pembawa (pompa natrium dan penukar natrium-
kalsium) berkontribusi sedikit terhadap bentuk PA, tetapi sangat penting untuk
pemeliharaan gradien ion dimana bergantung pada ion natrium, kalsium, dan kalium dan
mempertahankan stabilitas ionik selama aktivitas berulang. Kebanyakan obat antiaritmia
bekerja pada 1 atau lebih dari 3 arus utama (INa, ICa, IK) atau pada adrenoseptor β yang
memodulasi arus ini.
2. Aritmia jantung dapat disebabkan oleh adanya automatisasi yang abnormal dan kelainan
konduksi impuls. Jelaskan bagaimana mekanisme tersebut dapat menyebabkan aritmia!
Jawaban :
a. Mekanisme automatisasi yang abnormal yang dapat menyebabkan aritmia:
Adanya sel jantung (ectopic focus) yg menunjukkan automatisasi yg lbh cepat dr
nodus SA.
Adanya kerusakan sel miokard krn hipoksia.
Ada ketidakseimbangan elektrolit (gangguan keseimbangan K+).
3.
4. Pada pasien yang mengalami atrial fibrilasi terkadang di berikan anti-koagulan untuk
mencegah komplikasi stroke. Pasien yang bagaimanakah yang diberikan terapi anti-
koagulan?
Jawaban:
Atrial Fibrilasi
Merupakan bentuk gangguan irama jantung, yang sering disebut aritmia, yang paling
umum ditemui di duniai. Ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) yang berbahaya ini
menyebabkan ruang atas jantung (atrium), bergetar dan tidak berdenyut sebagaimana
mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah. Gumpalan ini dapat terbawa
sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri, dan mengganggu pasokan darah ke otak.
Situasi ini seringkali menjadi awal dari serangan stroke yang gawat dan mematikan
Sangat penting untuk memulai perawatan yang tepat sejak awal. Pada semua pasien
dengan fibrilasi atrium (AF), risiko stroke meningkat 500%. AF menyebabkan darah
beredar lebih lambat dari biasanya karena denyutan atau pompa tidak teratur dari jantung.
Penurunan sirkulasi memungkinkan darah menumpuk dan bentuk gumpalan, yang
dapat menyebabkan stroke iskemik. Penyebab umum dari AF termasuk hipertensi,
penyakit tiroid, diabetes, dan penyakit arteri koroner.
Penatalaksanaan Atrial Fibrilasi
Salah satu tujuan penatalaksanaan FA adalah mengurangi risiko stroke dan memilih
terapi antitrombotik yang tepat. Setiap antitrombotik harus dipertimbangkan
keuntungannya dalam menurunkan risiko stroke dan dikaitkan dengan risiko terjadinya
perdarahan serius. Agen antitrombotik digunakan secara rutin untuk pencegahan
tromboemboli pada pasien dengan FA berupa antikoagulan dan antiplatelet. Antikoagulan
yang digunakan dapat berupa antagonis vitamin K(warfarin) atau novel oral anticoagulant
(dabigatran,rivaroxaban, apixaban) dan antiplatelet (aspirin)
Prinsip untuk pasien mendapat terapi fibrilasi atrium yaitu :
- antitrombotik untuk pencegahan stroke
- pengendalian laju jantung
- pengendalian ritme jantung
- terapi tambahan (upstream therapy).
Anti-trombotik direkomendasikan untuk pasien fibrilasi atrium dengan riwayat
stroke, transient ischemic attack (TIA), atau skor CHA2 DS2 -VASc lebih dari 2.
Pilihan obat anti-trombotik yang dapat digunakan adalah warfarin dengan target INR
2.0 – 3.0, dabigatran, rivaroxaban, atau apixaban. Dengan ketentuan :
1. Pasien yang mendapat warfarin dengan target INR 2.0 – 3.0. Harus memeriksakan
INR setiap minggu pada awal pengobatan dan disarankan memeriksa INR setiap
bulan jika target INR telah tercapai dan stabil.
2. Dabigatran, rivaroxaban, atau apixaban dapat diberikan apabila target INR tidak
tercapai dengan warfarin, namun sebelumnya diperlukan pemeriksaan fungsi
ginjal dan berkala. Dabigatran dan rivaroxaban tidak direkomendasikan pada
pasien fibrilasi atrium dengan penyerta gagal ginjal kronis tahap akhir atau dalam
terapi dialisis karena belum ada penelitiannya; warfarin merupakan anti-trombotik
pilihan utama untuk pasien kelompok tersebut. Dabigatran dan rivaroxaban dapat
diberikan pada penderita gagal ginjal kronis, namun dengan dosis dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nafrialdi, Setawati, A., 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI.
Price, S.A, Wilson, L.M. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4. Jakarta : EGC.
Sulastomo, Heru., et al. 2017. Laboratorium ketrampilan klinis Keterampilan pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG). Surakarta: Fakultas Kedokteran universitas ebelas maret
surakarta
Trevor, Anthony J., Katzung, Bertam G., Kruidering-Hall, Merieke. 2015. Katzung &
Trevor’s Pharmacology Examination & Board Review Eleventh Edition. Mc Graw Hill
Education