Anda di halaman 1dari 135

PENGARUH KEADILAN PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN

KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN PAJAK


TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
MENGENAI PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)
(Studi Kasus pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat)

SKRIPSI

Nama : Eveline Shanestia


NIM : 222016246

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2020

i
SKRIPSI

PENGARUH KEADILAN PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN


KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN PAJAK
TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
MENGENAI PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION)
(Studi Kasus pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat)

Diajukan untuk Menyusun Skripsi pada


Program Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Palembang

Nama : Eveline Shanestia


NIM : 222016246

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2020

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang Bertanda Tangan dibawah ini :


Nama : Eveline Shanestia
NIM : 222016246
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Perpajakan
Judul Skripsi : Pengaruh Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan terhadap
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai
Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Dengan ini Saya Menyatakan :


1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik sarjana strata 1 (satu) baik di Universitas Muhammadiyah
Palembang Maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagian acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh
karena karya ini serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Palembang, Februari 2020

Eveline Shanestia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Muhammadiyah

iii
Palembang

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Pengaruh Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak


dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak
Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
Nama : Eveline Shanestia
NIM : 222016246
Fakultas : Ekonomi
Program studi : Akuntansi
Konsentrasi : Perpajakan

Diterima dan disahkan


Pada Tanggal Januari 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Betri Sirajuddin, SE., M.Si., Ak., CA G. Sonny Marcel K, SE., Ak,. M.Si
NIDN/NBM:0216106902/944806 NIDN/NBM:0226068802/851119

Mengetahui,
Dekan
u.b. Ketua Program Akuntansi

Betri Sirajuddin, SE., M.Si., AK., CA


NIDN/NBM:0216106902/944806
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

iv
Motto :

“Kekuatan bukan berasal dari kemenangan. Perjuangan

andalah yang membuat and kuat. Ketika anda melalui

tantangan dan memutuskan untuk tidak menyerah, itulah

kekuatan”

(Arnold Schwarzenegger)

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

 Bapak dan Mama

 Adik-adikku

 Dosen Pembimbing

 Almamater

PRAKATA

v
Bismillahirohmanirrohim,

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi

dengan judul “Pengaruh Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan

Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak terhadap Persepsi Wajib

Pajak mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”. Skripsi ini disusun

sebagai syarat menyelesaikan jenjang Strata I (satu) guna meraih gelar sarjana di

Universitas Muhammadiyah Palembang.

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu bab pendahuluan, bab

kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis, bab metode penelitian, bab

hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran. Meski dalam

penulisan skripsi ini, penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang

dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saranm bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, maka skripsi ini tidak mungkin dapat tersusun sebagaimana

mestinya.

Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada kedua orang tuaku

tercinta, ayahku Rustian dan ibuku Neriyati serta keluarga yang telah mendoakan

dan memberi semangat dalam proses ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Betri Sirajuddin S.E., Ak., M.Si. CA dan Bapak G. Sonny Marcel

K., S.E., Ak., M.Si yang telah membimbing dan memberikan masukan guna

penyelesaian skripsi ini.. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini kepada :

vi
1. Bapak Dr. H. Abid Djazuli, S.E., M.M, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Bapak Drs. H. Fauzi Ridwan, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Palembang.

3. Bapak Betri Sirajuddin, S.E., Ak., M.Si. CA selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Muhammadiyah Palembang.

4. Ibu Nina Sabrina, S.E., M.Si selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Palembang

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Palembang.

6. Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat yang telah

memberikan izin penelitian sehingga selesainya penelitian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas setiap bantuan yang diberikan guna

menyelesaikan tulisan ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Palembang, Februari 2020


Penulis

Eveline Shanestia

DAFTAR ISI

Halaman

vii
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................... iii

HALAMAN TANDA PENGESAHAN SKRIPSI........................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... v

PRAKATA......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii

ABSTRAK......................................................................................................... xiv

ABSTRACT....................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori........................................................................................ 14

1. Teori Umum (Grand Theory)........................................................... 14

2. Keadilan Pajak.................................................................................. 15

3. Kepatuhan Wajib Pajak..................................................................... 20

4. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan........................................ 23

viii
5. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)..................................................... 26

6. Keterkaitan Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan

Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak dengan

Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan

Pajak.................................................................................................. 29

B. Penelitian Sebelumnya............................................................................ 33

C. Kerangka Pemikiran................................................................................ 48

D. Hipotesis................................................................................................. 49

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian........................................................................................ 50

B. Lokasi Penelitian..................................................................................... 51

C. Operasionalisasi Variabel........................................................................ 51

D. Populasi dan Sampel............................................................................... 52

E. Data yang diperlukan.............................................................................. 53

F. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 54

G. Analisis Data dan Teknik Analisis.......................................................... 56

1. Analisis Data..................................................................................... 56

2. Teknik Analisis................................................................................. 57

a. Uji Validitas................................................................................ 58

b. Uji Reliabilitas............................................................................ 59

c. Uji Asumsi Klasik....................................................................... 60

d. Uji Hipotesis................................................................................ 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ix
A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................ 67

1. Sejarah KPP Pratama Ilir Barat......................................................... 67

2. Visi dan Misi..................................................................................... 72

3. Tugas dan Fungsi.............................................................................. 73

4. Struktur Organisasi KPP Pratama Ilir Barat...................................... 74

5. Gambaran Umum Responden Penelitian.......................................... 75

6. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian............................................. 76

B. Hasil Pengolahan Data............................................................................ 91

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data.................................................... 91

2. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 95

a. Uji Normalitas............................................................................. 95

b. Uji Multikolinearitas................................................................... 97

c. Uji Heteroskedastisitas................................................................ 98

3. Pengujian Hipotesis........................................................................... 100

a. Koefisien Determinasi (R2)......................................................... 100

b. Uji F (Simultan).......................................................................... 101

c. Uji t (Parsial)............................................................................... 102

d. Uji Regresi.................................................................................. 105

C. Hasil Pembahasan Penelitian.................................................................. 107

1. Hasil Uji Pengaruh Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib

Pajak dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan

terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang pribadi mengenai

Penggelapan Pajak............................................................................ 107

x
2. Hasil Uji Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Persepsi

Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak................ 108

3. Hasil Uji Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap

Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan

Pajak.................................................................................................. 109

4. Hasil Uji Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan

Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai

Penggelapan Pajak............................................................................ 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................................. 112

B. Saran........................................................................................................ 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xi
Tabel I.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak....................................... 8

Tabel I.2 Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak.......................................... 9

Tabel I.3 Survei Pendahuluan..................................................................... 11

Tabel II.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya...................... 43

Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel............................................................ 51

Tabel IV.1 Deskripsi Karakteristik Responden............................................. 75

Tabel IV.2 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator Prinsip

Manfaat dari Penggunaan Uang yang Bersumber dari Pajak...... 77

Tabel IV.3 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator Keadilan

Horizontal dan Keadilan Vertikal dalam Pemungutan Pajak...... 78

Tabel IV.4 Rekapitulasi Jawab Kuesioner Indikator Keadilan dalam

Penyusunan Undang-Undang Pajak............................................ 79

Tabel IV.5 Rekapitulasi jawaban Kuesioner Indikator

Keadilan dalam Penerapan Ketentuan Perpajakan...................... 80

Tabel IV.6 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator

Kepatuhan Formal....................................................................... 81

Tabel IV.7 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator

Kepatuhan Material..................................................................... 82

Tabel IV.8 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator

Pemeriksaan Rutin....................................................................... 84

Tabel IV.9 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator Pemeriksaan

Khusus......................................................................................... 85

Tabel IV.10 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator Tidak Dapat

xii
Memenuhi Kewajiban Menyampaikan SPT................................ 87

Tabel IV.11 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator Tidak Dapat

Memenuhi Kewajiban Pengisian SPT dengan Lengkap

dan Benar..................................................................................... 87

Tabel IV.12 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Indikator Tidak Dapat

Memenuhi Kewajiban Memelihara Pembukuan dan

Pencatatan.................................................................................... 88

Tabel IV.13 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Tidak Dapat

Memenuhi Kewajiban Menyetorkan Pajak yang

Telah Dipotong atau yang Telah Dipungut................................ 89

Tabel IV.14 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Tidak Mendaftarkan Diri,

Menyalahgunakan atau Menggunakan Tanpa Hak NPWP......... 90

Tabel IV.15 Hasil Uji Validitas Keadilan Pajak.............................................. 92

Tabel IV.16 Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak................................ 92

Tabel IV.17 Hasil Uji Validitas Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan. . . 93

Tabel IV.18 Hasil Uji Validitas Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi

mengenai Penggelapan Pajak...................................................... 93

Tabel IV.19 Hasil Pengujian Reliabilitas........................................................ 94

Tabel IV.20 Hasil Uji Normalitas.................................................................... 97

Tabel IV.21 Hasil Uji Multikolinearitas.......................................................... 98

Tabel IV.22 Hasil Uji Heteroskedastisitas metode uji Glejser........................ 100

Tabel IV.23 Hasil Koefisien Determinasi........................................................ 101

Tabel IV.24 Hasil Uji Simultan....................................................................... 102

xiii
Tabel IV.25 Hasil Uji Parsial........................................................................... 103

Tabel IV.26 Hasil Uji Regresi......................................................................... 105

DAFTAR GAMBAR

xiv
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran.................................................................... 48

Gambar IV.1 Struktur Organsiasi KPP Pratama Ilir Barat................................ 74

Gambar IV.2 Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot............................................ 96

Gambar IV.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................... 99

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2

xv
ABSTRAK

Eveline Shanestia / 222016246 / 2020 / Pengaruh Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak
dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang

xvi
Pribadi Mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Studi Kasus Pada KPP Pratama
Palembang Ilir Barat).

Rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak
dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi
mengenai penggelapan pajak (tax evasion). Tujuannya untuk mengetahui pengaruh keadilan pajak,
kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak terhadap persepsi wajib
pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak (tax evasion) di KPP Pratama Palembang Ilir
Barat. Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner. Uji hipotesis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini secara simultan keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan
terdeteksinya kecurangan pajak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi
mengenai penggelapan pajak. Hasil penelitian secara parsial, keadilan pajak dan kemungkinan
terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi
sedangkan kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi
mengenai penggelapan pajak.

Kata Kunci : Keadilan, Kepatuhan, Terdeteksinya Kecurangan, Penggelapan Pajak.

ABSTRACT

Eveline Shanestia / 222016246 / 2020/ The Effect of Tax Fairness, Tax Compliance and The
Possibility of Fraud Detection to The Individual Taxpayer’s Perceptions About Tax Evasion
(Case Study in the Primary Tax Office Palembang Ilir Barat).

xvii
The formulation in this study is how the effect of tax fairness, tax compliance and the possibility of
fraud detection to the individual taxpayer’s perceptions about tax evasion. The goal is to know the
effect of tax fairness, tax compliance and the possibility of fraud detection to the individual
taxpayer’s perceptions about tax evasion in the primary tax office palembang ilir barat. This
research includes assosiative research. The population in this study were all individual taxpayer
regitered in KPP Prtama Ilir Barat. The sample of this research is 100 respondents. The data
collections method is in the form of a quisionnaire. The hypothesis tests used are multiple linear
regression.The result of this research showed simultaneosly the tax fairness, tax compliance and
the possibility of fraud detection have effect to the individual taxpayer’s perceptions. The result of
this research indicate partially tax fairness and the possibility of fraud detection have positively
effect to the individual taxpayer’s perceptions about tax evasion, while tax compliance have no
effect to the individual taxpayer’s perceptions about tax evasion.

Keywords : Fairness, Compliance, Fraud Detection, Tax Evasion.

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional Indonesia, khususnya dibidang ekonomi terus

diupayakan dalam rangka mencapai kesejateraan hidup masyarakat. Dalam

rangka membiayai pembangunan nasional, pemerintah terus berusaha

meningkatkan sumber penerimaan dari dalam negeri yang berasal dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Terdapat tiga sumber

penerimaan APBN yang dibuat oleh pemerintah yang menjadi pokok andalan,

yaitu penerimaan dari sektor pajak, migas dan bukan pajak. Dari ketiga sumber

penerimaan tersebut, penerimaan dari sektor pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan terbesar negara. Pajak merupakan kontribusi wajib pajak

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat dan negara.

Membayar pajak merupakan suatu aktivitas yang tidak bisa lepas dari

kondisi behavior wajib pajak. Faktor yang bersifat emosional akan selalu

menyertai pemenuhan kewajiban perpajakan. Permasalahan tersebut berakar

pada kondisi membayar pajak adalah suatu pengorbanan yang dilakukan warga

negara dengan menyerahkan sebagian hartanya kepada negara dengan sukarela.

Wajib pajak tidak memperoleh kontraprestasi secara langsung atas apa yang

sudah dibayarkan. Hal ini akan terjadi lebih besar pada wajib pajak orang

1
2

pribadi yang memiliki penghasilan tinggi, yang tentunya harus membayar

pajak besar pula karena tarif pajak dan lapisan penghasilan kena pajak akan

berada pada level yang tinggi. Sehingga untuk mencapai tingkat kepatuhan

pajak yang baik menjadi suatu hal yang memerlukan kesukarelaan yang luar

biasa dari masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan perpajakannya.

Pajak merupakan kewajiban rakyat sebagai warga negara yang baik,

namun dalam pelaksanaannya terdapat banyak hambatan. Salah satu

hambatannya yaitu dimana wajib pajak menganggap bahwa pajak merupakan

ancaman yang dapat mengurangi pendapatan sehingga beban pajak harus

ditekan seminimal mungkin bahkan dengan menghindari pajak tersebut. Dilain

pihak, masyarakat pembayar pajak sebagai pihak yang harus membayar pajak

tanpa mendapatkan pengembalian jasa secara langsung atas pembayaran yang

dilakukan. Hal ini menimbulkan kontra pada persepsi wajib pajak, baik badan

maupun pribadi, yang menyatakan bahwa pajak merupakan hal yang dapat

mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Pandangan inilah yang kemudian

mendorong wajib pajak untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum

perpajakan.

Usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meloloskan diri dari

pajak merupakan usaha yang disebut perencanaan pajak (tax planning). Tax

planning adalah cara yang dilakukan untuk meminimalisasi kewajiban pajak

yang pada akhirnya adalah pengeluaran uang untuk membayar pajak. Tujuan

tax planning yang utama adalah untuk mencari berbagai kemungkinan yang

dapat ditempuh oleh wajib pajak agar dapat membayar pajak dalam jumlah
3

yang paling kecil. Dalam tax planning ada 2 macam cara yang dapat dilakukan

wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yaitu penghindaran pajak

(tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion) (Wirawan dan Diaz,

2014:15).

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan

secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di

bidang perpajakan secara optimal seperti pengecualian dan pemotongan-

pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur

dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku

(Erly, 2014:21). Menghindari pajak merupakan gejala biasa yang dilakukan

dengan upaya masyarakat menahan diri, mengurangi atau menekan konsumsi

barang-barang yang dikenakan pajak. Penghindaran pajak hal yang dapat

dibenarkan karena tidak merugikan negara. Biasanya menghindari pajak

dilakukan dengan tidak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan

pengenaan pajak (Siti, 2017: 202).

Penggelapan pajak (tax evasion) adalah manipulasi ilegal terhadap

sistem perpajakan untuk mengelak dari pembayaran pajak. Tax evasion

merupakan pengabaian terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan

yang disengaja untuk menghindari pembayaran pajak, misalnya pemalsuan

pengembalian pajak (Abdul dkk, 2014: 8). Penggelapan pajak ini terutama

terdapat pada pajak-pajak yang untuk penentuan besarnya, para wajib pajak

harus bekerja sendiri dengan menggunakan pemberitahuan dan dokumen-

dokumen lain. Para wajib pajak dapat mengabaikan sama sekali formalitas-
4

formalitas yang harus dilakukannya, atau memalsukan dokumen, atau

mengisinya kurang lengkap. Pembukuan juga memberi kemungkinan untuk

penggelapan pajak. Pada kenyataan di dalam praktek wajib pajak selalu

berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil mungkin, dan cenderung

melakukan penyelundupan pajak, yang tentunya melanggar perundang-

undangan perpajakan (Siti, 2017:202-203).

Wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak terutang sekecil

mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan undang-undang. Wajib pajak

cenderung untuk menyelundupkan pajak (tax evasion), yakni usaha

penghindaran pajak terutang secara ilegal, sepanjang wajib pajak tersebut yakin

bahwa mereka tidak akan ditangkap, dan bahwa orang lain pun melakukan hal

yang sama (Chairil, 2013: 4-5).

Faktor paling utama yang menjadikan para wajib pajak lebih memilih

tindakan penggelapan pajak (tax evasion) dibandingkan penghindaran pajak

(tax avoidance) adalah untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance)

diperlukan wawasan dan pengetahuan dan kompetensi yang detail tentang

perundang-undangan pajak sehingga dapat menemukan celah yang dapat

ditembus untuk mengurangi beban pajak yang dibayarkan tanpa melanggar

peraturan yang berlaku. Namun, tindakan penghindaran pajak (tax avoidance)

biasanya hanya dilakukan oleh para penawar jasa konsultan pajak, sehingga

dapat disimpulkan para wajib pajak lebih memilih untuk melakukan

penggelapan pajak (tax evasion) karena lebih mudah dilakukan walaupun

melanggar undang-undang perpajakan (Dini, 2017).


5

Tindakan penggelapan pajak ini memberikan dampak negatif atas

ketidakadilan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak.

Dimana keadilan pajak dapat dilihat dari unsur perlakuan pajak sesuai dengan

kondisi material wajib pajak. Keadilan pajak adalah wajib pajak memerlukan

perlakuan yang adil dalam hal pengenaan dan pemungutan pajak. Hal tersebut

dikarenakan menurut mereka pajak hanya akan mengurangi penghasilan

mereka (Dini, 2017). Penggelapan pajak dianggap suatu hal etis dikarenakan

oleh minimnya keadilan dalam penggunaan uang yang bersumber dari pajak,

korupsi, dan tidak mendapat imbalan/pengaruh atas pajak yang telah

dibayarkan, yang berakibat kurangnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat kepada institusi terkait dalam

membayarkan pajaknya (McGee dan Robert, 2006).

Wajib pajak yang dapat memenuhi kepatuhan perpajakan secara

sukarela untuk melakukan kewajiban perpajakan secara akurat dan tepat waktu

dalam membayar dan melaporkan pajaknya bagi yang melaksanakan

perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak yang baik akan dapat dilihat dari

keteraturannya untuk menyetorkan pajak. Kepatuhan wajib pajak di dasarkan

pada adanya kesadaran secara mutlak untuk turut serta dalam pelaksanaan

pembangunan nasioal. Dengan demikian, kepatuhan wajib pajak sangat erat

hubungannya dengan penggelapan pajak. Jika tingkat kepatuhan semakin

tinggi, maka penggelapan pajak semakin rendah (Siti dan Dewi, 2017).

Kepatuhan pajak adalah wajib pajak yang mempunyai kesadaran untuk

memenuhi kewajiban pajaknya. Hubungan dengan kepatuhan pajak yakni


6

diamati dari perilaku seseorang, apakah perilaku tersebut konsisten dari waktu

ke waktu. Jika perilaku seseorang ini baik, maka seseorang ini akan mematuhi

peraturan perpajakan yang ada sehingga kecenderungan untuk melakukan

penggelapan pajak akan tidak beretika untuk dilakukan (Harmi, 2017).

Kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah seberapa besar

kemungkinan terdeteksinya kecurangan jika dilakukan pemeriksaan. Ada

bermacam cara dilakukan pemerintah dalam mendeteksi kecurangan yang

terjadi yaitu dengan melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan

dengan sistem dan disiplin yang baik akan membuat wajib pajak takut ataupun

enggan untuk melakukan penggelapan pajak. Hal ini dikarenakan wajib pajak

merasa lebih dikontrol dengan adanya pemeriksaan. Pemeriksaan yang

dilakukan secara intensif ataupun dalam periode teratur maka penggelapan

pajak akan semakin kecil (Chrisna, 2015).

Kemungkinan terdeteksinya keurangan berhubungan dengan

pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan mencegah terjadinya

penggelapan pajak (tax evasion). Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara

profesional oleh pemeriksa pajak dalam kerangka self assessment system

merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak

merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan

oleh wajib pajak yang harus berpegang teguh pada Undang-Undang

Perpajakan. Hal ini mempunyai pengaruh untuk menghalang-halangi wajib

pajak untuk melakukan tindakan kecurangan dengan melakukan tax evasion,


7

baik wajib pajak yang sedang diperiksa itu sendiri maupun wajib pajak lainnya

(Siti, 2017: 218).

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan mengenai pengaruh

keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak (tax

evasion), peneliti menemukan adanya perbedaan pendapat atau research gap

dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, diantaranya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Chrisna (2015), McGee dan Robert (2006), Dini (2017),

Enggar dan Ronny (2019) dan Orin (2019) yang menemukan bahwa keadilan

pajak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak

(tax evasion), namun berbeda dengan temuan dari penelitian Mila dkk (2015),

Mirah dan Gusti (2016), Putu dkk (2016), Siti dan Dewi (2017) dan Marlina

(2018) menemukan bahwa keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi

wajib pajak mengenai penggelapan pajak (tax evasion).

Penelitian oleh Feby dan Yenny (2014), Kadek dkk (2017) dan Harmi

(2017) menemukan bahwa kepatuhan berpengaruh terhadap persepsi wajib

pajak mengenai penggelapan pajak (tax evasion), berbeda dengan penelitian

dari Putu dkk (2016), Siti dan Dewi (2017) Marlina (2018) menemukan bahwa

kepatuhan tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai

penggelapan pajak (tax evasion).

Penelitian dari Riski (2015), Auliya (2015) dan Lya (2017) menemukan

bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh terhadap persepsi

wajib pajak mengenai penggelapan pajak (tax evasion), namun berbeda dengan
8

penemuan dari Kadek dkk (2017), Endang (2018) Siti dan Dewi (2017),

Marlina (2018) dan Orin (2019) menemukan bahwa kemungkinan

terdeteksinya kecurangan tidak berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax

evasion).

Fakta dilapangan menunjukkan sampai saat ini pendapatan pemerintah

dari sektor pajak belumlah maksimal. Berikut peneliti tampilkan target dan

realisasi penerimaan pajak dalam lima tahun terakhir :

Tabel I.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak
Tahun Target Realisasi Persentase
Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak
2014 707. 805.553.926 760.566.803.069 107, 5%
2015 1.087.012.594.020 959.707.546.314 88, 3%
2016 1.353.692.811.993 1.154.568.018.476 85, 3 %
2017 1.407.583.325.000 1.267.059.009.991 90,02%
2018 1.524.675.629.000 1.480.690.166.231 97,1%
Sumber : KPP Pratama Ilir Barat, 2020

Berdasarkan uraian tabel I.1 dapat dilihat bahwa penerimaan dari sektor

pajak belumlah maksimal, hanya pada tahun 2014 target penerimaan pajak

dapat tercapai, namun seiring berkembangnya waktu penerimaan pajak

fluktuatif dari tahun 2015 sampai tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat indikasi perilaku ketidakpatuhan wajib pajak untuk memenuhi

kewajibannya dalam membayar pajak. Perilaku tersebut dapat berupa

penggelapan pajak (tax evasion).

Salah satu instansi terkait yang berperan penting dalam menghimpun

pajak pusat masyarakat adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kantor

Pelayanan Pajak berperan penting dalam memberikan pelayanan kepada wajib

pajak yang membutuhkan bantuan jika terjadi suatu masalah dalam proses
9

menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terhutangnya. Direktorat

Jenderal Pajak telah menetapkan dan menginstruksikan kepada KPP untuk

mengupayakan pelaksanaan semua ketentuan dan aturan, antara lain dengan

penyediaan beberapa fasilitas-fasilitas untuk mempermudah wajib pajak dalam

urusan perpajakannya khususnya dalam penyampaian Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan surat yang digunakan

oleh wajib pajak untuk melakukan perhitungan dan pembayaran pajak yang

terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berikut ini merupakan data pelaporan SPT Tahunan wajib pajak yang

dilaporkan di KPP Pratama Ilir Barat.

Tabel I.2
Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak di KPP Pratama Ilir Barat
Tahun WP Terdaftar Realisasi SPT Rasio
Wajib SPT Kepatuhan
2015 73.267 51.610 70,45%
2016 75.159 51.073 67, 95%
2017 59.540 47.648 80,03%
2018 66.360 50.553 76,18%
2019 65.455 49.404 75,48%
Sumber : KPP Pratama Ilir Barat, 2020

Berdasarkan Tabel I.2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada

jumlah penerimaan SPT pada tahun 2018 dan 2019. Wajib pajak dalam

upaya peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak erat kaitannya dengan

masalah kepatuhan.

Berbagai kasus kecurangan terjadi di Indonesia seperti kasus

penggelapan pajak yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)

pemerintah Kota Palembang yaitu Nana Mardiana, yang pada saat kasus ini

bergulir bertugas sebagai Bendahara Kesbangpol Linmas Kota Palembang


10

periode 2008-2010, serta Sana Masni, PNS di Setda Kota Palembang. Putusan

Pengadilan Negeri Palembang untuk terdakwa Nana Mardiana yaitu pidana

penjara selama 2 tahun 3 bulan serta denda sebesar Rp.376.548.854 subsider 6

bulan penjara sedangkan terdakwa Sana Masni, yaitu pidana penjara selama 1

tahun 5 bulan penjara serta denda sebesar Rp.376.548.854 subsider 5 bulan

penjara. Kasus ini berawal dari adanya kecurigaan saat dilakukan pengawasan

pembayaran melalui Surat Setoran Pajak (SSP) oleh KPP Pratama Ilir Barat.

Setelah dilakukan pemeriksaan tersangka diduga tidak menyetorkan pajak yang

telah dipungutnya dan membuat SSP yang tidak sah. Adapun kerugian negara

yang ditimbulkan oleh tersangka Nana Mardiana dan Sana Masni adalah

sebesar Rp.576.971.553 (pajak.go.id : 2015).

Kasus penggelapan yang terjadi selanjutnya yaitu Ir. Halim Thamsurie

yang merupakan pengurus PT.Felicia Tunas Persada (FTP), terdakwa kasus

penggelapan pajak senilai Rp2,3 milyar. Majelis hakim PN Klas 1A Palembang

menjatuhkan vonis penjara selama 3,5 tahun dan denda sebesar dua kali pajak

terhutang atau senilai Rp4,6 milyar kepada terdakwa. Terdakwa didakwa

melanggar pasal 39 ayat (1) huruf I undang-undang nomor 6 tahun 1983.

Sebagaimana telah diubah ketiga kali dengan undang-undang nomor 28 tahun

2007. Dan terakhir dengan undang-undang nomor 16 tahun 2009 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 64 ayat (1). Undang-undang

hukum pidana karena terdakwa tidak menyetorkan dana pajak dari tahun 2010

hingga tahun 2012. Yang mengakibatkan negara mengalamai kerugian sebesar

Rp 2.349.821.914. Sebagaimana terungkap dalam dakwaan JPU, Adi Purnama,


11

SH ikhwal awal terjadinya kasus penggelapan pajak ini saat di tahun 2010,

2011 dan 2012. Terdakwa menggunakan PT.FTP mengikat kontrak dengan tiga

perusahaan yakni PTPN VII, PT Trakindo Utama dan PT MHP. Untuk

melakukan pungutan langsung PPh 10 persen yang besarannya senilai lebih

kurang Rp2,3 Milyar. Namun, begitu pemotongan pajak tersebut telah

dibayarkan ketiga perusahaan. Tapi oleh terdakwa sama sekali tak disetorkan

ke kas negara dalam hal ini ke kantor pajak (detiksumsel.co: 2019).

Tabel I.3
Survei Pendahuluan
Wajib Pajak Hasil Survei Pendahuluan
Doni Asmuka Doni mempersepsikan bahwa penggelapan pajak terjadi
karena adanya ketidakpatuhan dari wajib pajak. Karena
kepatuhan muncul dari kesadaran wajib pajak untuk
melaporkan penghasilan yang sebenarnya. Mereka yang
melakukan penggelapan pajak dengan cara sengaja
melanggar undang-undang perpajakan dengan tujuan
untuk memperkecil pembayaran pajak yang telah menjadi
kewajibannya
Selvi Yunita Selvi mempersepsikan bahwa penggelapan pajak terjadi
karena adanya ketidakpatuhan dari wajib pajak. Perilaku
tersebut dipengaruhi oleh niat wajib pajak itu sendiri,
Penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak
sangat merugikan negara dan kepentingan masyarakat.
Abdul Halim Abdul mempersepsikan bahwa penggelapan pajak terjadi
Mahmud karena kemungkinan terdeteksinya kecurangan
(pemeriksaan pajak). Karena sepengetahuan WPOP belum
pernah ada wajib pajak yang diperiksa secara langsung
laporan keuangannya, karena fiskus tahu penghasilan
pajaknya dari penghasilan yang mereka laporkan sendiri
yang mana sifatnya masih satu arah berarti belum ada
kontrol dari fiskus. Jadi, mereka melakukan penggelapan
pajak karena tidak ingin membayar pajak yang besar.
Sumber : Penulis,2020

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian ini karena maraknya tindak penggelapan pajak yang terungkap yang

dilakukan oleh wajib pajak dan adanya research gap dari penelitian satu

dengan yang lainnya serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-
12

variabel terkait terhadap persepsi dari wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak. Untuk itu peneliti melakukan peneliti dengan judul

“Pengaruh Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi Mengeni Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan yaitu bagaimanakah pengaruh keadilan pajak, kepatuhan

wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak terhadap

persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak (Tax

Evasion).

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui tentang pengaruh keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan

kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak terhadap persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

D. Manfaat Penelitian

Selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan nantinya dapat

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat baik bagi penelitian sendiri, bagi

masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti

tersebut. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:


13

1. Bagi Penulis

Dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh

keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak, dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan pajak terhadap persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai

Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

2. Bagi KPP Pratama Palembang Ilir Barat

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan dorongan bahwa

betapa pentingnya pengaruh keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak, dan

kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak terhadap persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

3. Bagi Almamater

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi peneliti selanjutnya

untuk mampu menambah dan mengembangkan wawasan, informasi, serta

pemikiran dan illmu pengetahuan khusus yang berkaitan dengan pengaruh

keadilan, kepatuhan pajak, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan

terhadap persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak

(Tax Evasion).
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Umum (Grand Theory)

a. Teori Atribusi

Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang

menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori

ini dikembangkan oleh Fritz Helder yang mengatakan bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal

forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti

kemampuan atau usaha dan kekuatan eksternal (external forces), yaitu

faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaaan atau

keberuntungan. Berdasarkan hal tersebut, seseorang akan termotivasi untuk

memahami lingkungannya dan sebab-sebab kejadian tertentu (Arfan, 2019:

129).

b. Teori Persepsi

Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau

mengintepretasikan peristiwa, obyek dan manusia. Orang-orang bertindak

atas dasar persepsinya dengan mengabaikan apakah persepsi itu

mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Pada kenyataannya, masing-

masing orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian

kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan

14
15

uraian yang lain. Definisi persepsi yang formal adalah proses yang mana

seseorang memilih, berusaha, dan menginterpretasikan rangsangan kedalam

suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti. Persepsi juga diartikan sebagai

tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang

mengetahui beberapa hal melalui pancaindra (Arfan, 2019: 127).

Dalam lingkup yang lebih luas, persepsi merupakan suatu proses

yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan

menginterpretasikan stimulus yang ditunjukkan oleh pancaindra. Dengan

kata lain, persepsi merupakan kombinasi antara faktor utama dunia luar

(stimulus visual) dan diri manusia itu sendiri (pengetahuan sebelumnya)

(Arfan, 2019: 127).

2. Keadilan pajak

a. Pengertian keadilan pajak

Prinsip keadilan merupakan prinsip pemungutan pajak yang

mengketengahkan keadilan berdasarkan keadaan atau kondisi wajib pajak,

dimana adil bukan berarti sama besaran jumlah membayar pajak untuk

semua wajib pajak, tetapi sesuai dengan kemampuan wajib pajak sehingga

berkeadilan pula pada distribusi penerimaan negara yang akan diberikan

kembali pada rakyatnya (Siti, 2017: 72). Keadilan pajak adalah pajak

dikenakan kepada orang pribadi yang seharusnya sebanding dengan

kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat

yang diterima. (Waluyo dan Wirawan, 2010:14).


16

b. Asas Keadilan

Rasa keadilan pemungutan pajak menurut Richard A. Musgrave dan

Peggy B. Musgrave dalam buku Public Finance In Theory and Practice

bahwa terdapat 2 (dua) macam asas keadilan:

1) Benefit Principle

Dalam sistem perpajakan yang adil, dimana setiap wajib pajak harus

sejalan (sesuai) dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah.

Pendekatan ini disebut revenue and expenditure approach

2) Ability Principle

Dalam pendekatan ini menyarankan agar besar pajak terutang

dibebankan kepada wajib pajak berdasarkan kemampuan membayarnya.

Dasar kemampuan membayar tersebut menggunakan prinsip rasa

keadilan, antara lain:

a) Prinsip rasa keadilan horizontal (horizontal equity)

Setiap wajib pajak berdasarkan kemampuan membayar pajak yang

sama harus menyumbangkan jumlah yang sama (dasar pengenaan

pajak yang sama). Prinsip rasa keadilan horizontal menerapkan prinsip

keadilan berdasarkan undang-undang.

b) Prinsip rasa keadilan vertikal (vertical equity)

Setiap wajib pajak dengan kemampuan membayar pajak berbeda

harus menyumbangkan jumlah yang berbeda (dasar pengenaan pajak

yang berbeda) dengan perbedaan kemampuan bayar tersebut

(Irwansyah, 2013: 19-20).


17

Menurut Adam Smith The Four Maxim’s mengemukakan asas-

asas keadilan yang diperhatikan dalam pemungutan pajak adalah sebagai

berikut:

1) Asas Equiality

Dalam suatu negara tidak diperbolehkan mengadakan diskriminasi

diantara wajib pajak. Pengenaan pajak terhadap subjek hendaknya

dilakukan seimbang dan sesuai dengan kemampuan.

2) Asas Certainty

Pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak harus pasti untuk

menjamin adanya kepastian hukum, baik mengenai subjek, objek, saat

terutang pajak, besarnya pajak, dan saat pembayarannya. Kepastian

hukum tersebut juga meliputi mengenai penyelesaian restitusi, keberatan,

mengangsur atau menunda pembayaran, dan sanksi administrasi maupun

sanksi pidana yang dikenakan apabila terjadi pelanggaran di bidang

perpajakan.

Dengan adanya kepastian hukum, maka masyarakat wajib pajak

mendapat kepastian bahwa hak maupun kewajibannya dijamin hukum di

dalam peraturan perundang-undangan, hal ini dimaksud untuk mencegah

kemungkinan wajib pajak dan aparatur pajak melakukan penyelewengan

atau penggelapan pajak.

Terutama dalam penyusunan undang-undang pajak perlu

diusahakan, agar ketentuan yang dirumuskan jangan sampai dapat

menimbulkan interprestasi yang berbeda, antara fiskus dan wajib pajak.


18

3) Asas Convenience

Pajak hendaknya dipungut pada saat paling tepat/baik bagi para

wajib pajak. Sesuai dengan pendekatan ability to pay approach

menyarankan agar pajak itu dibebankan kepada wajib pajak berdasarkan

kemampuan untuk membayar masing-masing dan juga saat wajib pajak

harus membayar pajak hendaknya ditentukan pada saat wajib pajak

menerima gaji atau menerima penghasilan lain, sesuai dengan

pendekatan pay at you earn.

4) Asas Efficiency

Biaya pemungutan pajak hendaknya seminimal mungkin, artinya

biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari pemasukan pajaknya.

Sebab hasil dan pajak ini harus dapat menyumbangkan banyak dalam

menutup pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh negara, termasuk

juga biaya-biaya untuk aparatur fiskus sendiri (Irwansyah, 2013: 20-21).

c. Cara mewujudkan keadilan pajak

Masalah yang sangat mendasar yang selalu dijumpai dalam

pemungutan pajak adalaha bagaimanakah cara mewujudkan keadilan pajak,

hal ini tidak mudah dijawab karena keadilan memiliki perspektif yang

sangat luas, dimana keadilan antara masing-masing individu berbeda-beda.

Walaupun demikian, Negara dalam menerapkan pajak sebagai sumber

penerimaan harus berusaha untuk mencapai kondisi dimana masyakarat

secara makro dapat merasakan keadilan dalam penerapan undang-undang


19

pajak. Setidaknya ada tiga aspek keadilan yang perlu diperhatikan dalam

penerapan pajak, sebagai berikut (Marihot, 2010: 114-116) :

1) Keadilan dalam penyusunan Undang-Undang Perpajakan

Keadilan dalam penyusunan Undang-Undang merupakan salah satu

penentu dalam mewujdkan keadilan perpajakan, karena dengan melihat

proses dan hasil akhir pembuatan undang-undang pajak yang kemudian

diberlakukan masyarakat akan dapat melihat apakah pemerintah juga

mengakomodasi kepetingan WP dalam penetapan peraturan perpajakan,

seperti ketentuan tentang siapa yang menjadi objek pajak, apa yang

menjadi objek pajak, bagaimana cara pembayaran pajak, tindakan yang

dapat diberlakukan oleh fiskus kepada WP, sanksi yang mungkin

dikenakan kepada WP yang tidak melaksanakan kewajibannya secara

tidak benar, hak WP, perlindungan WP dari tindakan fiskus yang

dianggapnya tidak sesuai dengan ketentuan, keringanan pajak yang dapat

diberikan kepada WP.

2) Keadilan dalam Penerapan Ketentuan Perpajakan

Keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan merupakan hal yang

harus diperhatikan benar oleh negara/pemerintah sebagai pihak yang

diberi kewenangan oleh hukum pajak untuk menarik/memungut pajak

dari masyarakat. Dalam mencapai keadilan ini, negara/pemerintah

melalui fiskus harus memahami dan menerapkan asas-asas pemungutan

pajak dengan baik.


20

3) Keadilan dalam Pengunaan Uang Pajak

Keadilan dalam penggunaan uang pajak merupakan aspek ketiga yang

menjadi tolok ukur penerapan keadilan pajak, berkaitan dengan harapan

sampai dimana manfaat dari pemungutan pajak tersebut dipergunakan

untuk kepentingan masyarakat banyak. Keadilan yang bersumber pada

penggunaan uang pajak sangat penting karena membayar pajak tidak

menerima kontra prestasi secara langsung yang “dapat” ditunjuk atau

yang seimbang pada saat membayar pajak. Sehingga manfaat pajak untuk

pelayanan umum dan kesejateraan umum harus benar-benar

mendapatkan perhatian dan dapat dirasakan secara langsung oleh

masyakarat yang menjadi pembayar pajak. Pendekatan manfaat adalah

fundamental dalam menilai keadilan di dalam penggunaan uang pajak

oleh pemerintah.

3. Kepatuhan wajib pajak

a. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak

dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib

pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan

yang sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh wajib pajak (dilakukan

sendiri atau dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional /

tax agent) bukan fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan

diperlukan dalam self assessment system, dengan tujuan pada penerimaan


21

pajak yang optimal. Sehingga kepatuhan pajak menjadi motor penggerak

utama efektivitas pelaksanaan sistem self assessment system (Siti, 2017:

193).

Maka pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib

pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang

berlaku dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin

dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang bepredikat pembayar pajak

dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah

nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. Karena pembayar

pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi kriteria sebagai wajib pajak

patuh, meskipun memberikan kontribusi besar pada negara, jika masih

memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak

dapat diberi predikat wajib pajak patuh (Siti, 2017: 194).

b. Jenis Kepatuhan

Kepatuhan perpajakan dibagi menjadi (Siti, 2017 : 193-194) :

1) Kepatuhan perpajakan formal.

Kepatuhan perpajakan formal merupakan ketaatan Wajib Pajak dalam

memenuhi ketentuan formal perpajakan. Ketentuan formal ini terdiri dari:

a) Tepat waktu dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP

maupun untuk ditetapkan memperoleh NPPKP.

b) Tepat waktu dalam menyetorkan pajak yang terutang.


22

c) Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar dan

perhitungan perpajakannya.

2) Kepatuhan perpajakan material

Kepatuhan perpajakan material merupakan ketaatan Wajib Pajak dalam

memenuhi ketentuan material perpajakan. Ketentuan material terdiri dari:

a) Tepat dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan peraturan

perpajakan.

b) Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan peraturan

perpajakan.

c) Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib Pajak

sebagai pihak ketiga).

3) Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Kriteria Wajib Pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan

No.544/KMK.04/2000, adalah:

a) Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak

dalam 2 tahun terakhir.

b) Tidak mempunyai tunggakan pajak unruk semua jenis pajak kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajak.

c) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

d) Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal

terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada


23

pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang

terutang paling banyak 5%.

e) Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit

oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualia, atau

pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba

rugi fiskal.

4. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan (Pemeriksaan)

a. Pengertian Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (Pemeriksaan)

Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berhubungan bagaimana

pemeriksaan pajak berlangsung. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan

menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang

dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (Nur, 2013: 1).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan antara lain

sebagai berikut (Erly, 2016: 209):

1) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda

pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan

serta memperlihatkan kepada wajib pajak yang diperiksa.

2) Wajib pajak yang diperiksa wajib:

a) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau tabungan,

dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang


24

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,

pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.

b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan,

c) Memberikan keternagan lain yang diperlukan.

3) Buku, catatan, dan dokumen,serta data, informasi, dan keterangan lain

wajib dipenuhi oleh wajib pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak

permintaan disampaikan.

4) Jika wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan diatas (nomor 1) sehingga

tidak dapat dihitung besarnya Penghasilan Kena Pajak, Pengasilan Kena

Pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

5) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen

serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban

untuk merahasiakannya ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan

pemeriksaan.

6) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau

ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak apabila

wajib pajak tidak memenuhi kewajiban.

b. Tujuan pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan adalah sebagai berikut (Erly, 2016: 208):


25

1) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak dan untuk tujuan

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Pemeriksaan dapat dilakukan, jika:

a) Surat Pemberithuan menunjukkan kelebiha pembayaran pajak,

termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan

pajak.

b) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi.

c) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tida pada

waktu yang telah ditetapkan.

d) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan

oleh Direktur Jenderal Pajak.

e) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat

Pemberitahuan tidak dipenuhi.

2) Tujuan lain dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam

rangka:

a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

b) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

c) Pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

d) Wajib pajak mengajukan keberatan.


26

e) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Perhitungan

Penghasilan Neto.

f) Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

c. Kriteria Pemeriksaan

Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya

pemeriksaan, yaitu (Siti, 2017: 365):

1) Pemeriksaan rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan

dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan

wajib pajak, tanpa memerlukan analisis risiko ketidakpatuhan wajib

pajak.

2) Pemeriksaan khusus, meliputi:

a) Pemeriksaan khusus berdasarkan keterangan lain berupa data konkret,

merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang

berdasarkan keterangan lain berupa data konkret menunjukkan adanya

indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

b) Pemeriksaan khusus berdasarkan analisis risiko (risk based audit),

merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang

berdasarkan hasil analisis risiko menunjukkan adanya indikasi

ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

5. Penggelapan Pajak (tax evasion)

a. Pengertian Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Penggelapan pajak adalah manipuasi ilegal terhadap sistem

perpajakan untuk mengelak dari pembayaran pajak. Dilakukan dengan cara


27

pengabaian terhadap peraturan perundang-perundangan perpajakan yang

disengaja untuk menghindari pembayaran pajak, misalnya pemalsuan

pengembalian pajak. (Abdul dkk, 2014: 8)

Penggelapan pajak adalah pengurangan pajak yang dilakukan dengan

melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau

menyembunyikan data. Jadi, penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi

pidana (Erly, 2017: 21).

Penggelapan pajak merupakan usaha aktif yang dilakukan oleh

wajib pajak untuk mengurangi atau menghilangkan beban pajak yang

terutang secara ilegal karena melanggar peraturan perundang-undangan

perpajakan (Siti, 2017: 202). Penggelapan pajak merupakan pelanggaran

terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari

pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan

sebagian dari penghasilannya (Thomas, 2017: 9).

b. Klasifikasi Penggelapan Pajak

Pengklasifikasian penggelapan pajak sesuai Pasal 38 dan Pasal 39

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, sehingga pengertian

penyelundupan pajak tersebut, selain kecurangan dan penggelapan dalam

segala bentuknya seperti melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan

dan atau tindakan intimidasi lainnya, pembayaran cek kosong, juga

termasuk:

1) Tidak dapat memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan.


28

2) Tidak dapat memenuhi kewajiban pengisian Surat Pemberitahuan dengan

benar dan lengkap.

3) Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan dan

pencatatan, termasuk tidak dapat memperlihatkan atau meminjamkan

pembukuan, pencatatan dan dokumen lainnya.

4) Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak-pajak yang telah

dipotong atau yang telah dipungut.

5) Tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

c. Akibat Penggelapan Pajak

Akibat-akibat penggelapan pajak:

1) Dalam bidang keuangan

Pengelakan pajak merupakan pos kerugian bagi kas negara karena

sumber dana menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan

konsekuensi – konsekuensi lain yang berhubungan dengan itu, seperti

kenaikan tarif pajak dan lain-lain.

2) Dalam bidang ekonomi

a) Pengelakan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat di antara

para pengusaha. Maksudnya, pengusaha yang melakukan pengelakan

pajak dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga,

perusahaan yang mengelakan pajak memperoleh keuntungan yang

lebih besar dibandingkan pengusaha yang jujur. Walaupun dengan

usaha dan produktivitas yang sama, si pengelak pajak mendapat


29

keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang

jujur.

b) Pengelakan pajak menyebabkan stagnasi pertumbuhan ekonomi atau

perputaran roda ekonomi. Jika mereka terbiasa melakukan pengelakan

pajak, mereka tidak akan meningkatkan produktivitas mereka. Untuk

memperoleh laba yang lebih besar, mereka akan melakukan

pengelakan pajak.

c) Langkahnya modal karena wajib pajak berusaha menyebunyikan

penghasilannya agar tidak diketahui fiskus. Sehingga mereka tidak

berani menawarkan uang hasil penggelapan pajak tersebut ke pasar

modal.

3) Dalam bidang psikologi

Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja

membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Jika perbuatannya

melanggar undang-undang tidak diketahui oleh fiskus, maka dia tidak

kena sanksi dan menimbulkan keinginan untuk mengulangi perbuatannya

lagi pada masa yang akan datang dan diperluas lagi tidak hanya

pelanggaran undang-undang pajak, tetapi juga undang-undang lainnya.

6. Keterkaitan Antara Keadilan, Kepatuhan Pajak, Kemungkinan

Terdeksinya Kecurangan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

a. Pengaruh keadilan terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak (tax evasion)


30

Keadilan pajak merupakan hal dasar wajib pajak yang seharusnya

diberikan kepada wajib pajak. Pembayar pajak cenderung untuk

menghindari membayar pajak jika mereka menganggap sistem pajak tidak

adil. Semakin rendahnya keadilan yang berlaku menurut persepsi seorang

wajib pajak maka tingkat kepatuhannya akan semakin menurun hal ini

berarti bahwa kecenderungannya untuk melakukan penggelapan pajak

akan semakin tingi (Lya, 2017).

Keadilan dalam perpajakan akan mempengaruhi wajib pajak untuk

melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Pajak dipandang adil oleh

wajib pajak jika pajak yang dibebankan sebanding dengan kemampuan

membayar dan manfaat yang akan diterima, sehingga wajib pajak

merasakan manfaat dari beban pajak yang telah dikeluarkan. Semakin

tidak adil sistem pajak yang berlaku maka tingkat kepatuhan akan semakin

menurun hal ini berarti bahwa kecenderungan untuk melakukan

penghindaran pajak menjadi etis atau wajar dilakukan meskipun tidak

dibenarkan karena melanggar ketentuan yang berlaku (Mila dkk, 2016).

Keadilan pajak mempunyai hubungan yang sangat erat yang

berkaitan dengan penggelapan pajak . Salah satunya yang dipengaruhi

dalam perpajakan adalah asas keadilan. Wajib pajak sangat membutuhkan

perlakuan yang adil dalam pengenaan dan pemungutan pajak tersebut.

Tentunya pandangan masyarakat itu sendiri memerlukan suatu kepastian

bahwa mereka akan mendapat perlakuan yang adil dalam pengenaan pajak

dan pemungutan pajak oleh negara dalam hal ini yang melakukan adalah
31

aparatur pajak. Pentingya keadilan bagi wajib pajak dapat mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak terutangnya. Semakin

tinginya keadilan maka akan semakin rendah wajib pajak melakukan

penggelapan pajak (Siti dan Dewi, 2017).

b. Pengaruh kepatuhan pajak terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi

mengenai penggelapan pajak (tax evasion)

Kepatuhan wajib pajak yang baik akan dapat dilihat dari

keteraturannya untuk menyetorkan pajak. Kepatuhan wajib pajak tidak

terlepas bagaimana wajib pajak mampu memperoleh ataupun menikmati

berbagai fasilitas milik Negara yang merupakan hasil dari pengelolaan

dana perpajakan. Kepatuhan pajak yang tinggi akan mampu meningkatkan

penerimaan negara di bidang perpajakan. Apabila penerimaan pajak terus

meningkat, maka wajib pajak dapat terus menikmati fasilitas yang

disediakan oleh negara (Harmi, 2017).

Wajib pajak yang mempunyai kesadaran untuk memenuhi

kewajiban pajaknya berpengaruh terhadap terjadinya penggelapan pajak

untuk dilakukan oleh wajib pajak. Semakin patuh wajib pajak dalam

membayar pajak maka penggelapan pajak akan semakin kecil terjadi

(Marlina, 2018).

Wajib pajak yang dapat memenuhi kepatuhan perpajakan secara

sukarela untuk melakukan kewajiban perpajakan secara akurat dan tepat

waktu dalam membayar dan melaporkan pajaknya bagi yang

melaksanakan perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak yang baik akan


32

dapat dilihat dari keteraturannya untuk menyetorkan pajak. Kepatuhan

wajib pajak di dasarkan pada adanya kesadaran secara mutlak untuk turut

serta dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian,

kepatuhan wajib pajak sangat erat hubungannya dengan penggelapan

pajak. Jika tingkat kepatuhan semakin tinggi, maka penggelapan pajak

seakin rendah (Siti dan Dewi, 2017).

c. Pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi wajib

pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak (tax evasion)

Pemeriksaan pajak akan mengarah pada kemungkinan

terdeteksinya kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak. Pemeriksaan

ini dilakukan karena pemberlakuan self assessment system yang malah

memberikan peluang besar terhadap wajib pajak yang ingin melakukan

kecurangan pajak yaitu dengan sengaja tidak menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) secara jujur dan benar. Pemeriksaan mempunyai

pengaruh untuk menghalang-halangi wajib pajak untuk melakukan

tindakan tax evasion ( Auliya, 2015).

Persentase kemungkinan suatu pemeriksaan pajak dilakukan sesuai

dengan aturan perpajakan untuk mendeteksi kecurangan yang dilakukan

wajib pajak. Ketika seseorang menganggap bahwa persentase

kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang

dilakukan tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh terhadap aturan

perpajakan dalam hal ini berarti tidak melakukan penghindaran pajak (tax

evasion), karea ia takut jika ketika diperiksa dan ternyata dia melakukan
33

kecurangan maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar denda

akan jauh lebih besar daripada pajak yang sebenarnya harus ia bayar

( Riski, 2015).

Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berhubungan dengan

bagaimana pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus pajak.

Pemeriksaan pajak dilakukan untuk menghimpun dan mengolah data,

keterangan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan proporsional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji apakah wajib pajak

patuh terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Apabila wajib pajak

memiliki persepsi untuk melakukan tindakan penggelapan pajak, maka

kemungkinan terdeteksinya kecurangan akan mempengaruhi persepsi

wajib pajak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (Dini, 2017).

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang pengaruh keadilan pajak, kepatuhan pajak, dan

kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai penggelapan pajak telah banyak dilakukan oleh peneliti

antara lain :

Penelitian yang dilakukan oleh Chrisna (2015) dengan judul pengaruh

keadian pajak, kualitas pelayanan pajak, kemungkinan terdeteksinya

kecurangan, sanksi perpajakan, dan tarif pajak teradap persepsi wajib pajak

mengenai penggelapan pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak

pengusaha mikro, kecil, dan menengah di Pekanbaru dan terdaftar di KPP


34

Pratama Senapelan Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel menggunakan

metode convenience sampling dan penentuan ukuran sampel dalam penelitian

ini dihitung dengan rumus slovin yang diperoleh 100 responden. Data

penelitian ini menggunakan data primer langsung melalui kuesioner dan

dianalisis menggunakan SPSS 17. Data dianalisis untuk menguji hipotesis

menggunakan pendekatan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kewajaran pajak, kualitas pelayanan pajak, probabilitas

deteksi kecurangan, dan sanksi pajak berpengaruh terhadap persepsi wajib

pajak tentang penggelapan pajak. Sementara tarif pajak tidak berpengaruh

terhadap persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Prielly dkk (2017) dengan judul

pengaruh diskriminasi dan pemeriksaan pajak terhadap persepsi wajib pajak

orang pribadi mengenai penggelapan pajak di Kota Bitung. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diskriminasi pajak dan

pemeriksaan pajak terhadap penggelapan pajak. Data dikumpulkan dengan

kuesioner. Kuisioner diisi oleh 100 wajib pajak di KPP Pratama Bitung. Teknik

pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan convenience

sampling atau metode accidental sampling. Penelitian ini menggunakan metode

regresi linier berganda dan perangkat lunak SPSS versi 21.0 digunakan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa diskriminasi pajak tidak berpengaruh terhadap

penggelapan pajak dan pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penggelapan

pajak.
35

Penelitian yang dilakukan oleh Mila dkk (2016) dengan judul pengaruh

keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai perilaku tax

evasion. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

diskriminasi pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penggelapan pajak. Data

dikumpulkan dengan kuesioner. Kuisioner diisi oleh 100 wajib pajak di KPP

Pratama Bitung. Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling

dengan convenience sampling atau metode accidental sampling. Penelitian ini

menggunakan metode regresi linier berganda dan perangkat lunak SPSS versi

21.0 digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskriminasi pajak tidak

berpengaruh terhadap penggelapan pajak dan pengaruh pemeriksaan pajak

terhadap penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Lya (2017) dengan judul faktor-faktor

yang mempengaruhi penggelapan pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua orang pribadi yang menjadi wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di

Kantor Pajak Pratama Tampan. jenis sampel yang digunakan oleh peneliti

adalah convinience sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah wajib pajak

orang pribadi yang menikmati pelayanan di Kantor Pajak Pratama Tampan

Pekanbaru. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden.

Hipotesis ini kemudian diuji menggunakan analisis regresi linier berganda

dengan SPSS versi 20. Hasil ini menunjukkan bahwa kewajaran pajak, tarif

pajak, sistem pajak, perpajakan dan teknologi informasi serta kemungkinan

penipuan terdeteksi berpengaruh pada penggelapan pajak. Sementara


36

keakuratan pemerintah tidak mempengaruhi alokasi penggelapan pajak.

Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah

74,1%. Sedangkan 25,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk

dalam model regresi ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Riski (2015) dengan judul pengaruh

keadilan, sistem perpajakan, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan

terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion).

Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di

KPP Pratama Senapelan Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel menggunakan

metode convenience sampling dan penentuan ukuran sampel dalam penelitian

ini dihitung dengan rumus slovin yang diperoleh oleh 100 responden. Data

penelitian ini menggunakan data primer langsung melalui kuesioner dan

dianalisis menggunakan SPSS 20. Data dianalisis untuk menguji hipotesis

menggunakan pendekatan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pertama, keadilan mempengaruhi persepsi wajib pajak

tentang etika penggelapan pajak. Kedua, sistem perpajakan mempengaruhi

persepsi wajib pajak tentang etika penggelapan pajak. Ketiga, kemungkinan

deteksi kecurangan mempengaruhi persepsi wajib pajak tentang etika

penggelapan pajak

Penelitian yang dilakukan oleh Harmi (2017) dengan judul pengaruh

sistem perpajakan, diskriminasi, kepatuhan dan pengetahuan perpajakan

terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Populasi

adalah pembayar pajak di Pekanbaru dan sampel dalam penelitian ini


37

menggunakan rumus slovin, sehingga diperoleh 100 responden sebagai sampel.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling,

data dikumpulkan dengan distribusi kuesioner. Metode analisis yang digunakan

adalah regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa

sistem pajak berdampak pada persepsi wajib pajak tentang etika penghindaran

pajak, kepatuhan memiliki dampak pada persepsi wajib pajak tentang etika

penghindaran pajak, dampak pengetahuan pajak pada persepsi wajib pajak

tentang etika penggelapan pajak dan diskriminasi tidak berdampak pada

persepsi wajib pajak tentang etika penggelapan pajak. Variabel yang paling

dominan mempengaruhi persepsi wajib pajak tentang etika penghindaran pajak

adalah sistem perpajakan karena memiliki nilai beta 0,397 koefisien standar.

Penelitian yang dilakukan oleh Dini (2017) dengan judul pengaruh

keadilan, self assessment system, diskriminasi, dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan terhadap persepsi wajib pajak dalam tindakan penggelapan pajak.

Objek penelitian wajib pajak ini terdaftar di KPP Pratama Pekanbaru. Ada

seratus kuesioner yang dikirim, tetapi hanya empat puluh empat kuesioner

yang dikembalikan. Data tersebut dianalisis dengan metode regresi berganda

dan program SPSS versi 19. Variabel yang diteliti adalah pengaruh kewajaran,

sistem penilaian diri, diskriminan dan probabilitas cheat detact terhadap

persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa keadilan berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak

tentang penghindaran dengan signifikansi 0,000, sistem self assessment

berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak tentang penghindaran pajak dengan


38

signifikansi 0,000, diskriminan tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib

pajak tentang penggelapan pajak dengan 0,427 signifikansi dan probabilitas

cheat detact berpengaruh pada persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak

dengan signifikansi 0,006.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Dewi (2017) dengan judul

faktor-faktor yang mempengaruhi penggelapan pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Temanggung. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

keadilan pajak, sistem perpajakan, norma subyektif, kepatuhan pajak,

diskriminasi, kualitas layanan pajak, dan probabilitas deteksi kecurangan

sementara variabel dependennya penggelapan pajak. Populasi dalam penelitian

ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama

Temanggung. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode

convinience sampling, data dikumpulkan dengan distribusi kuesioner. Metode

analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Berdasarkan hasil

analisis menunjukkan bahwa kewajaran pajak dan kepatuhan pajak

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak, sistem

whilaxasi, norma subyektif, diskriminasi, kualitas pelayanan pajak,

kemungkinan deteksi kecurangan tidak berpengaruh terhadap penggelapan

pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Putu dkk (2016) dengan judul pengaruh

keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi, dan biaya kepatuhan terhadap

persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion) pada KPP

Pratama Singaraja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan


39

menggunakan data primer yang diperoleh oleh kuisioner dan diukur dengan

menggunakan skala likert. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa secara

parsial keadilan dan sistem perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion),

sedangkan diskriminasi dan biaya kepatuhan berpengaruh positif dan signifkan

terhadap persepsi wajib pajak mengena etika penggelapan pajak (tax evasion).

Secara simultan keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi, dan biaya kepatuhan

berpengaruh signifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika

penggelapan pajak (tax evasion).

Penelitian yang dilakukan oleh Kadek dkk (2017) dengan judul

pengaruh penerapan e-faktur, biaya kepatuhan, sistem perpajakan, dan

kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi wajib pajak

mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion) pada KPP Pratama Singaraja.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan skala

likert. Populasi penelitian adalah wajib pajak orang pribadi tergolong

Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Singaraja sebanyak 87

orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial penerapan e-faktur,

sistem perpajakan, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh

negatif signifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan

pajak (tax evasion), sedangkan biaya kepatuhan berpengaruh positif signifikan

terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion).

Penelitian yang dilakukan oleh Endang (2018) dengan judul pengaruh

sistem perpajakan, kualitas pelayanan dan terdeteksinya kecurangan terhadap


40

penggelapan pajak. Metode penarikan sampel menggunakan teknik Acidental

Sampling, dan ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Jumlah sampel

penelitian sebanyak 100 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan penyebaran kuisioner kepada seluruh responden. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara simultan dan parsial variabel sistem perpajakan, kualitas

pelayanan dan terdeteksinya kecurangan memiliki pengaruh negatif terhadap

penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Orin (2019) dengan judul pengaruh

pemeriksaan pajak, keadilan pajak dan tarif pajak terhadap etika penggelapan

pajak. Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Klaten. Penentuan responden

pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling yaitu

sebanyak 75 responden. Penelitian ini menggunakan data primer. Hasil

penelitian ini variabel pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi

mengenai etika penggelapan pajak, keadilan pajak berpengaruh positif

signifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak,

sedangkan tarif pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak

mengenai etika penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Enggar dan Ronny (2019) dengan judul

keadilan dan diskriminasi pajak terhadap penggelapan pajak : persepsi wajib

pajak orang pribadi. Populasi dari penelitian ini adalah wajib pajak orang

pribadi yang terdaftar di KPP Salatiga. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian ini yaitu insidental sampling pada KPP Salatiga dan
41

data didapat dengan menyebarkan kuisioner sebanyak 70 kuisioner. Hasil

penelitian ini keadilan pajak memiliki pengaruh terhadap persepsi wajib pajak

orang mengenai penggelapan pajak dan diskriminasi pajak tidak memiliki

pegaruh terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan

pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Feby dan Yenny (2014) dengan judul

pengaruh sikap ketidakpatuhan pajak, norma subjektif, dan kontrol perilaku

yang dipersepsikan terhadap niat wajib pajak orang pribadi untuk melakukan

penggelapan pajak. Populasi penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang

pribadi yang melakukan kegiatan usaha dengan omzet dibawah 4,8 milyar per

tahun di Surabaya Barat. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

metode purposive sampling dan data dikumpulkan dengan pembagian

kuisioner. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah regresi liniear

berganda. Hasil penelitian menunjukkn bahwa sikap ketidakpatuhan pajak,

norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat wajib pajak

untuk melakukan penggelapan pajak sedangkan kontrol perilaku yang

dipersepsikan tidak berpengaruh terhadap niat wajib pajak untuk melakukan

penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Mirah dan Gusti (2016) dengan judul

pengaruh sistem perpajakan, keadilan, dan teknologi perpajakan pada persepsi

wajib pajak mengenai penggelapan pajak. Penelitian ini berlokasi di KPP

Pratama Bandung Utara dan populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Utara. Responden dalam
42

penelitian ini berjumlah 100 wajib pajak orang pribadi yang ditentukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Data penelitian bersumber dari

kuisioner yang disebar kepada responden dan kemudian dianalisis dengan

analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem

perpajakan dan keadilan berpengaruh negatif pada persepsi wajib pajak tentang

perilaku penggelapan pajak. Semenara itu, teknologi perpajakan tidak

berpengaruh negatif pada persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Auliya (2015) dengan judul pengaruh

kemungkinan terdeteksinya kecurangan, teknologi dan informasi perpajakan,

dan kepercayaan pada otoritas pemerintah terhadap penggelapan pajak..

Penelitian ini dilakukan pada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP

Senapelan, Pekanbaru. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100

responden tetapi dibagikan kepada total 110 responden karena pengembalian

kuesioner masih cukup rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dalam bentuk kuesioner, sedangkan metode analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan SPSS versi

17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas mendeteksi kecurangan,

serta teknologi informasi pajak dan kepercayaan dalam otoritas pemerintah

untuk penggelapan pajak. Koefisien determinasi oleh ketiga variabel dalam

penelitian ini mempengaruhi variabel dependen sebesar 52%, sedangkan 48%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain di luar model


43

penelitian ini untuk memperkaya pengetahuan, khususnya di bidang

perpajakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2018) dengan judul analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi prsepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak. Populasi adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Lubukpakam 2015 yang berjumlah 167.946 orang

dengan menggunakan sampel rumus Slovin menurut sebanyak 100 sampel

dengan proporsional random dan accidental sampling. Teknik analisis data

menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

intensitas pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak, keadilan, dan

kemungkinan kecurangan terdeteksi tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib

pajak tentang penggelapan pajak, kualitas pelayanan berpengaruh negatif

signifikan terhadap persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak, sedangkan

pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, sistem perpajakan serta pengaruh

positif yang signifikan dari diskriminasi pajak terhadap persepsi wajib pajak

tentang penggelapan pajak.

Tabel II.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya
No Judul Penelitian, Nama Persamaan Perbedaan
dan Tahun
1. Pengaruh keadilan pajak, Sama-sama meneliti Peneliti
kualitas pelayanan pajak, variabel keadilan menambahkan
kemungkinan terdeteksinya pajak, kemungkinan variabel kepatuhan.
kecurangan, sanksi terdeteksinya
perpajakan, dan tarif pajak kecurangan serta
terhadap persepsi wajib penggelapan pajak.
pajak mengenai
penggelapan pajak.
Chrisna (2015)
44

2. Pengaruh diskriminasi dan Sama-sama meneliti Peneliti


pemeriksaan pajak terhadap variabel penggelapan menambahkan
persepsi wajib pajak orang pajak dan pemeriksaan variabel keadilan dan
pribadi mengenai pajak (kemungkinan kepatuhan pajak.
penggelapan pajak di Kota terdeteksinya
Bitung. kecurangan).
Prielly dkk (2017)

3. Pengaruh keadilan, sistem Sama-sama meneliti Peneliti


perpajakan, diskriminasi, keadilan, menambahkan
dan kemungkinan kemungkinan variabel kepatuhan.
terdeteksinya kecurangan terdeteksinya
terhadap persepsi wajib kecurangan dan
pajak orang pribadi persepsi wajib pajak
mengenai perilaku tax orang pribadi
evasion. mengenai perilaku tax
Mila dkk (2016) evasion.
4. Faktor-faktor yang Sama-sama meneliti Peneliti
mempengaruhi penggelapan variabel keadilan, menambahkan
pajak kemungkinan variabel kepatuhan.
(Studi pada WPOP yang terdeteksinya
terdaftar di KPP Pratama kecurangan dan
Tampan. penggelapan pajak.
Lya (2017)

5. Pengaruh keadilan, sistem Sama-sama meneliti Peneliti


perpajakan, dan variabel keadilan, menambahkan
kemungkinan terdeteksinya kemungkinan variabel kepatuhan.
kecurangan terhadap terdeteksinya
persepsi wajib pajak kecurangan dan
mengenai etika penggelapan persepsi wajib pajak
pajak (tax evasion). mengenai etika
Riski (2015) penggelapan pajak
(tax evasion).

6. Pengaruh sistem perpajakan, Sama-sama meneliti Peneliti


diskriminasi, kepatuhan dan variabel kepatuhan dan menambahkan
pengetahuan perpajakan persepsi wajib pajak variabel keadilan dan
terhadap persepsi wajib mengenai penggelapan kemungkinan
pajak mengenai etika pajak. terdeteksinya
penggelapan pajak. kecurangan.
Harmi (2017)
45

7. Pengaruh keadilan, self Sama-sama meneliti Peneliti


assessment system, variabel keadilan, menambahkan
diskriminasi, dan kemungkinan kepatuhan pajak.
kemungkinan terdeteksinya terdeteksinya
kecurangan terhadap kecurangan dan
persepsi wajib pajak dalam persepsi wajib pajak
tindakan penggelapan pajak mengenai penggelapan
(Studi empiris pada wajib pajak.
pajak badan yang terdaftar
di KPP Pratama Tampan
Pekanbaru).
Dini (2017)

8. Faktor-faktor yang Sama-sama meneliti Peneliti


mempengaruhi penggelapan variabel kepatuhan menambahkan
pajak di Kantor Pelayanan pajak, kemungkinan keadilan pajak.
Pajak Pratama Temanggung. terdeteksinya
Siti dan Dewi (2017) kecurangan dan
penggelapan pajak.

9. Pengaruh keadilan, sistem Sama-sama meneliti Peneliti


perpajakan, diskriminasi, variabel keadilan, menambahkan
dan biaya kepatuhan kepatuhan, dan variabel
terhadap persepsi wajib persepsi wajib pajak kemungkinan
pajak mengenai etika mengenai etika terdeteksinya
penggelapan pajak (tax penggealapan pajak. kecurangan.
evasion) pada KPP Pratama
Singaraja.
Putu dkk (2016)

10 Pengaruh penerapan e- Sama-sama meneliti Peneliti


. faktur, biaya kepatuhan, variabel kepatuhan, menambahkan
sistem perpajakan, dan kemungkinan variabel keadilan
kemungkinan terdeteksinya terdeteksinya pajak.
kecurangan terhadap kecurangan, dan
persepsi wajib pajak persepsi wajib pajak
mengenai etika penggelapan mengenai penggelapan
pajak (tax evasion) pada pajak.
KPP Pratama Singaraja.
Kadek dkk (2017)
46

11 Pengaruh sistem perpajakan, Sama-sama meneliti Peneliti


. kualitas pelayanan dan variabel kemungkinan menambahkan
terdeteksinya kecurangan terdeteksinya variabel keadilan dan
terhadap penggelapan pajak. kecurangan dan kepatuhan pajak.
Endang (2018) penggelapan pajak.

12 Pengaruh pemeriksaan Sama-sama meneliti Peneliti


. pajak, keadilan pajak dan variabel keadilan, menambahkan
tarif pajak terhadap etika pemeriksaan pajak variabel kepatuhan.
penggelapan pajak. (kemungkinan
Orin (2019) terdeteksinya
kecurangan) dan etika
penggelapan pajak.

13 Keadilan dan diskriminasi Sama-sama meneliti Peneliti


. pajak terhadap penggelapan variabel keadilan dan menambahkan
pajak : persepsi wajib pajak persepsi wajib pajak kepatuhan dan
orang pribadi. mengenai penggelapan kemungkinan
Enggar dan Ronny (2019) pajak. terdeteksinya
kecurangan.

14 Pengaruh sikap Sama-sama meneliti Peneliti


. ketidakpatuhan pajak, norma variabel penggelapan menambahkan
subjektif, dan kontrol pajak. variabel keadilan,
perilaku yang dipersepsikan kepatuhan, dan
terhadap niat wajib pajak kemungkinan
orang pribadi untuk terdeteksinya
melakukan penggelapan kecurangan.
pajak.
Feby dan Yenny (2014)

15 Pengaruh sistem perpajakan, Sama-sama meneliti Peneliti


. keadilan, dan teknologi variabel keadilan dan menambahkan
perpajakan pada persepsi penggelapan pajak. variabel kepatuhan
wajib pajak mengenai dan kemungkinan
penggelapan pajak. terdeteksinya
Mirah dan Gusti (2016) kecurangan.
47

16 Pengaruh kemungkinan Sama-sama meneliti Peneliti


. terdeteksinya kecurangan, variabel kemungkinan menambahkan
teknologi dan informasi terdeteksinya variabel keadilan dan
perpajakan dan kepercayaan kecurangan dan kepatuhan.
pada otoritas pemerintah penggelapan pajak.
terhadap penggelapan pajak.
Auliya (2015)

17 Analisis faktor-faktor yang Sama-sama meneliti Peneliti


. mempengaruhi persepsi variabel keadilan menambahkan
wajib pajak orang pribadi pajak, kepatuhan wajib variabel
mengenai penggelapan pajak dan penggelapan kemungkinan
pajak pajak. terdeteksinya
Marlina (2018) kecurangan.

Sumber : Penulis, 2020


48

C. Kerangka Pemikiran

Gambar II.1
Kerangka Pemikiran

Keadilan Pajak
(X1)
H2.a

Persepsi Wajib Pajak


H2.b Orang Pribadi Mengenai
Kepatuhan Wajib Pajak
Penggelapan Pajak
(X2)
(Y)

H2.c

Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan Pajak
(X3)

H1

Sumber : Penulis, 2020

D. Hipotesis
49

Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian

diajukan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Secara bersamaan :

H1 : Keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak, dan kemungkinan

terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap persepsi

wajib pajak mengenai penggelapan pajak.

Secara parsial :

H2.a : Keadilan pajak berpengaruh negatif terhadap persepsi wajib pajak

mengenai penggelapan pajak.

H2.b : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh negatif terhadap persepsi

wajib pajak mengenai penggelapan pajak.

H2.c : Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif

terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak.


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasi bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara

satu variabel dengan variabel yang lain. (Wiratna, 2018: 19) Penelitian

diklasifikasikan berdasarkan tingkat eksplanasi terdiri dari :

1. Penelitian deskriptif

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel,

baik satu atau lebih sifatnya independen untuk mendapatkan gambaran

tentang variabel-variabel tersebut.

2. Penelitian komparatif

Penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua variabel ada

perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada

manipulasi dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alami, dengan

mengumpulkan data dengan suatu instrument. Hasilnya dianalisis secara

statistik untuk mencari perbedaan variabel yang diteliti. Penelitian yang

bersifat membandingkan variabel yang satu dengan variabel yang lain atau

variabel satu dengan standar.

3. Penelitian asosiatif

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

atau lebih, dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang

dapat berfungsi untuk menjelaskan, suatu gejala.

50
51

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian asosiatif yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel keadilan pajak,

kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak (tax

evasion).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Palembang Ilir Barat yang terletak di Jalan Tasik, Talang Semut, Kec. Bukit

Kecil, Kota Palembang. Telp (0711) 357077. Fax 0711 354953.

C. Operasionalisasi Variabel

Tabel III.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Keadilan Pajak dikenakan kepada 1. Prinsip manfaat dari penggunaan
Pajak orang pribadi yang uang yang bersumber dari pajak
(X1) seharusnya sebanding 2. Keadilan horizontal dan keadilan
(Ade Mentari, dengan kemampuan vertikal dalam pemungutan
2017) membayar pajak atau ability pajak. Ordinal
to pay dan sesuai dengan 3. Keadilan dalam penyusunan
manfaat yang diterima. undang-undang pajak.
4. Keadilan dalam penerapan
ketentuan perpajakan.
Kepatuhan Tindakan wajib pajak dalam 1. Kepatuhan perpajakan formal
Wajib Pajak pemenuhan kewajiban 2. Kepatuhan perpajakan material
(X2) perpajakannya sesuai dengan
(Riski ketentuan peraturan
Hamdani, perundang-undangan dan Ordinal
2016) peraturan pelaksanaan
perpajakan yang berlaku
dalam suatu negara

Kemungkinan Berhubungan dengan 1. Pemeriksaan secara rutin Ordinal


Terdeteksinya bagaimana pemeriksaan 2. Pemeriksaan secara khusus
Kecurangan pajak berlangsung.
(X3) Pemeriksaan adalah
(Kusuma, serangkaian kegiatan
2016) menghimpun dan mengolah
data, keterangan dan/atau
bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan
profesional berdasarkan
52

suatu standar pemeriksaan


untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau tujuan
lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Persepsi wajib Manipuasi ilegal terhadap 1. Tidak memenuhi kewajiban
pajak sistem perpajakan untuk menyampaikan SPT
mengenai mengelak dari pembayaran 2. Tidak memenuhi kewajiban
Penggelapan pajak. Dilakukan dengan pengisian SPT dengan benar dan
Pajak cara pengabaian terhadap lengkap
(Y) peraturan perundang- 3. Tidak memenuhi kewajiban
(Irma Suryani perundangan perpajakan memelihara pembukuan dan
Ordinal
Rahman, yang disengaja untuk pencatatan
2013) menghindari pembayaran 4. Tidak memenuhi kewajiban
pajak. menyetorkan pajak yang telah
dipotong atau dipungut
5. Tidak mendaftarkan diri,
menyalahgunakan, atau
menggunakan tanpa NPWP
Sumber: Penulis, 2020

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Wiratna,

2018: 105). Populasi dalam penelitian ini adalah 147.679 Wajib Pajak

Orang Priadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak

mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu (Wiratna, 2018: 105). Teknik pengambilan sampel
53

pada penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu

pengambilan anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu karena anggota populasi

dianggap homogen. Adapun jumlah sampel yang digunakan pada penelitian

ini dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

N
n=
1+ N . e ²

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Populasi

e = Margin of Error

Maka sampel dalam penelitian adalah:

147.679
n=
1+147.679 . 0 ,1²

147.679
n=
1.477,79

n = 99,93

n = 100

Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 100 wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Palembang Ilir Barat.

E. Data yang Diperlukan

Berdasarkan sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua (Wiratna,

2018: 114), yaitu:


54

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuisioner,

kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti

dengan narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah

lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data.

2. Data Sekunder

Data sekuder adalah data yang didapat dari catatan, buku dan majalah

berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah,

artikel, buku-buku sebagai teori, majalah dan lain sebagainya. Data yang

diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber data yang

tidak langsung memberikan data pada pengumpul data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adala data primer dan

sekunder. Data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner yang

dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Peraturan Undang-Undangan, jurnal serta artikel dan

penelitian-penelitian sebelumnya.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti

untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai

lingkup penelitian (Wiratna, 2018:118-121). Beberapa teknik pengumpulan

data penelitian yang biasa digunakan sebagai berikut :


55

1. Tes

Data dalam penelitian dibagi menjadi 3 yaitu fakta, pendapat dan

kemampuan. Instrumen tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya

serta besarnya kemampuan objek yang kita teliti. Tes dapat digunakan untuk

mengukur kemampuan dasar maupu pencapaian atau prestasi misalnya tes

IQ, minat, bakat khusus dan sebagainya.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menggali

data secara lisan. Hal yang haruslah dilakukan secara mendalam agar kita

mendapatkan data yang valid dan detail.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian.

4. Kuisioner atau angket

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para

responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan instrumen pengumpuan

data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur

dan tahu apa yang bisa diharapkan dari para responden.

5. Survey

Survey lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah yang

berkaitan dengan perumusan kebijakan dan bukan untuk pengembangan.

Oleh karena itu survey tidak digunakan untuk menguji suatu hipotesis.
56

Maka aneh apabila penelitian yang ada hipotesisnya tetapi menggunakan

instrumen survei.

6. Analisis Dokumen

Analisis dokumen lebih mengarah pada bukti konkret. Dengan instrumen

ini, kita diajak untuk menganalisis isi dari dokumen-dokumen yang dapat

mendukung penelitian kita.

Metode pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuisioner. Kuisioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan

mengenai masalah yang terkait dengan objek penelitiaan. Kuisioner

diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat.

G. Analisis Data dan Teknik Analisis

1. Analisis Data

Penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan analisisnya

sebagai berikut (Wiratna, 2018: 11-12)

a. Analisis kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-

prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

b. Analisis kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-

prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).


57

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan

dengan menggunakan pengujian statistik dari hasil kuisioner, kemudian

hasil pengujian tersebut akan dijelaskan menggunakan kalimat-kalimat.

Dengan kata lain, analisis kuantitatif terlebih dahulu digunakan kemudian

dilanjutkan dengan analisis kualitatif, analisis kualitatif digunakan untuk

melihat hasil kuisioner dengan menggunakan tabulasi (tabelaris) yang

berupa penelitian dari hasil pengisian kuisoner.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruh

keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak, dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak (tax evasion) dengan analisis regresi liniear berganda

untuk meyakinkan bahwa variabel independen berupa keadilan pajak,

kepatuhan wajb pajak, kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak dan

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu persepsi wajib pajak

orang pribadi mengenai penggelapan pajak (tax evasion), selanjutnya

dilakukan uji hipotesis (uji t dan uji f) untuk mengetahui signifikansi dari

keadilan pajak, kepatuhan pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan

terhadap penggelapan pajak (tax evasion) serta membuat kesimpulan dan

yang terakhir adalah menghitung koefisien determinasi untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh dari variabel dependen terhadap variabel

independen.
58

Teknik analisis data dalam penelitian ini dibantu oleh Statistical

Program for Special Science (SPSS) versi 22. Sebelum melakukan analisis

regresi liniear berganda, peneliti melakukan uji validitas, uji reliabilitas dan

uji asumsi klasik.

a. Uji Validitas

Uji validitas (test of validity) merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan atau keabsahan suatu alat ukur. Uji

validitas juga dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang

telah disusun telah memiliki validitas atau tidak. Validitas digunakan

untuk mengetahui kelayakan butiran-butiran dalam suatu daftar

(konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil akan

ditunjukkan oleh suatu indeks sejauh mana alat ukur benar-benar

mengukur apa yang ingin diukur (Albert, 2014: 89).

Keputusan dalam sebuah butiran pertanyaan dapat dianggap

valid dapat dilakukan dengan beberapa cara (Albert, 2014: 101) :

1) Jika koefisien product moment melebihi 0,3.

2) Jika koefisien korelasi product moment > rtabel (α; n-2), dimana

n = jumlah sampel

3) Nilai sig ≤ α

Validitas alat pengukur dilakuan mengkorelasikan antara skor

yang diperoleh dari masing-masing item pertanyaan dengan korelasi rata-

rata per item pertanyaan dengan alat bantu SPSS. Apabila ternyata semua

pertanyaan disusun berdasarkan dimensi konsep korelasi rata – rata per


59

item pertanyaan, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukuran tersebut

mempunyai validitas. Teknik korelasi yang akan digunakan dalam

validitas ini adalah teknik korelasi product moment. Teknik korelasi

product moment memerlukan tingkat pengukuran variabel sekurang-

kurangnya interval karena sebagian didapat dari skala pengukuran

ordinal.

b. Uji Reliabilitas

Menjelaskan uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan

sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan,

berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.

Dalam pandangan positif (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel

apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan

data yang sama atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua

menunjukan data yang tidak berbeda. Pengujian reliabilitas dilakukan

terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan

pengukuran ulang pada kelompok yang sama dengan alat pengukuran

yang sama. Teknik statistik ini digunakan untuk pengujian tersebut

dengan koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan Software SPSS versi

22. Cronbach ‘s Alpha merupakan uji reliabilitas untuk alternative

jawaban lebih dari dua. Secara umum suatu instrumen dikatakan reliabel

jika memiliki koefisien Cronbach’s Alpha > 0.6. dasar pengambilan

keputusan uji reliabilitas adalah sebagai berikut:


60

1) Cronbach’s Alpha > 0.6 Cronbach’s Alphaacceptable (construct

reliable)

2) Cronbach’s Alpha < 0.6 Cronbach’s Alphaacceptable (construct

unreliable)

c. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residu yang

dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal. Beberapa metode uji nomalisasi yaitu dengan

melihat penyabaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-

P Plot of Regression atau dengan uji One Sample Kolmogorov-

Smirnov (Romie, 2017: 117-122) :

a) Metode Grafik

Uji normalisasi residual dengan metode grafik yaitu melihat

penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P

Plot of Regression Standardized Residual. Dasar pengambilan

keputusan untuk pengujian normalitas dengan grafik normal P-P

Plot of Regresssion Standardized Residual yaitu:

(1) Bila titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis

diagonal maka nilai residu tersebut normal.

(2) Bila titik-titik menyebar jauh dari garis dan tidak mengikuti

garis diagonal maka nilai residu tersebut tidak normal.


61

b) Metode uji One Sample Kolmogorov Smirnov

Metode ini digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam hal

ini apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Dasar

pengambilan keputusan untuk pengujian normalitas dengan One

Sample Kolmogorov Smirnov yaitu:

(1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai residual tersebut normal.

(2) Jika nilai signifikan < 0,05 maka nilai residual tersebut tidak

normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam

suatu model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan

korelasi yang sangat kuat. Selain itu untuk uji ini juga untuk

menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai

pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Jika VIF yang dihasilkan diantara 1-10 maka tidak

terjadi multikolinieritas (Wiratna, 2018: 179).

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah keadaan yang mana dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variasi dari residu pada suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tak terjadi

heteroskedastisitas. Berbagai uji heteroskedastisitas yaitu (Romie,

2017: 125-128) :
62

a) Uji Glejser

Dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen

dengan nilai absolut residualnya. Bila nilai signifikansi antara

variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tak

terjadi heteroskedastisitas.

b) Melihat Pola titik pada Scatterplot

Dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot antara

standardized predicted value dengan standardized residual, yang

mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah

residual (Yprediksi – Yasli). Pengambilan keputusan yaitu:

(1) Bila terdapat pola tertentu seperti titik – titik yang membentuk

suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas.

(2) Bila tak ada pola yang jelas seperti titik menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tak terjadi

heteroskedastisitas.

d. Uji Hipotesis

1) Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur besarnya

pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu

variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan

menggunakan variabel independen. Dalam regresi linear berganda

terdapat asumsi klasik yang harus terpenuhi yaitu residual


63

berdistribusi normal, tak ada multilninearitas, tak ada

heteroskedastisitas dan tak ada autokorelasi (Romie, 2017: 154).

Teknik analisis ini diproses dengan bantuan program SPSS dengan

persamaan sebagai berikut :

Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + e

Keterangan :

Y = Persepsi WPOP mengenai penggelapan pajak

α = Konstanta

β₁-β₃ = Koefisien regresi

X₁= Keadilan pajak

X₂= Kepatuhan wajib pajak

X₃= Kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak

e = Error term

2) Koefisien determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) digunakan mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R²)

adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat

terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya

koefisien determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen

berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan

model ini, maka kesalahan penganggu diusahakan minimum sehingga R²


64

mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih mendekati keadaan

yang sebenarnya (Wiratna, 2018: 142).

3) Pengujian Hipotesis

a) Uji Hipotesis Secara Bersama (Uji F)

Pengujian hipotesis secara bersama merupakan pengujian hipotesis

koefisien regresi berganda dengan hanya satu X (X1, X2 atau X3) secara

bersama-sama memengaruhi Y.

(1) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

Ho.1 : Keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan

terdeteksinya kecurangan pajak secara bersama tidak

berpengaruh terhadap persepsi wajib orang pribadi pajak

mengenai penggelapan pajak (tax evasion).

Ha.1 : Keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan

terdeteksinya kecurangan pajak secara bersama berpengaruh

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak (tax evasion).

(2) Menentukan Tarif Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5%, taraf nyata dari F tabel ditentukan

dari derajat bebas (db) = n-k-1, taraf nyata α berarti nilai F tabel

ditentukan derajat bebas (db) = n-k-1.


65

(3) Kesimpulan

Menarik kesimpulan jika F hitung < F tabel maka Ho diterima atau

Ha ditolak. F hitung > F tabel maka Ho ditolak atau Ha diterima.

b) Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial merupakan pengujian hipotesis

koefisien regresi berganda dengan hanya satu X (X1, X2, atau X3) secara

parsial memengaruhi Y. Langkah-langkah dalam uji hipotesis secara

parsial yaitu:

(1) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

i. Keadilan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi Mengenai Penggelapan Pajak.

Ho.2.a : Keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi

wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak.

Ha.2.a : Keadilan pajak berpengaruh negatif terhadap persepsi

wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak.

ii. Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi Mengenai Penggelapan Pajak.

Ho.2.b : Kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak.
66

Ha.2.b : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh negatif terhadap

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak

iii. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap

Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Penggelapan

Pajak.

Ho.2.c : Kemungkinan terdeteksi kecurangan tidak berpengaruh

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak.

Ha.2.c : Kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh negatif

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak.

(2) Menentukan Tarif Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5%, taraf nyata dari t tabel berarti nilai t

tabel ditentukan derajat bebas (db) = n-k-1.

(3) Kesimpulan

Menarik kesimpulan jika t hitung < t tabel maka Ho diterima atau Ha

ditolak. t hitung > t tabel maka Ho ditolak atau Ha diterima.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah KPP Pratama Ilir Barat

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat didirikan

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral

Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Palembang Ilir Barat bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor

Wilayah DJP Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung yang

berkedudukan di Palembang.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat yang

sebelumnya bernama Kantor Pelayanan Pajak Palembang Ilir Barat

didirikan sebagai bagian dari modernisasi Direktorat Jendral Pajak dengan

menerapkan Sistem Adminitrasi Perpajakan Modern. Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Palembang Ilir Barat beralamat di Jalan Tasik, Kambang

Iwak, Palembang 30135, satu gedung dengan Kantor Wilayah DJP

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung dan Kantor Pelayanan

Pajak Madya Palembang. KPP Pratama Palembang Ilir Barat memiliki

wilayah kerja meliputi 6 (enam) kecamatan di Kota Palembang yaitu Ilir

Barat, Ilir Barat II, Bukit Kecil, Sukaramai, Alang – Alang Lebar dan

Gamus yang terdiri dari 324 Rukun Warga (RW) dan 1.338 Rukun

67
68

Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk jiwa yaitu 300.631 dan 291.527,

Luas wilayah kerja KPP Pratama Ilir Barat adalah 190.730 km 2, dengan

batas-batas sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin

Selatan : Sungai Musi

Barat : Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin

Timur : Kecamatan Ilir Timur 1, Palembang

Kantor Pelayanan Pajak Palembang Ilir Barat dikepalai oleh

seorang kepala yang membawahi sebanyak 118 orang karyawan yang

terdiri dari :

a. Kepala Kantor : 1 Orang

b. Kepala Seksi : 10 Orang

c. Fungsional Pemeriksa : 10 Orang

d. Account Representative (AR) : 26 Orang

e. Pelaksana : 71 Orang

Semua tersebar dalam 9 (sembilan) seksi, yaitu kelompok

fungsional pemeriksaan, Umum, Sub bagian Umum pada KPP Pratama

Palembang Ilir Barat dikepalai oleh Kepala Sub Bagian Umum (setara

Kepala Seksi). Adapun pembagian tanggung jawab dan tugas masing-

masing bagian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat, yaitu

sebagai berikut :
69

a. Kepala Kantor KPP Pratama

Kepala kantor KPP Pratama Ilir Barat Palembang mempunyai tugas

dalam mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan

pengawasa Wajib Pajak dalam bidang Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas barang mewah, dan Pajak

Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b. Kepala Sub Bagian Umum

Membantu dalam menunjang kelancaran tugas kepala kantor untuk

mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan

terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian,

rumah tangga dan perlengkapan serta keuangan.

c. Kepala Seksi Pelayanan

Membantu kepala kantor dan mengkoordinasikan penetapan dan juga

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen

dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat

pemberitahuan serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan,

pelaksanaan registrasi Wajib Pajak dan kerjasama perpajakan sesuai

ketentuan yang berlaku.

d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Membantu kepala kantor untuk mengkoordinasikan pengumpulan,

pengolahan data, penyajian informasi perpajakan perekaman dokumen


70

perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian

dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan, pelayanan dukungan teknis

komputer, pemantauan aplikasi e-SPT, e-billing serta e-filling dan

penyiapan laporan kerja.

e. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pengawasan

kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, serta

pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan

konsultasi teknis perpajakan, penyusunan, profil wajib pajak, analisis

kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka

melakukan identifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding

berdasarkan ketentuan yang berlaku. Di dalam satu KPP Pratama

terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang

pembagian tugasnya berdasarkan pada cakupan wilayah (teritorial)

tertentu.

f. Kepala Seksi Ekstensifikasi

Membangun tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan,

pendataan objek dan subjek pajak, kegiatan ekstensifikasi dan

penilaian objek pajak yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang

berlaku.
71

g. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan

penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan

Pajak dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

h. Kepala Seksi Penagihan

Membantu tugas kepala kepala kantor dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta usulan penghapusan

piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

i. Kepala Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas pejabat fungsional pemeriksaan dan

pejabat fungsional penilaian yang bertanggung jawab secara langsung

kepada kepala KPP Pratam. Dalam hal melaksanakan pekerjaannya,

pejabat fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan,

sedangkan pejabat fungsional penilaian berkoordinasi dengan seksi

ekstensifikasi.

j. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan pelaksanaan

penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan

pajak dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.


72

k. Kepala Seksi Penagihan

Membangun tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta usulan penghapusan

piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

l. Kepala Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas pejabat fungsional pemeriksaan dan

pejabat fungsional penilaian yang bertanggung jawab secara langsung

kepada kepala KPP Pratama. Dalam hal melaksanakan pekerjaannya,

pejabat fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan

sedangkan pejabat fungsional penilaian berkoordinasi dengan seksi

ekstensifikasi.

2. Visi dan Misi

a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat menjadi KPP yang

berintegritas tinggi dan bekerja secara profesional dalam memberikan

pelayanan terbaik.

b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat menghimpun

penerimaan negara demi terwujudnya kemandirian bangsa dengan

berpegang teguh pada nilai-nilai kementerian.

c. Motto Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat

memberikan pelayanan yang tuntas, adil dan tepat waktu dengan

mengedepankan transparansi dan kualitas.


73

3. Tugas dan Fungsi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat mempunyai

tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak

di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam

wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Palembang Ilir Barat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadminitrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan, dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan; Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;

Pelaksanaan ekstensifikasi;

e. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

f. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan; Pelaksanaan intensifikasi;

h. Pembetulan ketetapan pajak;

i. Pelaksanaan adminitrasi kantor.


74

4. Struktur Organisasi KPP Pratama Palembang Ilir Barat

Sesuai Peraturan Menteri Keungan Nomor 206.2/PMK.01/2014,

susuan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat

dapat dilihat pada gambar IV.1 berikut:

Gambar IV.1
Struktur Organisasi
Kepala Kantor Wilayah DJP
Sumatera Selatan dan Kepualuan
Bangka Belitung

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pejabat Fungsional


Pratama Palembang Ilir Barat Pemeriksa

Subbag Seksi
Umum dan Pengelolaan Seksi Seksi Seksi
Kepatuhan Data & Pemeriksaan Pelayanan Penagihan
Internal Informasi

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi


Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Ekstensifikasi
dan dan dan dan dan
Konsultasi I Konsultasi II Konsultasi III Konsultasi IV Penyuluhan

Sumber : Subbag Umum Pratama Palembang Ilir Barat


75

5. Gambaran Umum Responden Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui

penyebaran/pembagian kuisioner yang dilakukan di KPP Pratama

Palembang Ilir Barat. Dimana responden dalam penelitian ini adalah wajib

pajak yang terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Jumlah

keseluruhan responden dalam penelitian ini berjumlah 100.

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia dan

pendidikan terakhir. Adapun karakteristik penelitian ini dapat diihat pada

tabel IV.1.

Tabel IV.1
Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah Persentase

Laki-Laki 58 58%
Jenis Kelamin Perempuan 42 42%
Jumlah 100 100%
<25 Tahun 42 42%
25-45 Tahun 45 45%
Usia
>45 Tahun 13 13%
Jumlah 100 100%
Pendidikan Terakhir SMA 45 45%
D3 17 17%
S-1 33 33%
S-2 5 5%
S-3 0 0
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah, 2020
76

Berdasarkan tabel IV.1 dapat dilihat bahwa responden yang berjenis

kelamin laki-laki mendominasi penelitian ini dengan jumlah 58 orang dan

diikuti dengan responden perempuan yang berjumlah 42 orang. Dilihat

dari segi umur responden terdapat responden berusia <25 tahun berjumlah

42 orang, umur 25-45 tahun berjumlah 45 orang dan >45 tahun berjumlah

13 orang. Dari segi tingkat pendidikan terakhir responden SMA berjumlah

45 orang, D3 berjumlah 17 orang, S1 berjumlah 33 orang dan S2

berjumlah 5 orang.

6. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Hasil uji statistik deskriptif akan diuraikan pada bagian ini. Variabel

dalam penelitian ini 3 (tiga) variabel X (bebas) yaitu variabel keadilan

pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan

pajak dan 1 (satu) variabel Y (terikat) yaitu persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai penggelapan pajak.

a. Variabel Keadilan Pajak (X1) terdiri dari 4 pertanyaan yang mewakili

indikator

Variabel keadilan pajak (X1) terdapat 4 (empat) indikator,

indikator prinsip manfaat dari penggunaan uang yang bersumber dari

pajak terdiri dari 1 (satu) pertanyaan, indikator keadilan horizontal dan

keadilan vertikal dalam pemungutan pajak terdiri dari 1 (satu)

pertanyaan, indikator keadilan dalam penyusunan undang-undang pajak

terdiri dari 1 (satu) pertanyaan, dan indikator keadilan dalam penerapan

ketentuan perpajakan terdiri dari 1 (satu) pertanyaan. Indikator prinsip


77

manfaat dari penggunaan uang yang bersumber dari pajak dapat dilihat

dalam tabel IV.2, indikator keadilan horinzontal dan keadilan vertikal

dalam pemungutan pajak dapat dilihat dalam tabel IV.3, indikator

keadilan dalam penyusunan undang-undang pajak dapat dilihat dalam

tabel IV.4, dan indikator keadilan dalam penerapan ketentuan perpajak

dapat dilihat dalam IV.5.

1) Indikator prinsip manfaat dari pengunaan uang yang bersumber dari

pajak

Tabel IV.2
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Prinsip Manfaat Dari Penggunaan Uang Yang Bersumber Dari Pajak
P1
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 26 26%
Setuju 56 56%
Ragu-ragu 14 14%
Tidak Setuju 4 4%
Sangat Tidak
0 0%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.2 pertanyaan pertama dengan indikator

prinsip manfaat dari penggunaan uang yang bersumber dari pajak.

26% atau 26 responden menjawab sangat setuju dengan alasan

manfaat pajak yang diterima responden sudah sangat mencerminkan

keadilan , 56% atau 56 responden menjawab setuju dengan alasan

manfaat pajak yang diterima responden sudah mencerminkan

keadilan, 14% atau 14 responden menjawab ragu-ragu kemudian 4%


78

atau 4 responden menjawab tidak setuju dengan alasan manfaat

pajak yang diterimanya belum mencerminkan keadilan

2) Indikator keadilan horizontal dan keadilan vertikal dalam

pemungutan pajak

Tabel IV.3
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Keadilan Horizontal Dan Keadilan Vertikal Dalam Pemungutan Pajak
P2
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 25 25%
Setuju 53 53%
Ragu-ragu 17 17%
Tidak Setuju 5 5%
Sangat Tidak
0 0%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.3 pertanyaan kedua dengan indikator

keadilan horizontal dan keadilan vertikal dalam pemungutan pajak.

25% atau 25 responden menjawab sangat setuju dengan alasan tarif

pajak yang dikenakan kepada responden sudah sangat mencerminkan

keadilan, 53% atau 53 responden menjawab setuju dengan alasan

tarif pajak yang dikenakan menurut responden sudah menceminkan

keadilan, 17% atau 17 responden menjawab ragu-ragu dan 5% atau 5

menjawab tidak setuju dengan alasan tarif pajak yang dikenakan

menurut responden tidak mencerminkan keadilan.


79

3) Indikator keadilan dalam penyusunan undang-undang pajak

Tabel IV.4
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Keadilan dalam Penyusunan Undang-Undang Pajak
P3
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 29 29%
Setuju 42 42%
Ragu-ragu 24 24%
Tidak Setuju 4 4%
Sangat Tidak
1 1%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.4 pertanyaan ketiga dengan indikator

keadilan dalam penyusunan undang-undang pajak. 29% atau 29

responden menjawab sangat setuju dengan alasan pemerintah sudah

adil dalam penyusunan undang-undang perpajakan terkait dengan

pengenaan pajak secara umum dan merata, serta sesuai dengan

kemampuan masing-masing, 42% atau 42 responden menjawab

setuju dengan alasan penyusunan undang-undang perpajakan

pemerintah sudah adil karena sesuai dengan kemampuan masing-

masing , 24% atau 24 responden menjawab ragu-ragu, 4% atau 4

menjawab tidak setuju dan 1% atau 1 responden menjawab sangat

tidak setuju dengan alasan pemerintah belum adil dalam penyusunan

undang-undang.
80

4) Indikator keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan

Tabel IV.5
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Keadilan Dalam Penerapan Ketentuan Perpajakan
P4
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 32 32%
Setuju 44 44%
Ragu-ragu 22 22%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak
0 0%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.5 pertanyaan keempat dengan indikator

keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan 32% atau 32

responden menjawab sangat setuju dengan alasan aparat perpajakan

sudah sangat adil dalam melaksanakan ketentuan perpajakan terkait

dengan pemberian hak kepada wajib pajak mengenai pengajuan

keberatan, penundaan dalam membayar, 44% atau 44 responden

menjawab setuju dengan alasan aparat perpajakan sudah adil dalam

melaksanakan ketentuan perpajakannya, 22% atau 22 responden

menjawab ragu-ragu dan 2% atau 2 menjawab tidak setuju dengan

alasan aparat perpajakan belum adil dalam melaksankan ketentuan

perpajakan terkait pemberian hak kepada wajib pajak.

b. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X2) terdiri dari 4 pertanyaan yang

mewakili Variabel

Kepatuhan wajib pajak (X2) terdapat 2 (dua) indikator, indikator

kepatuhan formal terdiri dari 2 (dua) pertanyaan dan indikator kepatuhan


81

material terdiri dari 2 (dua) pertanyaan. Indikator kepatuhan formal dapat

dilihat dalam tabel IV.6 dan indikator kepatuhan material dapat dilihat

dalam tabel IV.7

1) Indikator kepatuhan formal

Tabel IV.6
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Kepatuhan Formal
P.1 P.2
Keterangan
∑ % ∑ %
Sangat Setuju 51 51% 37 37%
Setuju 34 34% 49 49%
Ragu-ragu 13 13% 12 12%
Tidak Setuju 1 1% 1 1%
Sangat Tidak Setuju 1 1% 1 1%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.6 pertanyaan pertama dengan indikator

kepatuhan formal. 51% atau 51 responden menjawab sangat setuju

dengan alasan wajib pajak dikatakan patuh secara formal apabila

melakukan pendaftaran sebagai wajib pajak dengan kesadarannya

sendiri tanpa ada campur tangan orang lain, 34% atau 34 responden

menjawab setuju dengan alasan wajib pajak dikatakan patuh secara

formal apabila melakukan pendaftaran sebagai wajib pajak dengan

kesadaran sendiri, 13% atau 13 responden menjawab ragu-ragu, 1%

atau 1 responden menjawab tidak setuju dan 1% atau 1 responden

menjawab sangat tidak setuju dengan alasan wajib pajak dikatakan

patuh apabila mendaftarkan diri tidak harus dari kesadaran diri sendiri.

Pertanyaan kedua dengan indikator kepatuhan formal. 37%

atau 37 responden menjawab sangat setuju dengan alasan wajib pajak


82

melaporkan SPT Tahunan dan SPT masa harus tepat waktu, 49% atau

49 responden menjawab setuju dengan alasan wajib pajak dikatakan

patuh secara formal apabila melapokan SPT Tahunan dan SPT masa

dengan tepat waktu, 12% atau 12 responden menjawab ragu-ragu, 1%

atau 1 responden menjawab tidak setuju dan 1% atau 1 responden

menjawab sangat tidak setuju dengan alasan wajib pajak dikatakan

patuh secara formal tidak dilihat dari ketepatan waktunya

menyampaikan SPT.

2) Indikator kepatuhan material


Tabel IV.7
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Kepatuhan Material
P3 P4
Keterangan
∑ % ∑ %
Sangat Setuju 35 35% 24 24%
Setuju 51 51% 55 55%
Ragu-ragu 13 13% 16 16%
Tidak Setuju 0 0% 4 4%
Sangat Tidak Setuju 1 1% 1 1%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.7 pertanyaan ketiga dengan indikator

kepatuhan material. 35% atau 35 responden menjawab sangat setuju

dengan alasan bahwa wajib pajak dikatakan dikatakan patuh secara

material apabila menyetorkan pajak terutangnya ke kas keuangan

negara harus tepat waktu tidak lewat batas pembayaran, 51% atau 51

responden menjawab setuju dengan alasan wajib pajak dikatakan

patuh secara material apabila menyetorkan pajaknya dengan tepat

waktu, 13% atau 13 responden menjawab ragu-ragu dan 5% atau 1


83

menjawab sangat tidak setuju dengan alasan bahwa menyetorkan

pajak tidak harus tepat waktu untuk dikatakan patuh secara material.

Pertanyaan keempat dengan indikator kepatuhan material. 24%

atau 24 responden menjawab sangat setuju dengan alasan wajib pajak

dikatakan patuh secara material apabila memiliki pengetahuan yang

memadai tentang tata cara perhitungan pajak terutangnya, 55% atau

55 responden menjawab setuju dnegan alasan wajib pajak memang

harus memiliki pengetahuan tentang tata cara perhitungan pajaknya,

16% atau 16 responden menjawab ragu-ragu, 4% atau 4 menjawab

tidak setuju dan 1% atau 1 menjawab sangat tidak setuju dengan

alasan wajib pajak dikatakan patuh secara material tidak harus

memiliki pengetahuan memadai mengenai tata cara perhitungan pajak

terutangnya.

c. Variabel Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak (X3) terdiri dari

4 pertanyaan yang mewakili

Kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak (X3) terdapat 2

(dua) indikator, indikator pemeriksaan rutin terdiri dari 2 (dua)

pertanyaan dan indikator pemeriksaan khusus terdiri dari 2 (dua)

pertanyaan. Indikator pemeriksaan rutin dapat dilihat dalam tabel IV.8

dan indikator pemeriksaan khusus dapat dilihat dalam tabel IV.9.

1) Indikator pemeriksaan rutin

Tabel IV.8
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
84

Pemeriksaan Rutin
P1 P2
Keterangan
∑ % ∑ %
Sangat Setuju 48 48% 46 46%
Setuju 45 45% 51 51%
Ragu-ragu 7 7% 2 2%
Tidak Setuju 0 0% 1 1%
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0 0%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel IV.8 pertanyaan pertama dengan indikator

pemeriksaan rutin. 48% atau 48 responden menjawab sangat setuju

dengan alasan pemeiksaan rutin sangat perlu dilakukan dalam rangka

pengawasan terhadap wajib pajak, 45% atau 45 responden menjawab

setuju dengan alasan pekeriksaan rutin perlu dilakukan dalam rangka

pengawasan terhadap wajib pajak dan 7% atau 7 responden menjawab

ragu-ragu dengan alasan pemeriksaan rutin tidak perlu dilakukan

dalam rangka pengawasan terhadap wajib pajak.

Pertanyaan kedua dengan indikator pemeriksaan rutin. 46% atau

46 responden menjawab sangat setuju dengan alasan pemeriksaan

rutin perlu dilakukan untuk menguji adanya dugaan tindakan

pemenuhan kewajiban perpajakan, 51% atau 51 responden menjawab

setuju, 2% atau 2 responden menjawab ragu-ragu dan 1% atau 1

responden menjawab tidak setuju dengan alasan pemeriksaan rutin

tidak perlu dilakukan untuk menguhi adanya dugaan tindakan

pemenuhan kewajiban perpajakan.

2) Indikator pemeriksaan khusus

Tabel IV.9
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
85

Pemeriksaan Khusus
P3 P4
Keterangan
∑ % ∑ %
Sangat Setuju 59 59% 45 45%
Setuju 37 37% 46 46%
Ragu-ragu 4 4% 8 8%
Tidak Setuju 0 0% 1 1%
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0 0%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.9 pertanyaan ketiga dengan indikator

pemeriksaan khusus. 59% atau 59 responden menjawab sangat setuju

dengan alasan pemeriksaan khusus sangat perlu dilakukan apabila

adanya dugaan tindakan pidana dibidang perpajakan, 37% atau 37

responden menjawab setuju dengan alasan pemeriksaan rutin perlu

dilakukan apabila adanya dugaan tindakan melanggar peraturan

perpajakan dan 4% atau 4 responden menjawab ragu dengan alasan

pemeriksaan rutin tidak perlu dilakukan dengan dugaan tindakan

melanggar peraturan perpajakan.

Pertanyaan keempat dengan indikator pemeriksaan khusus.

45% atau 45 responden menjawab sangat setuju dengan alasan

responden sangat takut apabila dilakukan pemeriksaan jika melakukan

kecurangan , 46% atau 46 responden menjawab setuju dengan alasan

responden takut apabila dilakukan pemeriksaan jika melakukan

kecurangan dalam pembayaran pajak, 8% atau 8 responden menjawab

ragu-ragu dan 1% atau 1 responden menjawab tidak setuju dengan

alasan responden tidak terlalu takut diperiksa jika melakukan

kecurangan.
86

d. Variabel Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan

Pajak terdiri dari 6 pertanyaan yang mewakili

Variabel persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak (Y) terdapat 5 (lima) indikator, tidak dapat memenuhi

kewajiban menyampaikan SPT terdiri dari 1 (satu) pertanyaan, indikator

tidak dapat memenuhi kewajiban pengisian SPT dengan lengkap dan

benar terdiri dari 1 (satu) pertanyaan, indikator tidak dapat memenuhi

kewajiban memelihara pembukuan dan pencatatan terdiri dari 1 (satu)

pertanyaan, indikator tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan

pajak yang telah dipotong atau yang telah dipungut terdiri dari 1 (satu)

pertanyaan dan indikator tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau

menggunakan tanpa hak NPWP terdiri dari 2 (dua) pertanyaan. Indikator

tidak dapat memenuhi kewajiban menyampaikan SPT dapat dilihat dalam

tabel IV.10, indikator tidak dapat memenuhi kewajiban pengisian SPT

dengan lengkap dan benar dapat dilihat dalam tabel IV.11, indikator tidak

dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan dan pencatatan dapat

dilihat dalam tabel IV.12, indikator tidak dapat memenuhi kewajiban

menyetorkan pajak yang telah dipotong atau yang telah dipungut dapat

dilihat dalam tabel IV.13 dan tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan

atau menggunakan tanpa hak NPWN dapat dilihat dalam IV.14.

1) Indikator tidak dapat memenuhi kewajiban menyampaikan SPT

Tabel IV.10
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Tidak Dapat Memenuhi Kewajiban Menyampaikan SPT
keterangan P1
87

∑ %
Sangat Setuju 0 0%
Setuju 0 0%
Ragu-ragu 23 23%
Tidak Setuju 48 48%
Sangat Tidak
29 29%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.2 pertanyaan pertama dengan indikator

tidak dapat memenuhi kewajiban menyampaikan SPT. 23% atau 23

responden menjawab ragu-ragu, 48% atau 48 menjawab tidak setuju

dan 29% atau 29 responden menjawab sangat tidak setuju dengan

alasan responden tidak menyetujui jika wajib pajak tidak

menyampaikan SPT pada suatu periode fiskal tertentu.

2) Indikator tidak dapat memenuhi kewajiban pengisian SPT dengan

lengkap dan benar

Tabel IV.11
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Tidak Dapat Memenuhi Kewajiban Pengisian SPT Dengan Lengkap Dan
Benar
P2
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 0 0%
Setuju 0 0%
Ragu-ragu 17 17%
Tidak Setuju 49 49%
Sangat Tidak
34 34%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.11 pertanyaan kedua dengan indikator

tidak dapat memenuhi kewajiban pengisian SPT dengan lengkap dan

benar. 17% atau 17 responden menjawab ragu-ragu, 49% atau 49


88

menjawab tidak setuju dan 34% atau 4 responden menjawab sangat

tidak setuju dengan alasan respoden tidak menyetujui jika wajib pajak

menyampaikan SPT dengan perhitungan yang tidak benar dan tidak

lengkap.

3) Indikator tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan


dan pencatatan
Tabel IV.12
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
Tidak Dapat Memenuhi Kewajiban Memelihara Pembukuan Dan
Pencatatan
P3
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 0 0%
Setuju 0 0%
Ragu-ragu 11 11%
Tidak Setuju 49 49%
Sangat Tidak
40 40%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.12 pertanyaan ketiga dengan indikator

tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan dan

pencatatan. 11% atau 11 responden menjawab ragu-ragu, 49% atau 48

menjawab tidak setuju dan 40% atau 40 responden menjawab sangat

tidak setuju dengan alasan responden tidak menyetujui jika wajib

pajak menyampaikan SPT dengan memperkecil nilai pendaptan yang

dimiliki.

4) Indikator tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak yang


telah dipotong atau yang telah dipungut
Tabel IV.13
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
89

Tidak Dapat Memenuhi Kewajiban Menyetorkan Pajak Yang Telah


Dipotong Atau Yang Telah Dipungut
P4
Keterangan
∑ %
Sangat Setuju 0 0%
Setuju 0 0%
Ragu-ragu 11 11%
Tidak Setuju 49 49%
Sangat Tidak
40 40%
Setuju
Jumlah 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel IV.13 pertanyaan keempat dengan indikator

tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak yang telah

dipotong atau yang telah dipungut. 11% atau 11 responden menjawab

ragu-ragu, 49% atau 49 responden menjawab tidak setuju dan 40%

atau 40 responden menjawab sangat tidak setuju dengan alasan

responden tidak menyetujui jika wajib pajak menyetorkan sebagian

dari seluruh pajak yang telah dipungut/dipotong.

5) Indikator tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau

menggunakan tanpa hak NPWP

Tabel IV.14
90

Rekapitulasi Jawaban Kuesioner


Tidak Mendaftarkan Diri, Menyalahgunakan Atau Menggunakan Tanpa
Hak NPWP
P5 P6
Keterangan
∑ % ∑ %
Sangat Setuju 0 0% 0 0%
Setuju 0 0% 0 0%
Ragu-ragu 14 14% 9 9%
Tidak Setuju 41 41% 50 50%
Sangat Tidak Setuju 45 45% 41 41%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.14 pertanyaan kelima dengan indikator

tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa

hak NPWP. 14% atau 14 responden menjawab ragu-ragu, 41% atau 41

responden menjawab tidak setuju dan 45% atau 45 responden

menjawab sangat tidak setuju dengan alasan responden tidak

menyetujui jika wajib pajak tidak mendaftarkan diri sebagai wajib

pajak.

Pertanyaan keenam indikator tidak mendaftarkan diri,

menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP. 9% atau 9

responden menjawab ragu-ragu, 50% atau 50 responden menjawab

tidak setuju dan 41% atau 41 responden menjawab sangat tidak setuju

dengan alasan responden tidak menyetujui jika wajib pajak tidak

menggunakan NPWP sesuai dengan ketentuan.

B. Hasil Pengolahan Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data


91

Data yang valid dan reliabel harus menjadi syarat dalam melakukan

uji hipotesis penelitian agar hasil penelitian valid dan dapat dibuktikan.

Berdasarkan hal tersebut, pengujian validitas dan reliabilitas data sangat

mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, sebelum melakukan analisis

maka terlebih dahulu harus dipastikan bahwa data yang diterima valid dan

reliabel. Uji validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif tidak berubah apabila pengukuran diulangi dua kali atau

lebih. Dengan kata lain, validasi adalah indeks yang menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama.

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pernyataan dari

masing-masing variabel yang ada dalam kuisioner. Uji validitas

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana item-item yang membentuk

konsep yang telah disusun dapat mewakili variabel penelitian. Sebuah

konsep dikatakan dapat mewakili variabel apabila rhitung dari pernyataan

lebih besar dari nilai rtabel.

Nilai rtabel untuk sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 100

responden dengan tingkat signifikasi 5% dan n = 100 – 2 = 98 adalah

0,1966. Jadi, apabila rhitung lebih kecil dari 0,1966 maka pernyataan

tersebut dianggap tidak valid. Pengujian validitas ini dilakukan dengan

menggunakan SPSS versi 22 dan diperoleh data sebagai berikut :

1) Keadilan Pajak (X1)


92

Hasil dari pengujian validitas dari butir pertanyaan pada variabel

keadilan pajak adalah sebagai berikut :

Tabel IV.15
Hasil Uji Validitas Keadilan Pajak
Pernyataan Rtabel Rhitung Hasil
P.1 0,196 0,798 Valid
P.2 0,196 0,858 Valid
P.3 0,196 0,866 Valid
P.4 0,196 0,783 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan terhadap

butir pertanyaan dari variabel keadilan pajak didapatkan bahwa 4

(empat) butir pertanyaan dinyatakan valid.

2) Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

Hasil dari pengujian validitas dari butir pertanyaan pada variabel

kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:

Tabel IV.16
Hasil Pengujian Validitas Kepatuhan Wajib Pajak (X2)
Pertanyaan Rtabel Rhitung Hasil
P.1 0,196 0,829 Valid
P.2 0,196 0,880 Valid
P.3 0,196 0,858 Valid
P.4 0,196 0,817 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan terhadap

butir pertanyaan dari variabel kepatuhan wajib pajak didapatkan

bahwa 4 (empat) butir pertanyaan dinyatakan valid.

3) Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak (X3)


93

Hasil dari pengujian validitas dari butir pertanyaan pada variabel

keadilan pajak adalah sebagai berikut :

Tabel IV.17
Hasil Uji Validitas Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak (X3)
Pernyataan Rtabel Rhitung Hasil
P.1 0,196 0,769 Valid
P.2 0,196 0,794 Valid
P.3 0,196 0,724 Valid
P.4 0,196 0,745 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan terhadap

butir pertanyaan dari variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan

didapatkan bahwa 4 (empat) butir pertanyaan dinyatakan valid.

4) Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak (Y)

Hasil dari pengujian validitas dari butir pertanyaan pada variabel

keadilan pajak adalah sebagai berikut :

Tabel IV.18
Hasil Uji Validitas Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak (Y)
Pernyataan Rtabel Rhitung Hasil
P.1 0,196 0,676 Valid
P.2 0,196 0,651 Valid
P.3 0,196 0,698 Valid
P.4 0,196 0,678 Valid
P.5 0,196 0,685 Valid
P.6 0,196 0,690 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil pengujian validitas yang dilakukan terhadap

butir pertanyaan dari variabel persepsi wajib pajak mengenai

penggelapan pajak didapatkan bahwa 6 (enam) butir pertanyaan

dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas
94

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan tingkat

reliabilitas konsisten instrumen penelitian. Dimana sebuah data

dinyatakan reliabel atau handal jika Cronbach’s Alpha atau koefisien

alpha lebih besar dari 0,6. Apabila koefisien alpha > 0,6 maka data

penelitian dianggap sangat baik dan mempunyai keandalan yang tinggi

untuk digunakan sebagai input dalam proses penganalisaan data.

Sebaliknya, apabila koefisien alpha < 0,6 maka data penelitian tidak

mempunyai keandalan yang tinggi untuk diujikan dalam penelitian.

Adapun hasil uji reliabilitas variabel Keadilan Pajak (X₁),

Kepatuhan Wajib Pajak (X₂), Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan

Pajak (X₃) dan Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak (Y)

dapat dilihat dari Tabel IV.:

Tabel IV.19
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Cronbach’s Keterangan
Alpha Item Alpha
X₁ 0,845 0,6 Valid
X₂ 0,866 0,6 Valid
X₃ 0,751 0,6 Valid
Y 0,765 0,6 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, nilai Cronbach’s Alpha masing-

masing variabel lebih besar dari r product moment (r tabel). Oleh karena

itu, seluruh butir pernyataan dalam masing-masing variabel dinyatakan

reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas, maka dapat

dipastikan beberapa butir yang lolos dalam uji validitas dan uji
95

reliabilitas merupakan data yang valid dan reliabel. Data yang valid dan

reliabel tersebut baru dapat digunakan sebagai data yang akan diolah

untuk melakukan analisis pada tahap berikutnya.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis data maka diuji sesuai asumsi klasik

yang bertujuan untuk mendapatkan regresi yang baik yang terbebas dari

autokorelasi, multikolonieritas, heteroskedastisitas. Cara yang digunakan

untuk menguji penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah nilai

residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang

terdistribusi secara normal. Pengujian normalitas untuk penelitian ini

menggunakan grafik normal P-P Plot.

Gambar IV.2
Hasil Output SPSS Uji Normalitas (normal P-P Plot)
96

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan gambar IV.2 dapat disimpulkan bahwa grafik

normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal, maka

grafik menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena

memenuhi asumsi normalitas.

Selain menggunakan grafik plot, pengujian normalitas didukung

dengan analisis statistik menggunakan uji statistik non parametik

Kolmogrov-Smirnov (K-S).

Tabel IV.20
97

Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 100
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 2,28704586
Most Extreme Differences Absolute ,075
Positive ,075
Negative -,041
Test Statistic ,075
Asymp. Sig. (2-tailed) ,180c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikan 0,180 >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya penyimpangan asumsi klasik. Uji multikolineritas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi multikolineritas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tidak

terjadi multikolineritas jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan jika

nilai VIF lebih kecil dari 10. Uji multikolineritas dibantu dengan program

SPSS versi 22 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel IV.21
98

Hasil Pengujian Multikolineritas

Coefficientsa

Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF

1 (Constant) 25,252 2,354 10,729 ,000

X.1 -,231 ,100 -,226 -2,324 ,022 ,775 1,290

X.2 -,106 ,103 -,102 -1,032 ,305 ,740 1,351

X.3 -,523 ,142 -,356 -3,668 ,000 ,773 1,293

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan Tabel IV.21 diatas tolerance tiap variabel lebih besar

0,10 nilai VIF lebih kecil 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi

persoalan multikolineritas antar variabel bebas dalam penelitian ini .

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut heteroskedastisitas.


99

Gambar IV.3
Hasil Output SPSS
Uji Heteroskdastisitas (Scatterplot)

Sumber: Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan gambar IV.3 di atas, antara nilai prediksi variabel

dependen dengan redisualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang

jelas dan titik di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas.

Selain menggunakan pola titik pada Scatterplot, pengujian

heteroskedasitas didukung dengan analisis statisik menggunakan metode

uji glejser.
100

Tabel IV.22
Hasil Uji Heteroskedastisitas metode Uji Glejser

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1(Constant) ,764 1,445 ,529 ,598

X.1 -,043 ,061 -,080 -,699 ,486

X.2 ,039 ,063 ,073 ,620 ,537

X.3 ,060 ,087 ,079 ,682 ,497

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan Tabel IV.22 di atas menunjukkan bahwa semua

variabel bebas mempunyai nilai probabilitas signifikan lebih besar dari

0,05. Dengan demikian, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi.

3. Pengujian hipotesis

a. Koefiesien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2 merupakan

suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinasi R 2 mencerminkan

kemampuan variabel dependen. Tujuan analisis ini adalah untuk

menghitung besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar proporsi total variasi

variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya.

Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji


101

koefisien determinasi (Adjusted R Square) dibantu dengan SPSS versi 22

dengan hasil sebagai berikut :

Tabel IV.23
Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 ,547a ,299 ,277 2,32251

a. Predictors: (Constant), X.3, X.1, X.2

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan Tabel IV.23 di atas, dapat dilihat bahwa nilai

koefisien determinasi ganda (R2) sebesar 0,277. Nilai ini menunjukkan

bahwa variabel dipengaruhi 27,7% variabel Keadilan Pajak, Kepatuhan

Wajib Pajak dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak.

Sedangkan sisanya sebesar 72,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

penelitian ini.

b. Uji F (Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh variabel

independen Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak

mengenai Penggelapan Pajak secara bersama-sama atau simultan. Hasil

uji hipotesis pada uji F penelitian ini adalah sebagai berikut :


102

Tabel IV.24
Hasil Uji Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1Regression 221,163 3 73,721 13,667 ,000b

Residual 517,827 96 5,394

Total 738,990 99

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X.3, X.1, X.2

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel IV.25 dijelaskan nilai signifikan F

menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 13,667 > Ftabel yaitu sebesar 2,70

dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa Keadilan Pajak (X1), Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak (X3) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi

mengenai Penggelapan Pajak (Y).

c. Uji t (Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh variabel

independen Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai

Penggelapan Pajak secara satu persatu atau parsial.


103

Tabel IV.25
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1(Constant) 25,252 2,354 10,729 ,000

X.1 -,231 ,100 -,226 -2,324 ,022

X.2 -,106 ,103 -,102 -1,032 ,305

X.3 -,523 ,142 -,356 -3,668 ,000

a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan Tabel IV.25 di atas menunjukkan nilai ttabel dengan

taraf nyata (a) = 0,05 dengan dk=n-k-1= t. Maka dk = (100-3-1) = 96

dengan ttabel sebesar 1,984.

H2.a : Terdapat pengaruh negatif keadilan pajak terhadap persepsi

wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak (X1)

Y = 25.252 – 0,231(X1) + e

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa diketahui nilai thitung untuk

variabel keadilan ajak (X1) sebesar -2,324 sedangkan ttabel 1,984 dapat

disimpulkan bahwa Ha.2a diterima dan Ho.2a ditolak. Nilai signifikan t

variabel keadilan pajak 0,022 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa variabel

tersebut signifikan mempengaruhi persepsi wajib pajak orang pribadi

mengenai penggelapan pajak (Y). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

dengan ditolaknya Ho.2a serta nilai signfikan X1 sebesar 0,022 lebih kecil

dari 0,05 maka keadilan pajak secara parsial berpengaruh negatif

signifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak.


104

H2.b : Terdapat pengaruh negatif kepatuhan wajib pajak terhadap

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan

pajak (X2)

Y = 25.252 – 0,106(X2) + e

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa diketahui nilai thitung untuk

variabel kepatuhan wajib pajak (X2) sebesar -1,032 sedangkan ttabel 1,984

dapat disimpulkan bahwa Ho.2b diterima dan Ha.2b ditolak. Nilai

signifikan t variabel kepatuhan wajib pajak sebesar 0,305 > 0,05 hal ini

menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan mempengaruhi

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak (Y). Hal

ini dapat disimpulkan bahwa dengan ditolaknya Ha.2a serta nilai

signifikan X1 sebesar 0,022 lebih besar dari 0,05 maka kepatuhan wajib

pajak secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi wajib

pajak mengenai penggelapan pajak.

H2.c : Terdapat pengaruh negatif kemungkinan terdeteksinya

kecurangan pajak terhadap persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai penggelapan pajak (X3)

Y = 25.252 – 0,523(X3) + e

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa diketahui nilai thitung untuk

variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan pajak (X3) sebesar

-3,668 sedangkan ttabel 1,984 dapat disimpulkan bahwa Ha.2c diterima

dan Ho.2c ditolak. Nilai signifikan t variabel kemungkinan terdeteksinya

kecurangan pajak sebesar 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa
105

variabel tersebut signifikan mempengaruhi persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai penggelapan pajak (Y). Hal ini dapat disimpulkan

bahwa dengan ditolaknya Ho.2c serta nilai signifikan X1 sebesar 0,000

lebih kecil dari 0,05 maka kemungkinan terdeteksinya kecurangan secara

parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap persepsi wajib pajak

mengenai penggelapan pajak.

d. Hasil Uji Regresi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh keadilan pajak,

kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan

terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak dengan

menggunakan perangkat SPSS.

Tabel IV.26
Hasil Uji Regresi
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 25,252 2,354 10,729 ,000

X.1 -,231 ,100 -,226 -2,324 ,022

X.2 -,106 ,103 -,102 -1,032 ,305

X.3 -,523 ,142 -,356 -3,668 ,000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data primer yang diolah, 2020

Dari hasil regresi berganda yang diteliti pada variabel Keadilan

Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Kemungkinan Terdeteksinya

Kecurangan terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak.


106

Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut : Y = 25.252 - 0,231X1 - 0,106X2 - 0,523X3 + e

Berdasarkan persamaan yang telah dibuat dapat diketahui, nilai

konstanta 25.252 berarti bahwa jika seluruh varibael independen

dianggap konstan yaitu Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak,

Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Pajak maka nilai variabel

dependen Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan

Pajak sebesar 25.252.

Hasil penelitian nilai koefisien regresi Keadilan Pajak sebesar

-0,231 dengan nilai signifikan 0,022. Nilai signifikansi 0,022 lebih kecil

dari 0,05 sehingga variabel Keadilan Pajak memiliki pengaruh terhadap

Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak. Kesimpulan

hipotesis kedua yaitu pengaruh Keadilan Pajak terhadap Persepsi Wajib

Pajak mengenai Penggelapan Pajak diterima.

Hasil penelitian nilai koefisien regresi Kepatuhan Wajib Pajak

sebesar -0,106 dengan nilai signifkansi 0,305. Nilai signifikansi 0,305

lebih besar dari 0,05 sehingga variabel Kepatuhan Wajib Pajak tidak

memiliki pengaruh terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Persepsi

Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak. Kesimpulan hipotesis pertama

yaitu tidak ada pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Persepsi

Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak diterima.

Hasil penelitian nilai koefisien regresi Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan Pajak sebesar -0,523 dengan signifikan 0,00.


107

Nilai signifikan 0,00 lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel

Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan memiliki pengaruh terhadap

Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak. Kesimpulan

hipotesis kedua yaitu pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan

Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan Pajak

diterima.

C. Hasil Pembahasan Penelitian

1. Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan Pajak terhadap Persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak

H1 : Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Kemungkinan

Terdeteksinya Kecurangan Pajak berpengaruh terhadap Persepsi

Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan

keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan pajak berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai

Penggelapan Pajak, maka Ha.1 diterima dan Ho.1 ditolak. Hal ini dapat

dibuktikan dengan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel.

Selain itu, berdasarkan hasil koefisien korelasi dan koefisien

determinasi (R2) menunjukkan bahwa Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib

Pajak dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Pajak berpengaruh

terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak.

Keadilan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Kemungkinan Terdeteksinya


108

Kecurangan Pajak memberikan pengaruh sebesar 27,7% terhadap Persepsi

Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak, sisanya

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Riski

(2015) menemukan bahwa keadilan pajak memiliki hubungan pengaruh

signifikan terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai

penggelapan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2018)

menemukan bahwa kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Dewi (2017) menemukan bahwa

kemungkinan terdeteksinya kecurangan berengaruh signifikan terhadap

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak.

2. Pengaruh Keadilan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi mengenai Penggelapan Pajak

H2.a : Keadilan Pajak berpengaruh negatif terhadap Persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi mengenap Penggelapan Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui uji t. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa Keadilan Pajak berpengaruh negaitf terhadap

Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak, maka

Ho.2.a ditolak dan Ha.2.a diterima. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai

thitung lebih besar dari ttabel. Nilai koefisien regresi yang memiliki arah negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keadilan pajak maka semakin
109

rendah persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak

yang terjadi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Chrisna (2015), Dini (2017), Enggar dan Romy (2019), Mirah dan Orin

(2019). Menurut Mardiasmo (2009), sesuai dengan tujuan hukum untuk

mencapai keadilan, maka undang-undang dan pelaksanaan pemungutan

harus adil. Adil dalam perundang-undangan yang dimaksud adalah

mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing. Sedangkan, adil dalam pelaksanaannya adalah

memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis

Pertimbangan Pajak. Pentingnya keadilan bagi seseorang termasuk dalam

pembayaran pajak juga akan mempengaruhi sikap mereka dalam melakukan

pembayaran pajak. Jika semakin rendahnya keadilan yang berlaku menurut

persepsi wajib pajak, maka tingkat kepatuhannya akan semakin menurun hal

ini berarti bahwa kecenderungannya untuk melakukan penggelapan pajak

akan semakin tinggi.

3. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak

H2.b : Keadilan Pajak berpengaruh negatif terhadap Persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi mengenap Penggelapan Pajak


110

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui uji t. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak, maka

Ho.2.b diterima dan Ha.2.b ditolak.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Putu dkk (2016), Siti dan Dewi (2017) dan Marlina (2018) menyatakan

bahwa kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib

pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak. Kepatuhan wajib pajak

berarti kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, maka sangat

diharapkan semakin tinggi kepatuhan wajib pajak maka semakin rendah

persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak, namun pada hasil

penelitian ini wajib pajak baik yang patuh maupun tidak patuh tidak terdapat

pengaruhnya dalam tingkat penggelapan pajak yang dilakukan wajib pajak.

Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden bahwa sebagian besar

responden menjawab kepatuhan wajib pajak sudah baik, namun ini tidak

mempengaruhi persepsi wajib orang pribadi pajak mengenai penggelapan

pajak dan merupakan suatu yang boleh dilakukan.

4. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi

Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Penggelapan Pajak

H2.c : Keadilan Pajak berpengaruh negatif terhadap Persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi mengenap Penggelapan Pajak


111

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui uji t. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan

berpengaruh negatif terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Penggelapan

Pajak, maka Ho.2.c ditolak dan Ha.2.c diterima. Hal ini dapat dibuktikan

dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel. Nilai koefisien regresi yang memiliki

arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemungkinan

terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan maka semakin rendah

persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Chrisna (2015), Riski (2015), Auliya (2015), Mila dkk (2016), Dini (2017),

Endang (2018) yang menemukan bahwa kemungkinan terdeteksinya

kecurangan berpengaruh dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak orang

pribadi mengenai penggelapan pajak. Penelitian ini berpengaruh karena

ketika masyarakat/WP menganggap bahwa persentase yang menegaskan

bahwa dengan adanya kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui

pemeriksaan pajak yang dilakukan tinggi maka dia akan cenderung untuk

patuh terhadap aturan perpajakan dalam hal ini berarti tidak melakukan

penggelapan pajak. Masyarakat/WP takut jika ketika diperiksa dan ternyata

melakukan kecurangan maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar

denda akan jauh lebih besar dari pada pajak yang sebenarnya harus ia bayar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan analisis data yang telah dilakukan oleh

peneliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan pajak secara bersama-sama memiliki pengaruh dan signifikan

terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan pajak di

KPP Pratama Ilir Barat. Secara parsial, keadilan pajak berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap persepsi wajib pajak orang pribadi mengenai penggelapan

pajak, kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak

orang pribadi mengenai penggelapan pajak, dan kemungkinan terdeteksinya

kecurangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak

orang pribadi mengenai penggelapan pajak.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi KPP Pratama Ilir Barat hendaknya mempermudah dan mempercepat

poses mahasiswa yang ingin melakukan penelitian.

2. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk:

a. Menambahkan variabel independen lainya, menambahkan variabel

moderating atau intervening yang bertujuan untuk mengetahui variabel-

variabel lain yang dapat mempengaruhi variabel dependen

112
113

seperti tarif pajak (Lya, 2017), diskriminasi (Enggar dan Romy, 2019),

sistem perpajakan (Endang, 2018), kualitas pelayanan pajak (Chrisna,

2015), dan norma subjektif (Siti dan Dewi, 2017).

b. Menambahkan jumlah sampel penelitian agar memperoleh hasil yang

lebih meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA

A.A Mirah Pradnya Pramita dan I Gusti Ayu Nyoman Budiasih. 2016. Pengaruh
Sistem Perpajakan, Keadilan, dan Teknologi Perpajakan Pada Persepsi
Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Volume 17, Nomor 2: 1030-1056.

Abdul Halim, Icuk Rangga dan Amin Dara. 2014. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Albert Kurniawan. 2014. Metode Riset Untuk Ekonomi Bisnis. Bandung:


Alfabeta.

Arfan Ikhsan Lubis. 2019. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

Auliya Ulfa. 2015. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Teknologi


dan Informasi Perpajakan, dan Kepercayaan Pada Otoritas Pemerintah
Terhadap Penggelapan Pajak. Jom FEKON. Volume 2, Nomor 2: 1-15.

Chairil Anwar Pohan. 2013. Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan


Pajak dan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chrisna Vionita Lumban Tobing. 2015. Pengaruh Keadilan Pajak, Kualitas


Pelayanan Pajak, Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Sanksi
Perpajakan, dan Tarif Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Volume 2, Nomor 2: 1-15.

Dini Damayanti. 2017. Pengaruh Keadilan, Self Assessment System, Diskriminasi,


dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib
Persepsi Wajib Pajak Dalam Tindakan Penggelapan Pajak. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Volume 4, Nomor 1: 426-440.

Endang Winarsih. 2018. Pengaruh Sistem Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan


Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Penggelapan Pajak. Jurnal Ilmiah
Akuntansi. Volume 1, Nomor 1: 55-69.

Enggar Pratiwi dan Ronny Prabowo. 2019. Keadilan dan Diskriminasi Pajak
Terhadap Penggelapan Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. AFRE
Accounting and Financial Review. Volume 2, Nomor 1: 8-15.

Erly Suandy. 2017. Hukum Pajak. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Feby Eileen Wanarta dan Yenny Mangoting. 2014. Pengaruh Sikap


Ketidakpatuhan Pajak, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku yang
Dipersepsikan terhadap Niat Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Melakukan
Penggelapan Pajak. Tax & Accounting Review.Volume 4, Nomor 1: 1-
13.

Harmi Putri. 2017. Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi, Kepatuhan dan


Pengetahuan Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Volume 4, Nomor 1: 2045-2059.

Irwansyah Lubis. 2013. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan
Pelaksanaan Hukum. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Kadek Addis, Ni Luh Gede Erni, dan Edy Sujana. 2017. Pengaruh Penerapan E-
Faktur, Biaya Kepatuhan, Sistem Perpajakan, dan Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Pada KPP Pratama Singaraja. E-
Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 8, Nomor 2:
1-11.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 544/KMK.04/2000


tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

Lya Octavia. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak.


Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Volume 4, Nomor 1:
3616-3630.

Marihot Pahal Siahaan. 2010. Hukum Pajak Material. Yogyakarta: Penerbit


Graha Ilmu.

Marlina. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak


Orang Pribadi Mengenai Penggelapan Pajak. Jurnal Pundi. Volume 2,
Nomor 2: 151-168.

McGree W. Robert. 2006. Three Views on the Ethics of Tax Evasion. Journal of
Business Ethics. Volume 3, Nomor 1: 1-41.

Mila Indriyani, Siti Nurlaela, Endang Masitoh Wahyuningsih. 2016. Pengaruh


Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Mengenai Perilaku Tax Evasion. Seminar Nasional IENACO. Volume 7,
Nomor 2 :818-825.

Mohammad Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Nur Hidayat. 2013. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Elex Media Komputindo.


Orin Ndari Ervana. 2019. Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Keadilan Pajak dan Tarif
Pajak Terhadap Etika Penggelapan Pajak. Jurnal Akuntansi Pajak
Dewantara. Volume 1, Nomor 1: 80-92.

Prielly Natasya Kartini, Linda Lambey, dan Stanley Kho. 2017. Pengaruh
Diskriminasi dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Orang Pribadi Mengenai Penggelapan Pajak di Kota Bitung. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern. Volume 12, Nomor 2, 541-552.

Putu Sariani, Made Arie Wahyuni, dan Ni Luh Gede Erni. 2016. Pengaruh
Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Biaya Kepatuhan
Terhadap Persepsi Wajib Pjak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax
Evasion) Pada KPP Pratama Singaraja. E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha. Volume 6, Nomor 3: 1-11.

Putusan Pengadilan Negeri Palembang Atas Kasus Penggelapan Pajak Oleh Bendahara. DJP.
1/12/2015. (Online) (https://www.pajak.go.id/id/putusan-pengadilan-
negeri-palembang-atas-kasus-penggelapan-pajak-oleh-bendahara).
(Diakses 1 November 2019).

Romie Priyastama. 2017. SPSS Pengolahan Data dan Analisis Data.


Yogyakarta: Start Up

Riski Hamdani Pulungan. 2015. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan


Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Volume 2, Nomor 1:1-14.

Siti Fatimah dan Dewi Kusuma Wardani. 2017. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Penggelapan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Temanggung. Jurnal Akuntansi Dewantara.Volume 1, Nomor 1: 1-14.

Siti Kurnia. 2017. Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal). Bandung:


Rekayasa Sains.

Siti Resmi. 2016. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Tersandung Kasus Pajak 2,3 Milyar, Bos PT.FTP Diganjar 3,6 Tahun Bui.
Detiksumsel.com.22/4/2019.(Online)
(https://www.detiksumsel.com/tersandung-kasus-pajak-23-m-bos-pt-ftp-
diganjar-36-tahun-bui/). (Diakses 3 November 2019).

Thomas Sumarsan. 2017. Perpajakan Indonesia Edisi 5. Jakarta: Indeks.

V. Wiratna Sujarweni. 2018. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi


Pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.

Wirawan B. Ilyas, dan Diaz Priantara. 2014. Manajemen dan Perencanaan


Pajak Berbasis Resiko. Jakarta: In Media.

Anda mungkin juga menyukai