(surat Al-Imran: 26-27), juga jika ditulis dan bawanya, dapat meluaskan pintu rizki. Selanjutnya
beliau mengatakan: amalan ini telah ditajrib (dieksperimen) berkali-kali. Ayat dan cara
mengamalkannya sebagai berikut:
ع ا ْل ُم ْلكَ ِم َّمنْ تَشَا ُء َو تُ ِع ُّز َمنْ تَشَا ُء ُ قُ ِل اللَّ ُه َّم َمالِك ا ْل ُم ْل ِك تُ ْؤتِى ا ْل ُم ْلكَ َمنْ تَشَا ُء َو تَ ْن ِز
تُ ْولِ ُج الَّ ْي َل فِى النَّ َها ِر َو تُ ْولِ ُج.َي ٍء قَ ِد ْي ٌر
ْ َو تُ ِذ ُّل َمنْ تَشَا ُء بِيَ ِدكَ ا ْل َخ ْي ُر إِنَّكَ َعلَى ُك ِّلِ ش
ق َمنْ تَشَا ُء ُ ت َو تُ ْخ ِر ُج ا ْل َميِّتَ ِم َن ا ْل َح ِّي َو ت َْر ُز ِ ِّار فِى الَّ ْي ِل َو تُ ْخ ِر ُج ا ْل َح َّي ِم َن ا ْل َمي
َ النَّ َه
ب
ٍ ساَ بِ َغي ِر ِح
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli `ala Muhammadin wa âli Muhammad
Qulillâhumma âlikal mulki tu’til mulka man tasyâu wa tanzi’ul mulka mimman tasyâu, wa
tu’izzu man tasyâu wa tudzillu man tasyâu, biyadikal khayru innaka ‘alâ kulli syay-in
qadîr. Tûlijul layla fin nahâri wa tûlijun nahâra fil layli, wa tukhrijul hayya minal mayti
wa tukhrijul mayyita minal hayyi wa tarzuqu man tasyâu bighayri hisâb.
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (batas).” (Ali-Imran: 26-27).
Caranya Mengamalkan
Pertama: Dua ayat tersebut dibaca (40 kali) selama 40 hari.
Kedua: Setiap sesudah membaca dua ayat tersebut membaca Yâ Allâh (3 kali). Kemudian
membaca doa berikut (3 kali):
Syeikh Ath-Thabrasi meriwayatkan bahwa Mu’adz bin Jabal berkata: Pada suatu hari aku tidak
shalat Jum’at bersama Rasulullah saw. Lalu beliau bertanya: “Wahai Mu’adz, mengapa kamu
tidak shalat Jum’at? Mu’adz menjawab: Orang yahudi menghadangku di pintu rumahku karena
hutangku, lempengan emas, sudah jatuh tempo. Tidak ada yang menaruh kasihan padaku
selainmu, orang yahudi itu mau memasukkan aku ke penjara. Kemudian Rasulullah saw
bersabda: “Wahai Mu’adz, maukah kamu Allah yang menunaikan hutangmu? Mu’ad menjawab:
Ya mau, ya Rasulullah. Rasulullah saw bersabda: “Bacalah (ayat tersebut di atas):
(ب
ٍ سا ُ )قُ ِل اللَّ ُه َّم َمالِك … َو ت َْر ُز
َ ق َمنْ تَشَا ُء بِ َغي ِر ِح
Kemudian membaca:
ِ اِ ْق، َوتَ ْمنَ ُع ِم ْن ُه َما َماتَشَا ُء،اآلخ َرة َو َر ِحي َم ُه َما تُ ْع ِطي ِم ْن َها َماتَشَا ُء
ض ِ يَا َر ْح َم َن ال ُّد ْنيَا َو
َعنِّي َد ْينِي
Yâ Rahmânad dun-ya wak-âkhirah wa rahîmahumâ, tu’thî minhumâ man tasyâ’, wa tamna’u
minhumâ man tasyâ’, iqdhi ‘annî daynî.
Wahai Yang Maha Pengasih dunia dan akhirat, Yang Maha Penyayang dunia dan akhirat,
Engkau memberikan dari keduanya apa yang Engkau kehendaki, dan Engkau menahan dari
keduanya apa yang Engkau kehendaki, tunaikan hutangku.
Dalam tafsir Majma’ul Bayan disebutkan: Sekiranya kamu menginginkan bumi dipenuhi oleh
emas, niscaya Allah menunaikan hutangmu.”