Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat: Al-Jamaah Solusi Problematika Umat

Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah ke-1

‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا‬


َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.‫ف َوالتَّفَا ُرقَ ِة‬ ‫هّٰلِل‬
ِ َ‫وم ْال َج َما َع ِة َونَهَا نَا َع ِن ااْل ِ ْختِال‬
ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّ ِذى اَ َم َرنَا بِلُ ُز‬
‫ قَا َل هللاُ تَ َعا َل فِي‬.‫ان ِإلَى يَوْ ِم ْالقِيا َ َم ِة‬ ٰ
ٍ ‫ص ّل َو َسلّ ْم عَلى سيّدنا ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬ َ ‫ اَلّلهُ ّم‬.ُ‫َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬
‫ يَاَأيّهَا‬.‫ال اَ ْيظًا‬َ َ‫ َوق‬. َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ِ ‫ْالقُرْ ٰا ِن ْال َك ِر ِيم اَعُو ُذبِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن الر‬
ّ ‫َّج ِيم يَاَأيّهَا الّ َذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َح‬
ِ ‫الّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َوقُوْ لُوْ ا قَوْ الً َس ِد ْيدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللاَ َو َرسُوْ لَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬
‫َظيْم‬

Kaum Muslimin, Mukminin hafidzakumullah.

Marilah senantiasa kita rawat, kita sirami dan kita pupuk keimanan dan ketaqwaan kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena keimanan dan ketaqwaan itu ibarat tanaman, ia akan
tumbuh subur dan berkembang jika dirawat di siram dan dipupuk. Sebaliknya, iman dan taqwa
bisa layu, busuk, bahkan mati jika tidak mendapatkan perhatian dan perawatan. Maka, dengan
menyimak khutbah ini, semoga iman dan taqwa kita akan tumbuh subur dan memberi manfaat
kepada kita dan manusia semuanya, di dunia dan akhirat.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah menjelaskan makna taqwa, yaitu: Pertama,
Al-Khaufu minal-Jalil, yakni merasa takut kepada Allah Yang Mahamulia. Kedua, Al-‘Amalu bi
At-Tanzil, beramal dengan apa yang diwahyukan Allah. Ketiga, Ar-Ridha bil-Qalil, merasa
cukup dan ridha dengan pemberian Allah, meskipun hanya sedikit, dan keempat, Al-Isti`dadu li
Yaumir-Rahil, sentiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali
menghadap Allah Sangpencipta.

Kaum Muslimin, Mukminin hafidzakumullah.

Marilah kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ۡ‫صبَ ۡحتُم بِنِ ۡع َمتِ ِۤۦه ِإ ۡخ َوٲ ۬نًا َو ُكنتُم‬


ۡ ‫ُوا نِ ۡع َمتَ ٱهَّلل ِ َعلَ ۡي ُكمۡ ِإ ۡذ ُكنتُمۡ َأ ۡعدَٓا ۬ ًء فََألَّفَ بَ ۡينَ قُلُوبِ ُكمۡ فََأ‬
ْ ‫وا َو ۡٱذ ُكر‬ ‌ْۚ ُ‫وا بِ َح ۡب ِل ٱهَّلل ِ َج ِمي ۬ ًعا َواَل تَفَ َّرق‬
ْ ‫ص ُم‬ ۡ ‫َو‬
ِ َ‫ٱعت‬
١٠٣ : ]٣[ ‫ك يُبَيِّنُ ٱهَّلل ُ لَ ُكمۡ َءايَ ٰـتِ ِهۦ لَ َعلَّ ُكمۡ تَہۡ تَ ُدونَ (ال عمران‬ َ ِ‫ار فََأنقَ َذ ُكم ِّم ۡنہَ ۗا‌ َك َذٲل‬ ۡ
ِ َّ‫( َعلَ ٰى َشفَا حُف َر ۬ ٍة ِّمنَ ٱلن‬

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah, seraya berjamaah dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
[masa Jahiliyah] bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-Imran[3]: 103).

Menuurut Imam As-Sayuthi, ayat ini turun berkenaan dengan problematika ukhuwah
(persaudaraan) yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj di Madinah.

Kedua suku tersebut terprovokasi oleh propaganda seorang bernama Syas bin Qais, tokoh
Yahudi yang sangat benci dengan persatuan Kaum Muslimin. Ia membangkitkan sentimen
kedua suku tersebut akan dahsyatnya perang Bu’ats. Perang Buats adalah pertempuran yang
terjadi antara dua suku Aus dan Khazraj pada masa jahiliyah.
Dengan propaganda itu, timbullah kegaduhan di antara mereka. Masing-masing pihak saling
membanggakan sukunya. Aus bin Qaizhi, dari Bani Haritsah (suku Aus) dan Jabar bin Shakar,
dari Bani Salamah (suku Khazraj) melompat ke atas kudanya kemudian beradu mulut. Masing-
masing saling mengeluarkan senjata, kemudian bersama kaumnya menuju ke sebuah lapangan
untuk berperang.

Berita mengenai kejadian itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu alahi wasalam. Kemudian
beliau segera bergegas menuju lapangan tempat mereka akan berperang dan bersabda:
ْ ‫يَا َم ْع َش َر ْال ُم ْسلِ ِميَنَ هللاَ هللاَ اَبِ َد ْع َوى ْال َجا ِهلِيَّ ِة َوَأنا َ بَيَنَ َأ‬
‫ َواَ ْك َر َم ُك ْم بِ ِه َوقَطَ َع بِ ِه َع ْن ُك ْم اَ ْم َر‬،‫ بَ ْع َد ِإ ْذهَدَا ُك ُم هللاُ ِإلَى ْا ِال ْسالَ ِم‬، ‫ظه ُِر ُك ْم‬
‫ َوَألَّفَ بَ ْينَ ُك ْم تَرْ ِجعُوْ نَ ِإلَى َما ُك ْنتُ ْم َعلَ ْي ِه ُكفَّا رًا‬،‫ َوا ْستَ ْنقَ َذ ُك ْم بِ ِه ِمنَ ْا ْل ُك ْف ِر‬،ْ‫ ْال َجا ِهلِيَه‬.

“Wahai kaum Muslimin! (Takutlah kepada) Allah, (takutlah kepada) Allah! Apakah seruan-
seruan jahiliah (muncul lagi) sedangkan aku masih ada ditengah-tengah kalian? Apakah kalian
setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, memuliakan kalian, menghapuskan cara jahiliah
dari kehidupan kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menjinakan hati kalian, kalian
kembali lagi kepada kepada kekafiran? “

Dengan peringatan Rasulullah Shallallahu alahi wasalam itu, akhirnya mereka pun sadar atas
apa yang baru saja mereka lakukan. Itu semua adalah tipu daya dari syetan dan musuh-musuh
mereka. Kemudian keduanya meletakan senjatanya, seraya menangis dan saling berangkulan
satu dengan yang lain. Mereka pulang kembali bersama Rasulullah Shallallahu alahi wasalam
dengan penuh ketaatan dan persaudaraan. Dengan demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memadamkan api permusuhan, lalu jadilah mereka bersaudara.

Ma’asyiral Muslimin, Mukminin hafidzakumullah.

Kisah tersebut menunjukkan bahwa Al-Jamaah mampu mempersatukan dua kubu yang tadinya
saling bermusuhan, mampu merajut kembali persatuan dan kesatuan dan bangkit membangun
peradaban yang gemilang. Potret kehidupan Rasulullah Shallallahu alahi wasalam dan para
sahabatnya itulah yang dinamakan Al-Jamaah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi
wa sallam, Al-Jama’ah adalah:

‫( َما اَنَا َعلَ ْي ِه َواَصْ َحابِى ) رواه ابو داود والترمذي وابن ماجة‬

“Orang-orang yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (H.R. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan
Ibnu Majah)

Kaum Muslimin yang hidup berjamaah dan dipimpin oleh seorang imaam atau amir, dalam
hadits shahih lainnya disebut dengan Jama’ah Muslimin, sebagaimana sebuah hadits yang
panjang dari sahabat Hudzaifah bin Yaman. Ketika mengisahkan kejadian-kejadian di akhir
zaman yang penuh keburukan, fitnah dan dakhan, yaitu penyeru-penyeru yang mengajak kepada
neraka, yang mereka berbicara dan berpenampilan seperti halnya kaum Muslimin. Maka
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan:

)‫ت َْلزَ ُم َج َما َعةَ ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ وَِإ َما َمهُ ْم (رواه البخارى‬

“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka” (H.R. Al-Bukhari).

Ketika menjelaskan kalimat tersebut, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Baari menyebutkan:
َ ‫أن ْال ُم َرا َد ِمنَ ْال َخبَ ِر لُ ُزوْ ُم ْال َجما َ َع ِة الَّ ِذ ْينَ فِ ْي طَا َع ِة َم ْن اِجْ تَ ِمعُوْ ا ع َٰلى تَْأ ِمي ِْر ِه فَ َم ْن نَ َك‬
‫ث بَ ْي َعتَهُ خَ َر َخ ع َِن‬ َّ ‫ َوال‬:‫ال الطَّبَ ِري‬
َّ ُ‫ص َوا ب‬ َ َ‫ق‬
‫ ْال َج َما َع ِة‬.

Al-Thabari berkata: “Yang benar dari maksud hadits “luzumul jama’ah” adalah orang-orang
yang taat kepada amir (pemimpin) yang mereka telah bersepakat mengangkatnya, maka barang
siapa yang merusak baiatnya, maka ia telah keluar dari Al-Jamaah tersebut.”

Perlu diketahui bahwa Khudzaifah bin Yaman adalah sahabat yang cerdas dan istimewa. Beliau
memiliki kemampuan khusus, yaitu bisa membaca karakter seseorang dengan melihat wajahnya
dengan hanya sekali pandang. Khalifah Umar bin Khattab sering bertanya kepadanya tentang
karakter seseorang ketika hendak mengangkat pembantu-pembantunya, termasuk ketika hendak
menyalatkan jenazah, apakah jenazah tersebut termasuk orang munafik atau bukan. Khudzaifah
juga dikenal meriwayatkan hadits-hadits futuristik, yang mengisahkan kejadian masa depan dari
sabda Rasulullah Shallallahu alahi wa salam.

Dari hadits di atas, kita dapat fahami bahwa solusi problematika umat, di tengah perpecahan dan
disintegrasi umat, kebingungan mereka mencari sistem yang ideal untuk mengatur masyarakat,
keterbelakangan ilmu dan teknologi serta kehidupan sosial, solusi dari itu semuanya adalah
dengan kembali kepada Al-Quran (hablullah) dan mengamalkan pola kehidupan berjamaah
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam dan para sahabatnya,
yaitu hidup terpimpin dalam naungan Al-Jama’ah.

Dengan menetapi dan mengamalkan Al-Jama’ah, insyaAllah pertolongan dan rahmat Allah akan
diberikan kepada kaum Muslimin sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa salam:

‫( ْال َج َما َعةُ َرحْ َمةٌ َو ْالفُرْ قَةُ َع َذابٌ )رواه احمد‬

“Berjamaah adalah rahmat dan berpecah-belah adalah azab” (HR Ahmad).

Dengan hidup berjamaah akan tumbuh rasa kasih sayang di antara sesama umat Islam. Dengan
hidup berjamaah, yang kuat akan melindungi yang lemah, yang berkecukupan akan membantu
yang kekurangan, yang tinggi akan menyantuni yang rendah. Kesemuanya itu dapat terwujud
apabila umat Islam berada dalam Al-Jama’ah.

Dengan hidup berjam’ah pula akan terwujud kasih sayang dan persaudaraan antara sesama umat
Islam, sebagaimana yang dirasakan oleh para sahabat dari suku Aus dan Khazraj. Mereka yang
dahulu bermusuhan, setelah datangnya Islam menjadi bersaudara dan saling menyayangi.

Kaum Muslimin hafidzakumullah

Akhirnya, mari kita amalkan pola hidup berjamaah ini dengan semaksimal kemampuan. Kita
dakwahkan Al-Jama’ah ini kepada segenap kaum Muslimin, di manapun mereka berada. Kita
tunjukkan kepada umat manusia bahwa Islam adalah agama rahmat, agama yang penuh kasih
sayang dan memberi manfaat kepada seluruh alam. Islam adalah agama Rahmatan lil Alamin,
menebar rahmat kepada seluruh alam. Tidak hanya manusia yang merasakan rahmat, tetapi
hewan, tumbuhan dan lingkungan juga merasakan rahmat dan manfaat keberadaan Islam.

Kita berdoa, semoga kaum Muslimin dimanapun berada, dapat mengamalkan Al-Jamaah ini
sehingga umat Islam akan berjaya dan kuat, disegani lawan, dihormati kawan, mampu menolong
kaum yang tertindas dan teraiaya, serta membebaskan Al-Aqsa dan Palestina sehingga dunia
kembali aman dan damai dan sejahtera.
‫ت َوالـ ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬أقُـوْ ُل قَـوْ لِ ْي هـذا َوَأ ْسـتَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬ ‫ك هللا ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِ‬
‫ـري ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َمــا فِيْـ ِه ِمنَ اآْل يَــا ِ‬ ‫ار َ‬
‫بَ َ‬
‫ب‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬ ‫‪َ .‬ولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل َذ ْن ٍ‬

Anda mungkin juga menyukai