1. EKSTRAKSI VAKUM
Sebelum dilaksanakan teknik vacum ekstrasi harus mengetahui indikasi ekstraksi vacum
terlebih dahulu yaitu Partus tidak maju dengan anak hidup dan kala II lama dengan presentasi
kepala belakang.
A. Langkah- langkah Tindakan
Persiapan adalah cup dilicinkan dengan minyak kemudian di masukan ke dalam
jalan lahir dan diletakkan pada kepala anak. Titik yang ada pada cup sedapat-dapatnya
menunjukkan ke ubun-ubun kecil. Sedapat-dapatnya digunakan cup yang terbesar supaya
tidak mudah terlepas. Dengan 2 jari cup ditekankan pada kepala bayi sambil seorang
asisten dengan perlahan-lahan memompa tekanan sampai – 0,2 atmosfer, setelah itu
dengan 1 jari kita periksa apakah tidak ada jaringan cervix atau vagina yang terjepit.
Tekanan – 0,2 atmosfer dipertahankan selama 2 menit kemudian diturunkan sampai -0,5
atm, dua menit kemudian diturunkan lagi sampai -0,7 – (-0.75)atm. Kita biarkan pada
tekanan -0,7 atm,selama 5 menit agar caput terbentuk dengan baik. Kita pasang pengait
dan tangan kanan memegang pengait tersebut untuk menarik. Tiga jari tangan kiri
dimasukkan ke jalan lahir, untuk mengarahkan tarikan, jari-jari telunjuk dan tengah
diletakkan pada pinggir cup sedangkan ibu jari pada bagian tengah cup, Penarikkan
dilakukan pada waktu his dan si ibu disuruh mengedan. Kadang-kadang dapat dilakukan
dorongan pada fundus uteri untuk memudahkan ekstraksi. Arah tarikan adalah sesuai
dengan penarikan forceps. Setelah kepala lahir cup dilepaskan dengan menghilangkan
vakum.
B. Kegagalan vakum ekstraksi dan penyebabnya
Ekstraksi vakum dianggap gagal bila ditemui kondisi seperti berikut ini, yaitu :
kepala tidak turun pada tarikan, jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun,
atau tarikan sudah 30 menit dan mangkok lepas pada tarikan dengan tekanan maksimum.
Adapun hal-hal yang bisa menjadi penyebab kegagalan pada ekstraksi vakum
yaitu :
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat
c. Selaput ketuban melekat
d. Bagian jalan lahir terjepit
e. Koordinasi tangan kurang baik
f. Traksi terlalu kuat
g. Cacat alat
h. Disproporsi sefalopelvik yag sebelumnya tidak diketahui.
C. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum yaitu :
1. Pada ibu : Bisa terjadi perdarahan akibat atonia uteri atau trauma, trauma jalan lahir
dan infeksi.
2. Pada janin : Aberasi dan laserasi kulit kepala, sefalhematoma yang biasanya hilang
dalam 3-4 minggu, nekrosis kulit kepala, perdarahan intakranial (sangat jarang)
jaundice, fraktur clavikula, kerusakan N VI dan N VII.
D. Keuntungan vakum ekstraksi
Beberapa keuntungan yang didapat dari vakum ekstraksi yaitu :
a. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dengan
demikian mengurangi frekuensi SC.
b. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, Cup dapat dipasang pada
belakang kepala, samping kepala ataupun dahi.
c. Tarikan tidak dapat terla luberat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan
melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
d. Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan.
e. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan
mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi).
f. Lebih sedikit membutuhkan anastesi dibanding ekstraksi forcep.
g. Lebih sedikit trauma terhadap vagina / perineum ibu.
E. Kerugian vakum ekstraksi
Kerugian dari tindakan vakum ekstraksi adalah waktu yang diperlukan untuk
pemasangan cup sampai dapat ditarik relatip lebih lama dari pada forceps (± 10 menit)
cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat
seperti misalnya pada fetal distress (gawatjanin). Selain itu alatnya relatif mahal
dibanding dengan forcep.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum ekstraksi
a. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubunbesar.
b. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
c. Cup dengan tekanan negative tidak boleh dipasang lebih dari ½ jam.
d. Penarikan pada wakru ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengejan.
e. Apabila kepala masih agak tinggi(H III ) sebaiknya dipasang cup yang terbesar
(diameter 7 cm)
f. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi.
g. Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature.
F. Bahaya vakum ekstraksi
a. Terhadap ibu : Robekan bibir cervix atau vagina karena terjepit antara kepala bayi
dan cup.
b. Terhadap anak : Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum artificialis akan
hilang dalam beberapa hari. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk
melahirkan kepala waktu Sectiocaecar.
2. EKSTRAKSI FORCEP
Forsep adalah tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat cunam.
Ekstraksi Forcep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang
dipasang dikepalanya. Cunam yang umum dipakai adalah cunam Niagle, sedang pada kepala
yang menyusul dipakai cunam piper dengan lengkung panggul agak datar dan tangkai yang
panjang, melengkung keatas dan terbuka.
A. Jenis-jenis persalinan Estraksi forcep
Bentuk persalinan forsep dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Forcep rendah (low forcep)
Forcep yang digunakan telah dipasang pada kepala janin yang berada sekurang-
kurangnya pada Hodge III.
b. Forcep tengah (midforcep)
Pemasangan forcep pada saat kepala janin sudah masuk dan menancap di panggul
pada posisi antara Hodge II dan Hodge III.
c. Forcep tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara Hodge I atau Hodge II, artinya ukuran
terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul dengan perkataan lain kepala
masih dapat digoyang. Forsep tinggi saat ini sudah diganti dengan Sectio Cesarea.
B. Syarat Ekstraksi Forcep
Keadaan yang menjadi syarat untuk memutuskan partus dengan ekstraksi forcep
adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan harus lengkap
Jika pembukaan belum lengkap bibir servik dapat terjepit antara kepala anak dan
sendok sehingga servik juga bisa robek yang sangat membahayakan karena dapat
menimbulkan perdarahan hebat.
b. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan
Jika ketuban belum pecah maka selaput janin ikut tertarik oleh forcep dan dapat
menimbulkan tarikan pada plasenta yang dapat terlepas karenanya ( solution
plasenta).
c. Ukuran terbesar kepala harus sudah melewati pintu atas panggul
Kepala sekurang-kurangnya sampai di Hodge III untuk letak belakang kepala. Supaya
tidak tersesat oleh caput succedanum dalam menentukan turunnya kepala maka
toucher harus selalu di control oleh palpasi.
d. Kepala harus dapat dipegang oleh forcep
Forsep tidak boleh dipasang pada kepala yang luar biasa ukuran atau bentuknya,
seperti : premature, hidrochepal.
e. Panggul tidak boleh terlalu sempit
C. Indikasi Ekstraksi Forcep
a. Indikasi ibu
1) Persalinan distosia
a) Persalinan terlantar
b) Ruptur uteri imminen
c) Kala dua lama
2) Ekslampsi / pre ekslampsi
3) Profilaksis penyakit sistemik ibu
a) Gestosis
b) Hipertensi
c) Penyakit jantung
d) Penyakit paru-paru
4) Ibu keletihan
b. Indikasi Janin
1) Janin yang mengalami disstress
2) Presentasi yang belum pasti
3) Janin berhenti rotasi
4) Kelahiran kepala pada presentasi bokong
c. Indikasi waktu :
1) Indikasi pinard ( 2 jam mengedan tidak lahir)
2) Modifikasi remeltz
a) Setelah kepala di dasar panggul diberikan 5 unit oksitoksin
b) Tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi forsep
D. Kontra Indikasi Ekstraksi Forcep
Beberapa kondisi yang menjadi kontra indikasi ekstraksi forcep yaitu :
a. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit
dipegang oleh forcep.
b. Anencephalus
c. Adanya disproporsi cepalo pelvic
d. Kepala masih tinggi
e. Pembukaan belum lengkap
f. Pasien bekas operasi vesiko vegina fistel
g. Jika lingkaran kontraksi patologis bandel sudah setinggi pusat atau lebih.
1. Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
2. Wiknjosastro, Gulardi H. 2006. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiriohardjo. Jakarta: PT.
Bina Pustaka.
3. Angsar, D.M. 2010. Ilmu bedah kebidanan: Ekstraksi vakum dan forsep. Jakarta: PT Bina
Pustaka
4. Ahmad, M.F. 2012. Karakteristik ibu yang melahirkan dengan cara ekstraksi vakum dan
forsep di RSUP Dr. Kariadi. Jurnal Vakum, 1-40.
5. Ambarwati, E.R., & Diah, W. (2009). Asuhan kebidanan nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press
6. Cunningham, G.F., Gant, F.N., Lenovo, J.K., Gilstrap III, C. Larry, Hayth, C.J., &
Wesnstrom, D.K. (2006). Obstetri Williams. Vol.1 Edisi 21. Jakarta: EGC