Anda di halaman 1dari 4

Teuku Muhammad Ramzi Akbar

1807101030048
SUMMARY
ENDOMETRITIS
Definisi

Endometritis adalah infeksi ataupun peradangan yang terjadi pada endometrium


(lapisan dalam dari rahim) yang disebabkan oleh polimikroba.

Epidemiologi

Kejadian endometritis terutama pada postpartum sering terjadi yaitu 1% hingga 2%


setelah kelahiran pervaginam, dan menjadi 5-6% dengan fakto risiko. Rute persalinan adalah
faktor risiko paling signifikan pada kejadian endometritis, endometritis pada masa nifas
ditemukan 25 kali lebih sering pada kelahiran sectio caesaria.

Etiologi

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran genital adalah:

1. Aerob:
Streptokokus grup A, B dan D, enterokokus, bakteri gram-negatif – Escherchia coli,
Klebsiella dan Proteus, Staphylococcus aureus, Gardnerella vaginalis.
2. Anaerob:
Spesies peptokokus, Spesies peptostreptokokus, Golongan Bacteroides fragilis, Spesies
klostridium, Spesies fusobakterium, Spesies Mobiluncus.
3. Lain-lain:
Spesies Mycoplasma, Chlamydia tracomatis, Neisseria gonorrhoeae.

Klasifikasi

1. Endometritis Akut

Endometrium mengalami edema dan hiperemi dan pada pemeriksaan mikroskopik


terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta
perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting adalah infeksi gonorea dan
infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi postapartum dan postpartum sering terdapat oleh karena luka-luka pada
serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas implantasi plasenta, yang merupakan porte
d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang digunakan pada abortus dan
partus yang tidak steril dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Sebab lain endometritis akut adalah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar
partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD
ke dalam uterus dan sebagainya.
2. Endometritis Kronik

Endometritis kronik tidak seberapa sering ditemukan, oleh karen infeksi yang tidak
dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan
lapisan fungsional endometrium pada waktu haid. Gejala klinis endometritis kronik adalah
leukorea dan menoragia.

Patofisiologi

Seringnya endometritis terjadi akibat proses persalinan. Secara khusus, pecahnya


ketuban memungkinkan terjadinya perpindahan flora normal bakteri dari serviks dan vagina
ke daerah uterus yang aseptik. Bakteri ini akan berkolonisasi pada jaringan uterus yang
lemah, berdarah dan telah mengalami kerusakan terutama selama proses sectio caesaria.

Diagnosis

Pasien dengan endometritis sering mengalami demam sebagai tanda infeksi awal,
keluhan tambahan adalah nyeri perut( biasanya di daerah suprapubik), lokia purulen dan
berbau busuk. Seperti infeksi lainnya, tingkat demam sering menunjukkan keparahan infeksi.
Pada pemeriksaan fisik, nyeri tekan suprapubik dan uterus sering ditemukan pada
pemeriksaan perut dan panggul.

Tatalaksana

Pilihan antibiotik mirip dengan yang digunakan pada penyakit radang panggul atau
pelvic inflammatory desease:

 Doksisiklin 100 mg setiap 12 jam + Metrodinazole 500 mg setiap 12


jam. Doksisiklin tidak memiliki kontraindikasi pada ibu yang menyusui
apabila diberikan kurang dari 3 minggu
 Levofloksasin 500 mg setiap 24 jam + Metronidazole 500 mg setiap 8
jam. Levofloksasin harus dihindari pada ibu yang menyusui.
 Amoksisilin-klavulanat 875 mg/125mg setiap 12 jam.

Pada pasien dengan endometritis sedang hingga berat dan atau pasien dengan sectio
caesaria, pemberian antibiotik secara intravena dan rawat inap dianjurkan. Pilihan yang
diberikan yaitu:

 Gentamisin 1,5 mg/kgBB IV setiap 8 jam atau 5mg/kgBB setiap 24


jam dan Klindamisin 900 mg setiap 8 jam
 Untuk pasien dengan endometritis karena GBS resisten terhadap
klindamisin, piperasilin-tazobaktam dan ampisilin sulbaktam dapat
digunakan.

Perbaikan klinis yang berespon terhadap pemberian antibiotik biasanya terjadi dalam
48-72 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis dalam 24 jam, harus mempertimbangkan
pemberian awal ampisilin 2 gram dan diikuti dengan 1 gram setiap 4 jam untuk menekan
Enterococcus.

Komplikasi

Komplikasi tersering seperti sepsis, abses, hematoma, trombophlebitis septik panggul,


dan fascitiis nekrotikans. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat menyebabkan nekrosis
uterus, dan memerlukan histerektomi untuk membasmi infeksi secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.


2. Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetry dan Ginekologi dan Obtetry Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. EGC: Jakarta
3. Kataro, Kitaya. Dkk. 2018. Endometritis, new time, new concepts. Tokyo: Kansai
Medical University. Elsevier
4. Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai