Anda di halaman 1dari 3

Debby Sofiana (180701030063)

Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian pada wanita di dunia. Pada wanita
dengan penyakit jantung tertentu dalam beberapa kasus merupakan kontraindikasi untuk proses
kehamilan dan kelahiran karena beresiko tinggi salah satunya pada pasien hipertesi pulmonal.

Kehamilan dengan hipertensi pulmonal sangat berisiko, masuk WHO kelas risiko 4
(angka perburukan penyakit 40-100%). Sehingga direkomendasikan tidak hamil. Jika terjadi
kehamilan maka harus didiskusikan secara mendalam dan sangat disarankan untuk terminasi atau
pengakhiran kehamilan. Pada kehamilan akan terjadi peningkatan cairan di dalam pembuluh
darah sehingga akan memperberat kerja jantung. Kerja jantung akan meningkat pada awal
trimester 2, puncak pada awal trimester 3. Sangat berisiko berkembang menjadi sindrom
eisenmenger (pada pasien ASD terutama). Jadi harus sangat dipahami pentingnya kontrasepsi
pada pasien PH ya.

Kehamilan pada pasien dengan pulmonary hypertension (PH) berhubungan dengan


komplikasi serius dan angka kematian lebih dari 50%. Terapi medis lanjutan untuk PH telah
dikembangkan selama beberapa tahun terakhir yang menghasilkan peningkatan hemodinamik,
kapasitas olahraga, kualitas hidup, dan hasil yang cukup baik. Namun, meskipun kemajuan ini
telah dicapai, kehamilan pada wanita dengan HP masih dikaitkan dengan kematian ibu yang
cukup tinggi. Akibatnya, semua pedoman saat ini sangat melarang kehamilan dan
merekomendasikan metode kontrasepsi yang efektif pada wanita usia subur. Jika gagal,
penghentian kehamilan dini disarankan. Pasien yang memilih untuk melanjutkan kehamilan
harus diobati dengan terapi PH secara komprehensif dan membutuhkan pendekatan multidisiplin
kardiomaternal yang terencana, dengan fokus pada pemantauan ketat sebelum, selama dan
setelah melahirkan.

Jika kehamilan belum terjadi maka perlu usaha untuk menunda atau mencegah
kehamilan. Karena itu metode kontrasepsi menjadi pilihan dalam mengatur dan mencegah
kehamilan. Metode kontrasepsi yang tersedia cukup banyak, secara sederhana KB bisa dibagi
menjadi dua: KB Hormonal dan KB Non Hormonal.
KB hormonal terdiri dari pil, suntik, implant serta IUD dengan hormon. KB hormonal
yang direkomendasikan adalah yang tidak mengandung komponen estrogen. Estrogen akan
berpengaruh terhadap faktor koagulasi dan meningkatkan risiko trombus.

KB non hormonal terdiri dari spiral (IUD), metode barrier (kondom pria/wanita,


diafragma) serta metode sterilisasi baik untuk perempuan maupun laki-laki. Selain itu ada lagi
metode KB secara natural berdasarkan pemahaman mengenai siklus menstruasi ataupun dengan
senggama yang terputus, namun tidak dianjurkan pada pasien dengan PH karena peluang
terjadinya kehamilan lebih besar.

1. Pil
Pil kombinasi yang menggabungkan hormon estrogen dan progesteron harus
dihindari pada wanita dengan PH, seperti halnya kontrasepsi lain yang mengandung
estrogen. Estrogen diduga dapat memperburuk PH dan meningkatkan risiko
pembekuan darah.
Pil progesteron saja (juga dikenal sebagai minipill) juga tidak dianjurkan untuk
wanita dengan PH. Ini karena harus diminum pada waktu yang sama setiap hari, jadi
sedikit kurang efektif dibandingkan pil kombinasi dalam mencegah kehamilan.
2. Suntik progesteron
Progesteron dapat diberikan melalui suntikan (misalnya Depo-Provera). Suntikan ini
biasanya diberikan setiap 8 atau 12 minggu, tergantung pada jenis yang digunakan.
Mereka adalah metode kontrasepsi yang sangat andal untuk mencegah kehamilan.
3. Implan
Bentuk lain dari progesteron adalah implan yang ditempatkan di bawah kulit. Implan
hanya perlu diganti setiap 3 tahun.
4. IUD
IUD adalah sesuatu yang dipasang di dalam rahim, yang terbagi menjadi iud
hormonal dan tanpa hormone. Meskipun cukup efektif, namun ada kemungkinan
infeksi dan pasien bisa mendapatkan menstruasi yang lebih berat, yang mungkin
menjadi masalah jika pasien dengan PH menggunakan warfarin atau obat pengencer
darah lainnya. Secara keseluruhan, IUD mungkin bukan metode kontrasepsi yang
ideal untuk wanita dengan PH.
5. Sterilisasi
Sterilisasi pria atau wanita adalah metode kontrasepsi permanen. Mereka adalah
sebuah pilihan, tetapi hanya harus dipertimbangkan setelah banyak pemikiran yang
matang. Sterilisasi pria (vasektomi) adalah bentuk kontrasepsi yang paling andal dan
cukup baik pada kasus ini. Ini memiliki tingkat kegagalan yang sangat rendah setelah
diperiksa. Sterilisasi wanita melibatkan operasi dengan anestesi umum. Ini membawa
risiko bagi wanita dengan PH, terutama jika Anda mengonsumsi obat-obatan seperti
warfarin.

Pemilihan kontrasepsi yang tepat sangat diperlukan khususnya pada pasien penyakit
jantung hipertensi pulmonal dengan mempertimbangkan keefektivitas, keamanan dan efek
samping masing-masing metode kontrasepsi. Sesuai rekomendasi Eropean Society of Cardiology
2018, bahwa kehamilan pada pasien dengan hipertensi pulmonal adalah kontraindikasi (tidak
boleh hamil) jika penyebab dasarnya belum dikoreksi. Sehingga sangat diperlukan pemahaman
yang baik terutama pada wanita usia reproduksi.

Sumber:

1. Pulmonary Hypertension Association UK. 2018. Contraseption and Pulmonary


Hypertension. United Kingdom: PHAUK
2. Olsson KM, Jais X. 2013. Birth control and pregnancy management in pulmonary
hypertension. Semin Respir Crit Care Med. doi: 10.1055/s-0033-1355438. Epub 2013
Sep 13. PMID: 24037634.
3. Pulmonary Hypertension Association of Indonesia. 2018. Kontrasepsi dan Penyakit
Jantung.

Anda mungkin juga menyukai