Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GIZI DAN DIET

Kebutuhan Gizi untuk Kasus Kardiovaskuler

(Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner)

Dosen : Cucuk Rahmadi Purwanto, S.Kp.,M.Kes.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5/2B LA :

- Talita Birrina Ariyani (151911913077)


- Paramitha Adisti Putri A. (151911913090)
- Putri Rohmatika (151911913110)
- Siti Nur Janah (151911913132)
- Risma Dysta Nuriantari (151911913153)
- Diana Fatmawati (151911913155)
- Inayah Putri Wulandari (151911913204)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Gizi dan Diet dengan judul “Kebutuhan Gizi untuk
Kasus Kardiovaskular” dan kami menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu , kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak . Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia keperawatan dan pendidikan .

Lamongan, 12 Februari 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian dan disabilitas utama di
negara maju. Kebiasaan makan dapat menjadi penunjang atau memberikan
perlindungan dari faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular
(Wahlqvist & Savige, 2000). Diet memengaruhi patogenesis penyakit arteri koroner
dalam berbagai cara. Mekanisme utama yang membuat asupan lemak dan kolesterol
menjadi peningkatan risiko kardiovaskular adalah pening- katan lipoprotein serum
terinduksi, khususnya lipoprotein densitas rendah. Kemunculan awal jalur lemak
pada arteri koroner dimediasi oleh kadar lipid serum dan oksidasi radikal bebas yang
keduanya dimodifikasi oleh zat gizi (Katz, 2000).
Ditemukan hubungan terbalik antara konsumsi ikan dan morta- litas akibat
penyakit jantung koroner. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dikaitkan
dengan hipertensi, yaitu faktor risiko pe- nyakit kardiovaskular, sedangkan
konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat bersifat melindungi dari penyakit
kardiovaskular karena menimbulkan efek yang menguntungkan pada kolesterol
lipoprotein densitas tinggi. Peningkatan kadar homosistein diketahui sebagai faktor
risiko bebas (independen) penyakit kardiovaskular, dan diketahui bahwa lansia
dengan status folat yang baik memiliki kadar homosistein yang lebih rendah.
Makanan yang tinggi kandungan folat antara lain sereal sarapan, buah-buahan, jus
jeruk, dan sayuran daun-daunan hijau.

Penyakit kardiovaskular dialami oleh lebih dari 13 juta orang Amerika dan
masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika Serikat (Kochanek et al.,
2004). Penyakit kardiovaskular merupakan istilah luas yang meliputi sejumlah
gangguan, seperti penyakit jan- tung koroner (sering disebut dengan penyakit
jantung), stroke, dan gangguan lain yang memengaruhi struktur dan fungsi jantung.
Jika jantung tidak menerima sejumlah darah yang cukup, jantung menjadi
kekurangan oksigen dan nutrien vital yang dibutuhkan agar jantung dapat bekerja
dengan baik. Hal ini akan menyebabkan angina tidak stabil (nyeri dada), kerusakan
pada otot jantung, dan/atau infark miokardium; keparahan dan perkembangan
penyakit ini bergantung pada tingkat sumbatan. Gejala penyakit kardiovaskular
sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya, terlebih saat
membandingkan gejala yang dialami oleh laki-laki versus perempuan. Terapi
penyakit arteri koroner meliputi pengkajian faktor risiko untuk menentukan inter-
vensi tepat seperti yang diuraikan oleh laporan terbaru yang dikeluarkan oleh
National Cholestrol Education Progam (NCEP) rekomendasi laporan Adult
Treatment Panel III (NCEP,2001;National Heart,Lung,and Blood Institute&
National Institutes of Health,2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hipertensi ?
2. Apa saja faktor risiko kardiovaskuler penyakit hipertensi ?
3. Bagaimana pola diet yang baik bagi penderita penyakit hipertensi?
4. Apa pengertian penyakit jantung koroner?
5. Apa saja faktor resiko kardiovaskuler penyakit jantung coroner?
6. Bagaimana pola diet yang baik bagi penderita penyakit jantung coroner?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian hipertensi

2. mengetahui apa saja faktor resiko kadiovaskuler penyakit hipertensi

3. Mengetahui pola diet yang baik bagi penderita penyakit hipertensi

4. Mengetahui pengertian Penyakit jantung koroner

5. Mengetahui faktor resiko kardiovaskuler penyakit jantung coroner

6. Mengetahui pola diet yang baik bagi penderita penyakit jantung coroner
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diatas 140/190 mmHg. Merokok,
kolesterol tinggi, obesitas, dan diabetes meningkatkan risiko hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring usia, tetapi kini juga dijumpai pada anak dan remaja,
khusunya yang overweight. Hipertensi yang tak terkendali dapat mempengaruhi
pembuluh darah, membuatnya menebal dan kurang elastis, bekuan darah juga dapat
terbentuk dan melekat di dinding pembuluh darah. Apabila lepas, bekuan tersebut
dapat masuk peredaran darah dan menimbulkan kerusakan serius pada berbagai organ.
Hipertensi berkepanjangan dapat menyebabkan miskinnya aliran darah yang
menuju otot jantung sehingga otot tersebut tidak mendapat oksigen yang dibutuhkan,
mengakibatkan iskemia. Akhirnya, jantung membesar. Pembesaran jantung
merupakan salah satu penyebab penyakit kardiovaskuler. Selain mempengaruhi
jantung dan pembukuh darah, hipertensi berkepanjangan dapat mempengaruhi otak,
seperti pada stroke. Ginjal menurunkan aliran darah menuju, dan melemahkan, organ
tersebut serta dapat menyebabkan konstriksi pembuluh darah, perdarahan kecil-kecil,
dan penimbunan lemak di mata. Perubahan tersebut pada mata mengakibatkan
pemburukan penglihatan dan kebutaan.

2.2 Faktor risiko kardiovaskuler penyakit hipertensi

2.2.1 Natrium

Selama lebih dari 30 tahun, Dahl telah menarik perhatian kita akan korelasi
antara asupan garam dan prevalensi hipertensi dalam populasi. Mutu penelitian ini dan
sejumlah penelitian serupa lainnya menjadi berkurang akibat kesulitan metodologi yang
berkaitan dengan pengukuran jumlah asupan garam dan tekanan darah. Demikian pula,
keterkaitan tersebut mungkin bukan hubungan kausal karena peningkatan asupan garam
berkaitan dengan akulturasi yang lebih besar dan banyak atribut yang terkait-gaya hidup
lainnya pada diet "Barat" dapat menjelaskan korelasi dengan PJK. Metode terbaik yang
ada untuk menilai asupan natrium adalah ekskresi natrium dalam urine selama 24 jam.
Metode ini dan pengukuran tekanan darah yang sudah distandardisasi digunakan dalam
penelitian Intersalt yang mengumpulkan data-data dari 10.000 orang pada 32 negara.
Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan asupan garam sebesar 100 mmol/ hari
diperkirakan akan menghasilkan perbedaan lebih- kurang 10 mmHg pada tekanan darah
sistolik dan 6 mmHg pada tekanan darah diastolik selama periode waktu 30 tahun.

Meta-analisis dari sejumlah penelitian yang dipublikasikan dan dari uji-klinik


observasional terkontrol secara acak (RCT) terhadap pembatasan natrium untuk orang
dewasa memperlihatkan hasil yang secara luas sebanding. Tinjauan Cochrane yang
didasarkan pada meta-analisis uji-klinik terkontrol acak untuk orang dewasa
menunjukkan bahwa pengurangan yang agak lebih sedikit pada asupan natrium yaitu
sedikitnya 40 mmol/hari akan menghasilkan penurunan rata-rata tekanan darah sebesar
5/3 mmHg untuk pasien-pasien hipertensi dan 2/1 mmHg untuk dewasa yang
normotensi. Jika prestasi ini dapat dicapai di tingkat populasi, angka kematian akibat
stroke diperkirakan dapat dikurangi sekitar 14% dan angka kematian akibat PJK dapat
diturunkan sebesar 9% pada orang dewasa yang menderita hipertensi, dan pada mereka
dengan tekanan darah yang normal akan terjadi penurunan masing-masing sebesar 6%
dan 4% Data-data dari Jepang tempat asupan garam dan tingkar tekanan darah yang
dahulu sudah tinggi, menunjukkan bahwa kampanye pengurangan asupan garam secara
nasional disertai dengan penurunan tingkat tekanan darah dan pengurangan angka
mortalitas akibat stroke sebesar 80%. Beberapa mekanisme telah dikemukakan untuk
menjelaskan keterkaitan antara asupan garam dan tekanan darah termasuk penurunan
ekskresi natrium dalam urine dan retensi cairan oleh sejumlah orang, peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatik, dan ganggu- an fungsi barorefleks serta perubahan
transportasi ion dalam otot polos vaskular.

Heterogenitas dalam respons masing-masing orang terhadap pembatasan


natrium menunjukkan kemungkinan adanya suaru kelompok hiper-responder, tetapi
belum ada tes sederhana untuk mengidentifikasi orang-orang semacam itu.

2.2.2 Kalium

Dalam penelitian Intersalt, ekskresi kalium dalam urine-suatu indikator yang


diasumsikan dapat menunjukkan besarnyaasupan kalium-berkaitansecara negarif
dengan tekanan darah. Analisis pooling sejumlah uji intervensi menunjukkan bahwa
suplementai kalium dapat menurunkan tekanan darah pada orang- orang yang
normotensi dan hipertensi sebesar rata-rata 6/3 mmHg. Bagaimanapun, beberapa
keterbatasan mengurangi keefektifan peningkatan asupan kalium sebagai suatu cara
yang penting dalam mengatasi hiper- tensi. Efek kalium relatif kecil jika dibandingkan
dengan pengurangan asupan natrium. Jumlah kalium yang diperlukan untuk
menurunkan tekanan darah relatif tinggi schingga lebih diperlukan suplementasi
ketimbang modifikasi diet untuk mencapai penurunan tekanan darah yang signifikan.
Makanan yang terdapat secara alami tidak mengandung cukup kalium untuk
menghasilkan peningkatan asupan yang dicapai dalam uji klinik-yaitu antara 50 dan 140
mmol kalium per hari.

2.2.3 Berat badan

Orang-orang yang obese memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada orang-
orang yang kurus dan jika berat badan turun, tekanan darah mereka juga akan turun
bahkan ketika asupan garam dipertahankan dalam jumlah yang lazim pada diet
pembatasan kalori. Kenaikan tekanan darah terutama berkaitan dengan obesitas yang
sentral ketimbang obesitas yang distribusi lemaknya di bagian perifer. Penelitian
Intersalt memperlihatkan korelasi yang sangat signifikan antara indeks massa tubuh
sebagai indeks obesitas dan tekanan darah. Sebuah penelitian di Australia menunjukkan,
dalam uji-klinik, bahwa penurunan berat badan melalui diet (kehilangan rata- rata 7,4
kg) adalah sebanding secara menguntungkan dengan penggunaan preparat beta-blocker
yang yaitu metoprolol, dalam penanganan hipertensi yang Lebih lanjut, penurunan berat
melalui diet akan standar, ringan. disertai dengan perbaikan profil lipid yang tidak
terlihat pada penggunaan obat.

2.2.4 Kalsium

Kalsium intrasel merupakan determinan yang penting untuk tonus arteriola, dan
sejumlah klaim mengatakan bahwa peningkatan asupan kalsium dapat menurunkan
tekanan darah. Bagaimanapun, dua meta- analisis yang merangkum hasil lebih dari 20
uji-klinik memperlihatkan bahwa asupan 1000 mg atau lebih kalsium per harinya hanya
memberikan efek yang tidak berarti pada tingkat tekanan darah. Suplemen kalsium atau
diet tinggi-kalsium mungkin bermanfaat pada sejumlah kecil pasien hipertensi yang
memiliki kadar kalsium yang rendah atau yang mengalami peningkatan kadar hormon
paratiroid plasma.
2.2.5 Alkohol

Dalam sejumlah penelitian epidemiologis, tekanan darah akan meningkat secara


progresif ketika asupan alkohol yang dilaporkan meningkat hingga diatas tiga kali
minum per hari. Beberapa penelitian inter- vensi telah memperlihatkan bahwa
penurunan asupan alkohol dapat menghasilkan penurunan tekanan darah yang
signifikan di antara para peminum berat yang menderita hipertensi. Sebagai contoh,
sebuah penelitian tersamar-ganda memperlihatkan bahwa penggantian bir yang standar
(alkohol 5%) dengan bir yang kadar alkoholnya dikurangi (alkohol 0,9%) menghasilkan
penurunan asupan alkohol dari 450 mL menjadi 64 ml per minggu dan penurunan
tekanan darah yang signifikan.

2.2 Pola diet yang baik bagi penderita penyakit hipertensi

Salah satu cara untuk mengontrol hipertensi adalah dengan melakukan pengaturan
pola maka dengan metode DASH, merupakan diet sayuran serta buah yang banyak
mengandung serat pangan (30 gram/ hari) dan mineral (kalium,magnesium serta
kalsium) sementara asupan garamnya di batasi. Diit DASH ini didesain mengikuti
panduan pemeliharaan kesehatan jantung untuk membatasi lemak jenuh dan kolesterol,
dan membatasi natrium yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Diit DASH ini tidak hanya mengontroltekanan darah agar mencapai dalam kisaran
normal atau terkontrol, namun juga berperan dalam pencegahan hipertensi (Andry, 2013
). Faktor-faktor non diet yang dapat memperberat hipertensi seperti kegemukkan,
kebiasaan merokok, kurang istirahat, stress yang berlebihan dan kebiasaan minum-
minuman keras harus diatasi. Perlu dilakukan upaya lain untuk membantu
mengendalikan hipertensi khususnya pada kelompok lansia, salah satunya dengan
pemilihan pola makan seperti yang tercantum dalam pola diit DASH (Andry 2013).
Penerapan Diit DASH yang kaya serat pagan dan mineral tertentu di samping diet
rendah garam, rendah kolesterol lemak terbatas serta diet kalori seimbang (Andry,
2013).

Pendekatan diit DASH yang digunakan bukan hanya sekedar mengharuskan


penderita pantang garam tetapi lebih menekankan pada bagaimana makanan dapat
membantu menurunkan tekanan darah sebagai pengganti penggunaan obat. Karena itu
jenis sayuran dan buah-buahan yang dipilih adalah jnis sayuran dan buah-buahan yang
mengandung senyawa fungsional sehingga sekaligus berfungsi sebagai obat penurunan
tekanan darah. Bahan makanan seperti kentang, ubi jalar, berbagai sayuran hijau, dan
kacang-kacangan karena mengandung unsur kalium yang tinggi berpontensi
menurunkan tekanan darah karena akan mendorong pembuangan unsur natrium keluar
tubuh.

Pola makan perlu di atur baik frekuensi makan bahwa jenis makanan yang
dimakan, jika tidak maka akan menjadi penyakit hipertensi pada tubuh manusia. Makan
makanan yang bergizi sangat baik untuk tubuh agar terhindar dari penyakit hipertensi.
Seseorang yang makan teratur pun masih bisa terkena penyakit hipertensi sehingga
seseorang tidak cukup dengan makan teratur, namun juga memperhatikan jenis-jenis
makanan yang dimakan.

2.3 Pengertian Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung
(arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka
arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang.
Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti angina dan
sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat
sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.

Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya oksigen ke
jantung. Terdapat dua jenis arteri koroner, yang sama-sama bercabang dari aorta atau
pembuluh darah besar, yaitu:

1. Arteri koroner kiri utama (left main coronary artery/LMCA) – Arteri ini
berfungsi mengalirkan darah ke serambi kiri dan bilik kiri jantung. LMCA terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:

- Left anterior descending (LAD) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian


depan dan kiri jantung.

- Circumflex (LCX) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian belakang dan sisi


luar jantung.

2. Arteri koroner kanan (right coronary artery/RCA) – Arteri ini


mengalirkan darah ke serambi kanan dan bilik kanan. Selain itu, RCA juga
mengalirkan darah ke nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang mengatur
ritme jantung. RCA terbagi menjadi right posterior descending dan acute marginal
artery. Bersama LAD, RCA juga mengalirkan darah ke bagian tengah jantung, dan
septum (dinding pemisah antara bilik kanan dan bilik kiri jantung).

Penyakit Kardiovaskular meliputi penyakit janttung koroner/PJK (coronary


heart disease), CHD) yang juga disebut penyakit arteri kornaria atau penyakit
jantung iskemik, penyakit serebrovvaskular atau stroke, dan penyakit arteri perifer.
Gizi yang tidak tepat secara konsisten memiliki keterkaitan dengan penyakit
jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan keadaan yang sering
ditemukan pada kelompok masyarakat yang sudah makmur dan sedang
berkembang maju. Pada sebagian besar negara industri, PJK merupakan satu-
satunya penyebab kematia yang paing sering dijumpai. Faktor genetik maupun gizi
turut memberikan kontribusi terhada etiologi keadaan ini, tetapi modifikasi gaya
hidup jelas menjadi cara yang paling efektif untuk engurangi risiko PJK pada
populasi dan penduduk yang berisiko tinggi. Modifikasi diet juga sangat penting
dalam penanganan orang yang sudah menderita penyakit jantung koroner.

2.4 Faktor risiko kardiovaskuler Penyakit Jantung Koroner

2.4.1 Ireversibel

Jenis kelamin , bertambahnya usia, sifat genetik termasuk kelainan


monogenik dan poligenik pada metabolisme lipid,bangun tubuh

2.4.2 Potensial ireversibel

Kebiasaan merokok,dislipedemia,obesitas,hipertensi,gaya hidup


monoton,diabetes,peningkatan trombosit,kadar homosistein yang
tinggi,kadar penambah inflamasi yang tinggi,gangguan nutrisi janin.

2.4.3 Psikososial

Situasi yang penuh stres dapat menjadi faktor penyebab penyakit jantung
koroner

2.4.4 Geografik
Iklim dan musim (dingin) dan dan kebiasaan minum soft drink.

2.5 Pola diet yang baik bagi penderita penyakit jantung koroner
Meningkatkan
atau
Mengubah pola diet Takaran saji
mengikutsertaka
n
Menggunakan sedikit minyak
dan 1-3 sendok teh
margarin yang lunak atau yang
di
tambahkan sterol tanaman 2 sendok makan nuts atau seeds (30
Lemak tak jenuh cis sebagai g), avokad, hummus
pengganti mentega dan lemak
padat. Mengikut sertakan nuts
(kacang-kacangan) dan seeds
(biji-bijian)yang
segar;avokad;hummus
Memilih produk susu rendah- 1 gelas susu, 1 cup kecil yoghurt
lemak sebagai pengganti produk 2 cm keju kotak
susu tinggi-lemak
Menggunakan daging yang 2 potong daging kurus (100 g
Sumber protein dari
kurus masak) 1 potong kecil dada ayam
daging kurus
dan ayam-menghilangkan lemak
daging (gajih) dan kulit ayam
Telur direbus-bukan digoreng Telur (1 butir) 3-4 kali seminggu
dengan minyak jenuh
Ikan Makan ikan (yang tidak 2 potong fillet ikan berukuran
digoreng) kecil (150-200 g masak)
Khususnya ikan yang berlemak
–jika tidak dapat mendapatkan
menu ikan setiap hari, gunakan
minyak kanola, linseeds,
walnuts dan whaeat germ
(minyak benih gandum)
Serat pangan dan Mengikut sertakan oatmeal, 2/3 mangkuk buncis rebus, kacang
karbohidrat yang legumes dan produk kedelai polong (chickpeas), lentils
diserap lambat 1 potong roti, ½ mangkuk kecil
Memilih roti gandum utuh pasta, 1/3 mangkuk nasi, 1
produk wholegrain (wholegrain bread), sereal, beras mangkuk sereal, 1 potong kentang
(biji-bijian yang utuh) tumbuk, umbi-umbian bersama berukuran kecil , ketela rambat, ½
kulitnya (kentang, ketela mangkuk parsnip, talas, jagung,
rambat). atau sejenis.
Buah dan sayuran Makan banyak sayuran yang ½-1 mangkuk sayuran masak, 1
berwarna sering makan buah- mangkuk salad segar, 1 ukuran
dengan aneka ragam warna sedang buah segar, ½-1 mangkuk
berries (1/2 mangkuk buah anggur)
masak atau dikalengkan dalam air
atau jus, ½ potong pisang.
Makanan padat Minum air putih sebagai 2-3 takaran saji buah
nutrien yang kaya akan pengganti minuman
mikronutrien protektif, manis\minuman beralkohol
tetapi rendah kalori

Menurunkan atau Menghindari/mengurangi Tujuan yang ingin dicapai setiap


menyisihkan konsumsi hari
Lemak jenuh dan Daging berlemak dan
lemak jeroan/tetelan;minyak kelapa, 3-4 takaran saji sayuran berwarna
tak jenuh trans minyak sawit, khususnya lemak 2-3 takaran saji produk susu
kolestrol makanan terhidrogenesi, makanan yang rendah-lemak
digoreng dengan banyak 6+ takaran saji sereal terutama
minyak, mentega wholegrain
Cake, pastri, dessert, biskuit,
permen, krim saus manis, es
karbohidrat yang sangat krim full cream yang banyak
dimurnikan mengandung lemak/minyak 3-4 takaran saji minyak, margarin,
Cracker, snack, saus, keju, krim atau minyak yang dioleskan
asam, cream cheese yang tinggi (mayones, mentega)
Energi berlebih lemak tinggi garam
Natrium/garam dalam Menghindari produk kaya 6-8 cangkir cairan-air, teh, kopi
makanan natrium yang sudah jadi, jika minuman tanpa gula
menggunakan garam, gunakan
Minuman yang sedikit garam beryodium Jika minuman beralkohol, tidak
mengandung gula, Minuman yang banyak lebih dari 2 standar minum untuk
alkohol mengandung gula, minuman pria dan 1 standar minum untuk
beralkohol (ready mixed), wanita.
minuman keras (bir, anggur,
liquor)
Meningkatkan atau Mengubah pola diet Takaran Saji
mengi
kutsertakan Cara memasak
Tujuan Nutrien Gunakan cara memasak 1-2 takaran saji atau kurang daging
Total lemak 25-33% dengan sedikit minyak kurus/ayam
total Memanggang, menanak, Tujuan yang ingin dicapai
energi merebus menggunakan perminggu
SFA+TFA 7-10% total microwave 1-2 takaran saji ikan, 1 takaran saji
energi Memasak dalam kaserol/crock ikan berlemak
MUFA cis 10-20% pot 2-3 takaran saji/lebih legumes
Kolesterol dari Memasak dengan kuali tanpa 3-5+(30gr) takaran saji nuts segar
makanan minyak tanpa garam—mengonsumsi secara
<200-300 mg/hari Jika memakai minyak, gunakan teratur seeds, avokad.
Karbohidrat 40-60% dalam jumlah sedikit mis.
(serat 30g+hari) Minyak zaitun, minyak bunga
matahari.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diatas 140/190 mmHg. Merokok,


kolesterol tinggi, obesitas, dan diabetes meningkatkan risiko hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring usia, tetapi kini juga dijumpai pada anak dan remaja,
khusunya yang overweight. Hipertensi yang tak terkendali dapat mempengaruhi
pembuluh darah, membuatnya menebal dan kurang elastis, bekuan darah juga dapat
terbentuk dan melekat di dinding pembuluh darah. Apabila lepas, bekuan tersebut dapat
masuk peredaran darah dan menimbulkan kerusakan serius pada berbagai organ.

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung
(arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka
arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang.
Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti angina dan
sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat
sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.

Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya oksigen ke
jantung. Terdapat dua jenis arteri koroner, yang sama-sama bercabang dari aorta atau
pembuluh darah besar, yaitu:

1. Arteri koroner kiri utama (left main coronary artery/LMCA) – Arteri ini
berfungsi mengalirkan darah ke serambi kiri dan bilik kiri jantung. LMCA
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Left anterior descending (LAD) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian depan
dan kiri jantung.

- Circumflex (LCX) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian belakang dan sisi luar


jantung.

2. Arteri koroner kanan (right coronary artery/RCA) – Arteri ini mengalirkan


darah ke serambi kanan dan bilik kanan. Selain itu, RCA juga mengalirkan darah ke
nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang mengatur ritme jantung. RCA
terbagi menjadi right posterior descending dan acute marginal artery. Bersama
LAD, RCA juga mengalirkan darah ke bagian tengah jantung, dan septum (dinding
pemisah antara bilik kanan dan bilik kiri jantung).

Penyakit Kardiovaskular meliputi penyakit janttung koroner/PJK (coronary heart


disease), CHD) yang juga disebut penyakit arteri kornaria atau penyakit jantung
iskemik, penyakit serebrovvaskular atau stroke, dan penyakit arteri perifer. Gizi yang
tidak tepat secara konsisten memiliki keterkaitan dengan penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner merupakan keadaan yang sering ditemukan pada kelompok
masyarakat yang sudah makmur dan sedang berkembang maju. Pada sebagian besar
negara industri, PJK merupakan satu-satunya penyebab kematia yang paing sering
dijumpai. Faktor genetik maupun gizi turut memberikan kontribusi terhada etiologi
keadaan ini, tetapi modifikasi gaya hidup jelas menjadi cara yang paling efektif untuk
engurangi risiko PJK pada populasi dan penduduk yang berisiko tinggi. Modifikasi diet
juga sangat penting dalam penanganan orang yang sudah menderita penyakit jantung
koroner.

Anda mungkin juga menyukai