Anda di halaman 1dari 9

2.

a) Tes sederhana apa saja yg diperlukan utk diagnosis MH, psoriasis, dermatitis atopik,
Pemfigus vulgaris, Trichomonas vaginalis.
Jawab :
Morbus Hansen
 Kulit  Dicari adanya gangguan sensibilitas terhadap suhu, nyeri dan rasa raba pada lesi
yang dicurigai:
o Pemeriksaan sensibilitas suhu (terpenting) dilakukan dengan cara tes panas
dingin
o Terhadap rasa nyeri digunakan jarum pentul
o Terhadap rasa raba digunakan kapas
o Gangguan autonomik terhadap kelenjar keringat dilakukan guratan tes (lesi
digores dengan tinta) penderita exercire, bila tinta masih jelas berarti tes (+)
(Gunawan test)
 Syaraf tepi  Dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan syaraf tepi yang berjalan didekat
permukaan kulit. Cara pemeriksaan :
 N. Aurikularis magnos : Kepala menoleh kearah yang berlawanan, maka teraba
syaraf menyilang.
 N. Ulnaris : Posisi tangan dalam keadaan sendi siku fleksi, jabat tangan
penderita, raba epikondilus medialis humerus, dibelakang dan atas sulkus
ulanaris, urut kearah proksimal untuk membedakan dengan tendon.
 N. Peroneus komunis : Penderita duduk dalam keadaan lutut fleksi 900, raba
kapitilum fibulae kearah bagian atas dan belakang.
 N. Tibialis posterior : Raba maleolus medialir kaki, raba bagian posterior dan
urutkan ke bawah kearah tumit.
Pemeriksaan harus dibandingkan kiri dan kanan dalam hal size (besar), shape (bentuk),
texture (seratnya) dan tenderness (lunaknya).

 Infeksi  Penderita diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul dan tertawa
untuk mengetahui fungsi daraf wajah.
 Pemeriksaan Bakteriologi  Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam yaitu Zieal Neelse
atau kinyoon – Gabett. Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode
yaitu cara zig-zag, huruf z dan setengah atau seperempat lingkaran.
 Pemeriksaan Sesologi
 Lepromin test : untuk mengetahui imunitas seluler dan membantu menentukan tipe kusta.
 MLPA (Mycobacterium Lepra Particle Agglutination) : untuk mengetahui imunitas
humoral terhadap antigen yang berasal dari M. Leprae.
 PCR (Polimerase Chain Reaction)Sangat sensitif. Dapat mendeteksi 1 – 10 kuman.
Sediaan diambil biasanya pada jaringan
 Pemeriksaan Histopatologi  Sebagai pemeriksa penunjang untuk diagnosis dan
menentukan tipe kusta.

Psoriasis
- Fenomena tetesan lilin : Pada lesis skuama yang tebal, kita melakukan goresan
dengan menggunakan benda dengan ujung tajam, akan kita dapatkan skuama
keperakan dan kadang ada skuama yang berminyak ( Candle grease sign )
- Fenomena Auspitz : Tanda ini didapatkan dengan cara mengelupas skuama selapis
demi selapis pada lesi yang cukup tebal, sehingga akan tampak bintik bintik
pendarahan yang semakin banyak. Hal in menunjukkan terjadinya papilomatosisi
pada dermis penderita psoriasis. Tanda Autpitz merupakan tanda patognomonik
psoriasis.
- Fenomena Koebner : Fenomena ini merupakan gambaran lesi serupa dengan lesi di
tempat lain pada daerah bekas trauma. Fenomena Koebner merupakan pemeriksaan
fisik, namun dalam kenyataannya kita tidak dapat melakukan provokasi trauma,
sehingga fenomena ini biasanya didapatkan melalui anamnesis atau pada saat
mendeskripsikan UKK, bila ada gambaran lesi psoriasis yang linear, biasanya
merupakan fenomena Koebner.

Pemfigus Vulgaris
- Nikolsky’s Sign
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kohesi antar sel epidermal.
Prosedur
Tekanan akan diberikan di sebelah bullae dengan sedikit tenaga, lalu diperhatikan
apakah cairan di dalam bullae meluas ke daerah kulit normal sekitarnya.
Interpretasi
Jika positif, Tekanan pada bullae akan menyebabkan cairan di dalam blister akan
meluas ke daerah sekitarnya yang normal. Jika hal ini terjadi, maka kohesi antar sel
epidermal sudah berkurang yang disebut acantholytic blister.

Dermatitis Atopik
White dermatographism
Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik
diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15
menit berikutnya.

Trichomonas Vaginalis
Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara membuat sediaan dari
sekret dinding vagina dicampur dengan satu tetes garam fisiologis di atas gelas objek dan
langsung dapat dibaca di bawah mikroskop. Atau apabila tidak dapat langsung dibaca, dapat
mengirimkan gelas objek yang telah dioleskan sekret vagina tersebut dalam tabung yang telah
berisi garam fisiologis. Pemberian beberapa tetes KOH 10-20% pada cairan vagina yang
diperiksa, dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif
trichomoniasis dan infeksi bakterial vaginosis, tetapi tidak pada mereka yang menderita
vulvovaginal kandidiasis. Untuk menyingkirkan bakterial vaginosis dari infeksi
trichomoniasis dapat diketahui dengan memeriksa konsentrasi laktobasillus yang jelas
berkurang pada trichomonisis dan pH vagina yang lebih basa. Dari pemeriksaan sekret secara
mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trichomoniasis, dapat dijumpai sel-sel PMN yang
sangat banyak, coccobacillus, serta organisme Trichomonas vaginalis (pada sedian yang
segar dapat kelihatan motile).

b) Ada berapa macam tes tempel?


Jawab :
Patch test merupakan suatu test kulit untuk mengidentifikasi apakah suatu substansi berada
dalam keadaan kontak dengan kulit yang dapat menyebabkan peradangan kulit (dermatitis
kontak) dengan menggunakan potongan kecil kain atau kertas saring yang diimpregnasi
dengan allergen yang dicurigai, ditempelkan pada kullit untuk jangka waktu tertentu,
pembengkakan atau kemerahan menunjukkan reaksi positif.

Macam prosedur patch test :


1. Patch test terbuka
Patch test terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu, lokasi
lekatan biarkan terbuka selama 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi. Iritan primer
umumnya lebih menyebabkan rasa pedih dari gejala rasa gatal dan reaksi kulit yang
ditimbulkan lebih cepat dibandingkan allergen. Reaksi kulit yang disebabkan iritan
primer terjadi beberapa menit hingga satu jam setelaj pelekatan sedangkan allergen baru
menimbulkan reaksi kulit dalam waktu 24-48 jam. Reaksi kulit karena iritan primer hanya
nampak pada daerah pelekatan sedangkan pada allergen akan menyebar pada lokasi
pelekatan. Patch test terbuka terutama digunakan untuk pengujian sediaan uji yang
mengandung minyak atsiri. Patch test terbuka dapat digunakan sebagai kosmetik, seperti
alat pengikat rambut, shampoo, sabun, detergen, dll.

2. Patch test tertutup


Uji tempel tertutup dilakukan dengan menggunakan tinta tempel jika dikehendaki
pengujian ganda atau talam tempel jika dikehendaki pengujian tunggal. Sediaan uji
dilekatkan pada talam tempel setelah lokasi lekatan ditempeli tinta/talam tempel.
Biarkan dalam waktu tertentu tergantung prosedur uji yang digunakan. Kemudian
diamati reaksi kulit yang terjadi pada uji tempel tertutup.
Panel di uji instruksi sebagai berikut :
Jika terjadi reksi kuli yang parah dan tidak tertahankan buka talam tempel dari daerah
lokasi lekatan yang terasa sangat gatal dan pedih tanpa mengganggu talam tempel
yang lain dan untuk mengurangi keradangan daerah lokasi lekatan dapat kompres
dengan air dingin tanpa menggangu talam tempel yang lain.
Jika panel masih terasa sakit boleh menelan obat analgetik
Tinta tempel/talam tempel dan lokasi lekatan harus dijaga agar tidak basah, tidak
boleh di lap dan tidak boleh di garuk.
3. Patch test sinar
Patch test sinar (pada dasarnya sama dengan uji tempel tertutup).

standart patch tests


T.R.U.E tests

several Test

c) Syarat dan cara melakukan tes tempel !


Jawab :
Indikasi Patch Test
 Persistent eczematous eruptions ketika kontak dengan alergen
 Dermatitis kronis yang mengenai tangan, kaki, wajah, atau mata
 Pasien Eczematous dermatitis dengan resiko tinggi terkena dermatitis, seperti petugas
medis, cosmetologists, teknisi, pekerja pabrik karet dan plastik
 Penggunaan obat yang tidak adekuat

Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai,
perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya. Jangan menggunakan antigen
bukan standar, seperti bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari
rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan tersebut yang
bersifat toksik, atau walaupun memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila
menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industry, harus berhati-hati sekali.
Jangan lakukan pengujian dengan bahan yang tidak diketahui.
Bahan yang bias digunakan adalah bahan yang biasa secara rutin dan dibiarkan
menempel di kulit, misalnya kosmetik, pelembab. Bila menggunakan bahan yang secara rutin
dipakaki dengan air untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan
terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin
atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya boleh
diuji bila diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang
dicurigai penyebab alergi maka pengujian dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut
yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan
ditempelkan di kulit dengan memakai Finn chamber dan didiamkan 48 jam. Hasil positif
dengan bahan bukan standar perlu control (5 samapi 10 orang) untuk menyingkirkan
kemungkinan karena iritasi.
Harus diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini
sehingga memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah
berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan, tempat di mana mulai terjadinya
ruam dan bagaimana perkembangannya, riwayat pengobatan sebelumnya, hal yang
berhubungan dengan timbulnya ruam, seperti penyakit yang berhubungan, pekerjaan,
lingkungan, kebiasaan, dsb.

Pengujian
1. Patch test harus dilakukan pada kulit dengan dermatitis yang tidak jelas
2. Alergen dicampur dengan bahan non-alergi (dasar) dengan konsentrasi yang sesuai.
Kemudian oleskan pada kulit, biasanya pada punggung atas
3. Gunakan pita perekat digunakan dan tandai lokasi uji coba
4. Diamkan selama 48 jam, selama itu jangan sampai kena air atau berolahraga karena
jika pita perekat lepas proses harus diulang
5. Patch tidak boleh terkena sinar matahari atau sumber lain seperti sinar ultraviolet
(UV)
6. Setelah 48 jam patch dilepaskan
7. Pembacaan dilakukan dilakukan 2 kali. Pembacaan awal dilakukan satu jam
kemudian setelah pelepasan pembacaan akhir lakukan 48 jam kemudian. Pembacaan
lebih dari 48 jam akan meningkatkan hasil positif palsu sebesar 34 %

Interpretasi Hasil
(-) : negatif
(IR) : iritasi (kulit merah sekali, contoh : ruam keringat, follicular pustules, purpura dan
burn-like reactions)
(+/-) : samar-samar, tidak pasti, meragukan (kemerahan ringan saja, contoh macula
eritematosa)
(+) : reaksi lemah (nonvesikular : eritema, infiltrate, papul)
(+ +) : reaksi kuat (edema atau vesikel)
(+ + +) : reaksi sangat kuat (merah intens, bula atau ulkus)
(NT) : tidak diuji.
Relevansi tergantung pada lokasi dan jenis dermatitis dan alergen tertentu. Interpretasi
hasil membutuhkan pengalaman yang cukup dan pelatihan.
negative patch test reactions

reaction (hair dye discolouration) irritant reaction +/-reaction

Positive patch test reactions


+ reaction ++ reaction +++ reaction

+ reaction ++ reaction

1. Burton JL, Rook, Immunobullous Disease in: Textbook of Dermatology, vol 2, 8th
edition, Blackwell Science, 2010: 1895-03.
2. Djuanda A. Psoriasis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. h 189
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor.Ilmu penyakit kulit dan kelamin.Edisi 6.
Jakarta: Badan penerbit FKUI;2010. Hal. 73-88.

Anda mungkin juga menyukai