a) Tes sederhana apa saja yg diperlukan utk diagnosis MH, psoriasis, dermatitis atopik,
Pemfigus vulgaris, Trichomonas vaginalis.
Jawab :
Morbus Hansen
Kulit Dicari adanya gangguan sensibilitas terhadap suhu, nyeri dan rasa raba pada lesi
yang dicurigai:
o Pemeriksaan sensibilitas suhu (terpenting) dilakukan dengan cara tes panas
dingin
o Terhadap rasa nyeri digunakan jarum pentul
o Terhadap rasa raba digunakan kapas
o Gangguan autonomik terhadap kelenjar keringat dilakukan guratan tes (lesi
digores dengan tinta) penderita exercire, bila tinta masih jelas berarti tes (+)
(Gunawan test)
Syaraf tepi Dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan syaraf tepi yang berjalan didekat
permukaan kulit. Cara pemeriksaan :
N. Aurikularis magnos : Kepala menoleh kearah yang berlawanan, maka teraba
syaraf menyilang.
N. Ulnaris : Posisi tangan dalam keadaan sendi siku fleksi, jabat tangan
penderita, raba epikondilus medialis humerus, dibelakang dan atas sulkus
ulanaris, urut kearah proksimal untuk membedakan dengan tendon.
N. Peroneus komunis : Penderita duduk dalam keadaan lutut fleksi 900, raba
kapitilum fibulae kearah bagian atas dan belakang.
N. Tibialis posterior : Raba maleolus medialir kaki, raba bagian posterior dan
urutkan ke bawah kearah tumit.
Pemeriksaan harus dibandingkan kiri dan kanan dalam hal size (besar), shape (bentuk),
texture (seratnya) dan tenderness (lunaknya).
Infeksi Penderita diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul dan tertawa
untuk mengetahui fungsi daraf wajah.
Pemeriksaan Bakteriologi Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam yaitu Zieal Neelse
atau kinyoon – Gabett. Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode
yaitu cara zig-zag, huruf z dan setengah atau seperempat lingkaran.
Pemeriksaan Sesologi
Lepromin test : untuk mengetahui imunitas seluler dan membantu menentukan tipe kusta.
MLPA (Mycobacterium Lepra Particle Agglutination) : untuk mengetahui imunitas
humoral terhadap antigen yang berasal dari M. Leprae.
PCR (Polimerase Chain Reaction)Sangat sensitif. Dapat mendeteksi 1 – 10 kuman.
Sediaan diambil biasanya pada jaringan
Pemeriksaan Histopatologi Sebagai pemeriksa penunjang untuk diagnosis dan
menentukan tipe kusta.
Psoriasis
- Fenomena tetesan lilin : Pada lesis skuama yang tebal, kita melakukan goresan
dengan menggunakan benda dengan ujung tajam, akan kita dapatkan skuama
keperakan dan kadang ada skuama yang berminyak ( Candle grease sign )
- Fenomena Auspitz : Tanda ini didapatkan dengan cara mengelupas skuama selapis
demi selapis pada lesi yang cukup tebal, sehingga akan tampak bintik bintik
pendarahan yang semakin banyak. Hal in menunjukkan terjadinya papilomatosisi
pada dermis penderita psoriasis. Tanda Autpitz merupakan tanda patognomonik
psoriasis.
- Fenomena Koebner : Fenomena ini merupakan gambaran lesi serupa dengan lesi di
tempat lain pada daerah bekas trauma. Fenomena Koebner merupakan pemeriksaan
fisik, namun dalam kenyataannya kita tidak dapat melakukan provokasi trauma,
sehingga fenomena ini biasanya didapatkan melalui anamnesis atau pada saat
mendeskripsikan UKK, bila ada gambaran lesi psoriasis yang linear, biasanya
merupakan fenomena Koebner.
Pemfigus Vulgaris
- Nikolsky’s Sign
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kohesi antar sel epidermal.
Prosedur
Tekanan akan diberikan di sebelah bullae dengan sedikit tenaga, lalu diperhatikan
apakah cairan di dalam bullae meluas ke daerah kulit normal sekitarnya.
Interpretasi
Jika positif, Tekanan pada bullae akan menyebabkan cairan di dalam blister akan
meluas ke daerah sekitarnya yang normal. Jika hal ini terjadi, maka kohesi antar sel
epidermal sudah berkurang yang disebut acantholytic blister.
Dermatitis Atopik
White dermatographism
Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik
diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15
menit berikutnya.
Trichomonas Vaginalis
Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara membuat sediaan dari
sekret dinding vagina dicampur dengan satu tetes garam fisiologis di atas gelas objek dan
langsung dapat dibaca di bawah mikroskop. Atau apabila tidak dapat langsung dibaca, dapat
mengirimkan gelas objek yang telah dioleskan sekret vagina tersebut dalam tabung yang telah
berisi garam fisiologis. Pemberian beberapa tetes KOH 10-20% pada cairan vagina yang
diperiksa, dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif
trichomoniasis dan infeksi bakterial vaginosis, tetapi tidak pada mereka yang menderita
vulvovaginal kandidiasis. Untuk menyingkirkan bakterial vaginosis dari infeksi
trichomoniasis dapat diketahui dengan memeriksa konsentrasi laktobasillus yang jelas
berkurang pada trichomonisis dan pH vagina yang lebih basa. Dari pemeriksaan sekret secara
mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trichomoniasis, dapat dijumpai sel-sel PMN yang
sangat banyak, coccobacillus, serta organisme Trichomonas vaginalis (pada sedian yang
segar dapat kelihatan motile).
several Test
Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai,
perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya. Jangan menggunakan antigen
bukan standar, seperti bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari
rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan tersebut yang
bersifat toksik, atau walaupun memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila
menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industry, harus berhati-hati sekali.
Jangan lakukan pengujian dengan bahan yang tidak diketahui.
Bahan yang bias digunakan adalah bahan yang biasa secara rutin dan dibiarkan
menempel di kulit, misalnya kosmetik, pelembab. Bila menggunakan bahan yang secara rutin
dipakaki dengan air untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan
terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin
atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya boleh
diuji bila diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang
dicurigai penyebab alergi maka pengujian dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut
yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan
ditempelkan di kulit dengan memakai Finn chamber dan didiamkan 48 jam. Hasil positif
dengan bahan bukan standar perlu control (5 samapi 10 orang) untuk menyingkirkan
kemungkinan karena iritasi.
Harus diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini
sehingga memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah
berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan, tempat di mana mulai terjadinya
ruam dan bagaimana perkembangannya, riwayat pengobatan sebelumnya, hal yang
berhubungan dengan timbulnya ruam, seperti penyakit yang berhubungan, pekerjaan,
lingkungan, kebiasaan, dsb.
Pengujian
1. Patch test harus dilakukan pada kulit dengan dermatitis yang tidak jelas
2. Alergen dicampur dengan bahan non-alergi (dasar) dengan konsentrasi yang sesuai.
Kemudian oleskan pada kulit, biasanya pada punggung atas
3. Gunakan pita perekat digunakan dan tandai lokasi uji coba
4. Diamkan selama 48 jam, selama itu jangan sampai kena air atau berolahraga karena
jika pita perekat lepas proses harus diulang
5. Patch tidak boleh terkena sinar matahari atau sumber lain seperti sinar ultraviolet
(UV)
6. Setelah 48 jam patch dilepaskan
7. Pembacaan dilakukan dilakukan 2 kali. Pembacaan awal dilakukan satu jam
kemudian setelah pelepasan pembacaan akhir lakukan 48 jam kemudian. Pembacaan
lebih dari 48 jam akan meningkatkan hasil positif palsu sebesar 34 %
Interpretasi Hasil
(-) : negatif
(IR) : iritasi (kulit merah sekali, contoh : ruam keringat, follicular pustules, purpura dan
burn-like reactions)
(+/-) : samar-samar, tidak pasti, meragukan (kemerahan ringan saja, contoh macula
eritematosa)
(+) : reaksi lemah (nonvesikular : eritema, infiltrate, papul)
(+ +) : reaksi kuat (edema atau vesikel)
(+ + +) : reaksi sangat kuat (merah intens, bula atau ulkus)
(NT) : tidak diuji.
Relevansi tergantung pada lokasi dan jenis dermatitis dan alergen tertentu. Interpretasi
hasil membutuhkan pengalaman yang cukup dan pelatihan.
negative patch test reactions
+ reaction ++ reaction
1. Burton JL, Rook, Immunobullous Disease in: Textbook of Dermatology, vol 2, 8th
edition, Blackwell Science, 2010: 1895-03.
2. Djuanda A. Psoriasis. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. h 189
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor.Ilmu penyakit kulit dan kelamin.Edisi 6.
Jakarta: Badan penerbit FKUI;2010. Hal. 73-88.