Anda di halaman 1dari 19

1

POLITIK KESEHATAN
KEBIJAKAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 :
1. Fadli Ilhami Harri Siregar 1511311002
2. Latifa Hidayani Abas 1511311003
3. Cindy Ayu Pratiwi 1511312011
4. Muhammad Ilham Zul 1511314001
5. Dira Chika Vidrianta 1511314013

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEPERAWATAN

PADANG

2017
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami aturkan kepada Allah SWT, berkat ridho dan karunia-Nya
sehingga kami mendapat petunjuk dalam menyelesaikan makalah “kebijakan
kesehatan “ ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Rintangan dan hambatan kami hadapi dalam proses penyusunan makalah ini.
Namun berkat dukungan teman-teman dan media serta bimbingan dari dosen
pembimbing, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan, dan do’a.

Tidak lupa pula kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah kami ini, dikarenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Padang, 25 Agustus 2017

Penulis

Kelompok 1
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4

1.3 Tujuan..................................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................... 5

2.1 Sistem dan Komponen Kebijakan......................................................... 5

2.2 Hierarki Kebijakan Kesehatan ............................................................. 8

2.3 Kebijakan Kesehatan di Beberapa Negara............................................ 10

2.4 Kebijakan Kesehatan di Indonesia........................................................ 13

BAB III PENUTUP............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 19
4

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem dan komponen kebijakan ?
2. Bagaimana hierarki kebijakan kesehatan ?
3. Bagaimana kebijakan kesehatan di beberapa negara ?
4. Bagaimana kebijakan kesehatan di Indonesia ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui sistem dan komponen kebijakan.
2. Mengetahui hierarki kebijakan kesehatan.
3. Mengetahui kebijakan kesehatan di beberapa negara.
4. Mengetahui kebijakam kesehatan di Indonesia.
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem dan Komponen Kebijakan


Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya
dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected
parts or elements in certain pattern of work). Berdasarkan pengertian ini dapat
diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni: (1) elemen,
komponen atau bagian pembentuk sistem; dan (2) interconnection, yaitu saling
keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu. Keberadaan sekumpulan
elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi sekalipun, jika tidak
mempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu untuk mencapi
tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota suatu sistem.
Sistem kebijakan merupakan pola kelembagaan secara menyeluruh, yang
melibatkan berbagai komponen kebijakan yang salig bergantung dan
berhubungan.Sebagai sebuah sistem, kebijakan publik merupakan suatu
rangkaian dari beberapa komponen yang saling terkait, bukanlah satuan-satuan
komponen yang berdiri sendiri. Sistem kebijakan, sebagaimana dikemukakan
oleh Dunn, sedikitnya terdiri atas tiga komponen, yakni adalah sebagai berikut.
1. Kebijakan publik (public policies)
Kebijakan publik (public policies) merupakan isi kebijakan itu sendiri
(policy content) yang terdiri dari sejumlah daftar pilihan keputusan tentang
urusan publik (termasuk keputusan untuk tidak melakukan apa-apa) yang
dibuat oleh lembaga dan pejabat pemerintah. Orang-orang atau pelaku yang
terlibat dalam perumusan kebijakan disebut juga dengan aktor kebijakan.
Menurut James Anderson aktor kebijakan dibagi kedalam dua peran yakni
pelaku resmi dan pelaku tidak resmi.
 Pelaku resmi
Yang termasuk dalam pelaku resmi adalah pemerintah yang terdiri dari :
6

o Legislatif
Legislatif adalah lembaga yang bertugas merumuskan dan
membentuk kebijakan berupa undang-undang dan menjadi sebuah
kebijakan. Dimana undang-undang tersebut menjadi payung
hukum bagi pembuatan kebijakan publik pada level berikutnya
seperti instruksi presiden, peraturan pemerintah, keputusan-
keputusan hingga peraturan daerah dibawahnya.
o Eksekutif
Setelah kebijakan dibuat oleh lembaga legislatif makan fungsi
eksekutif adalah melaksanakan kebijakan publik tersebut atau
kata lain mengimplementasikan kepada publik apa saja isi dari
pada sebuah kebijakan yang telah lahir tersebut.
o Yudikatif
Lembaga pemerintah ini bertugas mengawasi dan memberikan
pertimbangan sanksi apabila kemudian terdapat kesalahan atau
kekeliruan dalam proses implementasi sebuah kebijakan publik
tersebut.
 Pelaku tidak resmi
Pelaku tidak resmi biasa berasal dari luar lembaga pemerintah
seperti kelompok kepentingan, partai politik, organisasi massa, warga
negara dan individu. Pelaku tidak resmi ini tidak mempunyai peran
dalam pengambilan keputusan kebijakan akan tetapi mereka berperan
dalam memberikan saran, usul, masukkan bahkan intervensi kepada
pelaku resmi pembuat kebijakan agar dapat meloloskan atau
menggunakan bentuk kebijakan yang mereka inginkan.

Isi sebuah kebijakan merespon berbagai masalah publik (public issues)


yang mencakup berbagai bidang kehidupan mulai dari pertahanan,
keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan semacamnya.
7

Tingkat ketepatan keputusan sebuah kebijakan tergantung pada ketepatan


dalam merumuskan masalah publik yang ingin dipecahkan.
2. Stakeholder kebijakan (policy stakeholder)
Stakeholder kebijakan (policy stakeholder), yaitu individu atau
kelompok yang berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan atau kebijakan tersebut.
Stakeholder kebijakan tersebut bisa terdiri dari sekelompok warga, organisasi
buruh, pedagang kaki lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga
pemerintahan, dan semacamya. Stakeholder kebijakan memberikan respon
yang berbeda-beda terhadap suatu kebijakan publik, tergantung pada
lingkungan kebijakan dan karakteristik dampak yang diterima masing-
masing.
Menurut Mustopadidjaja memisahkan komponen stakeholder
kebijakan menjadi 2 komponen, yaitu (a) pembuat dan pelaksana kebijakan
(b) kelompok sasaran kebijakan. Komponen pertama adalah orang atau
sekelompok orang atau organisasi tertentu yang mempunyai peran dalam
pembuatan atau pelaksanaan sebuah kebijakan. Sedangkan komponen kedua
adalah orang atau sekelompok orang atau organisasi yang mendapat
pengaruh atas sebuah kebijakan publik. Mustopadidjaja menegaskan bahwa
sebuah sistem kebijakan berperan dan berpengaruh terhadap proses dalam
siklus sebuah kebijakan (policy cycle).
3. Lingkungan kebijakan (policy environment)
Lingkungan kebijakan (policy environment), yaitu konteks khusus
dimana sebuah kebijakan terjadi, yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh
stakeholder kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri. Lingkungan
kebijakan ini bisa bermacam-macam bentuknya, seperti tingkat keamanan,
kemampuan daya beli masyarakat, tingkat pengangguran, tingkat
demokratisasi pemerintahan dan semacamnya. Lingkungan kebijakan ini
akan menentukan apakah sebuah kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan
8

dukungan atau penolakan dari para pelaksana atau sasaran kebijakan


tersebut.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap isi kebijakan, sebab dari
lingkunganlah pelaku kebijakan dapat menyusun sebuah strategi pembuatan
suatu isi kebijakan bagi ruang publik. Kebijakan publik sebagai
pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya mengikat sehingga pelaku kebijakan dalam membuat
kebijakan publik harus benar-benar memperhatikan lingkungan dimana
tuntutan sebuah kebijakan berasal.

2.2. Hierarki Kebijakan Kesehatan


Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan.Kebijakan-kebijakan kesehatan
dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan produk pemerintah,
walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan
atau melalui suatu kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana
keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik (Buse, May & Walt, 2005).
Kebijakan kesehatan berpihak pada hal-hal yang dianggap penting dalam
suatu institusi dan masyarakat, bertujuan jangka panjang untuk mencapai
sasaran, menyediakan rekomendasi yang praktis untuk keputusan-keputusan
penting (WHO, 2000). Kebijakan kesehatan memiliki empat komponen, yakni
sebagai berikut.
a. Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Konten
kebijakan memiliki empat tingkat dalam pengoperasiannya yaitu:
a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip
diputuskan.
9

b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk


mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan
untuk pelayanan kesehatan.
c. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari institusi yang
bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan.
d. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.
b. Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu
proses rancang dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan
oleh analis kebijakan antara lain:
a. Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
mengformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi
yang benar.
b. Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan
secara pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang
berminat untuk menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
c. Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan
mengambil langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu
negosiasi dengan kelompok-kelompok yang memprioritaskan model
kebijakan.
d. Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu
yang menjadi pokok perhatian utama dari penentu kebijakan.
c. Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan di mana kebijakan itu dibuat dan
diimplementasikan. Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain
politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana hal-hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan.
d. Aktor
10

Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan


kesehatan. Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari
jaringan, kadang-kadang disebut juga mitra untuk mengkonsultasi dan
memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut.

Proses pengembangan kebijakan menurut Brehaut dan Juzwishin adalah


mengumpulkan, memproses, dan mendesiminasikan informasi yang
berhubungan dengan kebijakan yang akan dikembangkan; mempromosikan
pilihan-pilihan untuk langkah yang akan diambil; mengimplementasi pada
pengambil keputusan; memberikan sanksi bagi yang tidak bisa mentaati; dan
mengevaluasi hasil pencapaian (Brehaut & Juzwishin, 2005). Pendekatan yang
paling sering digunakan untuk mengerti suatu proses kebijakan adalah yang
disebut “stages heuristic” yaitu memilah proses kebijakan tersebut ke dalam
suatu rangkaian tingkatan dengan menggunakan teori dan model serta tidak
mewakili apa yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
 Identifikasi maslaah dan pengenalan akan hal-hal yang baru termasuk besar
persoalan-persoalannya. Pada langkah ini dieksplorasi bagaimana hal-hal
yang menjadi perhatian masuk dalam ke dalam agenda.
 Formulasi kebijakan yang mengexplorasi siapa-siapa saja yang terlibat dalam
perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan itu disepakati dan bagaimana
akan dikomunikasikan.
 Implementasi kebijakan, pada tahap ini sering kali diabaikan namun
demikian merupakan fase yang sangat penting dalam membuat suatu
kebijakan, karena apabila kebijakan tidak diimplementasikan maka dapat
dianggap keliru.
 Evaluasi kebijakan, dimana hal ini dilakukan identifikasi atas hal yang terjadi
baik hal-hal yang muncul dan tidak diharapkan pada kebijakan.
2.3. Kebija kan Kesehatan di Beberapa Negara
a. Amerika Serikat
11

Fasilitas Kesehatan
Sebagian besar layanan kesehatan yang ada di Amerika Serikat berada di
tangan swasta. Peran layanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
sangatlah kecil. Hampir semua rumah sakit baik di tingkat federal, negara,
daerah hingga pemerintah kota dikuasai oleh swasta sehingga pemerintah
tidak mampu untuk mengontrol biaya kesehatan masyarakatnya.
Ada beberapa fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh organisasi non
profit/nirlaba tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. Fasilitas kesehatan yang
dimiliki oleh pemerintah pun terbatas diperuntukkan untuk golongan tertentu,
tidak semua masyarakat bisa mengakses fasilitas pemerintah tersebut.Sebagai
contoh, Departemen Pertahanan (The Federal Department of Defense)
memiliki layanan kesehatan berupa Rumah Sakit Lapangan dan Rumah Sakit
Tetap (The Military Health System) tetapi peruntukkannya hanya terbatas
untuk militer yang masih aktif. Begitu pula dengan Lembaga Kesehatan
Veteran (The Federal Veterans Administration) yang membuka layanan
kesehatan gratis untuk para veteran. Lembaga ini didanai oleh pemerintah AS
untuk mendirikan Rumah Sakit VA yang diperuntukkan khusus untuk para
veteran.
Penelitian dan Pengembangan Produk Kesehatan
Penelitian dan pengembangan kesehatan di AS sebagian besar dilakukan
oleh swasta. Mereka secara aktif melakukan penelitian dan pengembangan
obat-obatan dan alat-alat medis. Adapun untuk masalah pendanaan, swasta
dan pemerintah saling berkorelasi. Kerjasama yang baik antara pemerintah
dan swasta dalam hal penelitian kesehatan ini menjadikan AS sebagai negara
nomor satu dalam hal inovasi di bidang kesehatan baik di bidang jenis obat
baru maupun teknologi peralatan kesehatan.
Biaya Kesehatan dan PDB
Tingginya biaya kesehatan di AS ternyata telah berdampak pada kondisi
Produk Domestik Bruto. Warga AS mengeluarkan biaya untuk kesehatan
12

sebesar 16% dari total PDB. Angka ini tergolong sangat tinggi dan menempati
peringkat dua di dunia setelah Timor Leste dalam hal penggunaan PDB untuk
kesehatan.
b. Singapura
Singapura memiliki sistem non-dimodifikasi kesehatan universal di
mana pemerintah menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam
sistem kesehatan masyarakat, terutama melalui sistem tabungan wajib,
subsidi dan kontrol harga. Sistem Singapura menggunakan kombinasi
tabungan wajib dari pemotongan gaji untuk memberikan subsidi dalam
rencana asuransi kesehatan dinasionalisasi dikenal sebagai Medisave. Dalam
Medisave, setiap warga negara terakumulasi dana yang secara individual
dilacak, dan dana tersebut dapat dikumpulkan di dalam dan melintasi seluruh
keluarga. Sebagian besar warga Singapura memiliki tabungan besar dalam
skema ini. Salah satu dari tiga tingkat subsidi dipilih oleh pasien pada saat
episode kesehatan.
Sebuah prinsip utama skema kesehatan nasional Singapura adalah
bahwa ada layanan medis disediakan secara gratis, terlepas dari tingkat
subsidi, bahkan dalam sistem kesehatan publik. Mekanisme ini dimaksudkan
untuk mengurangi overutilisation layanan kesehatan, fenomena yang sering
terlihat di subsidi penuh sistem asuransi kesehatan universal. Out-of-saku
biaya bervariasi untuk setiap layanan dan tingkat subsidi. Pada tingkat
tertinggi subsidi, meskipun masing-masing biaya out-of-saku biasanya kecil,
biaya dapat menumpuk dan menjadi substansial bagi pasien dan keluarga.
Sekitar 70-80% dari Singapura mendapatkan perawatan medis mereka
dalam sistem kesehatan masyarakat. Pemerintah secara keseluruhan
pengeluaran kesehatan untuk jumlah% hanya 3-4 dari PDB tahunan,
sebagian karena pengeluaran pemerintah pada kesehatan dalam sistem swasta
sangat rendah.
Singapura saat ini memiliki tingkat kematian bayi terendah di dunia
(hanya bisa disamai oleh Islandia) dan di antara harapan hidup tertinggi sejak
13

lahir, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Singapura memiliki "salah satu


sistem kesehatan yang paling sukses di dunia, baik dari segi efisiensi dalam
pembiayaan dan hasil yang dicapai dalam hasil kesehatan masyarakat,"
menurut sebuah analisis oleh perusahaan konsultan global yang Watson
Wyatt. Pemerintah teratur menyesuaikan kebijakan untuk aktif mengatur
"pasokan dan harga dari pelayanan kesehatan di negara" dalam upaya untuk
menjaga harga di cek. Namun, untuk sebagian besar pemerintah tidak secara
langsung mengatur biaya perawatan medis swasta. Biaya ini sebagian besar
tunduk pada kekuatan pasar, dan sangat beragam dalam sektor swasta,
tergantung pada spesialisasi medis dan layanan yang disediakan.
2.4. Kebijakan Kesehatan di Indonesia
Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan terdiri atas visi, misi, strategi dan
program kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sehat. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain:

a. Pemantapan kerjasama lintas sektor.


b. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat, dan kemitraan swasta.
c. Peningkatan kesehatan lingkungan.
d. Peningkatan upaya kesehatan.
e. Peningkatan sumber daya kesehatan.
f. Peningkatan kebijakan dan menejemen pembangunan kesehatan.
g. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap
penggunaanobat, makanan dan alat kesehatan yang illegal.
h. Peningkatan IPTEK kesehatan.
Visi
1. Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi,
tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan
serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong
dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
14

2. Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.
3. Kemampuan masyarakat yang dihharapkan adalah yang mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan
baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Pelayanan kesehatan
bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa
pelayanan profesi.
Misi
1. Menggagas pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Pembangunan
kota atau wilayah harus selalu memperhatikan aspek kesehatan. Misalnya
pembanguna perumahan maka yang harus diperhatikan adalah pentilasinya,
lingkungan, dan sumber air bersihnya, jangan sampai masing-masing
rumah menjadi pencemar air minum tetangganya. Misalnya lagi
pembangunan gedung bioskop disekitar perumahan penduduk maka harus
memperhatikan limbah bioskop agar tidak mencemari sumber air warga.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Pelayanan
kesehatan yang ada tidak hanya memberikan pengetahuan bagaimana cara
hidup sehat dan mencegah datangnya penyakit tetapi mampu
menggerakkan masyarakat agar sadar dan kemudian mampu menjaga serta
memelihara kesehatannya sendiri ataupun menjadi kader kesehatan bagi
kelompok dan masyarakatnya.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau :
 Bermutu maksudnya pelayanan kesehatan terus meningkatkan diri
agar sesuai dengan kwalitas dan standar baku yang ada.
 Merata memiliki arti bahwa pelayanan kesehatan harus dapat
dicapai atau dirasakan oleh semua masyarakat.
15

 Terjangkau berarti pelayanan kesehatan harus dapat dijangkau oleh


ekonomi masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya. Pemeliharaan kesehatan masyarakat ditekankan pada
sikap proaktif yakni meningkatkan usaha-usaha pencegahan sehingga
pemeliharaan serta derajat kesehatan semua masyarakat meningkat, sehingga
mereka lebih mandiri, dan mampu menjaga lingkungan sekitar mereka dari
semua vector penyebab penyakit. Tidak seperti dahulu bahwa pelayanan
kesehatan lebih diarahkan pada pengobatan atau bersifat reaktif.

Strategi
1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Profesionalisme. Ada beberapa persyaratan seseorang dapat dikatakan
professional yaitu merupakan tenaga kesehatn dengan pendidikan
minimal D3, memiliki kelompok atau rumpun organisasi yang jelas, dan
melakukan pelayanan kesehatan tanpa pandang bulu.
3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Hal ini berhubungan
dengan pembiayaan kesehatan.
4. Desentralisasi merupakan permasalahan kesehatan yang ditangani secara
otonom. Dalam beberapa hal desentralisasi memiliki kelebihan dibanding
Dekonsentrasi, yakni daerah dapat lebih mengetahui pelayanan kesehatan
apa yang cocok diberikan pada daerahnya sehingga menghemat biaya
kesehatan dan juga mengefisiensikan pelayana kesehatan pada masalah-
masalah kesehatan yang dibutuhkan masyarakat daerahnya. Namun,
kelemahan desentralisasi adalah masalah kesehatan lintas sector maupun
lintas daerah sulit diberantas.
Program Kesehatan
Pemerintah dalam menjamin kesehatan masyarakat adalah dengan
memberikan pelayanan kesehatn yang merata, dan bisa dijangkau dengan
16

mudah oleh masyarakat. Pelayanan kesehatan tersebut dilakukan oleh


puskesmas yang memiliki usaha-usaha kesehatan pokok yaitu:
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
2. Kesehatan ibu dan anak,
3. Hygiene sanitasi lingkungan,
4. Usaha kesehatan sekolah,
5. Usaha kesehatan gigi,
6. Usaha kesehatan mata,
7. Usaha kesehatan jiwa ,
8. Pendidikan kesehatan masyarakat,
9. Usaha kesehatan gizi,
10. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan,
11. Perawatan kesehatan masyarakat,
12. Keluarga berencana,
13. Rehabilitasi,
14. Usaha-usaha farmasi,
15. Laboratorium,
16. Statistik kesehatan,
17. Administrasi usaha kesehatan masyarakat.

Dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut, terdaapat indikator yang


digunakan untuk menentukan apakah kebijakan yang telah dijalankan berhasil atau
tidak. Berikut ini adalah indikator suatu ciri masyarakat sehat yang berhubungan
dengan status kesehatan masyarakat :
• Indikator komprehensif :
1.   Angka kematian kasar menurun,
2.    Rasio angka mortalitas proposional rendah,
3.    Umur harapan hidup meningkat
• Indikator spesifik :
1.    Angka kematian ibu dan anak menurun,
17

2.    Angka kematian karena penyakit menular menurun,


3.    Angka kelahiran menurun,
4.    Indikator pelayanan kesehatan :
a.    Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang,
b.    Distribusi tenaga kesehatan merata,
c.    Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas
kesehatan lain dan sebagainya,
d.   Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan doantaranya
rumah sakit, puskesmas, rumas bersalin dan sebagainya.
• Indikator lingkungan fisik :
1. Presentase penduduk yang menggunakan air bersih meningkat,
2.  Presentase penduduk yang menggunakan WC meningkat
18

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa sistem


kebijakan merupakan pola kelembagaan secara menyeluruh, yang melibatkan
berbagai komponen kebijakan yang salig bergantung dan berhubungan.Sebagai
sebuah sistem, kebijakan publik merupakan suatu rangkaian dari beberapa
komponen yang saling terkait, bukanlah satuan-satuan komponen yang berdiri
sendiri. Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan.Kebijakan-kebijakan kesehatan
dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan
terdiri atas visi, misi, strategi dan program kesehatan. Masing-masing memiliki
peran untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat.
19

DAFTAR PUSTAKA
Massie, R. 2009. Kebijakan kesehatan : proses, implementasi,evaluasi, analisis dan
penelitian. Buletin penelitian sistem kesehatan volume 12(4) : 409-417.

Suwartana, K. 2012. Kebijakan kesehatan di Indonesia. http://kadek-


suwartana.blogspot.co.id/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_3338.html. Diakses pada 24 Agustus 2017

Noname. 2014. Kesehatan di Singapura.


http://ferrystoner.blogspot.co.id/2014/03/makalah-tentang-kesehatan-di-
singapura.html. Diakses pada 24 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai