Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN ILMIAH AKHIR

LITERATUR REVIEW : PENGARUH INTERVENSI TERAPI


PERNAFASAN BUTEYKO TERHADAP PENURUNAN
SESAK PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKIAL

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

SYARIFA AINI, S.KEP

NIM. 1941312044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang

anak-anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada

anak-anak (Kylie, Terri & Carman, Susan. 2014). Menurut global initiative

for asthma (GINA) tahun 2018, asma didefinisikan sebagai suatu penyakit

yang heterogen, yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada

saluran pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan

pernafasan seperti mengi, nafas terengah-engah, dada terasa berat/tertekan,

dan batuk, yang bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan

keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi (Kementrian Kesehatan

RI, 2017).

Menurut para ahli, prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 -

150 juta penduduk dunia terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap

tahunnya (Dharmayanti & Hapsari, 2015). Asma merupakan penyakit yang

sering dijumpai pada anak. Prevalensi asma telah meningkat dalam beberapa

dekade terakhir baik pada negera berkembang maupun pada negara maju.

Penelitian International Study of Asthma dan Allergies in Childhood (ISAAC)

menunjukkan bahwa prevalensi gejala asma berkisar dari 1.6-27.2% pada anak

usia 6-7 tahun, dan 1.9-35.5% pada anak usia 13-14 tahun. Sedangkan prevalensi
asma anak di Indonesia sekitar 10% pada anak usia 6-7 tahun dan sekitar 6,5%

pada anak usia <14 tahun.

Menurut WHO (2015), 235 juta orang menderita asma. Asma bukan

hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berpenghasilan

tinggi, namun terjadi di semua negara. Lebih dari 80% kematian asma terjadi

di negara menengah ke bawah (WHO, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi asma di Indonesia 2,4%. Angka ini

mengalami penurunan dibanding tahun 2013, yaitu 4,5%. Proporsi

kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir pada penduduk semua umur di

Indonesia mencapai 57,5%. Hal ini menunjukkan masih banyak orang yang

belum dapat mencegah atau meminimalkan kekambuhan asma tersebut. Pada

anak-anak umur 0-14 tahun, pravelansi asma mencapai 3,9%. Sedangkan

proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir pada anak umur 5-14

tahun mencapai 50,1%.

Angka morbiditas yang diakibatkan oleh asma semakin meningkat

setiap tahunnya, sehinggga tujuan dari pengobatan asma yakni mengontrol

asma yang ditunjukkan oleh fungsi pulmonar yang kembali normal maupun

mendekati normal, mempertahankan level aktivitas normal, dan

meminimalkan kebutuhan beta2 agonist inhalers yang berfungsi sebagai

quick relief dari gejala asthma yang diberikan 2 kali seminggu dipantau

secara adekuat (Asthma, 2014).

Pengobatan untuk asma dibedakan atas dua macam yaitu pengobatan

secara farmakologis dan non farmakologis. Terdapat dua golongan medikasi


secara farmakologis yakni pengobatan jangka panjang dan pengobatan cepat

atau quick reliefsebagai pereda gejala yang dikombinasikan sesuai kebutuhan

(Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, 2012). Bentuk pengobatan

nonfarmakologis adalah pengobatan komplementer yang meliputi breathing

technique (teknik pernafasan), acupunture, exercise theraphy, psychological

therapies, manual therapies (Council, 2006).

Pengobatan non farmakologis dengan teknik pernafasan yang

dikembangkan yaitu berupa olah raga aerobik, senam, taichi, waitankung,

yoga, mahatma, buteyko dan papworth. Teknik pernafasan ini ditujukan tidak

hanya untuk mereka para penderita asthma, namun juga penderita penyakit

paru lainnya (Adryan, 2012). RCTs menyebutkan bahwa pernafasan buteyko

dapat memperbaiki gejala asma (Asthma, 2014). Teknik pernapasan buteyko

membantu menyeimbangkan kadar karbondioksida dalam darah. Oksigenasi

lancar dan dapat mengurangi hipoksia, hiperventilasi, dan apnea saat tidur

pada pasien asma (Murphy, 2012)

Berdasarkan bukti penelitian yang dilakukan oleh Prasanna (2015)

menunjukkan hasil bahwa teknik pernafasan Buteyko terbukti mampu

mengurangi gejala asma namun tidak dapat mengubah fungsi pulmonar pada

pasien. Sejalan dengan penelitian Sukartini (2020) bahwa ada pengaruh

teknik pernafasan Buteyko terhadap penurunan derajat sesak pada penderita

asma di Poliklinik Paru sehingga teknik pernafasan Buteyko dapat

direkomendasikan untuk mengatasi sesak pada penderita asma. Teknik


pernapasan Buteyko akan meningkatkan pengendalian asma dan akan

mengurangi penggunaan obat asma (Muhamed, Elmetwaly, Ibrahim, 2018).

Masalah utama pada penderita asma yang sering dikeluhkan adalah

sesak nafas (Wahyuni et al., 2018). Masyarakat indonesia pada umumnya

belum mengetahui penanganan asma jika mengalami kekambuhan. Hasil

pengkajian yang dilakukan pada An.G didapatkan bahwa anak mengalami

kekambuhan asma yang diakibatkan oleh faktor cuaca dingin. Dalam

mengatasi sesak yang dirasakan anaknya, ibu klien memberikan obat inhalasi

kepada An. G, namun ibu klien tidak mengetahui cara menangani

kekambuhan sesak yang dirasakan oleh anaknya dengan terapi komplementer,

ibu klien merasa cemas dengan hal tersebut karena seringnya kekambuhan

sesak yang dirasakan anaknya jika cuaca dingin terlebih lokasi tempat tinggal

klien adalah area perbukitan.

Peneliti mengangkat permasalahan ini sebagai diagnosa pertama dari

asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu pola nafas tidak efektif. Dari

penjelasan latar belakang diatas dan juga masalah keperawatan An.G diatas

peneliti tertarik melakukan penelitian literature review mengenai “Pengaruh

Penerapan Terapi Pernafasan Buteyko terhadap Penurunan Sesak pada Anak

dengan Asma Bronkial”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

karya ilmiah akhir ini adalah: “Literatur Review : Pengaruh Penerapan Terapi
Pernafasan Buteyko terhadap Penurunan Sesak pada Anak dengan Asma

Bronkial?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk menggambarkan

terapi yang dapat diberikan kepada anak yang mengalami kekambuhan

sesak pada anak dengan indikasi asma bronkial.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis teknik pernafasan buteyko berupa teknik, durasi

frekuensi dan cara pelaksanaan teknik pernafasan buteyko

b. Menganalisis metode yang digunakan dalam penelitian baik design,

teknik pengambilan sampel, jumlah sampel, hingga perlakuan

intervensi teknik pernafasan buteyko.

c. Menganalisis pengaruh penerapan intervensi teknik pernafasan

buteyko terhadap penurunan sesak yang dirasakan anak dengan asma

bronkial.

D. Manfaat

1. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi

sumber atau dasar bagi perawat untuk memberikan intervensi menangani

atau menurunkan sesak pada anak dengan indikasi asma bronkial

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi

referensi kepustakaan dalam menambah ilmu pengetahuan terutama bagi

mahasiswa keperawatan, terutama bagian keperawatan anak untuk

menangani atau menurunkan sesak pada anak dengan indikasi asma

bronkial

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan

referensi atau sumber dalam memberikan pelayananan kesehatan,

terutama bagi bidang keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan untuk anak yang mengalami sesak pada anak dengan

indikasi asma bronkial


BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Syarifa Aini Tanggal Pengkajian : 24-11-2020

No. BP : 1941312044 Tanggal Masuk RS :-

Tempat Praktek :- No. RM :-

I. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. G Nama Ibu : Ny. I

BB/TB : 32 kg/130 cm Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Lahir/Usia : 29 Juli 2006/ 13 th Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam

Pendidikan Anak : SMP Alamat : Sungai Pua, Agam

Anak ke :2 Diagnosa Medis : Asma Bronkial

II. KELUHAN UTAMA

Ny. I mengatakan An. G mengalami kekambuhan asma sejak tadi

malam, pasien mengalami sesak pada nafasnya, keluhan sesak pada nafasnya

ini tidak disertai dengan keluhan nyeri dada pada pasien. Ny. I mengatakan

faktor pencetus terjadinya kekambuhan pada asma pasien dikarekanan faktor

cuaca dingin ditambah akhir-akhir ini tempat tinggal pasien mengalami

musim hujan. TTV : TD : 105/70 mmHg, N : 76x/menit, RR : 30x/menit, T :

36,7oC.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

a. Prenatal

Selama hamil Ny. I memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis

kandungan yang berada di Sungai Pua, pasien memeriksakan kehamilannya

saat ada keluhan saja. Ny. I tidak memiliki riwayat penyakit tertentu. Ny. I

mengatakan selama hamil An.G tidak mengalami kekurangan gizi, berat

selama kehamilan mengalami kenaikan sesuai dengan usia kehamilan.

b. Intranatal

Metode kelahiran An. I yaitu kelahiran normal dan bernafas spontan.

An. G lahir dengan umur kehamilan cukup bulan, lahir normal di RS ditolong

oleh dokter kandungan dengan BBL : 3250 gr dan dalam kondisi yang sehat.

c. Postnatal

Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan oleh dokter, kondisi pasien

saat itu sehat. ASI sudah diberikan ibu sejak usia 0 bulan sampai 2 tahun.

Setelah persalinan Ny.I tidak mengalami perdarahan yang banyak.

IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

a. Penyakit yang diderita sebelumnya

An. S sudah menderita asma sejak 4 tahun yang lalu, faktor

pencetus terjadinya asma pada pasien adalah cuaca yang dingin.


b. Pernah dirawat di RS

Ny. I mengatakan An. G pernah dirawat di RS ketika keluhan yang

dirasakan cukup parah, sebelum dirujuk ke RS pasien dibawa ke

puskesmas terlebih dahulu.

c. Obat-obatan yang pernah digunakan

An. G menggunakan obat inhalasi untuk mengatasi asma yang

dideritanya sampai sekarang.

d. Alergi

Pasien memiliki alergi udara yaitu cuaca dingin, debu dan asap

rokok yang dapat menjadi faktor pencetus terjadinya kekambuhan pada

asma pasien. Pasien tidak memiliki alergi pada makanan, minuman

maupun obat-obatan.

e. Kecelakaan

An.G tidak memiliki riwayat jatuh yang sampai mencederai

tubuhnya hingga harus dibawa ke rumah sakit.

f. Riwayat Imunisasi

Imunisasi yang didapatkan klien sudah lengkap :

Tabel 3.1 Riwayat imunisasi klien lengkap

Jenis imunisasi I II III IV


BCG 0 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak 9 bulan

V. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Saat dilakukan pengkajian, An. G mengalami kekambuhan pada asma

yang diderita dengan keluhan utama yang dirasakan pasien ialah sesak nafas.

Aktifitas yang berat dapat memperberat keluhan sesak pada pasien. Faktor

pencetus terjadinya kekambuhan asma yang diderita pasien saat ini

dikarenakan cuaca yang dingin, ditambah akhir-akhir ini di wilayah tempat

tinggal pasien sedang musim hujan dan pasien tinggal di wilayah dataran

tinggi dengan suhu yang tinggi. Faktor pencetus terjadinya kekambuhan

lainnya adalah debu dan asap rokok. Saat dilakukan pengkajian tidak ada

peningkatan suhu, tidak ada penurunan nafsu makan. Pasien tampak sesak

dengan penggunaan otot bantu pernafasan, suara nafas pasien terdengar

mengi. TTV saat pengkajian : TD : 105/70 mmHg, N : 76x/menit, RR :

30x/menit, T : 36,7oC.

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ny. I mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit

yang sama dengan pasien, tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit

degeneratif seperti hipertensi dan diabetes.

Genogram
Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal : Serumah

: Perempuan : Pasien

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

a. Kemandirian dan Bergaul

An. S mengatakan belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri, seperti makan, mandi, dll. An. S masih dibantu oleh ibu dan

terkadang kakaknya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. An.S jarang

bergaul dengan anak-anak tetangga didekat rumahnya. An. S lebih banyak

menghabiskan waktunya di rumah dan bermain handphone.

b. Kognitif dan Bahasa

Sehari-hari An. S sudah mampu berbicara dengan lancar dengan berbahasa

minang, kemampuan kognitif klien belum baik dibuktikan dengan

ketidakmampuan klien dalam menjawab pertanyaan.

c. Psikososial

Hubungan antara klien dengan orangtuanya terjalin dengan baik


VIII. RIWAYAT SOSIAL

a. Yang mengasuh Klien

An. S diasuh oleh kedua orangtuanya dan kakak perempuannya

b. Hubungan dengan Anggota Keluarga

An. S merupakan anak ketiga dari Ny. R, hubungan klien dengan keluarga

cukup baik dan harmonis

c. Hubungan dengan Teman Sebaya

An. S belum memiliki teman sebaya, klien hanya bermain dan berinteraksi

dengan keluarga dekatnya saja.

d. Pembawaan secara Umum

Pembawaan secara umum klien tampak santai.

e. Lingkungan Rumah

Lingkungan di rumah klien yaitu dengan pintu dan jendela sering terbuka,

di depan rumah langsung berhadapan dengan jalan raya dan tidak terdapat

pekarangan. Tidak terdapat sampah maupun genangan air di depan rumah.

IX. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Compos Mentis


b. TB/BB : 80 cm/ 10 kg
c. Kepala

- Rambut
Kebersihan : Tampak bersih

Warna : Pirang
Tekstur : Halus

Distribusi Rambut : Lurus

Kuat/Mudah Tercabut : Tidak mudah

dicabut
d. Mata : Simetris

- Sklera
: Tidak Ikterik
- Konjunctiva
: Tidak Anemis
- Palpebra

- Pupil : Normal

Ukuran : 2 mm

Bentuk : Normal

Reaksi Cahaya : Normal


e. Telinga : Simetris

- Serumen
: Tidak ada pengeluaran

serumen

- Pendengaran
: Baik

Terdapat luka dan gatal

pada telinga sebelah kanan


f. Hidung : Simetris

- Sekret
: Tidak ada sekret
- Polip
: Tidak ada polip
g. Mulut

- Kebersihan
: Mulut tampak bersih
- Warna Bibir
: Warna bibir tidak pucat
- Kelembapan

Lidah : Bibir lembab

: Lidah tampak bersih

h. Leher : terdapat pembengkakan

pada kelenjar parotis,

teraba keras, sedikit

kemerahan, terdapat nyeri

tekan, tidak teraba panas


i. Dada

- Inspeksi
: Pergerakan dada simetris

: tidak ada nyeri tekan


- Palpasi
pada dinding dada,

fremitus dada kiri dan

kanan sama
j. Jantung

- Inspeksi
: dinding dada simetris,

Ictus Cordis tidak terlihat


- Palpasi : apeks teraba 1 jari medial

LMCS RIC V

- Auskultasi : Irama jantung reguler


k. Paru-Paru

- Inspeksi
: Pergerakan dada simetris
- Palpasi
: Fremitus kiri kanan
- Perkusi

- Auskultasi : Sonor

: Tidak ada suara nafas

tambahan
l. Perut

- Inspeksi
: Tidak tampak membuncit
- Palpasi
: Hepar dan lien tidak

teraba
- Perkusi
: Tympani
- Auskultasi

: Bising usus meningkat


m. Punggung Bentuk : Normal
n. Ekstremitas

- Kekuatan dan Tonus


: 555 555
Otot
555 555
- Reflek-reflek

Atas :Edema (-), Lesi (-),


CRT < 2 detik

Bawah:Edema (-), Lesi (-),

CRT < 2 detik


o. Genitalia : Tidak dilakukan

pemeriksaan
p. Kulit

- Warna
: Kecoklatan
- Turgor
: Baik
- Integritas

- Elastisitas : CRT < 2 detik

: Normal

Terdapat ruam dan gatal-

gatal pada kulit dagu, jari

tangan dan daun teling


q. Pemeriksaan Neurologis : GCS : 15, tidak ada

kejang

X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

o Bisa tengkurap usia 6 bulan

o Merangkak usia 7 bulan

o Bisa berjalan usia 1 tahun 5 bulan

o Bisa mengucapkan kata dengan jelas usia 2 tahun


o Tidak ada kelainan tingkah laku dan emosi

Kesan : perkembangan sesuai usia

a. DDST

1. Personal Sosial

 Membuka pakaian

 Menyuapi boneka

 Memakai baju

 Gosok gigi dengan bantuan

 Cuci dan mengeringkan tangan

 Menyebut nama teman

2. Motorik Halus

 Mencoret-coret

 Menara dari 2 kubus

 Menara dari 4 kubus

 Menara dari 8 kubus

 Meniru garis vertikal

 Menara dari kubus

3. Bahasa

 Menunjuk 2 gambar

 Kombinasi kata

 Menyebut 1 gambar

 Bagian badan

 Menunjuk 4 gambar
 Bicara dimengerti

 Menyebut 4 gambar

 Mengethaui 1 kegiatan

4. Motorik Kasar

 Berjalan dengan baik

 Mundur

 Lari

 Berjalan naik tangga

 Menendang bola kedepan

 Melompat

 Lempar bola ke atas

Interpretasi DDST : normal sesuai dengan perkembangan usia

b. Status Nutrisi

Berdasarkan hasil perhitungan dari kurva CDC 2000, status gizi pasien

berada di angka 83.34% dengan interpretasi gizi kurang.

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL (Erick H. Erickson)

Menurut Erick H. Erickson tahap psikososial pada anak usia 18

bulan – 3 tahun adalah Autonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan)

Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages), masa

ini disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early

childhood). Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga

orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta
kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan

melakukan apapun yang dia mau.

Pada tahap ini An. S sudah memiliki kemampuan untuk melakukan

beberapa kegiatan secara mandiri seperti makan, berjalan atau memakai

sandal. Kepercayaan orang tua kepada anak pada usia ini untuk

mengeksplorasi hal-hal yang dapat dilakukannya secara mandiri dan

memberikan bimbingan kepadanya akan membentuk anak menjadi pribadi

yang mandiri dan percaya diri. Ny. R dalam mendidik anaknya pada usia ini

seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak.

Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol

diri dan harga diri.

XII. PEMERIKSAAN SPIRITUAL

An. S belum mampu melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa, dll. Namun

Ny. R berusaha mengajarkan anaknya melaksanakan ibadah secara perlahan.

XIII. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI

No Jenis Kebutuhan Frekuensi makan

1 Makan Frekuensi makan tidak ditentukan, anak makan

sedikit namun sering, klien tidak mengalami

penurunan nafsu makan

2 Minum Frekuensi minum ± 8 gelas / hari

3 Tidur Frekuensi tidur malam dari pukul 21.00 – 06.00 (9


jam)

Tidur siang : 2 jam

4 Mandi Belum mampu melakukannya secara mandiri,

pasien mandi dibantu oleh orangtuanya dengan

frekuensi 1x/hari

5 Eliminasi frekuensi BAB 1x/hari, BAK 5-6 x/hari

6 Bermain Klien di rumah sering bermain dengan kakak

kandungnya, klien juga sering bermain gadget saat

di rumahnya
XIV. ANALISA DATA

Data Masalah

DS : Hambatan Rasa

 Ny. R mengatakan klien merasakan nyeri pada Nyaman

lehernya saat ditekan

 Ny. R mengatakan saat klien menggerakan

lehernya terasa nyeri

 Ny. R mengatakan klien merasa tidak nyaman

dengan kondisi lehernya yang mengalami

pembengkakan

DO :

 Terdapat nyeri tekan saat leher di palpasi

P : Proses infeksi pada kelenjar parotis

Q : Nyeri seperti menjalar

R : Leher di bawah dagu sampai telinga

S : Skala nyeri 3

T : Nyeri terjadi saat ada penekanan dan

pergerakan pada leher

 An. S tampak gelisah

 An. S tampak tidak senang dengan situasi

 Kulit leher teraba hangat


DS : Kerusakan
 Ny. R mengatakan kulit di bagian dagu, telinga Integritas Kulit

dan jari tangan mengalami gatal lalu menjadi

luka karena sering digaruk

 Ny. R mengatakan klien sudah diberi obat

topikal oleh dokter

DO :

 Tampak ruam, kemerahan dan luka pada dagu,

daun telinga dan jari tangan


DO : Ansietas

 Ny. R tampak gelisah

 Ny. R tampak khawatir

DS :

 Keluarga pasien mengatakan merasa khawatir

dengan pembengkakan di leher klien yang tak

kunjung membaik
DO : Kurang

Pengetahuan
 Permintaan informasi

 Pernyataan kesalahpahaman

 Instruksi tindak lanjut yang tidak akurat


DS :

 Ny. R mengatakan tidak mengetahui penyakit

yang diderita anaknya

 Ny. R mengatakan butuh informasi terkait

keparahan penyakit anaknya

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA ANAK

1. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat

parotitis

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen cidera kimiawi

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS

KELUARGA

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya eksposur,

ketidakbiasaan dengan sumber informasi


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)

Keperawatan (NOC)

1. Gangguan Rasa Status Kenyamanan : Fisik Manajemen Lingkungan :

Nyaman Kenyamanan
Kriteria hasil:
berhubungan Aktivitas :
 Kesejahteraan fisik
dengan  Tentukan tujuan pasien dan
meningkat
manifestasi klinis keluarga dalam mengelola

akibat parotitis  Posisi nyaman


lingkungan dan kenyamanan yang
 Intake makanan dan optimal
minuman meningkat  Ciptakan lingkungan yang
 Nyeri tidak ada nyaman

 Tingkat energi meningkat  Sediakan lingkungan yang aman

dan bersih

 Pertimbangkan sumber-sumber

ketidaknyamanan

 Posisikan pasien untuk

memfasilitasi kenyamanan

 Monitor kulit terutama daerah

tonjolan/pembengkakan terhadap

adanya tanda-tanda tekanan


Pengaturan Posisi

Aktivitas :

 Tempatkan pasien dalam posisi

terapeutik yang sudah dirancang

 Imobilisasi atau sokong bagian

tubuh yang oedem

 Sokong leher pasien dengan tepat

 Jangan tempatkan pasien pada

posisi yang bisa meningkatkan

nyeri

 Minimalisir gesekan dan cidera

ketika memposisikan dan

membalikan tubuh pasien

 Jangan memposisikan pasien

dengan penekanan pada area yang

terkena
2. Kerusakan Tissue Integrity : Skin and NIC : Pressure Management

Integritas Kulit Mucous Membranes


 Anjurkan pasien untuk
berhubungan
Wound Healing : primer menggunakan pakaian yang
dengan agen
dan longgar
cidera kimiawi
 Hindari kerutan pada tempat tidur
sekunder
 Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering

 Mobilisasi pasien (ubah posisi


Kriteria Hasil:
pasien) setiap dua jam sekali
 Integritas kulit yang baik
 Monitor kulit akan adanya
bisa Dipertahankan
kemerahan
(sensasi, elastisitas,
 Oleskan lotion atau minyak/baby
temperatur, hidrasi,
oil pada derah yang tertekan
pigmentasi)
 Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Tidak ada luka/lesi pada
pasien
kulit
 Monitor status nutrisi pasien
 Perfusi jaringan baik
 Memandikan pasien dengan sabun
 Menunjukkan
dan air hangat
pemahaman dalam
 Kaji lingkungan dan peralatan
proses perbaikan kulit
yang
dan mencegah terjadinya
 menyebabkan tekanan
sedera berulang
 Observasi luka : lokasi, dimensi,

kedalaman luka,

karakteristik,warna

 cairan, granulasi, jaringan

nekrotik, tanda-tanda infeksi

lokal, formasi traktus

 Ajarkan pada keluarga tentang

luka dan perawatan luka


 Kolaburasi ahli gizi pemberian

diae TKTP, vitamin

 Cegah kontaminasi feses dan urin

 Lakukan tehnik perawatan luka

dengan steril

 Berikan posisi yang mengurangi

tekanan pada luka


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DALAM KONTEKS KELUARGA

NO NANDA NOC NIC

1. Ansietas berhubungan  Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan

dengan krisis situasional  Tingkat Kecemasan


 Gunakan pendekatan yang
Sosial
tenang dan meyakinkan
Kriteria Hasil :
 Nyatakan dengan jelas harapan

 Rasa cemas berkurang terhadap perilaku klien

(2/5)  Jelaskan semua prosedur

 Gelisah berkurang termasuk sensai yang akan

(2/5) dirasakan yang mungkin akan

 Wajah tegang dialami klien selama prosedur

berkurang (3/5) dilakukan

 Serangan panik tidak  Pahami situasi krisis yang

ada (3/5) terjadi

 Berikan informasi aktual

terkait diagnosis, perawatan

dan prognosis

 Berikan objek yang

menunjukan perasaan aman

 Ciptakan atmosfer rasa aman


untuk meningkatkan

kepercayaan
2. Kurang Pengetahuan Pengetahuan : Proses Pengajaran : Individu

berhubungan dengan Penyakit


1. Bina hubungan baik
Kurangnya eksposur,
Pengetahuan : Perilaku 2. Pertimbangkan kebutuhan
ketidakbiasaan dengan
Kesehatan pengajaran keluarga
sumber informasi
3. Nilai tingkat pengetahuan dan
Kriteria Hasil :
pemahaman keluarga saat ini
 Mengetahui karakter
4. Nilai tingkat pendidikan
spesifik penyakit
keluarga
 Mengetahui faktor
5. Tentukan kemampuan
faktor penyebab dan
keluarga untuk mempelaari
faktor yang
informasi tertentu
berkontribusi
6. Identifikasi tujuan yang
 Mengetahui efek
diperlukan untuk mencapai
fisiologis penyakit
tujuan
 Mengetahui tanda
7. Berikan pamflet instruksional,
gejala penyakit
video dan sumber
 Mengetahui proses
pembelajaran
perjalanan penyakit
8. Berikan waktu bagi keluarga

untuk bertanya dan membahas

masalah

9. Evaluasi pemahaman keluarga


Kylie, Terri & Carman, Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Ed. 2 Vol.
3. EGC : Jakarta.

Global Initiative for Asthma (GINA). 2018. Global Strategy of Asthma


Management and Prevention (2018 update). https://ginasthma.org. Diakses pada
tanggal 24 November 2020.

Dharmayanti, I., Hapsari, D., Azhar, K. (2015). Jurnal kesehatan masyarakat


nasional. Asma pada anak di indonesia: penyebab dan pencetus. Vol.9, No. 4

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Diakses pada tanggal 24


November 2020 dari www.depkes.go.id

Riskesdas. (2018). Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. Diakses pada tanggal 24 November 2020 dari
http://depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materirakorpop2018/hasilriskesdas2018.pdf

World Health Organization. (2017). Asthma. Diakses pada tanggal 24 November


2020 dari www.who.int

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner & Suddarth (edisi 8 vol 1). Jakarta : EGC.

Wahyuni AS, Hamid RZ, Syafiuddin T, Bachtiar A, Nerdy N (2018) The


correlation between adherence and asthma patients quality of life in Medan,
Indonesia. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 6(11): 2198–
2205. https://doi.org/10.3889/oamjms.2018.362

Anda mungkin juga menyukai