yang Baik
(Good Corporate Governance Code)
Good Corporate Governance (GCG) merupakan gagasan yang mendorong setiap organisasi
khususnya entitas bisnis untuk menerapkan prinsip keteladanan dalam tata kelola
perusahaan. GCG sejatinya harus mampu menunjang pencapaian kinerja Perusahaan secara
optimal serta menjadi sarana untuk mencapai visi, misi dan tujuan Perusahaan secara lebih
baik serta berkelanjutan. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip GCG disetiap entitas
bisnis harus dikembangkan sesuai skala dan kompleksitas usaha serta organisasi yang
menggerakannya serta sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Arif Suhartono
Komisaris Utama
Entitas bisnis harus didukung dengan pengelolaan yang baik agar mempu bersaing dan
meberikan nilai tambah bagi setiap stakeholders. Gagasan tersebut dikristalisasi menjadi
sebuah konsep Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/ GCG)
dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip akuntabilitas, independesi, bertanggung jawab,
wajar dan transparan. GCG sebagai sebuah keteladanan dalam praktik tata kelola
perusahaan, baik pada level regional maupun internasional, terus berkembang dari segi
kebijakan dan praktik penerapannya serta menjadi standar yang dapat diadopsi oleh setiap
entitas bisnis.
Iwan Ridwan
Direktur Utama
Secara Nasional Perusahaan adalah pioneer dalam bidang penyediaan Jalan akses khusus
dan/atau Jalan Tol ke pelabuhan dan fasilitas pendukungnya yang pada tahap awal dibuat
untuk mendukung akses menuju pelabuhan-pelabuhan di lingkungan IPC dan di tahap
berikutnya tidak tertutup kemungkinan untuk mendukung akses menuju pelabuhan-
pelabuhan di luar IPC.
Visi Perusahaan
“Menjadi pengembang jalan akses pelabuhan (berupa jalan tol atau jalan non tol)
dalam rangka peningkatan efesiensi biaya logistik di Indonesia”
Misi Perusahaan
“Memperlancar arus barang dari area industri menuju pelabuhan untuk mengurangi
biaya logistik nasional”
3. Inovasi (Innovation ):
Mendorong setiap insan di perusahaan untuk senantiasa berpikir dan bertindak dalam
memberikan produk dan layanan dengan inovasi terbaik bagi kepuasan pelanggan dan
stakeholder.
4. Kseberlanjutan (Sustainability):
Memastikan pertumbuhan pendapatan perusahaan untuk pengembangan masa depan.
1. Latar Belakang
PT Akses Pelabuhan Indonesia atau yang disebut Perusahaan, menyadari bahwa
penerapan GCG secara sistematis dan konsisten merupakan kebutuhan yang harus
dilaksanakan. Penerapan GCG tetap memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan
peraturan petundang-undangan yang berlaku. Mengingat lingkungan bisnis bersifat
dinamis, maka sebagai upaya mencapai standar kerja terbaik, Perusahaan membutuhkan
suatu perangkat yang dapat meningkatkan daya saing dan kepercayaan dalam
melaksanakan bisnisnya.
GCG Code Perusahaan senantiasa disesuaikan dengan kondisi internal maupun eksternal
dengan melakukan review dan penyempurnaan secara berkala sebagai langkah
penyesuaian terhadap perkembangan regulasi GCG maupun best practices yang berlaku.
Penerapan GCG pada Perusahaan diharapkan akan mampu mendorong penciptaan nilai
perusahaan (value creation) tidak hanya bagi Pemegang Saham (Shareholders) tetapi juga
para pemangku kepentingan lainnya serta mendorong kelangsungan usaha Perusahaan
dalam jangka panjang (sustainability).
2. Pengertian
Penerapan Praktik GCG berdasarkan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara diartikan sebagai prinsip-
prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
3. Tujuan
A. Tujuan Penerapan GCG Code
1) Mengoptimalkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham dengan tetap
memperhatikan kepentingan Stakeholders dan mendorong keberlanjutan Perusahaan
dengan cara menerapkan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, kemandirian dan kewajaran (kesetaraan).
2) Memberdayakan fungsi dan kemandirian Organ Perusahaan sehingga pengambilan
keputusan berdasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan perkembangan
Perusahaan dan perubahan lingkungan usaha menuju Budaya Perusahaan yang lebih
baik.
4) Mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan Sumber Daya Perusahaan
dan pengelolaan risiko usaha Perusahaan secara lebih hati-hati (prudent), akuntabel,
dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip GCG;
d. Seluruh jajaran Perusahaan wajib menjadikan GCG Code sebagai induk kebijakan. Seluruh
peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang dikeluarkan oleh internal Perusahaan harus
merujuk pada GCG Code;
e. Untuk memperkecil risiko kemungkinan terjadinya penyimpangan atas GCG Code,
diperlukan mekanisme pengendalian yang efektif serta menjalankan program sosialisasi
yang berkesinambungan mengenai GCG Code;
f. Seluruh Karyawan wajib mematuhi GCG Code sebagai rujukan melaksanakan aktivitas
kerja dalam rangka mewujudkan budaya kerja dan budaya Tata Kelola Perusahaan;
g. Dewan Komisaris dan Direksi memastikan GCG Code di review secara berkala, pelaksanaan
review dapat berkoordinasi atau melibatkan pihak-pihak lain yang diperlukan;
1. Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ Perusahaan sehingga
pengelolaan Perusahaan berjalan secara efektif.
Prinsip Dasar
Penerapan prinsip akuntabilitas Perusahaan dititikberatkan pada kejelasan fungsi bagi
masing-masing organ anggota Dewan Komisaris, dan Direksi serta seluruh jajaran di
bawahnya yang selaras dengan visi, misi, nilai-nilai, sasaran usaha dan strategi
Perusahaan sehingga pengelolaan berjalan secara efektif dalam rangka mencapai kinerja
yang berkesinambungan. Perusahaan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu, Perusahaan berupaya melaksanakan pengelolaan
Perusahaan secara bertanggung jawab, benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
Prinsip Dasar
Penegakkan prinsip responsibilitas berpegang pada prinsip kehati-hatian dan mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan agar dapat tercapai keberlanjutan usaha dalam jangka
panjang dan diakui sebagai good corporate citizen.
3. Independensi (Independency)
Keadaan dimana Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Prinsip Dasar
Prinsip Independensi diterapkan dalam setiap proses pengambilan keputusan dilakukan
secara profesional tanpa benturan kepentingan (conflict of interest) dan
pengaruh/tekanan dari pihak lain, sehingga setiap Organ Perusahaan fokus pada
pengelolaan Perusahaan dan perencanaan strategi jangka pendek maupun jangka
panjang dalam mewujudkan keberlanjutan usaha.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Independensi merupakan suatu keharusan agar Organ Perusahaan dapat bertugas
dengan baik serta mammpu membuat keputusan yang terbaik bagi Perusahaan dan
dilaksanakan dengan saling menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung
jawab serta kewenangan masing-masing anggota organ Dewan Komisaris;
2) Pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional tanpa terpengaruh oleh
kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prisip GCG;
3) Masing-masing Organ Perusahaan melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan, tidak
saling mendominasi dan/atau melempar tanggung jawab antara satu pihak dengan
pihak lainnya.
4. Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan
dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, Perusahaan menyediakan
informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
stakeholders. Perusahaan mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal penting lainnya
untuk pengambilan keputusan oleh Pemegang Saham dan Stakeholders sesuai dengan
haknya.
5. Kewajaran (Fairness)
Yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan
(Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian maupun peraturan perundang-
undangan.
Prinsip Dasar
Perusahaan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas
kewajaran atau kesetaraan, sehingga penegakan atas asas kewajaran dan kesetaraan
Perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
1. Hierarki Peraturan
Hierarki Peraturan Perusahaan yaitu:
Anggaran Dasar
Keputusan RUPS
b. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham memuat hal-hal yang perlu mendapat
persetujuan Pemegang Saham, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar
Perusahaan;
c. Keputusan Dewan Komisaris memuat hal-hal yang merupakan kewenangan Dewan
Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan penasihatan sebagaimana
diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta hal-hal lain yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan
tugas-tugas Dewan Komisaris;
d. Keputusan Direksi memuat hal-hal mengenai penetapan kebijakan umum tentang
penyusunan strategi, penyusunan organisasi, sumber daya manusia, keuangan dan
akuntansi, pengadaan dan sebagainya, yang menjadi landasan hukum bagi
pelaksanaan tugas sehari-hari;
e. Surat Edaran Direksi merupakan surat dinas yang diedarkan dengan maksud agar
pesan atau berita dinas diketahui para Pegawai atau orang-orang tertentu, sesuai
dengan maksud pengedaran surat tersebut.
Level
Pedoman Tata Kelola Perusahaan (GCG Code) 1
Kebijakan Perusahaan
Code of Conduct Perencanaan Strategis Hukum
Board Manual Pengembangan Bisnis dan Investasi Pengelolaan SDM
Committee Charter Pengembangan Organisasi dan Budaya Operasi Bisnis
Internal Audit Charter Budgeting Pengadaan Barang dan Jasa Level
Pengendalian Internal Keuangan Teknologi Informasi
Pengendalian Gratifikasi Akuntansi dan Pajak Pemasaran
2
Benturan Kepentingan Manajemen Aset Mutu dan Pelayanan
Whistleblowing Policy Manajemen Risiko Pengelolaan CSR
Internal Audit Umum
Sekretaris Perusahaan Pengelolaan Arsip dan Dok. Perusahaan
Level
Standard Operating Procedure (SOP) 3
Organ Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 terdiri
dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris, Ketiga organ tersebut
mempunyai peranan penting dalam menjalankan roda kegiatan Perusahaan sejalan dengan visi-misi
Perusahaan dan dalam pelaksanaan GCG secara efektif.
Kolaborasi antara Organ Perusahaan (RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi) sangat dibutuhkan oleh
Perusahaan guna menerapkan prinsip-prinsip GCG. Dengan terjalinnya hubungan yang baik antar
Organ Perusahaan, maka akan menentukan kualitas dari kinerja Perusahaan. Masing-masing Organ
Perusahaan tersebut selalu berhubungan atas dasar prinsip-prinsip kebersamaan dan rasa saling
menghargai, menghormati fungsi dan peranan masing-masing dan bertindak demi kepentingan
Perusahaan.
Skema Organ Perusahaan
RUPS
Satuan
Sekretaris Dewan Sekretaris
Komite Pengawasan
Komisaris Perusahaan Internal
2) RUPS Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk
kepentingan Perusahaan atau atas usulan Komisaris dan/atau Direksi.
B. Pedoman Pelaksanaan
1) Hak Pemegang Saham
Hak Pemegang saham yang harus dilindungi, antara lain adalah:
a. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi
Pemegang Saham, dengan ketentuan satu saham memberi hak kepada
pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;
b. Memperoleh informasi material mengenai Perusahaan, secara tepat waktu,
terukur, dan teratur;
c. Menerima pembagian dari keuntungan Perusahaan yang diperuntukkan bagi
pemegang saham/pemilik modal dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan
hasil likuidasi, sebanding dengan jumlah saham/modal yang dimilikinya;
d. Hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan.
2) Pelaksanaan RUPS
a. Semua RUPS diadakan di tempat kedudukan Perusahaan atau di tempat
Perusahaan melakukan kegiatan usaha yang utama yang terletak di wilayah
Negara Republik Indonesia.
b. Setiap Pemegang Saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan
informasi akurat berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS, di antaranya:
- Panggilan untuk RUPS, yang mencakup informasi mengenai tanggal,
waktu, tempat dan mata acara dalam agenda RUPS, termasuk usul yang
direncanakan oleh Direksi untuk diajukan dalam RUPS, dengan ketentuan
apabila informasi tersebut belum tersedia saat dilakukannya panggilan
untuk RUPS, maka informasi dan atau usul-usul itu harus disediakan di
kantor Perusahaan sebelum RUPS diselenggarakan;
- Metode perhitungan dan penentuan gaji/honorarium, fasilitas dan/atau
tunjangan lain bagi setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta
rincian mengenai gaji/honorarium, fasilitas, dan atau tunjangan lain yang
2. Dewan Komisaris
A. Prinsip Dasar
Dewan Komisaris merupakan organ utama Perusahaan yang bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif (kolegial) untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan
melaksanakan GCG. Keputusan Dewan Komisaris merupakan keputusan bersama
Dewan Komisaris. Pembagian tugas diantara Dewan Komisaris bukan dimaksudkan
untuk mengambil keputusan tetapi untuk memperdalam hal-hal yang perlu
diputuskan oleh Dewan Komisaris. Kedudukan masing-masing Anggota Dewan
Komisaris, termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama
sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.
B. Pedoman Pelaksanaan
1) Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris
a. Komposisi anggota Dewan Komisaris harus memperhatikan keberagaman
yang meliputi Keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan
Perusahaan;
b. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas
Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan
keputusan;
c. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak
terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang
terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan Pemegang Saham pengendali,
anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan Perusahaan itu
sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta
Pegawai Perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori
terafiliasi;
2) Komite-Komite
a. Persyaratan, Pengangkatan dan Pemberhentian
- Memahami sistem pengelolaan, pengawasan dan pembinaan Perusahaan,
memenuhi latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
dipersyaratkan, memiliki integritas, memenuhi standar independensi serta
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan
baik;
- Ketua dan anggota Komite diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris;
- Pengangkatan dan pemberhentian anggota Komite dilaporkan kepada
RUPS.
-
b. Masa jabatan
Masa jabatan anggota Komite yang bukan berasal dari anggota Dewan
Komisaris Perusahaan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang satu
kali selama 2 (dua) tahun masa jabatan, dengan tidak mengurangi hak Dewan
Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu.
c. Tugas Komite-Komite
Komite bekerja secara kolektif melaksanakan tugas membantu Dewan
Komisaris. Bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam
pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris.
Tugas, tanggung jawab dan kewajiban Komite diatur lebih lanjut dalam
Piagam Komite.
d. Evaluasi Kinerja Komite dilakukan setiap 1 (satu) tahun dengan
menggunakan metode yang ditetapkan Dewan Komisaris.
3. Direksi
A. Prinsip Dasar
Direksi merupakan organ utama Perusahaan yang bertanggung jawab penuh secara
kolektif (kolegial) dalam pengelolaan Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan
Perusahaan. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama
adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Masing-masing anggota Direksi dapat
melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan
wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi
tetap merupakan tanggung jawab bersama (kolegial).
B. Pedoman Pelaksanaan
1) Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi
a. Komposisi anggota Direksi memperhatikan, keberagaman keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang dibutuhkan Perusahaan;
b. Jumlah Anggota Direksi disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dan
tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan;
c. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang
transparan;
d. Anggota Direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang
transparan;
e. Tata cara pengangkatan Direksi mengacu pada peraturan yang berlaku,
meliputi penentuan sumber bakal calon, penjaringan, Uji Kepatutan dan
Kelayakan (UKK), penunjukan lembaga professional, serta usulan
pengangkatan.
2) Kemampuan dan Integritas Direksi
a. Memenuhi persyaratan formal, materiil, dan persyaratan lain sehingga
pelaksanaan fungsi pengelolaan Perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan tugasnya;
b. Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan serta
prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran;
c. Melaksanakan tugasnya dengan itikad baik untuk kepentingan Perusahaan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan, serta memastikan agar
Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan
kepentingan dari berbagai Pemangku Kepentingan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar.
3) Tugas dan tanggung jawab Direksi
a. Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola
Perusahaaan serta bertugas memberikan arahan terhadap:
- Kebijakan Operasional dan Standard Operasional Prosedur (SOP);
- Penerapan Manajemen Risiko;
- Program/Kegiatan Sesuai dengan RKAP ;
- Pengukuran dan Penilaian Kinerja;
- Usulan Insentif Kinerja;
- Sistem Teknologi Informasi;
- Sistem Peningkatan Produk dan Pelayanan;
- Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan;
pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi
pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset Perusahaan.
1) Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan merupakan organ pendukung Direksi, dimana
Perusahaan menyadari sepenuhnya pentingnya peranan Sekretaris Perusahaan
dalam memperlancar hubungan antar organ Perusahaan, hubungan antara
Perusahaan dengan Stakeholders.
a. Persyaratan, Pengangkatan dan Pemberhentian
- Sekretaris Perusahaan memiliki kualifikasi akademis pendidikan,
pengalaman professional dan kompetensi yang memadai agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya;
- Sekretaris Perusahaan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama
berdasarkan mekanisme internal Perusahaan dengan persetujuan Dewan
Komisaris;
b. Kedudukan Sekretaris Perusahaan
- Kedudukan Sekretaris Perusahaan dalam struktur organisasi Perusahaan
langsung dibawah Direktur Utama;
- Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris Perusahaan
bertanggung jawab kepada Direksi.
c. Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan
- Memastikan kelancaran komunikasi antara Perusahaan dengan Pemangku
Kepentingan;
- Mempersiapkan penyelenggaraan RUPS, rapat internal Direksi dan rapat
gabungan Direksi bersama Dewan Komisaris;
- Menghadiri rapat RUPS, rapat internal Direksi dan rapat gabungan antara
Dewan Komisaris dengan Direksi;
Organ Perusahaan telah memiliki fungsi dan wewenang masing-masing yang diberikan
oleh undang-undang. Saling menghormati fungsi dan wewenang masing-masing
merupakan landasan hubungan yang dikembangkan oleh Perusahaan. Dengan saling
menghormati fungsi dan wewenang masing-masing Organ Perusahaan diharapkan akan
tercipta kerja sama dan sinergi yang positif bagi Perusahaan serta semakin memperbaiki
implementasi GCG.
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan terkait dengan hubungan antar Organ Perusahaan
maka masing-masing Organ Perusahaan :
a. Bertindak demi kepentingan Perusahaan atas dasar kebersamaan demi tercapainya
tujuan Perusahaan;
b. Saling menghargai dan menghormati fungsi dan peranannya masing-masing; dan
c. Bertindak sesuai fungsi dan perannya masing-masing sesuai dengan Anggaran
Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Memenuhi ketentuan perundang-undangan dan anggaran dasar Perusahaan
Asuransi dan menghindari segala bentuk benturan kepentingan (conflict of interest).
1. Prinsip Dasar
Dalam rangka menjalin hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan dengan
semua pemangku kepentingan (stakeholders) , Perusahaan senantiasa menjaga hubungan
dengan para pemangku kepentingan melalui komunikasi yang efektif dan terbuka.
Dengan pelibatan stakeholders diharapkan dapat diperoleh, ide dan saran untuk
menjalankan bisnis Perusahaan secara berkelanjutan.
Bagi Perusahaan, stakeholders adalah para pihak yang memiliki kepentingan terhadap
Perusahaan dan para pihak yang terpengaruh secara langsung atau tidak langsung oleh
keputusan strategis dan operasional Perusahaan, yang antara lain terdiri dari
kreditur/investor, pelanggan, pemasok, mitra kerja, pegawai, pemerintah dan
masyarakat terutama sekitar wilayah operasi Perusahaan.
Agar hubungan antara Perusahaan dengan stakeholders berjalan dengan baik, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Kreditur : Perusahaan wajib memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku
dalam mengajukan bantuan pendanaan untuk kepentingan perluasan
usaha dan peningkatan kinerja Perusahaan;
Pelanggan : Perusahaan wajib memiliki standar pelayanan yang transparan dan
menjamin terpenuhinya kualitas produk yang dihasilkan;
Pemasok : Perusahaan wajib mematuhi seluruh peraturan pengadaan barang dan
jasa sesuai ketentuan
Mitra Kerja : Perusahaan wajib bekerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak
atas dasar prinsip saling menguntungkan;
Pegawai : Perusahaan wajib menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan
suku, agama, ras, golongan, dan jenis kelamin (gender) serta
terciptanya perlakuan yang adil dan jujur dalam mendorong
perkembangan Pegawai sesuai dengan potensi, kemampuan,
pengalaman dan ketrampilan masing-masing;
Pemerintah : Perusahaan wajib patuh pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
Masyarakat : Perusahaan wajib peduli dan memperhatikan kepentingan serta
kelestariannya.
B. Pelanggan
Dalam berhubungan dengan Pelanggan, Perusahaan berpedoman pada hal-hal
sebagai berikut:
1) Memastikan Pelanggan mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya;
2) Senantiasa mengedepankan standar layanan yang profesional sesuai dengan
nilai-nilai dan budaya Perusahaan;
3) Senantiasa membangun komunikasi dan informasi terbuka yang konstruktif
dengan Pelanggan;
4) Senantiasa bekerja keras untuk memberikan layanan terbaik melalui proses
penanganan keluhan secara efektif.
5) Senantiasa memperhatikan dan melakukan evaluasi Pelanggan dan secara
terus-menerus memantau, menyempurnakan pelayanan, melalui peningkatan
standar kerja didukung teknologi informasi.
C. Pemasok
Dalam hubungan dengan pemasok, Perusahaan dan Pegawai berpedoman pada
hal-hal sebagai berikut:
1) Mematuhi seluruh peraturan pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan, pada
saat melakukan pengadaan atas barang dan jasa yang dibutuhkan;
2) Menggunakan pemasok-pemasok yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan
sesuai ketentuan dan secara konsisten mampu memenuhi standar kualitas,
biaya dan pengiriman yang diharapkan Perusahaan;
3) Melakukan hubungan kerja hanya dengan pemasok yang mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku dan persyaratan tambahan dari Perusahaan,
terutama yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, lingkungan, kesehatan dan
keamanan, hak kekayaan intelektual dan pembayaran yang tidak wajar;
D. Mitra Kerja
Dalam berhubungan dengan mitra kerja, Perusahaan berpedoman pada hal-hal
berikut:
1) Membuat perjanjian kerja yang berimbang dan saling menguntungkan dengan
Mitra Kerja dan tidak melanggar aturan dan prosedur;
2) Mitra Kerja harus mentaati peraturan yang berlaku di internal Perusahaan,
dan siap menerima sanksi apabila terjadi pelanggaran;
3) Menerapkan standar etika kerja yang sama kepada setiap Mitra Kerja dan
dalam batas-batas toleransi yang diperbolehkan oleh hukum;
4) Mendukung fungsi yang dilaksanakan oleh Mitra Kerja dalam kaitannya
dengan proses bisnis Perusahaan;
5) Membangun komunikasi secara intensif dengan Mitra Kerja untuk mencari
solusi yang terbaik dalam rangka peningkatan kinerja.
E. Pegawai
Dalam berhubungan dengan Pegawai, Perusahaan berpedoman pada hal-hal
sebagai berikut:
1) Membangun hubungan kerja yang harmonis dan kondusif di seluruh jajaran
Perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja Perusahaan;
2) Seluruh Insan Perusahaan wajib mengerahkan segala daya dan upaya dalam
melaksanakan tugas pekerjaan yang diserahkan kepadanya.
3) Seluruh Insan Perusahaan dalam mengembangkan karirnya menjauhi,
menghindari dan mencegah cara-cara persaingan tidak sehat;
4) Tidak memanfaatkan posisi atau jabatan untuk memaksa dan memprovokasi
rekan kerjanya, atasan atau bawahannya untuk kepentingan tertentu atau
kepentingan lain yang diyakini dan dianggap akan berdampak negatif kepada
Perusahaan;
5) Menjauhi tindakan permusuhan atau merugikan seperti ancaman fisik atau
verbal (ucapan) terhadap pihak-pihak dalam Jajaran Perusahaan yang secara
F. Pemerintah
Dalam berhubungan dengan Pemerintah, Perusahaan berpedoman pada hal-hal
berikut:
1) Membangun hubungan yang harmonis dengan Pemerintah selaku Pihak
Regulator;
2) Jujur dan transparan dalam berhubungan dengan semua instansi Pemerintah
yang terkait;
3) Setiap pelaporan, pernyataan, sertifikasi dan permohonan yang ditujukan
kepada Pemerintah harus transparan, jelas, akurat, lengkap serta tidak
mengandung hal-hal yang dapat disalahtafsirkan.
4) Tunduk pada peraturan perundangan yang berlaku khususnya mengenai
hubungan dan kewajiban kepada Pemerintah.
G. Masyarakat
Dalam berhubungan dengan masyarakat, Perusahaan berpedoman pada hal-hal
berikut:
1) Menjalin kerjasama dengan organisasi, dan lembaga masyarakat, Pemerintah
Pusat dan Daerah setempat untuk mencapai komitmen bersama tentang
Program Kemitraan berdasarkan saling percaya dan sejalan dengan prinsip
keterbukaan.
C. Risiko
Code of Conduct diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor sebagai berikut:
1) Pelanggaran etika bisnis dan etika kerja dalam kegiatan operasional
Perusahaan;
2) Persaingan tidak sehat yang terjadi di internal Perusahaan sehingga
berdampak pada timbulnya konflik antara Perusahaan dengan Stakeholders;
3) Lemahnya kesadaran dalam menegakkan Code of Conduct yang berlaku.
3) Pernyataan Kepatuhan
Seluruh anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan Pegawai
menandatangani komitmen dan pernyataan kepatuhan terhadap Code of
Conduct.
4) Sosialisasi Code of Conduct
Sosialisasi dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman dan penekanan
terhadap implementasi Code of Conduct kepada Dewan Komisaris dan Organ
Pendukungnya, Direksi dan Pegawai Perusahaan. Sosialisasi juga dapat
dilakukan dengan menjadikan Code of Conduct sebagai materi dalam proses
induction (pengenalan) bagi Pegawai baru, serta kepada stakeholders Perusahaan.
7) Seluruh Jajaran Perusahaan dan pihak yang terkait di luar Perusahaan wajib
memahami dan mematuhi serta melaporkan jika terjadi pelanggaran Code of
Conduct;
8) Melakukan review secara berkala Code of Conduct, pelaksanaan review dapat
berkoordinasi atau melibatkan pihak-pihak lain yang diperlukan.
C. Risiko
Board Manual diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Ketidakjelasan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan pengelolaan
Perusahaan;
2) Pelaksanaan fungsi organ melebihi batas kewenangan;
3) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas;
4) Kegagalan koordinasi dan komunikasi antar organ Perusahaan.
b. Direksi
Mencakup pengertian dan persyaratan Direksi, komposisi Direksi,
pengangkatan Direksi, masa jabatan Direksi, pemberhentian Direksi,
tugas, wewenang, hak, kewajiban dan tanggung jawab Direksi,
pembatasan kewenangan Direksi dan Prosedur pelaksanaannya,
prosedur-prosedur terkait tugas dan kewajiban Direksi, pendelegasian
wewenang diantara anggota Direksi, pembagian tugas Direksi, program
kerja dan anggaran Direksi, mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban Direksi, program pengenalan dan pendalaman
pengetahuan, remunerasi Direksi, hubungan dengan perusahaan afiliasi,
hal-hal terkait rangkap jabatan, rapat Direksi, organ pendukung Direksi,
etika jabatan Direksi serta evaluasi kinerja Direksi.
c. Hubungan Kerja Dewan Komisaris dan Direksi
Mencakup perbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis
Dewan Komisaris, perbuatan Direksi yang memerlukan tanggapan tertulis
Dewan Komisaris dan persetujuan dari RUPS, pertemuan formal Dewan
Komisaris dan Direksi, pertemuan informal, komunikasi formal dan
komunikasi informal.
d. Penutup
Mencakup pemberlakuan, sosialisasi, review dan evaluasi.
2) Sosialisasi Board Manual
Sosialisasi dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman Dewan Komisaris
dan Organ Pendukungnya, Direksi dan Pegawai perusahaan yang
berkepentingan terkait Board Manual, termasuk dengan cara menjadikan board
manual sebagai materi dalam proses induction (pengenalan) bagi Dewan
Komisaris dan Direksi.
C. Risiko
Piagam Komite diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Ketidaksesuaian tugas dan kewenangan Komite dengan sasaran Perusahaan;
2) Ketidakjelasan dalam pelaksanaan fungsi Komite dalam membantu tugas
Komisaris;
3) Anggota baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Piagam Internal Audit diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Ketidakjelasan dalam pelaksanaan fungsi Internal Audit dalam membantu
tugas Direksi;
2) Ketidaksesuaian tugas dan kewenangan Internal Audit dengan sasaran
Perusahaan;
3) Kegagalan koordinasi Internal Audit dengan pihak-pihak yang
berkepentingan;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pengendalian Internal diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Tumpang tindih pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan wewenang pihak-
pihak yang berkepentingan dalam implementasi pengendalian internal;
2) Ketidakjelasan sistem pengendalian internal Perusahaan;
3) Rendahnya efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan, penyelenggaraan
program, kegiatan;
C. Risiko
Kebijakan Pengendalian Gratifikasi diperlukan sebagai langkah antisipatif
faktor-faktor sebagai berikut:
1) Rendahnya tingkat pemahaman terhadap Gratifikasi;
2) Lemahnya kesadaran dalam mengambil sikap yang tegas terhadap Gratifikasi;
3) Gagalnya pengelolaan Perusahaan yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN).
3) Pelaporan Gratifikasi
Seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dan karyawan
menyampaikan laporan gratifkasi untuk setiap penerimaan yang berhubungan
dengan gratifikasi yang dianggap suap kepada KPK. Tata cara pelaporan
mengacu pada kebijakan pengendalian gratifikasi.
4) Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Gratifikasi
Sosialisasi dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman Dewan Komisaris
dan Organ Pendukungnya, Direksi dan Pegawai perusahaan yang
berkepentingan terkait kebijakan pengendalian gratifikasi, termasuk dengan
cara menjadikan kebijakan pengendalian gratifikasi sebagai materi dalam
proses induction (pengenalan) bagi pegawai baru, serta kepada stakeholders.
C. Risiko
Kebijakan Benturan Kepentingan diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Tidak ada acuan yang jelas terkait aspek benturan kepentingan;
2) Lemahnya kesadaran dalam menegakkan kebijakan Benturan Kepentingan;
C. Risiko
Whistleblowing Policy diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Potensi kecurangan (fraud) semakin besar:
C. Risiko
Kebijakan Internal Audit diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Lemahnya koordinasi dan komunikasi Internal Audit dengan pihak-pihak yang
berkepentingan;
2) Pelaksanaan audit tidak sesuai standar yang berlaku;
C. Risiko
Kebijakan Sekretaris Perusahaan diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Kurang efektifnya sosialisasi identitas Perusahaan serta kegagalan
berkomunikasi dengan stakeholders baik dari pihak internal maupun eksternal
sehingga berdampak pada reputasi Perusahaan;
2) Tidak tertibnya dokumentasi surat-surat penting seperti terkait
penyelenggaraan rapat Direksi, rapat Direksi dan Dewan Komisaris maupun
RUPS;
3) Terhambatnya komunikasi antara Pemegang Saham, Dewan komisaris, Direksi
dan Komite-komite;
4) Kegagalan dalam fungsi investor relation, compliance officer dan liaison officer;
5) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Perencanaan Strategis diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Perencanaan Perusahaan yang ditetapkan tidak sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai;
2) Perencanaan Perusahaan tidak diartikulasikan sampai kepada level manajerial
dan operasional;
3) Perencanaan Perusahaan tidak dipahami oleh setiap Pegawai Perusahaan,
khususnya oleh para pengambil keputusan;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
(bottom up) maupun dari atas ke bawah (top down). Standar penyusunan dan
penetapan Rencana Kerja Perusahaan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
4) Proses Sosialisasi Rencana Kerja Perusahaan
Rencana Kerja Perusahaan harus dipahami oleh semua pihak internal
Perusahaan dari berbagai fungsi secara optimal, proses bisnis maupun unit
organisasi dengan tetap memperhatikan aspek kerahasiaan.
5) Proses Implementasi Rencana Kerja Perusahaan
Rencana Kerja Perusahaan diimplementasikan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan serta dapat dimonitor dan diukur tingkat keberhasilannya.
6) Proses Pemantauan Implementasi Rencana Strategis
Implementasi rencana strategis terus di-monitoring agar sesuai dengan arah
yang telah ditetapkan. Kesesuaian proses dengan rencana akan mempengaruhi
hasil yang optimal.
7) Proses Pelaporan Hasil/Realisasi Rencana Kerja Perusahaan
Laporan kinerja Perusahaan kepada Pemegang Saham disampaikan secara
akuntabel, akurat dan tepat waktu. Standar realisasi pelaporan RKAP dan
RJPP disampaikan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
C. Risiko
Kebijakan Pengembangan Bisnis dan Investasi diperlukan sebagai langkah antisipatif
atas faktor-faktor sebagai berikut:
1) Kegagalan dalam menyusun dan menetapkan perencanaan proyek yang sudah
mencakup seluruh lingkup pekerjaan proyek dan menjadi komitmen seluruh
pihak terkait proyek;
2) Kegagalan dalam memenuhi jadwal penyelesaian proyek pengembangan;
3) Kesalahan dalam menetapkan atau memilih partner dalam pengembangan usaha
Perusahaan;
4) Kegagalan dalam mengidentifikasi risiko perubahan lingkungan persaingan;
5) Kegagalan dalam penetapan teknologi baru untuk keberlanjutan Perusahaan;
6) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pengembangan Organisasi dan Budaya diperlukan sebagai langkah
antisipatif atas faktor-faktor sebagai berikut:
1) Pengembangan organisasi dan budaya Perusahaan yang ditetapkan tidak
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta tidak dipahami oleh setiap unsur
Perusahaan, khususnya oleh manajemen kunci;
2) Pengembangan organisasi dan budaya Perusahaan yang ditetapkan tidak
sesuai dengan harapan Pemegang Saham (Shareholder) dan para pemangku
kepentingan (Stakeholders)
3) Kegagalan mengimplementasikan nilai-nilai Perusahaan;
4) Reputasi yang buruk akibat pengembangan budaya organisasi tidak berjalan
dengan baik;
5) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Budgeting diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Kegagalan dalam perencanaan anggaran sehingga tujuan perusahaan tidak
tercapai dengan efektif;
2) Tidak adanya barometer bagi pihak manajemen dalam melakukan perencanaan
keuangan di masa yang akan datang;
3) Alokasi sumber daya keuangan yang tidak tepat, tidak efisien dan tidak efektif;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Keuangan diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Pengelolaan Keuangan tidak sesuai prosedur dan tanpa disertai bukti pendukung
yang dapat dipertanggungjawabkan;
2) Pengelolaan cash flow yang tidak efektif dan efisien sehingga operasional
Perusahaan terganggu yang berdampak pada kegagalan pencapaian tujuan
Perusahaan;
3) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Akuntansi dan Pajak diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Pencatatan dan penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum;
2) Informasi akuntansi yang tidak memadai dan mengakibatkan keputusan bisnis
yang salah;
3) Pajak tidak dikelola dengan baik dalam hal penghitungan, pembayaran maupun
pelaporan, sehingga mendapatkan sanksi atau denda yang berakibat merugikan
perusahaan;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Manajemen Aset diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Tidak terdokumentasikannya aset Perusahaan dengan baik;
2) Pengelolaan aset yang kurang efektif sehingga tidak selaras dengan strategi
Perusahaan dalam jangka panjang maupun jangka pendek;
3) Lemahnya keamanan pengelolaan aset Perusahaan yang dapat mengakibatkan
kehilangan maupun penyalahgunaan aset;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Manajemen Risiko diperlukan sebagai langkah antisipatif atas
faktor-faktor sebagai berikut:
1) Kegagalan dalam mengelola risiko sehingga merugikan Perusahaan;
2) Identifikasi risiko, analisis risiko dan mitigasi risiko yang tidak optimal;
3) Tidak efektifnya pemantauan dan review atas risiko Perusahaan;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Umum diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Kegagalan dalam pelaksanaan fungsi umum dalam mendukung operasional
Perusahaan;
2) Terhambatnya operasional Perusahaan sebagai akibat dari:
a. Kualitas kesehatan yang buruk dan citra Perusahaan yang negatif akibat
kegagalan sistem pengelolaan kebersihan;
b. Tingkat kehilangan aset Perusahaan yang tinggi akibat kegagalan
pengelolaan sistem kemanan Perusahaan;
c. Tingkat kerusakan sarana transportasi dan angka kecelakaan transportasi
yang tinggi akibat kegagalan dalam sistem pengelolaan transportasi.
3) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pengelolaan Arsip dan Dokumen Perusahaan diperlukan sebagai
langkah antisipatif atas faktor-faktor sebagai berikut:
1) Arsip dan dokumen tidak dikelola dengan baik;
2) Sulit mengidentifikasi dokumen yang dibutuhkan;
3) Terjadi dokumen yang hilang;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
1) Direksi menunjuk pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan arsip dan
dokumen Perusahaan.
2) Proses Pemeliharaan dan Pengawasan arsip dan dokumen Perusahaan
a. Pelaksanaan pemeliharaan arsip dan dokumen yang bernilai guna aktif dan
dinamis dilaksanakan dengan baik oleh fungsi pengelola dokumen;
b. Tiap Satuan, Sub Direktorat dan Divisi di lingkungan Perusahaan memiliki
rencana dan mekanisme pemeliharaan arsip dan dokumen untuk menjaga
keamanan dan ketertiban administrasi Perusahaan;
c. Pengamanan arsip dan dokumen meliputi seluruh arsip dan dokumen
Perusahaan dengan prioritas pengamanan fisik terhadap arsip dan dokumen
yang sifatnya lebih strategis yaitu arsip vital, penting dan rahasia;
d. Perusahaan melakukan tindakan perlindungan terhadap seluruh arsip dan
dokumen Perusahaan yang dimiliki dengan mempertimbangkan aspek cost
and benefit dan nilai risiko.
3) Proses Penyusutan dan pemusnahan arsip dan dokumen Perusahaan
a. Arsip dan dokumen Perusahaan disimpan menurut nilai guna dan usia
simpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. Perusahaan membuat kebijakan mengenai arsip dan dokumen Perusahaan
yang dapat disusutkan dan dimusnahkan;
c. Arsip dan dokumen Perusahaan dapat disusutkan dan dimusnahkan
berdasarkan ketentuan yang berlaku;
d. Pejabat, pekerja dan fungsi di lingkungan Perusahaan harus mengadakan
penilaian kembali secara berkala/periodik terhadap arsip dan dokumen yang
ada di lingkungan kerjanya.
4) Proses Penyaluran arsip dan dokumen in-aktif
a. Fungsi pengelola/bagian pencipta dokumen atau pejabat/pekerja yang
ditunjuk melakukan analisis nilai guna dan usia simpan dokumen yang ada
di unit kerja masing-masing;
b. Direksi menetapkan gedung untuk menyimpan arsip dan dokumen
Perusahaan yang masih aktif.
C. Risiko
Kebijakan Kepatuhan Hukum diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Lemahnya pengelolaan fungsi legal, sehingga berdampak adanya
klaim/tuntutan hukum dari pihak lain terkait dengan perikatan
(kontrak/perjanjian) Perusahaan dengan pihak tersebut;
2) Rendahnya ketaatan hukum dalam proses bisnis;
3) Aspek perizinan belum terpenuhi sehingga operasional Perusahaan terhambat;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pengelolaan SDM diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Proses rekrutmen SDM yang tidak efektif sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan SDM yang disesuaikan dengan kondisi Perusahaan;
2) SDM tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perkembangan bisnis Perusahaan;
3) Lemahnya pengembangan karir (career management), rencana suksesi (succession
plan) dan manajemen kinerja (performance management);
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Operasi Bisnis diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Terjadinya business interuption yang disebabkan oleh gangguan pada peralatan,
ketersediaan energi, kasus lingkungan dan sosial serta tingkat kecelakaan kerja
yang tinggi;
2) Kegagalan pengelolaan operasi akibat tidak memenuhi quality assurance;
3) Produk atau jasa yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan
berdampak pada kegagalan dalam bersaing dan pencapaian target pendapatan;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa diperlukan sebagai langkah antisipatif atas
faktor-faktor berikut:
1) Kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dibeli tidak sesuai dengan
kebutuhan Perusahaan;
2) Terhambatnya operasional Perusahaan akibat barang dan jasa yang diterima
tidak tepat waktu;
3) Harga barang dan jasa yang dibeli lebih mahal dari yang seharusnya;
4) Pengadaan barang dan jasa dilakukan tanpa mekanisme yang jelas;
5) Penunjukan mitra penyedia barang dan jasa yang tidak kompeten;
6) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Teknologi Informasi diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Teknologi Informasi tidak sesuai dengan kebutuhan Perusahaan;
2) Terhambatnya operasi Perusahaan yang disebabkan oleh kegagalan Teknologi
Informasi dalam memberikan layanan yang cepat, akurat dan penting sesuai
tingkat kebutuhan;
3) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pemasaran diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Kegagalan dalam mengkomunikasikan keunggulan produk dan jasa
Perusahaan yang berdampak pada ketidakmampuan menguasai pangsa pasar
bisnis;
2) Kegagalan dalam mengelola Pemasaran sehingga berdampak pada tidak
tercapainya target penjualan;
3) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Mutu dan Pelayanan diperlukan sebagai langkah antisipatif faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Tidak efektifnya proses bisnis dan kinerja Perusahaan pada setiap fungsi dan
tingkatan sehingga tidak dapat menghasilkan layanan/produk yang excellent;
2) Kegagalan dalam pencapaian mutu dan pelayanan kepada konsumen;
3) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
C. Risiko
Kebijakan Pengelolaan CSR diperlukan sebagai langkah antisipatif atas faktor-
faktor sebagai berikut:
1) Kegagalan proses identifikasi stakeholders sehingga program CSR menjadi tidak
tepat sasaran;
2) CSR hanya sekedar carity tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutan;
3) Program CSR gagal mencapai tujuan;
4) Pejabat baru tidak memiliki acuan yang jelas dan menghambat keberlanjutan
tugas.
Board Manual
Tahun 2017
Scanned by CamScanner
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
Daftar Isi
Keterangan Halaman
Cover
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Pengertian
I.3 Tujuan
I.4 Dasar Hukum
I.5 Daftar Istilah
I.6 Tanggung Jawab Perusahaan
II.9. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Diantara Anggota Dewan Komisaris
II.10. Rencana Kerja dan Anggaran Dewan komisaris
II.11. Rapat Dewan Komisaris
II.11.1 Pengertian Rapat Dewan Komisaris
II.11.2 Pedoman atau Tata Tertib Rapat Dewan Komisaris
II.11.3 Rencana Rapat Dewan Komisaris
II.11.4 Pemanggilan Rapat
II.11.5 Pelaksanaan Rapat
II.11.6 Frekuensi Rapat
II.11.7 Kehadiran Rapat
II.11.8 Mekanisme dan Pengambilan Keputusan Rapat
II.11.9 Perbedaan Pendapat (Dissenting Opinion)
II.11.10 Risalah Rapat
II.11.11 Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Keputusan Hasil Rapat
II.12. Pengambilan Keputusan di Luar Rapat Dewan Komisaris
II.13. Etika Jabatan
II.14.1 Kode Etik Dewan Komisaris
II.14.2 Kepatuhan Atas Gratifikasi
II.14. Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
II.15. Pengukuran dan Penilaian Kinerja Dewan Komisaris
II.16.1 Berdasarkan Pencapaian KPI dan Tingkat Kesehatan
II.16.2 Berdasarkan Penilaian Mandiri (Self Assessment)
II.16.3 Berdasarkan Pertanggungjawaban atas Laporan Tahunan
Dan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan
II.16.4 Berdasarkan Pencapaian Hasil Assessment dan Evaluasi GCG
II.16. Remunerasi Dewan Komisaris
II.17. Organ Pendukung Dewan Komisaris
II.18.1 Sekretaris Dewan Komisaris
II.18.2 Komite Audit dan Komite Lainnya
BAB V PENUTUP
Bab I Pendahuluan
I.1 Hubungan antara Dewan Komisaris dan Direksi dalam sistem tata
hukum Indonesia merupakan hubungan yang berdasarkan pada
Latar prinsip two tiers system. Artinya terdapat pemisahan tugas dan
Belakang kewajiban yang tegas bahwa perusahaan dipimpin dan dikelola oleh
Direksi, sedangkan Dewan Komisaris melakukan pengawasan dan
pemberian nasihat terhadap tindakan yang dilakukan Direksi.
Hubungan kerja tersebut bersifat check and balances dengan
prinsip bahwa kedudukan antara Dewan Komisaris dan Direksi
adalah setara guna memelihara kesinambungan usaha Perusahaan
dalam jangka panjang.
1
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C
2
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 Ayat 10
3
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 Ayat 8
4
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 Ayat 9
5
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 Ayat 11
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
6
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab II poin 22
7
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-03/MBU/2012, Pasal 4 ayat 1,2 dan 3
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
8
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-03/MBU/2012, Bab IV Pasal 7, 8, 11 dan 12
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
9
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-03/MBU/2012, Bab IV Pasal 13
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
10
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 25
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
11
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 111 ayat 4
12
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 10
13
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 Ayat 29
14
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 14
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
15
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 27 dan 28
16
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 15
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
17
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 16
18
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 17
19
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 18
20
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 19
21
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 31
22
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan NO.32/SEOJK.04/2015 No 3.2
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
23
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 BaB IV bagian C poin 1
24
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 1.1
25
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 1
26
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 3
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
27
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab II poin 24.3.a
28
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab II poin 24.3.c
29
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 13 ayat 3
30
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab II poin 24.3.b
31
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 1.3
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
32
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 120 ayat 1
33
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 120 ayat 3
34
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 120 ayat 4
35
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 12
36
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 43 ayat 1.
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
37
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 41 (1)
38
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 43 ayat 2.
39
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 43 ayat 3
40
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 41
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
41
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 42
42
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
43
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 bagian C
44
Peraturan Menteri BUMN PER-09/MBU/2012 Pasal 12 ayat 1
45
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 1
46
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 47
47
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.7
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
48
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 48
49
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.8
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
perubahan RKAP;
3. RKAP yang disampaikan oleh Direksi, berisi sekurang-
kurangnya:
a. Evaluasi atas pelaksanaan RKAP periode sebelumnya;
b. Alasan perubahan RKAP (dalam hal yang diajukan adalah
perubahan RKAP);
c. Rencana Kerja Perusahaan;
d. Anggaran Perusahaan;
e. Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan;
f. Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan;
g. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
4. Dewan Komisaris melakukan telaah terhadap rancangan RKAP
yang disampaikan oleh Direksi;
a. Proses telaah sesuai dengan rencana kerja yang
ditetapkan, baik melalui proses pembahasan internal
maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi;
b. Hasil telaah rancangan RKAP dilakukan secara tertulis
(risalah rapat internal Dewan Komisaris atau Rapat Dewan
Komisaris);
c. Dewan Komisaris memastikan hasil telaah dikomunikasikan
dan ditindaklanjuti oleh Direksi;
d. Proses telaah yang dilakukan oleh Dewan Komisaris
menggunakan seluruh perangkat Dewan Komisaris.
5. Dewan Komisaris memberikan pendapat dan saran terhadap
rancangan RKAP dan disampaikan kepada RUPS untuk bahan
pertimbangan keputusan RUPS;
a. Adanya tanggapan tertulis berupa pendapat dan saran
mengenai rancangan RKAP kepada RUPS;
b. Tanggapan rancangan RKAP oleh Dewan Komisaris
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
50
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.6
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
51
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 49
52
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.9
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
pada:
a. Perubahan regulasi yang berdampak signifikan pada
kegiatan usaha;
b. Perubahan yang berasal dari faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi pencapaian laba usaha
secara signifikan;
c. Perubahan harapan dari stakeholder yang berdampak
signifikan bagi usaha maupun kinerja keuangan;
d. Terjadi force majeur yang berdampak signifikan bagi
perusahaan.
2. Dewan Komisaris menyediakan bahan bacaan / referensi
yang memudahkan Dewan Komisaris memperbaharui
pengetahuan tentang perubahan lingkungan bisnis dan
permasalahan yang dihadapi Perusahaan dan / atau
permintaan arahan dari Direksi tentang permasalahan yang
dihadapi Perusahaan;
3. Dewan Komisaris melakukan pembahasan dan telaahan atas
setiap perubahan tersebut beserta dampaknya bagi kegiatan
usaha dan kinerja perusahaan;
4. Dewan Komisaris melakukan pembahasan dengan Direksi
dan memberikan arahan atas perubahan lingkungan bisnis
yang terjadi, serta menetapkan tindakan yang harus
dilakukan, termasuk perubahan RJPP atau RKAP apabila
diperlukan;
5. Dewan Komisaris dalam melakukan Proses telaahannya
melibatkan seluruh perangkat Dewan Komisaris;
6. Dewan Komisaris memberikan respon menyampaikan arahan
tertulis kepada Direksi atau dalam rapat Dewan Komisaris
dan Direksi atas perubahan lingkungan bisnis yang memiliki
pengaruh signifikan bagi usaha serta penurunan kinerja
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
perusahaan;
7. Melakukan telaah dan memberikan respon terhadap
kesesuaian visi dan misi Perusahaan dengan perubahan
lingkungan bisnis tersebut;
8. Memastikan bahwa seluruh permasalahan atau tantangan
(ancaman dan peluang) yang terjadi dan berdampak
signifikan terhadap kinerja Perusahaan direspon oleh Dewan
Komisaris;
9. Dewan Komisaris melakukan pemantauan atas tindaklanjut
Direksi terhadap arahan dan hasil pembahasan dengan
Dewan Komisaris serta meminta Direksi untuk
menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Dewan
Komisaris.
53
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 50
54
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.10
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
55
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 51
56
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.11
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
57
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 52
58
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.12
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
59
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 53
60
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.13
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
61
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 54
62
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.14
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
63
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 55
64
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.15
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
65
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 56
66
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.16
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
67
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 57
68
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.17
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
69
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 58
70
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.18
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
c. Hasil evaluasi kajian risiko dan legal (risk and legal reviu)
atas rencana inisiatif bisnis kebijakan dan rencana
kerjasama yang akan dilakukan oleh Perusahaan;
d. Kinerja kegiatan/upaya-upaya penyelesaian kasus litigasi
dan non litigasi ;
e. Kajian umum (legal opinion) atas rencana tindakan dan
permasalahan yang terjadi terkait dengan kesesuaian
hukum atau ketentuan yang berlaku.
3. Dewan Komisaris membuat Laporan hasil telaahan atas
kepatuhan Perusahaan dalam menjalankan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar serta
kepatuhan Perusahaan terhadap seluruh perjanjian dan
komitmen yang dibuat oleh Perusahaan dengan pihak ketiga;
4. Dewan Komisaris dalam melakukan proses telaahannya
menggunakan seluruh perangkat Dewan Komisaris;
5. Dewan Komisaris memberikan arahan secara tertulis kepada
Direksi atau dalam rapat Dewan Komisaris dan Direksi
berdasarkan hasil telaahan;
6. Dewan Komisaris melaporkan hasil evaluasi / pembahasan
kepada RUPS dalam laporan tugas pengawasan yang
dilaksanakan oleh Dewan Komisaris semesteran dan
tahunan;
7. Melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya dan
melaporkan kepada Pemegang Saham/RUPS jika terjadi
pelanggaran oleh Direksi;
8. Memastikan bahwa seluruh permasalahan mengenai
pelanggaran dibahas oleh Dewan Komisaris dengan
menugaskan Sekretaris Dewan Komisaris untuk melakukan
pemantaauan atas setiap permasalahan mengenai
pelanggaran Kepatuhan Perusahaan dan mengusulkan jadwal
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
71
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 59
72
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.19
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
73
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 60
74
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.20
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
75
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 61
76
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.21
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
77
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 62
78
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.22
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
pelaksanaannya;
e. Penelaahan atas manajemen fungsi SPI.
3. Dewan Komisaris melakukan penelaahan atas pengaduan
yang berkaitan dengan Perusahaan yang diterima oleh
Dewan Komisaris melalui:
a. Melakukan pembahasan dengan organ Dewan
Komisaris;
b. Melakukan rapat dengan Direksi apabila diperlukan;
c. Menetapkan surat arahan Dewan Komisaris kepada
Direksi.
4. Dalam melaksanakan penilaian atas efektivitas pelaksanaan
audit internal dan eksternal, Dewan Komisaris dibantu oleh
organ Dewan Komisaris, khususnya Komite Audit;
5. Dewan Komisaris menyampaikan arahan kepada Direksi
tentang peningkatan efektivitas Audit internal dan Audit
eksternal;
6. Dewan Komisaris dalam proses telaahan baik efektifitas
pelaksanaan audit internal dan auditor eksternal dapat
menggunakan seluruh perangkat Dewan Komisaris.
79
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 63
80
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.23
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
berikut: 81,82
a. Pengawasan Dewan Komisaris atas pengelaloaan Anak
Perusahaan/ Perusahaan Patungan berdasarkan laporan
yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris
sebagai bagian dari laporan kinerja berkala;
b. Dewan Komisaris melakukan evaluasi terhadap arah
pengelolaan Anak Perusahaan/ Perusahaan Patungan
dan kinerja Anak Perusahaan/ Perusahaan Patungan
terkait dengan visi pengembangan usaha Perusahaan
baik melalui pembahasan internal maupun rapat
gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi;
c. Dewan Komisaris menyampaikan saran dan nasihat
kepada Direksi atas Pengelolaan Anak Perusahaan/
Perusahaan Patungan apabila dirasa diperlukan;
d. Dewan Komisaris dapat menggunakan seluruh
perangkat Dewan Komisaris dalam melakukan proses
telaahan di atas;
e. Kualitas yang memadai atas hasil evaluasi terhadap
kebijakan dan pengelolaan anak perusahaan.
2. Kebijakan pengawasan Dewan Komisaris terkait
Pengangkatan Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Anak
Perusahaan/Perusahaan Patungan adalah sebagai
berikut: 83,84
a. Dewan Komisaris melakukan review terhadap kebijakan,
prosedur, proses penjaringan, penilaian, dan penetapan
calon Direksi dan Dewan Komisaris Anak Perusahaan
Perusahaan/Perusahaan patungan yang disampaikan
81
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 64
82
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.24
83
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 65
84
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.25
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
85
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 66
86
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.26
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
87
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 67
88
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.27
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
89
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 68
90
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.28
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
91
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.29 poin a
92
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab III bagian 3.2 poin b
93
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab III bagian 3.2 poin c
94
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab III bagian 3.2 poin d
95
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 69.2
96
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 69.3
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
97
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.29 poin h
98
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 70
99
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.30
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
100
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 2 huruf a
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
101
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 114 ayat 1
102
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 108 ayat 1
103
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 3
104
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 4
105
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 5
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
106
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 6
107
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 114 ayat 6
108
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 115 ayat 1
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
109
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 115 ayat 2
110
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 115 ayat 3
111
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 155.
112
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 43
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
113
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 24
114
SOP Dewan Komisaris PT Pelindo II No.5
115
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 45
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
116
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011Pasal 14 ayat 2.
117
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 72
118
SOP Dewan Komisaris Pelindo II No.74
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
119
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 73
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
120
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 9
121
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 10
122
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 11
123
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 6
124
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 16
125
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 17
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
126
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 7
127
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III No.73(2)
128
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 14 ayat 1.
129
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 8
130
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 12
131
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 14 ayat 6
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
132
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 15
133
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 14
134
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III No. 73(4)
135
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 44
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
136
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 1
137
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 20
138
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 21
139
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 22
140
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 23
141
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 24
142
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 25
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
9. Suara yang tidak sah dianggap tidak ada dan tidak dihitung
dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan dalam
rapat; 143
143
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 26
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
keputusan rapat.
144
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 3
145
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 16 ayat 4
146
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 14 ayat 4
147
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 77 (3.d)
148
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 14 ayat 5
149
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 5 Ayat 1 dan Ayat 2
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
150
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 5 Ayat 3
151
Keputusan Sekretaris Menteri BUMNSK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 74.1
152
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 44
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
153
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab I poin 10 (2)
154
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab I poin 11 (3)
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
155
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab I poin 11 (1)
156
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 15 ayat 2 poin b.13
157
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 5.1
158
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 71 (3 & 4)
159
Peraturan Menteri BUMN PER-09/MBU/2012 Pasal 12 ayat 8
160
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 18 ayat 5
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
161
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 3.6
162
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 5.3
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
163
Peraturan Menteri PER-01/MBU/2011 Pasal 15 ayat 2
164
Keputusan Sekretaris Menteri Negara BUMN Nomor : SK-16/S.MBU/2012 Bab III No.71 (2)
165
Keputusan Sekretaris Menteri Negara BUMN Nomor : SK-16/S.MBU/2012 Bab III No.71 (3)
166
Keputusan Sekretaris Menteri Negara BUMN Nomor : SK-16/S.MBU/2012 Bab III No.71 (4)
167
SOP Dewan Komisaris Pelindo II No 31 hal.71
168
Peraturan Menteri Per-01/MBU/2011 Pasal 15 ayat 3
169
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.32/SEOJK.04/2015 rekomendasi 4.1 dan 4.2
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
170
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 5.
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
171
Pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian C poin 5.2
172
Keputusan Sekretaris Menteri Negara BUMN Nomor : SK-16/S.MBU/2012
173
Salinan Lampiran PER-04/MBU.2014 Bab 2 Bagian A poin 2
174
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 14 ayat 23
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
175
Salinan Lampiran PER-04/MBU.2014 Bab 2 Bagian E poin 4
176
Salinan Lampiran PER-04/MBU.2014 Bab 2 Bagian E poin 7
177
Salinan Lampiran PER-04/MBU.2014 Bab 2 Bagian E poin 5
178
Salinan Lampiran PER-04/MBU.2014 Bab 2 Bagian E poin 9
179
Salinan Lampiran PER-04/MBU.2014 Bab 2 Bagian A poin 3
180
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 2 ayat 2
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
Dewan Komisaris
II.17.1 Sekretariat Dewan Komisaris
1. Sekretaris Dewan Komisaris dan staf Sekretaris Dewan
Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris; 181
2. Sekretaris Dewan Komisaris dan staf Sekretaris Dewan
Komisaris berasal dari luar Perusahaan; 182
3. Sekretaris Dewan Komisaris harus memenuhi persyaratan: 183
a. Memahami sistem pengelolaan, pengawasan dan
pembinaan Perusahaan;
b. Memiliki integritas yang baik;
c. Memahami fungsi kesekretariatan;
d. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan
berkoordinasi dengan baik.
4. Masa jabatan Sekretaris Dewan Komisaris dan staf Sekretariat
Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris
maksimum 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
paling lama 3 (tiga) tahun dengan tidak mengurangi hak
Dewan Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-
waktu; 184
5. Dewan Komisaris memiliki Sekretaris Dewan Komisaris untuk
mendukung tugas kesekretariatan Dewan Komisaris; 185
a. Tugas pokok dan fungsi Dewan Komisaris adalah
membantu Dewan Komisaris dalam bidang kegiatan
kesekretariatan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai
berikut:
181
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 3 ayat 2
182
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 3 ayat 3
183
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 6
184
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 5
185
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 75
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
186
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 76
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
187
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 8 ayat 1
188
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 7 ayat 1
189
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 7 ayat 3
190
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 8 ayat 2
191
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 10
192
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 11 dan Pasal 17
193
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 11 dan Pasal 17
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
194
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 17
195
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 11 dan Pasal 17
196
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 11 ayat 3
197
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 11 ayat 4
198
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 14
199
Keputusan Sekretaris Menteri BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab III poin 81.2
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
200
Peraturan Menteri BUMN Per-12/MBU/2012 Pasal 24 ayat 1
201
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 25 ayat 1
202
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 27 ayat 2
203
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 26 ayat 1
204
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 29
205
Peraturan Menteri BUMN PER-12/MBU/2012 Pasal 16
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
1 Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D
2
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV Bagian D poin 1.2
3
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 7
4
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 6
5
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 10
6
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab II poin 16
72
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
73
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
74
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
8
Peraturan Menteri BUMN PER-03/MBU/2012 Bab Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10
75
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
9
Peraturan Menteri BUMN PER-03/MBU/2012, Pasal 13
76
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
77
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
11
Peraturan Menteri BUMN PER-03/MBU/2012, Pasal 19
12
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 30 dan 31
13
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 13
14
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 14
78
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
15
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 28 dan 29
16
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 15
17
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 17
79
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
membela diri. 18
c. Dalam hal pemberhentian dilakukan di luar RUPS,
maka pembelaan diri disampaikan secara tertulis
kepada Pemegang Saham dalam waktu 14 (empat
belas) hari terhitung sejak anggota Direksi yang
bersangkutan diberitahu. 19
8. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses,
maka anggota Direksi yang bersangkutan wajib
melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. 20
9. Bagi anggota Direksi yang berhenti sebelum maupun
setelah masa jabatannya berakhir, kecuali berhenti
karena meninggal dunia, maka yang bersangkutan
wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas
tindakan-tindakannya yang belum diterima
pertanggungjawabannya oleh Rapat Umum
21
Pemegang Saham.
18
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 16
19
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 18
20
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 21
21
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 10 ayat 32
22
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan NO.32/SEOJK.04/2015 No 5.2
23
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 1.1
80
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
81
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
82
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
33 Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D
34 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 19 ayat 1.
35 Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 2
36 Undang-undang No.19 Tahun 2003 Pasal 19
83
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
84
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
41
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 94,
85
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
42
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 95
43
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 96
86
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
organisasi.
3. Direksi melakukan analisis dan evaluasi terhadap capaian
kinerja untuk jabatan/unit-unit di bawah Direksi dan
tingkat Perusahaan. 44
a. Direksi melakukan analisis dan evaluasi terhadap
perkembangan kinerja jabatan/unit-unit di bawah
Direksi.
1) Tersedianya laporan berkala pengukuran dan
informasi kinerja dari jabatan/unit-unit di bawah
Direksi secara berkala dan tepat waktu.
2) Pembahasan/evaluasi bulanan atas kinerja dari
jabatan/unit-unit di bawah Direksi secara
berjenjang.
3) Direksi menindaklanjuti hasil pembahasan
bulanan atas kinerja jabatan/unit di bawah
Direksi yang tidak/belum mencapai target yang
ditetapkan.
b. Direksi melakukan analisis dan evaluasi terhadap
perkembangan kinerja jabatan/unit-unit di bawah
Direksi.
4. Direksi melaporkan pelaksanaan sistem manajemen
kinerja kepada Dewan Komisaris. 45
a. Direksi menyusun dan menyampaikan kepada Dewan
Komisaris mengenai pencapaian kinerja Perusahaan
berdasarkan target-target kolegial Direksi.
b. Tingkat pencapaian target kinerja Direksi (kontrak
manajemen-kolektif).
c. Direksi menyusun dan menyampaikan kepada Dewan
Komisaris mengenai pencapaian kinerja masing-
masing Direktorat berdasarkan target-target dalam
Kontrak Manajemen sebagai kinerja masing-masing
Direksi.
d. Tingkat pencapaian target kinerja Anggota Direksi
(individu).
44
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 97
45
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 98
87
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
46
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 99
47
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 100
88
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
48
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 101
49
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 118
89
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
90
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
50
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 103
91
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
51
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 104
92
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
52
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 105
53
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 107
93
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
54
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 108
94
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
55
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 109,110
95
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
56
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 111
96
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
57
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 112
58
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 113
97
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
59
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 114
60
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 115
98
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
61
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 116
62
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 117
99
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
100
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
65
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 121
101
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
berakhir.
e. Muatan (content) Laporan Manajemen triwulanan dan
Laporan Manajemen tahunan lengkap (untuk muatan
laporan tahunan parameter tersendiri) minimal sudah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Memberikan perlakuan yang sama (fairness) dalam
memberikan informasi kepada Pemegang Saham dan
Anggota Dewan Komisaris. 66
a. Perusahaan memberikan informasi (Laporan
Manajemen triwulanan, tengah tahunan, dan
tahunan) dengan muatan dan waktu yang sama
kepada Pemegang Saham minoritas.
b. Perusahaan memberikan informasi yang relevan
kepada Dewan Komisaris untuk pelaksanaan tugas
Dewan Komisaris.
c. Pemenuhan prinsip perlakuan yang sama dalam
pemberian informasi oleh Direksi kepada Dewan
Komisaris dan para Pemegang Saham.
66
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 122
67
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 102
102
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
68
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 1
69
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 2
70
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 5
71
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 6
103
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
104
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
105
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
77
Undang-undang No.19 Tahun 2003 Pasal 23
78
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 11 ayat 2. b. 7)
79
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 11 ayat 2. b. 3) dan 8)
80 Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 100 ayat 1.
106
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
81
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 11 ayat 2. b. 14) dan 16)
82
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 11 ayat 2. b. 9) dan 10)
83
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 11 ayat 2. b. 15) dan 17)
84
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 101 ayat 1
85
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 101 ayat 2
86
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 102 ayat 1
107
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
87
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 102 ayat 2
88
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 102 ayat 3
89
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 102 ayat 4
90
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 25
108
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
manajemen risiko.
d. Direksi wajib menyampaikan laporan profil
manajemen risiko dan penanganannya bersamaan
dengan laporan berkala Perusahaan.
19. Menetapkan suatu sistem pengendalian intern yang efektif
untuk mengamankan investasi dan aset perusahaan.
Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud antara
lain mencakup hal-hal sebagai berikut: 91
a. Lingkungan pengendalian intern dalam perusahaan
yang dilaksanakan dengan disiplin dan terstruktur,
yang terdiri dari:
1) Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan;
2) Filosofi dan gaya manajemen;
3) Cara yang ditempuh manajemen dalam
melaksanakan kewenangan dan tanggung
jawabnya;
4) Pengorganisasian dan pengembangan sumber
daya manusia; dan
5) Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh
Direksi.
b. Pengkajian terhadap pengelolaan risiko usaha (risk
assessment), yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai pengelolaan
risiko yang relevan.
c. Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap
kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit
dalam struktur organisasi Perusahaan, antara lain
mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi,
rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian
91
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 26
109
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
92
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 28 ayat 1 dan 2
93
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 28 ayat 5 dan 6
94
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 29 ayat 1, 2 dan 5
110
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
95
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 30
96
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 11 ayat 2. b. 6)
97
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 31 ayat 5
98
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 32
99
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 36
111
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
100
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 37 ayat 1
101
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 37 ayat 2
102
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 39
103 Undang-undang No.19 Tahun 2003 Pasal 5 ayat 2
104
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 97 ayat 2
105
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 97 ayat 3
106
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 97 ayat 4
107
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 97 ayat 5
112
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
108
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 97 ayat 7
109
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 155
110
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 104 ayat 2
111
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 104 ayat 3
112
Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 104 ayat 4
113
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
113
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 86. 2
114 Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 5
115 Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 92 ayat 6
116
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 BUMN Bab IV poin 89
117
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 BUMN Bab IV poin 89.1
118
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 BUMN Bab IV poin 89.2
119 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 20 ayat 1 dan 2
114
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
120
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 20 ayat 3
121
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 89.3
122
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 89.4
123
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 89.5
124
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 90
125
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 90.1
115
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
126
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 90.2
127 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 21 ayat 1 dan 2
128
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 17 ayat 1
129 Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 90.3
130 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 21 ayat 3
131
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 17 ayat 3
116
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
Rapat Direksi Rapat Direksi adalah rapat yang dilaksanakan oleh Direksi yang
berkenaan dengan tugas dan fungsinya. Agar rapat Direksi
berjalan tertib, Direksi harus menetapkan tata tertib rapat
Direksi. 136
132
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 17 ayat 4
133
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 17 ayat 5
134
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 17 ayat 6
135 Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 90.5
136 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 24 ayat 2.
137
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 123
117
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
118
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
119
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
142
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 5
143 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 11
144 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 12
145 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 24 ayat 1
146 Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 124.3
147 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 4
148 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 24 ayat 6
120
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
149
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 9
150
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 125
151 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 16
152 Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 24 ayat 6.
153 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 15
154 Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 88
155
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 1
121
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
156
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 2
157
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 17
158
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 18
159 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 19
160
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 20
161
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 22
162
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 21
163 Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 12 ayat 23
122
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
123
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
124
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
Luar Rapat
Mekanisme pengambilan keputusan secara sirkuler adalah:
Direksi 1. Direktur/Direktorat terkait membuat usulan tertulis
keputusan sirkuler Direksi dan disampaikan kepada
Sekretaris Perusahaan. Sekretaris Perusahaan akan
mengedarkan keputusan rapat tersebut untuk disetujui
secara tertulis ditandatangani oleh semua Direksi.
2. Standar waktu tingkat kesegeraan pengambilan keputusan
Direksi ditetapkan sejak usulan tindakan beserta dokumen
pendukung dan informasi lainnya yang lengkap
disampaikan secara tertulis; 172
3. Dalam hal Direksi mengambil keputusan yang mengikat di
luar Rapat Direksi secara fisik, maka keputusan tersebut
harus disetujui secara tertulis oleh semua anggota Direksi.
Keputusan Direksi tersebut mempunyai daya mengikat
dengan ketentuan hukum yang sama dengan keputusan
Direksi yang dihasilkan rapat Direksi secara fisik. Ketentuan
tentang kesegeraan untuk mengkomunikaasikan kepada
tingkatan organisasi dibawah Direksi yang terkait dengan
keputusan tersebut, maksimal 7 (tujuh) hari sejak
disahkan/ditandatangani. 173
4. Setelah ditandatangani seluruh Direksi, penomoran surat
keputusan dilakukan oleh Sekretaris Perusahaan. Untuk
tertib administrasi, dokumen asli akan disimpan oleh
Sekretaris Perusahaan dan tembusannya disampaikan
kepada Direktur/Direktorat terkait.
172
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 88, (2)
173
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 88, (3)
174
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab I Poin 10, 11 dan 12
125
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
175
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 19 ayat 1
176
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 19 ayat 2
177
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 19 ayat 3
178
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 19 ayat 6
126
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
179
Anggaran Dasar PT Akses Pelabuhan Indonesia Pasal 19 ayat 5
180
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 4.1
181
Peraturan Menteri BUMN PER-01/SMBU/2011 pasal 19 ayat 3
127
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
182
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 pasal 15 ayat 2
183
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Poin D, 16
184
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.32/SEOJK.04/2015 rekomendasi 6.1
185
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.32/SEOJK.04/2015 rekomendasi 6.1
128
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
186
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.32/SEOJK.04/2015 rekomendasi 6.2
187
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 4
129
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
188
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Bagian E Poin 1
189
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 2 Bagian A Poin 1
190
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Bagian E Poin 4
191
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Bagian E Poin 5
192
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Bagian E Poin 6
193
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Bagian E Poin 7
130
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
194
Peraturan Menteri BUMN PER-04/MBU/2014 Bab 1 Bagian E Poin 2, 3 dan 4
195
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 29 ayat 1
196
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 29 ayat 2
197
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 29 ayat 3
198 Pedoman Umum Good Corporate Governance IndonesiaTahun 2006 Bab IV bagian D, 3.4, a
199
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 29 ayat 4
131
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
200 Pedoman Umum Good Corporate Governance IndonesiaTahun 2006 Bab IV bagian D 3.4, e
201
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 29 ayat 5
202
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 131.1
203 Undang-undang No.19 Tahun 2003 pasal 67 ayat 1
204
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 28 ayat 1
205
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 28 ayat 2
206
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 128.2
132
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
207
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 28 ayat 3
208
Undang-undang No.19 Tahun 2003 pasal 67 ayat 2
209 Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 3.3, d
210
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 28 ayat 4
133
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
211 Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 3.3, c
212 Undang-undang No.19 Tahun 2003 pasal 68.
213 Undang-undang No.19 Tahun 2003 pasal 69.
214
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 28 ayat 5
215
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 28 ayat 6
216
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 129.4
134
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
217
Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN SK-16/S.MBU/2012 Bab IV poin 130.4
218
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 3.2, a
219
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 Bab IV bagian D poin 3.2, b
220
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 25 ayat 2
221
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 25 ayat 3
222
Peraturan Menteri BUMN PER-01/MBU/2011 Pasal 25 ayat 4
135
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
136
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
141
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
142
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
143
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
144
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
Perusahaan.
n. Pembebanan biaya Perusahaan yang bersifat tetap dan
rutin untuk yayasan, organisasi dan/atau perkumpulan
baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
dengan Perusahaan.
o. Pengusulan wakil Perusahaan untuk menjadi calon
anggota Direksi dan Dewan Komisaris pada perusahaan
patungan dan/atau anak perusahaan yang memberikan
kontribusi signifikan kepada Perusahaan dan/atau
bernilai strategis yang ditetapkan Rapat Umum
Pemegang Saham.
145
Board Manual PT Akses Pelabuhan Indonesia
Bab V Penutup
144
Board M anual