Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling
umum terjadi dan mengenai sekitar 50 juta orang di dunia. Epilepsi berupa
suatu kondisi yang berbeda-beda ditandai dengan kejang yang tiba-tiba
dan berulang. Tidak ada perbedaan usia, jenis kelamin, atau ras, meskipun
kejadian kejang epilepsi yang pertama mempunyai dua pembagian, dengan
puncaknya pada saat masa kanak-kanak dan setelah usia 60 tahun(WHO,
2012).
Kata epilepsi berasal dari kata Yunani dan Latin untuk kejang dan
mengambil alih(WHO, 2005). Epilepsi berasal dari kata
Yunani,epilambanmein,yang berarti serangan. Masyarakat percaya bahwa
epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan juga dipercaya bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang bersifat suci. Hal ini yang melatarbelakangi
adanya mitos dan rasa takut terhadap epilepsi.Mitos tersebut mewarnai
sikap masyarakat dan menyulitkan upaya penanganan penderita epilepsi
dalam kehidupan normal.
Kejang berasal dari bahasa Latin, sacire, yang berarti untuk
mengambil alih. Kejang adalah suatu kejadian tiba-tiba yang disebabkan
oleh lepasnya agregat dari sel-sel saraf di sistem saraf pusat yang abnormal
dan berlebihan.
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan
berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yakni kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan
paroksimal. Epilepsi ditetapkan sebagai kejang epileptik berulang (dua
atau lebih), yang tidak dipicu oleh penyebab yang akut.
Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa
yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan
sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh
hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan disebabkan
oleh suatu penyakit otak akut. Lepasnya muatan listrik yang berlebihan ini
dapat terjadi di berbagai bagian pada otak dan menimbulkan gejala seperti
berkurangnya perhatian dan kehilangan ingatan jangka pendek, halusinasi
sensoris, atau kejangnya seluruh tubuh.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Defenisi epilepsi
2. Apa Etiologi epilepsi
3. Bagaimana Patofisiologi epilepsi
4. Apa Manifestasi klinis epilepsi
5. Apa Pemeriksaan penunjang epilepsi
6. Apa Penatalaksanaan medis epilepsi

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi dari epilepsi
2. Untuk mengetahui etiologi dari epilepsi
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari epilepsi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari epilepsi
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari epilepsi
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari epilepsi
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang
tampak sehat atau sebagai suatu ekserbasi dalam kodisi sakit kronis
sebagai akibat oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai
fenomena motorik,sensorik,otonomik,atau psikis yang abnormal.
Epilepsy merupakan akibat dari gangguan otak kronis dengan
serangan kejang spontan yang berulang.
B. Etiologi
Penyebab epilepsi pada berbagai kelompok usia:
1. Neonatal
Kelainan kongenital, kelainan saat persalinan, anoksia, kelainan
metabolik (hipokalsemia, hipoglisemia, defisiensi vitamin B6,
defisiensi biotinidase,fenilketonuria).
2. Bayi (1-6 bulan)
Kelainan kongenital, kelainan saat persalinan,anoksia, kelainan
metabolik, spasme infantil, Sindroma West.
3. Anak (6 bulan – 3 tahun)
Spasme infantil, kejang demam, kelainan saat persalinan dan
anoksia, infeksi, trauma, kelainan metabolik, disgenesis kortikal,
keracunan obat-obatan.
4. Anak (3-10 tahun)
Anoksia perinatal, trauma saat persalinan atau setelahnya,
infeksi,thrombosis arteri atau vena serebral, kelainan metabolik,
Sindroma Lennox Gastaut, Rolandic epilepsi.
5. Remaja (10-18 tahun)
Epilepsi idiopatik,termasuk yang diturunkan secara genetik,
epilepsi mioklonik juvenile, trauma, obat-obatan.
6. Dewasa muda (18-25 tahun)
Epilepsi idiopatik, trauma, neoplasma, keracunan alkohol atau obat
sedasi lainnya.
7. Dewasa (35-60 tahun)
Trauma, neoplasma, keracunan alkohol atau obat lainnya.
8. Usia lanjut (>60 tahun)
Penyakit vascular (biasanya pasca infark), tumor, abses, penyakit
degeneratif, trauma.
C. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa neuron memliki potensial membran,
hal ini terjadi karena adanya perbedaan muatan ion-ion yang
terdapat di dalam dan di luar neuron. perbedaan jumlah muatan
ion-ion ini menimbulkan polarisasi pada membran dengan bagian
interneuron yang lebih agresif. neuron bersinaps dengan neuron
lain melalui akson dan dendrit. suatu masukan melalui sinapsis
yang bersifat eksitasi akan menyebabkan terjadinya depolarisasi
membran yang berlangsung singkat, kemudian inhibasi akan
menyebabkan hiperpolarisasi membran. Bila eksitasi cukup besar
dan inhibasi kecil, akson mulai terangsang, suatu potensial aksi
akan dikirim sepanjang akson, untuk erangsang atau menhambat
neuron lain.Patofisiologi utama terjadinya epilepsi meliputi
mekanisme yang terlibat dalam munculnya kejang(iktogenesis),
dan mekanisme yang terlibat dalam perubahan otak yang normal
menjadi otak yang mudah kejang(epileptogenesis).

1. Mekanisme iktogenesis
Hipereksitasi adalah faktor utama iktogenesis. Eksitasi
yang berlebihan dapat berasal dari neuron itu
sendiri,lingkungan neuron,atau jaringan neuron.
 Sifat eksitasi dari neuron sendiri dapat timbul akibat
adanya perubahan fungsional dan struktural pada
membran potsinaptik, perubahan pada
tipe,jumlah,dan distribusi kanal ion gerbang-voltase
dan gerbang-lingan atau perubahan biokimiawi pada
reseptor yang meningkatkan perkembangan
depolarisasi berkepanjangan yang mengawali
kejang.
 Sifat eksitasi yang timbul dari lingkungan neuron
dapat berasal perubahan fisiologi dan struktural.
Perubahan fisiologi meliputi perubahan kensentrasi
ion,perubahan metabolik dan kadar neurotrasmiter.
Perubahan struktural dapat terjadi pada neuron dan
sel glia. Konsentrasi Ca2+ ekstraseluler menurun
sebanyak 85% selama kejang, yang mendahului
perubahan pada konsentrasi K2+. Bagaimanapun,
kadar Ca2+ lebih cepat kembali normal daripada
kadar K2+.
 Perubahan pada jaringan neuron dapat memudahkan
sifat eksitasi di sepanjang sel granul akson pada
girus denata, kehilangan neuron inhibisi, atau
kehilangan neuron eksitasi yang diperlukan untuk
aktivitas neuron inhibisi.
2. Mekanisme epilptogenesis
 Mekanisme nonsinaptik
Perubahan konsentrasi ion terlihat selama
hiperekstasi, peningkatan kadar K2+ ekstrasel
hipoksia atau iskemia diketahui menyebabkan
epileptogenesis, dan keikutseratakan angkutan CI—
K+, yang mengatur kadar CI- intrasel dan aliran CI-
inhibisi yang diaktivitas oleh GABA, dapat
menimbulkan peningkatan eksitasi. Sifat eksitasi
dan ujung sinaps bergentung pada lamanya
depolarisai dan jumlah neurotransmiter yang
dilepaskan. Keselarasan rentetan ujung runcing
abnormal pada cabang akson di sel pergantian
talamokortikal memainakan peran penting pada
epileptogenesis.
 Mekanisme sinaptik
Patofisiologi sinaptik utama dari epilepsi
melibatkan penurunan inhibisi GABAergik dan
peningkatan eksitasi glutamatergik.
- GABA
Kadar GABA yang menunjukkan penurunan pada
CSS(cairan serebrospinal) pasien dengan jenis
epilepsi tertentu, dan pada potongan jaringan
epileptik daei pasien dengan epilepsi yang resisten
terhadap obat, memperkirakan bahwa pasien ini
mengalami penurunan inhibisi.
- Glutanat
Rekaman hipokampus dari otak manusia
yang sadar menunjukkan peningkatkan
kadar ekstrasel yang terus-menerus selama
dan mendahului kejang. Kadar GABA tetap
rendah pada hipokampus yang
epileptogenetik,tapi selama kejang
hipokampus yang non-epileptogenetik. Hal
ini mengarah pada peningkatan toksik di
glutamat ekstrasel akibat penurunan inhibisi
di daerah yang epileptogenetik.
D. Pathway

Idiopatik,herediter,trau
ma kalahiran,infeksi ketidakseimbangan aliran listrik
Sistem Saraf
perinatal,meringis pada sel saraf

hilang tonus otot hambatan Epilepsi


mobilitas fisik

petitmal Akimetis Mylonik

Keadaan lemah
dan tidak sadar Kontraksi tidak sadar yang
mendadak

perubahan
Isolasi social Defisiensi
status
pegetahuan Aktivitas kejang
kesehatan

hipoksia ketidakmampuan keluarga


Jatuh
menambil tindakan yang
tepat

kerusakan
memori
resiko cidera ketidakmampuan koping
keluarga
defisiensi
pengobatan,keperawa pengetahuan
tawan,keterbatasan Ansietas

Granmal
penyakit kronik psikomotor

perubahan proses
keluarga
Gangguan
Gangguan respiratori
neurologis

Gangguan Spasme otot


Hilang kesadaran
perkembangan pernapasan

Obstruksi
HDR
trakheobronkial

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

E. Manifestasi Klinis
1. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam
kejangnya. Jenis kejang dapat bervariasi anatara
pasien,namun cendreung serupa
2. Kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran
somatosensori atau motorfokal
3. Keang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan
kesadaran
4. ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan
periode perubahan kesadaran hanya sangat singkat(detik)
5. Kejang tonik klonik umum meruapakan episode konvulsif
utama dan selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
2. Magnetic resonance imaging (MRI)
3. Computed tomography (CT Scan)
G. Penatalaksaan Medis
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup
penderita yang optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan
tersebut antara lain menghentikan bangkitan,mengurangi frekuensi
bangkitan tanpa efek samoing ataupun dengan efek samping
seminimal mungkin serta menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
1. Non Farmakologi
a) Amati faktor pemicu
b) Menghindari faktor pemicu(jika ada) misalnya:
stress,OR,konsumsi kopi atau alkohol,perubahan
jadwal tidur,terlambat makan.
2. Farmakologi
Dalam faemakoterapi, terdapat prinsip-prinsip
penatalaksanaan untuk epilepsi yakni:
a) Obat anti epilepsi(OAE) mulai diberikan apabila
diagnosis epilepsi sudah dipastikan,terdapat
minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu
pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diberi
penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek
samping dari pengobatan
b) Terapi dimulai dengan monoterapi
c) Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan
dinaikkan secara bertahap sanpai dengan dosis
efektif tercapai atau timbul efek samping obat
d) Apabila dengan menggunakan OAE dosis
maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka
ditambahkan OAE kedua diman bila sudah
mencapai dosis terapi maka OAE pertama dosisnya
diturunkan secara perlahan.
e) Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan
setelah terbukti bangkitan tidak terkontrol dengan
pemberian OAE
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
 biodata : nama,umur,alamat,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan dan
penanggung jawabnya.
Usia:penyakit epilepsi dapat mnyerang segala umur
Pekerjaan:seseorang dengan pekerjaan yang sering kali
menimbulkan stress dapat memicu terjadinya epilepsi
 Keluhan utama: untuk keluhan utama,pasien atau keluarga
biasanya ketempat peleyanan kesehatan karena klien yang
mengalami penurunan kesedaran secara tiba-tiba disertai mulut
berbuih. Kadang-kadang klien/keluarga mengeluh anaknya
prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien/keluarga
mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti
mendadak bila diajak bicara.
 Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura,dan tidak sadarkan
diri.
 Riwayat penyakit dahulu:
trauma lahir, asphyxia neonatorum, cedera kepala, infeksi sistem
saraf,gangguan metabolik,tumor otak,dll.
2. Pemeriksaan fisik (ROS)
1. B1(breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi
apnea,aspirasi
2. B2(blood): Terjadi takikardia,cianosis
3. B3(brain): penurunan kesadaran
4. B4(bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine.Pada
pemeriksaan sistem kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume
output urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
5. B5(bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun,inkotinensia
alfi.Penurunan nutrisi pada pasien epilepsi menurun karena anoreksia
dan adanya kejang,
6. B6(bone): klien terlihat lemas,dpat terjadi tremor menggerakkan
anggota tubuh, mengeluh meriang. Pada fase akut saat kejang sering
didapatkan adanya penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga mengganggu akitivas perawatan diri.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
perlu diperiksa kadar glukosa,kalsium,magnesium,natrium,bilirubin,
ureum dalam darah. Yang memudahkan timbunya kejang ialah
keadaan hipoglikemia,hipokalemia,hiponatremia,uremia dll.
2. Pemeriksaan radiologis
Pada foto rontgen kepala dpat dilihat adanya kelainan-kelainan pada
tengkorak. Klasifikasi abnormal dapat dijumpai pada toksoplamosis,
penyakit inklusi sitomegalik, sklerosis tuberosa, kraniofaringeoma,
meninheoma,oligodendroglioma.
3. Pemeriksaan psikologis atau psikiatris
Untuk diagnostik bila diperlukan dilakukan uji coba yang dapat
menunjukkan naik turunnya kesadaran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakmampuan koping keluarga
3. Harga diri rendah situasional
4. Kerusakan memori
5. Resiko cidera
6. Isolasi social
7. Hambatan mobilitas fisik
8. Ansietas
9. Defisiensi pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


O Keperawatan
1. Ketidakefektifan Noc Nic
bersihan jalan nafas Kriteria hasil: Airway Suction
- Mendemonstrasi - Pastikan kebutuhan
kan batuk efektif oral/tracheal
dan suara nafas suctioning
yang - Auskultasi suara nafas
bersih,tidak ada sebelum dan sesudah
sianosis dan suctioning
dyspnu(mampu - Informasikan pada
mengeluarkan klien dan keluarga
sputum,mampu tentang suctioning
bernafas dengan - Minta klien nafas
mudah,tidak ada dalam sebelum
pursed lips) suction dilakukan
- Menunjukkan - Berikan O2 dengan
jalan nafas yang menggunakan nasal
paten(klien tidak untuk menfasilitasi
merasa suksion nasotrakeal
tercekik,irama - Gunakan alat yang
nafas,frekuensi steril setiap
pernafasan melakukan tindakan
dalam rentang - Anjurkan pasien
normal,tidak ada untuk istirahat dan
suara nafas napas dalam setelah
abnormal) kateter dikeluarkan
- Mampu dari nasotrakeal
mengidentifikasi - Monitor status
kan dan oksigen
mencegah - Ajarkan keluarga
facktor yang bagaimana cara
dapat melakuakan suction
menghambat - Hentikan suction dan
jalan nafas berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardia,peningkat
an saturasi O2,dll
Airway Management
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
trust bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
bantu jalan nafas
buatan
- Pasang mayo bila
perlu
- Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
- Keluarkan secret
sekret dengan batuk
atau suction
- Auskultasi suara
nafas,catat adanya
suara tambahan
- Lakukan suction
pada mayo
- Berikan
bronkodilator
- Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi
dan status O2
2. Ketidakmampuan Noc Nic
koping keluarga Kriteria hasil: Coping Echanchement
- Hubungan - Bantu keluarga dalam
pemberi asuhan mengenal
pasien: interaksi masalah(misalnya
dan hubungan penatalaksanaan
yang positif konflik kekerasan)
antara pemberi - Dorong partisipasi
dan penerima keluarga dalam semua
asuhan pertemuan kelompok
- Performa - Dorong keluarga
permeberi askep untuk memperlihatkan
langsung kekhawatiran dan
penyediaan untuk membantu
perawatan merencanakan
kesehatan perawatan
personal yang pascahospitalisasi
tepat kepada - Bantu memotivasi
anggota keluarga untuk
keluarga berubah
- performa - Membantu pasien
pemberi askep beradaptasi dengan
tidak langsung: persepsi
pengaturan dan stresor,perubahan,atau
pengawasan ancaman yang
peraturan sesuai mengganggu
bagi anggota pemenuhan tuntutan
keluarga oleh dan peran hidup
pemberi - Dukungan emosi:
perawatan memeberikan
keluarga penenangan,penerima
- kesejahteraan an,dan dorongan
pemberi asuhan: selama periode stress
derajat persepsi - Memfasilitasi
positif partisipasi keluarga
mengenai status dalam perawatan
kesehatan dan emosi dan fisik pasien
kondisi - Dukungan keluarga:
kehidupan meningkatkan
pemberi nilai,minat,dan tujuan
perawatan keluarga
primer - Panduan sistem
- Potensial kesehatan:
ketahanan memfasilitasi lokal
pemberi asuhan: pasien dan
Faktor yang penggunaan
meningkatkan pelayanan kesehatan
kontinuitas yang sesuai
perawatan oleh - Memdorong pasien
pemberi ikut dalam aktivitas
perawatan social dan komunitas
keluarga dalam - Mendorong pasien
periode waktu mencari dorongan
yang lama spiritual,jika
- Koping diperlukan
keluarga: - Bantu anggota
tidakan keluarga dalam
keluarga untuk mengklarifikasi apa
mengelola yang mereka harapkan
strsor yang dan butuhkan satu
membebani sama lain
sumber-sumber
keluarga
- Normalisasi
keluarga:
kapasitas sistem
keluarga dalam
mempertahanka
n rutinitas dan
mengembangka
n strategi untuk
mengoptimalka
n fungsi jika
ada anggota
keluarga yang
sakit kronis/
mengalami
ketunandayaan
- Mmapu
mengatasi
masalah
keluarga
- Mencari
bantuan
keluarga jika
perlu memenuhi
kebetuhan
anggota
keluarga
- Mampu
menyelesaikan
konflik tanpa
kekerasan
Memperlihatka
n fleksibilitas
peran
- Mengungkapka
n peningkatan
kemampuan
untuk
melakukan
koping terhadap
perubahan
dalam struktur
dan dinamika
keluarga
- Mengungkapka
n perasaan yang
tidak
terselesaikan
- Identifikasi
gaya koping
yang
bertentangan
- Partisipasi
dalam
pengembangan
implementasi
rencana
keperawatan
3. Harga diri rendah Noc Noc
situasional Kriteria hasil: - Tunjukkan rasa
- Adapatasi percaya diri terhadap
terhadap kemampuan pasien
ketunandayaan untuk mengatasi
fisik:respon situasi
adaptif klien - Dorong pasien
terhadap mengidentifikasi
tantangan kekuatan diri
fungsional - Ajarkan keterampilan
penting akibat perilaku yang positif
ketunandayaan melalui bermain
fisik peran,model
- Resolusi peran,diskusi
berduka: - Dukung peningkatan
penyesuaian tanggung jawab
dengan diri,jika diperlukan
kehilangan - Buat statement positif
aktual atau terhadap pasien
kehilangan yang - Monitor frekuensi
akan terjadi komunikasi verbal
- Penyesuaian pasien yang negative
psikososial - Dukung pasien untuk
- Menunjukkan menerima tantangan
penilaian baru
pribadi tentang - Kaji alasan untuk
harga diri mengkritik
- Mengungkapka - Kolaborasi dengan
n penerimaan sumber-sumber lain
diri
- Koumunikasi
terbuka
- Mengatakan
optimisme
tentang masa
depan
- Menggunakan
strategi koping
efektif
4. Kerusakan memori Noc Nic
Kriteria hasil: - Memantau ukuran
- Mampu untuk pupil,bentuk,simetri,d
melakukan an reaktivitas
proses mental - Memantau tingkat
yang kompleks kesadaran
- Orientasi - Memantau tingkat
kognitif: orientasi
mampu untuk - Memantau tren GCS
mengidentifikas - Memonitor
i memori,rentang
orang,tempat,da perhatian,memori
n waktu secara masa lalu,suasana
akurat hati,mempengaruhi,da
- Konsentrasi: n perilaku
mampu fokus - Memonitor tanda-
pada stimulus tanda vital
tertentu - Mmeonitor suatu
- Ingatan(memori pernapasan
):mampu untuk - Memantau ICP dan
mendapatkan CPP
kembali secara - Memantau refleks
kognitif dan kornea
menyampaikan - Memantau refleks
kembali batuk dan muntah
informasi yang - Memantau
disimpan otot,gerakan
sebelumnya motorik,kiprah,dan
- Kondisi proprioception
neurologis:kem - Memantau untuk drift
ampuan sistem pronator
saraf perifer dan - Memantau kekuatan
sistem saraf cengkeraman
pusat untuk - Memantau untuk
menerima,mem gemetar
proses,dan - Memantau simetri
memberi respon wajah
terhadap stimuli - Mmwmantau
internal dan tanggapan
eksternal pengamatan
- kondisi - Memantau EOMs dan
neurologis: karakteristik tatapan
kesadaran - Memantau untuk
- Menyatakan gangguan visual
mampu - Catatan keluhan sakit
meningangat kepala
lebih baik - Memantau
karakteristik
berbicara,kelancaran,k
eberadaan apashis
- Pantau respon
terhadap rangsangan
verbal,taktil, dan
berbahaya
- Memantau
deskriminasi
tajam/tumpul/ dan
panas/dingin
- Memantau untuk
paresthesia,mati rasa
dan kesemutan
- Memantau indra
penciuman
- Memonitor pola
berkeringat
- Memantau respon
babinski
- Memantau respon
cushing
- Memantau kraniotomi
- Pantau respon terhdap
obat
5. Resiko Cidera Noc Nic
Kriteria hasil : - Sediakan lingkungan
- Klien terbebas yang aman untuk
dari cidera pasien
- Klien mampu - Identifikasi kebutuhan
menjelaskan keamanan
cara/metode pasien,sesuai dengan
untuk mencegah kondisi fisik dan
injury fungsi kognitif pasien
- Klien mampu dan riwayat penyakit
menjelaskan terdahulu
factor resiko - Menghindarkan
dari lingkungan yang
lingkungan/peri berbahaya
laku personal - Memasang side rail
- Mampu tempat tidur
memodifikasi - Menyediakan tempat
gaya hidup tidur nyaman dan
untuk mencegah bersih
injury - Menempatkan saklar
- Menggunakan lampu ditempat yang
fasilitas mudah dijangkau
kesehatan yang pasien.
ada - Membatasi
- Mampu pengungjung
mengenali - Menganjurkan
perubahan keluarga untuk
status kesehatan menemani pasien
- Mnegontrol
lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit
6. Isolasi sosial Noc Nic
Kriteria hasil: - Fasilitas dukungan
- Iklim social kepada pasien oleh
keluarga:lingku keluarga,teman, dan
ngan yang komunitas
mendukung - Dukung hubungan
yang dengan orang lain
mencirikan yang mempunyai
hubungan dan minat dan tujuan yang
tujuan anggota sama
keluarga - Dorong melakukan
- Partisipasi aktivitas sosial dan
waktu luang kominitas
- Keseimbangan - Berikan uji
ala perasaan: pembatasan
mampu interpersonal
menyesuaikan - Berikan umpan balik
terhadap emosi tentang peningkatan
sebagai respon dalam perawatan dan
- Keparahan penampilan diri atau
kesepian: aktivitas lain
mengendalikan - Hadapkan pasien pada
keparahan hambatan
responnemosi,s penilaian,jika
osial terhadap memungkinkan
isolasi - Dukung pasien untuk
- Penyesuaian mengubah lingkungan
yang tepat seperti, pergi jalan-
terhadap jalan dan bioskop
tekanan emosi - Fasilitasi pasien yang
sebagai respon mempunyai
terhadap penurunan sensory
keadaan tertentu seperti penggunaan
- Tingkat kacamata dan alat
persepsi positif pendengaran
tentang status - Fasilitasi pasien untuk
kesehatan dan berpartisipasi dalam
status hidup diskusi
individu - Membantu pasien
- Partisipasi mengembangkan
dalam bermain keterampilan sosial
- Meningkatkan interpersonal
hubungan yang - Kurangi stigma isolasi
efektif sosial dengan menghormati
dengan martabat pasien
orang,kelompok - Gali kekuatan dan
- Ketersediaan kelemahan pasien
dan peningkatan dalam berinteraksi
pemberian sosial
aktual bantuan
yang andal dari
orang lain
Mengungkapkan
penurunan perasaan
diasingkan
7. Hambatan mobilitas Noc Nic
Kriteria hasil: - Memonitoring vital
- Klien meningkat sign sebelum/sesudah
dalam aktivitas latihan dan lihat
fisik respon pasien saat
- Mengerti tujuan latihan
dari peningkatan - Konsultasikan dengan
mobilitas terapi fisik tentang
- Memverbalisasi rencana ambulasi
kan perasaan sesuai dengan
dalam kebutuhan
meningkatkan - Bantu klien untuk
kekuatan dan menggunakan tongkat
kemampuan saat berjalan dan
berpindah cegah terhadap cedera
- Mmeperagakan - Ajarkan pasien
penggunaan alat tentang teknik
- Bnatu untuk ambulasi
mobilisasi - Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
- Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
8. Ansietas Noc Nic
Kriteria hasil: - Gunakan pendekatan
- Klien mampu yang menenangkan
mengidentifikasi - Nyatakan dengan jelas
dan harapan terhadap
mengungkapkan pelaku pasien
gejala cemas - Jelaskan prosedur dan
- Mengidentifikasi apa yang dirasakan
,mengungkapkan selama prosedur
dan - Pahami perspektif
menunjukkan pasien terhadap situasi
teknik untuk stress
mengontrol - Temani pasien untuk
cemas memberikan
- Vital sign dalam keamanan dan
batas normal mengurangi takut
- Postur - Dorong keluarga
tubuh,ekspresi untuk menemani anak
wajah,bahasa - Lakukan back/neck
tubuh dan rub
tingkat aktivitas - Dengarkan dengan
menunjukkan penuh perhatian
berkurangnya - Identifikasi tingkat
kecemasan kecemasan
- Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, katkuatan
presepsi
- instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
9. Defisiensi Noc Nic
pengetahuan Kriteria hasil: - berikan penilain
- pasien dan tentang tingkat
keluarga pengetahuan pasien
menytakan tentang proses
pemahaman penyakit yang spesifik
tentang - jelsakan fatofisiologi
penyakit, dari penyakit dan
kondisi, bagaimana hal ini
proknosis dan berhubungan dengan
pengobatan anatomi dan fisiologi,
kesehatan. dengan cara yang
- pasien dan tepat
keluarga mampu - gambarkan tanda dan
melaksanakan gejala yang biasa
prosedur yang di muncul pada penyakit
jelsakan dengan dengan cara yang
benar tepat
- pasien dan - gambarkan proses
keluarga mampu penyakit dengan cara
menjelsakan yang tepat
kembali apa - indetifikasi
yang di jelaskan kemungkinana
perawat atau tim penyebab dengan cara
kesehatan yang tepat.
lainnya - sediakan informasi
pada pasien tentang
kodisi dengan cara
ynag tepat.
- hindari jaminan yang
kosong.
- sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat.
- diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin di perlukan
untuk mencegah
komplikasi yang akan
datang dan proses
pengontorlan penyakit
- diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
- dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan
sekonopinion dengan
cara yang tepat.
- rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal
dengan cara yang
tepat.
- instruksikan pasien
mngenai tanda gejalah
untuk melaporkan
pada pemberi
pelayanan kesehatan
dengan cara yang
tepat.

D. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien.Jika dengan
tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik,
maka tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi
lebh buruk, kamungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau
perbaikan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat(SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkkitan(seizure,fit,attact,spell) yang bersifat
spontan dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi
otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok
besar sel-sel otak, di dalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.
Setiap orang punya resiko satu didalam 50 untuk mendapat epilepsi.
Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi.
Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure walaupun sudah lepas dari
narkotik. Umumnya epilepsi disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses
kelahiran,luka kepala,strok,tumor otak,alkohol. Kadang epilepsi mungkin
juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi
penyebab pastinya belum diketahui.

B. SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran
sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Bagi Institusi
Dengan adanya makalah ini dapat menambah konsep-konsep teori
keperawatan di Stikes Mega Buana demi meningkatkan mutu dan kualitas
2. Bagi perawat dan tenaga medis
Makalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan praktek pada rumah
sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan
3. Bagi masyarakat
Dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit
epilepsi
4. Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh
mahasiswa kesehatan dalam pembuatan tugas
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin huda, Hardhi kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnose medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta.
Mediaction publishing

https://id.scribd.com/doc/2122562553/Asuhan-Keperawatan-Gawat-
Darurat-Epilepsia

https://www.academia.edu/20325651/Asuhan _Keperawatan_Epilepsi

Anda mungkin juga menyukai