PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling
umum terjadi dan mengenai sekitar 50 juta orang di dunia. Epilepsi berupa
suatu kondisi yang berbeda-beda ditandai dengan kejang yang tiba-tiba
dan berulang. Tidak ada perbedaan usia, jenis kelamin, atau ras, meskipun
kejadian kejang epilepsi yang pertama mempunyai dua pembagian, dengan
puncaknya pada saat masa kanak-kanak dan setelah usia 60 tahun(WHO,
2012).
Kata epilepsi berasal dari kata Yunani dan Latin untuk kejang dan
mengambil alih(WHO, 2005). Epilepsi berasal dari kata
Yunani,epilambanmein,yang berarti serangan. Masyarakat percaya bahwa
epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan juga dipercaya bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang bersifat suci. Hal ini yang melatarbelakangi
adanya mitos dan rasa takut terhadap epilepsi.Mitos tersebut mewarnai
sikap masyarakat dan menyulitkan upaya penanganan penderita epilepsi
dalam kehidupan normal.
Kejang berasal dari bahasa Latin, sacire, yang berarti untuk
mengambil alih. Kejang adalah suatu kejadian tiba-tiba yang disebabkan
oleh lepasnya agregat dari sel-sel saraf di sistem saraf pusat yang abnormal
dan berlebihan.
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan
berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yakni kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan
paroksimal. Epilepsi ditetapkan sebagai kejang epileptik berulang (dua
atau lebih), yang tidak dipicu oleh penyebab yang akut.
Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa
yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan
sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh
hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan disebabkan
oleh suatu penyakit otak akut. Lepasnya muatan listrik yang berlebihan ini
dapat terjadi di berbagai bagian pada otak dan menimbulkan gejala seperti
berkurangnya perhatian dan kehilangan ingatan jangka pendek, halusinasi
sensoris, atau kejangnya seluruh tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Defenisi epilepsi
2. Apa Etiologi epilepsi
3. Bagaimana Patofisiologi epilepsi
4. Apa Manifestasi klinis epilepsi
5. Apa Pemeriksaan penunjang epilepsi
6. Apa Penatalaksanaan medis epilepsi
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi dari epilepsi
2. Untuk mengetahui etiologi dari epilepsi
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari epilepsi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari epilepsi
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari epilepsi
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari epilepsi
BAB II
A. Defenisi
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang
tampak sehat atau sebagai suatu ekserbasi dalam kodisi sakit kronis
sebagai akibat oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai
fenomena motorik,sensorik,otonomik,atau psikis yang abnormal.
Epilepsy merupakan akibat dari gangguan otak kronis dengan
serangan kejang spontan yang berulang.
B. Etiologi
Penyebab epilepsi pada berbagai kelompok usia:
1. Neonatal
Kelainan kongenital, kelainan saat persalinan, anoksia, kelainan
metabolik (hipokalsemia, hipoglisemia, defisiensi vitamin B6,
defisiensi biotinidase,fenilketonuria).
2. Bayi (1-6 bulan)
Kelainan kongenital, kelainan saat persalinan,anoksia, kelainan
metabolik, spasme infantil, Sindroma West.
3. Anak (6 bulan – 3 tahun)
Spasme infantil, kejang demam, kelainan saat persalinan dan
anoksia, infeksi, trauma, kelainan metabolik, disgenesis kortikal,
keracunan obat-obatan.
4. Anak (3-10 tahun)
Anoksia perinatal, trauma saat persalinan atau setelahnya,
infeksi,thrombosis arteri atau vena serebral, kelainan metabolik,
Sindroma Lennox Gastaut, Rolandic epilepsi.
5. Remaja (10-18 tahun)
Epilepsi idiopatik,termasuk yang diturunkan secara genetik,
epilepsi mioklonik juvenile, trauma, obat-obatan.
6. Dewasa muda (18-25 tahun)
Epilepsi idiopatik, trauma, neoplasma, keracunan alkohol atau obat
sedasi lainnya.
7. Dewasa (35-60 tahun)
Trauma, neoplasma, keracunan alkohol atau obat lainnya.
8. Usia lanjut (>60 tahun)
Penyakit vascular (biasanya pasca infark), tumor, abses, penyakit
degeneratif, trauma.
C. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa neuron memliki potensial membran,
hal ini terjadi karena adanya perbedaan muatan ion-ion yang
terdapat di dalam dan di luar neuron. perbedaan jumlah muatan
ion-ion ini menimbulkan polarisasi pada membran dengan bagian
interneuron yang lebih agresif. neuron bersinaps dengan neuron
lain melalui akson dan dendrit. suatu masukan melalui sinapsis
yang bersifat eksitasi akan menyebabkan terjadinya depolarisasi
membran yang berlangsung singkat, kemudian inhibasi akan
menyebabkan hiperpolarisasi membran. Bila eksitasi cukup besar
dan inhibasi kecil, akson mulai terangsang, suatu potensial aksi
akan dikirim sepanjang akson, untuk erangsang atau menhambat
neuron lain.Patofisiologi utama terjadinya epilepsi meliputi
mekanisme yang terlibat dalam munculnya kejang(iktogenesis),
dan mekanisme yang terlibat dalam perubahan otak yang normal
menjadi otak yang mudah kejang(epileptogenesis).
1. Mekanisme iktogenesis
Hipereksitasi adalah faktor utama iktogenesis. Eksitasi
yang berlebihan dapat berasal dari neuron itu
sendiri,lingkungan neuron,atau jaringan neuron.
Sifat eksitasi dari neuron sendiri dapat timbul akibat
adanya perubahan fungsional dan struktural pada
membran potsinaptik, perubahan pada
tipe,jumlah,dan distribusi kanal ion gerbang-voltase
dan gerbang-lingan atau perubahan biokimiawi pada
reseptor yang meningkatkan perkembangan
depolarisasi berkepanjangan yang mengawali
kejang.
Sifat eksitasi yang timbul dari lingkungan neuron
dapat berasal perubahan fisiologi dan struktural.
Perubahan fisiologi meliputi perubahan kensentrasi
ion,perubahan metabolik dan kadar neurotrasmiter.
Perubahan struktural dapat terjadi pada neuron dan
sel glia. Konsentrasi Ca2+ ekstraseluler menurun
sebanyak 85% selama kejang, yang mendahului
perubahan pada konsentrasi K2+. Bagaimanapun,
kadar Ca2+ lebih cepat kembali normal daripada
kadar K2+.
Perubahan pada jaringan neuron dapat memudahkan
sifat eksitasi di sepanjang sel granul akson pada
girus denata, kehilangan neuron inhibisi, atau
kehilangan neuron eksitasi yang diperlukan untuk
aktivitas neuron inhibisi.
2. Mekanisme epilptogenesis
Mekanisme nonsinaptik
Perubahan konsentrasi ion terlihat selama
hiperekstasi, peningkatan kadar K2+ ekstrasel
hipoksia atau iskemia diketahui menyebabkan
epileptogenesis, dan keikutseratakan angkutan CI—
K+, yang mengatur kadar CI- intrasel dan aliran CI-
inhibisi yang diaktivitas oleh GABA, dapat
menimbulkan peningkatan eksitasi. Sifat eksitasi
dan ujung sinaps bergentung pada lamanya
depolarisai dan jumlah neurotransmiter yang
dilepaskan. Keselarasan rentetan ujung runcing
abnormal pada cabang akson di sel pergantian
talamokortikal memainakan peran penting pada
epileptogenesis.
Mekanisme sinaptik
Patofisiologi sinaptik utama dari epilepsi
melibatkan penurunan inhibisi GABAergik dan
peningkatan eksitasi glutamatergik.
- GABA
Kadar GABA yang menunjukkan penurunan pada
CSS(cairan serebrospinal) pasien dengan jenis
epilepsi tertentu, dan pada potongan jaringan
epileptik daei pasien dengan epilepsi yang resisten
terhadap obat, memperkirakan bahwa pasien ini
mengalami penurunan inhibisi.
- Glutanat
Rekaman hipokampus dari otak manusia
yang sadar menunjukkan peningkatkan
kadar ekstrasel yang terus-menerus selama
dan mendahului kejang. Kadar GABA tetap
rendah pada hipokampus yang
epileptogenetik,tapi selama kejang
hipokampus yang non-epileptogenetik. Hal
ini mengarah pada peningkatan toksik di
glutamat ekstrasel akibat penurunan inhibisi
di daerah yang epileptogenetik.
D. Pathway
Idiopatik,herediter,trau
ma kalahiran,infeksi ketidakseimbangan aliran listrik
Sistem Saraf
perinatal,meringis pada sel saraf
Keadaan lemah
dan tidak sadar Kontraksi tidak sadar yang
mendadak
perubahan
Isolasi social Defisiensi
status
pegetahuan Aktivitas kejang
kesehatan
kerusakan
memori
resiko cidera ketidakmampuan koping
keluarga
defisiensi
pengobatan,keperawa pengetahuan
tawan,keterbatasan Ansietas
Granmal
penyakit kronik psikomotor
perubahan proses
keluarga
Gangguan
Gangguan respiratori
neurologis
Obstruksi
HDR
trakheobronkial
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam
kejangnya. Jenis kejang dapat bervariasi anatara
pasien,namun cendreung serupa
2. Kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran
somatosensori atau motorfokal
3. Keang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan
kesadaran
4. ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan
periode perubahan kesadaran hanya sangat singkat(detik)
5. Kejang tonik klonik umum meruapakan episode konvulsif
utama dan selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
2. Magnetic resonance imaging (MRI)
3. Computed tomography (CT Scan)
G. Penatalaksaan Medis
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup
penderita yang optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan
tersebut antara lain menghentikan bangkitan,mengurangi frekuensi
bangkitan tanpa efek samoing ataupun dengan efek samping
seminimal mungkin serta menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
1. Non Farmakologi
a) Amati faktor pemicu
b) Menghindari faktor pemicu(jika ada) misalnya:
stress,OR,konsumsi kopi atau alkohol,perubahan
jadwal tidur,terlambat makan.
2. Farmakologi
Dalam faemakoterapi, terdapat prinsip-prinsip
penatalaksanaan untuk epilepsi yakni:
a) Obat anti epilepsi(OAE) mulai diberikan apabila
diagnosis epilepsi sudah dipastikan,terdapat
minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu
pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diberi
penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek
samping dari pengobatan
b) Terapi dimulai dengan monoterapi
c) Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan
dinaikkan secara bertahap sanpai dengan dosis
efektif tercapai atau timbul efek samping obat
d) Apabila dengan menggunakan OAE dosis
maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka
ditambahkan OAE kedua diman bila sudah
mencapai dosis terapi maka OAE pertama dosisnya
diturunkan secara perlahan.
e) Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan
setelah terbukti bangkitan tidak terkontrol dengan
pemberian OAE
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
biodata : nama,umur,alamat,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan dan
penanggung jawabnya.
Usia:penyakit epilepsi dapat mnyerang segala umur
Pekerjaan:seseorang dengan pekerjaan yang sering kali
menimbulkan stress dapat memicu terjadinya epilepsi
Keluhan utama: untuk keluhan utama,pasien atau keluarga
biasanya ketempat peleyanan kesehatan karena klien yang
mengalami penurunan kesedaran secara tiba-tiba disertai mulut
berbuih. Kadang-kadang klien/keluarga mengeluh anaknya
prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien/keluarga
mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti
mendadak bila diajak bicara.
Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura,dan tidak sadarkan
diri.
Riwayat penyakit dahulu:
trauma lahir, asphyxia neonatorum, cedera kepala, infeksi sistem
saraf,gangguan metabolik,tumor otak,dll.
2. Pemeriksaan fisik (ROS)
1. B1(breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi
apnea,aspirasi
2. B2(blood): Terjadi takikardia,cianosis
3. B3(brain): penurunan kesadaran
4. B4(bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine.Pada
pemeriksaan sistem kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume
output urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
5. B5(bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun,inkotinensia
alfi.Penurunan nutrisi pada pasien epilepsi menurun karena anoreksia
dan adanya kejang,
6. B6(bone): klien terlihat lemas,dpat terjadi tremor menggerakkan
anggota tubuh, mengeluh meriang. Pada fase akut saat kejang sering
didapatkan adanya penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga mengganggu akitivas perawatan diri.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
perlu diperiksa kadar glukosa,kalsium,magnesium,natrium,bilirubin,
ureum dalam darah. Yang memudahkan timbunya kejang ialah
keadaan hipoglikemia,hipokalemia,hiponatremia,uremia dll.
2. Pemeriksaan radiologis
Pada foto rontgen kepala dpat dilihat adanya kelainan-kelainan pada
tengkorak. Klasifikasi abnormal dapat dijumpai pada toksoplamosis,
penyakit inklusi sitomegalik, sklerosis tuberosa, kraniofaringeoma,
meninheoma,oligodendroglioma.
3. Pemeriksaan psikologis atau psikiatris
Untuk diagnostik bila diperlukan dilakukan uji coba yang dapat
menunjukkan naik turunnya kesadaran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakmampuan koping keluarga
3. Harga diri rendah situasional
4. Kerusakan memori
5. Resiko cidera
6. Isolasi social
7. Hambatan mobilitas fisik
8. Ansietas
9. Defisiensi pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien.Jika dengan
tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik,
maka tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi
lebh buruk, kamungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau
perbaikan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat(SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkkitan(seizure,fit,attact,spell) yang bersifat
spontan dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi
otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok
besar sel-sel otak, di dalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.
Setiap orang punya resiko satu didalam 50 untuk mendapat epilepsi.
Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi.
Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure walaupun sudah lepas dari
narkotik. Umumnya epilepsi disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses
kelahiran,luka kepala,strok,tumor otak,alkohol. Kadang epilepsi mungkin
juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi
penyebab pastinya belum diketahui.
B. SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran
sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Bagi Institusi
Dengan adanya makalah ini dapat menambah konsep-konsep teori
keperawatan di Stikes Mega Buana demi meningkatkan mutu dan kualitas
2. Bagi perawat dan tenaga medis
Makalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan praktek pada rumah
sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan
3. Bagi masyarakat
Dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit
epilepsi
4. Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh
mahasiswa kesehatan dalam pembuatan tugas
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/2122562553/Asuhan-Keperawatan-Gawat-
Darurat-Epilepsia
https://www.academia.edu/20325651/Asuhan _Keperawatan_Epilepsi