Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMBELAJARAN INOVATIF DI BIDANG FISIKA

HAKIKAT SAINS

OLEH

ANUGRAH ZEGA (4171121001)

CHRISTY VERA BR SINURAYA (4173321007)

CRISTINA YOLANDA BR GINTING (4173121007)

FENTI TANIA SIAGIAN (4171121011)

MALIK ALFATAH SEMBIRING (4172121027)

PARNINGOTAN SITUMORANG (4171121023)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah Hakikat Sains pada mata kuliah Pembelajaran Inovatif
di Bidang Fisika.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalahini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan tulisan ini. Akhir kata saya
mengucapkan banyak terimakasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Medan, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1


1.2 Tujuan ...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................2

2.1.....................................................................................................................Pengertian Hakikat Sains


.......................................................................................................................................2
2.2...................................................................................................................Hakikat Pembelajaran Sains
.......................................................................................................................................4
2.3..............................................................................................................................Literasi Sains
.......................................................................................................................................5

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................8


3.2 Saran .............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para
ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang
gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah
kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat
fisika sebagai sains. Hakikat sains yang dimaksud meliputi produk, proses, dan sikap
ilmiah, dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode
pembelajaran yang sesuai yang salah satunya melalui kegiatan demonstrasi dan kerja
laboratorium.hal ini dikarenakan melalui kegiatan demonstrasi, siswa memperoleh
penjelasan tentang konsep yang abstrak. Melalui kegiatan praktikum, siswa
melakukan olah pikir dan tangan, dalam pembelajaran yang menggunakan kerja
laboratorium siswa akan lebih aktif dalam kegiatan eksperimen atau praktikum, siswa
akan langsung berinteraksi dengan alam dan siswa dapat memperoleh konsep fisika
yang dipelajarinya melalui kegiatan eksperimen tersebut. Pembelajaran fisika
seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa sehingga menambah
kemampuan dalam mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajari. Dengan demikian, siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep
secara holistik, bermakna, otentik serta aplikatif untuk kepentingan pemecahan
masalah.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian hakikat Sains dalam pembelajaran inovatif di bidang Fisika
2. Menganalisis hakikat sains dalam pembelajaran inovatif di bidang Fisika
3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu pembelajaran inovatif di bidang Fisika

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hakikat Sains


Istilah sains berasal dari bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan.
Namun pernyataan ini terlalu luas dalam penggunaannya sehari-hari. Sains dalam arti
sempit adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life
science (ilmu biologi). Physical science meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,
mineralogi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi,
zoologi, sitologi, embriologi, mikrobiologi). Istilah sains dimaknai secara khusus
sebagai nature of science atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Toharudin (2011) mengemukakan hakikat sains yaitu sains sebagai produk,
sains sebagai proses dan sains sebagai sikap. Sains dipandang sebagai produk karena
isi dari sains tersebut merupakan hasil kegiatan empiris dan analitis yang dilakukan
oleh para ahli. Produk sains berisi tentang fakta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
konsep-konsep dan teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan atau memahami
alam serta fenomena-fenomena yang terjadi didalamnya.
Sains sebagai proses identik dengan keterampilan proses sains (Science
Proccess Skill). Proses sains merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji
fenomena-fenomena alam melalui cara tertentu untuk memperoleh ilmu serta
perkembangan ilmu selanjutnya. Proses sains harus diarahkan dalam pembelajaran
agar siswa tidak hanya memahami sesuatu melainkan mampu mengajarkan sesuatu.
Sains sebagai sikap berarti sikap ilmiah terhadap alam sekitar yang dapat
mempengaruhi pola pikir dan pemahaman siswa ke arah yang lebih baik yang dapat
dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan di
lapangan.
Jadi hakikat belajar sains yaitu suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap dari sesuatu yang
berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya dengan menggunakan dan
menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

2
Menurut Toharudin (2011), hakikat sains terdiri dari sians sebagai proses,
sains sebagai produk dan sians sebagai sikap. Berikut penjabaran masing-masing
aspek:
a. Sains sebagai Proses
Sains sebagai proses, merupakan aktivitas kognitif. Sains sebagai proses
akan selalu merujuk pada suatu aktivitas ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli
sains. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri-ciri yang rasional, kognitif dan
bertujuan. Aktivitas seorang dalam mencari ilmu pasti memerlukan pikiran untuk
menalarnya. Dalam melaksanakan ktivitas ilmiah yang merupakan kegiatan
terbaik harus dipayungi oleh kegiatan yang bernama penelitian. Untuk melakukan
proses sains dibutuhkan berbagai keterampilan antara lain, sebagai berikut :
1. Keterampilan Mengamati
Kemampuan pengamatan sangat diperlukan dalam bekerja ilmiah.
Mengamati merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran tentang suatu
benda atau suatu fenomena. Tanpa adanya kemampuan mengamati kita tidak
akan bisa mendapatkan gambaran yang baik sehingga tidak akan dapat
mengembangkan ilmu.
2. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan percobaan
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan percobaan mencakup
beberapa keterampilan, yaitu keterampilan merumuskan pertanyaan penelitian,
keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan menentukan variabel, dan
Keterampilan menentukan cara dan langkah kerja penyelidikan.
3. Keterampilan menafsirkan dan menarik kesimpulan
Menafsirkan mencakup keterampilan untuk menghubung-hubungkan
hal yang satu dengan hal yang lainnya, misalnya antara data yang satu dengan
data yang lainnya atau antara apa yang baru diamati dengan sesuatu yang
sudah ada di
dalam pikiran kita. Keterampilan menafsirkan membantu kita dalam
menemukan persamaan, perbedaan, pola, dan keteraturan. Setelah berhasil
menafsirkan data, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan.
4. Mengkomunikasikan

3
Keterampilan berkomunikasi mencakup keterampilan menyampaikan
dan menerima informasi. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi
mencakup keterampilan menggunakan bermacam bentuk komunikasi baik
lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi ilmiah sering dituntut kemampuan
untuk menyajikan dan membaca informasi secara mudah dan akurat, misalnya
membaca dan membuat grafik, tabel atau diagram.
b. Sains sebagai sikap
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh ilmuan
saat mereka melakukan berbagai kegiatan ilmiah terkait dengan profesinya
sebagai seoarang ilmuwan. Dengan perkataan lain, sikap ilmiah merupakan
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan
masalah sistematis melalui langkah-langkah. Karena itu, seorang peneliti harus
mampu mengembangkan beberapa sikap ilmiah.
c. Sains sebagai produk
Sains sebagai produk ilmiah, dapat berupa pengetahuan-pengetahuan sains
yang didapat dari bahan ajar, makalah-makalah ilmiah, buku teks, artikel ilmiah
dan pernyataan para ahli sains berupa teori, postulat, hukum dan lain-lain. Secara
umum, ada beberapa produk sians seperti faka, konsep, lambang, konsepsi atau
penjelasan dan teori.
2.2 Hakikat Pembelajaran Sains
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperolah suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dan lingkungannya.
Hakikatnya pembelajaran sains tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga
harus belajar aspek proses dan sikap agar siswa dapat benar-benar memahami sains
secara utuh. Pembelajaran sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa
bukan sesuatu yang dilakukan pada siswa. Pembelajaran sains menuntut siswa untuk
belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak
hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on. Penting sekali bagi setiap

4
guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan
bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa
Nilai-nilai sains yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran sains antara lain sebagai
berikut:
a. Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan
alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam
kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
pendidikan sains disekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
1. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap.
2. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
3. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
4. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para
ilmuwan penemunya.
5. Menggunakan dan menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.

2.3 Literasi Sains


Program for International Student Assessment (PISA) mendefinisikan literasi
sains yaitu the capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw
evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about the
natural world and the changes made to it through human activity. Literasi sains
didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.
Menurut OECD (2013), domain literasi sains terdiri atas konteks,
pengetahuan, kompetensi, dan sikap. Asesmen PISA dibuat agar siswa dapat
memahami bahwa ilmu pengetahuan memiliki nilai tertentu bagi individu dan
masyarakat dalam meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup dan dalam
5
pengembangan kebijakan publik. Oleh karena itu, soal-soal literasi sains PISA
berfokus pada situasi terkait pada diri individu, sosial, dan peraturan global sebagai
konteks, atau situasi spesifik untuk latihan penilaian. Asesmen literasi sains PISA
tidak menilai konteks, tetapi menilai kompetensi, pengetahuan, dan sikap yang
berhubungan dengan konteks. Penelitian ini merujuk pada asesmen PISA 2013, di
mana domain literasi sains yang dinilai adalah aspek pengetahuan dan kompetensi.
a. Aspek Pengetahuan Sains
Tujuan penilaian PISA adalah untuk menggambarkan sejauh mana siswa
dapat menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan dengan
kehidupan mereka. Oleh karena itu, penilaian pengetahuan akan dipilih dari
bidang utama fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan ruang angkasa, dan teknologi.
b. Aspek Kompetensi Sains
Penilaian PISA dalam literasi sains memberikan prioritas terhadap
beberapa kompetensi, yaitu:
1) Mengidentifikasi isu ilmiah, yaitu mengenal isu yang mungkin diselidiki
secara ilmiah, mengidentifikasi kata-kata kunci untuk informasi ilmiah,
mengenal ciri khas penyelidikan ilmiah.
2) Menjelaskan fenomena ilmiah, yaitu mengaplikasikan pengetahuan sains
dalam situasi yang diberikan, mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena
dan memprediksi perubahan, mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan
prediksi yang sesuai.
3) Menggunakan bukti ilmiah, yaitu menafsirkan bukti ilmiah dan menarik
kesimpulan, memberikan alasan untuk mendukung atau menolak
kesimpulan dan mengidentifikasikan asumsi-asumsi yang dibuat dalam
mencapai kesimpulan, mengomunikasikan kesimpulan terkait bukti dan
penalaran dibalik kesimpulan dan membuat refleksi berdasarkan implikasi
sosial dari kesimpulan ilmiah.
National Science Teacher Association (NSTA) dalam Poedjiadi (2010)
mengemukakan bahwa seseseorang yang memiliki literasi sains adalah seseorang
yang menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat
menilai dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-
hari dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Seseorang yang
literasi sains akan memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat

6
sehingga akan mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi
serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat.

Terdapat beberapa point seputar literasi sains yaitu: (1) pengetahuan ilmiah
individu dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk
mengidentifikasi masalah, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena
ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu
sains; (2) memahami karakteristik utama pengetahuan yang dibangun dari
pengetahuan manusia dan inkuiri; (3) peka terhadap bagaimana sains dan teknologi
membentuk material, lingkungan intelektual dan budaya; (4) adanya kemauan untuk
terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan dengan sains.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hakikat belajar sains yaitu suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap dari sesuatu yang
berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya dengan menggunakan dan
menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Pembelajaran pada
hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang
ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperolah suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dan lingkungannya. Terdapat beberapa point seputar
literasi sains yaitu: (1) pengetahuan ilmiah individu dan kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi masalah, memperoleh
pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu sains; (2) memahami karakteristik
utama pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan manusia dan inkuiri; (3) peka
terhadap bagaimana sains dan teknologi membentuk material, lingkungan intelektual
dan budaya; (4) adanya kemauan untuk terlibat dalam isu dan ide yang berhubungan
dengan sains.

3.2 Saran
Semoga dengan tugas makalah ini pembaca dapat memahami serta
mengimplementasikannya bila ingin membuat suatu inovasi sains khususnya
di bidang fisika.

8
DAFTAR PUSTAKA

Asyhari, Ardian & Hartati, Risa. Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Melalui Pembelajaran Saintifik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi.
04(2): 181-182
Toharudin, Uus. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung:
Humaniora
Widowati, Asri. 2008. Diktat Pendidikan Sains. Yogyakarta: FMIPA UNY

Anda mungkin juga menyukai