Secara umum Analisis Vegetasi di hutan wisata kayu lara Kawasan Dusun
JUMLA
PLOT H
JENIS
NO P P P P P P
TANAMAN
P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
1 LARA 135
2 TARRA 7
3 EBONI 7
MANGGA
4 HUTAN 7
5 ANGSANA 16
6 ANJURUNG 4
7 BINTAGUR 4
8 SIMPUR 4
9 BITTI 12
10 JATI PUTIH 17
11 PALA 1
12 KENANGA 1
POLO
13 NANGKA 2
JUMLAH TANAMAN 217
plot yaitu larai, tarra, eboni, mangga hutan, angsana, angjurung, bintagur, simpur,
bitti, jati pitih, pala, kenanga, polo nangka, dengan jumlah keseluruhan 217 pohon.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 dengan jenis pohon di setiap plot yang
berbeda-beda
ditemukan adalah lara dengan jumlah 135 pohon,sedangkan pohon yang paling
masyarakat sekitar hutan penelitian kayu lara, pada tahun 1930 negara belanda
menanam kayu lara untuk jadikan gagang senjata perang dan kapal perang,
JUML
PLOT AH
N JENIS
P P P P P P
O TANAMAN
P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
1 EBONI 87
2 LANSAT 13
3 TARRA 6
4 BITTI 15
5 LARA 7
6 ANGSANA 7
7 JATI PUTIH 50
8 KENANGA 4
MANGGA
9 HUTAN 9
1
0 ANJURUNG 2
1 POLO
1 NANGKA 4
1
2 BINTAGUR 1
1
3 PALA 5
1
4 MELINJO 3
1 CEMARA
5 GUNUNG 2
1
6 SIMPUR 2
1
7 LIASA 4
JUMLAH
TANAMAN 221
plot yaitu eboni, lansat, tarra, bitti, lara, angsana, jati putih, kenanga, mangga hutan,
dengan jumlah keseluruhan 221 tiang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2
Berdasarkan pada gambar diatas jumlah tiang yang paling banyak ditemukan
adalah eboni dengan jumlah 87 tiang,sedangkan tiang yang paling sedikit adalah
penelitian kayu lara. kayu eboni yang lambat pertumbuhanya sehingga sampai
15 plot yaitu, lansat, eboni, jati putih, mangga hutan, polonangka, angsana, bitti,
tarra, melinjo, anjurung, bintagur, pala, simpur, liasa, dengan jumlah keseluruhan
170 pancang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 dengan jenis pancang
50
40
30
jumlah
20
10
0
t i r ur
sa on utih utan gka sana tti ra jo g
bi tar alin run tagu
la
pa mp
sa
lia nan
ga
al n eb p u an ng si
jati ga h olon a m anju bin ke
ng p
a
m
ditemukan adalah jati putih dengan jumlah 51 pancang, sedangkan pancang yang
paling sedikit adalah liasa dengan jumlah 1 pancang. Menurut masyarakat sekitar
hutan dan pengelola hutan penelitian kayu lara. Kayu jati putih banyak ditemukan di
kawasan hutan penelitian kayu lara, dikarenakan di tahun 2010 pemerintah dinas
kayu lara, dengan jenis kayu jati putih, sehingga kayu jatih banyak ditemukan di
plot yaitu, aren, lansat, bunga keladi hutan, paku perak, paku pedang, daun kepala
tupai, mangga hutan, angsana, jati putih, melinjo, tarra, pulai, makaranga, dengan
jumlah keseluruhan 166 semai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4
15
10
5 jumlah
0
at ak i a i
en an ng pa n
ta san tih linjo arra ula nga
ar lans hut per eda tu u pu e t p a
di ku up ala ga h ang jati m a kar
la pa pak p g m
ke ke an
ga un m
n da
bu
jenis tanaman
Berdasarkan pada gambar diatas jumlah semai yang paling banyak ditemukan
adalah jati putih dengan jumlah 25 semai, sedangkan semai yang paling sedikit
kayu jatih putih banyak di temukan di dalam kawasan hutan penelitian kayu lara
hutan penelitian dan wisata kayu lara desa temboe, kecamatan larompong selatan ,
kabupaten luwu.
dan wisata kayu lara, desa temboe kecamatan larompong selatan, kabupaten
LBDS
JENIS (m2) D DR K KR F FK INP
0,0020 160,02
LARA 12,063 1 78,359 0,014 52,258 1,000 29,412 9
0,0000
TARRA 0,457 8 2,971 0,001 4,516 0,400 11,765 19,252
0,0000
EBONI 0,284 5 1,845 0,001 4,516 0,333 9,804 16,165
MANGGA 0,0000
HUTAN 0,284 5 1,845 0,001 4,516 0,200 5,882 12,243
0,0001
ANGSANA 0,593 0 3,853 0,003 10,323 0,267 7,843 22,019
0,0000
ANJURUNG 0,154 3 1,002 0,001 2,581 0,133 3,922 7,504
0,0000
BINTAGUR 0,163 3 1,058 0,001 2,581 0,133 3,922 7,560
0,0000
SIMPUR 0,034 1 0,219 0,000 0,645 0,067 1,961 2,824
0,0000
BITTI 0,568 9 3,690 0,002 7,742 0,333 9,804 21,235
0,0001
JATI PUTIH 0,645 1 4,189 0,002 7,742 0,333 9,804 21,735
0,0000
PALA 0,040 1 0,259 0,000 0,645 0,067 1,961 2,865
0,0000
KENANGA 0,036 1 0,232 0,000 0,645 0,067 1,961 2,838
0,0000
POLO NANGKA 0,074 1 0,478 0,000 1,290 0,067 1,961 3,730
100,00 100,00 3,40 300,00
0,0026 0 0,0258 0 0 100,000 0
Berdasarkan tebel diatas dari 13 jenis pohon menghasilkan Kerapatan total, 0,0258
Frekuensi total, 3,400, Dominansi total, 0,0026 Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
KR
60
50
40
Kerapatan Relativ
30
52.26
20
jumlah
10
10.33
0 4.52 4.52 4.52 2.58 2.58 0.65 7.74 7.74 0.65 0.65 1.29
a a ni tan ana ng gur pur bitti utih pala nga gka
lar tarr bo u s ru ta sim p a n
e h g u en ona
ga an
anj bin jati k l
g
an po
m
Jenis Tanaman
Berdasarkan tabel diatas Kerapatan Relatif (KR) pohon yang paling tinggi
adalah lara sebesar 52,258, sedangkan Kerapatan Relatif dengan jumlah pohon
0,645. Kerapatan Relatif pohon yang paling tinggi pada lara disebabkan oleh jumlah
pohon lara yang paling banyak dibandingkan dengan pohon lain dengan jumlah 135
pohon, Sedangkan kerapatan Relatif pada pohon simpur, pala, Kenanga, terendah,
Karena jumlah pohon tersebut sedikit dibanding dengan pohon lainnya dengan
jumlah masing-masing pohon adalah 4 dan 1 pohon, selain itu yang mempengaruhi
tinggi dan rendahnya jumlah pohon pada hasil pengamatan dilokasi penelitian
disebabkan dulunya negara belanda menanam kayu lara, karena jenis kayu lara
tergolong jenis kayu yang kuat dan pemerintah atau masyrakat sekitar hutan
berupaya menjaga kayu lara, karna menjadi identitas sendiri di daerah tersebut.
FK
35
30
29.41
25
20
FREKUENSI RELATIF
15
10 11.77 FK
9.8 9.8 9.8
5 7.84
5.88 4.5
0 3.92 3.92
1.96 1.96 1.96
a a ni n a g r ur bitti utih la ga ka
lar ta
r r o ut
a n
sa uru
n u
ag imp pa an ang
eb h g j nt s p n
g ga an an bi jati ke lo
n
an po
m
JENIS VEGETASI
Frekuensi Relatif (FR) pohon yang paling tinggi adalah lara masing-masing
sebesar 29,412 sedangkan yang paling rendah adalah simpur, pala, dan kenanga
dengan jumlah masing-masing sebesar 1,961. Frekuensi pohon yang paling tinggi
lara disebabkan oleh jumlah plot ditemukan jenis tersebut lebih banyak di banding
jenis pohon yang lain dengan jumlah 15 plot. Sedangkan frekuensi pada tiang
simpur, pala dan kenanga paling terendah dikarena jumlah plot ditemukan suatu
jenis lebih sedikit dibanding dengan pohon yang lainnya dengan jumlah masing-
masing plot adalah 1 plot, selain itu yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah
plot ditemukan suatu jenis pada hasil pengamatan dilokasi penelitian dikarenakan,
tidak adanya perawatan pohon, sehingga banyak pohon mati. Hal ini secara tidak
DR
90
80
70
60
DOMINANSI RELATIF
50
40 78.36
30
DR
20
10
0 2.97 1.85 1.85 3.85 1 1.06 0.22 3.69 4.19 0.26 0.23 0.48
i
a
lar tarr
a
on uta
n na ng gur pur bitti utih pala nga gka
eb gsa uru ta sim p a n
ga h
an nj bin jati ken ona
g a l
an po
m
JENIS VEGETASI
Dominansi Relatif (DR) pohon yang paling tinggi adalah lara dengan jumlah
78,859, sedangkan yang paling rendah adalah simpur dengan jumlah masing-
masing 0,219. Dominansi pohon lara paling tinggi disebabkan oleh luas bidang
dasar pohon lara lebih tinggi dibanding dengan pohon yang lain dengan jumlah
12,063. Sedangkan pohon simpur dengan jumlah terendah karena luas bidang
dasar dari pohon tersebut lebih rendah dengan jumlah 0,034 Selain itu salah satu
yang mempengaruh luas bidang dasar suatu pohon adalah tinggi rendahnya
diameter suatu tiang dan keberadaan tiang dalam suatu plot. Hal ini secara tidak
langsung mempengaruhi Dominansi Relatif (DR) suatu tiang karena Dominansi
INP
180
160
140 160.03
120
INDEKS NILAI PENTING
100
80
60
INP
40
20
19.25 16.17 12.24 22.02 7.5 7.56 2.82 21.2421.74 2.87 2.84 4.5
0
a a ni tan ana ng gur pur bitti utih pala nga gka
lar tarr bo u s ru ta sim p a n
e h g u en na
ga an
anj bin jati k lo
g
an po
m
JENIS VEGETASI
Indeks nilai penting (INP) pohon yang paling tinggi adalah lara dengan jumlah
sebesar 160,029. Sedangkan indeks nilai penting yang paling rendah adalah simpur
dengan jumlah 2,824. Tingginya indeks nilai penting pada pohon lara disebabkan
oleh nilai KR, FR, dan DR lebih tinggi dibanding pohon yang lain, Sedangkan indeks
nilai penting pohon simpur paling rendah dikarena KR, FR,dan DR pohon simpur
dan wisata kayu lara, desa temboe kecamatan larompong selatan, kabupaten
LBDS
JENIS (m2) D DR K KR F FK INP
0,00 0,05 39,36 0,73 16,92
EBONI 1,487 1 0,013 8 7 3 3 56,303
0,00 0,00 0,33
LANSAT 0,145 0 0,001 9 5,882 3 7,692 13,576
0,13 0,00 0,33
TARRA 199,137 3 1,790 4 2,715 3 7,692 12,197
0,00 0,01 0,40
BITTI 0,273 0 0,002 0 6,787 0 9,231 16,021
1500,78 1,00 13,49 0,00 0,20
LARA 1 1 2 5 3,167 0 4,615 21,275
0,00 0,00 0,33
ANGSANA 0,149 0 0,001 5 3,167 3 7,692 10,861
8826,18 5,88 79,34 0,03 22,62 0,53 12,30 114,28
JATI PUTIH 7 4 8 3 4 3 8 0
0,39 0,00 0,20
KENANGA 594,799 7 5,347 3 1,810 0 4,615 11,773
MANGGA 0,00 0,00 0,33
HUTAN 0,141 0 0,001 6 4,072 3 7,692 11,766
0,00 0,00 0,06
ANJURUNG 0,029 0 0,000 1 0,905 7 1,538 2,444
0,00 0,00 0,20
POLO NANGKA 0,056 0 0,001 3 1,810 0 4,615 6,426
0,00 0,00 0,06
BINTAGUR 0,012 0 0,000 1 0,452 7 1,538 1,991
0,00 0,00 0,13
PALA 0,103 0 0,001 3 2,262 3 3,077 5,340
0,00 0,00 0,13
MELINJO 0,040 0 0,000 2 1,357 3 3,077 4,435
CEMARA 0,00 0,00 0,13
GUNUNG 0,026 0 0,000 1 0,905 3 3,077 3,982
0,00 0,00 0,06
SIMPUR 0,024 0 0,000 1 0,905 7 1,538 2,444
0,00 0,00 0,13
LIASA 0,054 0 0,000 3 1,810 3 3,077 4,887
7,41 0,14 4,33 300,00
6 100 7 100 3 100 0
Berdasarkan tebel diatas dari 17 jenis pohon menghasilkan Kerapatan total,
0,147 Frekuensi total, 4,333, Dominansi total, 7,416 Untuk lebih jelasnya dapat di
KR
45
40
35 39.37
30
25
KERAPATAN RELATIF
20 22.62
15
10 KR
5 5.88 2.72 6.79 3.173.17
0 1.81 4.07 0.91 1.81 0.45 2.26 1.360.910.911.81
i t a a a h a n g a r a o g r a
on sa rr bitti lar san uti ang uta run ngk agu pal linj un pu lias
eb lan ta g p n h u a t e
m gu s
n im
an jati ke gga anj lo n bin a
an p o ar
m em
c
JENIS VEGETASI
Berdasarkan tabel diatas Kerapatan Relatif (KR) tiang yang paling tinggi
adalah eboni sebesar 39,367, sedangkan Kerapatan Relatif dengan jumlah tiang
yang terendah adalah bintagur, dengan kerapatan 0,452. Kerapatan Relatif tiang
yang paling tinggi pada eboni disebabkan oleh jumlah tiang eboni yang paling
kerapatan Relatif pada pohon bintagur, terendah, Karena jumlah tiang tersebut
sedikit dibanding dengan tiang lainnya dengan jumlah 1 tiang , selain itu yang
mempengaruhi tinggi dan rendahnya jumlah tiang pada hasil pengamatan dilokasi
penelitian disebabkan rentang waktu penanaman kayu yang sangat jauh berbeda.
FR
18
16 16.92
14
12
10
FREKUENSI RELATIF
8
6 12.31
4 7.697.69 9.23 7.69 7.69 jumlah
2 4.62 4.62 4.62
0 1.54 1.543.083.083.081.543.08
i t a a a h n g r a o g r a
bon nsa tarr bitti lar san uti nga uta run gka agu pal linj un pu lias
e l a g p a h u n t e n m
an jati ken gga anj o na bin m gu si
l r a
an po m
a
m ce
JENIS VEGETASI
Frekuensi Relatif (FR) tiang yang paling tinggi adalah eboni dengan frekuensi
relatif sebesar 16,923 sedangkan yang paling rendah adalah anjurung, bintagur dan
simpur dengan jumlah masing-masing sebesar 1,538. Frekuensi tiangg yang paling
tinggi pada eboni disebabkan oleh jumlah plot ditemukan jenis tersebut lebih banyak
di banding jenis pohon yang lain dengan jumlah 11 plot. Sedangkan frekuensi pada
tiang anjurung, bintagur dan simpur paling terendah dikarena jumlah plot ditemukan
suatu jenis lebih sedikit dibanding dengan tiang yang lainnya dengan jumlah masing-
masing plot adalah 1 plot, selain itu yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah
plot ditemukan suatu jenis pada hasil pengamatan dilokasi penelitian dikarenakan
oleh pemilihan vegetasi yang cukup mewakili dari vegetasi yang lain, sehingga
struktur tingkatan tiang dalam vegetasi eboni tinggi, selain itu kondisi tanah yang
mendukung tumbuh kayu eboni ketimbang tempat yang lain dan juga tutupan tajuk
berpengaruh tingkatan struktung tiang. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi
Frekuensi Relatif (FR) dikarenakan Frekuensi Relatif di pengaruhi oleh jumlah
Frekuensi.
DR
90
80
70
60
50
DOMINANSI RELATIF
40 79.35
30
20 DR
10 13.49
0 0.01 0 1.79 0 0 5.35 0 0 0 0 0 0 0 0 0
i t a a a h a n g a r a o g r a
bon nsa tarr bitti lar san uti ang uta run ngk agu pal linj un pu lias
e la g p n h j u a nt e un im
an jati ke gga an lo n bi m g s
a
an po ar
m m
ce
JENIS VEGETASI
Dominansi Relatif (DR) tiang yang paling tinggi adalah jati putih dengan jumlah
79,348, sedangkan yang paling rendah adalah anjurung, bintagur, melinjo, cemara
gunung, simpur, dan liasa dengan jumlah masing-masing 0 . Dominansi tiang jati
putih paling tinggi disebabkan oleh luas bidang dasar pohon jati putih lebih tinggi
dibanding dengan pohon yang lain dengan jumlah 8826,187. Sedangkan tiang
anjurung, bintagur, melinjo, cemara gunung, simpur dan liasa dengan jumlah
terendah karena luas bidang dasar dari tiang tersebut lebih rendah dengan jumlah
0,029, 0,012, 0,040, 0,026, 0,024, 0,0256 Selain itu salah satu yang mempengaruh
luas bidang dasar suatu pohon adalah tinggi rendahnya diameter suatu tiang dan
keberadaan tiang dalam suatu plot. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi
Dominansi Relatif (DR) suatu tiang karena Dominansi Relatif di pengaruhi oleh
INP
120
100 114.28
80
INDEKS NILAI PENTING
60
40
56.3 INP
20
13.5812.216.0221.2810.86 11.7711.772.44 6.43 1.99 5.344.44 3.98 2.44 3.5
0
i t a a a h a n g a r a o g r a
b on nsa tarr bitti lar san uti ang uta run ngk agu pal linj un pu lias
e la g p n h j u a nt e un im
an jati ke gga an lo n bi m g s
a
an po ar
m m
ce
JENIS VEGETASI
Indeks nilai penting (INP) tiang yang paling tinggi adalah jati putih dengan
jumlah sebesar 114,28. Sedangkan indeks nilai penting yang paling rendah adalah
bintagur dengan jumlah 1,991. Tingginya indeks nilai penting pada tiang jati putih
disebabkan oleh nilai KR, FR, dan DR lebih tinggi dibanding tiang yang lain,
Sedangkan indeks nilai penting tiang simpur paling rendah dikarena KR, FR,dan DR
wisata kayu lara, desa temboe kecamatan larompong selatan, kabupaten luwu.
LBDS
JENIS (m2) D DR K KR F FR INP
0,03
LANSAT 0,03 9E-05 6,103 2 7,058 0,400 8,696 21,857
26,85 0,09 21,76 13,04
EBONI 0,15 4E-04 3 9 3 0,600 3 61,660
21,67 0,13 29,99 15,94
JATI PUTIH 0,12 3E-04 6 6 8 0,733 2 67,616
MANGGA 0,01 10,14
HUTAN 0,02 6E-05 3,653 9 4,117 0,467 5 17,915
POLO 14,71 0,01
NANGKA 0,08 2E-04 9 9 4,117 0,333 7,246 26,082
0,02
ANGSANA 0,03 8E-05 5,426 7 5,882 0,400 8,696 20,004
0,04
BITTI 0,04 1E-04 7,331 5 9,999 0,400 8,696 26,026
0,00
TARRA 0,01 2E-05 1,231 8 1,765 0,200 4,348 7,344
0,01
MELINJO 0,01 4E-05 2,620 6 3,529 0,267 5,797 11,946
0,00
ANJURUNG 0,01 2E-05 1,555 8 1,765 0,133 2,899 6,218
0,00
BINTAGUR 0,01 3E-05 1,741 8 1,765 0,133 2,899 6,404
0,01
PALA 0,02 5E-05 3,183 6 3,529 0,133 2,899 9,611
0,01
SIMPUR 0,01 3E-05 1,665 3 2,949 0,200 4,348 8,961
0,00
LIASA 0,00 8E-06 0,557 3 0,588 0,067 1,449 2,595
0,00
KENANGA 0,01 3E-05 1,686 5 1,176 0,133 2,899 5,761
0,45 300,00
0,002 100 3 100 4,6 100 0
Berdasarkan tebel diatas dari 15 jenis pancang menghasilkan Kerapatan total,
0,453 Frekuensi total, 4,6, Dominansi total, 0,002 Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
KR
35
30
30
25
20
KERAPATAN RELATIF
21.76
15
10 jumlah
5 7.06 10
4.12 4.12 5.88 1.77 3.53 1.77 1.77 3.53 2.95 0.59 4.5
0
t i r r
n sa bon utih utan gka sana bitti arra linjo ung agu pala pu liasa nga
la e ti p h nan ng t e jur int sim na
ja gga lo a m an b ke
an po
m
JENIS VEGETASI
Berdasarkan tabel diatas Kerapatan Relatif (KR) pancang yang paling tinggi
adalah jati putih sebesar 29,998, sedangkan Kerapatan Relatif dengan jumlah
pancang yang terendah adalah liasa, dengan kerapatan 0,588. Kerapatan Relatif
pancang yang paling tinggi pada jati putih disebabkan oleh jumlah pancang jati putih
yang paling banyak dibandingkan dengan pancang lain dengan jumlah 57 pancang,
Sedangkan kerapatan Relatif pada pohon liasa, terendah, Karena jumlah liasa
tersebut sedikit dibanding dengan liasa lainnya dengan jumlah 1 pancang , selain itu
yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya jumlah tiang pada hasil pengamatan
tegakan pohon banyak di dapatkan , jadi bisa disimpulkan kerapatan relatif vegetasi
FR
18
16
14 15.94
12 13.04
10
FREKUENSI RELATIF
10.15
8 8.7 8.7
6 7.25
8.7 5.8 FR
4 4.5
4.35 4.35
2 2.9 2.9 2.9
0 1.45
t i r r
nsa bon utih utan gka sana tti ra jo g la sa
bi tar elin run tagu pa mpu lia ang
a
la e ti p h an ng u
m anj bin si n
ja gga lo n a ke
an po
m
JENIS VEGETASI
Frekuensi Relatif (FR) pancang yang paling tinggi adalah jati putih dengan
frekuensi relatif sebesar 15,942 sedangkan yang paling rendah adalah liasa dengan
jumlah sebesar 1,449. Frekuensi pancang yang paling tinggi pada jati putih
disebabkan oleh jumlah plot ditemukan jenis tersebut lebih banyak di banding jenis
pohon yang lain dengan jumlah 11 plot. Sedangkan frekuensi pada pancang liasa
paling terendah dikarena jumlah plot ditemukan suatu jenis lebih sedikit dibanding
dengan pancang yang lainnya dengan jumlah plot adalah 1 plot, selain itu yang
mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah plot ditemukan suatu jenis pada hasil
pengamatan dilokasi penelitian dikarenakan pertumbuhan vegetasi yang cepat dan
DR
30
25 26.85
20 21.68
DOMINANSI RELATIF
15
14.72
10
DR
5 6.1 7.33
5.43
0
3.65 2.62 1.56 1.74 3.18 1.67 0.56 4.5
1.23
t i r r
sa on utih utan gka sana bitti arra linjo ung agu pala pu liasa nga
al n eb p h n
a n g t e r t sim na
jati gga lo n a m anju bin ke
an po
m
JENIS VEGETASI
Dominansi Relatif (DR) pancang yang paling tinggi adalah eboni dengan
jumlah 26,853, sedangkan yang paling rendah adalah iasa dengan jumlah masing-
masing 0,557. Dominansi pancang eboni paling tinggi disebabkan oleh luas bidang
dasar pancang eboni lebih tinggi dibanding dengan pancang yang lain dengan
jumlah 0,15. Sedangkan pancang liasa dengan jumlah terendah karena luas bidang
dasar dari pancang tersebut lebih rendah dengan jumlah 0,00 Selain itu salah satu
yang mempengaruh luas bidang dasar suatu pohon adalah tinggi rendahnya
diameter suatu tiang dan keberadaan tiang dalam suatu plot. Hal ini secara tidak
langsung mempengaruhi.
INP
80
70
60 67.62
61.66
50
INDEKS NILAI PENTING
40
30
20 26.08 INP
21.86 20 26.03
10 17.92
7.34 11.95 6.22 6.4 9.61 8.96 2.6 4.5
0
t i r r
sa on utih utan gka sana bitti arra linjo ung agu pala pu liasa nga
al n eb p h n
a n g t e r t sim na
jati gga lo n a m anju bin ke
an po
m
JENIS VEGETASI
Indeks nilai penting (INP) Pancang yang paling tinggi adalah jati putih dengan
jumlah sebesar 67,616. Sedangkan indeks nilai penting yang paling rendah adalah
liasa dengan jumlah 2,595. Tingginya indeks nilai penting pada tiang jati putih
disebabkan oleh nilai KR, FR, dan DR lebih tinggi dibanding tiang yang lain,
Sedangkan indeks nilai penting tiang liasa paling rendah dikarena KR, FR,dan DR
dan wisata kayu lara, desa temboe kecamatan larompong selatan, kabupaten
N LBDS
O JENIS (m2) D DR K KR F FR
0,533
1 AREN 0,333 12,346 3 10,667
0,533
2 LANSAT 0,383 14,198 3 10,667
BUNGA KELADI 0,600
3 HUTAN 0,317 11,728 0 12,000
0,733
4 PAKU PERAK 0,350 12,963 3 14,667
0,666
5 PAKU PEDANG 0,350 12,963 7 13,333
0,466
6 DAUN KEPALA TUPAI 0,233 8,642 7 9,333
0,400
7 MANGGA HUTAN 0,067 2,469 0 8,000
0,066
8 ANGSANA 0,017 0,617 7 1,333
0,466
9 JATI PUTIH 0,417 15,432 7 9,333
0,133
10 MELINJO 0,067 2,469 3 2,667
0,200
11 TARRA 0,050 1,852 0 4,000
0,066
12 PULAI 0,050 1,852 7 1,333
0,133
13 MAKARANGA 0,067 2,469 3 2,667
2,7 100 5 100
Berdasarkan tebel diatas dari 15 jenis pancang menghasilkan Kerapatan total,
2,7 Frekuensi total, 5, lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 5,6,7,dan 8.
KR
18
16
14 15.43
12 14.2
12.96
10 12.35 11.73
KERAPATAN RELATIF
8
6 12.96 8.64
4
KR
2 2.47 2.47 1.85 1.85 2.47
0 0.62
i i i
en nsat lad k
ra dan
g
pa an san
a tih linjo arra ula ng
a
ar la ke pe e tu ut
g pu e t p r a
h
n
ta pak
u p ala ga an jati m ak
a
u a ku kep ng m
ah p n m
a
ung dau
b
JENIS VEGETASI
Berdasarkan tabel diatas Kerapatan Relatif (KR) semai yang paling tinggi
adalah jati putih sebesar 15,482, sedangkan Kerapatan Relatif dengan jumlah semai
yang terendah adalah angsana, dengan kerapatan 0,617. Kerapatan Relatif semai
yang paling tinggi pada jati putih disebabkan oleh jumlah semai jati putih yang paling
kerapatan Relatif pada pohon liasa, terendah, Karena jumlah liasa tersebut sedikit
dibanding dengan liasa lainnya dengan jumlah 1 semai, selain itu yang
mempengaruhi tinggi dan rendahnya jumlah tiang pada hasil pengamatan dilokasi
penelitian disebabkan jenis semai jati putih cepat mengalami pertumbuhan, sesuai
pengamatan di lokasi penelitian anakan jatih putih di bawa tegakan pohon banyak di
dapatkan , jadi bisa disimpulkan kerapatan relatif vegetasi yang tinggi bisa di lihat
6 10.67 8
4
2 4 FR
2.67 2.67
0 1.33 1.33
t i k g i lai
en sa lad ra an pa
ta
n na utih injo arra ga
ar lan ke u pe ped la tu hu gsa p el t pu ran
n a a an ati m a
ta k
pa pak
u p g j ak
hu ke mag m
a n
ng da
u
bu
JENIS VEGETASI
Frekuensi Relatif (FR) semai yang paling tinggi adalah paku perak dengan
frekuensi relatif sebesar 14,667 sedangkan yang paling rendah adalah angsana
dengan jumlah sebesar 1,333. Frekuensi semai yang paling tinggi pada paku perak
disebabkan oleh jumlah plot ditemukan jenis tersebut lebih banyak di banding jenis
semai yang lain dengan jumlah 11 plot. Sedangkan frekuensi pada pancang
angsana paling terendah dikarena jumlah plot ditemukan suatu jenis lebih sedikit
dibanding dengan pancang yang lainnya dengan jumlah plot adalah 1 plot, selain itu
yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah plot ditemukan suatu jenis pada hasil
6.1 Kesimpulan
penlitian dan wisata kayu lara simoma Dusun simoma maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Analisis vegetasi tingkat pohon pada hutan penelitian kayu lara, dengan luas
wilayah 32 Ha, jumlah 15 plot, terdapat 13 jenis pohon dimana pohon tersebut
adalah lara, tarra, eboni, mangga hutan ,angsana, anjurung, bintagur, simpur,
bitti,jati putih, pala, kenanga, dan polo nangka. Didominasi oleh pohon lara
2. Analisi vegetasi tingkat tiang pada hutan penelitiaan dan wisata kayu lara luas
wilayah 32 Ha, jumlah 15 plot, jumlah jenis 17 tiang dimana tiang tersebut ialah
eboni, lansat, tarra, bitti, lara, angsana jati putih, kenanga, mangga hutan,
anjurung, polo nangka, bintagur, pala, melinjo, cemara gunung, simpur, liasa.
3. Anlisi vegetasi tingkat pancang pada hutan penelitian dan wisata kayu lara luas
wilayah 32 ha, jumlah 15 plot, jumlah jenis 15 pancang dimana pancang tersebut
ialah lansat, eboni, jati putih, mangga hhutan, polo nagka, angsana, bitti, tarra,
32 ha, jumlag 15 plot, jumlah jenis 13 semai dimana semai tersebut ialah aren,
lansat, bunga keladi, paku perak, paku pedang, daun kepala tupai, mangga
6.2 Saran
(DLH) agar lebih memperhatikan tumbuhan yang bisa saja mengalami kepuhan di