Anda di halaman 1dari 14

Rangkaian Prosesi Lamaran

Lamaran

Lamaran merupakan langkah awal dari kesungguhan sebuah hubungan. Inti dari prosesi ini, untuk
menanyakan kesediaan sang gadis untuk dipersunting sebagai istri. Pada acara ini jejaka menyerahkan
pengikat berupa paningset berupa cincin kawin, perlengkapan sandang wanita, pisang dan sirih ayu,
jeruk gulung, cengkir gading, tebu wulung, nasi golong dan kain batik.

Pasang Tarub dan Bleketepe

Pasang tarub mengandung arti bahwa sang tuan rumah akan mengelar hajatan atau mantu. Dimulai
dengan memasang peneduh, bleketepe untuk para tamu yang terbuat dari anyaman daun kelapa.
Namun kini hal tersebut tergantikan oleh tenda. Meski begitu hal tersebut tetap dilaksanakan secara
simbolis saja. Pemasangannya dikerjakan oleh ayah dan ibu mempelai wanita. Cermin sikap gotong-
royong pasangan suami istri. Ritual ini juga disertai acara Rasulan untuk memanjatkan doa pada Tuhan
Yang Maha Esa.

Pasang Tuwuhan dan Bucalan

Tuwuhan mengandung arti tumbuh. Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang ditaruh di sisi kanan-kiri
pintu utama yang dilalui kedua mempelai. Terdiri dari beberapa macam tumbuhan. Di antaranya dua
tandan pisang raja yang sudah matang, kelapa muda, daun randu dan sebatang padi. Makna yang
tersemat di dalam tawuhan, kelak pengantin akan memperoleh kemakmuran, kehormatan, serta
keturunan yang berbakti. Bucalan atau sesajen biasanya ditaruh di empat pojok rumah, tengah rumah,
kamar pengantin, kamar mandi, pelaminan, pintu masuk, dapur dan tempat lain yang penting. Fungsinya
untuk menolak bala.

Siraman

Upacara siraman diambil dari kata siram yang berarti mandi. Dilakasanakan oleh kedua mempelai di
kediamannya masing-masing. Dalam tradisi, orang yang melakukan siraman berjumlah ganjil, tujuh atau
Sembilan orang. Prosesi tersebut memiliki arti menyucikan diri dari segala sifat-sifat buruk. Selanjutnya
meratatus rambut (memberi wewangian) dan proses membuat paes yang hanya dilaksanakan oleh calon
mempelai wanita.
Foto Journal Portraits (Aida & Ferhat)

Dodol Dawet

Berjualan dawet merupakan prosesi yang dilaksanakan oleh kedua orang tua calon mempelai wanita.
Acara jualan minuman manis khas Solo ini melambangkan tekad kedua orang tua untuk menikahkan
putrinya. Bulir-bulir dawet yang melimpah menjadi bentuk harapan agar tamu yang datang nanti akan
melimpah pula. Tamu-tamu yang datang saat itu wajib membeli dawet. Membayarnya bukan dengan
uang asli tetapi dengan kreweng atau wingka (pecahan genting).

Pelepasan ayam

Menjadi salah satu pembeda dalam urutan pernikahan adat Jawa Jogjakarta, adalah ritual pelepasan
ayam yang dilangsungkan di halaman rumah oleh ayah dan ibu mempelai wanita. Melepaskan ayam
betina diumpamakan melepas putri mereka untuk hidup mandiri dan semoga ke depannya selalu
dipermudah mendapatkan rezeki.

Tanam Rikmo

Prosesi ini dapat dilaksanakan setelah utusan yang membawa rambut mempelai pria datang ke rumah
calon mempelai wanita. Rambut tengkuk yang diambil ketika upacara ngerik, usai acara siraman akan
disatukan dengan rambut mempelai pria di dalam cepuk. Di tempat yang sudah ditentukan, ayah, ibu,
serta saudara kandung mempelai wanita kemudian mengubur helai-helai rambut itu. Harapannya agar
keburukan yang pernah terjadi pada kedua mempelai, terkubur bersama seluruh helaian rambut.

Midodareni

Upacara midodareni dilakukan sehari sebelum hari-H. Mulai petang hingga tengah malam, calon
mempelai wanita dilarang tidur dan ditemani oleh pini sepuh. Konon akan ada bidadari yang bertandang
untuk menganugrahkan kecantikannya bagi calon mempelai wanita. Selama midodareni hingga hari
pernikahan, mempelai wanita tidak diperkenankan bertemu calon mempelai pria. Di lain lokasi, calon
mempelai pria datang ke rumah mempelai wanita untuk menyerahkan seserahan yang berisi
perlengkapan kebutuhan mempelai wanita. Berupa kosmetik, tas, sepatu, perhiasan, buah-buahan serta
aneka kue dan makanan yang telah dikemas cantik dihiasi pita juga bunga-bunga.

Tantingan
Sekali lagi sang ayah dan ibu menanyakan kesungguhan putrinya untuk menikah. Namun jawaban
diserahkan sepenuhnya kepada orang tuanya dan sebagai syarat pernikahan satu permintaannya untuk
dicarikan sepasang kembar mayang.

Jonggolan

Acara jonggolan bermaksud untuk menunjukkan di hadapan keluarga mempelai wanita bahwa
mempelai pria dalam keadaan sehat. Nyantri menjadi salah satu kegiatan dalam upacara jonggolan.
Intinya mendengarkan nasihat yang tertuang dalam ajaran Catur Wedha (Empat Petunjuk). Berupa
petuah bagaimana menjadi suami dan ayah, bagian dari masyarakat dan hamba Tuhan. Pelaksanaan
jonggolan hanya diperbolehkan di sekitar teras atau beranda.

Turunnya Kembar Mayang

Kembar mayang yang terdiri dari dewandaru dan kalpandaru. Dewandaru bermakna supaya mempelai
pria kelak mampu memberi pengayoman lahir batin kepada keluarganya. Sedangkan kembarannya,
kalpandaru menyimpan tujuan agar rumah tangga yang dibina akan tetap langgeng dan abadi. Konon
dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari Dewa. Setelah dipakai harus
dikembalikan dengan cara dihanyutkan atau dibuang di perempatan jalan.

Angsul-Angsul

Angsul-angsul menjadi bingkisan balasan untuk pihak keluarga pria dari keluarga mempelai wanita. Jenis
barangnya tidak ditentukan. Namun yang tidak boleh ketinggalan adalah kancing gelung, berupa
seperangkat pakaian lengkap pria beserta keris pusaka untuk dikenakan dan disandang ketika upacara
panggih.

Wilujengan Majemukan

Acara ini dilaksanankan oleh keluarga besar wanita sepeninggal keluarga mempelai pria. Pada prosesi ini
mempelai wanita merogoh isi perut opor ayam jantan guna mengambil hatinya. Ritual ini menyiratkan
agar mempelai wanita dapat selalu mengambil hati sang suami. Sajian sejenis nasi tumpeng yang
disebut tumpeng majemukan atau tumpeng midodareni juga turut dihidangkan pada acara ini.

2. Upacara Pernikahan
Upacara Panggih

Kata panggih jika diartikan berarti bertemu. Ya, setelah sah dan resmi sebagai suami istri, kedua
mempelai dipertemukan di kursi pelaminan. Sebelumnya mempelai wanita telah lebih dulu duduk di
pelaminan bersama kedua orang tuanya. Selama prosesi panggih berlangsung, kedua orang tua dari
pihak pria tidak diperkenankan hadir.

Penyerahan Sanggan dan Balangan Gantal

Sebelum melangsungkan rangkaian prosesi panggih, pihak mempelai pria menyerahkan pisang sanggan
pada ibu dari mempelai wanita. selain setangkep pisang raja, ada juga sirih ayu atau kinang, kembang
telon, benang lawe dan tunas pohon kelapa. Usai diterima, sanggan diletakkan di bawah atau dekat
kursi pelaminan. Dilanjutkan dengan upacara balangan gantal atau saling melempar lintingan sirih yang
diisi dengan buah pinang. Maknanya merupakan bentuk sambutan pihak keluarga pria di kediaman
wanita.

Ngidak Tigan

Prosesi menginjak telur ayam kampung yang dilakukan oleh mempelai pria. Memiliki makna mempelai
pria telah siap memberikan keturunan. Dilanjutkan dengan membersihkan kaki mempelai pria yang
dilakukan mempelai wanita. Hal ini merupakan bentuk bakti seorang istri kepada suami. Kemudian
orang tua mempelai wanita membasuhkan air di tengkuk kedua mempelai agar kelak mempelai
senantiasa sabar dan tenang menjalani kehidupan berumah tangga.

Sinduran

Prosesi melingkarkan kain di pundak kedua mempelai. pria di sisi kanan sedangkan mempelai wanita di
sebelah kiri. Warna merah pada kain menjadi lambang milik wanita dan sebaliknya putih menjadi
lambang milik pria. Hal itu menyimpan makna yang menyimpan makna dapat melanjutkan
keturunannya. Ritual sinduran pun tidak luput dari makna yang berarti sang ayah yang berada di depan
selaku pembimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan. Ibu mempelai wanita yang berada di barisan
belakang kedua mempelai memegang kedua mempelai bermakna pemberi dorongan.

Bobot Timbang dan Tanem Jero

Pada prosesi bobot timbang, ayah mempelai wanita duduk memangku mempelai wanita di paha kiri dan
mempelai pria di paha kanan. Sang ibu kemudian bertanya, lebih berat yang mana? Jawabannya sama
saja, lantaran keduanya adalah anak sendiri, meskipun menantu. Masih dilaksanakan oleh ayah
mempelai wanita, kali ini kedua mempelai yang berdiri membelakangi kursi pelaminan. Lalu sang ayah
mendudukkan kedua mempelai dengan cara menepuk dan menekan pundak keduanya secara
bersamaan. Ucapan selamat dan doa diucapkan sang ayah selama mendudukkan kedua putra-putrinya.

Kacar Kucur

Menjalani ritual kacar kucur atau tampa kaya mengandung makna mempelai pria bertanggung jawab
untuk menafkahi keluarga, sementara istri yang menerima nafkah berkewajiban memakai nafkah itu
dengan bijaksana.

Dhahar Klimah

Dikenal dengan sebutan suap-suapan. Dahulu semasa Kraton Surakarta ritual ini hanya boleh disaksikan
kerabat dekat saja. Kemesraan kedua pengantin yang saling suap menjadi momen yang indah. Prosesi
ditutup dengan memakan lauk pindang hati sebagai ungkapan kemantapan hati.

Ngunjuk Rujak Degan

Rujak degan terbuat dari serutan kelapa muda yang dicampur larutan air kelapa dan gula merah. Rujak
degan yang segar dicicipi pertama kali oleh ayah mempelai wanita yang disuapi sang istri.

Bukak Kawah dan Tumplak Punjen

Yang berbeda pada kedua prosesi ini ialah bukak kawah diperuntukkan bagi mempelai wanita sebagai
anak sulung. Sedang tumplak punjen diperuntukan bagi anak bungsu. Bukak kawah menjadi tradisi
membagi-bagikan peralatan dapur seperti panci, piring, sendok, wajan dan sebagainya kepada para
tamu. Tumplak punjen adalah ritual membagi-bagikan kantong kain kecil berisi campuran uang serta
beras kuning kepada sanak saudara yang datang. Maknanya adalah orang tua pengantin wanita akan
mengupayakan segala kemampuan bagi pesta putri bungsunya.

Tilik Pitik

Selama berlangsungnya prosesi kirab, orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir. Pada prosesi
tilik pitik atau disebut juga mertuwi, kedua orang tua dari pihak pria baru diperkenankan hadir.

Sungkeman
Ritual ini biasanya menjadi momen mengharukan, sembah sungkem yang dihaturkan kepada sesepuh
maupun orang tua kedua belah pihak. Sebelum sungkem, mempelai pria wajib melepas keris terlebih
dulu.

Kirab

Kirab merupakan barisan arak-arakan yang mengantarkan kedua mempelai menuju pelaminan. Susunan
dalam kirab terdiri dari di seorang cucuk lampah, dua satrio sakembaran, dua gadis kecil patah
sakembaran, putri domas yang berjumlah 4-8 gadis remaja, pasangan pengantin, ibu kedua mempelai,
ayah kedua mempelai, dan baris terakhir diisi oleh saudara kandung pengantin wanita, kemudian
saudara kandung pengantin pria.

Menikah merupakan salah satu peristiwa istimewa dalam siklus kehidupan sepasang anak manusia. Tak
heran jika dalam banyak tradisi di negeri ini, hal tersebut kerap dirayakan dengan rangkaian upacara
adat yang sakral dan suci. Salah satunya budaya Jawa Tengah, khususnya Solo. Bagi masyarakat Jawa,
tugas orang tua baru dikatakan sempurna jika sudah mantu. Menurut wewarah luhur, pernikahan
diharapkan menjadi sarana melahirkan keturunan yang menyambung sejarah kehidupan kedua dinasti
keluarga. Berikut ini adalah rangkaian prosesi dari pernikahan Jawa Solo.

Rangkaian Prosesi Lamaran

Lamaran

Lamaran merupakan langkah awal dari kesungguhan sebuah hubungan. Inti dari prosesi ini, untuk
menanyakan kesediaan sang gadis untuk dipersunting sebagai istri. Pada acara ini jejaka menyerahkan
pengikat berupa paningset berupa cincin kawin, perlengkapan sandang wanita, pisang dan sirih ayu,
jeruk gulung, cengkir gading, tebu wulung, nasi golong dan kain batik.

Pasang Tarub dan Bleketepe


Pasang tarub mengandung arti bahwa sang tuan rumah akan mengelar hajatan atau mantu. Dimulai
dengan memasang peneduh, bleketepe untuk para tamu yang terbuat dari anyaman daun kelapa.
Namun kini hal tersebut tergantikan oleh tenda. Meski begitu hal tersebut tetap dilaksanakan secara
simbolis saja. Pemasangannya dikerjakan oleh ayah dan ibu mempelai wanita. Cermin sikap gotong-
royong pasangan suami istri. Ritual ini juga disertai acara Rasulan untuk memanjatkan doa pada Tuhan
Yang Maha Esa.

Pasang Tuwuhan dan Bucalan

Tuwuhan mengandung arti tumbuh. Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang ditaruh di sisi kanan-kiri
pintu utama yang dilalui kedua mempelai. Terdiri dari beberapa macam tumbuhan. Di antaranya dua
tandan pisang raja yang sudah matang, kelapa muda, daun randu dan sebatang padi. Makna yang
tersemat di dalam tawuhan, kelak pengantin akan memperoleh kemakmuran, kehormatan, serta
keturunan yang berbakti. Bucalan atau sesajen biasanya ditaruh di empat pojok rumah, tengah rumah,
kamar pengantin, kamar mandi, pelaminan, pintu masuk, dapur dan tempat lain yang penting. Fungsinya
untuk menolak bala.

Siraman

Upacara siraman diambil dari kata siram yang berarti mandi. Dilakasanakan oleh kedua mempelai di
kediamannya masing-masing. Dalam tradisi, orang yang melakukan siraman berjumlah ganjil, tujuh atau
Sembilan orang. Prosesi tersebut memiliki arti menyucikan diri dari segala sifat-sifat buruk. Selanjutnya
meratatus rambut (memberi wewangian) dan proses membuat paes yang hanya dilaksanakan oleh calon
mempelai wanita.

Dodol Dawet
Berjualan dawet merupakan prosesi yang dilaksanakan oleh kedua orang tua calon mempelai wanita.
Acara jualan minuman manis khas Solo ini melambangkan tekad kedua orang tua untuk menikahkan
putrinya. Bulir-bulir dawet yang melimpah menjadi bentuk harapan agar tamu yang datang nanti akan
melimpah pula. Tamu-tamu yang datang saat itu wajib membeli dawet. Membayarnya bukan dengan
uang asli tetapi dengan kreweng atau wingka (pecahan genting).

Pelepasan ayam

Menjadi salah satu pembeda dalam urutan pernikahan adat Jawa Jogjakarta, adalah ritual pelepasan
ayam yang dilangsungkan di halaman rumah oleh ayah dan ibu mempelai wanita. Melepaskan ayam
betina diumpamakan melepas putri mereka untuk hidup mandiri dan semoga ke depannya selalu
dipermudah mendapatkan rezeki.

Tanam Rikmo

Prosesi ini dapat dilaksanakan setelah utusan yang membawa rambut mempelai pria datang ke rumah
calon mempelai wanita. Rambut tengkuk yang diambil ketika upacara ngerik, usai acara siraman akan
disatukan dengan rambut mempelai pria di dalam cepuk. Di tempat yang sudah ditentukan, ayah, ibu,
serta saudara kandung mempelai wanita kemudian mengubur helai-helai rambut itu. Harapannya agar
keburukan yang pernah terjadi pada kedua mempelai, terkubur bersama seluruh helaian rambut.

Midodareni
Upacara midodareni dilakukan sehari sebelum hari-H. Mulai petang hingga tengah malam, calon
mempelai wanita dilarang tidur dan ditemani oleh pini sepuh. Konon akan ada bidadari yang bertandang
untuk menganugrahkan kecantikannya bagi calon mempelai wanita. Selama midodareni hingga hari
pernikahan, mempelai wanita tidak diperkenankan bertemu calon mempelai pria. Di lain lokasi, calon
mempelai pria datang ke rumah mempelai wanita untuk menyerahkan seserahan yang berisi
perlengkapan kebutuhan mempelai wanita. Berupa kosmetik, tas, sepatu, perhiasan, buah-buahan serta
aneka kue dan makanan yang telah dikemas cantik dihiasi pita juga bunga-bunga.

Tantingan

Sekali lagi sang ayah dan ibu menanyakan kesungguhan putrinya untuk menikah. Namun jawaban
diserahkan sepenuhnya kepada orang tuanya dan sebagai syarat pernikahan satu permintaannya untuk
dicarikan sepasang kembar mayang.

Jonggolan

Acara jonggolan bermaksud untuk menunjukkan di hadapan keluarga mempelai wanita bahwa
mempelai pria dalam keadaan sehat. Nyantri menjadi salah satu kegiatan dalam upacara jonggolan.
Intinya mendengarkan nasihat yang tertuang dalam ajaran Catur Wedha (Empat Petunjuk). Berupa
petuah bagaimana menjadi suami dan ayah, bagian dari masyarakat dan hamba Tuhan. Pelaksanaan
jonggolan hanya diperbolehkan di sekitar teras atau beranda.

Turunnya Kembar Mayang

Kembar mayang yang terdiri dari dewandaru dan kalpandaru. Dewandaru bermakna supaya mempelai
pria kelak mampu memberi pengayoman lahir batin kepada keluarganya. Sedangkan kembarannya,
kalpandaru menyimpan tujuan agar rumah tangga yang dibina akan tetap langgeng dan abadi. Konon
dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari Dewa. Setelah dipakai harus
dikembalikan dengan cara dihanyutkan atau dibuang di perempatan jalan.
Angsul-Angsul

Angsul-angsul menjadi bingkisan balasan untuk pihak keluarga pria dari keluarga mempelai wanita. Jenis
barangnya tidak ditentukan. Namun yang tidak boleh ketinggalan adalah kancing gelung, berupa
seperangkat pakaian lengkap pria beserta keris pusaka untuk dikenakan dan disandang ketika upacara
panggih.

Wilujengan Majemukan

Acara ini dilaksanankan oleh keluarga besar wanita sepeninggal keluarga mempelai pria. Pada prosesi ini
mempelai wanita merogoh isi perut opor ayam jantan guna mengambil hatinya. Ritual ini menyiratkan
agar mempelai wanita dapat selalu mengambil hati sang suami. Sajian sejenis nasi tumpeng yang
disebut tumpeng majemukan atau tumpeng midodareni juga turut dihidangkan pada acara ini.

Upacara Pernikahan

Upacara Panggih

Kata panggih jika diartikan berarti bertemu. Ya, setelah sah dan resmi sebagai suami istri, kedua
mempelai dipertemukan di kursi pelaminan. Sebelumnya mempelai wanita telah lebih dulu duduk di
pelaminan bersama kedua orang tuanya. Selama prosesi panggih berlangsung, kedua orang tua dari
pihak pria tidak diperkenankan hadir.
Penyerahan Sanggan dan Balangan Gantal

Sebelum melangsungkan rangkaian prosesi panggih, pihak mempelai pria menyerahkan pisang sanggan
pada ibu dari mempelai wanita. selain setangkep pisang raja, ada juga sirih ayu atau kinang, kembang
telon, benang lawe dan tunas pohon kelapa. Usai diterima, sanggan diletakkan di bawah atau dekat
kursi pelaminan. Dilanjutkan dengan upacara balangan gantal atau saling melempar lintingan sirih yang
diisi dengan buah pinang. Maknanya merupakan bentuk sambutan pihak keluarga pria di kediaman
wanita.

Ngidak Tigan

Prosesi menginjak telur ayam kampung yang dilakukan oleh mempelai pria. Memiliki makna mempelai
pria telah siap memberikan keturunan. Dilanjutkan dengan membersihkan kaki mempelai pria yang
dilakukan mempelai wanita. Hal ini merupakan bentuk bakti seorang istri kepada suami. Kemudian
orang tua mempelai wanita membasuhkan air di tengkuk kedua mempelai agar kelak mempelai
senantiasa sabar dan tenang menjalani kehidupan berumah tangga.

Sinduran

Prosesi melingkarkan kain di pundak kedua mempelai. pria di sisi kanan sedangkan mempelai wanita di
sebelah kiri. Warna merah pada kain menjadi lambang milik wanita dan sebaliknya putih menjadi
lambang milik pria. Hal itu menyimpan makna yang menyimpan makna dapat melanjutkan
keturunannya. Ritual sinduran pun tidak luput dari makna yang berarti sang ayah yang berada di depan
selaku pembimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan. Ibu mempelai wanita yang berada di barisan
belakang kedua mempelai memegang kedua mempelai bermakna pemberi dorongan.
Bobot Timbang dan Tanem Jero

Pada prosesi bobot timbang, ayah mempelai wanita duduk memangku mempelai wanita di paha kiri dan
mempelai pria di paha kanan. Sang ibu kemudian bertanya, lebih berat yang mana? Jawabannya sama
saja, lantaran keduanya adalah anak sendiri, meskipun menantu. Masih dilaksanakan oleh ayah
mempelai wanita, kali ini kedua mempelai yang berdiri membelakangi kursi pelaminan. Lalu sang ayah
mendudukkan kedua mempelai dengan cara menepuk dan menekan pundak keduanya secara
bersamaan. Ucapan selamat dan doa diucapkan sang ayah selama mendudukkan kedua putra-putrinya.

Kacar Kucur

Menjalani ritual kacar kucur atau tampa kaya mengandung makna mempelai pria bertanggung jawab
untuk menafkahi keluarga, sementara istri yang menerima nafkah berkewajiban memakai nafkah itu
dengan bijaksana.

Dhahar Klimah

Dikenal dengan sebutan suap-suapan. Dahulu semasa Kraton Surakarta ritual ini hanya boleh disaksikan
kerabat dekat saja. Kemesraan kedua pengantin yang saling suap menjadi momen yang indah. Prosesi
ditutup dengan memakan lauk pindang hati sebagai ungkapan kemantapan hati.

Ngunjuk Rujak Degan

Rujak degan terbuat dari serutan kelapa muda yang dicampur larutan air kelapa dan gula merah. Rujak
degan yang segar dicicipi pertama kali oleh ayah mempelai wanita yang disuapi sang istri.
Bukak Kawah dan Tumplak Punjen

pembeda kedua prosesi ini ialah bukak kawah diperuntukkan bagi mempelai wanita sebagai anak
sulung. Sedang tumplak punjen diperuntukan bagi anak bungsu. Bukak kawah menjadi tradisi membagi-
bagikan peralatan dapur seperti panci, piring, sendok, wajan dan sebagainya kepada para tamu.
Tumplak punjen adalah ritual membagi-bagikan kantong kain kecil berisi campuran uang serta beras
kuning kepada sanak saudara yang datang. Maknanya adalah orang tua pengantin wanita akan
mengupayakan segala kemampuan bagi pesta putri bungsunya.

Tilik Pitik

Selama berlangsungnya prosesi kirab, orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir. Pada prosesi
tilik pitik atau disebut juga mertuwi, kedua orang tua dari pihak pria baru diperkenankan hadir.

Sungkeman

Ritual ini biasanya menjadi momen mengharukan, sembah sungkem yang dihaturkan kepada sesepuh
maupun orang tua kedua belah pihak. Sebelum sungkem, mempelai pria wajib melepas keris terlebih
dulu.

Kirab

Kirab merupakan barisan arak-arakan yang mengantarkan kedua mempelai menuju pelaminan. Susunan
dalam kirab terdiri dari di seorang cucuk lampah, dua satrio sakembaran, dua gadis kecil patah
sakembaran, putri domas yang berjumlah 4-8 gadis remaja, pasangan pengantin, ibu kedua mempelai,
ayah kedua mempelai, dan baris terakhir diisi oleh saudara kandung pengantin wanita, kemudian
saudara kandung pengantin pria.

Tradisional, Prosesi, Jawa , Solo

Anda mungkin juga menyukai